Anda di halaman 1dari 19

A.

Transducer temperatur

Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer yang


menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer yang
menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu.

Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari Nasional.
Rangkaian ditunjukkan pada gambar 2.15.

Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:

+1500 mV pada suhu 150o C,

+2500 mV pada suhu 250C, dan

-550 mV pada suhu -550 C

R1 =

Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/ 0C. Dengan memberikan tegangan referensi
negatif (-Vs) pada rangkaian, transducer mampu bekerja pada rentang suhu -550 C sampai
1500 C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 00 C dan ketelitian dari transducer
ini adalah ± 10 C.

B. Transducer Gaya, Beban, dan Torsi

Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan
mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya mekanik
menjadi besaran resistansi yang sebanding.

Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang
biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu dan 40% Ni) atau logam
campuran “479” terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo.

Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage dengan kawat
berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded strain gage.

Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk memudahkan pendeteksian terhadap


gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan, karena, tekanan akan menarik
kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan perubahan resistansi pada kawat.
Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain gage, yaitu strain
gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah rangka terpola agar terbentuk
strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika papan atau rangka
mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya
berubah sebesar DL.

Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage factor (GF).
Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai tahanan dan
perubahan panjang, ditentukan dengan rumus berikut:

S = GF =

Keterangan

S = GF = sensitivitas atau gagefactor

R = resistansi kawat (awal)

DR = perubahan nilai resistansi kawat

L = panjang kawat (awal)

DL = perubahan panjang kawat.

Perubahan panjang kawat (DL/L) adalah regangan pada kawat tahanan atau dikenal dengan s
(sigma), sehingga persarnaan di atas menjadi:

S=

Perubahan nilai resistansi R dari kawat tahanan yang panjangnya L dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

R=r

Nilai resistansi dari kawat tahanan setelah mengalami tekanan luar yang menyebabkan
pertambahan panjang (DL) dan berkurangnya diameter (Dd) adalah:

R1 =

Persamaan di atas dapat disederhanakan berdasarkan ratio dari Poison (m) yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara pengurangan diameter dan pertambahan panjang, yaitu:

m=

Substitusi dari kedua persarnaan di atas, adalah:

Rs =

disederhanakan menjadi:
Rs = R + DR = R [1+(1+2m)DL/L]

Perbandingan pertambahan nilai resistansi DR dengan pertambahan panjang L tersebut


adalah merupakan sensitivitas atau gage factor, yaitu:

S = = 1 +2m

Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 – 0,35, sedangkan
sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat tahanan konstantan
mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran “Alloy 479” sensitivitasnya adalah
4.

Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki sensitivitas yang jauh
lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain gage ini dalam pemakaiannya
harus dilengkapi dengan kompensator suhu.

Berdasarkan konstruksi fisik, strain gage dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Tipe-tipe
tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbonded strain gage) dan kawat yang
dibengkok (honded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk star atau delta, ditunjukkan
pada gambar berikut:

C. Transducer Perubahan Posisi

Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi adalah Linear
Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja berdasarkan prinsip kerja
transformator.

LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan sekunder (S1 dan S2),
Perhatikan gambar 2.17.

Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka akan muncul tegangan induksi
di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan
secara seri berlawanan fase sehingga tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase.

Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua kumparan
sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). sama tetapi
berkebalikan antara satu dengan yang lain.

Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut
sebagai null position.

Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah gerakan inti. Sebagai
contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke bawah, kumparan S2, besar
tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar tegangan induksi ditentukan oleh seberapa
jauh inti bergerak. Langkah perubahan posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai
dengan 75 mm.

Untuk mengubah tegangan keluaran S1 dan S2 pada gambar 2.17 menjadi tegangan DC,
gambar rangkaiannya ditunjukkan dengan gambar 2.18.
D. Transducer Tekanan

Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan, seperti tekanan
cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi diperlukan sebuah
kantong atau diapragma, ditunjukkan pada gambar 2.20.

Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang digunakan
adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti mengalami pergeseran maka
induktansi pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi pada kumparan yang
lain berkurang. Signal Converter mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan
menjadi tegangan yang sebanding.

Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur tinggi suatu
cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun perbedaan tekanan.

Untuk mengukur tekanan statis atau tinggi suatu cairan dapat ditentukan menggunakan rumus
sebagai berikut:

P= d. g. h

Keterangan:

P = tekanan statis (pascal)

d = kepadatan cairan (kg/m3)

g = konstanta gravitasi (9,81 m/s2)

h = tinggi cairan (m)

E. Transducer Kapasitif

Kapasitas sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh perubahan jarak antara konduktor, tipe
dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transducer kapasitif adalah variabel
kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi fisik misalnya tinggi cairan, jenis
cairan kimia, tekanan, dan ketebalan atau vibrasi.

Hubungannya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

C=

Keterangan:

A = luas penampang konduktor (m2)

d = jarak antarkonduktor (m)

e0 = permitivitas ruang hampa (8,85 x 10-2 F/m)


k = konstanta. dielektrikurn

Perubahan salah satu dari 3 faktor tersebut menghasilkan perubahan kapasitansi. Gambar
2.22. menunjukkan sensor kapasitif di mana kapasitansi sebanding dengan jarak antara alat
diafragma dengan plat statis sebagai akibat tekanan eksternal. Perubahan kapasitansi dapat
diukur dengan sebuah rangkaian jembatan atau rangkaian oscilator.

Bila digunakan pada rangkaian osilator, perubahan kapasitas menghasilkan perabahan


frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat diafragma.

F. Transducer Kelembaban

Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan ditentukan
oleh perbandingan antara persentase uap air di udara.

Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada tingkat
kelembapan.

Transducer kelembapan umumnya diklasifikasikan sebagai hygrometer atau psychrometer.


Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah

 tipe rambut,
 resistif dan
 optik.

Hygrometer optik mengukur berdasarkan berkurangnya intensitas sinar di atmosfer pada


suatu waktu. tertentu. Gambar 2.24. menunjukkan sebuah contoh hygrometer resistif, terdiri
dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan ditutup dengan lithium chloride yang
sensitif terhadap kelembapan.

Bila kelembapan udara di sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride menyerap air
lebih banyak menyebabkan resistansi elektrode berkurang. Pada kelembapan relatif 10%,
resistansi turun menjadi sekitar 75 W.

Beberapa proses industri memerlukan tingkat kelembapan udara yang terkendali. Contoh
seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpanan atau ruang proses. Bila kelembapan
udara mencapal 100%, untuk mengurangi prosentase kelembapan dilakukan dengan cara
mcnaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan terlalu rendah, dapat
dinaikkan dengan cara menurunkan suhu ruangan.

Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang menggunakan dua
buah sensor suhu dan dua buah “bulb”, ditampilkan pada gambar 2.25.

Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan
keluaran bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan wet
bulb (tabung basah).

G. Transducer Elektromagnet
Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang ditimbulkan
karena medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada th. 1879 oleh Edward
H. Hall.

Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut. Bila sebuah magnet diletakkan tegak
lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan muncul pada sisi yang
berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini disebut tegangan Hall. Besar
tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan magnet. Dengan dernikian Efek Hall
dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet.

Transducer Efek Hall menggunakan sebuah keping semikonduktor, ditunjukkan pada gambar
2.26. Bila arus mengalir melalui bahan semi konduktor, tegangan emf ialah dihasilkan di
antara sisi yang lain pada keping sernikonduktor tersebut

Kernudian jika terdapat hubungan magnet melalui keping sernikonduktor, akan dihasilkan
tegangan yang sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila arah medan magnet
melewati bahan semikonduktor pada sisi kanan semikonduktor menyebabkan elektron
bergerak menyebar ke pusat keping. Perubahan gerak elektron menimbulkan tegangan Hall,
umumnya sebesar 10 milivolt.

Penerapan sensor Efek hall di industri biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan putar
objek yang bcrgerak misalnya ‘conveyor belt’. (Gambar 2.27). Permanen magnet dipasang
pada bagian yang berputar sedangkan keping semikonduktor dipasang pada stator.

