Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Pada manusia dewasa
distribusi zat padat adalah 40% dari berat badan dan 60% lagi adalah terdiri dari zat
cair. Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, presentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada
bayi usia < 1tahun, cairan tubuh sekitar 80-85% dari berat badan, dan pada bayi >1
tahun, adalah sekitar 70-75% berat badan. Seiring dengan pertumbuhan, presentase
jumlah cairan terhadap berat badan beransur-ansur turun, iaitu pada lelaki dewasa 50-
60% berat badan dan pada wanita dewasa 50% berat badan.
Zat cair (60%) terdiri dari cairan intrasel 40% berat badan, cairan ekstrasel 20%
berat badan, dan cairan transelular 1-3% berat badan. Cairan ekstrasel dibagi lagi
menjadi cairan intravascular dan cairan interstisial. Pada bayi cairan jumlah
ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel.
1. Cairan Intrasel
2. Cairan Ekstrasel
Merupakan cairan yang berada diluar sel. Jumlah relative cairan ekstraseluler
- Cairan Intravaskular
1
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Rata-rata volume darah orang
dewasa sekitar 5-6 liter dimana 3 liternya merupakan plasma dan sisanya terdiri dari
- Cairan Interstisial
Cairan yang mengelilingi sel, rata-rata volumenya adalah 11-12 liter pada orang
- Cairan Transeluler
pencernaan.
Dalam cairan tubuh terlarutnya zat-zat elektrolit dan non elektrolit. Zat-zat non
elektrolit antara lainnya adalah glukosa dan protein. Zat-zat elektrolit yang penting
dalam cairan tubuh adalah ion natrium dan ion klorida pada ekstrasel dan ion kalium
dan ion fosfat pada intrasel. Elektrolit itu sendiri merupakan molekul yang pecah
menjadi partikel bermuatan listerik yaitu kation dan anion, yang dinyatakan dalam
tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir sama, kecuali didalam
2
Na K Mg Ca Cl HCO3 HPO4 SO4 Protein
Plasma
142 4 3 5 103 27 2 1 16
darah
Cairan
144 4 1,5 2,5 114 30 2 1 0
interstisial
Cairan
15 150 27 2 1 10 100 20 63
intraselular
Pergerakan air diantara intrasel dan ekstrasel diatur oleh keseimbangan diantara
tekanan onkotik atau tekanan osmotic koloid adalah tekanan yang mencegah
pergerakan air.
Bila albumin rendah maka tekanan hidrostatik akan meningkat dan tekanan
onkotik akan turun sehingga cairan intravaskuler akan di dorong masuk ke interstisial
yang berakibat edema. Albumin menghasilkan 80% dari tekanan onkotik plasma,
sehingga bila albumin cukup pada cairan intravaskuler maka cairan tidak akan mudah
masuk ke interstitial.
Cairan yang memiliki molekul yang besar disebut koloid. Koloid tersebut
3
kecilnya ukuran pori membran. Kekuatan yang mendesak membran yang
disebabkan oleh gradien osmotik yang ditimbulkan oleh koloid tersebut disebut
Pada dewasa :
Na⁺ : 2 mEq/kg
K⁺ : 2 mEq/kg
table berikut:
4
Infant 125 1000-2000 100-150 150
Children 100 1500-2000 100-150 150
Adolescents 80 2200-3000 125 100
Adult
Bed rest 20-25 1600 90 25
Non sweating 30 2100 90-125 30
Sweating 35 3500 144 40-50
Work 45 3000-5000 125-150 60
Ada dua mekanisme utama yang mengatur air tubuh yaitu pengaturan volume
1. Pengaturan osmoler
intravaskuler juga meransang pusat haus yang juga menstimulasi pelepasan ADH.
5
ADH mengakibatkan reabsorbsi Na dan air pada tubulus kolektivus, sehingga
akan memberikan umpan balik ke hipotalamus dan pusat haus sehingga volume
meningkat.
juga akan mengatur volume cairan dan pengeluaran urin. Jika terjadi hipovolemia,
reflek intratorak, reflekreseptor presor ekstratorak dan respon iskemik pusat akan
Jenis Cairan
6
1. Cairan intravena
Terdapat 3 jenis cairan intravena yang biasanya digunakan dalam terapi cairan.
a. Cairan Kristaloid
Merupakan cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah ( < 8000
Dalton ) dengan atau tanpa glukosa. Tekanan onkotik yang rendah menyebabkan ia
mudah dan cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, sehingga volume yang
diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Cairan ini
mempunyai masa paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruangan
intravaskuler ke interstisial berlansung selama 30-60 menit sesudah infuse dan akan
keluar dalam 24-48 jam sebagai urine. Secara umum kristaloid digunakan untuk
Contoh cairan yang tergolong cairan kristaloid adalah: Ringer Laktat; Ringer; NaCl
0,9% (NS); Dextrose 5% dan 10%, Darrow; dan D5%+NS dan D5%+1/4NS.
b. Cairan Koloid
Cairan yang mengandungi zat dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton),
albumin dalam plasma yang akan tinggal dalam intravaskuler cukup lama. Waktu
paruh koloid intravaskuler adalah 3-6 jam, sehingga volume yang diberikan adalah
Contoh cairan koloid antara lain albumin, blood product (RBC), plasma protein
c. Cairan Khusus
7
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus. Contohnya NaCl 3%, bic-nat,
mannitol.
Kristaloid Koloid
Lebih baik ( efisien, volume lebih
Efek volume intravaskuler -
kecil, menetap lebih lama)
Efek volume interstitial Lebih baik -
DO₂* sistemik - Lebih tinggi
Sembab paru Keduanya sama-sama potensial menyebabkan sembab paru.
Sembab perifer Sering Jarang
Koagulopati - Dextran > kanji hidroksi etil
Aliran urine Lebih besar GFR menurun
Reaksi-reaksi Tidak ada Jarang
Harga Murah Albumin mahal, lainnya sedang.
*DO₂ = delivery oxygen
Ditujukan untuk menggantikan air yang hilang lewat urine, tinja, paru dan kulit.
Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
Anak-anak : 2 – 4 ml/kg/jam
Bayi : 4 – 6 ml/kg/jam
Neonatus : 3ml/kg/jam
cairan pengganti terbaik adalah cairan hipotonik, seperti D5%+1/4NS, atau D5W.
8
Ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses
patologi lain seperti fistula, efusi pleura, asites, drainase lambung. Sebagai cairan
pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan yang bersifat isotonik seperti, RL, NS,
D5RL, D5%+NS.
3. Cairan khusus
Terapi cairan pada bayi dan anak memiliki pertimbangan yang jauh berbeda
dibandingkan pada pasien dewasa. Kapasitas anak untuk mentoleransi status hidrasi
abnormal jauh lebih kecil daripada dewasa. Konsumsi energi pada bayi dalam
keadaan istirahat kira-kira 70 kkal per kg berat badan, yakni hampir dua kali dewasa.
Luas permukaan tubuh bayi relatif terhadap berat badan lima kali lebih besar daripada
dewasa, sehingga kehilangan air melalui penguapan sangat besar pada demam atau
suhu lingkungan yang panas. Gangguan elektrolit yang lazim dijumpai pada anak
(natrium, kalium dan klorida), serta glukosa yang dibutuhkan untuk pasien-pasien
yang tidak bisa memilih asupan mereka sendiri (misal, seseorang yang akan
9
Terapi cairan rumatan ini tidak mengoreksi defisit cairan atau mengganti
kehilangan abnormal seperti yang terjadi pada diare, muntah-muntah, atau drainase
Kira-kira 25% dari konsumsi kalori total terbuang sebagai insensible water loss.
Karena konversi 1 ml air menjadi uap membutuhkan kira-kira 0,5 kkal, maka setiap
100 kcal yang dikonsumsi, 25 kkal di antaranya digunakan untuk pembuangan panas
yang mengubah 50 ml air menjadi uap. Jadi, insensible water loss merupakan fungsi
langsung dari pemakaian energi sebesar rata-rata 50 ml per 100 kkal yang
dikonsumsi. Kira-kira 1/3 dari kehilangan air terjadi melalui paru dan 2/3 melalui
kulit. Contohnya, insensible water loss seorang anak dengan berat 15 kg adalah 625
ml per 24 jam, kira-kira 200 ml melalui paru, dan 400 ml melalui kulit.
demam, ruam kulit (misalnya viral exanthem), luka bakar, dan lingkungan kering.
