Anda di halaman 1dari 22

FOTO THORAX

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat di dalam rongga
dada. Teknik radiografi thorax terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus dipilih
disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan, misalnya bronchitis kronis, KP, fleural
effusion, pneumo thorax dan lain-lain. Untuk menentukan posisi mana yang tepat,
harus menyesuaikan antara tujuan pemeriksaan dengan kriteria foto yang dihasilkan.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis kondisi yang melibatkan dinding


thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-
paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif
sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit
paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana
para pekerja terpapar oleh debu.

Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen merupakan pemeriksaan yang


dapat dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat dipastikan secara detail
dan spesifik serta pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu,berbagai
kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto roentgen
sebelum timbul gejala-gejala klinis. Foto roentgen yang dibuat pada suatu saat tertentu
dapat menjadi dokumen rekam medis dari penyakit seorang penderita, dan setiap waktu
dapat dipergunakan dan diperbandingkan dengan foto yang dibuat pada saat- saat lain
untuk mengetahui perkembangan penyakit dari seorang pasien.

II. KLASIFIKASI CARA PEMERIKSAAN

 Fluoroscopy Thorax
Adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar
roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi bila terkena sinar tersebut.
Umumnya cara ini tidak dipakai lagi,hanya pada keadaan tertentu,yaitu bila kita
ingin menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-
alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar; serta
pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru- paru.

 Roentgenography
Adalah pembuatan foto roentgen toraks. Agar distorsi dan magnifikasi
yng diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film
harus 1,80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam
(inspirasi).

1
 Tomography
Istilah lainnya : Planigrafi , Laminagrafi , atau Stratigrafi.Pemeriksaan
lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi adanya tumor atau
atelektase yang bersifat padat, serta adanya keabnormalan dan kerusakan pada
jaringan.

 Computerized Tomography (Ct Scan)


Yaitu Tomography transversal, dengan X-ray dan komputer. CT scan
pada throrax merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru
dan keadaan cardiovascular. CT scan atau pemindaian tomografi
terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudut-sudut
yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk menghasilkan
gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-paru.
Pemeriksaan ini dilakukan secara menyeluruh, terutama untuk daerah
mediastinum.
CT scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor paru apabila
dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah mengapa CT scan paru-
paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan
kanker. Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya
pembesaran nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker
dari paru-paru.

 Bronchography
Ialah pemeriksaan percabangan bronkus, dengan cara mengisi saluran
bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan
bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung
jodium (lipiodol, dionosil, dsb).
Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada Bronkiektasis untuk meneliti
letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada tumor-
tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang
mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan.

 Arteriography
Mengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat
diketahui vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk melihat penyakit-penyakit dengan klinis Arterosklerosis
Obliterans, Aneorisma, Trauma, Malformasi Arterivenous. Kontras media yang
digunakan berjenis water soluble organic iodine compounds.

 Angiocardiography
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh-
pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi),
dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopaque, misalnya Hypaque

2
50%, dimasukkan kedalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara
intravena.

III. INDIKASI DILAKUKAN FOTO THORAX

Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :

a. Bronkhitis

Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke


paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru). Pada usia lanjut, bronkitis
bisa bersifat serius. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan
organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan
akibat dari: Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan
adenoid pada anak-anak. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: berbagai jenis
debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, sulfur dioksida dan bromin, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon
dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya

b. Atelektasis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat


penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.

c. Trauma

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

d. Tumor/Massa

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum


yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan
ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Karena rongga mediastinum tidak
dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di
sekitarnya dan dapat menganjam jiwa. Tumor mediastinum dibagi atas tumor
jinak dan tumor ganas.

