Anda di halaman 1dari 5

Askep dehidrasi AKPER PEMKAB MUNA

1. 1. askep dehidrasi 1. PENGERTIAN Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan


cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan
fungsinya dengan baik. 2. ETIOLOGI Dehidrasi terjadi karena: Muntah Diare Hilangnya
nafsu makan karena sakit Berkeringat berlebihan Sakit tenggorokan Tubuh kehilangan air
dan garam seperti natrium, kalium, kalsium bikarbonat dan fosfat 3. TANDA DAN
GEJALA a. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Muka memerah Rasa sangat haus Kulit kering dn pecah-pecah Volume urine berkurang
dengan warna lebih gelap dari biasanya Pusing dan lemah Kram otot terutama pada kaki
dan tangan Kelenjar air mata berkurang kelembabannya Sering mengantuk Mulut dan
lidah kering dan air liur berkurang b. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh
antara 5-10 persen dari berat badan) 1) Tekanan darah menurun 2) Pingsan
2. 2. 3) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, punggung 4) Kejang 5) Perut kembung
6) Gagal jantung 7) Ubun-ubun cekung 8) Denyut nadi cepat dan lemah c. Dehidrasi
berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan) 1) Kesadaran
berkurang 2) Tidak buang air kecil 3) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab 4)
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba 5) Tekanan darah menurun
drastis hingga tidak dapat diukur 6) Ujung kuku, mulut, dab lidah berwarna kebiruan 4.
ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Data Subjektif (DS) : 1) Kaji batasan
karakteristik : a) Asupan cairan (jumlah dan jenis) b) Kulit (kering dan turgor) c)
Penurunan berat badan (jumlah dan lamanya) d) Haluaran urine (berkurang dan
meningkat) 2) Kaji faktor-faktor yang berhubungan a) Diabetes melitus (diagnosa dan
riwayat keluarga/diabetes insipdus) b) Penyakit jantung c) Penyakit ginjal
3. 3. d) Gangguan atau bedah gastrointestinal e) Pengobatan: laksatif/enema, diuretik dan
efek samping yang mengiritasi saluran pencernaan (antibiotik dan kemoterapi) f)
Penggunaan alcohol g) Alergi (makanan dan susu) h) Panas tinggi/kelembaban i)
Olahraga yang terlalu banyak mengeluarkan keringat j) Depresi k) Nyeri Data objective
(DO): 1) Kaji batasan karakteristik a) Berat badan sekarang dan sebelum sakit b) Asupan
(1-2 hari terakhir) c) Haluaran (1-2 hari terakhir) d) Tanda-tanda dehidrasi : - Kulit :
mukosa bibir kering, lidah berkerut atau kering, turgor kulit kurang elastis, warna kulit
pucat atau memerah, kelembaban kering atau diforesis, fontanel bayi cekung dan bola
mata cekung. -Haluaran urine : jumlah bervariasi sangat banyak atau sedikit, warna
kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun. 2) Kaji faktor-faktor yang
berhubungan a) Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase
intestinal. b) Kehilangan kulit abnormal: diaforesis berlebihan sekunder terhadap demam
atau latihan, luka bakar, ibrosis sistik.
