HERNIA
Disusun Dalam Rangka
Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Kasron,M.Kep.
Disusun Oleh :
1. Yuliatin Soliah
2. Fitri Wulandhari
PRODI S1 KEPERAWATAN 2A
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. Pengertian
Hernia Umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat
(Monika Ester, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut
dalam rongga abnormal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.
B. Klasifikasi
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang
terjadi sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses
perkembangan intrauterine – paten prosesus vaginalis adalah salah
satu contohnya.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita :
1) Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah,
seperti pada :
a) Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti
pembuluh darah femoralis yang melalui kanalis
femoralis.
b) Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup
secara normal, seperti pada regio lumbal.
c) Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk
menutup defek, seperti pada umbilikus
2) Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma
pada dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
B. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif,
regresi yang tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis
kongenital pada neonatus, dimana orifisium dapat menutup beberapa
tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan
kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa
semakin bertambah.
Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi
inflamasi.
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya gravitasi atau tekanan intra abdominal yang
meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.
3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya
obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi
pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi
distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik,
tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang
ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia
ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan
inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi
terbanyak nomor dua operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu,
hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu
di Indonesia.
2. Hernia Interna
a) Tonjolan (bukan kantong), melalui lubang dlm perut
(Foramen Winslowi)
b) Contohnya pada hernia diaphragmatica
3. Hernia Insipiens
Termasuk hernia inguinalis lateralis à yang hanya masuk
pada canalis inguinalis saja tapi isi tidak keluar (melalui anulus
inguinalis ext)
4. Sliding Hernia (Hernia geser)
Sebagian dinding kantong hernia terdiri dari organ
retroperitoneal (caecum – kolon sigmoid – vesica urinaria)
5. Hernia Spieghel (Spieghelian hernia)
a) Lokus minor resist : lateral m.recti abdominis dg linea
semisirkularis
b) Merupakan hernia interstitiel/ hernia interparietalis
c) Jarang
d) Usia 40 – 70 tahun
e) Klinis : benjolan di atas titik McBurney kanan-kiri
f) Kantong hernia masuk celah dinding perut
g) Isi hernia à terdiri dari usus, omentum, ovarium
h) Diagnosis penunjang dengan USG
i) Jarang mengalami inkarserasi
j) Therapy : herniotomi dan hernioplastik
k) Jahit m.transversus abdominis dan m.internus abdominis
6. Hernia Littre
a) Sangat jarang
b) Isi = mengandung diverticulum Meckeli
c) Hernia sebagian usus à ~ hernia Richter
7. Hernia Obturatoria
a) Melalui canalis obturatorius
b) Batas kranial/ lateral = Sulcus obturatorium os pubis
c) Batas caudal = tepi membran obturator, m.obturator int et
ext
d) Isi canalis = berjalan saraf dan A.V obturatoria
Gambar 9. Typical Meckel’s diverticulum located on the
antimesenteric border.
C. Etiologi
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
padakondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh,termasuk di bagian perut. ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
penonjolan organ melaluidinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberitekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus- menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yanglemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melaluikanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2003).
D. Patofisiologi
Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia, pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang
muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan dan menghilang
setelah berbaring.
Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong.
E. Manifestasi Klinik
1. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang
mengecil bila pasien berbaring.
2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan
hernia akan bertambah besar.
3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2004;
Arif Mansjoer, 2000).
F. Komplikasi
1. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut
hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah ( Arif Mansyoer, 2000).
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, A ( 2000 ) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus /
obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi ( peningkatan hemotokrit ), peningkatan sel darah
putih ( leukosit ) : >10000-18000/mm3) dan tidak keseimbangan
elektrolit.
H. Tata Laksana Hernia
Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-
anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus
dilakukan operasi segera.
Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8827
Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=10546
Https://www.google.co.id/search?client=ucweb-
b&channel=sb&q=pemeriksaan+penunjang+hernia+pdf&sa=X&ved=2ah
UKEwjv9bKer-3ZahVDyLwKHe0BAwUQIoAHoECAAQAQ
https://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/hernia-femoralis/
https://googleweblight.com/i?u=https://herrysetyayudha.wordpress.com/ta
g/klasifikasi/&hl=id-ID
http://www.academia.edu/8922855/Laporan_pendahuluan_hernia