Anda di halaman 1dari 8

A.

ANATOMI TULANG RADIUS

Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Radius dibagi menjadi 3 bagian
1. Epifisis Proximal
Pada ujung atas radius terdapat caput radii yang berbentuk bulat kecil.
Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan capitulum humeri yang
cembung. Circumferentia articulare radii bersendi dengan incisura radialis
ulnae. Dibawah caput radii menyempit disebut collum radii. Dibawah collum
terdapat tuberositas radii yang merupakan tempat insersio m.biceps brachii
2. Diaphysis / Corpus Radii
Mempunyai 3 margo dan 3 facies
- Margo Anterior
Membentang dari bagian bawah tuberositas radii sampai bagian
dengan basis processus styloideus.
- Margo Posterior
Mulai belakang collum radii untuk berakhir pada bagian belakang
basis processus styloideus.
- Margo Interossea

Corpus radii di sebelah medial mempunya margo interossea yang


tajam untuk tepat melekatnya membrane interossea yang menghubungkan
radius dan ulna.

- Facies Anterior
Sering ditemui foramen nutricium yang miring kearah sendi siku.
- Facies Posterior
Bagian distal lebih lebar, konvex, dan ditutupi oleh tendo otot-otot
extensor.
- Facies Lateralis
1/3 bagian proximalnya untuk perlekatan m.supinator. 1/3 bagian
distalnya sempit dan ditutupi oleh tendo m.abductor polliccis longus
dsn m.extensor pollicis brevis.
3. Epiphysis Distal
Pada bagian bawah radius terdapat processus styloideus, yang
menonjol ke bawah dari pinggir lateralnya. Pada permukaan medialnya
terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengan caput ulane yang bulat.
Permukaan ujung bawah radius bersendi dengan os shcapoideum dan os
lunatum. Pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat tuberculum
kecil, tuberculum dorsalis, yang pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk
tendo musculi flexor pollicis longus.

B. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, 2000).
Fraktur merupakan gangguan sistem muskuluskeletal, dimana terjadi
pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
(Doenges E Marilyn, 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,fraktur patologis terjadi
tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan ( Linda
Juall C, 2002 ).
Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga,keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak
lengkap ( Silvia A. Prince, 2000 ).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi.

C. Etiologi

D. Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan (2) pemeriksaan setempat (status lokalis).
1. Gambaran umum:
Perlu menyebutkan:
a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu:
- Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah
- Kesakitan
- Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut
(abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin
c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)

2. Pemeriksaan lokal:
Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota terutama
mengenai status neuro vaskuler. Pada pemeriksaan orthopaedi/muskuloskeletal yang
penting adalah:
a. Look (inspeksi)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
b. Feel (palpasi)
Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari
posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si pasien, karena itu perlu
selalu diperhatikan wajah si pasien atau menanyakan perasaan si pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma, temperatur kulit.
- Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
c. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)
Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota gerak
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selaiam untuk mendapatkan
kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk mengetahui gerakan normal si
penderita. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan
sejawat lain dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Apabila terdapat fraktur
tentunya akan terdapat gerakan abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete
fracture). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.
Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra
artikuler atau ekstra artickuler.
- Intra artikuler: Kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan
kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh karena kelainan ligament dan
kapsul (simpai) sendi
- Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit
Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (penderita sendiri disuruh
menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).
Selain pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini juga penting
untuk melihat kemajuan/kemunduran pengobatan.
Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan
jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan karena
instability, nyeri, discrepancy, fixed deformity.
Anggota gerak atas:
- Sendi bahu: merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (global joint); ada
beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu yaitu: gerak tulang
belakang, gerak sendi sternoklavikula, gerak sendi akromioklavikula, gerak sendi
gleno humeral, gerak sendi scapula torakal (floating joint).
Karena gerakan tersebut sukar diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan
diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di belakang pasien, kecuali
untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada di samping
pasien.
- Sendi siku:
Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna humeral (olecranon terhadap humerus).
Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachii dan memiliki sumbu
ulna; hal ini diperiksa pada posisi siku 90˚ untuk menghindari gerak rotasi dari
sendi bahu.
- Sendi pergelangan tangan:
Pada dasarnya merupakan gerak dari radio karpalia dan posisi netral adalah pada
posisi pronasi, dimana jari tengah merupakan sumbu dari antebrachii. Diperiksa
gerakan ekstensi-fleksi dan juga radial dan ulnar deviasi.
- Jari tangan:
Ibu jari merupakan bagian yang penting karena mempunyai gerakan aposisi
terhadap jari-jari lainnya selain abduksi dan adduksi, ekstensi, dan fleksi.
Jari-jari lainnya hamper sama, MCP (Meta Carpal Phalangeal Joint) merupakan
sendi pelana dan deviasi radier atau ulnar dicatat tersendiri, sedangkan PIP
(Proximal Inter Phalanx) dan DIP (Distal Inter Phalanx) hanya diukur fleksi dan
ekstensi.

E. BACA RONTGEN
F. KLASIFIKASI

 Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana
tulang tidak menonjol keluar melewati kulit.
 Fraktur terbuka adalah robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan
kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga
berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3
berdasarkan beratnya fraktur.
Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.
Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.
Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.
Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari klasifikasi Gustillo dan
Anderson (1976) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC .
- IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, walaupun
adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.
- IIIB fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang terlihat jelas
atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai
kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.
- III C terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian
distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan lunak.

 Fraktur komplit adalah patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah
dari posisi normal.
 Fraktur inkomplit adalah meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang
dimana yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga
green stick atau fraktur hickoristik.
 Fraktur comminuted adalah fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
 Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang
pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45o) pada
batang atau sendi pada tulang.
 Fraktur longitudinal adalah garis fraktur berkembang secara longitudinal.
 Fraktur transversal adalah garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
 Fraktur spiral adalah garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

G. TREATMENT
H. KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur meliputi


1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu
kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam
darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,
tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia

f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan suplai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur
yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai