Disusun oleh :
1. Yana saepurohman
2. Gina sakinah
3. Desi permatasari
4. Selin resyani
5. Cindy Olivia
6. Fajri nugraha
7. Iban supriawan
8. Siti sakilatusolihah
9. Tiara citra maharani
10. Widaningrum
11. Hakik taufik a
12. Yuli marlina
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan .
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna . Oleh sebab itu , kami berharap adanya kritik , saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang ,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun .
Penyusun
Kelompok
2
Daftar isi
Cover ..................................................................................................................
Kata pengantar ................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................. 3
Bab I pendahuluan .............................................................................................. 4
1.1.Latar belakang ........................................................................................ 4
1.2.Rumusan masalah.................................................................................... 5
1.3.Tujuan penulisan .................................................................................... 5
1.4.Metode penulisan ................................................................................... 5
Bab II pembahasan ............................................................................................. 6
2.1.Pengertian keselamatan pasien ( Patient Safety ) ................................... 6
2.2.Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien bertaraf nasional atau
dalam negri ............................................................................................. 6
2.3.Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien bertaraf internasional
atau luar negri ......................................................................................... 22
Bab III penutup ................................................................................................... 25
3.1.Kesimpulan ............................................................................................ 25
3.2.Saran ....................................................................................................... 25
Daftar isi ............................................................................................................. 26
3
Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya
suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan.
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi
berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme
politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan
eksplisit.(Wikipedia.com).
Kebijakan ini sangat bermanfaat dalam segala aspek , salah satu nya di
bidang kesehatan . Organisasi kesehatan baik dalam negeri maupun luar negri
sudah banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang mendukung dunia
kesehatan itu sendiri , salah satu contoh kebijakan yang dikeluarkan kementrian
kesehatan yaitu , peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 11 tahun
2017 tentang keselamatan pasien dan undang-undang republik indonesia nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit sementara kebijakan yang mendukung dunia
kesehatan di luar negeri atau yang bertaraf internasional yaitu kebijakan yang
dikeluarkan oleh JCI ( Joint Comissiion International ) tentang akreditasi rumah
sakit , tata cuci tangan 6 langkah 5 momen yang dikeluarkan oleh WHO ( World
Health Organitation ) dll.
Sebab dikeluarkanya kebijakan pasti terdapat suatu alasan yang logis dan dapat
diterima secara akal .Seperti kebijakan tentang keselamatan pasien atau patient
4
safety yaitu masih tingginya angka infeksi nosocomial yang di akibatkan oleh
petugas kesehatan atau kurang perhatianya terhadap keselamatan pasien di rumah
sakit. Ada beberapa kebijakan yang mendukung tentang keselamatan pasien
diantara nya :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
4. “ hospital patient safety standards “ joint commissions on accreditation of
health organizations , Illinois, USA , tahun 2002 .
1.2.Rumusan masalah
1. Apa saja kebijakan yang mendukung patient safety ?
2. Bagaimana Isi dari kebijakan patient safety yang dikeluarkan oleh
Permenkes ?
3. Bagaimana standar keselamatan pasien yang dikeluarkan organisasi
bertaraf internasional atau JCI ?
1.3.Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah patient safety
2. Untuk menjadi bahan seminar di kelas
3. Untuk menjadi bahan perkuliahan
1.4.Metode penulisan
bab I membahas latar belakang , rumusan masalah , tujuan dibuatnya
makalah ,bab II membahas materi yang berkaitan dengan system informasi, bab
III kesimpulan dan saran dari penulis dan halaman terakhir terdapat daftar
pustaka atau daftar referensi .
5
Bab II
Pembahasan
2.1.Pengertian keselamatan pasien ( Patient Safety )
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
.( Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien)
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Jadi kesimpulan nya keselamatan pasien itu adalah sekumpulan prosedur
atau cara pencegahan ( preventif ) untuk menyelamatkan pasien dari segala resiko
yang terjadi saat di rumah sakit atau pun perawatan mandiri di rumah .
2.2.Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien bertaraf nasional / dalam negri
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Ulasan singkat :
Bab II ( organisasi )
6
pasal 3
Ayat 1 “ menteri membentuk komite nasional keselamatan pasien
pasien rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu
pelayanan rumah sakit “
Ayat 6 “ fungsi dari komite nasional keselamatan pasien rumah sakit
menyelenggarakan fungsi
7
e. melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
f. memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah
sakit dalam rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit; dan
g. membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
Bab III Standar keselamatan pasien
pasal 7
ayat 1 “ setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan
pasien “
ayat 2 “ standar keselamatan pasien yang dimaksud meliputi
a. Hak pasien;
b. Mendidik pasien dan keluarga;
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.”
Bab IV Sasaran keselamatan pasien rumah sakit
Pasal 8
Ayat 1 “Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan Pasien”.
Ayat 2 “Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:
8
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.”
