Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto,
2009).
(ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemihtidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadibaik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua Jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering menderita daripada pria (Sudoyo Aru,dkk 2009).
(ISK) merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi ginjal
atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi secara asending
oleh sistitis karena kuan berasal dari flora fekal yang menimbulkan koloni
perineum lalu kuman masuk melalui uretra(Widagdo, 2012).
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di
dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di
kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per
ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai
batasan diagnosa ISK (IDI, 2011).

2. Etiologi
a. Faktor Resiko
1) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3) Kateterisasi
b. Faktor Predisposisi
1) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus saprophyticus
2) Terganggunya glikosaminoglika
3) Refluks uretrovesika
4) Refluks ureterovesika
5) Obstruksi aliran urin
c. Faktor Presipita
1) Hygiene buruk
2) Cara membasuh alat kelamin yang salah
3) Sering menahan kencing

3. Manifestasi klinik
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
- Mukosa memerah dan edema
- Terdapat cairan eksudat yang purulent
- Ada Ulserasi pada uretra
- Adanya rasa gatal yang menggelitik
- Good morning sign
- Adanya nanah awal miksi
- Nyeri pada awal miksi
- Kesulitan untuk memulai miksi
- Nyeri pada bagian abdomen
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
- Disuria (nyeri waktu berkemih)
- Peningkatan frekuensi berkemih
- Perasaan ingin berkemih
- Adanya sel-sel darah putih dalam urin
- Nyeri punggung bawah atau suprapubic
- Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :
- Demam
- Menggigil
- Nyeri pinggang
- Disuria
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain
- Batu saluran kemi
- Obstruksi saluran kem
- Sepsi
- Infeksi kuman yang multisyste
- Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya
hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria
Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:
a. Pielonefriti
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
- Retardasi mental pada bayi,
- Pertumbuhan bayi lambat
- Cerebral palsy
- Fetal death.

5. Patofisiologi
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita
lebih pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri
pathogen mudah masuk ke uretra. Infeksi menular seksual yang biasa
menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus genital ditularkan melalui
hubungan seksual selama periode simptomatik maupun asimptomatik saat virus
dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan
meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa uretra. Beberapa genotip
HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra
dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria.
Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana
masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu
dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar
(yang terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan
dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar
tersebut dan bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran
perkemihan.Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen.
a. Secara asending yaitu:
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter).
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
b. Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-
lain.Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak
bisa melekat pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih.
Namun karena glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu
seperti siklamat, asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka
glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat yang sempurna.Refluks
uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih.
Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga
mendorong urin menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari
uretra ke vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri
yang terdapat pada anterior uretra masuk ke dalam saluran kencing. Refluks
ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau kandung
kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau
abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang
membatasi ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut
mengakibatkan aliran balik urin yang terkontaminasi bakteri pathogen ke
ureter. Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika
urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis
ginjal dan ureter. Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal
(hidronefrosis) yang disebabkan oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal
dan uretra, batu ginjal, neoplasma, hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin
mengakibatkan bakteri pathogen berkembang biak di dalam saluran kencing
sehingga akan menginfeksi seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut
lembab sehingga bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup
kemungkinan bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran
kemih bagian atas.Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat
buang air besar dapat menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra.
Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran
urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari
kelamin ke anus), bukan dari anus naik ke kelamin atau bukan dengan
gerakan naik turun.Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung
kemih akan melar atau meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung
kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak
jarang banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian
akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang tersisa banyak di kandung
kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat
menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang
tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.
6. Penatalaksaan (Medis dan Keperawatan)
Keperawatan
- Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
- Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
- Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV,
mengobrol) dan relaksasi (nafas dalam).
- Memberikan HE.
- Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.
Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih (
ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
- Terapi antibodika dosis tunggal
- Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi
ketidak nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan
BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik
ke uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data biologis meliputi:
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung jawab

Riwayat kesehatan
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM,jantung
Pengkajian fisik
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b. Pengkajian pada costoverbralis
Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Persepsi terhadap kondisi penyakit, mekanisme koping dan system pendukung
pengkajian koping dan system pendukung pengkajiran pengetahuan klien dan
keluarga.
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
Kaji karakteristik nyeri (PQRST)
P (provoked) : hal yang mencetuskan / memperberat nyeri
Q (quality) :kualitas nyeri, misalnya : seperti ditusuk benda
tajam/tumpul, terbakar.
R (region/radiation) :daerah/bagian tubuh yang mengalami nyeri /
penjalararan nyeri
S (severity) : intensitas atau beratnya nyeri
T (time) : waktu
a. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat medis dan kejadian yang lain
b) Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab
terjadinya
c) Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya.
b. Pola Gordon
a) Pola manajemen kesehatan – persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan
dengan nyeri, adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang
berkaitan dengan nyeri.
b) Pola metabolik – nutrisi
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt),
anoreksia, mual, muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan
berat badan, berat badan turun, frekuensi makan dan minum, adanya
sesuatu yang dapat mempengaruhi makan dan minum (agama, budaya,
ekonomi) dari rasa ketidaknyamanan nyeri tersebut
c) Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi) dari nyeri.
d) Aktivitas – latihan
Adanya nyeri meyebabkan kelemahan atau keletihan.
e) Pola istirahat – tidur
Nyeri menyebabkan perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur.
f) Pola persepsi – kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu
atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. Pasien
dapat merasakan nyeri.
g) Pola konsep diri – persepsi diri
h) Nyeri mempengaruhi keadaan social seseorang (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap nyeri yang dialaminya.
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola reproduksi – seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan nyeri dikaji
k) Pola toleransi koping – stress
Adanya nyeri menyebabkan stress.