4. 4. c) Kehilangan ginjal abnormal: terapi diuretik, diabetes insipidus, diures osmotik
(bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM tak terkontrol, pasca
penggunaan zat kontras. b. Diagnosa keperawatan Kehilangan cairan yang berlebihan
berhubungan dengan sesuatu yang mengakibatkan kekurangn cairan (demam, diare,
DHF, haluaran urine berlebih karena terapi diuretik, luka bakar, muntah). c. Intervensi
keperawatan Tujuan: Menyeimbangkan volume cairan sesuai dg. Kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil: Individu akan: 1) Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari
(kecuali bila ada kontraindikasi). 2) Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan
cairan selama stres atau panas. 3)Meningkatkan berat jenis urine dalam batas normal
4)Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi. d.Implementasi
kepeearawatan 1) Beri minuman kesukaan dalam batasan diet Rasional: agar klien mau
minum banyak 2) Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000
ml selama pagi, 800 ml sore dan 200 ml malam hari). Rasional: agar kebutuhan cairan
klien terpenuhi
5. 5. 3) Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang
adekuat dan meoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan. Rasional: agar klien
mengerti dan memahami pentingnya masukan cairan yang seimbang. 4) Untuk anak-
anak, tawarkan: bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es
berbentuk kerucut), wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan), dengan sebuah
permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak). Rasional:
penambahan cairan dengan cara ini dapat meningkatkan minat anak untuk memenuhi
cairan yang hilang. 5) Anjurkan individu mempertahankan laporan yang tertulis dari
masukan cairan dan haluaran urin, jika perlu. Rasional: agar perawat mengetahui berapa
cairan yang masuk dan keluar jika pasien minum diluar dari yang diberikan perawat. 6)
Pantau masukan pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam, pantau haluaran
sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam dan pantau berat jenis urine. Rasional: untuk
mengetahui keseimbangan cairan. 7) Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju
yang sama. Kehilangan berat badan 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan, 5%-9%
dehidrasi sedang. Rasional: kehilangan berat badan dapat menggambarkan kehilangan
cairan berlebih. 8) Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis
dan dapat menambah kehilangan cairan. Rasional: agar klien mengetahui jenis minuman
yang dapat menambah kehilangan cairan 9) Pantau kadar elektrolit darah nitrogen urea
darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematrokit, dan hemoglobin. Rasional:
untuk mengetahui kadar elektrolit darah nitrogen urea darah, urine dan serum
osmolalitas, kreatinin, hematrokit, dan hemoglobin pada pasien. 10) Ukur tanda-tanda
vital dengan ketat 11) Rasional: karena kita harus waspada terhadap nadi yang lemah,
cepat dan penurunan suhu kecuali jika ada infeksi. d. Evaluasi keperawatan Evaluasi pada
kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
6. 6. Klien minum ± 2000 ml/hari. Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan
masukan cairan selama stress. Berat jenis urine normal. Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi
(mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN DEHIDRASI A. Pengertian Berikut adalah beberapa pengertian tentang
dehidrasi : 1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani
puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra
vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139). 2. Dehidrasi adalah kekurangan cairan
tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk
(Sri Ayu Ambarwati, 2003). 3. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan
cairan yang disertai dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh
berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3). 4. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik
yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A.
Price, 1994 : 303) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha
dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya
cairan atau hilang dari tubuh.
7. 7. Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis : a. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya
tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF
berpindah ke ICF. b. Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut
dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat.
Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF.
Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel. c. Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini
non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF. B. Etiologi
Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut
Donna D. Ignatavicus, 1991 : 253). 1. Dehidrasi a. b. c. d. e. Ileustomy Diaporesis f. g. h.
i. j. k. Suction gastrointestinal (cuci lambung) 2. Dehidrasi hipotonik a. b. Rehidrasi c.
Mal nutrisi berat dan kronis (pemotongan (keringat Luka Terapi Penyakit cairan
Perdarahan Muntah Diare Hipersalivasi Fistula usus) berlebihan) bakar Puasa hipotonik
DM berlebih 3. Dehidrasi hipertonik a. b. c. Diabetes d. f. Insipedus ( Rehidrasi e.
Gangguan Diare hormon ADH cairan rasa Hiperventilasi air menurun ) berlebihan
Disfagia haus
8. 8. h. g. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat. Gangguan kesadaran C. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan
dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh
melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda
sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat,
peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan
non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh
tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti
beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-
70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi
kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika
asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna
penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air
melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering
adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang
kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan
Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma
hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal
atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen
osmotik. Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF
menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x
tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan
tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan
ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon
berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan
untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal. Penurunan perfusi
ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin merangsang
vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal. Jika
terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi
yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang
menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan
otak relatif dipertahankan. D. Manifestasi Klinis Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi
berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) : 1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5%
dari BB semula) a. Haus, b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas c. Turgor kulit d.
Pengeluaran urine (1300 gelisah normal normal ml/hari)
9. 9. e. Kesadaran f. Denyut jantung meningkat 2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5%
dari BB a. Haus b. Nadi cepat dan c. Turgor kulit kering, membran mukosa d.
Pengeluaran urien e. Suhu tubuh meningkat 3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari
BB a. Penurunan b. Lemah, c. d. Mata e. Pengeluaran urine tidak f. g. Nadi cepat dan h.
Ekstremitas baik semula) meningkat lemah kering berkurang semula) kesadaran lesu
Takikardi cekung ada Hipotensi halus dingin E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada
penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson): 1. Obat-obatan Antiemetik ( Untuk
mengatasi muntah ) 2. Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat
diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit. 3. Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi
ketidakseimbangan yang terjadi. 4. Pemberian cairan intravena Pada kekurangan cairan
yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%)
merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati
normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai
normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air
bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme. 5. Pemberian
bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk
mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal
normal. F. Pengkajian Fokus 1. Demografi Jenis kelamin : dehidrasi rentan terjadi pada
wanita dari pada pria. Umur : sering terjadi pada usia di atas 65 tahun. 2. Riwayat
Kesehatan a. Riwayat penyakit dahulu 1) Fistula 2) Ileustomy 3) Suction gastrointestinal
10. 10. 4) 5) Diabetes 6) b. 1) c. Pemeliharaan Diet rendah Pemasukan cairan kurang DM
insipedus Perdarahan kesehatan garam terpenuhi 2) Pola cairan Gejala : haus berkurang,
cairan kurang Tanda : BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa
kering. d. 1) Kesadaran 2) Tekanan darah menurun a. Nadi meningkat b. Pernafasan
cepat dan dalam c. Suhu 3) 5) a) b) c) e) d) e) G. Pemeriksaan : meningkat BB 4) mukosa
CVP Pemeriksaan pada fisik apatis-coma waktu awal meningkat Turgor menurun
Membran mulut kering 6) menurun e. penunjang Laboratorium 1) Urine Osmolalilas
kemih > 450 m osmol / kg Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal) Natirum
urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal) d) OJ urine meningkat Jumlah urine
menurun (30-50 cc / jam) 2) Darah a) Ht meningkat b) Kadar protein serum meningkat c)
Na+ seruim normal Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1) Glukosa serum :
normal / meningkat f) Hb menurun. Konsep Keperawatan 1. Diangosa Keperawatan a.
Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang. b. Resiko
penurunan perfusi jaringan b,d penurunan aliran darah. c. Resiko gangguan integritas
kulit b.d turgor kulit menurun. d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik. e. Resiko
penurunan COP b.d penurunan tahanan vaskuler sistemik.
11. 11. 2. Fokus Intervensi dan Rasional a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan
intake yang kurang (Doenges, 1999) Tujuan : Volume cairan adekuat sehingga
kekurangan volume cairan dapat teratasi. Kriteria hasil : 1) Mempertahankan
keseimbangan cairan 2) Tanda vital (N = 80 – 100 x/menit, S = 36-37oC 3) Capillary
refill < 3 detik 4) Akral hangat 5) Urine output 1-2 cc/kg BB/jam Intervensi : 1) Awasi
tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa. 2 2) Diskusikan strategi untuk
menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif / diuratik 3) Identifikasi rencana untuk
meningkatkan keseimbangan cairan optimal. 4) Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal 5)
Berikan / awasi pemberian cairan IV 6) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi b.
Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah. Tujuan :
Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan. Kriteria hasil : 1) Tanda-tanda vital
stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat. 2) Kulit hangat 3) Nadi perifer
teraba 4) Keluaran urine adekuat 0,5 – 1,5 cc / kg / BB 5) CRT < 2 detik. 6) Kesadaran
composmentis 7) Tidak ada nyeri dada Intervensi : 1) Selidiki perubahan tingkat
kesadaran, keluhan pusing. 2) Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung / irama. 3)
Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat. 4) Catat haluran urine dan BJ 5) Observasi
kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering. 6) Awasi nadi oksimetri 7) Berikan
cairan IV sesuai indikasi c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor
kulit menurun. Tujuan : Mengindentifikasi dan mempertahankan kulit halus, kenyal,
utuh. Kriteria hasil : 1) Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan.
Intervensi : 1) Observasi kemerahan, pucat. 2) Dorong mandi tiap 2 hari 1 x 3) Gunakan
krim kulit 2 x sehari
12. 12. 4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas. 5)
Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat. DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Carpenito, Lynda Ayu. 2001. Juall.
http://www.kompas.com/kesadaran/0307/14/103451 1997. Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta : EGC. Ignatavicus,
Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing, WB Saunders
Company Inc. Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.
Edisi 8. Jakarta : EGC. Diposkan oleh ILMU KEPERAWATAN di 02.27 Kirimkan Ini
lewat EmailBlogThis!Berb

Anda mungkin juga menyukai