Anda di halaman 1dari 29

Ucapan

Kemampuan pengucapan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan melalui


suara-suara yang di dengar dari orang lain.
Perkembangan personal sosial pada anak usia 3-6 tahun
Ketrampilan personal sosial dalam hidup sangatlah penting, sehingga perkembangan
personal sosial perlu dipantau sejak usia dini. Agar dapat bersosialisasi dengan teman
sebaya di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekolah. Anak usia 3-6 tahun
biasanya sudah bisa untuk mengembangangkan sikap percaya teihadap orang lain,
belajar mengenal objek-objek, bahasa, berjalan, berjalan, berpakaian dsb (Astuti 2013).
Menurut Yusuf (2012) bentuk-bentuk tingkah laku sosial yaitu :
Pembangkangan (negativisme)
Suatu bentuk tingkah laku melawan.
Agresi (agression)
Suatu bentuk reaksi terhadap fhistasi. yaitu perilaku menyerang balik secara fisik.
Berselisih bertengkar (quaireling)
.Apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak
lain.
Menggoda (teasrng)
Sebagai bentuk lain dan tingkah laku agresif.
Persaingan (rivarfy)
Keinginan untuk melebihi orang lain.
Kerja sama (cooperation)
Sikap mau bekerja sama dengan orang lain atau kelompok.
Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
Sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, yaitu seperti meminta, menyuruh,
menangis, menjerit, dan marah-marah.
S. Simpati (sympaty)
Sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain.
.6 Denver II
Pengertian

Denver II adalah revisi utama daii standardisasi ulang dan

Demo• Development Screening TesrfDDST’) dan Revis i ed Denver Developmental
Screening TestfDDST-R) adalah salah satu dari metode staining terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan
15-20 menit (Rusana
.
Tujuan dilakukan Denver II
Tujuan dilakukan Denver ZTuntuk mengetahui proses perkembangan anak dan
mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan pada anak usia
prasekolah. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Rusana 2010).
Manfaat Denver 27
Manfaat dilakukan Denver II untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai
anak menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin,
meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak agar mengetahui lebih dalam
tentang perkembangan anak. Perkembangan anak dengan tugas perkembangan supaya
tidak terjadi kesalahan atau keterlambatan dalam perkembangannya (Rohanati 2009).
Aspek yang dinilai dalam Denver U
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu
:
Sektor personal sosial.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi
danberinteraksi dengan lingkungan (Astuti 2013).
Sektor gerakan motorik halus
Yaitu yangberhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu.melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat (Aryani 2009).
Sektor baliasa.
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan (Salimah 2011).
Sektor gerakan motorik kasar.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnyaduduk. melompat,
berjalan (Saputra 2005).
Prosedur Melakukan Denver II
Sapa orang tua. pengasuh anak dengan ramah.
Jelaskan maksud dan tujuan test Denver ilpada orang tua.
Buat komunikasi yang baik dengan anak.
Hitung umur anak dan buat garis umur.
Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada
formulir.
Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir
Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dan 2
minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus
dilakukan koreksi.
Tank garis umur dan atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis umur. Formulir Denver dapat digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis
umur dengan warna yang berbeda.
Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dan kita sesuai
dengan apa yang ingin ditestkan.
Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai daii sektor yang
paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis
umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah
kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur.
Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkahi (gagal /
menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah lari garis umur
pada sektor yang sama sampai anak dapat "lulus’3 tugas perkembangan.
Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkahi, lakukan
tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama
sampai anak :gagal'’ pada 3 tugas perkembangan.
Beri skor penilaian dan catat pada formulir Denver 27(Rosana 2010).
Skor dalam Denver II
Passed atau lulus (P L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu pengasuh anak
memberi laporan (tepat. dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu
pengasuh anak mernbeh laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan
baik.
Refiise atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat
dikurangi dengan mengatakan kepada anak "apa yang harus dilakukan'’, jika tidak
menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh
ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).
By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh
dipakai pada uji coba dengan tanda R (Rosana 2010).
Inteiprestasi dari nilai Denver II
Achanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis ivsia kronologis.
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan gans usia antara ke-25
dan ke-75.
Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis diatas atau
diantara ke-75 dan ke-90.
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arak kiri garis usia kronologis. Dapat
dianggap sebagai keterlambatan, karena ketidak mampuan untuk melakukan tugas
tertentu (Rohanati 2009).
Hasil dari Denver II
Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
Suspect i di duga
Bila didapatkan = 2 caution dan / atau = 1 keterlambatan.
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat seperti rasa
takut, keadaan sakit atau kelelahan.
Untestable / tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada = 1 uji coba tertelak di sebelah kiri garis umur atau
menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah75-90%.
Lakukan uji ulang dalam 1 - 2 minggu (Rosana 2010).
PAUD
Anak Usia 3-
6 Tahun
(Prasekolah)

