INDONESIA
2016
INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
© Indonesia Legal Roundtable, 2017
Peneliti:
Erwin Natosmal Oemar
Andri Gunawan
Muhammad Indra Lesmana
Nabila
Yasmin Purba
Shahnaz Hani Sofi
Desain Sampul
Satudaun Graphic
Tata Letak
Geger Riyanto
Diterbitkan oleh:
Indonesia Legal Roundtable
Jl. Perdatam VI No. 6, Pancoran, Jakarta Selatan Telp. 021-7995069,
Faks. 021-7995069 Email: oce@ilr.or.id
INDEKS NEGARA HUKUM
INDONESIA
2016
DAFTAR ISI
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Landasan Konseptual 3
C. Tujuan 4
D. Struktur Laporan 4
BAB II
METODOLOGI 7
A. Tahapan Penyusunan Indeks 7
B. Penentuan Ahli 10
C. Metode Pembobotan 11
D. Skor 13
E. Profil Responden 13
F. Keterbatasan Penelitian 16
BAB III
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 17
A. Deskripsi Hasil Survei dan Dokumen 17
1. Ketaatan Pemerintah Terhadap Hukum 17
1.1. Tindakan/Perbuatan Pemerintahan
Sesuai dengan Hukum 19
1.2. Pengawasan yang Efektif 23
1.2.1. Pengawasan Parlemen 24
1.2.2. Pengawasan Pengadilan 25
v
1.2.3. Pengawasan Internal Pemerintah 26
1.2.4. Pengawasan Komisi Negara Independen 27
2. Legalitas Formal 28
2.1. Penyebarluasan Peraturan 30
2.2. Kejelasan Rumusan 32
2.3. Stabilitas Peraturan 35
3. Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka 36
3.1. Independensi Hakim dalam Mengadili
dan Memutus Perkara 37
3.1.1. Independensi Hakim dalam Proses Persidangan 37
3.1.2. Independensi Hakim dalam Memutus Perkara 39
3.2. Independensi Hakim Terkait
Manajemen Sumber Daya Hakim 41
3.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Hakim 41
3.2.2. Manajemen Pengawasan Hakim 42
3.3. Independensi Hakim Terkait
dengan Kebijakan Kelembagaan 45
3.3.1. Sarana-Prasarana dan Anggaran Pengadilan 46
3.3.2. Fasilitas Pengamanan dan Gaji Hakim 47
3.4. Independensi Hakim dari
Pengaruh Publik dan Media Massa 48
4. Akses Terhadap Keadilan 49
4.1. Keterbukaan Informasi 51
4.2. Peradilan yang Cepat dan Terjangkau 55
4.3. Ketersediaan Bantuan Hukum 58
5. Hak Asasi Manusia 63
5.1. Jaminan Hak atas Hidup 65
5.2. Jaminan atas Hak untuk Bebas dari Penyiksaan 67
5.3. Jaminan atas Hak untuk tidak Diperbudak 69
5.4. Jaminan Perlindungan atas Hak untuk
Tidak Dipenjara Akibat Kewajiban Kontraktual 71
5.5. Jaminan Perlindungan atas Hak untuk
tidak Dipidana atas Tindakan yang bukan Kejahatan 74
5.6. Jaminan Perlindungan atas Hak atas
Kebebasan Berpikir, Berkeyakinan dan Beragama 76
B. NILAI INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016 78
vi
BAB IV
ANALISIS 81
A. Analisis 81
1. Ketaatan Pemerintahan Terhadap Hukum 83
2. Prinsip Legalitas Formal 85
3. Prinsip Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka 87
4. Prinsip Akses Terhadap Keadilan 88
5. Prinsip Hak Asasi Manusia 89
B. Rekomendasi 91
1. Ketaatan Pemerintah Terhadap Hukum 91
2. Legalitas Formal 92
3. Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka 93
4. Akses Terhadap Keadilan 93
5. Hak Asasi Manusia 93
Lampiran 95
vii
viii
DAFTAR TABEL, DIAGRAM,
GRAFIK DAN BAGAN
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Indikator Indeks Negara Hukum Indonesia 8
Tabel 2.2. Panduan Kualifikasi Ahli (Expert) 11
Tabel 2.3 Bobot Kelima Prinsip Negara Hukum 11
Tabel 3.1. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip Ketaatan
Pemerintah Terhadap Hukum Tahun 2016 19
Tabel 3.2. Perbandingan Skor Provinsi Berdasarkan
Prinsip Legalitas Formal Tahun 2016 30