Setiap kali medan magnet melewati sensor, dihasilkan pulsa pada keluaran keping
semikonduktor yang dihubungkan ke sebuah counter yang menghitung berapa kecepatan
putar conveyor belt tersebut.

Transducer Photo

Piranti photolistrik digunakan untuk menghitung, mengukur dan fungsi pengendali lain, yang
banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini dikategorikan pada dua
golongan, yaitu piranti yang memancarkan sinar dan piranti yang menerima sinar.

Contoh yang memancarkan sinar seperti LED (Light Emitting Devices) dan yang menerima
sinar seperti photovoltaic cell.

1. Transducer Photovoltaic (Solar Cell Photocell)

Transducerphotovoltaic menghasilkan tegangan keluaran yang besarnya sebanding dengan


intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan emf (tegangan)
bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaik adalah silicon, cadmium sullphide,
gallium arsenide, dan selenium.

Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi mempunyai
kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti semikonduktor lainnya,
bila pasangan lubang elektron terbentuk maka akan mengalir arus elektron melalui pertemuan
pn.
Depletion Layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya
jatuh pada photocell; depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui
hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron yang
ditentukan intensitas cahayanya.

Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh: tegangan
yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 10 foot candles sebesar 0, 1 volt,
dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ± 0,2 V Karena tegangan
keluaran photocell kecil maka perlu dikuatkan dengan penguat tegangan. Gambar 2.29.
menunjukkan rangkaian dasar penguatan tegangan.

A. Transducer temperatur

Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer yang


menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer yang
menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu.

Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari Nasional.
Rangkaian ditunjukkan pada gambar 2.15.

Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:

+1500 mV pada suhu 150o C,

+2500 mV pada suhu 250C, dan

-550 mV pada suhu -550 C

R1 =

Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/ 0C. Dengan memberikan tegangan referensi
negatif (-Vs) pada rangkaian, transducer mampu bekerja pada rentang suhu -550 C sampai
1500 C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 00 C dan ketelitian dari transducer
ini adalah ± 10 C.

B. Transducer Gaya, Beban, dan Torsi

Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan
mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya mekanik
menjadi besaran resistansi yang sebanding.
Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang
biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu dan 40% Ni) atau logam
campuran “479” terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo.

Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage dengan kawat
berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded strain gage.

Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk memudahkan pendeteksian terhadap


gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan, karena, tekanan akan menarik
kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan perubahan resistansi pada kawat.

Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain gage, yaitu strain
gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah rangka terpola agar terbentuk
strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika papan atau rangka
mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya
berubah sebesar DL.

Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage factor (GF).
Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai tahanan dan
perubahan panjang, ditentukan dengan rumus berikut:

S = GF =

Keterangan

S = GF = sensitivitas atau gagefactor

R = resistansi kawat (awal)

DR = perubahan nilai resistansi kawat

L = panjang kawat (awal)

DL = perubahan panjang kawat.

Perubahan panjang kawat (DL/L) adalah regangan pada kawat tahanan atau dikenal dengan s
(sigma), sehingga persarnaan di atas menjadi:

S=

Perubahan nilai resistansi R dari kawat tahanan yang panjangnya L dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

R=r

Nilai resistansi dari kawat tahanan setelah mengalami tekanan luar yang menyebabkan
pertambahan panjang (DL) dan berkurangnya diameter (Dd) adalah:

R1 =
Persamaan di atas dapat disederhanakan berdasarkan ratio dari Poison (m) yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara pengurangan diameter dan pertambahan panjang, yaitu:

m=

Substitusi dari kedua persarnaan di atas, adalah:

Rs =

disederhanakan menjadi:

Rs = R + DR = R [1+(1+2m)DL/L]

Perbandingan pertambahan nilai resistansi DR dengan pertambahan panjang L tersebut


adalah merupakan sensitivitas atau gage factor, yaitu:

S = = 1 +2m

Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 – 0,35, sedangkan
sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat tahanan konstantan
mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran “Alloy 479” sensitivitasnya adalah
4.

Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki sensitivitas yang jauh
lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain gage ini dalam pemakaiannya
harus dilengkapi dengan kompensator suhu.