Tugas Peikembangan
Motorik Halus
Motorik Kasar
Bahasa
Personal sosial
FAKTOR INTERNAL: FAKTOR EKSTERNAL:

1 Keturunan 1. Lingkungan
WW
2. Jenis Kelamin a.Lingkungan Keluarga

3. Umur b lingkungan Sekolah

4. Kelompok Teman Sebaya ww

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
Ho : Ada hubungan antara Tugas Perkembangan berhubungan dengan Pendidikan Anak Usia
Dini 3-6 tahun (prasekolah).
H1 : Tidak ada hubungan antara Tugas Perkembangan dengan Pendidikan Anak Usia Dini 3-6
tahun (prasekolah).
bab m
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelirian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian k^iantitatif. Rancangan penelitian menggunakan
korelasional adalah untuk mengungkapkan hubungan antar variabel. Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan fungsional yang berdasarkan teori dan logika beriikir dapat
diterima, sehingga korelasi yang dimaksud bukan hanya menghubungkan dua data yang tidak
memiliki makna. Korelasi mengacu pada kecenderungan bahwa adanya variasi suatu variabel
tertentu, maka akan diikuti oleh variasi variabel lain. Dengan demikian, dalam rancangan
penelitian korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua variabel. Menggunakan metode
cross sectional adalah penelitian yang merupakan waktu pengukuran 'observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini. variabel independen
dan dependen di nilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut(Nursalam
2008).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini menggunakan anak di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo
sebanyak 24 anak dan anak di RW 6 desa Gawanan Timur sebanyak 24 anak. Jumlah
populasi yang digunakan sebanyak 48 anak dengan usia 3-6 tahun (prasekolah). Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi
menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari
30 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian
(Sugiono 2013).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Chinta Ananda Sukoharjodan di RW 06 Desa Gawanan
Timur. Penehtian ini dilaksanakan selama 1 minggu yaitu pada tanggal 21 Mei 2014 sampai
dengan 26 Mei 2014 di PAUD dan 23-25 Juni 2014. di RW 06 Desa Gawanan Timur
Karanganyar pada tanggal 23-25 Juni 2014.
Variabel Penelitian. Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Variabel penehtian :
Masalah apa yang akan diteliti.
Devinisi operasional : Hal yang membatasi saat melakukan penehtian
Tabel 3.1Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Parameter! Skala
operasional Ukur ndikator Ukur
penilaian

1. PendidikanUsia Pendidikan anak usia Lembar 1= PAUD Nominal


Dini dini yang menempuh observasi 2=non
(Variabel pendidikan di PAUD PAUD
Independen) berkisar umur 1-3
tahun.

2. Tugas Mengukur nigas Denver II 1= Normal 2= Nominal


perkembangan peikembangan Suspect
anak prasekolah (3-6 tahun)
dan aspek
motorik halus.
motorik kasar.
bahasa dan

personal sosial.

