Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HEPATITIS A

Oleh :

DIYAH S KURNIA, S.Ked

Pembimbing :

dr. Hj. Ratni Rahim, Sp.PD

(DibawakandalamrangkatugaskepaniteraanklinikbagianIlmuPenyakit Dalam)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : DIYAH S KURNIA S.Ked.

NIM : 10542025210

Judul Laporan Kasus : HEPATITIS VIRUS A

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan

klinik pada bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Mei 2018

Pembimbing

dr. Hj. Ratni Rahim, Sp.PD


LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : JJ
2. JenisKelamin : Laki-laki
3. Usia : 20tahun
4. Alamat : Rappokaleleng
5. Status : Belum Menikah
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Suku : Makassar
8. Tanggal MRS : 2 Maret 2018
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : demam
Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Demam dirasakan sejak
enam hari yang lalu. Pasien mengeluh mual dan muntah. Muntah dengan
frekuensi >4x dalam sehari. Nyeri otot. Nafsu makan menurun. Pasien bercerita
jika pasien mempunyai kebiasaana mengkonsumsi mie instant tanpa di masak
terlebih dahulu. Pasien juga mengeluh mata kuning sudah lima hari.
KEADAAN UMUM
Sakit (Ringan/Sedang/Berat)
Kesadaran (Composmentis/Uncomposmentis)
Hygiene (Buruk/Sedang/Baik)
Status Gizi (Underweight/Normal/Overweight/Obesitas I/Obesitas
Tanda vital :
Tekanan Darah : 90/80 mmHg

Nadi : 82x/menit reguler,kuat angkat

Pernapasan : 20x/menit, Tipe : Thoracoabdominal

Suhu : 36.6oC (axilla)

1. Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tebal, tidak rontok
Simetris : Kiri - Kanan
Deformitas : -
2. Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : -
Konjungtiva : Anemis (+/+),
Sklera : Ikterus (+/+), perdarahan (-)
Pupil : Bulat Isokor kiri-kanan
3. Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan : (-/-)
4. Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : -
5. Mulut
Bibir : Kering (-), pecah-pecah, sianosis (-),
Lidah kotor : (-)
Caries gigi : -
6. Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
DVS : R-4 cm
7. Kulit
Hiperpigmentasi :-
Ikterus :-
Ekimosis :-
Purpura :-
Sianosis :-
Pucat :-
8. Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan. Ictus cordis tidak
nampak
Palpasi : Vocal fremitus kiri – kanan simetris
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
9. Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : sulit di evaluasi
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri,
Batas atas : ICS II lineaparasternaliskanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
Gallop(-)
10. Abdomen
Inspeksi : Simetris, mengikuti gerak napas, tidak ada tanda-
radang, benjolan (-), caput medusae (-)
Palpasi : Hepar : Tidakteraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Thympani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
11. Punggung
Tampak dalam batas normal
Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang

12. Genitalia
Tidak dievaluasi
13. Ekstremitas atas dan bawah
Pitting edema kedua extremitas inferior (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 03 Maret 2018 (Laboratorium Klinik RSUD SYEKH YUSUF)
Hasil Nilai Normal
WBC 3
5.5 x 10 /uL 4.000 – 10.000/mm3
RBC 6
5.73 x 10 /uL 4,5 – 5,5 x 106/mm3
HGB 15.9 g/dL 14,0 – 17,4 g/dL
3
TROMBOSIT 198 x 10 /uL 150.000-450.000 sel/mm3
WIDAL NEGATIF

2. 04 MARET 2018 (Laboratorium Klinik RSUD SYEKH YUSUF)