Berdasarkan konstruksi fisik, strain gage dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Tipe-tipe
tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbonded strain gage) dan kawat yang
dibengkok (honded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk star atau delta, ditunjukkan
pada gambar berikut:

C. Transducer Perubahan Posisi

Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi adalah Linear
Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja berdasarkan prinsip kerja
transformator.

LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan sekunder (S1 dan S2),
Perhatikan gambar 2.17.

Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka akan muncul tegangan induksi
di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan
secara seri berlawanan fase sehingga tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase.

Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua kumparan
sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). sama tetapi
berkebalikan antara satu dengan yang lain.
Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut
sebagai null position.

Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah gerakan inti. Sebagai
contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke bawah, kumparan S2, besar
tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar tegangan induksi ditentukan oleh seberapa
jauh inti bergerak. Langkah perubahan posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai
dengan 75 mm.

Untuk mengubah tegangan keluaran S1 dan S2 pada gambar 2.17 menjadi tegangan DC,
gambar rangkaiannya ditunjukkan dengan gambar 2.18.

D. Transducer Tekanan

Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan, seperti tekanan
cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi diperlukan sebuah
kantong atau diapragma, ditunjukkan pada gambar 2.20.

Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang digunakan
adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti mengalami pergeseran maka
induktansi pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi pada kumparan yang
lain berkurang. Signal Converter mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan
menjadi tegangan yang sebanding.

Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur tinggi suatu
cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun perbedaan tekanan.

Untuk mengukur tekanan statis atau tinggi suatu cairan dapat ditentukan menggunakan rumus
sebagai berikut:

P= d. g. h

Keterangan:

P = tekanan statis (pascal)

d = kepadatan cairan (kg/m3)

g = konstanta gravitasi (9,81 m/s2)

h = tinggi cairan (m)

E. Transducer Kapasitif

Kapasitas sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh perubahan jarak antara konduktor, tipe
dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transducer kapasitif adalah variabel
kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi fisik misalnya tinggi cairan, jenis
cairan kimia, tekanan, dan ketebalan atau vibrasi.
Hubungannya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

C=

Keterangan:

A = luas penampang konduktor (m2)

d = jarak antarkonduktor (m)

e0 = permitivitas ruang hampa (8,85 x 10-2 F/m)

k = konstanta. dielektrikurn

Perubahan salah satu dari 3 faktor tersebut menghasilkan perubahan kapasitansi. Gambar
2.22. menunjukkan sensor kapasitif di mana kapasitansi sebanding dengan jarak antara alat
diafragma dengan plat statis sebagai akibat tekanan eksternal. Perubahan kapasitansi dapat
diukur dengan sebuah rangkaian jembatan atau rangkaian oscilator.

Bila digunakan pada rangkaian osilator, perubahan kapasitas menghasilkan perabahan


frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat diafragma.

F. Transducer Kelembaban

Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan ditentukan
oleh perbandingan antara persentase uap air di udara.

Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada tingkat
kelembapan.

Transducer kelembapan umumnya diklasifikasikan sebagai hygrometer atau psychrometer.


Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah

 tipe rambut,
 resistif dan
 optik.

Hygrometer optik mengukur berdasarkan berkurangnya intensitas sinar di atmosfer pada


suatu waktu. tertentu. Gambar 2.24. menunjukkan sebuah contoh hygrometer resistif, terdiri
dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan ditutup dengan lithium chloride yang
sensitif terhadap kelembapan.

Bila kelembapan udara di sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride menyerap air
lebih banyak menyebabkan resistansi elektrode berkurang. Pada kelembapan relatif 10%,
resistansi turun menjadi sekitar 75 W.

Beberapa proses industri memerlukan tingkat kelembapan udara yang terkendali. Contoh
seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpanan atau ruang proses. Bila kelembapan
udara mencapal 100%, untuk mengurangi prosentase kelembapan dilakukan dengan cara
mcnaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan terlalu rendah, dapat
dinaikkan dengan cara menurunkan suhu ruangan.

Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang menggunakan dua
buah sensor suhu dan dua buah “bulb”, ditampilkan pada gambar 2.25.

Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan
keluaran bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan wet
bulb (tabung basah).

