3.1. Umum
Bendungan adalah sebuah bangunan yang dibangun melintang pada badan sungai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu untuk mendapatkan efek berupa
tampungan yang dinamakan waduk.
Pada hakikatnya, bendungan merupakan suatu bangunan yang dibangun dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumberdaya air, baik untuk kebutuhan air irigasi,
air baku, industri, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain.
Pembangunan suatu bendungan tidak hanya berhubungan dengan faktor-faktor teknis,
melainkan juga melibatkan faktor ekonomi dan juga sosial masyarakat.Oleh karena itu dalam
suatu pembangunan bendungan harus dilakukan perencanaan yang sangat seksama dan sangat
teliti agar tidak terjadi kegagalan pada saat pengoperasiannya yang dapat membahayakan
keselamatan jiwa masyarakat banyak.
3.2. Pelimpah/Spillway
Spillway/pelimpah merupakan bagian dari bendungan yang didesain untuk
melimpahkan air dari hulu ke hilir bendungan.Pada hakekatnya untuk bendungan urugan,
terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah dan untuk menentukan tipe yang sesuai,
diperlukan suatu studi yang luas dan mendalam,hingga diperoleh alternatif yang paling
ekonomis.Selain itu, bangunan pelimpah bisa diartikan bangunan beserta instalasinya
untuk mengalirkan air banir yang masuk ke dalam waduk agar tidak membahayakan
kemanan bendungan.
Pelimpah sendiri dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya:
1. Pelimpah Utama (1,2Q 100;1,2Q200;Q1000)
2. Pelimpah pembantu (beroperasi bila terjadi banjir yang luar biasa melebihi Q rencana
pelimpah utama)
3. Pelimpah darurat (beroperasi bila ada kerusakan pada pelimpah utama/terjadi banjir
yang melebihi kapasitas pelimpah utama dan pelimpah pembantu)
13
14
Pada perencanaan pelimpah sebenarnya belum ada cara perhitungan yang benar-benar
mantap. Kebanyakan masih mendasarkan pada asumsi-asumsi yang kebenarannya belum
teruji.Oleh karena itu, maka pengujian dengan model test sangat dianjurkan. Data yang
diperlukan dalam perencanaan pelimpah antara lain adalah koefisien limpahan (berdasar
literatur/tipe antara 1,6-2,2), elevasi pelimpah (berdasarkan lengkung kapasitas waduk),
persamaan lengkung kapasitas waduk.
15
P 1 exp L T
(3-4)
dengan:
P = adalah resiko kegagalan
L = adalah umur rencana (design life)
T = adalah tahun berulangnya
Pemilihan suatu teknik analisa penentuan banjir rancangan tergantung dari data-data
yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut. Kriteria pemilian banjir dengan hanya
meninjau kemungkinan terjadinya banjir yang lebih besar atau sama dengan banjir rencana,
sekali atau lebih selama bangunan air tersebut berdiri. Kriteria lain yang dapat menjadi bahan
pertimbangan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3.Kriteria Pemilihan Kala Ulang Banjir Rancangan sebagai Kontrol Kapasitas
Pelimpah Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Bahaya(Hazard Classification)
outflow maksimumnya, walaupun peningkatan tidak setaraf dengan peningkatan aliran yang
masuk. Proses ini akan terjadi sampai puncak banjir tercapai, ketika inflow dan outflow akan
menjadi sama. Sesudah itu debit outflowakan berangsur-angsur mengalami pengurangan yang
selanjutnya pada waktu tertentu debit outflow lebih besar dari inflow.
Selama proses penelusuran banjir berlangsung, jumlah air yang dsimpan sementara di
dalam waduk disebut reduksi banjir. Hidrograf outflow dari waduk akan mempunyai puncak
terendah tergantung pada ukuran waduk dan besarnya kapasitas banjir yang tersedia.
3.4.1.Penentuan Lebar Pelimpah
Ada banyak tipe profil pelimpah ogee modifikasi, tipe standart biasanya ditetapkan
berdasarkan aliran di atas ambang rencana. Cara pembentukan tipe ogee ini disebut metode
US ARMY. As ambang pelimpah tepat pada puncak ambang. Satu cara lagi disebut Metode
USBR.