Tabel 3.2 Variabel Perancu


No Variabel Definisi Alat Parameter Indi Skala
operasional Ukur kator penilaian Ukur
1. Jenis kelamin Jenis seks anak Lembar 1 = perempuan Nominal
: laki-laki atau observasi 2 = laki-laki

perempuan
2. Lingkungan Lingkungan yang Lembar l=orang tua Nominal
terlibat dalam observasi w
mengasuh anak >- 2=pengasuh
3=orangtua dan
w
? Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan data pengasuh
Alat penelitian anak u$ia3-6 tahun (prasekolah)
Anak umur 3 tahun alat yang digunakan adalah cangkir, bola, dan kubus
Anak umur 3.5 tahun alat yang digunakan adalah Cangkir, bola, kubus.
3 JcC C3 3 3
manik-manik, dan pewarna.
Anak umur 4 tahun alat yang digunakan adalah boneka, pakaian, sendok
garpu, kubus, dan manik - manik.
Anak umur 5 tahun alat yang digunakan adalah sabun, handuk kecil, sikat
gigi, pakaian, gambar, kubus, dan bola.
Anak umur 6 tahun alat yang digunakan adalah gambar, kubus, pakaian, sikat gigi. kaos, dan
bola.
Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengajukan surat studi pendahuluan
ke bagian STIKES Kusuma Husada Surakarta. Setelah itu peneliti melakukan studi
pendahuluan di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo dan di RW 06 Desa Gawanan Timur.
Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti memberi tahu
maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberikan informed consent. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dengan mengobservasi menggunakan Denver U yang
dilakukan selama 1 minggu. dengan ketentuan apabila hasil yang didapatkan normal maka
tidak terdapat delay dan hanya terdapat satu caution, suspect apabila terdapat lebih dan satu
delay atau lebih dari 2 caution. sedangkan jika hasil yang didapatkan unstable atau refose
maka harus di ulang 2 minggu lagi. Dikatakan Ad\anced bila melewati pokok secara lengkap
ke kanan dari garis usia kronologis. OK bila melewati, gagal, atau menolak pokok yang
dipotong berdasarkan garis usia antara ke-25 dan ke-75. Caution bila gagal atau menolak
pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis diatas atau diantara ke-75 dan ke-90.
Delay bila gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis.
Dapat dianggap sebagai keterlambatan, karena ketidak mampuan untuk melakukan tugas
tertentu (Rohanati 2009).
Uji Coba Instrumen
Uji validitas
Validitas adalah snatn indeks yang menunjukan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang
diukur (Notoatmodjo 2003). Mengukur validitas dalam instrumen pengelolaan peikemb angan
anak diukur menggunakan observasi tes Denver II yang telah teruji kebenarannya, dengan
kategori normal, suspect, dan unstable (Anunto 2010).
Uji Relabihtas
Rehabihtas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah baik. Sebuah tes
dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Reliabilitas tes
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi square.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Editing
Data diambil melalui penilaian Denver II lalu dibedakan menjadi 2 data sebelum dan sesudah
perlakuan.
Coding (kode data)
Data yang sudah melalui proses editing diberikan kode data. Kode data sebelum diben
perlakuan diberi kode (Sl)? sedangkan datang yang sesudah diberi perlakuan diberi kode data
(S2).
Entri Data
Data yang sudah diberi kode dimasukan dalam program aplikasi sistem excel untuk
mempermudah dalam memasukan sistem analisa SPSS.
Tabulating
Data yang sudah dimasukan keprogram aplikasi sistem excel dikumpulkan menjadi 1
sehingga ada 2 kelompok yaitu kelompok PAUD dan non PAUD.
Analisa Data
Analisis bivariat
Hubungan antara pendidikan usia dim dengan tugas perkembangan pada anak diuji dengan