Bab V Penyelenggaraan keselamatan pasien rumah sakit
Pasal 9
9
b. Sasaran keselamatan pasien
c. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
Ayat 3 “ system pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus
menjamin pelaksanaan :
a. Asuhan pasien lebih aman , melalui upaa yang meliputi asesmen risiko
, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien
b. Pelaporan dan analisis insiden , kemampuan belajar dari insiden , dan
tindak lanjutnya , dan
c. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil . “
Kriteria:
10
Kriteria:
Kriteria:
11
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.
Kriteria:
12
d. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar:
Kriteria:
13
penyakit atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian sentinel
Contoh Kejadian sentinel antara lain Tindakan invasif/pembedahan pada
pasien yang salah, Tindakan invasif/ pembedahan pada bagian tubuh yang
keliru, Ketinggalan instrumen/alat/ benda-benda lain di dalam tubuh
pasien sesudah tindakan pembedahan, Bunuh diri pada pasien rawat inap,
Embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan kematian/kerusakan
neurologis, Reaksi Haemolitis transfusi darah akibat inkompatibilitas
ABO, Kematian ibu melahirkan, Kematian bayi “Full-Term” yang tidak di
antipasi, Penculikan bayi, Bayi tertukar, Perkosaan /tindakan kekerasan
terhadap pasien, staf, maupun pengunjung. Selain contoh kejadian sentinel
diatas terdapat kejadian sentinel yang berdampak luas/nasional diantaranya
berupa Kejadian yang sudah terlanjur di “ blow up” oleh media, Kejadian
yang menyangkut pejabat, selebriti dan publik figure lainnya, Kejadian
yang melibatkan berbagai institusi maupun fasilitas pelayanan kesehatan
lain, Kejadian yang sama yang timbul di berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan dalam kurun waktu yang relatif bersamaan, Kejadian yang
menyangkut moral, misalnya : perkosaan atau tindakan kekerasaan.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
fasilitas pelayanan kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/Near miss) dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
14
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan
pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak
lanjut dan implementasinya.
Standar:
Kriteria:
15
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan pelatihan
tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar:
Kriteria:
16
seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan,diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien
Nasional yang terdiri dari :
17
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan
peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon
unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito. Fasilitas
pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibacakan ulang dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau prosedur
mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali
(read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD atau ICU.
18
SASARAN 3: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG
HARUS DIWASPADAI
19
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN: Fasilitas pelayanan kesehatan
menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan/pemberi tanda.
20
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau
mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk
implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat
dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor baik
konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar
dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera,
21
sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun. Program tersebut
harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
22
1. Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.Menggunakan
minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
Nama lengkap dan tanggal lahir, atau
Nama lengkap dan nomor medical record, atau
Nama lengkap dan alamat
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif/Improve Effective
Communication
Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon
Melakukan hand over saat serah terima pasien
Melakukan critical result dalam waktu 30 menit
Menggunakan singkatan yang dibakukan.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan
perhatian/Improve the safety of High-Alert Medications
Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan
(termasuk potassium chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl
>0.9%)
4. Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur
pembedahan/Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient
Surgery
Melakukan site marking
Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
Melakukan time out
5. Mengurangi Risiko Infeksi/ Reduce the risk of health care-Associated
Infections
Melakukan cuci tangan
Sebelum kontak dengan pasien
Sebelum melakukan tindakan aseptic
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan pasien
23
Setelah kontak dengan lingkungan pasien
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient
harm resulting from falls
Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai risiko pasien
jatuh.
Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi.
24
Bab III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Keselamatan pasien atau patient safety sangatlah penting dalam perawatan
pasien dalam bentuk pencegahan/preventif. Ada beberapa kebijakan yang
mendukung patient safety itu sendiri baik yang nasional maupun internasional.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam patient safety
yaitu:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Kebijakan yang dipakai oleh seluruh dunia atau bertaraf internasional yaitu
kebijakan yang dikeluarkan oleh Joint Comisiion International ( JCI ) , yang
mendedikasikan dalam keselamatan pasien .
3.2.Saran
Seorang tenaga kesehatan haruslah mengerti apa , siapa , bagaimana
patient safety itu sendiri . karena patient safety adalah salah satu unsur terpenting
dalam terapi pengobatan di rumah sakit , di klinik pengobatan dll. Patient safety
menyangkut banyak hal salah satunya dapat menjadi penilaian rumah sakit ,
apakah rumah sakit itu sudah layak atau belum di katakan sebagai rumah sakit dan
tentunya aman , nyaman bagi klien atau pasien pengguna fasilitas .
25
Daftar pustaka
www.hukumonline_ Peraturan-Menteri-Kesehatan-Republik-Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011-Tentang-Keselamatan-Pasien-Rumah-
Sakit.com
www.hukumonline_Peraturan_Menteri_Kesehatan_Republik_Indonesia
Nomor_11_Tahun_2017_Tentang_Keselamatan_Pasien.com
www.hukumonlien_Undang-
Undang_Republik_Indonesia_Nomor_44_Tahun 2009 Tentang
Rumah_Sakit.com
“ hospital patient safety standards “ joint commissions on accreditation of
health organizations , Illinois, USA , tahun 2002 .
www.aplikasiIPSG_JCI_ UniversitasAirlanggaSurabaya.com
26