1. Tipe I (Tipe Tegak)
Tipe depan miring sesuai untuk head yang rendah, bentuk seperti inimenambah gaya
vertikal, sehingga dapat menambah stabilitas konstruksi.
Berdasarkan metode The United State Army Corps of Engineers telah menyusun
beberapa bentuk baku pelimpah di Waterways experiment Station (WES), dinyatakan
berdasar lengkung Harrold (Chow 1989: 330):
Xn = K Hdn-1 Y (3-5)
dengan:
X, Y = koordinat profil dengan titik awal pada titik tertinggi mercu
Hd = tinggi tekan rancangan tanpa tinggi kecepatan dari aliran yangmasuk
K, n = parameter yang tergantung pada kemiringan muka pelimpahbagian hulu
21
Dari profil lengkung Harrold, bagian hilir pelimpah dirubah profilnya menjadi garis
lurus dengan kemiringan 1: 1 atau 1: 0,8 atau berapa saja asal tidak terjadi banyak
pembulatan angka.
Pertemuan lengkung Harrold dan garis lurus tersebut harus merupakan garis/bidang
singgung sehingga tidak menyebabkan bahaya kavitasi.
Profil depan dapat ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut (Santosh Kumar,
1976):
(𝑥+0,270𝐻𝑑 ) 1,85
y = 0,724 + 0,126𝐻𝑑 − 0,4315𝐻𝑑 0,375 (𝑥 + 0,270𝐻𝑑 )0,625 (3-6)
𝐻𝑑
Sambungan lengkung Harrold dan garis lereng hulu bendung harus merupakan garis
singgung. Titik singgung berkoordinat:
dy 1,85x0,85
= = 1: m (3-7)
𝑑𝑥 2𝐻𝑑 0,85
Dimana:
Vx = volume pada kontur X (m3).
Z = beda tinggi antar kontur (m).
Fy = luas pada kontur Y (m2).
Fx = luas pada kontur X (m2).
Contoh Perhitungan Lengkung Kapasitas Waduk
1. Elevasi 1 = 157 m
2. Elevasi 2 = 158 m
3. Beda Tinggi = 157 - 158 = 1 m
4. Luas kontur 1 = 0 m2
5. Luas kontur 2 = 10500 m2
6. Volume antar interval kontur
1
= x ( Luas Kontur1 Luas Kontur 2 )
2
1
= x (0 10500)
2
= 5250 m3
7. Volume tampungan waduk = Volume Tampungan 1 + Volume Tampungan 2
= 0 + 5250
= 5250 m3
Perhitungan elevasi selanjutnya ditabelkan pada tabel di bawah ini.
23
Luas
Selisih Luas Volume
Rata- Volume
dengan Kontur Antar
Elevasi Rata Tampungan
No. Kontur β (daerah Interval
Antar Waduk
Terendah genangan) Kontur
Kontur
(m) (m) (m2) (m2) (m3) (m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
30 139 29 1.45 420500 413250 413250 6097250
31 140 30 1.45 435000 427750 427750 6525000
32 141 31 1.45 449500 442250 442250 6967250
33 142 32 1.45 464000 456750 456750 7424000
34 143 33 1.45 478500 471250 471250 7895250
35 144 34 1.45 493000 485750 485750 8381000
36 145 35 1.45 507500 500250 500250 8881250
37 146 36 1.45 522000 514750 514750 9396000
38 147 37 1.45 536500 529250 529250 9925250
39 148 38 1.45 551000 543750 543750 10469000
40 149 39 1.45 565500 558250 558250 11027250
41 150 40 1.45 580000 572750 572750 11600000
42 151 41 1.45 594500 587250 587250 12187250
43 152 42 1.45 609000 601750 601750 12789000
44 153 43 1.45 623500 616250 616250 13405250
45 154 44 1.45 638000 630750 630750 14036000
46 155 45 1.45 652500 645250 645250 14681250
47 156 46 1.45 667000 659750 659750 15341000
48 157 47 1.45 681500 674250 674250 16015250
49 158 48 1.45 696000 688750 688750 16704000
50 159 49 1.45 710500 703250 703250 17407250
51 160 50 1.45 725000 717750 717750 18125000
52 161 51 1.45 739500 732250 732250 18857250
53 162 52 1.45 754000 746750 746750 19604000
54 163 53 1.45 768500 761250 761250 20365250
55 164 54 1.45 783000 775750 775750 21141000
