Syok Septik
Syok Septik
BAB I
PENDAHULUAN
Sespis memiliki angka kejadian yang tinggi yaitu sebanyak 751.000 kasus
ditemukan berupa sepsis berat di Amerika Serikat. Di Eropa, angka kejadian
sepsis sebanyak 30% dari semua pasien di unit perawatan intensif (ICU). Secara
umum, angka mortalitas sepsis sebesar 27%, meningkat menjadi 32% untuk sepsis
berat dan 54% untuk syok sepsis. Di negara berkembang, sepsis menyumbang
60-80% dari semua kematian. Penelitian yang dilakukan pada pasien sepsis
berat di 150 unit pelayanan intensif (ICU) di 16 negara Asia didapatkan hasil
angka mortalitas di rumah sakit mencapai 44,5%. Dalam penelitian di sebuah
rumah sakit pendidikan di Yogyakarta, Indonesia, ada 631 kasus sepsis pada
tahun 2007, dengan angka kematian sebesar 48,96%. 1
tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg atau diastolik dibawah 40 mmHg dari
baseline, dan tidak memberikan respon terhadap resusitasi cairan. 2
Penyebab terbesar sepsis adalah bakteri gram negatif. Produk yang
berperan penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS), yang merupakan
komponen terluar dari bakteri gram negatif. Endotoksin yang dilepaskan oleh
mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan berbagai mediator
inflamasi, yaitu sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain.
Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi
keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi melebihi
kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptif,
sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemudian
menimbulkan gangguan pada tingkat sesluler pada berbagai organ. Terjadi
disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan
maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
SIRS (Systemic Infl ammatory Response Syndrome) adalah respons klinis
terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik. Dikatakan SIRS apabila
terdapat 2 atau lebih dari 4 variabel berikut:2
1. Suhu lebih dari 38o C atau kurang dari 36o C.
2. Denyut jantung lebih dari 90 x/menit.
3. Frekuensi napas lebih dari 20 x/menit atau tekanan parsial karbon
dioksida (PaCO2 ) kurang dari 32 mmHg.
4. Leukosit >12.000/μL atau 10% bentuk imatur.
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang
menyebabkan perfusi jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu
metabolisme sel atau jaringan. Sepsis merupakan respon sistemik akibat suatu
infeksi, respon sistemik yang sering terlihat yaitu berupa demam atau hipotermi,
leukositosis atau leukopeni, takipneu, dan takikardi. Syok sepsis adalah suatu
sindroma sepsis akibat adanya invasi akut oleh patogen atau produk toksiknya
yang mengakibatkan respon sistemik dan kegagalan sirkulasi akut. Kegagalan
sirkulasi terlihat dari turunnya tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg atau
diastolik dibawah 40 mmHg dari baseline, dan tidak memberikan respon terhadap
resusitasi cairan. 5
2.2 Epidemiologi
Sespis memiliki angka kejadian yang tinggi yaitu sebanyak 751.000 kasus
ditemukan berupa sepsis berat di Amerika Serikat. Di Eropa, angka kejadian
sepsis sebanyak 30% dari semua pasien di unit perawatan intensif (ICU). Secara
umum, angka mortalitas sepsis sebesar 27%, meningkat menjadi 32% untuk sepsis
berat dan 54% untuk syok sepsis. Di negara berkembang, sepsis menyumbang
60-80% dari semua kematian. Penelitian yang dilakukan pada pasien sepsis
berat di 150 unit pelayanan intensif (ICU) di 16 negara Asia didapatkan hasil
angka mortalitas di rumah sakit mencapai 44,5%. Dalam penelitian di sebuah
4
rumah sakit pendidikan di Yogyakarta, Indonesia, ada 631 kasus sepsis pada
tahun 2007, dengan angka kematian sebesar 48,96%. Jenis kelamin, penyakit
kronis, keadaan imunosupresi, infeksi HIV dan keganasan merupakan faktor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis. Beberapa kondisi tertentu
seperti gangguan organ secara progresif, infeksi nosokomial dan umur yang
lanjut juga berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian. 2,4
2.3 Etiologi
Penyebab terbesar adalah bakteri gram negatif. Produk yang berperan
penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS), yang merupakan
komponen terluar dari bakteri gram negatif. LPS merupakan penyebab
sepsis terbanyak, dapat langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral,
yang dapat menimbulkan gejala septikemia. LPS tidak toksik, namun
merangsang pengeluaran mediator inflamasi yang bertanggung jawab terhadap
sepsis. Bakteri gram positif, jamur, dan virus, dapat juga menyebabkan sepsis
dengan prosentase yang lebih sedikit. Peptidoglikan yang merupakan
komponen dinding sel dari semua kuman, dapat menyebabkan agregasi
trombosit. Eksotoksin dapat merusak integritas membran sel imun secara
langsung.6,8
Beberapa penyebab atau faktor predisposisi dari sepsis yaitu:
5
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan derajat keparahannya, sepsis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:9,10
1. SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
Dikatakan SIRS apabila terdapat minimal 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:
Temperatur ≥38ºC atau ≤ 36ºC
Denyut jantung ≥90 x/menit
Frekuensi nafas ≥20 x/menit
Leukosit ≥12000/mm3 atau ≤4000/mm3
2. Sepsis
Keadaan yang memenuhi kriteria SIRS dan telah dikonfirmasi adanya
infeksi oleh suatu mikroorganisme.