G. Transducer Elektromagnet

Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang ditimbulkan
karena medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada th. 1879 oleh Edward
H. Hall.

Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut. Bila sebuah magnet diletakkan tegak
lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan muncul pada sisi yang
berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini disebut tegangan Hall. Besar
tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan magnet. Dengan dernikian Efek Hall
dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet.

Transducer Efek Hall menggunakan sebuah keping semikonduktor, ditunjukkan pada gambar
2.26. Bila arus mengalir melalui bahan semi konduktor, tegangan emf ialah dihasilkan di
antara sisi yang lain pada keping sernikonduktor tersebut

Kernudian jika terdapat hubungan magnet melalui keping sernikonduktor, akan dihasilkan
tegangan yang sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila arah medan magnet
melewati bahan semikonduktor pada sisi kanan semikonduktor menyebabkan elektron
bergerak menyebar ke pusat keping. Perubahan gerak elektron menimbulkan tegangan Hall,
umumnya sebesar 10 milivolt.

Penerapan sensor Efek hall di industri biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan putar
objek yang bcrgerak misalnya ‘conveyor belt’. (Gambar 2.27). Permanen magnet dipasang
pada bagian yang berputar sedangkan keping semikonduktor dipasang pada stator.

Setiap kali medan magnet melewati sensor, dihasilkan pulsa pada keluaran keping
semikonduktor yang dihubungkan ke sebuah counter yang menghitung berapa kecepatan
putar conveyor belt tersebut.

Transducer Photo

Piranti photolistrik digunakan untuk menghitung, mengukur dan fungsi pengendali lain, yang
banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini dikategorikan pada dua
golongan, yaitu piranti yang memancarkan sinar dan piranti yang menerima sinar.

Contoh yang memancarkan sinar seperti LED (Light Emitting Devices) dan yang menerima
sinar seperti photovoltaic cell.

1. Transducer Photovoltaic (Solar Cell Photocell)


Transducerphotovoltaic menghasilkan tegangan keluaran yang besarnya sebanding dengan
intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan emf (tegangan)
bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaik adalah silicon, cadmium sullphide,
gallium arsenide, dan selenium.

Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi mempunyai
kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti semikonduktor lainnya,
bila pasangan lubang elektron terbentuk maka akan mengalir arus elektron melalui pertemuan
pn.

Depletion Layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya
jatuh pada photocell; depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui
hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron yang
ditentukan intensitas cahayanya.

Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh: tegangan
yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 10 foot candles sebesar 0, 1 volt,
dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ± 0,2 V Karena tegangan
keluaran photocell kecil maka perlu dikuatkan dengan penguat tegangan. Gambar 2.29.
menunjukkan rangkaian dasar penguatan tegangan.

A. Transducer temperatur

Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer yang


menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer yang
menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu.

Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari Nasional.
Rangkaian ditunjukkan pada gambar 2.15.

Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:

+1500 mV pada suhu 150o C,

+2500 mV pada suhu 250C, dan

-550 mV pada suhu -550 C

R1 =

Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/ 0C. Dengan memberikan tegangan referensi
negatif (-Vs) pada rangkaian, transducer mampu bekerja pada rentang suhu -550 C sampai
1500 C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 00 C dan ketelitian dari transducer
ini adalah ± 10 C.
B. Transducer Gaya, Beban, dan Torsi

Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan
mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya mekanik
menjadi besaran resistansi yang sebanding.

Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang
biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu dan 40% Ni) atau logam
campuran “479” terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo.

Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage dengan kawat
berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded strain gage.

Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk memudahkan pendeteksian terhadap


gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan, karena, tekanan akan menarik
kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan perubahan resistansi pada kawat.

Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain gage, yaitu strain
gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah rangka terpola agar terbentuk
strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika papan atau rangka
mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya
berubah sebesar DL.

Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage factor (GF).
Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai tahanan dan
perubahan panjang, ditentukan dengan rumus berikut:

S = GF =

Keterangan

S = GF = sensitivitas atau gagefactor

R = resistansi kawat (awal)

DR = perubahan nilai resistansi kawat

L = panjang kawat (awal)

DL = perubahan panjang kawat.