56 165 55 1.45 797500 790250 790250 21931250
57 166 56 1.45 812000 804750 804750 22736000
58 167 57 1.45 826500 819250 819250 23555250
59 168 58 1.45 841000 833750 833750 24389000
25
Luas
Selisih Luas Volume
Rata- Volume
dengan Kontur Antar
Elevasi Rata Tampungan
No. Kontur β (daerah Interval
Antar Waduk
Terendah genangan) Kontur
Kontur
(m) (m) (m2) (m2) (m3) (m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
60 169 59 1.45 855500 848250 848250 25237250
61 170 60 1.45 870000 862750 862750 26100000
62 171 61 1.45 884500 877250 877250 26977250
63 172 62 1.45 899000 891750 891750 27869000
64 173 63 1.45 913500 906250 906250 28775250
65 174 64 1.45 928000 920750 920750 29696000
66 175 65 1.45 942500 935250 935250 30631250
67 176 66 1.45 957000 949750 949750 31581000
68 177 67 1.45 971500 964250 964250 32545250
69 178 68 1.45 986000 978750 978750 33524000
70 179 69 1.45 1000500 993250 993250 34517250
71 180 70 1.45 1015000 1007750 1007750 35525000
72 181 71 1.45 1029500 1022250 1022250 36547250
73 182 72 1.45 1044000 1036750 1036750 37584000
74 183 73 1.45 1058500 1051250 1051250 38635250
75 184 74 1.45 1073000 1065750 1065750 39701000
76 185 75 1.45 1087500 1080250 1080250 40781250
77 186 76 1.45 1102000 1094750 1094750 41876000
78 187 77 1.45 1116500 1109250 1109250 42985250
79 188 78 1.45 1131000 1123750 1123750 44109000
80 189 79 1.45 1145500 1138250 1138250 45247250
81 190 80 1.45 1160000 1152750 1152750 46400000
82 191 81 1.45 1174500 1167250 1167250 47567250
83 192 82 1.45 1189000 1181750 1181750 48749000
84 193 83 1.45 1203500 1196250 1196250 49945250
85 194 84 1.45 1218000 1210750 1210750 51156000
86 195 85 1.45 1232500 1225250 1225250 52381250
87 196 86 1.45 1247000 1239750 1239750 53621000
88 197 87 1.45 1261500 1254250 1254250 54875250
89 198 88 1.45 1276000 1268750 1268750 56144000
26
Luas
Selisih Luas Volume
Rata- Volume
dengan Kontur Antar
Elevasi Rata Tampungan
No. Kontur β (daerah Interval
Antar Waduk
Terendah genangan) Kontur
Kontur
(m) (m) (m2) (m2) (m3) (m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
90 199 89 1.45 1290500 1283250 1283250 57427250
91 200 90 1.45 1305000 1297750 1297750 58725000
92 201 91 1.45 1319500 1312250 1312250 60037250
93 202 92 1.45 1334000 1326750 1326750 61364000
94 203 93 1.45 1348500 1341250 1341250 62705250
95 204 94 1.45 1363000 1355750 1355750 64061000
96 205 95 1.45 1377500 1370250 1370250 65431250
97 206 96 1.45 1392000 1384750 1384750 66816000
98 207 97 1.45 1406500 1399250 1399250 68215250
99 208 98 1.45 1421000 1413750 1413750 69629000
100 209 99 1.45 1435500 1428250 1428250 71057250
101 210 100 1.45 1450000 1442750 1442750 72500000
Sumber: Hasil Perhitungan
Lengkung Kapasitas Waduk
Genangan (m2)
1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
210
205
200
195
190
185
180
Elevasi (m)
175
170
165
160
155
150
145
140
135
130
125
120
115
110
0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000
Volume (m3)
2000
Q (m3/detik)
1500
Series1
1000
Series2
500
0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0
T (jam)
2500
2000
Q (m3/detik)
1500
Series1
Series2
1000
500
0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0
T (jam)
1200
1000
Series1
800
Series2
600
400
200
0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0