Tabel 3.3. Pandangan Ahli Terkait Akses Masyarakat
Perkotaan dan Pedesaan Terhadap UU dan
Perda Berdasarkan Sumber Resmi Tahun 2016
(dalam Persen) 31
Tabel 3.4. Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap
Rumusan Undang-Undang dan Peraturan
Daerah Provinsi Terkait Pilihan Kata atau
Istilah dan Bahasa Hukum yang Diterbitkan
Sepanjang Tahun 2016 (dalam persen) 32
Tabel 3.5. Implikasi/Praktik Hukum Ketidakjelasan
Rumusan Undang-Undang dan Peraturan
Daerah Terkait Pilihan Kata atau Istilah
dan Bahasa Hukum Sepanjang Tahun 2015
(dalam persen) 33
Tabel 3.6. Perbandingan Data Perkara yang Ditangani
oleh Mahkamah Konstitusi Tahun 2015 dan 2016 34
Tabel 3.7. Perbandingan Jenis Peraturan dan Jumlah
Permohonan Uji Materil ke Mahkamah
Agung RI Sepanjang Tahun 2015 dan 2016 34
ix
Tabel 3.8. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip Kekuasaan
Kehakiman yang Merdeka Tahun 2016 37
Tabel 3.9. Kondisi Perkara di Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung
Sepanjang Tahun 2016 39
Tabel 3.10. Pandangan Ahli Terhadap Pihak yang
Paling Sering Mempengaruhi
Hakim Tahun 2016 40
Tabel 3.11. Perbandingan Skor Provinsi dalam
Indikator Independensi Hakim dalam
Memutus perkara Tahun 2016 41
Tabel 3.12. Tabel Hukuman Disiplin Terhadap Aparatus
Pengadilan yang Dijatuhkan Mahkamah Agung
Sepanjang Tahun 2016 43
Tabel 3.13. Pandangan Ahli Terkait Efektivitas
Pengawasan Hakim oleh MA
dan KY Tahun 2016 44
Tabel 3.14. Perbandingan Skor Provinsi dalam Indikator
Independensi Hakim Terkait Manajemen
Sumber Daya Hakim 45
Tabel 3.15. Perbandingan Pembangunan
Sarana dan Prasarana di Bawah Mahkamah
Agung Tahun 2015 dan 2016 46
Tabel 3.16. Perbandingan Skor Provinsi Terkait
Indikator Independensi Hakim Terkait
Kebijakan Kelembagaan 48
Tabel 3.17. Perbandingan Skor Indikator Independensi
Hakim dari Pengaruh Publik dan Media Massa 49
Tabel 3.18. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip
Akses terhadap KeadilanTahun 2016 50
Tabel 3.19. Skor Indikator Keterbukaan Informasi
per Provinsi Tahun 2016 54
Tabel 3.20. Persentase Pendapat Ahli Terkait Proses
Peradilan yang Cepat tahun 2016 56
Tabel 3.20. Perbandingan Keadaan Perkara yang
Diterima Pengadilan tingkat pertama
x
di Empat (4) Lingkungan Peradilan Seluruh
Indonesia Tahun 2015-2016 56
Tabel 3.21. Rincian keadaan perkara yang Diterima Peradilan
Tingkat Pertama Seluruh Indonesia Tahun 2016 57
Tabel 3.22. Pandangan Ahli Terkait Keterjangkauan
Biaya Pengadilan (dalam persen) 2016 57
Tabel 3.23. Pandangan Ahli Terkait Keterjangkauan
Lokasi Pengadilan (dalam persen) 2016 58
Tabel 3.24. Daftar Peringkat Indikator Peradilan yang
Cepat dan Terjangkau per Provinsi 2016 58
Tabel 3.25. Data Layanan Posbakum di Peradilan
Umum Tahun 2014-2016 59
Tabel 3.26. Data Layanan Posbakum di Peradilan
Agama Tahun 2014-2016 60
Tabel 3.27. Data Layanan Posbakum Pengadilan
Tata Usaha Negara Tahun 2014-2016 60
Tabel 3.28. Layanan Pembebasan Biaya Perkara di Peradilan
Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan
Tata Usaha Negara Tahun 2014-2016 60
Tabel 3.29. Pandangan Ahli Ketersediaan Bantuan
Hukum Bagi Kelompok Rentan Tahun 2016 61
Tabel 3.30. Daftar Provinsi yang Memiliki
Perda Bantuan Hukum 62
Tabel 3.31. Daftar Peringkat Provinsi Berdasarkan
Indikator Ketersediaan Bantuan Hukum 2016 62
Tabel 3.32. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip
Hak Asasi Manusia Tahun 2016 64
Tabel 3.33. Skor Prinsip dan Indikator serta Nilai
Indeks Negara Hukum Indonesia 2016 79
Tabel 4.1. Perbandingan Skor Masing-masing
Provinsi Tahun 2016 82
Daftar Diagram
Diagram 2.1 Komposisi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin (dalam persen) 14
Diagram 2.2 Demografi Responden Berdasarkan Rentang Usia 14
xi
Diagram 2.3 Demografi Responden Berdasarkan Profesi 15
Diagram 2.4 Komposisi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan 15
Diagram 3.1. Pandangan Ahli Terkait Tindakan/Perbuatan
Pemerintah Pusat di Bidang Penegakan
Hukum Tahun 2016 20
Diagram 3.2. Pandangan Ahli Terkait Tindakan/perbuatan
Pemerintah Provinsi Berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan yang Berlaku di Bidang
Pendidikan Tahun 2016 21
Diagram 3.3. Pandangan Ahli Terkait Tindakan/Perbuatan
Pemerintah Daerah Provinsi Sesuai dengan
Hukum dan Peraturan Perundang- undangan
yang Berlaku di Bidang Pertanahan dan
Lingkungan Hidup Tahun 2016 21
Diagram 3.4. Pandangan Ahli Terkait Tindakan/perbuatan
Pemerintah Daerah Provinsi di Bidang
Kehutanan Tahun 2016 22
Diagram 3.5. Pandangan Ahli Terkait Faktor yang Membuat
Tindakan Pemerintah Sejalan dengan Hukum
dan Peraturan Perundangan-undangan
yang Berlaku Tahun 2016 23
Diagram 3.6. Pandangan Ahli Terkait Kuantitas Penggunaan
Hak Angket DPRD Tahun 2016 24
Diagram 3.7. Pandangan Ahli Terkait Efektifitas
Mahkamah Agung dalam Menguji Peraturan
Perundangan di Bawah Undang-undang
Tahun 2016 25
Diagram 3.8. Pandangan Ahli Terkait Pengawasaan BPK
Terhadap Penggunaan Anggaran
Pemerintah Pusat Tahun 2016 26
Diagram 3.9. Pandangan Ahli Terkait Pengawasan
Presiden Terhadap Kejaksaan Tahun 2016 27
Diagram 3.10. Pandangan Ahli Terkait Efektifitas
Pengawasan Ombudsman RI Tahun 2016 28
Diagram 3.11. Pandangan Ahli Terkait Efektifitas
Pengawasan Komisi Kejaksaan Tahun 2016 28
xii
Diagram 3.12. Pandangan Ahli Terkait Ketersediaan Akses
yang Memadai Bagi Kelompok
Disabilitas Tahun 2016 32
Diagram 3.13. Sikap atau Perilaku Masyarakat yang
Mengalami Kesulitan Memahami Peraturan
Perundang-Undangan Tahun 2016 33
Diagram 3.14. Pandangan Ahli terkait Hakim Tidak
Berbelit-Belit Memeriksa Perkara dan Sesuai
dengan Jadwal Persidangan Tahun 2016 38
Diagram 3.15. Pandangan Ahli terkait Kebebasan Hakim
dari Pengaruh, Tekanan, dan/atau Intervensi
Pihak Manapun dalam Memutus
Perkara Tahun 2016 40
Diagram 3.16. Pandangan Ahli terkait Promosi dan
Mutasi Hakim Tahun 2016 42
Diagram 3.17. Pandangan Ahli Terkait Efektivitas
Pengawasan Hakim oleh MA dan KY 2016 45
Diagram 3.18. Pandangan Ahli Terkait Kapasitas
dan Integritas Panitera dalam Mendukung
Independensi Hakim 2016 46
Diagram 3.19. Pandangan Ahli Terkait Hak Keuangan
Hakim Tahun 2016 47
Diagram 3.20. Pandangan Ahli Terkait Jaminan
Keamanan Hakim Tahun 2016 47
Diagram 3.21. Pandangan Ahli Terkait Independensi
Hakim dalam Pemberitaan Media Massa 48
Diagram 3.22. Pandangan Ahli Apabila Masyarakat
Mengalami Masalah dalam Tahap Penyidikan
dan Melakukan Keberatan Direspon
dengan Baik Tahun 2016 52
Diagram 3.23. Pandangan Ahli Terkait Kemudahan
Masyarakat Mendapatkan Informasi pada
Tahap Penuntutan Tahun 2016 52
Diagram 3.24. Pandangan Ahli Apabila Masyarakat
Mengalami Masalah dalam Tahap Penuntutan
dan Melakukan Keberatan Direspon
dengan Baik Tahun 2016 53
xiii
Diagram 3.25. Pandangan Ahli Terkait Kemudahan
Mendapatkan Salinan Putusan Tahun 2016 54
Diagram 3.26. Pandangan Ahli Terkait Bantuan yang
Diberikan Negara Bagi Warga Negara