Perubahan panjang kawat (DL/L) adalah regangan pada kawat tahanan atau dikenal dengan s
(sigma), sehingga persarnaan di atas menjadi:

S=

Perubahan nilai resistansi R dari kawat tahanan yang panjangnya L dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
R=r

Nilai resistansi dari kawat tahanan setelah mengalami tekanan luar yang menyebabkan
pertambahan panjang (DL) dan berkurangnya diameter (Dd) adalah:

R1 =

Persamaan di atas dapat disederhanakan berdasarkan ratio dari Poison (m) yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara pengurangan diameter dan pertambahan panjang, yaitu:

m=

Substitusi dari kedua persarnaan di atas, adalah:

Rs =

disederhanakan menjadi:

Rs = R + DR = R [1+(1+2m)DL/L]

Perbandingan pertambahan nilai resistansi DR dengan pertambahan panjang L tersebut


adalah merupakan sensitivitas atau gage factor, yaitu:

S = = 1 +2m

Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 – 0,35, sedangkan
sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat tahanan konstantan
mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran “Alloy 479” sensitivitasnya adalah
4.

Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki sensitivitas yang jauh
lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain gage ini dalam pemakaiannya
harus dilengkapi dengan kompensator suhu.

Berdasarkan konstruksi fisik, strain gage dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Tipe-tipe
tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbonded strain gage) dan kawat yang
dibengkok (honded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk star atau delta, ditunjukkan
pada gambar berikut:

C. Transducer Perubahan Posisi

Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi adalah Linear
Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja berdasarkan prinsip kerja
transformator.

LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan sekunder (S1 dan S2),
Perhatikan gambar 2.17.
Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka akan muncul tegangan induksi
di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan
secara seri berlawanan fase sehingga tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase.

Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua kumparan
sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). sama tetapi
berkebalikan antara satu dengan yang lain.

Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut
sebagai null position.

Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah gerakan inti. Sebagai
contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke bawah, kumparan S2, besar
tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar tegangan induksi ditentukan oleh seberapa
jauh inti bergerak. Langkah perubahan posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai
dengan 75 mm.

Untuk mengubah tegangan keluaran S1 dan S2 pada gambar 2.17 menjadi tegangan DC,
gambar rangkaiannya ditunjukkan dengan gambar 2.18.

D. Transducer Tekanan

Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan, seperti tekanan
cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi diperlukan sebuah
kantong atau diapragma, ditunjukkan pada gambar 2.20.

Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang digunakan
adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti mengalami pergeseran maka
induktansi pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi pada kumparan yang
lain berkurang. Signal Converter mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan
menjadi tegangan yang sebanding.

Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur tinggi suatu
cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun perbedaan tekanan.

Untuk mengukur tekanan statis atau tinggi suatu cairan dapat ditentukan menggunakan rumus
sebagai berikut:

P= d. g. h

Keterangan:

P = tekanan statis (pascal)

d = kepadatan cairan (kg/m3)

g = konstanta gravitasi (9,81 m/s2)

h = tinggi cairan (m)


E. Transducer Kapasitif

Kapasitas sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh perubahan jarak antara konduktor, tipe
dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transducer kapasitif adalah variabel
kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi fisik misalnya tinggi cairan, jenis
cairan kimia, tekanan, dan ketebalan atau vibrasi.

Hubungannya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

C=

Keterangan:

A = luas penampang konduktor (m2)

d = jarak antarkonduktor (m)

e0 = permitivitas ruang hampa (8,85 x 10-2 F/m)

k = konstanta. dielektrikurn

Perubahan salah satu dari 3 faktor tersebut menghasilkan perubahan kapasitansi. Gambar
2.22. menunjukkan sensor kapasitif di mana kapasitansi sebanding dengan jarak antara alat
diafragma dengan plat statis sebagai akibat tekanan eksternal. Perubahan kapasitansi dapat
diukur dengan sebuah rangkaian jembatan atau rangkaian oscilator.

Bila digunakan pada rangkaian osilator, perubahan kapasitas menghasilkan perabahan


frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat diafragma.

