Anda di halaman 1dari 8

JPE 4 (2) (2015)

Journal of Primary Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe

ANALISIS BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KARAKTER RASA


INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN SSCS BERBANTUAN MEDIA
PUZZLE MATERI PECAHAN

Herayani1 , Kartono2, YL Sukestiyarno2

1
SD Negeri 2 Gujeg, Cirebon, Jawa Barat
2
Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Siswa cenderung merasa kesulitan dalam memahami materi pecahan sehingga tingkat berpikir
Diterima Oktober 2015 kreatif atau karakter rasa ingin tahu siswa pada materi ini relativ rendah. Untuk memberikan solusi
Disetujui Oktober 2015 dari permasalahan tersebut, dikembangkanlah perangkat pembelajaran model SSCS berbantuan
Dipublikasikan media puzzle. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan berpikir kreatif matematis dan
November 2015 rasa ingin tahu siswa sebelum pembelajaran, mengetahui keefektifan penerapan model
________________ pembelajaran, dan mendeskripsikan berpikir kreatif matematis dan rasa ingin tahu siswa kelas IV
Keywords: setelah pembelajaran SSCS berbantuan media puzzle pada materi pecahan. Hasil penelitian
SSCS, Creative Thinking, pengembangan perangkat pembelajaran model SSCS berbantuan media puzzle ini adalah (1)
Character Curiosity Of perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid, silabus dengan skor rata-rata 3,82 (baik), RPP
Students dengan skor 3,95 (baik); LKS dengan skor 4,02 (sangat baik), buku siswa dengan skor 3,95 (baik);
____________________ dan tes KBKM dengan skor 3,78 (baik); (2) pembelajaran matematika dinyatakan efektifkarena
KBKM mencapai ketuntasan dan terdapat pengaruh positif karakter rasa ingin tahu dan
keterampilan berpikir kreatif matematis terhadap KBKM, terdapat rata-rata KBKM antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol; dan terdapat peningkatan nilai KBKM. Kemampuan berpikir
kreatif matematis seluruh siswa tuntas, akan tetapi pada indikator keaslian beberapa siswa masih
kurang, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menuntaskannya.
Abstract
___________________________________________________________________
Students in understanding the material fractions tend difficulties so that the level of success in this material is
low. To provide solutions to these problems, researchers developed a model learning device SSCS tool aided
puzzle. The purpose of this study was to analyze the creative thinking and character curiosity of students through
effective learning. The results of the development of tool aided learning SSCS tool of the puzzle as follows: (1) The
device developed learning valid; Syllabus with an average score of 3.82 (good); RPP with a score of 3.95 (good);
LKS with a score of 4.02 (very good); Book student with a score of 3.95 (good); and KBKM test with a score of
3.78 (good); (2) Learning mathematics is declared effective, namely: 1) KBKM achieve mastery; 2) There is a
positive influence on the character of curiosity and creative thinking skills mathematical against KBKM; 3) There
is an average KBKM between experimental class with a grade control; and 4) There is an increase in the value
of KBKM. Mathematical creative thinking abilities of all students complete, but the indicators of the authenticity
of some students still lacking, so it can do further research to complete.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: herayani384@gmail.com

96
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN berpikir logis dan berpikir divergen yang


didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam
Permasalahan dalam pembelajaran kesadaran. Ketika seseorang menerapkan
pecahan ditemukan ketika mengajarkannya di berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan
SD Negeri 2 Gujeg dimana pecahan kurang masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif
dipahami dengan baik. Selain itu fakta di menghasilkan banyak ide. Hal ini akan berguna
lapangan menunjukkan adanya tingkat dalam menemukan penyelesaiannya. Pengertian
penguasaan dan pemahaman yang rendah pada ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif
materi pecahan. Data tahun pelajaran 2013/2014 memperhatikan berpikir logis maupun intuitif
menunjukkan bahwa daya serap untuk materi untuk menghasilkan ide-ide. Akhir-akhir ini
pecahan kelas IV pada US SD/Sederajat masih beberapa penelitian di bidang matematika
rendah dalam pembelajaran materi pecahan. memfokuskan pada keterampilan berpikir kreatif.
Wawancara dengan guru wali kelas IV juga Untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir
menunjukan, bahwa guru telah menerapkan kreatif dalam pembelajaran matematika misalnya
beberapa model pembelajaran dikelas, namun menggunakan indikator sebagai berikut (a)
masih didominasi pada pembelajaran kelancaran menjawab (fluency), yaitu
konvensional. Guru berpendapat bahwa dengan kemampuan siswa dalam menjawab masalah
pembelajaran konvensional target penyampaian matematika secara tepat, (b) keluwesan
materi dapat tercapai karena pembelajaran hanya menjawab (flexibility), yaitu kemampuan siswa
berfokus pada penyampaian materi searah dari dalam menjawab masalah matematika melalui
guru ke siswa. Rendahnya berpikir kreatif cara yang tidak baku, (c) keaslian menjawab
matematis siswa pada pembelajaran matematika (originality), yaitu kemampuan siswa dalam
adalah karena guru juga kurang memanfaatkan menjawab masalah matematika dengan
media pembelajaran Ini berarti proses menggunakan bahasa cara atau idenya sendiri,
pembelajaran yang selama ini terjadi belum (d) menguraikan jawaban (elaboration), yaitu
mencapai keberhasilan sesuai yang diharapkan. kamampuan memperluas jawaban masalah,
Pecahan merupakan materi matematika memunculkan masalah atau gagasan baru
yang dianggap sulit, kurang diminati, dan (Rohmad 2013).
dihindari oleh sebagian besar siswa. Melalui Penelitian berkaitan dengan berpikir
model pembelajaran SSCS berbantuan media kreatif dan bernalar, dan pengaruh pembalajaran
puzzle diharapkan siswa dapat memahami terhadap peningkatan skor siswa misalnya
pecahan dengan baik. Selain kemampuan dilakukan oleh Ramirez dan ganaden (Rohmad
berpikir kreatif, siswa dapat mengembangkan 2013) dan analisisnya menggunakan gain.
nilai-nilai moral berupa pendidikan karakter Penelitiannya berkaitan dengan efek kegiatan
khususnya karakter rasa ingin tahu yang secara kreatif terhadap kemampuan berpikir tingkat
aplikatif dapat diterapkan melalui pendekatan tinggi. Dalam penelitian ini kreiteria gain
ini. ternormalisasi Hake (Rohmad 2013) digunakan
Latihan keterampilan berpikir kreatif untuk mengetahui peningkatan dari pretest ke
diyakini dapat meningkatkan kemampuan postest. Siswa yang diajarkan dan di beri
berpikir kreatif matematis siswa karena pola pikir perlakuan kegiatan kreatif (instruction with
yang dikembangkan dalam berpikir creatif activity) memiliki rata-rata skor
membutuhkan dan melibatkan keterampilan keterampilan berpikir tingkat tinggi lebih baik
kritis, sistematik, logis, dan kreatif tingkat tinggi daripada siswa yang di ajar dengan tanpa
sehingga siswa akan mampu dengan cepat kegiatan kreatif (instruction with no crwatif
menarik kesimpulan dari berbagai fakta atau data activity) namun tidak berbeda secara signifikan
yang mereka dapatkan atau ketahui. Hal ini peningkatan antara pretest dan postes dua
diperkuat oleh teori belajar yang memandang kelompok tersebut Ramirez & ganaden ( Rohmad
berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari 2013).

97
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

Salah satu model pembelajaran yang bisa Instrumen yang digunakan untuk
digunakan untuk pembentukan karakter rasa mengumpulkan data dalam penelitian ini ada 3
ingin tahu dan meningkatkan keterampilan macam. Ketiga instrumen tersebut adalah
berpikir kreatif adalah model pembelajaran SSCS lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar
(Search, Solve, Create and Share). Model SSCS observasi, dan tes kemampuan berpikir kreatif
merupakan suatu model yang didesain untuk matematis (TKBKM).
membantu guru dalam hal efektivitas Arikunto (2010:193) menyatakan bahwa
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai sebuah tes adalah serangkaian pertanyaan atau
peningkatan yang luar biasa. latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan,
METODE PENELITIAN intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Instrumen yang
Jenis penelitian yang digunakan dalam reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
penelitian ini adalah jenis penelitian mix method beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
dengan desain sequential exploratory yang akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono
merupakan metode penelitian kombinasi yang 2009: 137). Selain tingkat validitas dan
menggabungkan metode penelitian kualitatif dan reliabilitas, kulaitas soal ditentukan pula oleh
kuantitatif secara berurutan. Pada tahap pertama tingkat kesukaran dan daya beda.
digunakan metode kualitatif dan pada tahap Uji ketuntasan individual berdasarkan
kedua metode kuantitatif (Sugiyono 2013:473). hasil/nilai yang diperoleh siswa, apakah kurang
Instrumen penelitian yang dikembangkan berupa atau lebih dari KKM dengan melihat nilai dari
lembar pengamatan karakter rasa ingin tahu kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
siswa (aspek afektif), lembar pengamatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70.
keterampilan berpikir kreatif (aspek psikomotor), Hipotesis uji ketuntantasan individual:
dan TKBKM (aspek kognitif). 𝐻0 ∶ 𝜇 = 70 : rata-rata nilai TKBKM siswa
Perangkat yang dikembangkan dan diuji sama dengan 70 dibenarkan
efektivitasnya dalam penelitian ini adalah 𝐻1 ∶ 𝜇 ≠ 70 : rata-rata nilai TKBKM siswa
perangkat pembelajaran matematika untuk tidak sama dengan 70
mengembangkan karakter rasa ingin tahu dan 𝜇 = Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif
berpikir kreatif melalui pembelajaran materi Matematis.
pecahan dengan model SSCS berbantuan media Uji ketuntasan individual menggunakan
puzzle yang terdiri atas silabus, RPP, buku siswa, program SPSS 21 dengan uji One Sample Test
LKS, dan TKBKM. Penelitian ini menggunakan (Sukestiyarno, 2012: 101-102). Kriteria yang
8 tahap dari 10 tahap pengembangan model Borg dipakai dengan 𝛼 = 0,05 jika nilai sig < 0,05
& Gall (1989), yaitu dengan tidak melakukan maka 𝐻0 ditolak. Berarti 𝐻1 diterima yaitu rata-
langkah 9 dan 10. rata nilai TKBKM siswa tidak sama dengan 70.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa
SD Negeri 2 Gujeg tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal sebagai salah satu kriteria
yang terdiri dari 3 kelas. Berdasarkan tes efektivitas pembelajaran, diuji proporsi dua pihak
pendahuluan yang dilakukan di kelas IV SDN 2 dengan menggunakan rumus :
Gujeg dipilih lima orang yaitu dari rangking x
teratas (X1), Q1, Q2, Q3, dan rangking terbawah o
z n
(Xn). Hal ini dilakukan untuk mengukur karakter
rasa ingin tahu siswa dan keterampilan berpikir
 o 1   o 
kreatif matematis siswa secara lebih mendalam. n
Dikuatkan oleh Sugiyono (2009:124) bahwa (Sudjana 2005: 233)
purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu.

98
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

Hipotesis statistiknya adalah sebagai Analisis regresi yang digunakan untuk


berikut: mengetahui pengaruh karakter rasa ingin tahu
𝐻0 : 𝜋 = 75% (proporsi siswa yang mendapat siswa dan keterampilan berpikir kreatif
nilai ≥ 70 mencapai 75% dibenarkan) matematis siswa dengan mencari rata-rata
𝐻1 : 𝜋 ≠ 75% (proporsi siswa yang mendapat karakter rasa ingin tahu dan keterampilan
nilai ≥ 70 tidak mencapai 75%) berpikir kreatif matematis siswa terhadap
Kriteria yag dipakai H 0 diterima jika kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
−𝑧0,5 (1− 𝛼) < 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑧0,5 (1− 𝛼) dengan secara signifikan. Hipotesis yang akan di uji :
kriteria pengujian 5%. Jika 𝐻0 diterima maka H0 : 𝜶 = 0 : Tidak ada pengaruh
harus dilakukan uji lanjut dengan melihat linier karakter rasa ingin tahu siswa dan
besarnya proporsi kemampuan berpikir kreatif keterampilan berpikir kreatif matematis siswa
matematis pada kelas yang mendapat perlakuan. terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis
Analisis untuk mengetahui tentang siswa
pengaruh karakter rasa ingin tahu (𝑋1 ) terhadap H1 : 𝜶 ≠ 0 : Ada pengaruh linier karakter
kemampuan berpikir kreatif matematis (𝑌) rasa ingin tahu siswa dan keterampilan berpikir
menggunakan regresi sederhana dengan model kreatif matematissiswa terhadap kemampuan
linier , dengan hipotesis sebagai berpikir kreatif matematis siswa
Y   0  1 X 1 𝛼1
Dengan 𝜶 = (𝛼 )
berikut: 2

𝐻0 : ( Tidak ada pengaruh linier X1 Persamaan regresi ganda yang digunakan


1  0
Y   o   1 X1   2 X 2
terhadap Y )
(Sudjana, 2005: 349)
𝐻1 : (Ada pengaruh linier X1 terhadap Y)
1  0 Analisis uji regresi ganda pada penelitian
Analisis uji regresi sederhana dianalisis ini menggunakan program SPSS 21 dengan cara
menggunakan SPSS 21. 𝐻𝑜 ditolak jika nilai Analyze, Regression, dan Linear (Sukestiyarno,
signifikan lebih kecil dari 5% yang berarti ada 2012: 83). Kriteriannya H0 ditolak jika nilai sig
pengaruh signifikan rasa ingin tahu siswa pada out put Anova < 5 % berarti persamaan
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. linier. Untuk mengetahui besarnya kontribusi
Analisis untuk mengetahui tentang (pengaruh) karakter rasa ingin tahu (X1) dan
pengaruh keterampilan berpikir kreatif matematis keterampilan berpikir kreatif matematis (X2)
(𝑋2 ) terhadap kemampuan berpikir kreatif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis
matematis (𝑌) menggunakan regresi sederhana dilihat dari nilai R2 (R square).
dengan model linier , dengan Uji beda rata-rata digunakan untuk
Y  0  2 X 2 mengetahui kemampuan berpikir kreatif
hipotesis sebagai berikut: matematis antara siswa pada kelas yang
H0 : (Tidak ada pengaruh linier X2
2  0 mendapat perlakuan dengan siswa pada kelas
yang tidak mendapat perlakuan. Dilakukan
terhadap 𝑌)
dengan menggunakan SPSS 21 yaitu Independent
H1 : (Ada pengaruh linier X2 terhadap
2  0 Sample T Test Hipotesis yang akan diuji sebagai
𝑌) berikut:
Analisis uji regresi sederhana akan 𝐻0 : m1 = m2 (rataan nilai kemampuan
dianalisis menggunakan SPSS 21. Jika berpikir kreatif matematis siswa-siswa yang tidak
menggunakan program SPSS 21, maka 𝐻𝑜 mendapat perlakuan = siswa-siswa yang
ditolak jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% mendapat perlakuan dibenarkan)
yang berarti ada pengaruh signifikan 𝐻1 : m1 ≠ m2 (rataan nilai kemampuan
keterampilan berpikir kreatif matematis terhadap berpikir kreatif matematis siswa-siswa yang tidak
kemampuan berpikir kreatif matematis. mendapat perlakuan ≠ siswa-siswa yang
mendapat perlakuan)

