OTOLOGI
MODUL I.1
PERIKONDRITIS
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul I.1 – Perikondritis
DAFTAR ISI
A. WAKTU ........................................................................................... 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................... 2
C. METODE PEMBELAJARAN ......................................................... 2
D. PERSIAPAN SESI ........................................................................... 2
E. KOMPETENSI ................................................................................ 3
F. REFERENSI .................................................................................... 3
G. CONTOH KASUS ........................................................................... 4
H. EVALUASI....................................................................................... 4
I. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR........ 6
J. DAFTAR TILIK .............................................................................. 7
K. MATERI PRESENTASI .................................................................. 8
L. MATERI BAKU .............................................................................. 16
1
Modul I.1 – Perikondritis
A. WAKTU
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
C. METODE PEMBELAJARAN
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
Presentasi modul
Referat/tinjauan pustaka
Skills lab
Poliklinik
Bedside teaching
Tindakan/operasi
D. PERSIAPAN SESI
o Video
E. KOMPETENSI
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Menjelaskan epidemiologi dan patofisiologi perikondritis.
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada kasus
perikondritis dan othematom.
3. Menjelaskan gejala dan tanda perikondritis.
4. Menentukan sikap dalam penatalaksanan perikondritis.
5. Melakukan penatalaksanaan secara optimal dan tuntas pada perikondritis.
F. REFERENSI
1. Linstrom CJ, Lucente FE. Infections of the External Ear. In: Bailey BJ,
Johnson JT, Newlands SD, editors. Head & Neck Surgery –
Otolaryngology, 5th ed. Lippincott Willia&Wilkins Publisher;2010.p.
1988-2001
2. Buchman CA, Levine JD, Balkany TJ. Infection of the Ear. In : Lee KJ,
editor. Essential Otolarngology Head & Neck Surgery, 8th ed. McGraw-
Hill;2003.p.462-511.
3. Browning GG. Aetiopathology of inflammatory conditions of the external
and middle ear.In: Booth JB, editor. Otology, Scott-Browns’s
Otolaryngology, 6th ed. Butterworth Heinemann;1997.p.3/3/1-3/3/36
3
Modul I.1 – Perikondritis
4. Austin DF. Diseases of the external ear. In : Ballenger JJ, Snow JB,
editors. Otorhinolarngology: Head ad Neck surgery, 17th ed. Williams &
Wilkins; 2007.p.974-88.
G. CONTOH KASUS
Seorang laki-laki, umur 32 tahun datang dengan keluhan telinga kanan bengkak,
terasa gatal, nyeri dan disertai keluar cairan dari telinga yang dirasakan sejak 3
hari.
H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas:
- Anatomi dan fisiologi daun telinga.
- Penegakan diagnosis.
- Penatalaksanaan.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching kepada
pasien sesungguhnya dengan pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut:
- Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan.
- Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan
kepada pasien.
- Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. Peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Pencapaian pembelajaran:
a. Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
b. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis oleh
kolegium ilmu kesehatan THT-KL.
4
Modul I.1 – Perikondritis
Kuesioner:
Sebelum Pembelajaran
1. Jelaskan anatomi dan histologi daun dan liang telinga.
2. Jelaskan etiologi dan faktor risiko perikondritis.
3. Jelaskan patogenesis dan patofisiologi terjadinya perikondritis.
4. Sebutkan pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis perikondritis.
5. Jelaskan penatalaksanaan pada perikondritis.
Jawaban:
Tengah Pembelajaran
1. Perikondritis dapat disebabkan oleh:
a. Proteus mirabilis
b. P. aeruginosa
c. Enterobacter
d. S. aureus
e. Semua jawaban di atas benar
Jawaban:
Jawaban:
5
Modul I.1 – Perikondritis
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR INSISI DAN KOMPRESI DAUN TELINGA
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika
harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi di luar normal.
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu pengerjaan
efisien.
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan).
J. DAFTAR TILIK
PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR INSISI DAN KOMPRESI DAUN TELINGA
KEGIATAN NILAI
1. Kaji ulang diagnosis.
2. Persiapan tindakan.
3. Melakukan tindakan sesuai dengan prosedur.
4. Melakukan follow up setelah tindakan.
7
Modul I.1 – Perikondritis
K. MATERI PRESENTASI
8
Modul I.1 – Perikondritis
9
Modul I.1 – Perikondritis
10
Modul I.1 – Perikondritis
11
Modul I.1 – Perikondritis
12
Modul I.1 – Perikondritis
13
Modul I.1 – Perikondritis
14
Modul I.1 – Perikondritis
15
Modul I.1 – Perikondritis
L. MATERI BAKU
Definisi
Peradangan pada perikondrium daun telinga sehingga serum cairan darah
terkumpul di lapisan subperikondrial.
terjadi eritema, nyeri tekan dan keluar cairan dari telinga, krusta yang terbentuk
dari debris skuamosa, hingga akhirnya terjadi kerusakan kartilago.
Jaringan lunak di sekitar wajah dan leher dapat terpengaruh proses infeksi yang
sedang terjadi.
Bakteri Penyebab
Bakteri penyebab terjadinya perikondritis maupun kondritis adalah P. aeruginosa
(tersering), S. aureus, Enterobacter, Proteus mirabilis dan organisme gram negatif
lain.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan kultur dan
sensitivitas, serta pemeriksaan jaringan biopsi secara patologi anatomi.
Penatalaksanaan
- Tujuan utama penalaksanaan yang dilakukan adalah untuk mengeradikasi
infeksi.
- Optimalisasi tindakan operatif yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengembalikan bentuk daun telinga ke bentuk asal (kosmetik).
- Perawatan luka, evakuasi hematoma atau seroma, pembalutan telinga,
pemberian antibiotika topikal profilaksis, dan pemberian antibiotika
sistemik merupakan standar penatalaksanaan posttrauma daun telinga.
- Pada kasus derajat ringan tindakan debridement dan pengobatan dengan
antibiotika oral maupun topikal memiliki efek yang baik.
- Terapi dengan menggunakan antibiotika ditujukan untuk mengeradikasi
bakteri gram negatif dan S. aureus.
- Pada kasus derajat sedang dapat dilakukan pengobatan dengan pemberian
Ciprofloxacin oral dengan kombinasi dengan anti-Pseudomonas tetes
telinga, seperti Gentamycin atau Fluoroquinolone.
- Diberikan antipseudomonas aminopenicillin atau fluoroquinolone selama
2 hingga 4 minggu.
- Apabila infeksi menyebar hingga ke jaringan lunak regional dan kelenjar
limfe, pasien harus dirawat dan diberikan antibiotika intravena hingga
keadaan klinis yang stabil tercapai.
- Tindakan debridement yang optimal dan adekuat memiliki efek terapi
yang baik pada semua tahapan infeksi perikondritis.
- Apabila infeksi sudah berjalan subakut ataupun kronis dan terdapat
kerusakan pada kartilago, maka tindakan intervensi operasi diperlukan.
Tindakan ini sebaiknya dilakukan di operasi dengan pemantauan tanda
vital.
- Operasi (insisi dan kompresi daun telinga) dilakukan untuk mengeliminasi
kartilago yang mengalami nekrosis dan meminimalisir terjadinya
deformitas bentuk daun telinga.
17