Chi square. Chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel nominal
dengan nominal atau nominal dengan ordinal. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai
berikut:
Jika nilai p value > a maka tidak ada hubungan antara pendidikan usia dim dengan tugas
perkembangan pada anak
Jika nilai p value < a maka ada hubungan antara pendidikan usia dini dengan tugas
perkembangan anak (Dahlan 2005).
Etika Penelitian
1. Informed consent
Infonned consent merupakan benruk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan, diberikan sebelum penelitian dilakukan.
Anonimity (tanpa nama)
Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan / mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data /
hasil penelitian yang akan disajikan.
Kerahasiaan (conjidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik infonnasi maupun masalah —
masalah lainya.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Karakter anak-anak yang diamati meliputi umur, jenis kelamin lingkungan, dan pengamatan
dengan Denver U. Umur anak dilihat rerata. median, modus, standar deviasi, minimum, dan
maksimum. Jenis kelamin, lingkungan, dan pengamatan dengan Demer II dilihat dengan tabel
distribusi frekuensi
Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Anak PAUD dan tidak PAUD
Jenis kelamin Frekuensi persen(%)
laki-laki 23 47,7
Perempuan 25 52,3
Total 48 100
Tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian besar anak PAUD beijenis kelamin perempuan.
Lingkungan
Tabel 4.2 Lingkungan Anak PAUD dan tidak PAUD
Lingkungan Frekuensi persen(%)
orang tua 40 83.3
orang tua dan pengasuh 8 16,7
Total 48 100
Tabel 4.2 menyatakan bahwa sebagian besar anal: diasuh oleh orang tua.
Jumlah Anak
Tabel 4.3 Jumlah anak berdasarkan sekolah PAUD dan tidak PAUD
PAUD Frekuensi persen(%)
PAUD 24 50.0
nonPAUD 24 50.0
Total 48 100
Tabel 4.3 menyatakan banyaknya data diambil anak PAUD dan tidak PAUD jumlahnya sama
yaitu 24 anak
Peikembansan Anak PAUD
Tabel 4.4 Perkembangan Anak PAUD
Perkembangan Frekuensi persen(%)
Normal 16 66.7
Suspect 8 33,3
Total 24 100
Tabel 4.4 menyatakan bahwa perkembangan anak PAUD mayoritas dikategorikan nonnal.
Peikembansan anak tidak PAUD
w
Tabel 4.5 Peikembansan Anak tidak PAUD
w
Perkembangan frekuensi per$en(°/o)
Nonnal 11 45.8
Suspect 13 54,2
Total 24 100
Tabel 4.5 menyatakan bahwa perkembangan anak non PAUD mayoritas dikategorikan
siispecr.
Peikembangan personal sosial anak PAUD dan tidal: PAUD
Tabel 4.6 perkembangan personal sosial anak PAUD dan tidak PAUD
personal sosial PAUD Persen (%) tidak PAUD Persen (%)
Advanced 15 62,5 16 66.7
OK 6 25.5 6 25.5
Caution 3 12.5 1 4.2
Delay 0 0 1 4,2
Total 24 100 24 100
Tabel 4.6 menyatakan bahwa perkembangan personal sosial anak PAUD dan tidak PAUD
sebasian besar advanced.
w
Peikembansan motorik halus anak PAUD dan tidak PAUD
w
Tabel 4.7 perkembangan motorik halus anak PAUD dan tidak PAUD
motorik halus PAUD Persen(0b) tidak PAUD Persen (%)
Advanced 7 29.2 12 50.0
OK 6 25,5 7 29,2
Caution 8 33.34 16,7
Delay 3 12,5 1 4.2
Total 24 100 24 100
Tabel 4.7 menyatakan bahwa perkembangan motorik halus anak PAUD sebagian besar
dikategorikan caution dan anak tidal: PAUD sebagian besar dikategorikan ad\anced.
Peikembansan bahasa anak PAUD dan tidak PAUD
•W
Tabel 4.8 perkembangan bahasa anak PAUD dan tidak PAUD
Bahasa PAUD Persen(%) tidak PAUD Persen (%)
Advanced 15 62.5 8 33.3
OK 6 25,5 4 16,7
Caution 2 8.3 10 41,7
Delay i 4,2 2 8.3
Total 24 100 24 100
Tabel 4.8 menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak PAUD sebagian besar
dikategorikan advanceddaa perkembangan bahasa anak tidak PAUD sebagian besar
dikategorikan caution.
Peikembansan motorik kasar anak PAUD dan tidak PAUD
w