99
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

Keputusan hipotesis dapat dibaca dari Uji beda peningkatan kemampuan berpikir
output Independent Samples Test, dengan kriteria kreatif matematis dilakukan dengan
𝐻0 ditolak jika nilai sig < 5%, atau 𝐻1 diterima menggunakan uji independent samples T Test
yaitu rataan kemampuan berpikir kreratif SPSS 21. Hipotesis statistiknya:
matematis siswa pada kelas yang mendapat 𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2 (Rata-rata peningkatan
perlakuan dan siswa pada kelas yang tidak kemampuan berpikir kreatif matematis siswa-
mendapat perlakuan berbeda. Uji proporsi siswa yang mendapat perlakuan = rata-rata
digunakan untuk membandingkan ketuntasan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa matematis siswa-siswa yang tidak mendapat
yang mendapat perlakuan dengan siswa pada perlakuan dibenarkan)
kelas yang tidak mendapat perlakuan. 𝐻1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 (Rata-rata peningkatan
Hipotesis: kemampuan berpikir kreatif matematis siswa-
𝐻0 : 1 = 2 (Proporsi ketuntasan siswa yang mendapat perlakuan ≠ rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa- peningkatan Kemampuan berpikir kreatif
siswa yang mendapat perlakuan = proporsi matematis siswa-siswa yang tidak mendapat
ketuntasan kemampuan berpikir kreatif perlakuan)
matematis siswa-siswa yang tidak mendapat Kriteria yang dipakai terima 𝐻0 apabila sig
perlakuan) > 0,05, selain itu ditolak.
𝐻1 : 1 ≠ 2 (Proporsi ketuntasan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa- HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa yang mendapat perlakuan ≠ proporsi
ketuntasan kemampuan berpikir kreatif Tujuan dari penelitian ini adalah
matematis siswa-siswa yang tidak mendapat memperoleh perangkat yang valid dan
perlakuan) pembelajaran yang efektif. Perangkat yang valid
Rumus yang digunakan untuk menghitung diperoleh dari penilaian validator ahli dan teman
beda proporsi ketuntasan kemampuan berpikir sejawat dan keefektifan diperoleh dari kelas IV
kreatif matematis siswa adalah sebagai berikut. SD Negeri 2 Gujeg dengan melihat: 1)
x x KBKM mencapai ketuntasan, baik individu
( 1 )( 2 ) maupun klasikal; 2) adanya pengaruh positif
n1 n2
z (Sudjana 2005 : 246) karakter rasa ingin tahu dan keterampilan
1 1 berpikir kreatif matematis terhadap Kemampuan
pq  
berpikir kreatif matematis; 3) adanya beda rata-
 n1 n 2 
rata KBKM antara kelas yang mendapat
Kriteria yang digunakan 𝐻0 ditolak jika
perlakuan dengan kelas yang tidak mendapat
𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑧0,5 (1− 𝛼) , akibatnya 𝐻1 diterima
perlakuan; dan 4) Adanya peningkatan.
dengan taraf signifikansi yang digunakan yaitu Setelah dilakukan revisi beberapa kali,
5% (Sudjana 2005:248). validator melakukan penilaian terhadap
Uji peningkatan digunakan untuk perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
mengetahui peningkatan karakter rasa ingin tahu Diperoleh skor untuk masing-masing perangkat
siswa (X1), keterampilan berpikir kreatif sebagai berikut Silabus dengan skor rata-rata 3,82
matematis (X2) dari 5 siswa yang dijadikan (baik); RPP dengan skor 3,95 (baik); LKS dengan
sampel berdasarkan hasil pengamatan. Untuk skor 4,02 (sangat baik); Buku siswa dengan skor
peningkatan karakter dan keterampian tersebut 3,95 (baik); dan tes KBKM dengan skor 3,78
digunakan uji Gain. (baik), dari skor maksimum 5,00.
 S post    S pre  Pembelajaran matematika dinyatakan
g  efektif karena criteria keefektifan telah terpenuhi
100 %   S pre 
yakni:
(Savinainen dan Scott 2002:49)

