Anda di halaman 1dari 13

Step 1

- P24antigen : pemeriksaan antigen tingkat seluler


Protein yang merupakan bagigan dari HIV
- Kelenjar Limfe multiple : pembesaran kelenjar limfe lebh dari satu tempat

Step 2

1. Definisi imunodefisiensi
2. Mekanisme imunodefisiensi
3. Klasifikasi imunodefisiensi
4. Kelainan-kelainan imuno defisiensi
5. Gejala-gejala AIDS
6. Gambaran klinis HIV
7. Faktor penyebab imunodefisiensi
8. Apa kaitan antara penyakit pasien dengan pacarnya yang seorang pengguna penggunaan
narkoba jarum suntik
9. Definisi HIV / AIDS
10. Apa hubungan HIV dengan gejala yang ada di scenario
11. Pathogenesis HIV
12. Bagaimana langkah preventif dari AIDS
13. Cara penularan HIV
14. Penatalaksanaan penderita AIDS

Step 3

1. Definisi imunodefisiensi
- Suatu keadaan dimana terjadi penurunan / ketiadaan respon imun normal dapat terjadi akibat
penyakit malnutrisi, autoimunitas, herediter sehingga tidak bias memfagosit antigen yangmasuk
kedalam tubuh

Definisi : perkembangan sistem imun yang dipengaruhi oleh kerusakan herediter, atau
dapat terjadi akibat efek sekunder misalnya mal nutrisi, infeksi, imunosupresi,.

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FKU )

2. Mekanisme imunodefisiensi
- Leukosit menurun sehingga makrofag tidak resisten terhadap antigen yang masukCD8+
terdiferensiasi-sitokin sel Th tidak bisa mensekresi IFNCD4+ rusak
3. Klasifikasi imunodefisiensi
- Primer (kogenital) Karena abnormalitas secara genetic yang dapat merusak sitem imun yang
humoral dan seluler, secara khas memperlihatkan manifestasi pada usia antara 6 bln-2 th.
Disebabkan oleh sebuah penyakit tertentu, herediter
- Sekunder/didapat biasanya terjadi akibat keadaan penyakit seperti malnutrisi, keganasan virus.
Akibat dari penyakit / pengobatan tertentu(kemoterapi,radiasi, infeksi)
- Spesifik
. primer : defisiensi imun primer sel B, sel T, kombinasi sel T dan B yang berat
. sekunder : malnutrisi, infeksi , truma
- Nonspesifik : defisiensi komplemen, def.IFN, def.sistem fagosit, def. sel NK

Klasifikasi : dibagi 2
o Non-spesifik
 DEFISIENSI KOMPLEMEN
komponen komplemen diperlukan utk membunuh kuman, opsonisasi,
kemotaksis, pencegahan penyakiy autoimun dan eliminasi complex antigen
antibody. Jika kekurangan komplemen dpt menimbulkan berbagai akibat spt
infeksi bakteri yg rekuren,

. dibagi :

1. defisiensi komplemen congenital


menyebabkan infeksi yg berulang atau penyakit complex imun spt LES,
glomerulonefritis

def. inhibitor esterase C1


def. C2 dan C4
def. C3
def. C5
def. C6,C7, C8
2. defisiensi komplemen fisiologik
def. komplemen fisiologik hanya ditemukan pd neonatus yg disebabkan krn
kadar C3, C5, dan factor B

3. defisiensi komplemen didapat


disebabkan oleh depresi sintesis, missal pd sirosis hati dan malnutrisi
protein/kalori

 def. C1q,r,s
 def. C4
 def. C2
 def. C3
 def. C5-C8
 def. C9
 INTERFERON LISOZIM
1.defisiensi interferon congenital

dpt menimbulkan infeksi mononukleus yg fatal

2.defisiensi interferon dan lisozim didapat

dpt ditemukan pd malnutrisi protein/kalori

 SEL NK
defisiensi congenital
didpt pd penderita dg osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadar IgG, IgA, dan
kekerapan autoantibody biasanya meningkat

defisiensi didapat
terjd akibat imunosupresi atau radiasi

 FAGOSIT
def. system fagosit sering disertai dgn infeksi berulang

1. defisiensi kualitatif
dpt mengenai fungsi fagosit spt kemotaksis, menelan/memakan dan membunuh
mikroba intaseluler