Hasil Nilai Normal


SGOT 1424 3-43 u/L
SGPT 185 0-35 u/L
BILIRUBIN TOTAL 8,7 0.3-1.0 mg/dL

D. DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis Hepatitis A
E. PLANNING

FOLLOW UP

Tanggal 03 Januari 2018

S Pasien demam. Demam dirasakan sejak enam hari


yang lalu. Ada mual muntah. Nyeri otot. Higiene
pasien tidak baik. Pasien sering mengkonsumsi mie
instant dalam keadaan mentah
O
Keadaanumum Tampak sakit sedang
Kesadaran Kompos mentis
Tekanandarah 90/80 mmHg
Nadi 82 x/menit
Pernapasan 20 x/menit
Temperature 36.3 C
Keadaanspesifik
Kepala Conjungtiva palpebral pucat (+) sclera ikterik (+)
Leher JVP (R-4)
Thoraks Inspeksi : DBN
Palpasi : DBN
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan paru kanan, batas
paru-hepar pada ICS 6
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur
(-), Gallop (-)
Abdomen Inspeksi : pembesaran yang simetris
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Thympani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
Genital Tidak dievaluasi
Ekstremitas Tidak terdapat pitting edema (-/-)
Hasil Lab WBC : 5,5 x 103/uL
RBC : 5,73x106/uL
HGB : 15,9 g/dL
TROMBOSIT : 198x103/uL
WIDAL : Negatif

SGOT : 1424
SGPT : 185
BILIRUBIN TOTAL : 8,7

A Hepatitis virus A

P Infus RL : Dext 5% (2:1) 24 tpm


Inj. Ondansentron/8jam/iv
Cefotaxim 1 ap/12j/iv
Curcuma tab 3x1
Liver Prime 2x1
RESUME
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Demam dirasakan
sejak enam hari yang lalu. Demam dirasakan terus menerus. Demam dirasakan
menurun jika pasien minum obat penurun panas namun kembali demam beberapa
saat setelahnya. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak empat hari yang lalu
dengan frekuensi muntah >4x dalam sehari. pasien merasakan ada nyeri pada
region hypochondriac dextra. pasien juga merasakan lemas dan nyeri otot sejak
empat hari yang lalu. Enam hari setelah demam, pasien mengaku mata pasien
terlihat kuning. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini, di keluarga
pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini. Pasien juga mengaku suka
jajan sembarangan dan mempunyai kebiasaan menkonsumsi mie instant tanpa di
masak. Pasien belum pernah melakukan transfuse darah dan memakai obat-obatan
melalui jarum suntik. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan ataupun
obat.
Pada hasil pemeriksaan darah rutin 03 Maret 2018 di dapatkan hasil
WBC 5,5x103/uL, RBC 5,73x106 , Hemoglobin 15,9 g/dL, Trombosit
198x103/uL. Pada pemeriksaan widal didapatkan hasil negative. Pada tanggal 4
Maret 2018 dilakulakn pemeriksaan fungsi hati dan diapatkan SGOT 1424, SGPT
185 , Bilirubin total 8,7.
Telah diberikan pengobatan IVFD RL : Dext 5% (2:1) 24 tpm dalam 2
hari kemudian IVFD RL 24 tpm, Inj. Ondansentron /8jam, cefotaxim 1ap/12j/iv,
curcuma 3x1, Liver prime 2x1.
DISKUSI
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Demam dirasakan
sejak enam hari yang lalu. Demam dirasakan terus menerus. Demam dirasakan
menurun jika pasien minum obat penurun panas namun kembali demam beberapa
saat setelahnya. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak empat hari yang lalu
dengan frekuensi muntah >4x dalam sehari. pasien merasakan ada nyeri pada
region hypochondriac dextra. pasien juga merasakan lemas dan nyeri otot sejak
empat hari yang lalu. Enam hari setelah demam, pasien mengaku mata pasien
terlihat kuning. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini, di keluarga
pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini. Pasien juga mengaku suka
jajan sembarangan dan mempunyai kebiasaan menkonsumsi mie instant tanpa di
masak. Pasien belum pernah melakukan transfuse darah dan memakai obat-obatan
melalui jarum suntik. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan ataupun
obat.
Hepatitis A merupakan virus RNA kecil berdiameter 27nm yang dapat
dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubais dan fase praikterik. Sewaktu
timbul ikterik, antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diuur di dalam
serum. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga
memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Setelah
masa akut, antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
sehingga keadaan ini menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi
HAV di masa lampau dan memiliki imunitas. Keadaan karier tidak pernah
ditemukan.

HAV merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika
Serikat. Namun, kasus HAV di negara ini telah menurun sejak tahun 1970-an.
HAV di negara ini telah menurun sejak tahun 1970-an. HAV lazim terjadi pada
anak dan dewasa muda. Terdapat peningkatan insidensi pada musim tertentu,
yaitu pada musim gugur dan musim dingin.

HAV terutama ditularkan per oral dengan menelan makanan yang sudah
terkontaminasi feses. Penularan melalui transfusi darah pernah dilaporkan, namun
jarang terjadi (CDC,2000). Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi
akibat kontak dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan
atau air minum, atau dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak
dimasak dengan baik. Kasus yang timbul dapat bersifat sporadis, sedangkan
epidemi dapat timbul pada daerah yang sangat padat seperti pada pusat perawtan
dan rumah sakit jiwa. Wisatawan ke daerah endemis seperti Asia Tenggara,
Afrika Utara, dan Timur Tengah juga sangat beresiko tertular bila mereka
melanggar aturan turis yang umum. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk,
kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim. Masa inkubasi rata-rata
adalah 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera
sebelum timbulnya ikterus. Vaksin HAV yang telah disetujui dapat diberikan bagi
para wisatawan dan memberi perlindungan jangka lama bila dibandingkan dengan
imunoglobulin yang memberi perlindungan untuk sekitar 5 bulan, bergantung
pada dosis yang diberikan (Marwick, 1995).

gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase
prodromal (fase ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).

Fase inkubasi . merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya


gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis.
Panjang fase ini tergantung pada dosisi inokulum yang ditularkan dan jalur
penularan,makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada
hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata
28-30 hari.

Fase prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan


pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious
ditandai dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan anorexia berhubungan dengan
perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umumnya terjadi pada
hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan
atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang
menimbulkan kosistitis.

Fase ikterus. Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru
akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.

Fase konvalensi (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus


dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut
biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan
laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.

Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.


Pemeriksaan tersebut antara lain adalah :

A. Pemeriksaan klinis

Diagnosis klinis ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam, kelelahan,


malaise, anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada perut. Beberapa individu
dapat mengalami diare. Icterus (kulit dan sclera menguning), urin berwarna gelap,
dan feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari kemudian. Tingkat
beratnya penyakit beragam, mulai dari asimtomatik , sakit ringan, hingga sakit
menyebabkan hendaya yang bertahan selama seminggu sampai sebulan.

B. pemeriksaan serologic

Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai gold standar
untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis A. virus dan atibodi dapat dideteksi
dengan metode komersial RIA, EIA, atau ELISA. Pemeriksaan diatas digunakan
untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total anti-HAV (IgM dan IgG). IgM anti-
HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Dikarenakan IgG
anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi akut, maka apabila seseorang
terdeteksi IgG anti-HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan
adanya infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak
dipengaruhi oleh pemberian passive dari Immunoglobulin/vaksinasi, karena dosis
profilaksis terletak dibawah level dosis deteksi.

Rapid Test

Deteksi dari antibodi dapat dilakykan melalui rapid test menggunakan


metodi immunochromatographic assay, dengan alat diagnosis komerisal yang
tersedia. Alat diagnosis ini memiliki 3 garis yang telah dilapisi oleh antibody,
yaitu “G’’ (HAV IgG Test Line), “M” (HAV IgM test Line), dan “C” (Conrtol
Line) yang terletak pada permukaan membrane. Garis “G” dan “M” berwarna
ungu akan timbul pada jendela hasil apabila kadar IgG dan?atau IgM anti-HAV
cukup pada sampel. Dengan menggunakan rapid test dengan menggunakan
metode immunochromatographic assay didapatkan spesifitas dalam mendeteksi
IgM anti-HAV hingga tingkat keakuratan 98,0%, dengan tingkat sensitivitas
hingga 97,6 %.

C. pemeriksaan penunjang lain

Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan biokimia dari


fungsi liver (pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin dan urobilinogen, total
dan direct bilirubin serum, alanine transaminase (ALT) dan aspartate
transaminase (AST), alkalin phosphatase (ALP), prothrombin time (PT), total
protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah lengkap). Apabila tes
lab tidak memungkinkan, epidemiologic evidence dapat membantu untuk
menegakan diagnosis.

Penatalaksanaan Hepatitis A Virus

Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif,


yang terdiri dari bed rest sampai dengan icterus mereda, diet tinggi kalori, dan
pembatasan dari konsumsi alcohol. Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus
tidak memerlukan rawat inap. Rawat inap direkomendasikan untuk pasien dengan
usia lanjut, malnutrisi, kehamilan, terapi imunosupresif, pengobatan yang
mengandung obat hepatotoxic, pasien muntah berlebih tanpa di imbangi dengan
asupan cairan yang adekuat, penyakit hati kronis/didasari oleh kondisi medis yang
serius, dan apabila pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
gejala-gejala dari hepatitis fulminant.

Tujuan pengobatan hepatitis adalah mengurangi peradangan hati dengan


menghilangkan atau menekan replikasi virus penyebab, sehingga kerusakan hati
tidak berkelanjut. Sampai saat ini belum ada terapi yang optimal (biaya terapi
mahal, efek samping yang serius dan tidak dapat mencegah rekurensi penyakit)
maka para ahli mencoba terapi alternative seperti terapi herbal.

Obat herbal telah diterima secara luas di hamper seluruh Negara di dunia.
Menurut WHO, Negara-negara diAfrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer. Salah satu obat herbal yang sering digunakan dalam mengobati gangguan
hepar adalah temulawak (Curcuma xanthorryza Roxb). Temulawak merupakan
salah satu dari 9 tanaman obat unggulan Indonesia yang telah ada sejak tahun
2003 mulai diteliti. Manfaat dari tanaman temulawak antara lain sebagai
antihepatitis, antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogen, antimikroba, antiviral,
detoksifikasi, dan antihiperlipidemia. Curcumin adalah komponen fitokimia yang
ditemukan dalam kunyit. Mekanisme hepatoprotektif terjadi karena efek
kurkumin sebagai antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan
memutuskan rantai antar ion superoksida sehingga mencegah kerusakan sel hepar
karena peroksidasi lipid dengan cara dimediasi oleh enzim aktioksidan yaitu
superoxide dismutase (SOD) dimana enzim SOD akan mengonversi 02 menjadi
produk yang kurang toksik. Curcumin juga mampu meningkatkan gluthation S-
transferase (GST) dan mampu menghambat beberapa factor proinflamasi seperti
nuclear factor-kB (NF-kB) dan profibrotik sitokin. Aktifitas penghambatan
pembentukan NF-kB merupakan factor transkripsi sejumlah en penting dalam
proses imunitas dan inflamasi, salah satunya untuk membentuk TNF-a. dengan
menekan kerja NF-kB maka radikal bebas dari hasil sampingan inflamasi
berkurang. Virus hepatitis B menginfeksi hati dan menggunakan sel hospes untuk
ekspresi gen dan perkembangbiakan. Oleh karea itu, sasaran factor hospes untuk
ekspresi gen virus hepatitis B merupakan strategi dari antiviral.

Ondansentron

Serotonin, 5-Hidroksi-Tripatmin (5-HT) terdapat dalam jumlah yang besar


pada trombosit dan traktus gastrointestinal (sel enterochromafin dan pleksus
myentericus). Serotonin juga merupakan neurotransmitter penting pada system
saraf pusat, meliputi retina, system limbic, hipotalamus, cerebellum, dan medulla
spinalis. Serotonin dibentuk dari proses hidroksilasi dan dekarboksilasi triptofan.
Fisiologi serotonin sangat kompleks karena serotonin sendiri memiliki tujuh tipe
reseptor dengan banyak suptipe. Salah satu reseptornya yang berperan dalam
mekanisme terjadinya mual dan muntah adalah 5-HT, ditemukan pada traktus
gastrointestinal dan aera postrema otak. Pada traktus gastrointestinal, serotonin
menginduksi pembentukan asetilkolin pada pleksus myentericus melalui receptor
5-HT, yang menyebabkan bertambahnya peristaltic, sedangkan pengaruh pada
sekresi lemah.

Ondansentron merupakan obat selektif terhadap reseptor antagonis 5-


Hidroksi-Triptamin (5-HT3) di otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran
cerna. Di mana selektif dan kompetitif untuk mencegah mual dan muntah setelah
operasi dan radioterapi. Ondansentron memblok reseptor di gastrointestinal dan
area postrema di CNS. Farmakodinamik dari ondansentron adalah dimana
ondansentron adalah golongan antagonis reseptor serotonin (5-HT3) merupakan
obat yang selektif menghambat ikatan serotonin dan reseptor 5-HT3. Pelepasan
serotonin akan diikat reseptor 5-HT3 memacu aferen vagus yang akan
mengaktifkan refleks muntah. Serotonin juga dilepaskan akibat manipulasi
pembedahan atau iritasi usus yang merangsang distensi gastrointestinal.

Efek antiemetic ondansentron terjadi melalui :


a). blockade sentral pada area postrema (CTZ) dan nucleus traktus solitaries
melalui kompetitif selektif di reseptor 5-HT3.

b). memblok reseptor perifer pada ujung saraf vagus yaitu dengan
mengahmbat ikatan serotonin dengan reseptor pada ujung saraf vagus.
KESIMPULAN

Deskripsi klinis onset yang mendadak dari demam, kelelahan, malaise,


anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada perut; beberapa individu dapat
mengalami diare. Icterus, urin berwarna gelap, dan feses berwarna dempul dapat
ditemukan beberapa hari kemudian. Tingkat beratnya penyakit beragam, mulai
dari asimtomatik (biasa terjadi pada anak-anak), sakit ringan, hingga sakit yang
menyebabkan hendaya yang bertahan selama seminggu sampai sebulan.
Secara umum, tingkat beratnya gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Anak berusia kurang dari 3 tahun jarang terlihat gejala,
namun 80-90% orang dewasa timbul gejala apabila terinfeksi. Hepatitis yang
berulang dan berkepanjangan (relaps) sampai dengan 1 tahun terjadi pada 15%
kasus. Hepatitis A fulminant jarang terjadi, orangtua dengan penyakit hati kronis
berada pada resiko yang lebih besar terkena hepatitis A fulminant.
Pencegahan hepatitis A virus seperti suplai air bersih yang adekuat dengan
pembuangan kotoran yang baik dan benat didalam komunitas, dikombinasikan
dengan praktik hygiene personal yang baik, seperti teratur mencuci tangan, dapat
mengurangi penyebaran dari HAV. Imunisasi pasif dengan immunoglobulin
normal atau immune serum globulin prophylaxis dapat efektif dan memberi
perlindungan selama 3 bulan. Akan tetapi, dengan penemuan vaksin yang sangat
efektif, immunoglobulin tersebut menjadi jarang digunakan. Imunisasi pasif ini
diindikaskan untuk turis yang berkunjung di daerah endemic dalam waktu
singkay, wanita hamil, orang yang lahir di daerah endemis HAV, orang dengan
immunocompromised yang memiliki resiko penyakit berat setelah kontak erat, dan
pekerja kesehatan setelah terpajan akibat pekerjaan. Ketika sumber infeksi HAV
teridentifikasi, contohnya makanan atau air yang terkontaminasi HAV, immune
serum globulin prophylaxis harus diberikan kepada siapa saja yang telah terpapar
dari kontaminan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk wabah dari HAV yang
terjadi di sekolah, rumah sakit, penjara, dan institusi lainnya.
imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan imunitas yang sangat baik.
imunisasi ini diindikasikan untuk turis yang berkunjung ke daerah endemik, untuk
memusnahkan wabah, dan untuk melindungi pekerja kesehatan setelah pajanan
atau sebelum pajanan bila terdapat risiko akibat pekerjaan. vaksinasi HAV
memberikan kemanjuran proteksi terhadap HAV sebesar 94-100% setelah 2-3
dosis suntikan yang diberikan 6-12 bulan secara terpisah, dengan efek samping
yang minimal.

Anda mungkin juga menyukai