yang Berhak Tahun 2016 59
Diagram 3.27. Pandangan Ahli Terkait Penggunaan
Kekerasan yang Berlebihan (excessive use of force)
di Tingkat Nasional Tahun 2016 66
Diagram 3.28. Pandangan Ahli Terkait Penggunan
Kekerasan (excessive use of force) yang Berlebihan
oleh Kepolisian Tahun 2016 66
Diagram 3.29. Pandangan Ahli Peraturan
Perundang-Undangan dan Kebijakan di Provinsi
yang Membatasi Hak Bebas dari Penyiksaan
dan Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat Manusia Tahun 2016 68
Diagram 3.30. Pandangan Ahli Terkait Praktik
Penyiksaan, Penghukuman dan Perlakuan
yang Kejam di Tempat Penahanan
Kepolisian Tahun 2016 68
Diagram 3.31. Pandangan Ahli Terkait Pemaksaan dan
Ekspoitasi Kerja atas Diri Seseorang untuk
Pelunasan Utang Piutang di Provinsi Tahun 2016 69
Diagram 3.32. Pandangan Ahli Terkait Praktik Perbudakan
pada Sektor Mengamen/Mengemis/Mengasong
di Provinsi Tahun 2016 70
Diagram 3.33. Pandangan Ahli Terkait Praktik-praktik
Pemenjaraan Terhadap Orang Akibat Tidak
Memenuhi Kewajiban Kontraktual Tahun 2016 72
Diagram 3.34. Pandangan Ahli Terkait Upaya
Pemerintah/Penegak Hukum di Dalam
Mencegah Terjadinya Praktik Pemenjaraan
Orang Akibat Kewajiban Kontraktual 73
Diagram 3.35. Pandangan Ahli Terkait Ketersediaan
Peraturan Perundang-undangan dan
Kebijakan di Tingkat Nasional yang Menjamin
xiv
Hak untuk Tidak Dihukum atas Tindakan yang
Tidak Diatur Sebagai Kejahatan oleh
Hukum Nasional dan Internasional Tahun 2016 75
Diagram 3.36. Pandangan Ahli Terkait Efektifitas
Mekanisme Pemulihan bagi Korban Pelanggaran
terhadap Hak untuk Tidak Dipidana atas
Suatu Tindakan yang Bukan
Kejahatan Tahun 2016 76
Diagram 3.37. Pandangan Ahli Terkait Pelanggaran
terhadap Kebebasan Berpikir, Beragama dan
Berkeyakinan di tingkat Propinsi Tahun 2016 77
Diagram 3.38. Pandangan Ahli Terkait Aparat Penegak
Hukum Telah Secara Maksimal Mengusut,
Mengadili, dan Menghukum Pelaku
Pelanggaran Tahun 2016 78
Daftar Grafik
Grafik 4.1. Tren Nilai Indeks Negara Hukum 2012-2016 82
Daftar Bagan
Bagan 3.1. Pemeriksaan Laporan Masyarakat
di Komisi Yudisial Tahun 2016 44
xv
KATA PENGANTAR
TAHIR FOUNDATION
xvii
negara, dan berdampak siginifikan bagi perbaikan-perbaikan negara
hukum Indonesia.
INHI 2016 ini merupakan tahun kelima, sejak dilakukan tahun
2012. Selama ini kami, Tahir Foundation terus mendukung dan be-
kerjasama dengan ILR dalam melakukan INHI ini. Hal ini sebagai
wujud komitmen kami, untuk membantu dan mendukung berbagai
pihak dalam upaya perbaikan dan kemajuan di berbagai bidang Kami
juga apresiasi dan turut berbangga hati atas hasil yang telah dicapai
dalam laporan penelitian INHI 2016. Kami ucapkan selamat kepada
ILR, semoga hasil INHI 2016 dapat membuka inspirasi, memperbaiki
sistem dan penegakan hukum, serta menjadikan bangsa dan negara
Indonesia menjadi lebih adil, sejahtera, beradab, maju dan hebat di
masa-masa yang akan datang.
xviii
KATA PENGANTAR
Direktur Eksekutif Indonesian Legal Roundtable
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam membaca indeks negara
hukum tahun 2016. Pertama, informasi dalam indeks ini sudah dapat
dijadikan alat ukur yang agak utuh dalam membaca dan mengevalu-
asi sejauh mana prinsip-prinsip negara hukum telah dijalankan oleh
Pemerintah Jokowi-Kalla. Kedua, adanya predikat “negara hukum
yang masih stagnan namun secara substantif menunjukan perbaikan”
sebagaimana yang dinyatakan dalam kesimpulan indeks ini.