Sebaliknya, insensble water loss berkurang pada pasien-pasien koma, sedasi yang
kulit, maka suhu tubuh naik. Setiap peningkatan suhu 100 C di atas 370 C, maka
10
Contohnya, hitung insensible water loss seorang anak dengan berat 15 kg,
pernapasan 50/menit, dan demam 400C. Kebutuhan kalori pada demam kira-kira
1550 kkal/hari, yakni 1250 kkal/24 jam + 1250 kkal x 24%. Insensible water loss
adalah 775 ml/24 jam (yaitu 1550 kkal/24 jam x 0,5 ml/kkal), kira-kira 260 ml dari
paru (775 ml : 3), dan kira-kira 520 ml (775 x 2/3) dari kulit.
Karena pernapasan dua kali lebih cepat dari normal, insensible water loss dari
paru adalah 520 ml (yakni 260 ml x 2). Dengan demikian, insensible water loss total
kira-kira 1040 ml (yakni 520 ml melalui kulit + 520 ml melalui paru). IWL berbeda
Glukosa. Glukosa adalah sumber nutrisi otak, jantung, dan sel darah merah.
protein kira-kira 3 gram/kg/hari untuk bayi dan kira-kira 1,5 gram/kg/hari pada
dewasa.
1 Hr 80 cc/kgbb/hr 60 cc/kgbb/hr
11
6 Hr 150 cc/kgbb/hr 200 cc/kgbb/hr
1 – 3 TH 100 cc/kgbb/hr
4 – 6 TH 90 cc/kgbb/hr
7 – 9 TH 80 cc/kgbb/hr
10 – 12 TH 70 cc/kgbb/hr
13 – 15 TH 60 cc/kgbb/hr
16 – 18 TH 50 cc/kgbb/hr
Macrodrips : 1 cc 20 tts
Microdrips : 1 cc 60 tts
Tetes Macro
12
Tts/mnt = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)
Tetes Micro
atau
Transfusi darah.
Utk kenaikan 1 gr Hb :
2. PRC 3 cc/kgBB.
3. TBV : 70 cc/kgbb
13
4 jam I (5 x BB)
20 jam II (3 x BB)
7 jam II (3 x BB)
1 jam I (3 x BB)
urea dan elektrolit, dinyatakan dalam mOsm/100 kkal) dan konsentrasi urin
(dinyatakan dalam mOsm/L). Jadi, katabolisme protein dan ion-ion yang diingesti
merupakan penentu utama dari osmolaritas urin. Sebaliknya, karbohidrat dan lemak
penting dari zat-zat terlarut yang perlu diekskresikan urin. Kandungan zat terlarut
(solut) metabolisme bervariasi menurut diet. Diet orang dewasa menghasilkan kira-
kira 40 mOsm/100 kkal (kira-kira 1200 mOsm per hari), bayi yang minum susu 40
mOsm/100 kkal, bayi yang mendapat ASI 10 mOsm/100 kkal, dan pasien-pasien
rawat inap yang hanya mendapat cairan parenteral yang mengandung dekstrosa 5%
20 mOsm/100 kkal.
14
Ginjal manusia memproduksi urin yang bisa berkisar antara 50 sampai 1400
mOsm/L (berbanding lurus dengan berat jenis urin 1,001-1,040). Osmolaritas urin
sebesar 300 mOsm/L sebanding dengan berat jenis 1,010. Pemberian 65 ml air per
100 kkal energi yang dikonsumsi memungkinkan ekskresi solut metabolisme pada
300 mOsm/liter, yaitu [(20 mOsm/100 kcal) : 300 mOsm/L] x 1000 = 65 ml/100 kkal.
Ada produksi air sebanyak 15 ml per 100 kkal yang dikonsumsi per hari. Ini
Jadi, kebutuan air rumatan untuk pasien rawat inap yang mendapat larutan
karbohidrat kira-kira 100 ml/100 kkal (yakni 65 ml/100 kkal kehilangan air melalui
urin + 50 ml/100 kcal insensible water loss – 15 ml/100 kkal air oksidasi). Walaupun
berbagai sistem telah digunakan untuk menaksir kebutuhan rumatan cairan dan
DEHIDRASI
tidak baik dan oksigenasi jaringan tidak cukup. Berkurangnya volume cairan tersebut
yang menunjukkan status perfusi adalah denyut jantung, intensitas pulsus, capillary
refill time (CRT), warna membran mukosa, dan temperatur rektal. Kebanyakan
15
diberikan secara simultan pada saat pemberian koloid yang digunakan untuk
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah kehilangan air tubuh yang sering diikuti
Muntah dapat menyebakan tubuh kehilangan banyak air dan elektrolit dan
oleh obstruksi intestinal bagian atas, kehilangan asam klorida dapat menimbulkan
adalah penyebab utama kehilangan air dan elektrolit pada hewan. Di samping
dapat mengkompensasi kehilangan banyak air dan elektrolit selama diare, sepanjang
pemasukan secara normal dapat dipertahankan. Jika pemasukan air dan pakan
terbatas, dehidrasi akan terjadi dengan cepat. Selama fase poliuria pada kasus nefritis,
natrium akan hilang bersama pengeluaran urin. Hal tersebut akan menimbulkan
dehidrasi jika disertai terjadinya muntah. Pada kasus diabetes melitus, poliuria
16
Tanda dehidrasi adalah turgor (elastisitas) kulit menurun, membrane mukosa
kering, dan CRT bertambah lama. Dehidrasi parah dapat mengakibatkan kelemahan,
laboratorium yang umum dan sering ditemukan adalah peningkatan PCV, protein
plasma, dan berat jenis urine biasanya lebih tinggi dari 1,035. Walaupun perubahan
biokimia kompleks sering berkaitan dengan dehidrasi, tetapi perhatian utama adalah
dengan tetap memperhatikan agar tidak terjadinya volume berlebihan yang dapat
menimbulkan komplikasi berupa edema pulmoner, perifer, dan otak. Pemilihan cairan
yang tepat ditentukan oleh lokasi dimana kekurangan cairan tersebut terjadi dan jenis
terjadi, kebutuhan pemeliharan fungsi tubuh, dan kehilangan abnormal yang terus
berlanjut. Kehilangan cairan yang terjadi adalah jumlah kehilangan cairan sebelum
pemeriksaan, dan diduga dengan memperhatikan sejarah, pemeriksaan fisik, dan data
17
Kebutuhan cairan untuk pemeliharaan fungsi tubuh harus disuplai ketika
pasien tidak dapat atau tidak akan meminum air yang cukup untuk mengganti
kehilangan cairan secara normal melalui urine, tinja, saluran respirasi, dan kulit
(kurang lebih 40-60 ml/kg/hari). Volume kehilangan abnormal cairan yang terus
berlanjut harus diestimasi dan termasuk dalam terapi pengganti cairan. Contoh
kalkulasi untuk menduga volume cairan yang dibutuhkan pasien (Lorenz, et al.,
1997).
Ada dua tipe utama cairan yang dapat digunakan dalam terapi, yaitu kristaloid
dan koloid. Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil
sehingga membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid dapat
cairan kristaloid yang diberikan secara IV menuju ruang ekstravaskular dalam satu
jam pada hewan normal, maka cairan kristaloid sangat diperlukan untuk rehidrasi
yang seimbang, seperti cairan Ringer laktat, digunakan untuk mengganti elektrolit
dan bufer pada konsentrasi khas cairan ekstraselular. Garam normal (cairan natrium
klorida 0,9%) juga merupakan cairan pengganti yang isotonis tetapi tidak seimbang
dalam hal elektrolit dan bufer. Cairan kristaloid dalam volume besar yang diberikan
18
dan penurunan COP dengan cepat. Hal tersebut mengakibatkan ekstravasasi ke
interstisial.