T (jam)
tersebut mengalir memasuki alur sungai dalam kondisi yang sudah tenang. Akan tetapi kolam
olakan menjadi lebih panjang dan karenanya tipe I ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit
yang relatif kecil dengan kapasitas peredam energi yang kecil pula dan kolam olakannyapun
akan berdimensi kecil. Dan kolam olakan tipe I ini biasanya dibangun untuk suatu kondisi
yang tidak memungkinkan pembuatan perlengkapan-perlengkapan lainnya pada kolam
olakan tersebut. Kolam olakan datar tipe I secara teori cocok untuk keadaan sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw ˂ 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q ˂ 18,5 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur ˂ 4,50
b. Kolam olakan datar tipe II
Kolam olakan tipe II ini dimana terjadinya peredam energi yang terkandung di dalam
aliran adalah akibat gesekan di antara molekul-molekul air di dalam kolam dan dibantu oleh
perlengkapan-perlengkapan yang dibuat berupa gigi-gigi pemencar aliran di pinggir hilirnya.
Kolam olakan datar tipe II secara teoritis cocok untuk keadaan sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw> 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q > 45 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur > 4,50
c. Kolam olakan datar tipe III
Pada dasarnya prinsip kerja dari kolam olakan tipe ini sangart mirip dengan sistem
kerja dari kolam olakan tipe II. Kolam olakan datar tipe III secara teoritis cocok untuk
keadaan sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw ˂ 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q ˂ 18,5 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur > 4,50
Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi pemencar aliran di
tepi udik dasar kolam, gigi penghadang aliran (gigi benturan) pada dasar kolam olakan.
dengan:
v = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
h = kedalaman aliran (m)
Kedalaman aliran setelah loncatan (kedalaman konyugasi)
𝑑1
𝑑2 = √1 + 8𝐹𝑟 2 − 1 (3-10)
2
dengan:
d = tinggi drempel (m)
h1 = kedalaman aliran pada awal peredam energi (m)
Fr = bilangan froude pada awal peredam energi
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/dt2)
C = koefisien (1,40)
Gambar 3.9. Panjang Kolam Olakan Datar Tipe I, II, III, dan IV
48
dengan:
∆E = kehilangan energi
E1 = energi spesifik sebelum loncatan
E2 = energi spesifik setelah loncatan
Y1 = kedalaman air sebelum loncatan
Y2 = kedalaman air setelah loncatan
Kehilangan relatif adalah besarnya rasio atau perbandingan antara kehilangan energi
dengan spesifik sebelum loncatan (∆E/E1). Efektifitas peredam adalah rasio antara energi
spesifik stelah loncatan dengan seblum loncatan didefinisikan sebagai efisiensi loncatan,
yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝐸2 (8𝐹1 2 +1)3/2 −4𝐹1 2 +1
= 𝑦2 (3-13)
𝐸1 8𝐹1 2 (2+𝐹1 2 )
dengan:
E1 = energi spesifik sebelum loncatan
E2 = energi spesifik setelah loncatan
F1 = bilangan Froude
Berikut adalah gambar kolam olakan datar tipe I, II, III dan IV.
Untuk meyakinkan kemampuan efektifitas dan keamanan peredam energi, maka perlu
dilakukan uji model test hidrolika di laboratium, dimana padapenelitian ini akan dilakukan
pengujian untuk debit banjir rancangan Q2th, Q100th, Q1000th dan QPMF.
