BY PUTRONO
broncial
hyperactyvity Kerusakan
Menurunnya Penyempitan
ddg
&Congesti jl nfs kecil
pertukaran gas broncial
Hyper
Residual sekresi
Hyper skresi Scar tissu
volume Jaringan fibrotik mucosa
dan
bronchospas
me
Obstructive
emphysema chronic Simple Delatasi
brochitis chronic permanen
bronchitis Asthma
Bronchial
DEFINISI
Menurut Crocket (1997), Asma Bronkhiale didefinisikan sebagai suatu
penyakit dari sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dan
gejala-gejala bronkhospasme yang bersifat reversibel.
Asma bronchiale menurut “ American’s Thoracic Society” dikutip dari
Barata Wijaya (1990) adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons
trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah,
baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
MACAM :
Ekstrinsic / Atopic Asthma external agents faktor allergen
Instrinsic / Non Atopic Asthma penyebab sulit di identifikasi dimungkinkan
oleh beberapa penyebab : common cold, infeksi sal nafas atas, strees dll
FAKTOR PENCETUS
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkhiale atau sering
disebut sebagai faktor pencetus adalah :
1) Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah
(Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, serpih kulit kucing, bulu
binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya
PENCETUS LOKASI
1). Bulu dan serpih kulit binatang 1).Laboratorium hewan dan
peternakan
2). Enzim bakteri subtilis 2). Industri detergen
3). Debu kopi dan teh 3). Pengolahan kopi dan teh
4). Debu kapas 4). Industri tekstil
5). Toluen diisosianat 5). Industri plastik
6). Debu gandum dan padi-padian 6). Pabrik roti, gudang gandum
dan padi-padian
7). Amoniak, sulfur dioksida, asam 7).Industri kimia dan perminyakan
klorida, klorin
8). Garam platina 8). Pemurnian Platina
9). Ampisiln, spiramisin, piperasin. 9). Industri Obat-obatan
8). Lain-lain
Selain faktor-faktor tersebut di atas masih terdapat faktor-faktor yang
mencetuskan serangan asma seperti lingkungan dan cuaca yang terlalu
lembab, terlalu panas, terlalu dingin, bumbu masak (monosodium glutamat),
bahan pengawet makanan (asam benzoat), zat pewarna kuning (tartarazin).
Dan beberapa keadaan dapat memperberat serangan asma seperti sinusitis,
rinitis dan regurgitasi asam lambung.
Ag
IL-12 IL-4
Limfosit-
Th- Th-2
CELL MHC II B Proliferasi
0
APC
IL-1 IL-2 (-) IL-5 Cell
IL-10 Plasma
(-) Th-
IFN Gama 1 IFN Gama
TNF β NK. Cell
Ab
IL-2 Ig-E
Degranul
Influk C++ cAMP asi Cell Mediator
dilepas
(ECF-A),
(NCF)
ASTMA Bronchospasme
BRONCHIAL
MANIFESTASI KLINIS
Selama serangan asma, klien mengalami dispnea dan tanda-tanda
kesulitan pernapasan. Permulaan tanda-tanda serangan terdapat sensasi
konstriksi dada (dada terasa berat), whezing, batuk non produktif, takhikardi
dan takipnea.
Beratnya asma dapat diklasifikasikan dalam : ringan, sedang dan berat
tergantung gejala-gejala. Sistem skoring diberikan untuk mengklasifikasikan
tersebut.
Skore maksimum : 12
PENGELOLAAN
Episode asma akut (serangan asma) dapat termasuk kedaruratan medis. Intervensi
medis untuk episode ini secara primer bertujuan :
1. Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan
bronkhospasme atau membersihkan sekret yang berlebihan atau yang tertahan.
2. Memelihara keefektifan pertukaran gas
3. Mencegah komplikasi seperti gagal nafas akut dan status
asmatikus
Obat bronkhodilator :
a. Adrenergik :
Epinefrin
Efedrin
Isoproterenol
Beta adrenergik agonis selektif
b. Non Adrenergik :
Teofilin
Aminofilin
c. Perlu juga dibeirkan oksigen
Pengkajian :
1. Riwayat Keperawatan
Perlu dikaji riwayat adanya pemaparan (pemajanan) faktor-faktor yang
biasanya mencetuskan serangan asma bronkhiale. Dan perlu ditanyakan
bagaimana kemampuan klien untuk menghindari faktor pencetus tersebut,
ataukah klien sudah mengetahui beberapa faktor pencetus tersebut.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama klien adalah sesak napas, setelah terpapar oleh alergen atau
faktor lain yang mencetuskan serangan asma bronkhiale.
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Sistem pernafasan
4. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Darah : Kadar IgE meningkat dan eosinophil meningkat
b. Gas darah arteri : Penurunan PaO2 dan PaCO2 namun selanjutnya
PaCO2 meningkat sesuai dengan meningkatnya tekanan jalan nafas
c. Faal Paru : Menurunnya FEV1
d. Tes kulit : Untuk menentukan jenis alergen.
a. Kaji suara nafas tiap jam selama episode akut untuk menilai
keadekuatan pertukaran gas.
b. Jika memungkinkan lakukan suction
c. Monitor warna dan konsistensi sputum karena asma sering sebagai
akibat infeksi saluran nafas atas.
d. Kaji keefektifan batuk klien, anjurkan untuk batuk efektif.
e. Tingkatkan intake cairan untuk mencegah sekret yang kental, untuk
mengembalikan cairan yang hilang akibat respirasi yang cepat.
f. Berikan humidifier untuk mengencerkan dahak.
g. Jika sekret kental dan sulit dikeluarkan, lakukan fisioterapi dada :
Perkusi dan vibrasi.
h. Berikan perawatan mulut, setiap 2 – 4 jam, untuk menghilangkan rasa
tidak enak akibat dari sekret.
i. Lakukan order dokter dalam pemberian expectoran
Anes, SW. (1998). Essentials of Adult Health Nursing. Menlo Park. California.
Engram,B. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan medical bedah. Vol 1. EGC. Jakarta.
Fax ,SI and Graw ,M (1999). Human Physiology. Hill Companies. Nort America.
Gibson, JM. (1998). Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk perawat. EGC. Jakarta.
Kaliner, MA. (1991). Astma its Pathology and Treatment. Vol. 49, National Institutes of
Health Bethesda, Maryland.