Untuk poin pertama, akhirnya kita punya peta yang cukup kohe-
ren mengukur sejauh mana agenda dan janji reformasi hukum yang
dikampanyekan oleh Jokowi-Kalla dalam pemilu lalu. Masa bakti dua
tahun sebenarnya waktu yang sangat cukup untuk menjustifikasi arah
kebijakan pembangunan hukum, yang sedang dan akan, dilakukan
pemerintah sekarang.
Nilai indeks negara hukum 2016 sebesar 5,31, atau turun 0,01 poin
dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah seka-
rang tidak memiliki perhatian yang cukup besar terhadap pembangun-
an hukum. Padahal, janji manis reformasi hukum merupakan salah
satu tawaran yang paling mengiurkan dan pembeda dengan kandidat
lain dalam pemilu yang lalu.
Membaca tren dalam dua tahun terakhir, 2014-2016, terlihat bahwa
pergerakan rerata nilai indeks hanya bergeser 0,13 poin setiap tahun.
Pertanyaannnya, berapa tahun lagi yang dibutuhkan oleh pemerintah
untuk membangun hukum Indonesia sesuai dengan standar negara-
-negara yang sudah “mapan” jika kemapanan itu diasumsikan mem-
punyai nilai 6?
Hitungan saya, dengan melihat rerata tren dua tahun terakhir, maka
setidaknya diperlukan sekitar 5-6 tahun lagi untuk mencapai standar
minimal tersebut. Itu pun dengan catatan menunjukan tren yang selalu
xix
positif. Pertanyaan lebih lanjut: bagaimana jika hasil temuan indeks
menunjukan grafik yang tidak linier sebagaimana yang terjadi pada
tahun sekarang?
Tentu saja tidak ada kata instan dalam membangun hukum Indo-
nesia. Namun, setidaknya ada kebijakan yang jelas dan terukur apa
yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menjawab permasalahan
hukum dan keadilan yang tidak terselesaikan sejak Reformasi, seperti
penyelesaian sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia masa lalu
dan revitalisasi sejumlah institusi penegak hukum agar berjalan dengan
optimal.
Pada titik inilah, indeks negara hukum ini menjadi relevan sebagai
stetoskop kita bersama dalam mendeteksi apa yang sedang terjadi dan
memprediksi celah-celah sistem hukum apa yang harus ditambal dan
diperbaiki ke depan, entah berupa disfungsi kelembagaan atau terpi-
sahnya antara hukum dengan rasa keadilan yang berkembang di dalam
masyarakat.
***
xx
lebih substantif dalam pendalaman prinsip-prinsip negara hukum yang
dilakukan oleh negara.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang harus dilakukan oleh negara? Saya
rasa itu pertanyaan kunci yang harus dinisbatkan kepada pemerintah
sekarang. Saya melihat bahwa rekomendasi pada tahun lalu dan tahun
sekarang tidak banyak jauh berbeda. Misalnya dalam salah satu reko-
mendasi prinsip ketaatan negara hukum soal perlunya suatu lembaga
yang mengharmonisasi pelbagai peraturan perundang-undangan yang
saling tumpang tindih.
Rekomendasi yang disampaikan itu merupakan ide lama, namun
masih sangat relevan untuk terus disuarakan. Masalahnya, kenapa
rekomendasi semacam itu tetap ada. Banyak jawaban yang bisa diberi-
kan. Namun, yang pasti, bisa disimpulkan bahwa hal itu tidak menjadi
perhatian yang utama dari pemerintah.
Pada tahun 2016 lalu, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan
kebijakan deregulasi sejumlah aturan yang terkait penanaman modal.
Namun, tentu saja, kebijakan itu hanya kebijakan sektoral. Poinnya,
kenapa hanya di bidang ekonomi? Kenapa tidak di sektor yang lain,
misalnya mendorong reformasi KUHAP dan RUU Jabatan Hakim.