50
3.5.1. Plotting Desain Pelimpah, Saluran Transisi, Saluran Peluncur dan Peredam
Energi/Energy Dissipator
51
KOEFISIEN DEBIT
4
3.9
3.8
3.7
3.6
Koefisien Debit
Co
3.5
3.4
3.3
3.2
3.1
3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
P/Ho
- 0.2
0.98
1.0
H1
- 0.1 H2
0.995
0.97
0.99
p p2
0
0.96
0.94
0.1
1.0
0.90 0.92
1.0
0.2
perbandingan aliran tenggelam H 2/H1 0.995
0.995
0.98
0.98
0.5 0.97
0.97
0.96
0.6 0.96
0.94
0.7 0.94
0.92
0.92
0.90 0.90
0.8
0.85
0.85 0.80
0.80
0.9 0.70 0.70
0.60 0.60
0.40 0.40
0.20 0.20
1.0
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
perbandingan p2/H1
dengan:
Q = debit aliran (m3/dt)
L = lebar efektif pelimpah
Vz = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi
Z = tinggi jatuh atau jarak vertikal dari permukaan hulu sampai lantai kaki hilir (m)
55
Sedangkan untuk menghitung tinggi muka air di atas mercu (crest) pelimpah,
digunakan persamaan dimana kondisi di atas mercu pelimpah dianggap kritis (Fr = 1),
sehingga:
Q
Vz L.ycr
Fz = = (3-19)
√g.yz L √g.ycr
Q
L.ycr
1= (3-20)
√g.ycr
q2
ycr = √ g (3-21)
dengan:
Ycr = tinggi muka air kritis diatas mercu pelimpah
q = debit aliran persatuan lebar
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
3.5.2.1. Pelimpah
a. Dimensi Ambang Pelimpah
Ambang pelimpah direncanakan dengan Tipe Ogee dengan bentuk penampang
melintang lengkung Harrold untuk menghindari terjadinya bahaya tekanan negatif pada
mercu ambang.
Pelimpah direncanakan menggunakan pelimpah Tipe Ogee I dengan perhitungan
pelimpah sebagai berikut:
Kala ulang debit banjir rancangan T = 1000 Tahun
Debit inflow maksimum Qi = 2706,993 m3/dt
Debit outflow maksimum Qo = 1753,713 m3/dt
Lebar ambang pelimpah L = 60 m
Kedalaman aliran di atas ambang pelimpah Hd = 5.894 m
Kedalaman aliran kritis di atas ambang pelimpah Hc = 4,432 m
Kemiringan tubuh spillway Z1 = 1.000
56
2,000
X1,85 = 2 x Hd0,85 x Y
Maka Y = 0,111 x X1,85 0,850
Y' = 0,205 x X0,85 1,850
X Y
0.500 0.031 R1 = 0,2 Hd = 1,179 m
1.000 0.111 Jarak R1 = 0,282 Hd = 1,662 m
1.500 0.234
2.000 0.399 R2 = 0,5 Hd = 2,947 m
2.500 0.603 Jarak R2 = 0,175 Hd = 1,031 m
3.000 0.845
3.500 1.124
6.460 3.492
57
Kedalaman Jarak Jarak Lebar Area Kllg.basah V hv (V1+V2)/2 ((V1+V2)/2)2 P R (R1+R2)/2 ((R1+R2)/2)4/3 hf F Elv. Dsr Energi Kondisi Aliran
h d kumulatif A P m/det m/det m/det 3
m /det 2
((n x(10)/(14))x(D1) m
m m m m m2 m 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
8.4 38.7 323.6 55.4 9.1 4.2 55.4 5.8 1.0 190.0 202.5 kritis
10.3 10.0 10.0 43.0 443.0 63.6 6.6 2.2 7.8 61.4 63.6 7.0 6.4 11.9 0.0 0.7 190.0 202.5 sub kritis
10.9 10.0 20.0 47.3 514.2 69.0 5.7 1.7 6.2 37.9 69.0 7.5 7.2 13.9 0.0 0.6 190.0 202.5 sub kritis
11.2 10.0 30.0 51.5 578.4 74.0 5.1 1.3 5.4 29.0 74.0 7.8 7.6 15.0 0.0 0.5 190.0 202.5 sub kritis