3
e. Bronchopneumonia

Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alveoli.

f. Pneumo Thorax

Pneumo thorax adalah adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yang
dapat terjadi secara spontan, sebagai akibat truma disebabkan oleh trauma dada
yang dapat mengakibatkan kebocoran sehingga cairan masuk ke dalam ruang
fleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra thorax,
jika peningkatan intra thorax terjadi, maka distress ( kengerian ) pernapasan dan
gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.

g. Efusi Pleural

Efusi Fleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura, dimana


rongga pleura merupakan rongga yang terletak di antara selaput yang melapisi
paru-paru dan rongga dada di sebabkan oleh ketidak seimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. dalam keadaan normal jumlah
cairan dalam rongga pleura sekitar 10 - 200 ml.

h. Cardiomegali

Cardiomegali adalah hipertropi jantung atau pembesaran jantung, dalam


keadaan anatomis dimana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung
normal disebabkan oleh kerja jantung yang berlebihan, sehingga jantung bekerja
lebih keras, contohnya pada saat tekanan darah meningkat.

i. Tuberculosis

Tuberculosis adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh


Mycobakterium Tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru- paru. sipat
kuman ini adalah aerob yaitu lebih menyenangi hidup pada jaringan yang tinggi
kadar oksigennya, tidak dapat terlihat oleh mata telanjang, mudah mati bila
terkena sinar matahari. ada beberapa faktor yang mempengaruhi dapat
terjadinya infeksi TB yaitu keganasan basil TB, jumlah basil yang cukup
banyak, adanya sumber penularan, dan daya tahan tubuh yang menurun.

IV. POSISI PADA FOTO THORAX

 Posisi PA (Postero Anterior)

4
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan
supaya scapula tidak menutupi parenkim paru. Pada PA, sumber X-ray
diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari thorax dan
keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk
mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang
merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada
jarak yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.

 Posisi AP (Antero Posterior)


Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film
diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru.
Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi PA. Pada AP posisi sumber X-ray
dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi
dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana
sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang
tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray

5
digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya
kebanyakan supine film adalah juga AP.

 Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi


lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan,
maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film.
Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.

 Posisi Lateral Dekubitus

6
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada
cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral.
Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka
dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.

 Posisi Apikal (Lordotik)

7
Posisi Apikal (Lordotik) dilakukan apabila pada foto PA menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan
ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan
menginterpretasikan suatu lesi di apex.

 Posisi Oblique Iga

8
(Gambar : RAO - Right Anterior Oblique)

9
(Gambar : LAO - Left Anterior Oblique)
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan
lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan
sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto
oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.

 Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan
adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang
terinhalasi.

V. KRITERIA KELAYAKAN FOTO

Foto thorax harus memenuhi beberapa criteria tertentu sebelum di nyatakan


layak baca. Kriteria tersebut adalah:
1. Faktor Kondisi
Yaitu factor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar rontgen
(tempat expose) factor kondisi meliputi hal hal berikut yang biasa di
nyatakan dengan menyebut satuannya
 Waktu/lama exposure millisecond (ms)
 Arus listrik tabung mili Ampere (mA)
 Tegangan tabung kilovolt (kV)
Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah

 Cukup/ normal
 Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar)
 Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja di buat,
tergantung bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:
a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah

10
Inilah kondisi yang standar pada foto thorax, sehingga gambaran
parenkim dan corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu
foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak:
1. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
2. Memperhatikan vertebra thorakalis:
 Pada proyeksi PA kondisi cukup: tampak Vth I-IV
 Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VThI
b. Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak:
1. Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tak terlihat lagi. Cara
mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan
jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama
2. Memperhatikan vertebra thorakalis
 Proyeksi PA kondisi keras: tampak Vth V-VI
 Proyeksi PA kondisi keras: yang tampak VTh I-XII selain itu
densita jaringan lunak dan kosta terlihat mirip
2. Inspirasi Cukup
Foto thorax harus di buat dalam keadaan inspirasi cukup. Cara mengetahui
cukup tidaknya inspirasi adalah:
a. Foto dengan inspirasi cukup:
 Diafragma setinggi Vth X (dalam keadaan expirasi diafragma
setinggi Vth VII-VIII)
 Kosta VI anterior memotong dome diagframa
b. Foto dengan inspirasi kurang
 Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi
 Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah
interpretasi
3. Posisi sesuai
Seperti telah di terangkan di atas, posisi standar yang paling banyak di
pakai adalah PA dan lateral. Foto thorax biasanya juga diambil dalam posisi
erek
Cara membedakan foto thorax posisi PA dan AP adalah sebagai berikut:
1. Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara
pada foto PA scapula terletak di luar bayangan thorax
2. Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak di bandingkan foto PA
3. Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
4. Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas
5. Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto PA
label biasanya terletak di sebelah kanan foto