Padahal, dua isu tersebut mempunyai multiplyer effect dalam mem-
perbaiki wajah hukum dan peradilan di Indonesia. Pembaharuan KU-
HAP sebagai aturan main dalam proses peradilan dapat meminimalisir
penyalahgunaan kekuasaan aparatus hukum dan mempertajam pengu-
atan hak asasi manusia. Demikian juga dengan RUU Jabatan Hakim
yang diharapkan dapat menjadi jawaban permasalahan peradilan yang
tidak kunjung selesai.
Dua tahun adalah masa yang cukup bagi pemerintah untuk tidak
bermain-main dengan waktu. Pemerintah perlu diingatkan bahwa
kepentingan publik tidak hanya soal ekonomi, namun juga soal keadil-
an. Itu dua hal yang berkorelasi namun jelas tidak sama. Pemerintah
jangan salah berasumsi bahwa dengan membangun ekonomi otomatis
akan memberikan keadilan bagi masyarakat. Pertanyaannya, untuk
masyarakat yang mana?
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sulit dibantah bahwa negara hukum (rule of law/rechtstaat) merupakan
salah satu isu utama dalam perbincangan global saat ini –sebagaimana
yang terlihat dalam pertemuan sejumlah pemimpin dan kepala negara
dalam Declaration of High-Level Meeting of The General Assembly On
The Rule of Law at The National and International Level pada 24 Sep-
tember 2012 di New York yang berkomitmen mempromosikan negara
hukum. Pasca berakhirnya Perang Dingin, dukungan dan komitmen
terhadap ide negara hukum disampaikan oleh berbagai pemimpin
negara dari sistem politik yang berbeda -termasuk negara-negara yang
dulunya dikenal menolak ide demokrasi dan hak asasi.
Seperti yang berlangsung pada tingkat global, secara normatif Indo-
nesia juga memiliki komitmen yang kuat untuk membangun negara
hukum. Istilah negara hukum kemudian dicantolkan dalam konstitusi
Indonesia: sebagaimana yang terlihat dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945
yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Setelah
hampir tidak dipraktekan selama tiga puluh dua tahun di masa peme-
rintahan otoriter Orde Baru, konsep atau ide negara hukum kembali
didengungkan pada masa Reformasi. Dimulai sejak pemerintahan sing-
kat B.J. Habibie, berbagai legislasi nasional yang menjamin kebebasan
berpendapat dan berorganisasi, diundangkan. Bersamaan dengan itu,
lembaga-lembaga yang berkarakter opresif dibubarkan yang diikuti de-
ngan pembentukan lembaga-lembaga negara penunjang yang sebagian
berfungsi sebagai pengawas (watch dog) jalannya pemerintahan.
Namun, pemberlakuan legislasi dan pembentukan lembaga-lem-
baga negara penunjang tidak menunjukan bahwa ide negara hukum
sedang dijalankan di Indonesia. Dengan kata lain, sistem hukum tidak
berfungsi dengan baik. Lembaga-lembaga negara penunjang yang
1
2 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
1 Todung Mulya Lubis (2014), ’Recrowning Negara Hukum: A New Challange, A New Era.’
Policy paper, Center for Indonesian Law, Islam and Society, Melbourne Law School, University
of Melbourne.
PENDAHULUAN 3
B. LANDASAN KONSEPTUAL
Meski negara hukum adalah tujuan universal, namun seperti yang
dikatakan Andrei Marmor, secara konseptual gagasan “negara hukum”
sangat rumit dan membingungkan. Sampai saat ini para sarjana (aca-
3
2 Gary Goodpaster (1999), ‘The Rule of Law, Economic Development and Indonesia’, dalam
Timothy Lindsey, Indonesia: Law and Society. Sidney: The Federation Press.
3 Andrei Marmor, The Ideal of The Rule of Law, USC Legal Studies Research Paper Series,
2008.
4 Lihat Indeks Persepsi Negara Hukum 2012, Indonesian Legal Roundtable, Jakarta, 2013.
Beberapa sarjana dan lembaga terkemuka yang diambil sebagai perbandingan adalah M Sc-
4 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
C. TUJUAN
ILR mengharapkan bahwa laporan indeks ini dapat menyajikan
gambaran dan analisis yang bermutu terkait pemenuhan prinsip-prinsip
negara hukum di Indonesia. Meski demikian, secara praktis, indeks
negara hukum ini bertujuan untuk:
1. Mengukur sejauh mana ketaatan negara Indonesia dalam mene-
rapkan prinsip-prinsip negara hukum.
2. Mengamati secara gradual perkembangan pemenuhan prinsip-
-prinsip negara hukum di Indonesia.