100
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

KBKM telah mencapai ketuntasan, baik kelas yang mendapat perlakuan 77,52 lebih besar
individu maupun klasikal. Dengan KKM sebesar daripada rataan kelas yang tidak mendapat
70 diperoleh 21 siswa tuntas. Angka z dari daftar perlakuan 55,77. Hal ini menunjukkan bahwa
normal baku dengan ∝ = 0,05 adalah 1,96. hasil belajar kelas yang mendapat perlakuan lebih
Kriteria yang dipakai adalah terima 𝐻0 jika -1,96 baik daripada kelas yang tidak mendapat
< z < 1,96; sedangkan dalam hal lainnya 𝐻0 perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji proporsi.
ditolak. Harga z hitung = 31,01 ada di luar Dari olah data hasil perolehan nilai TKBKM
daerah penerimaan 𝐻0 sehingga 𝐻0 ditolak dan kelas yang mendapat perlakuan dan kelas yang
terima 𝐻1 . tidak mendapat perlakuan tercatat dari 21 siswa
Adanya pengaruh positif karakter rasa pada kelas yang mendapat perlakuan 21 siswa
ingin tahu dan keterampilan berpikir kreatif yang nilainya mencapai batas tuntas KKM.
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Sedangkan pada kelas yang tidak mendapat
Besarnya pengaruh karakter rasa ingin tahu siswa perlakuan, dari 22 siswa tercatat hanya ada 1
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang nilainya mencapai batas tuntas KKM.
menunjukkan nilai R square sebesar 0,616 atau Angka z dari daftar normal baku dengan ∝ =
61,6%. Besarnya pengaruh keterampilan berpikir 0,05 adalah 1,96. Kriteria yang dipakai adalah
kreatif matematis terhadap kemampuan berpikir terima 𝐻0 jika −1,96 < 𝑧 < 1,96; Harga z
kreatif matematis memperoleh nilai R square hitung = 6,28 ada di luar daerah penerimaan 𝐻0
sebesar 0,857 atau 85,7%. Besarnya pengaruh sehingga 𝐻0 ditolak dan terima 𝐻1 . Dengan
karakter rasa ingin tahu dan keterampilan demikian dapat diartikan bahwa banyaknya
berpikir kreatif matematis terhadap kemampuan siswa dengan nilai kemampuan berpikir kreatif
berpikir kreatif matematis dijelaskan berdasarkan matematis mencapai nilai KKM pada siswa-
output SPSS yang menunjukkan nilai R square siswa mendapat perlakuan lebih banyak dari
sebesar 0,872 = 87,2%. pada siswa-siswa yang tidak mendapat
Adanya beda rata-rata kemampuan perlakuan.
berpikir kreatif matematis antara kelas yang Adanya peningkatan (Rasa ingin tahu
mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak siswa, ketrampilan berpikir kreatif matematis,
mendapat perlakuan. Nilai signifikansi dan Kemampuan berpikir kreatif matematis).
independent sample test diperoleh 0,000 atau 0,0%, Dari hasil pengamatan selama 5 kali perteman
artinya sig = 0,0% < 5% maka 𝐻0 ditolak atau 𝐻1 terhadap 5 siswa pilihan, terjadi peningkatan
diterima yaitu rataan kemampuan berpikir karakter rasa ingin tahu siswa yang dihitung
kreatif matematissiswa-siswa yang mendapat dengan uji gain ternomalisasi seperti dijelaskan
perlakuan berbeda dibanding siswa-siswa yang pada Tabel 1.
tidak mendapat perlakuan. Hasil rataan untuk

Tabel 1. Rekapitulasi Uji Gain Karakter Rasa Ingin Tahu pada Subjek Pilihan Penelitian
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Rata-
Subjek
1&2 2&3 3&4 4&5 5&1 rata
SP-1 0.11 0.20 0.24 0.21 0.57 0.27
SP-2 0.07 0.43 0.13 0.50 0.43 0.31
SP-3 0.26 0.16 0.39 0.07 0.65 0.31
SP-4 0.14 0.15 0.19 0.49 0.70 0.33
SP-5 0.15 0.25 0.43 0.18 0.70 0.34
Rata-rata 0.15 0.24 0.28 0.29 0.61 0.31
Rata-rata
0.31
Keseluruhan

101
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

Tabel 2. Rekapitulasi Uji Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis pada Subjek Pilihan
Penelitian
Pertemuan
Subjek
I&II II&III III&IV IV&V 1&V Rata-rata
SP-1 0.11 0.03 0.48 0.05 0.58 0.25
SP-2 0.01 0.41 0.00 0.06 0.44 0.18
SP-3 0.05 0.11 0.59 0.00 0.65 0.28
SP-4 0.11 0.11 0.35 0.00 0.49 0.21
SP-5 -0.04 0.16 0.58 0.07 0.66 0.28