Tabel 4.9 peikemb angan motorik kasar anak PAUD dan
motorik kasar PAUD persen (%) tidak PAUD Persen (%)
Advanced 19 79.2 15 62,5
OK 3 12.5 4 16.7
Caution 0 4 16,7
Delay 2 8.3 1 4,2
Total 24 100 24 100
Tabel 4.9 menyatakan bahwa sebagian besar perkembangan motorik kasar anak PAUD dan
tidak PAUD dikategorikan advanced.
1.2 Analisis Bivariat
T abulasi silang peikemb angan anak PAUD
Tabel 4.10. tabulasi silang antara anak PAUD dengan tugas perkembangan
PAUD
Perkembangan PAUD Persen nonPAUD persen LÜ1 p-value
w
Normal 16 66.7% 11 45.8% hitune
2,116 0.146
Suspect 8 33.3% 13 54,2%
Total 24 100.0% 24 100.0%
Hasil uji statistik menggunakan uji chisquare diperoleh nilai sebesar 2.116 dengan nilai p-
value sebesar 0.146. Kedua variabel dinyatakan ada hubungannya jika nilai p-value< 0.05.
Diperoleh nilai nilai p-value = 0.146 berdasarkan kriteria tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan usia dini dengan tugas perkembangan.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Perkembangan
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang sekolah PAUD cenderung lebih banyak memiliki
tugas perkembangan secara normal (33,3%) dibandingkan tugas perkembangan secara
suspect(16.7%). Sedangkan pada anak yang tidak sekolah PAUD cenderung lebih banyak
anak yang memiliki tugas perkembangan suspect (27.1%) dibandingkan anak yang memiliki
tugas perkembangan normal (22.9%) Meskipun demikian hasil pengujian secara statistik
diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan usia dini dengan tugas perkembangan
pada anak di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo.
Perkembangan normal berarti sebagian besar anak PAUD memiliki perkembangan motorik
halus, motorik kasar, bahasa, dan personal sosial yang baik. Perkembangan anak dipantau dan
metode denver II. Metode ini melihat perkembangan anak dengan memantau motorik halus,
motorik kasar, bahasan dan personal sosial (Martini 2006).
Lingkungan Keluarga
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak-anak PAUD dan tidak PAUD sebanyak (83.3%)
semuanya diasuh oleh orang tua hanya ada (16.7%) anak yang diasuh oleh orang tua dan
pengastih. Keberadaan
lingkungan keluarga pada anak dapat membantu tumbuh kembang anak. Anak
cenderung lebih dekat dengan orang tuanya karena itu orang tua sebaiknya terus
memantau perkembangan anaknya. Di lingkungan rumah Orang tua berperan dalam
memberikan arakan dan memberitaku mana yang boleh mana yang tidak
Keluarga merupakan tempat dan lingkungan pendidikan pertama dan terutama bagi
seorang anak, dan dan sana perkembangan kepribadian bermula. Orang tua
mengajarkan kepada anak-anaknya penguasaan diri, nilai- nilai dan peran-peran
sosial, sehingga ketika anak sudah cukup umur untk memasuki lingkungan sekunder
di luar lingkungan keluarganya, pondasi kepribadian sudah lebih terarah dan
terbentuk Lingkungan sosial yang pertama kali dikenal anak adalah lingkungan
keluarga yang merupakan lingkungan primer hampir setiap individu sejak ia
lahir(Sukimo 2013).
Lingkungan keluarga terdapat berbagai fungsi yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian para anggotanya, terutama anak. Sebagai lingkungan pendidikan primer,
keluarga terutama orang tua memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak,
sebab perkembangan kepribadian mereka dimulai dari proses sosialisasi yang terjadi
antara anak dan orang tua dalam lingkungan keluarga. (Susetyo2012).
5.1.4 Personal Sosial
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang sekolah PAUD (62.5%)dan tidak
sekolah PAUD (66.7%) dikategorikan advance. Pada anak PAUD diketahui tidak
ada satu anak pun yang dikategorikan delay. sedangkan pada anak non PAUD ada
satu anak yang dikategorikan delay.