3. Menjadi salah satu dokumen yang relevan untuk dijadikan per-
timbangan bagi para pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menerapkan dan mengadvokasi prinsip-
-prinsip negara hukum.
D. STRUKTUR LAPORAN
Agar lebih memudahkan pembaca dalam memahami, laporan ini
diorganisasikan dalam empat bab, yaitu:
Bab 1, Pengantar. Bab ini mendeskripsikan latar belakang dan
signifikansi negara hukum di Indonesia serta tujuan dan struktur
penyajian laporan.
Bab 2, Metodologi. Bab ini mendeskripsikan cara dan tahapan
penyusunan indeks. Bab ini juga memaparkan kualifikasi ahli
heltema, Joseph Raz, Rachel Kleinfeld Belton, Brian Z Tamanaha, Jimly Asshidiqqie, dan The
International Commission of Jurist (ICJ).
PENDAHULUAN 5
METODOLOGI
7
8 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
1 Dalam tahun ini, ILR kemudian merumuskan ulang pengunaan terminologi “pemerintahan
berdasarkan hukum”. Sejak Indeks 2012 sampai dengan Indeks 2015, untuk prinsip pertama,
ILR selalu menggunakan istilah “pemerintahan berdasarkan hukum” sebagai terjemahan dari
“Government Limited by Law”. Untuk menghindari kebingunan sebagian kalangan terhadap
hal tersebut, ILR kemudian lebih prefer untuk menggunakan istilah “Ketaatan Terhadap
Hukum”. Pengantian istilah itu tidak berimplikasi terhadap konsep dan indikator yang telah
dibangun sebelumnya.
METODOLOGI 9
B. PENENTUAN AHLI
Kredibilitas ahli (expert) yang menjadi responden merupakan salah
satu indikator utama dari kehandalan indeks ini. Oleh karena itu,
penentuan ahli didasarkan pada kualifikasi tertentu. Selain dari segi
proses, penentuan ahli dilakukan dengan berkonsultasi dengan para
METODOLOGI 11
C. METODE PEMBOBOTAN
Bagian ini memaparkan nilai bobot yang diberikan pada masing-masing
prinsip negara hukum disertai penjelasan logis dibalik pemberian nilai
bobot tersebut. Nilai bobot masing-masing kelima prinsip tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
D. SKOR PROVINSI
Pada indeks tahun 2016 ini, ada beberapa perkembangan informasi
dibandingkan indeks tahun-tahun sebelumnya, yaitu adanya penam-
bahan hasil skor yang didapat masing-masing provinsi yang diteliti. Skor
ini dihasilkan dari nilai pertanyaan survei ahli dan evaluasi dokumen
yang berkaitan dengan kinerja masing-masing provinsi.
Dalam setiap prinsip, akan dibandingkan skor yang didapatkan
masing-masing provinsi. Skor ini diharapkan dapat menjadi informasi
tambahan gambaran kinerja masing-masing provinsi di mana evaluasi
kinerja negara hukum sepanjang tahun 2016 dilakukan.
E. PROFIL RESPONDEN
Enumerator setiap provisi harus menyurvei ahli sebanyak enam (6)
orang. Keenam ahli tersebut terdiri dari:
• Dua orang ahli untuk prinsip pemerintahan berdasarkan hukum
dan prinsip legalitas formal;
• Dua orang ahli untuk prinsip kekuasaan kehakiman yang mer-
deka dan prinsip akses terhadap keadilan ; dan
14 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Diagram 2.1
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (dalam persen)
Diagram 2.2
Demografi Responden Berdasarkan Rentang Usia
METODOLOGI 15
Diagram 2.4
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
16 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
F. KETERBATASAN PENELITIAN
Tantangan utama para peneliti dalam penyusunan indeks ini terletak
pada upaya mengumpulkan dokumen. Dalam prakteknya, tidak se-
mua institusi publik di daerah yang diminta oleh enumerator bersedia
menyediakan atau memberikan data yang diminta oleh peneliti. Ada
beberapa alasan yang disampaikan oleh institusi tersebut: (1) tidak ada
data sama sekali; (2) datanya ada namun sedang proses penyusunan;
(3) lembaga penelitian tidak mempunyai legalitas hukum; dan (4)
dokumen merupakan rahasia negara.
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Gubernur adalah dokumen
yang paling sulit didapatkan. Alasan umum yang dikemukakan ada-
lah karena LPJ belum dibacakan dan dilaporkan dalam sidang pleno
DPRD yang biasanya dilakukan pada bulan April. Meski sudah lewat
bulan April, sejumlah persyaratan administrasi selalu menjadi alasan
informasi publik yang terbuka untuk publik tersebut tidak tersedia.