l) Keyakinan dan nilai


Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nyeri, adanya
pantangan atau larangan dalam penanganan nyeri menurut dirinya.
c. Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah, nadi +100x/menit, T += 119/6mmH
- Tingkat Kesadaran
Normal GCS = 4-5-6
- Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 20x/menit, nafsu normal
- Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
- Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
- Sistem Gastrantestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
- Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelaina
- Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
- Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan
terhadap penyakitnya.
- Aktivitas / istirahat
Gejala :pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. keterbatasan aktivitas atau imobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
- Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
kulit hangat dan kemerahan, pucat

- Eliminasi
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh. rasa terbakar,
dorongan berkemih, diare.
Tanda : poliguria, hematuria, piuria. perubahan pola berkemih.
- Makanan / Cairan
Gejala : mual dan muntah, nyeri tekan abdomen diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan fosfat ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak
minum air dengan cukup
Tanda : distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus muntah
- Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. lokasi tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat
menyebar ke punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri
dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus
ginjal. nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi, perilaku distraksi nyeri tekan pada area ginjal pada
palpasi
- Keamanan
- Gejala : penggunaan alkohol demam, menggigil.

d. Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/Laboratorium)


Biakan dan tes sensitifitas urine harus dilakukan diawal kehamilan.
Urinalisis
- Leukosuria: bila terdapat 5 leukosit/ lapang pandang besar
- Hematuria: bila terdapat 5-10 eritrosit/lapang pandang besar

Bakteriologis
- Mikroskopis: bila terdapat > 105 organisme koloform/ml urin pada urin
porsi tengah dan terdapat > 103 organisme koloform pada pengambilan
urin melalui aspirasi suprapubik
- kultur kuman : menetukan keberadaan kuman, jenis kuman dan
menentukan jenis antibiotik yang cocok
Pemeriksaan darah
- lekositosis
- peningkatan LED
- pada infeksi berat diperlukan pemeriksaan faal ginjal
Pencitraan
- Foto polos abdomen
- PIV (pielogravi intra vena)
- USG dan CT scan
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Hambatan mobilitas berhubungan dengan Nyeri
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
3. Perencanaan keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan
Kontrol nyeri(1605)
1) Klien mengenali kapan nyeri terjadi dari level 2 jarang menunjukan
menjadi level 4 sering menunjukan
Tingkat nyeri (2102)
1) Nyeri yang dilaporkan dari level 2 cukup berat menjadi level 4 ringan
2) Mengerang dari level 2 cukup berat menjadi level 4 ringan
3) Ekspresi nyeri wajah dari level 2 cukup berat menjadi level 4 cukup
ringan
4) Mual dari level 3 sedang menjadi level 5 tidak ada
NIC:
Manajemen nyeri (1400)
1. Kaji nyeri secara komprehensif
2. Monitor tingkat nyeri
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Memberikan informasi mengenai nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan
Dengan Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) :
Pergerakan bahu (0219)
1) Klien mampu melakukan Fleksi depan 180 derajat dari level 1 ke
level 4 (ringan ke sedang)
2) Klien mampu melakukan Ekstensi 50 derajat dari level 1ke 4 (ringan
ke sedang)
NIC:
Bantuan perawatan diri (1800)
1. Monitor perawatan diri secara mandiri
2. Monitor kebutuhan alat-alat kebersihan
3. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian
4. Ciptakan lingkungan aktivitas perawatan diri

c. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan


Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan:
Tidur (0004)
1. jam tidur dari level 2 banyak terganggu menjadi level 4 sedikit
terganggu
2. pola tidur dari level 2 banyak terganggu menjadi level 4 sedikit
terganggu
3. kualitas tidur dari level 2 banyak terganggu menjadi level 4 sedikit
terganggu
4. perasaan segar setelah tidur dari level 2 banyak terganggu menjadi
level 4 sedikit terganggu
5. mudah bangun pada saat yang tepat dari level 2 banyak terganggu
menjadi level 4 sedikit terganggu
Intervensi (NIC) :
1. Kaji kualitas tidur
2. Monitor pola tidur dan jumlah jam tidur pasien
3. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan
minuman yang mengganggu tidur
4. Ajarkan pasien dan orang terdekat mengenai factor yang
berkontribusi terjadian gangguan pola tidur
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather
Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2008. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Sudoyo, dkk. (2008). Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbit IPD. Edisi 3. Jillid 1.
FKUI. Jakarta.
PATHWAY

Mikroorganisme !atogenik)
E.coli, Proteus, Klebsiella,
Pseudomonas

Berkoloni di vulva

Masuk ke v.urinaria mll uretra

ISK Inflamasi

Nyeri saat Nyeri akut Pembekakan


berkemih jaringan

GANGGUAN Hambatan
POLA TIDUR mobilitas

Anda mungkin juga menyukai