Berdasaikan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan personal
sosial anak PAUD lebih baik dibandingkan anak yang tidak sekolah PAUD. Anak
yang sekolah PAUD pasti sering bertemu, berinteraksi dengan teman-teman barunya
di sekolah sehingga memacu interaksi sosial antara masing-masing anak dengan
anak lainnya(Astuti 2013).
Dilihat dari personal sosial perkembangan normal berarti anak sudah mampu
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dengan baik. Anak-anak sudah berhasil dalam menjalin interaksi
dengan lingkungan sosial khususnya dengan teman sebaya. Perkembangan sosial
yang baik ini akan berdampak pada perkembangan selanjutnya (C'hamidah 2009).
Motorik Halus
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang sekolah PAUD ternyata lebih banyak
anak yang dikategorikan advance dalam perkembangan motorik halus. Di sisi lain
diperoleh juga bahwa anak
P AUD lebili banyak yang dikategorikan delà} dibandingkan anak nonPAUD.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak yang tidak sekolah
PAUD lebih baik dalam perkembangan motorik halus. Kegiatan motorik halus
merupakan kemampuan personal yang jarang berinteraksi dengan anak-anak lainnya.
Kegiatan menggunting, menulis, mencoret-coret lebih banyak dilakukan sendiri.
Anak yang sekolah PAUD cenderung lebih sering berinteraksi dengan anak-anak
lainnya sehingga kegiatan motorik halus lebih sering ditinggalkan. Di sisi lain anak
yang tidak sekolah PAUD tentunya lebih sering didampingi orang tua anak tersebut.
Orang tua cenderung melatih anaknya dalam menulis, menggambar' dan aktivitas
lainnya yang berkaitan dengan motorik halus. Di rumah anak cenderung dilarang
jika berlarian di rumah (Merliza 2012).
Dilihat dari motorik halus berarti anak mampu melakukan gerakan menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
keinginan belajar dan berlatih. Anak- anak sudah cukup mampu melakukan gerakan-
gerakan yang menggunakan jari tangan dengan baik seperti menggunting menulis,
corat-coret dan lain-lain (Yuniami 2009).
Motorik Kasar
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar anak PAUD dikategorikan advance,
dan pada anak nonPAUD dikategorikan
advance. Meskipun keduanya sebagian besar dikategorikan advance tetapi
persentase anak yang dikategorikan advance pada anak PAUD lebih banyak
dibandingkan anak nouPAUD.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak yang sekolah
PAUD lebih baik dalam perkembangan motorik kasar.Sama halnya dengan personal
sosial, anak-anak akan sering bertemu dengan temannya di sekolah. Di sekolah
tersebut mereka senang bermain, berkejar-kejaran, menendang-nendang bola dan
kadang-kadang juga bertengkar memperebutkan barang-barang tementu. Kegiatan
tersebut tentunya memerlukan gerak motorik kasar sehingga memacu perkembangan
motorik kasar anak (Gustiana
.
Dilihat dari Motorik kasar berarti anak mampu melalaikan aktivitas yang
menggunakan otot-otot besar, gerak dasar lokomotor, nonlokomotor. dan
manipulatif. Anak anak sudah mampu melakukan motorik kasar dengan baik. Hal ini
berarti anak PAUD sebagian besar sudah mampu melakukan gerakan-gerakan sepeiti
berlari, menangkap, melampar, maupun menendang dengan baik (Yusuf
.
Bahasa
Hasil penelitian diperoleh bahwa perkembangan bahasa anak PAUD sebagian besar
dikategorikan advance sedangkan pada anak non PAUD perkembangan bahasanya
dikategorikan coution.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak yang sekolah
PAUD memiliki perkembangan bahasa lebih baik dibandingkan dengan anak yang
tidak sekolah PAUD.
Dilihat dari kemampuan bahasa berarti anak mampu bersosialisasi dengan
lingkuangan. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan teman, keluarga,