2. defisiensi kuantitatif
 Basofilia, netrofilia, eosinofilia, limfopenia

o spesifik
 KONGENITAL ATAU PRIMER
merupakan imunodefisiensi kongenital, bukan hasil dari suatu penyakit lain.

defisiensi imun primer sel B


dpt berupa ggn perkembangan sel B yg berakibat tdk adanya semua Ig satu kelas atau
subkelas Ig.

defisiensi imun primer sel T


def. sel T congenital rentan terhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa. Oleh krn sel T
berpengaruh terhadap sel B, maka def. sel T disertai pula ggn. produksi Ig yg nampak
dr tdk adanya respons terhadap vaksinasi dan seringnya terjd infeksi

defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat


mrpkn penyakit akibat ggn. sel T dan sel B

 DIDAPAT ATAU SEKUNDER


malnutrisi
infeksi
obat, trauma, tindakan katetirisasi dan bedah
penyinaran
penyakit berat
kehilangan Ig/leukosit
stress
agamaglobulinemia dgn timoma
 FISIOLAGIK
kehamilan
usia tahun pertama
usia lanjut
HIV-AIDS

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FKU )

4. Kelainan-kelainan imunodefisiensi
- AIDS
- Tumor
- Kelainan pada limf. T : adanya kandidiasis mukokutaneus kronis
- Kelainan pada limf. B dan T: adanya ataksia

 Chronic Granulomatous Disease


CGD adalah infeksi rekuren berbagai mikroba, baik gram negatif maupun gram positif.
Merupakan penyakit X-linked resesif yang terjadi pada usia 2 tahun dimana ditemukan defek
neutrofil dan ketidakmampuan membentuk peroksid hidrogen atau metabolit oksigen toksin
lainnya.
 Defisiensi Glucose-6-phosphate dehydrogenase
Defisiensi G6PD adalah penyakit imunodefisiensi tang X-linked dengan gambaran klinis seperti
CGD dan ditemukan anemia hemolitik. Diduga karena defisiensi geberasi NADPH. Dalam keadaan
normla, fagositosis akan mengaktifkan oksidase NADPH yang diperlukan untuk pembentukan
peroksidase. Pada defisiensi oksidase NADPH tidak dibentuk peroksidase yang diperlukan untuk
membunuh kuman intraseluler
 Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma dan dilepas ke fagosom melalui proses
degranulasi yang diikuti dengan fagositosis, pada DMP proses tersebut terganggu sehingga
kemampuan membunuh neutrofilnya terganggu.
 Sindrom Chediak-Higashi
Kebanyakan penderita meninggal pada usia anak, neutrofil mengandung lisososom besar
abnormal yang dapat bersatu dengan fagosom tetapi terganggu dalam kemampuan melepas
isinya, sehingga proses menelan, memakan dan menghancurkan mikroba terlambat. Pada SCH
ditemukan neutrofil denagn kemotaksis dan kemampuan membunuh abnormal dengan aktivitas
sel NK dan kadar enzim lisosom yang menurun.
 Sindrom Job
Pilek berulang, tidak terjadi inflamasi normal. Kemampuan neutrofil untuk menelan memakan
tidak menunjukan kelainan, tetapi kemotaksisnya terganggu. Kadar IgE serum sangat tinggi dan
dapat ditemukan eosinofilia
 Sindrom Leukosit Malas ( Lazy Leucocyte)
Berupa kerentanan terhadap infeksi mikroba yang berat. Jumlah neutrofil turun, respon
kemotaksis dan respon inflamasi menurun
 Defisiensi adhesi Leukosit
Leukosit menunjukkan defek adhesi dengan endotel dan antar leukosit (agregasi), kemotaksis,
dan aktivitas fagositosis yang buruk
(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FK UI )
5. Gejala-gejala AIDS
- Mayor
. BB menurun
. diare kronik yang berlangsug 2 bln
. demam berkepanjangan > 1bln
- Minor
. batuk menetap lbh dari 1 bln
. dermatitis geralisata yang gatal
. infeksi Jamur yg berulang di alat kelamin wanita
- Gejala umum: sprti mayor (demam,diae bb nenurun,anoreksia,nafsu makan kurang,
faringitis,mielgia)
- Neuropati : meningitis,ensepalitis,mielopati
- Dermatologi : ulkus mukokutis,sarcoma kaposi

Gejala mayor :

 pe BB atau pertumbuhan lambat yang abnormal


 diare kronik > 1 bulan
 demam > 1 bulan
Gejala minor

 limfadenopati umum
 kandidiasis orofaring
 infeksi umum yang rekuren (otitis, faringitis)
 Batuk – batuk yang persisten
 Dermatitis umum
 Infeksi HIV yang maternal
Menurut WHO seseorang dicurigai menderita AIDS jika paling sedikit mempunyai 2 gejala mayor dan
1 gejala minor. Dan hendaknya dilakukan pemeriksaan darah dengan tes ELISA sebagai tes penyaring
dan pastikan dengan tes Western-Blot sebagai tes penentu

R.S. Siregar. 1996. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta: EGC

6. Faktor penyebab imunodefisiensi


- Herediter
- Diabetes
- Sindrom Down
- Gagal ginjal
- Malnutrisi
- Kemoterapi kanker
- Terapi penyinaran
- Cacar air ,TBC yang berat
- Pola genetic
- Def. metabolism dan biokimiawi
- Def. vitamin mineral
- Embryogenesis
- Penyakit auto imun
- Def. imun perolehan

7. Apa kaitan antara penyakit pasien dengan pacarnya yang seorang pengguna penggunaan
narkoba jarum suntik
- Karena adanya perantara dari jarum suntik yang telah dipakai penderita HIV AIDS dan dari
pekerjaan adanya hub. Sex

8. Definisi HIV / AIDS


- Kumpulan gejala penyakit akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV

 Definisi HIV
Human imunodeficiency Virus yaitu suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dimana target utamanya adalah sel T Helper
 Definisi Aids
Acquired imun deficiency Syndrome adalah syndrom kehilangan kekebalan tubuh dimana
terdapat sekumpulan penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalan
tubuhnya dirusak oleh virus HIV

(sumber : Buku Ajar IPD Jilid II)

9. Apa hubungan HIV dengan gejala yang ada di scenario


- Batuk: Ag yang masuk kedalam tubuh tdk bisa lg di fagosit
- Pembesaran kelenjar limfe: virus menginfeksi sel langerhan berreplikasi di KGB
- Bb menurun: kerja imunitas tinggi dalam memerangi metabolism tinggi shg bb cpt menurun /
trdapat infeksi pada saluran cerna karena parasit cryptosporidium.
- Demam : HIV mnghasilkan pirogen endogen merangsang hipotalamus untuk meningkatkan
suhu tubuh tinggi shg terjadi demam / karena infeksi lain
-
10. Pathogenesis HIV
- HIV mukosa vaginadiikat makrofag dan sel dendritiklimfonodi(karena ada sel Th yang
nantinya diserang CD4+)virus bereplikasi (viremia) menuju jar. Limfonodi yg lainkarena
sangat ganas kemudian terjadi infeksi yg kronis tapi masih ada respon imun
- Penggantian CD4 terlalu cepat sehingga sutul tdk memproduksi lagi CD4 akibatnya penyakit
mudah masuk

Melalui hubungan seksual :

Hubungan seksualmasuk ke tubuh melalui membran mukosa vagina, mulut, rectumsel


langerhans (makrofag di kulit/sel dendritik)dipermukaan mukosa mengikat virus dan
membawanya ke limfonodi (yang banyak mengandung sel T halper, CD4 +)  Lalu virus HIV
menyerang sel T CD4+  REPLIKASI  viremia (penyebaran virus ke jaringan limfonodi) virus
menyebar ke jaringan limfonodi lainnya.

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FK UI )

11. Bagaimana langkah preventif dari AIDS


- Tidak berganti2 pasangan
- Tidak berhub sex dengan penderita HIV
- Yang transfusi tdk menderita
- Alat suntik sskali pakai
- Menggunakan alat pelindung saat bekerja
- Bumil sesegera mgkn menghub dokter
- Pendidikan kesehatan
- Sekunder: deteksi dini pada fase klinik preklinik
- Tersier: rehabilitasi,membatasi kecacatan
- Pasteurisasi ASI

12. Penatalaksanaan penderita AIDS

Penatalaksanaan
1) pengobatan suportif
untuk meningkatkan keadaan umun pasien, dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat
sistemik, serta vitamin. Disamping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar pasien
dapat melakukan aktivitas seperti semula

2) Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh
individu. Obat-obatan yang selama ini digunakan hanya berfungsi untuk menahan
perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
3) Obat untuk HIV / AIDS yang ada adalah obat antiretroviral dan obat untuk infeksi
oportunistik
4) pengobatan infeksi oportunistik
Infeksi terapi

Kandidiasis Flukonazol
esofagus

Tuberculosis Rifampisin,
streptomisin,
etambutol

Toksoplasmosis Sulfadiazin, asam


folat

Sitomegalovirus Gansiklovir,
foskormet

Herpes simpleks Asiklovir

Herpes zoster Asiklovir

Dan pengobatan kanker yaitu limfoma malignum, sarcoma caposi, dan karsinova serviks
invasive disesuaikan dg standar terapi penyakit kanker.

5) obat antiretroviral
bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan HIV dalam tubuh. Obat diberikan dalam bentuk
kombinasi.

Azidotimidin + indinavir

Didanosin + ritonavir

Dideoksisitidin + saquinavir

Stavudin + nelvinavir

Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai

macam penyakit, karena sistem kekebalan didalam tubuhnya telah

menurun.

(sumber : Buku Ajar IPD Jilid II, FKUI)

13. fungsi sel T


14. bagaimana proses masuknya virus HIV

Virus masuk tubuh dengan menginfeksi sel langerhans di mukosa kemudian bergerak dan bereplikasi di
kgb setempat. Virus menginfeksi cd4, makrofag, dendritik dalam darah dan organ limfoid.antigen p24
dapat ditemukan dalam darah pada fase ini.fase ini kemudian dikontrol cd8 dan aB sirkulasi, dan
destruksi sel cd4 berlangsung terus dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah cd4 dalam sirkulasi turun.

Perlekatan virus:

o HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki molekul reseptor
membran CD4 (sel T4 atau limfosit CD4+)
o Gp120 HIV berikatan dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memerantai fusi
membran virus ke membran sel
o Koreseptor CCR5 atau CXCR4 menyebabkan perubahan-perubahan konfirmasi sehingga gp41
dapat masuk ke membran sasaran.
o Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+ ,maka berlangsung serangkaian proses kompleks
yang apabila berjalan lancar menyebabkan terbentuknya partikel virus baru dari sel yang
terinfeksi.
o Limfosit CD4+ yang terinfeksi tetap dalam keadaan provirus atau mengalami siklus replikasi
sehingga menghasilkan banyak virus.
Replikasi virus

 Setelah terjadi fuis sel virus ,RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+ .
 Setelah nukleokapsid dilepas maka terjadi transkripsi terbalik dari satu untai tunggal RNA
menjadi DNA salinan untai ganda virus.
 Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi klinis,bahkan saat hanya terjadi aktivasi virus
yang minimal didalam darah.
 HIV ditemukan dalam jumlah besar didalam limfosit CD4+ dan makrofag diseluruh sistem limfoid
pada semua tahap infeksi.
 Partikel virus telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikular,yang memindahkan infeksi ke
sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid.

-virus masuk sel lagerhans  mukosa rektum atau vagina  bereplikasi di KGB

SEBAGAI AKIBAT INFEKSI VIRUS RNA HIV-1 DAN HIV-2


HIV MENGINFEKSI SEL T HELPER MELALUI IKATAN gp120 KE CD 4. HIV JUGA MENGINFEKSI
MAKROFAG, MIKROGLIA DAN SEL DENDRITIK YANG DISTIMULASI SEL T
DI DALAM SEL RNA DIUBAH OLEH REVERSE TRANSKRIPITASE MENJADI DNA YANG DAPAT
MENYATU DENGAN GENOM PEJAMU DAN TINGGAL DORMANDI SITU SAMPAI SEL TERAKTIFASI
OLEH STIMULATOR eg. TNF A.
PENURUNAN CEPAT SEL T CD4 MENURUNKAN KEKEBALAN SELULER DAN MENYEBABKAN
PENDERITA MUDAH TERINFEKSI PENYAKIT YANG MENGANCAM NYAWA
SEL T JUGA RENTAN TERHADAP APOPTOSIS DAN KEGAGALAN UNTUK MENJAGA POPULASI
MEMORI.
15. periode-periode HIV

Fase perkembangan HIV sampai menjadi AIDS


1. Infeksi utama dimana pengidap HIV tidak menyadari dengan segera bahwa mereka telah
terinfeksi HIV.
2. Fase asimptomatik / fase tanpa gejala, dimana gejala tidak tampak tapi virus tetap aktif.
3. Fase simptomatik / fase gejala, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan
mengalami infeksi infeksi oportunistik yang bukan HIV, melainkan disebabkan oleh bakteri
dan virus virus yang berada di sekitar kita.
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, merupakan fase
akhir

16. alur penegakan diagnosis HIV

Pemeriksaan laboratorium dalam menentukan diagnosis infeksi


H I V dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menunjukkan adanya
antibodis p e s i f i k . B e r b e d a d e n g a n v i r u s l a i n , a n t i b o d i t e r s e b u t t i d a k
m e m p u n y a i e f e k perlindungan. Pemeriksaan secara langsung dapat
dilakukan, yaitu antara laindengan melakukan biakan virus, antigen virus (p24), asam
nukleat virus.

Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan


Rapid Test
Enzime Linked Sorbent Assay(ELISA) dan
Western Blot
. Sesuai dengan pedoman nasional,

diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Testyang


b e r b e d a a t a u 2 j e n i s p e m e r i k s a a n R a p i d Te s t
y a n g b e r b e d a d a n 1 pemeriksaan

ELISA.

Pada pemeriksaan ELISA


, hasil test ini positif bila antibodi dalam serummengikat antigen virus murni
didalam
enzyme-linked antihuman globulin.
Padaminggu 23 masa sakit telah diperoleh basil positif, yang lama-lama akan
menjadinegatif oleh karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam tubuh
.Interpretasi pemeriksaan ELISA adalah pada fase pre AIDS basil masih
negatif, fase AIDS b a s i l t e l a h p o s i t i f . H a s i l y a n g s e m u l a p o s i t i f
m e n j a d i n e g a t i f , m e n u n j u k k a n prognosis yang tidak baik.

PemeriksaanWestern Bolt
merupakan penentu diagnosis AIDS setelah testELISA dinyatakan positif. Bila terjadi
serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan infeksi HIV primer, harus segera
dikonfirmasikan dengan test WB ini.H a s i l t e s t y a n g p o s i t i f a k a n
m e n g g a m b a r k a n g a r i s p r e s i p i t a s i p a d a p r o s e s elektroforesis antigen-
antibodi HIV di sebuah kertas nitroselulosa yang terdiri atas protein struktur utama virus.
Setiap protein terletak pada posisi yang berbeda padag a r i s , d a n t e r l i h a t n y a
s a t u p i t a m e n a n d a k a n r e a k t i v i t a s a n t i b o d i t e r h a d a p komponen
tertentu virus.
Berdasarkan kriteria WHO, serum dianggap positif antibodi HIV-1 bila 2envelope pita
glikoprotein terlihat pada garis. Serum yang tidak menunjukkan pita-pita tetapi
tidak termasuk 2 envelope pita glikoprotein disebut indeterminate.
Hasil indeterminate
harus dievaluasi dan diperiksa secara serial selama 6 bulan s e b e l u m
dinyatakan negatif. Bila hanya dijumpai 1 pita saja yaitu p24,
d a p a t diartikan hasilnya fase positif atau fase dini AIDS atau infeksi HIV-1.