Tabel 1 memperlihatkan adanya Pembelajaran matematika materi pecahan


peningkatan rasa ingin tahu siswa kelima peserta dengan menggunakan model model SSCS
siswa pilihan dari waktu ke waktu selama uji coba berbantuan media puzzle dinyatakan efektif.
perangkat yang dikembangkan. Selisih skor akhir Terlihat dari hasil analisis yang menunjukkan : 1)
dengan skor awal menunjukkan besaran kemampuan berpikir kreatif matematis mencapai
peningkatan rasa ingin tahu masing-masing ketuntasan, baik secara individual maupun
siswa. Berikut Tabel 2 yang menyajikan data uji klasikal. Ketuntasan individual diperoleh dengan
gain keterampilan berpikir kreatif matematis dari rata-rata TKBKM siswa kelas yang mendapat
subjek pilihan penelitian. perlakuan lebih dari KKM dan mencapai
Tabel 2 memperlihatkan adanya ketuntasan klasikal dimana lebih dari 75% siswa
peningkatan keterampilan berpikir kreatif telah mencapai KKM (70); 2) rataan hasil belajar
matematis kelima peserta siswa pilihan dari kemampuan berpikir kreatif matematis kelas
waktu ke waktu selama uji coba perangkat yang yang mendapat perlakuan memperoleh 77,52,
dikembangkan. Selisih skor akhir dengan skor lebih baik dari pada kelas yang tidak mendapat
awal menunjukkan besaran peningkatan perlakuan yang hanya 55,77; 3) karakter rasa
keterampilan berpikir kreatif matematis masing- ingin tahu dan keterampilan berpikir kreatif
masing siswa siswa pilihan. Output hasil matematis berpengaruh positif terhadap
perhitungan independent sample T test tampak kemampuan berpikir kreatif matematis; 4)
bahwa 𝑠𝑖𝑔 = 0,000 < 0,05 yang berarti 𝐻0 terdapat peningkatan karakter rasa ingin tahu,
ditolak dan terima 𝐻1 . Dengan demikian dapat peningkatan keterampilan berpikir kreatif
disimpulkan bahwa rata-rata peningkatan matematis, dan peningkatan kemampuan
kemampuan berpikir kreatif matematis kelas berpikir kreatif matematis, karena rata-rata
yang mendapat perlakuan ≠ selisih rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif
peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas matematis yang mendapat perlakuan lebih baik
yang tidak mendapat perlakuan. dari rata-rata peningkatan kelas yang tidak
mendapat perlakuan.
SIMPULAN Saran disampaikan untuk mengadakan
penelitian lanjutan, yaitu:
Berdasarkan pertimbangan para ahli, Keseluruhan kemampuan berpikir kreatif
pengembangan perangkat pembelajaran materi matematis siswa tuntas, akan tetapi indikator
pecahan model SSCS berbantuan media puzzle kemampuan originality beberapa siswa masih
dinyatakan valid. Hal ini ditunjukkan hasil rata- kurang, sehingga dapat dilakukan penelitian
rata validasi ahli dengan skala 5 untuk silabus lebih lanjut untuk menuntaskannya. Peningkatan
adalah 3,82 (baik), RPP adalah 3,95 (baik), LKS karakter rasa ingin tahu siswa secara keseluruhan
adalah 4,02 (sangat baik), buku siswa adalah 3,95 sudah cukup baik, akan tetapi pada inidikator
(baik), dan TKBKM adalah 3,78 (baik bertanya pada guru dan teman tentang materi

102
Herayani dkk / Journal of Primary Education 4 (2) (2015)

pelajaran belum meningkat secara maksimal DAFTAR PUSTAKA


terutama pada kelompok bawah. Hal ini dapat
digunakan untuk mencari model atau solusi yang Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
dapat meningkatkan kerakter rasa igin tahu siswa (Edisi Revisi). Jakarta:Penerbit Bumi Aksara
Rochmad. 2013. Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif
lebih maksimal.
dalam Pembelajaran Matematika. Makalah
Peningkatan keterampilan sudah cukup
Seminar Nasional FMIPA Universitas Negeri
baik, akan tetapi indikator keaslian semua Semarang.
jawaban yang telah dikerjakan umumnya masih Savinainen, A. dan Scott, P. 2002. “The Force
terbatas pada keterampilan dalam menyajikan Concept Inventory: A Tool For Monitoring
jawaban, sehingga dapat dilakukan penelitian Student Learning”. IOP Publishing Ltd Physics
lebih lanjut untuk meningkatkan Education, Volume 37, No. 1. Hal 45-52.
keterampilannya. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan
Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

103

Anda mungkin juga menyukai