maupun orang lainnya. Anak PAUD sudah mampu memahami ucapan orang lain,
mengucapkan kata-kata, memiliki perbendaharaan kata yang terus berkembang
hingga akhirnya mampu menyusun kata menjadi kalimat (Salimah 2011).
Di sekolah intensitas anak bertemu dengan orang lain akan lebih sering
dibandingkan di rumah saja. Selama bertemu dengan anak-anak lainnya mereka pasti
melakukan komunikasi dengan temannya. Selain itu juga keberadaan seorang guru
juga mendukung perkembangan bahasa anak-anak PAUD. Guru melatih
memperkenalkan warna, benda tutur kata dan lain-lain sehingga jumlah kosa kata
yang diterima anak akan lebih banyak dibandingkan anak yang tinggal di rumah saja
(Adnyani 2006).
5.1.S Hubungan Pendidikan Usia Dini dengan Tugas Perkembangan
Hasil uji statistik menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p-value sebesar 0.146
yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan usia dini dengan tugas
peikembangan. Hasil penelitian ini tidak ada jumal pendukung yang mengatakan
tidak ada
hubungan pendidikan anak usia dini dengan tugas peikembangan dikarenakan dalam
penelitian ini anak yang mengikuti PAUD atau tidak mengikuti PAUD sama-sama
memiliki tugas perkembangan yang rata-rata normal. Anak PAUD memperoleh
pendidikan yang cukup baik di sekolah dan dan orang tua. sedangkan anak yang
tidak mengikuti PAUD walaupun tidak mendapatkan pendidikan yang formal seperti
di PAUD tetapi mendapatkan pendidikan yang sama di keluarga (Apriana2009).
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak, sehingga keluarga
juga merupakan sumber bagi timbulnya sifat agresi anak. Pola asuh orang tua
merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan
pengasuhan, dan setiap pola asuh memberi kontribusi terhadap perilaku agresif.
Kontribusi yang diberikan dapat negatif maupun positif Tempat penelitian di Desa
Gawanan Timur RW 06 anak-anak yang tidak mengikuti PAUD sama
perkembangannya dengan anak yang mengikuti PAUD karena mendapat pengasuhan
dan pembelajaran dan keluarga karselnngga dalam penelitian ini tidak ada hubungan
pendidikan anak usia dini dengan tugas perkembangan seperti jurnal j
umalyangtelahada(Aisyah2010).
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian tentang hubungan pendidikan usia dini dengan tugas perkembangan pada anak di PAUD C'hinta ananda
Sukoharjo diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Anak non PAUD memiliki perkembangan motorik halus lebih baik dibandingkan anak PAUD
Anak PAUD memiliki perkembangan motorik kasar bahasa lebih baik dibandingkan anak non PAUD
Anak PAUD memiliki perkembangan personal sosial lebih baik dibandingkan anak non PAUD
Anak PAUD memiliki perkembangan bahasa lebik baik dibandingkan anak non PAUD
Tidak ada hubungan antara pendidikan PAUD dengan tugas perkembangan anak.
Saran
6.2.1 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan khususnya orang tua agar
memberikan pengawasan dan dukungan tentang tugas perkembangan anak.
supaya berkembang sesuai dengan umur anak dan tidak ada kesalahan.
Bagi institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bagi institusi dapan menjadi bahas bacaan dan menambah pengetahuan serta menambah
kualitas tentang tugas perkembangan pada anak.
Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian tentang topik yang sama, supaya melakukan
pelatihan tentang Denver II terlebih dahulu supaya memahami benar tentang tugas perkembangan anak.
Bagi Profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sumber referensi tentang tugas perkmbangan bagi
kurikulum dan pengajaran di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo dan STIKES Kusuma
Husada Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai