Tugas ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Oleh :
Lucyana Lufti
BP 1510952051
Dosen Pengampuh :
Darmawan,M.Sc
Gambar 1.1
Pesawat tanpa awak jenis Quadcopter
(Sumber : Google)
Quadcopter adalah pengembangan dari helikopter yang dilengkapi dengan
empat rotor yang akan menciptakan gaya translasi vertikal sehingga
memungkinkan pesawat mendarat atau tinggal landas dari landasan yang sempit
atau tidak terlalu luas. Pada fase penerbangan quadcopteri, fase landing
(pendaratan) merupakan fase yang paling kritis, dimana resiko terjadi kecelakaan
paling besar. Permasalahan tersebut muncul karena adanya beberapa kendala,
seperti kendala pada struktur rangka pesawat yang kecil, peningkatan beban pada
sayap pesawat serta pengaruh beban angin sehingga menyebabkan pesawat tidak
stabil[3].
Pada saat proses landing referensi ketinggian terus berubah dari set point
tertentu hingga set point bernilai nol (di dasar). Kondisi beban pada saat
quadcopter berada di atas jelas akan berbeda dibandingkan pada saat quadcopter
berada dibawah. Kondisi beban yang berubah-ubah akan menyebabkan paramter-
parameter plant berubah. Perubahan beban tersebut menyebabkan adanya
ketidakpastian parameter plant yang dapat menyebabkan perubahan spesifikasi
respon yang cukup signifikan[3].
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perancangan kontroler akan cukup
sulit. Jika hanya mengimplementasikan kontroler PID jenis biasa maka tidaklah
cukup. Karena kontroler PID biasa tidak mampu mengatasi masalah tersebut
dikarenakan objek yang di amati sistem akan bervariasi, kecuali jika di-tunning
secara berkala. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kontroller yang robust dan dapat
diandalkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan PID model reference
adaptive control (PID-MRC) dipilih sebagai metode untuk mengatasinya.
2. Bagi Pembaca :
Melalui penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran atau
referensi bagi peneliti lainnya dalam hal kontroler PID MRC untuk kondisi
automatic safe landing
2.1 Quadcopter
Quadcopter memiliki 4 buah rotor sebagai penggerak baling-baling yang
digunakan untuk menghasilkan gaya angkat. Baling-baling yang sering disebut
dengan propoller yang dipasang bersama 4 buah brushless motor. Tipe dari
quadcopter sendiri terdiri dari 2 jenis, tipe X dan tipe + tergantung pada gerak laju
pada quadcopter. Quadcopter memiliki frame dimana sebagai tulang tumpu pada
koordinat x dan y.
Gambar 2.1
Pergerakan pada Quadcopter
(Sumber : Google)
Pada Gambar 2.1 bagian depan quadcopter adalah rotor dengan nomor 1. Jika
kecepatan no 2 dan 3 dinaikkan/ diturunkan maka akan terjadi gerakan rotasi yang
dinamakan roll dan mengakibatkan gerak translasi pada sumbu y. Sebaliknya jika
kecepatan motor 1 dan 4 dinaikkan/diturunkan maka akan terjadi gerakan rotasi
yang dinamakan pitch dan mengakibatkan ferak translasi pada sumbu x. Pada
Gambar 2.1 pergerakan quadcopter rotasi terhadap sumbu z dinamakan yaw,
selain itu jika kecepatan keempat motor sama akan terjadi pergerakan translasi
terhadap sumbu z[4].
Berdasarkan diagram blok tersebut dapat dilihat bahwa MRAC terdiri dari dua
loop. Loop yang pertama adalah loop umpan balik pada umumnya. Sedangkan
loop yang kedua adalah loop yang menuju pada blok adjusment parameter untuk
membandingkan kesalahan 𝑦𝑚 - 𝑦𝑝 . Permasalahan dalam MRAC ini adalah
menentukan mekanisme penyesuaian agar sistem menjadi stabil dan tidak ada
kesalahan dalam keadaan tunak[3].
Pada metode MRAC signal input akan dibandingkan dengan sinyal feed
back yang kemudian akan diolah oleh controller. Parameter plant akan selalu
diestimasi secara online, serta y model akan diprediksi untuk keluaran yang akan
datang. Melalui mekanisme metode inversi(kausal) maka akan didapatkan uk*
yang digunakan untuk membandingkan dengan sinyal kontrol uk [5].
Gambar 2.3
Diagram umum Blok MRAC
(Sumber : Yuliyanto, 2012 )
2.3 Kontroler PID
PID (Proportional Integral Derivative) merupakan sebuah sistem kontrol
yang memiliki tiga buah kontroller yaitu kontrol Proportional(P), kontrol Integral
(I), kontrol Derivative (D). Fungsi kontroler untuk mengendalikan sistem dengan
memanipulasi sinyal error, sehingga respon sistem (output) sesuai dengan yang
diinginkan (input). Tujuan dari penggabungan ketiga pengendali adalah untuk
memperbaiki kinerja sistem agar saling melengkapi dan menutupi dengan
kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Sebuah kontroler proporsional ditambah integral ditambah derivatif (PID)
adalah satu mekanisme umpan balik yang banyak digunakan dalam sistem
pengaturan industri. Sebuah kontroler PID menghitung nilai kesalaham sebagai
perbedaan antara variabel proses terukur dan set point yang diinginkan. Diagram
blok kontroler PID standar disajikan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.4
Sistem pengaturan loop tertutup dengan kontroler PID
(Sumber : Teddy Sudewo, 2012 )
Hubungan sinyal eror dan sinyal kontrol pada kontroler tipe PID standar dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Gambar 3.2
Skema koneksi sistem
(Sumber : Tri Awan Nusa Putra, 2013 )
Pada Gambar 3.3 terlihat ada 4 blok utama yang membangun diagram blok
PID Model Reference Adaptive Control, yaitu [3] :
1. Perancangan Plant
Model pendekatan Auto Regressive Moving Average (ARMA) dipilih
karena mendekati persamaan dari matematis plant. Struktur ARMA sendiri dapat
digambarkan secara singkat dengan orde plant diinginkan memiliki orde 2,
dengan na=2, nb=1 dan factor delay d=1, sehingga dihasilkan persamaan berikut
ini :
2. Model Reference
Pada sistem model reference adaptive control dibutuhkan model referensi.
Model akan didisain dengan spesifikasi persamaan karakterteristik orde pertama
dengan % 𝐸𝑆𝑆 =0, tidak ada overshoot dan offset, konstanta waktu 𝜏𝑚 =1 detik
dengan nilai gain overall(K)=1. Dalam waktu kontinyu orde satu dapat
dipresentasikan dalam bentuk persamaan berikut ini :
Dengan pendekatan zoh, maka persamaan diskrit orde satu menjadi persamaan :
3. Identifikasi Online Parameter
Untuk mencari nilai parameter plant seperti yang telah diuraikan di atas, maka
diperlukan sebuah algoritma tertentu. Maka algoritma Extended Least Square
memiliki kelebihan update nilai matriks gain yang selalu konstan.