Studikasus 2:
Pada tanggal 16 s/d 20 Mei 2017 tim audit internal melakukan audit pelayanan
laboratorium. Kriteria yang digunakan adalah standar akreditasi Bab 8.1. Dari
wawancara dan observasi di laboratorium, ditemukan hasil sebagai berikut:
jenis-jenis pelayanan lab yang disediakan belum ditetapkan, pemeriksaan lab
dilakukan oleh tenaga analis yang berjumlah 3 orang. Prosedur pemeriksaan lab
tidak tersedia di laboratorium, petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan
yang mereka ketahui. Dijumpai reagen yang kadaluwarsa yaitu reagen yang
digunakan untuk pemeriksaan BTA. Reagen diletakkan di lantai ruang
laboratorium. Rentang nilai hasil laboratorium belum ditetapkan, ukuran kinerja
pelayanan laboratorium belum ditetapkan. Tidak dapat ditemukan bukti
pelaksanaan kalibrasi maupun validasi instrument. Spesimen yang diambil dari
pasien tidak diberi identitas yang jelas. Dalam rencana audit yang disusun, juga
digunakan target jumlah pemeriksaan laboratorium, yaitu 20 % dari jumlah
pasien rawat jalan. Data pasien rawat jalan pada bulan Januari, Februari, dan
maret adalah sebagai berikut: 2500, 2300, dan 2450, sedangkan data
pemeriksaan laboratorium bulan Januari, Februari, dan Maret adalah sebagai
berikut: 450 pasien, 460 pasien, dan 350 pasien. Ketika dilakukan wawancara,
mengapai target tidak tercapai, ternyata ada keengganan dokter untuk meminta
pemeriksaan laboratorium karena pasien banyak, dan hasil laboratorium tidak
cepat diperoleh, dan sering kali permintaan tidak bias dilayani karena reagen
tidak tersedia, sehingga pemeriksaan dirujuk ke laboratorium yang bekerjasama
dengan puskesmas dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dari data
pemeriksaan yang dirujuk, ternyata pemeriksaan yang dirujuk antara 50 sampai
dengan 75 jenis pemeriksaan. Auditor juga melakukan audit terhadap proses
pelayanan laboratorium dengan menggunakan daftar tilik yang disusun berdasar
SOP pemeriksaan laboratorim. Dari hasil pengamatan terhadap 12 pasien
didapatkan hasil sebagai berikut: 4 pasien tidak dilakukan identifikasi dengan
cara yang benar, pada waktu melakukan pengambilan sampel darah pada 12
pasien tersebut, petugas menggunakan sarung tangan, tetapi diamati pada 3
pemeriksaan petugas tidak mengganti sarung tangan untuk pasien berikutnya.
Ketika dilakukan wawancara mengapa identifikasi tidak dilakukan dengan
benar,,petugas menjawab mereka kurang paham tentang prosedur identifikasi
pasien,. Petugas laboratorium juga menyampaikan bahwa jumlah sarung tangan
terbatas, dan sering tidak tersedia.