sehingga membran kapiler tidak permeabel terhadap cairan tersebut. Larutan koloid
merupakan pengganti cairan intravaskular. Darah total, plasma, dan albumin pekat
mengandung koloid alami dalam bentuk protein, terutama albumin. Dextran dan
hydroxyethyl starches (HES) adalah koloid sintetis yang dalam penggunaannya dapat
digabung dengan darah total atau plasma, tetapi tidak dianggap sebagai pengganti
produk darah ketika albumin, sel darah merah, antitrombin, atau protein koagulasi
kristaloid membutuhkan volume yang lebih sedikit, dan waktu pemulihan dicapai
lebih cepat. Apabila ditambah koloid, jumlah infus kristaloid dapat berkurang 40-
sintetis, dan koloid alami sering diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Potongan melintang kapiler. Molekul koloid terlalu besar untuk melewati membran
Secara umum, cairan poliionik dan isotonik, misalnya Ringer laktat merupakan cairan
yang paling serba guna karena komposisinya mirip dengan cairan ekstraselular.
Cairan Ringer laktat adalah cairan alkalizer karena mengandung laktat yang
sehingga merupakan cairan acidifier. Cairan Ringer laktat dan Ringer mengandung
19
hanya sedikit kalium. Dibutuhkan penambahan kalium klorida pada cairan tersebut
apabila digunakan pada pasien yang banyak kehilangan kalium dari tubuhnya
(hipokalemia).
Larutan natrium klorida isotonik (0,9%) atau garam, sering disebut (salah
kaprah) cairan fisiologis atau garam normal. Garam isotonik mengandung 154 mEq
mengandung elektrolit yang lain. Karena alasan tersebut, penggunaan garam 0,9%
harus dibatasi pada pasien yang mengalami kehilangan banyak natrium, misalnya
hipernatremia.
Cairan kalium klorida tersedia untuk ditambahkan pada cairan Ringer laktat
dan Ringer. Untuk asidosis metabolik yang parah, natrium bikarbonat hipertonik
Ringer laktat, sebab akan menyebabkan presipitasi kalsium. Penambahan garam 0,9%
dengan natrium bikarbonat juga tidak disarankan, karena cairan yang dihasilkan akan
20
misalnya terjadi pada panting yang kuat akibat hipertermia. Air murni tidak dapat
diberikan secara parenteral karena bersifat sangat hipotonik dan akan menyebabkan
gangguan yang ditandai kehilangan banyak elektrolit. Larutan untuk terapi cairan dan
Cairan glukosa pada konsentrasi 10%, 20%, dan bahkan 50% dapat diberikan
secara IV jika diberikan secara pelan-pelan agar bercampur dan larut, terutama
digunakan untuk mensuplai kalori dan untuk menimbulkan diuresis osmotik pada
hewan yang mengalami insufisiensi ginjal. Cairan glukosa hanya diberikan secara IV.
Rute terapi cairan yang paling bermanfaat adalah melalui oral (PO), intravena
(IV), dan subkutan (SC). Rute intraoseus kadang-kadang digunakan untuk terapi
cairan atau darah pada anak anjing dan anak kucing atau pasien dewasa yang tidak
dapat dilakukan melalui vena. Pada pasien yang masih mau minum dan tidak disertai
muntah, rute oral merupakan pilihan yang baik untuk menangani dehidrasi ringan.
Dalam jumlah yang terbatas, cairan yang berbeda dengan cairan ekstraselular dapat
Pada pemberian cairan secara IV, volume cairan ektraselular akan pulih
dengan cepat dan distribusi cairan ke seluruh tubuh juga cepat. Rute IV dipilih pada
dehidrasi sedang sampai parah atau apabila cairan hilang dari tubuh pasien dengan
21
bekterimia/septisemia, overhidrasi), membutuhkan waktu dan bantuan untuk
merestrin pasien selama terapi cairan dilakukan. Rute SC sangat praktis pada anjing
dan kucing, terutama untuk terapi pemeliharaan cairan dalam waktu singkat. Cairan
dapat diberikan dengan cepat, tetapi absorpsi dan distribusi cairan di dalam tubuh
jauh lebih lambat dibandingkan dengan pemberian cairan dengan IV. Absorpsi cairan
nyata lebih lama pada hewan yang mengalami hipotensi, sehingga disarankan pada
tahap awal terapi cairan dilakukan secara IV untuk rehidrasi pasien dan memperbaiki
sirkulasi pada jaringan subkutan. Hanya cairan isotonik dan yang tidak mengiritasi
yang diberikan secara SC. Cairan dekstrosa 5% walaupun isotonis tidak disarankan
secara SC untuk hewan yang mengalami dehidrasi parah, karena elektrolit pada
bergabung dengan cairan dekstrosa 5% diikuti oleh air ekstraselular. Volume cairan
volume ekstraselular dapat dikembalikan dengan cepat, aliran darah ginjal akan
membaik, dan menghindari penanganan dengan penetesan cairan secara IV yang lama
terapi, penyakit, kondisi pasien, tujuan terapi, komposisi cairan, dan tingkat restrin
22
yang dibutuhkan. Kehilangan cairan secara akut memerlukan penggantian secara
cepat. Kehilangan cairan secara kronis atau disfungsi paru-paru, jantung, atau otak
normal harian cairan untukpemeliharaan fungsi tubuh dapat dijadikan dasar untuk
menduga kecepatan infus cairan secara IV pada hewan yang mengalami dehidrasi.