3. Sepsis Berat
Yaitu sepsis yang disertai dengan adanya ≥1 tanda-tanda organ failure:
Cardiovascular : refractory hipotension (syok septic)
Renal
Respiratory
Hepatic
Hematologi
Central nervous system
4. Syok sepsis
Suatu sindroma sepsis yang disertai kegagalan sirkulasi akut.
Kegagalan sirkulasi terlihat dari turunnya tekanan darah sistolik dibawah
90 mmHg atau diastolik dibawah 40 mmHg dari baseline, dan tidak
memberikan respon terhadap resusitasi cairan.
2.5. Patofisiologi
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses
inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin,
neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain.
6
IL-6, IL-8, dan interferon gamma (IFN-γ) adalah mediator proinfl amasi
primer yang dipicu oleh NF-kB. Percobaan in-vitro menunjukkan bahwa
glukokortikoid berfungsi menghambat NF-kB. TNF-α dan IL-1 akan terlepas
dalam jumlah besar dalam 1 jam pasca-insult dan menyebabkan reaksi lokal dan
sistemik. TNF-α dan IL-1 berperan terhadap demam dan pelepasan hormon stres
(norepinefrin, vasopresin, aktivasi sistem renin-angiotensinaldosteron).
7
Interleukin proinfl amasi mempunyai fungsi lain terhadap jaringan atau bekerja
melalui mediator sekunder untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan kaskade
komplemen serta pelepasan NO, platelet-activating factor, prostaglandin, dan
leukotrien. Sejumlah polipeptida proinfl amasi ditemukan dalam kaskade
komplemen. Protein komplemen C3a dan C5a akan menyebabkan pelepasan
sitokin tambahan, menyebabkan vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas
vaskuler. Prostaglandin dan leukotrien menyebabkan kerusakan endotelial
sehingga akan terjadi multiple organ failure (MOF) (Skema 1).
2.7 Diagnosis
Kriteria diagnosis dari Sepsis itu sendiri masih terus di perbaharui, berikut
Kriteria diagnosis sepsis 2012: 2,5
Variabel umum
Demam (>38,3°C)
Hipotermia (Suhu <36°C)
Nadi >90 kali / menit atau lebih dari dua kali lipat nilai normal
(berdasarkan usia)
Takipnea
Perubahan status mental
Edema yang signifikan
Hiperglikemi (Glukosa dalam plasma >140 mg/dl atau 7,7 mmol/L)
Variabel inflamasi
Leukositosis
Leukopeni
Perhitungan sel darah putih dengan ditemukan sel immatur >10%
Nilai Plasma C-reactive protein 2 kali atau lebih diatas nilai normal
Plasma procaltinonin 2 kali atau lebih diatas nilai normal
Variabel Hemodinamik
Hipotensi (Sistole < 90 mmHg, Mean Arterial Pressure < 70 mmHg,
atau Sistole menurun >40 mmHg pada orang dewasa)
Variabel Disfungsi Organ
Hipoksemia (PaO2/FiO2
< 300)
Oliguria Akut (Pengeluaran Urin <0,5mL/kg/jam selama paling tidak 2
jam)
12
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip utama penanganan sepsis dan syok septik adalah untuk mangatasi
infeksi, mencapai hemodinamik yang stabil, meningkatkan respon imunitas, dan
memberikan support untuk organ dan metabolisme. Surviving Sepsis Campaign
(SSC) adalah prakarsa global yang terdiri dari organisasi internasional dengan
tujuan membuat pedoman yang terperinci berdasarkan evidence-based dan
rekomendasi untuk penanganan severe sepsis dan syok septik. Penanganan
berdasarkan SSC: 5
13
2.10 Prognosis
Prognosis dari penurunan kesadaran akibat syok sepsis akan jelek bila dasar
atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Jenis kelamin, penyakit kronis,
keadaan imunosupresi, infeksi HIV dan keganasan akan memperburuk dan
memperberat keadaan sepsis. 8
19
BAB III
KESIMPULAN
Syok sepsis merupakan suatu sindroma akibat adanya invasi akut oleh
patogen atau produk toksiknya yang mengakibatkan respon sistemik dan
kegagalan sirkulasi akut. Kegagalan sirkulasi terlihat dari turunnya tekanan darah
sistolik dibawah 90 mmHg atau diastolik dibawah 40 mmHg dari baseline, dan
tidak memberikan respon terhadap resusitasi cairan.
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang. Gejala umum sepsis dapat berupa demam >38ºC ataupun hipotermi
<36ºC, takikardi, takipneu, perubahan status mental, hipotensi, oliguria akut,
CRT>2 detik. Sedangkan dari hasil pemeriksaan lab dan penunjang dapat
ditemukan hiperglikemi, leukositosis >12.000 μL–1, leukopeni <4000 μL–1,
trombositopeni, hiperbilirubinemia, hiperlaktatemia, peningkatan C-reactive
protein, prokalsitonin, dan kreatinin.
Prinsip utama penanganan sepsis dan syok septik adalah untuk mangatasi
infeksi, mencapai hemodinamik yang stabil, meningkatkan respon imunitas, dan
memberikan support untuk organ dan metabolisme.
20
DAFTAR PUSTAKA
11. Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K,
Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. p:
187-9
12. Glauser et al. Septic Shock: pathogenesis. Lancet 1991, 338: 732-736