Waktu antara infeksi dan serokonversi yang berlangsung beberapa minggudisebut


antibody negative window period.
Pada awal infeksi, antibodi terhadap g l i k o p r o t e i n e n v e l o p e t e r m a s u k
g p 4 1 m u n c u l d a n m e n e t a p s e u m u r h i d u p . Sebaliknya antibodi antigen
inti (p24) yang muncul pada infeksi awal, jumlahnyamenurun pada infeksi lanjut.
Pada infeksi HIV yang menetap, titer antigen p24meningkat, dan ini
menunjukkan prognosis yang buruk. Penurunan cepat dan konsisten antibodi p24
juga menunjukkan prognasi yang buruk

17. bagan patogenesis


18. penumositis carinii
19. bagaimana hiv mengganggu system imun ?

HIV terutama menginfeksi limfosit CD4 atau T helper sehingga dari waktu ke waktu jumlahnya
akan menurun, demikian juga fungsinya. Th mempunyai peranan sentral dalam mengatur sistem
imun tubuh. Bila teraktivasi oleh antigen, Th akan merangsang baik respon imun humoral atau
seluler. Namun yang utama mengalami kerusakan adalah sistem imun seluler. Jadi akibat HIV
akan terjadi gangguan jumlah maupun fungsi Th yang menyebabkan hampir keseluruhan respon
imunitas tubuh tidak berlangsung normal.

Sumber : Buku IPD jilid I

20. respon imun terhadap HIV ?

a. abnormalitas pada imunitas seluler

Sel Th : jumlah dan fungsinya menurun. Pada umumnya oenyakit indiator AIDS tidak terjadi
sblum jumlah CD4 mencapai 200/uL bahkan sbgaian besar setelah mencapai 10/uL

Makrofag : fungsi fagositosis dan kemotaksisnya menurun, termasuk kemampuan


menghancurkan organisme intraseluler, misalnya kandida albikans dan toksoplasma gondii

Sel Tc : kemampuan sel T sitotoksik untuk menghancurkan sel yg terinfeksi virus menurun,
terutama oada infeksi stadium lanjut

Sel NK : kemampuan sel NK mengahancurkan langsung antigrn asing dan sel yang terinfeksi virus
juga menurun. Belum diketahui jelas apa penyebabnya diperkirakan kemungkinan karena
kurangnya IL-2 atau efek langsung HIV

b. abnormalitas pada imunitas humoral

HIV menyebabkan terjadi stimulasi limfosit B secara poliklonal dan non-spesifik, sehingga terjadi
hipergammaglobulinemia terutama IgA dan IgG. Slain memproduksi banyak imunoglobulin
limfosit B pada ODHA tidak memberi respon yang tepat.

c. reaksi autoantibodi
reaksi ini cenderung terjadi pada fase awal. Karen alimfosit B tidak dapat memberi respon secara
tepat maka terbentuk autoantbodi terhadap beberapa protein tubuh antar lain terhadap
platelet, neutrofil, limfosit, dan mielin.

d. reaksi hipersensitivitas pada infeksi HIV

pada umumnya berkaitan dengan obat-obatan, namun reaksi hipersensitivitas ini tidak dapat
dimasukan dalam klasifikasi 4 tipe reaksi hipersensitivitas. Beberapa keadaan yang diduga
berperan adalah :
1. disregulasi pada sistem imun
2. koinfeksi virus-virus lain
3. besar dosis obat dan lama pemakaian
4. faktor lain, misalnya imunoglobulin yg spesifik untuk obat tertentu dan struktur obat dna
metabolismenya dalam tubuh

e. timbulnya malignasi atau tumor sekunder pada infeksi HIV

pada infeksi HIV dengan adanya defisiensi imun akan memungkinkan aktivasi virus-virus laten
dalam tubuh sehingga terjadi keganasan sekunder.

Sumber : Buku IPD jilid I

Anda mungkin juga menyukai