Kebutuhan normal cairan untuk pemeliharaan fungsi tubuh adalah 40-60 ml/kg/hari
atau 1,7-2,5 ml/kg/jam. Metode umum untuk rehidrasi pasien yang mengalami
dehidrasi ringan sampai sedang adalah penggantian dengan agak cepat sekurang-
kurangnya setengah jumlah kebutuhan cairan yang diestimasi selama 4-8 jam pertama
(dengan asumsi fungsi kardiopulmoner dan produksi urin baik). Hal tersebut
dilakukan dengan infus cairan poliionik, misalnya cairan Ringer laktat dengan
kecepatan sekitar dua atau tiga kali kecepatan normal pemasukan cairan untuk
diganti. Cairan yang masih tersisa diberikan secara lebih perlahan selama 16-20 jam
Setelah kehilangan cairan diganti dan kehilangan cairan secara abnormal tidak
lagi terjadi, kecepatan terapi cairan dapat dikurangi (1,7-2,5 ml/kg/jam). Untuk terapi
cairan selanjutnya dapat dipertimbangkan penggunaan cara SC. Terapi cairan secara
IV dengan cepat dilakukan pada pasien yang mengalami syok. Sangat penting
23
diperlambat atau dihentikan bila perlu. Tanda-tanda terapi cairan yang terlalu cepat
adalah pasien tampak gelisah, menggigil, takikardia, keluar leleran serus dari hidung,
Monitoring Pasien
setiap 4 jam) dan total cairan selama 24 jam, termasuk mencatat perkiraan jumlah
urin. Parameter yang dicatat dan frekuensi pencatatan tergantung pada individu kasus.
Pencatatan setiap hari yang perlu dilakukan adalah PCV, total protein plasma, dan
bobot badan. Nilai PCV 12-15% atau kurang merupa kan indikasi untuk
melakukan transfusi darah total (whole blood). Penurunan total plasma protein hingga
kurang dari 3,0-3,5 g/dl menjadi petunjuk untuk memperlambat atau menurunkan
terapi cairan dan mempertimbangkan untuk menggunakan plasma atau transfusi darah
total.
Parameter biokimia penting lainnya untuk memonitor pasien adalah blood urea
nitrogen (BUN) dan elektrolit pada serum, terutama kalium. Peningkatan BUN
cairan yang diberikan tidak cukup. Penurunan BUN seringkali memberikan prognosis
yang baik yang menandakan bahwa terapi cairan direspon dengan baik oleh pasien.
Hipokalemia sering terjadi sewaktu terapi cairan secara parenteral dalam beberapa
hari, terutama bila menggunakan cairan yang komposisinya mirip dengan plasma,
misalnya larutan Ringer laktat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar
24
kalium dalam serum secara teratur setiap 2-3 hari. Produksi urin dapat diestimasi
dengan mempalpasi kantung kemih dan mengamati urinasi. Pada pasien yang
mengalami oliguria, monitoring dan pemasukan cairan harus dilakukan secara cermat
pulmoner.
Apabila risiko kelebihan cairan lebih besar dari biasanya (misalnya pada
hewan yang mengalami oliguria atau anuria, respon yang tidak baik pada terapi awal
syok, pankreatitis akut), monitoring tekanan vena sentral (central venous pressure =
25