Cara membedakan foto posisi erek dengan supine:

11
1. Erect
a. Di bawah hemidiagframa sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus
gaster akibat aerofagia. Udara ini samar samar karena bercampur dengan
makanan. Jarak antara udara gaster dengan permukaan diagframa adalah
1cm atau kurang. Udara di fundus gaster ini di namakan magenblase
b. Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di
situ. Warna lebih lusen (gelap)
2. Supine
a. Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga jarak
udara magenblase dengan diagframa 3cm. jadi biasanya pada posisi
supine udara magenblase tidak terlihat
4. Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto:
Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis median
adalah sama. Jika jarak antara kanan dan kiri berbeda berarti foto tidak simetris
5. foto thorax tidak boleh terpotong

VI. INTERPRETASI FOTO THORAX

Cara sistematis untuk membaca foto thorax, sebagai berikut :

1. Cek untuk mengetahui sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu
inspirasi penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan
keraguan karena bisa menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru,
kardiomegali atau mediastinum yang lebar. Kesampingkan bayangan-
bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian atau lesi kulit.
2. Cek untuk mengetahui exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas
yang benar, maka jari yang diletakkan di belakang daerah yang hitam pada
foto tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena underexposed harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru bisa memberi kesan
adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena overexposed
bisa memberi kesan adanya emfisema.
3. Cek untuk mengetahui susunan tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll)
merupakan bentukan dalam keadaan normal atau tidak.
4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus seperti
pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat
terlihat mammae serta nipplenya.
5. Cek untuk mengetahui posisi diafragma normal dengan prinsip diafragma
kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan
costae 6 depan memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.
6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal,
dan carilah trachea.

12
8. Cek untuk mengetahui kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar.
Diameter jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari
separuh lebar dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh
limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.

VII. SYARAT FOTO THORAX PA


Syarat- syarat foto thorax PA bila memungkinkan :
1. Posisi penderita simetris. Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah
proyeksi tulang corpus vertebra thoracal terletak di tengah sendi
sternoclavikuler kanan dan kiri.
2. Kondisi sinar X sesuai. mAs (jumlah sinar) cukup dan
kV (kualitas sinar) cukup.
3. Film meliputi seluruh cavum thorax. Mulai dari puncak cavum thorax
sampai sinus-sinus phrenicocostalis kanan kiri dapat terlihat pada film
tersebut.

VIII. TEMUAN KELAINAN ABNORMAL RADIOLOGI THORAX


Berikut ini adalah kelainan – kelainan radiologi toraks :
1. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu penyakit,
misal : - sendi sternoclavicula sama jauhnya dari
garis tengah
- Diafragma letak tinggi
- Corakan meningkat pada kedua lobus bawah
- Diameter jantung bertambah
2. Pada Jantung : Cardiomegali

13
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya
kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :

Ketentuan :
Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan
50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung
(Cardiomegally)

- Apex cordis tergeser kebawah kiri pada pembesaran


Ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran
ventrikel kanan

4. Pada Mediastinum : Massa mediastinum

14
5. Pada Pulmo
a) Oedema paru

- Bayangan dengan garis tidak tegas


- Terdapat suatu bronkogram udara
- Tanda “silhouette” yaitu hilangnya visualisasi bentuk
diafragma atau mediastinum berdekatan

b) Pemadatan paru, seperti : TBC paru, Pneumonia

15
TB Paru

pneumonia
- Terlihat pemadatan berbercak – bercak dengan bayangan
berbatas tidak jelas
- Terlihat kavitasi (pembentukan abses)

c) Kolaps paru / ateletaksis

16
Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru sebelah kiri
yang menutupi batas kiri jantung, diafragma,dan sinus disertai
dengan shift midline ke kiri.