11.5 10.0 40.0 55.7 639.3 78.7 4.6 1.1 4.8 23.3 78.7 8.1 8.0 15.9 0.0 0.4 190.0 202.5 sub kritis
11.6 10.0 50.0 60.0 698.7 83.3 4.2 0.9 4.4 19.3 83.3 8.4 8.3 16.7 0.0 0.4 190.0 202.5 sub kritis
Tabel 3.19. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Transisi dengan Debit Rencana Q200
1 0.00 0.00 38.70 5.94 229.78 7.63 2.97 50.58 4.54 1.00 kritis 190.0 198.91
2 61.50 61.50 38.70 1.95 75.56 23.21 27.45 15.42 237.79 42.61 1.77 3.16 4.63 0.62 5.30 super kritis 169.5 198.91
3 61.50 123.00 38.70 1.47 56.89 30.83 48.44 27.02 729.97 41.64 1.37 1.57 1.82 4.82 8.12 super kritis 149.0 198.91
4 61.50 184.50 38.70 1.23 47.60 36.84 69.18 33.83 1144.74 41.16 1.16 1.26 1.36 10.12 10.61 super kritis 128.5 198.91
5 61.50 246.00 38.70 1.08 41.77 41.98 89.83 39.41 1553.22 40.86 1.02 1.09 1.12 16.70 12.90 super kritis 108.0 198.91
Tabel 3.21. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Peluncur dengan Debit Rencana QPMF
1 0.00 0.00 38.70 8.36 323.64 9.06 4.18 55.43 5.84 1.00 kritis 190.0 202.54
2 61.50 61.50 38.70 2.94 113.95 25.73 33.73 17.39 302.47 44.59 2.56 4.20 6.77 0.54 4.79 super kritis 169.5 206.18
3 61.50 123.00 38.70 2.25 86.96 33.71 57.92 29.72 883.17 43.19 2.01 2.28 3.01 3.54 7.18 super kritis 149.0 209.17
4 61.50 184.50 38.70 1.89 73.21 40.04 81.72 36.88 1359.85 42.48 1.72 1.87 2.30 7.12 9.30 super kritis 128.5 212.11
5 61.50 246.00 38.70 1.67 64.47 45.47 105.37 42.76 1827.99 42.03 1.53 1.63 1.92 11.50 11.25 super kritis 108.0 215.04
Tabel 3.22. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Peluncur dengan Debit Rencana Q200
1 0.00 0.00 38.7 5.0 194.18 7.02 2.51 48.74 3.98 1.00 kritis 190.0 197.53
2 61.50 61.50 38.7 1.5 59.77 22.79 26.48 14.91 222.16 41.79 1.43 2.71 3.77 0.71 5.86 super kritis 169.5 197.53
3 61.50 123.00 38.7 1.2 44.69 30.49 47.37 26.64 709.71 41.01 1.09 1.26 1.36 6.29 9.06 super kritis 149.0 197.53
4 61.50 184.50 38.7 1.0 37.28 36.54 68.06 33.51 1123.25 40.63 0.92 1.00 1.00 13.47 11.89 super kritis 128.5 197.53
5 61.50 246.00 38.7 0.8 32.66 41.71 88.68 39.13 1531.00 40.39 0.81 0.86 0.82 22.46 14.50 super kritis 108.0 197.53
66
L = 4,350 . 18,886= 74 m
0,844
y2 1 8 . 14,497 2 1
2
y2 = 16,886 m
Blok Muka
a. h1 = w1 = s1 = y1 = 0,84 m
= tinggi blok muka, lebar blok muka, jarak antar blok muka
b. Jarak antara blok muka dengan dinding
= 0,5. y1
= 0,5. 0,85
= 0,45 m
Ambang
a. Tinggi ambang
= 0,2 .y2
= 0,2 . 16,866
= 3,4 m
67
Untuk selanjutnya diplotkan hubungan antara elevasi muka air pada saluran
akhir dan bagian hilir peredam energi sebagai berikut:
3,90 m
Berdasarkan rating curve tail water level, didapatkan selisih antara elevasi muka
air pada bagian hilir peredam energi dan elevasi muka air pada saluran akhir. Sehingga
pada saluran akhir direncanakan peninggian dasar saluran sebesar 3,90 m