F. Transducer Kelembaban

Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan ditentukan
oleh perbandingan antara persentase uap air di udara.

Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada tingkat
kelembapan.

Transducer kelembapan umumnya diklasifikasikan sebagai hygrometer atau psychrometer.


Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah

 tipe rambut,
 resistif dan
 optik.

Hygrometer optik mengukur berdasarkan berkurangnya intensitas sinar di atmosfer pada


suatu waktu. tertentu. Gambar 2.24. menunjukkan sebuah contoh hygrometer resistif, terdiri
dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan ditutup dengan lithium chloride yang
sensitif terhadap kelembapan.
Bila kelembapan udara di sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride menyerap air
lebih banyak menyebabkan resistansi elektrode berkurang. Pada kelembapan relatif 10%,
resistansi turun menjadi sekitar 75 W.

Beberapa proses industri memerlukan tingkat kelembapan udara yang terkendali. Contoh
seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpanan atau ruang proses. Bila kelembapan
udara mencapal 100%, untuk mengurangi prosentase kelembapan dilakukan dengan cara
mcnaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan terlalu rendah, dapat
dinaikkan dengan cara menurunkan suhu ruangan.

Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang menggunakan dua
buah sensor suhu dan dua buah “bulb”, ditampilkan pada gambar 2.25.

Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan
keluaran bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan wet
bulb (tabung basah).

G. Transducer Elektromagnet

Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang ditimbulkan
karena medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada th. 1879 oleh Edward
H. Hall.

Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut. Bila sebuah magnet diletakkan tegak
lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan muncul pada sisi yang
berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini disebut tegangan Hall. Besar
tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan magnet. Dengan dernikian Efek Hall
dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet.

Transducer Efek Hall menggunakan sebuah keping semikonduktor, ditunjukkan pada gambar
2.26. Bila arus mengalir melalui bahan semi konduktor, tegangan emf ialah dihasilkan di
antara sisi yang lain pada keping sernikonduktor tersebut

Kernudian jika terdapat hubungan magnet melalui keping sernikonduktor, akan dihasilkan
tegangan yang sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila arah medan magnet
melewati bahan semikonduktor pada sisi kanan semikonduktor menyebabkan elektron
bergerak menyebar ke pusat keping. Perubahan gerak elektron menimbulkan tegangan Hall,
umumnya sebesar 10 milivolt.

Penerapan sensor Efek hall di industri biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan putar
objek yang bcrgerak misalnya ‘conveyor belt’. (Gambar 2.27). Permanen magnet dipasang
pada bagian yang berputar sedangkan keping semikonduktor dipasang pada stator.

Setiap kali medan magnet melewati sensor, dihasilkan pulsa pada keluaran keping
semikonduktor yang dihubungkan ke sebuah counter yang menghitung berapa kecepatan
putar conveyor belt tersebut.

Transducer Photo
Piranti photolistrik digunakan untuk menghitung, mengukur dan fungsi pengendali lain, yang
banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini dikategorikan pada dua
golongan, yaitu piranti yang memancarkan sinar dan piranti yang menerima sinar.

Contoh yang memancarkan sinar seperti LED (Light Emitting Devices) dan yang menerima
sinar seperti photovoltaic cell.

1. Transducer Photovoltaic (Solar Cell Photocell)

Transducerphotovoltaic menghasilkan tegangan keluaran yang besarnya sebanding dengan


intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan emf (tegangan)
bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaik adalah silicon, cadmium sullphide,
gallium arsenide, dan selenium.

Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi mempunyai
kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti semikonduktor lainnya,
bila pasangan lubang elektron terbentuk maka akan mengalir arus elektron melalui pertemuan
pn.

Depletion Layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya
jatuh pada photocell; depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui
hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron yang
ditentukan intensitas cahayanya.

Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh: tegangan
yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 10 foot candles sebesar 0, 1 volt,
dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ± 0,2 V Karena tegangan
keluaran photocell kecil maka perlu dikuatkan dengan penguat tegangan. Gambar 2.29.
menunjukkan rangkaian dasar penguatan tegangan.

Anda mungkin juga menyukai