- Terdapat bayangan lobus yang kolaps


- Ditemukan tanda “silhouette”
- Pergeseran struktur untuk mengisi ruangan yang normalnya
ditempati lobus yang kolaps
- Pada kolaps keseluruhan paru : keseluruhan hemithorax
tampak opaque dan ada pergeseran hebat pada mediastinum
dan trachea

d) Massa paru, misal : abses paru, kista hydatid

Abses Paru
- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus

17
- Terdapat bayangan sferis

e) Bayangan kecil tersebar luas


- Bayangan cincin 1 cm bersifat diagnostic bagi bronkiektasis
- Kalsifikasi paru yang kecil tersebar luas dapat timbul setelah
infeksi paru oleh TB
- Area pemadatan kecil berbatas tidak jelas menunjukkan
adanya bronkiolitis

f) Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting
adalah garis septal, dapat terlihat pada limfangitis Ca

g) Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
- Bayangan retikulonodularis pada paru

h) Fibrosis paru

- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang


jelasnya garis bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat
nodulus berbatas tak jelas dengan garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular
terlihat memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang
tawon”, kemudian jantung dan arteria pulmonalis membesar
karena semakin parahnya hipertensi pulmonalis.

i) Neoplasma

18
- Bayangan bulat dengan tepi tak teratur berlobulasi dan tepi
terinfiltrasi
- Terdapat kavitasi dengan massa

5. Pada Pleura
a) Efusi Pleura

- Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral


daripada medial, juga dapat berjalan ke dalam fissura terutama
ke ujung bawah fissura obliqua

b) Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih
kecil daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap
terobliterasi.

c) Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa
disertai penebalan pleura

19
d) Pneumothorax

- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari


dinding dada, mediastinum atau diafragma oeh udara
- Tak adanya bayangan pembuluh darah diluar garis ini.

6. Pada Diafragma
a) Paralisis Diafragma
- Akibat kelainan nervus phrenicus, misal invasi oleh karsinoma
bronchus
- Ditandai oleh elevasi 1 hemidiaphragma

20
b) Eventrasi Diafragma

- Merupakan keadaan kongenital, yang diafragmanya tanpa otot


dan menjadi lembaran membranosa tipis.

DAFTAR PUSTAKA

Algin, Oktay, Gökhan Gökalp, and Uǧur Topal. 2011. “Signs in Chest Imaging.”
Diagnostic and Interventional Radiology 17 (1): 18–29.
https://doi.org/10.4261/1305-3825.DIR.2901-09.1.

Kumari, Pinki. 2017. “O Riginal A Rticle Comparative Analysis of Efficacy of Chest


X-Ray and Chest CT Scan in Patients with Chest Trauma : A Retrospective Study”
2 (2): 62–64.

Ruza, Gustavo Catalan, Rachel Duarte Moritz, and Fernando Osni Machado. 2012.
“Radiografia de Tórax de Rotina Em Terapia Intensiva: Impacto Na Tomada de

21
Decisão.” Revista Brasileira de Terapia Intensiva 24 (3): 252–57.
https://doi.org/10.1590/S0103-507X2012000300008.

Halankar, Jaydeep, Kartik Jhaveri, and Ur Metser. 2017. “Informed Consent in


Diagnostic Radiology Practice: Where Do We Stand?” Indian Journal of
Radiology & Imaging 27 (2): 167–76. https://doi.org/10.4103/ijri.IJRI.

Piccazzo, Riccardo, Francesco Paparo, and Giacomo Garlaschi. 2014. “Diagnostic


Accuracy of Chest Radiography for the Diagnosis of Tuberculosis (Tb) and Its
Role in the Detection of Latent TB Infection: A Systematic Review.” Journal of
Rheumatology 41 (SUPPL. 91): 32–40. https://doi.org/10.3899/jrheum.140100.

Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta,2005.

Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of Radiographic


Interpretation for General Practitioners (Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter
Umum). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : EGC,1995.

Staffan Sandstorm, 2003. D, Holger Pettersson M. n.d. Who Manual Diagnostik J.


EGC. 1668

Purwohudoyo, Sudarmo, dr. 1981. Diagnostic Rontgen. Jakarta. Erlangga

22

Anda mungkin juga menyukai