Kurangnya informasi yang memadai terhadap suatu indikator atau
prinsip kemudian dilengkapi dengan cara mengumpulkan sejumlah
pemberitaan melalui media massa dan kasus-kasus yang menjadi per-
hatian publik sepanjang tahun 2016.
***
BAB III
Bab ini memaparkan deskripsi skor survei dan dokumen serta nilai
indeks negara hukum masing-masing prinsip negara hukum. Deskripsi
hasil skor survei dan dokumen memaparkan semua temuan yang rele-
van di masing-masing indikator dari setiap prinsip negara hukum yang
diteliti. Sedangkan nilai indeks adalah seluruh nilai yang dihasilkan
masing-masing prinsip yang dikonversi berdasarkan bobot masing-
-masing prinsip.
Bab ini juga menyajikan skor dan nilai indeks masing-masing prinsip
negara hukum di dua puluh (20) provinsi yang diteliti.
17
18 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
1 Indikator ini mengukur sejauh mana pemerintah telah menjalankan kewajibannya menurut
hukum (baca: peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik)
yang berlaku. Pemerintah yang dimaksud di sini adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, urusan pemerintah dibagi
dalam tiga hal: urusan pemerintah absolut; urusan pemerintah konkuren dan urusan peme-
rintah umum.
Urusan pemerintah absolut adalah bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, aga-
ma, penegakan hukum, moneter dan fiskal. Sedangkanurusan pemerintah konkuren terdiri
dari urusan pemerintah wajib dan urusan pemerintah pilihan. Urusan pemerintah konkuren
yang wajib berkaitan dengan pelayanan dasar dan bukan pelayanan dasar. Sedangkan urusan
pemerintah konkuren pilihan, adalah urusan pemerintah yang tidak berkaitan dengan pela-
yanan dasar namun juga dikerjakan berdasarkan potensi yang dimiki oleh daerah tersebut.
Meski demikian, indikator ini membatasi ruang lingkupnya pada urusan pemerintah absolut
dan urusan pemerintah konkuren yang berkaitan dengan pelayanan dasar.Selain itu, indikator
ini juga memotret sejauh mana pemerintah (pusat dan daerah) telah menjalankan fungsi
budgeting dan fungsi legislasinya bersama legislatif (DPR dan DPRD).
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 19
***
Pada sisi lain, terkait dengan urusan pemerintah daerah dalam membe-
rikan pelayanan dasar (pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum & tata
ruang; perumahan dan pemukiman; ketentraman, ketertiban umum
& perlindungan masyarakat; dan sosial) sebagian besar responden
menjawab negatif (skor di bawah 6). Hanya di bidang pendidikan dan
kesehatan yang dianggap relatif baik (nilai skor di atas 6).
Terkait urusan pemerintah daerah provinsi yang tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar, ahli berpendapat bahwa pemerintah daerah
tidak menjalankan tugasnya dengan cukup baik. Bidang yang mendapat
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 21
***
2 Pengawasan oleh parlemen mengukur sejauh mana kinerja lembaga legislatif dalam meng-
gunakan haknya, yaitu: hak interpelasi, hak menyatakan pendapat, dan hak angket. Selain itu,
subindikator ini juga mengukur sejauh mana efektifitas rapat dengar pendapat umum (RDPU)
yang dilakukan oleh legislatif (pusat dan daerah).
Sedangkan pengawasan oleh lembaga peradilan meninjau sejauh mana kinerja Mahkamah
Konstitusi dalam menjalankan fungsinya menguji undang-undang dan kinerja pengadilan tata
24 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
usaha negara sebagai alat koreksi terhadap tindakan pemerintah yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Subindikator pengawasan yang ketiga adalah pengawasan internal pemerintah. Subindikator
ini ingin mengetahui sejauh mana efektifitas kinerja dari lembaga pengawasan internal yang
dimiliki oleh pemerintah.
Subindikator terakhir, pengawasan komisi negara independen. Keberadaan komisi negara
independen yang banyak dibentuk oleh negara ini bertujuan untuk memastikan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 25
2. Legalitas Formal
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, negara Republik Indonesia
merupakan negara yang berdasar atas hukum, berarti semua tata aturan
harus didasarkan pada hukum. Demikian juga setiap peraturan harus
dirancang dan diundangkan secara benar serta berdasarkan prosedur
yang sah. Dalam konsep negara hukum yang dikenal luas sebagai rule
of law ataupun rechhtstaat terdapat suatu prinsip yang terkait dengan
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 29
bentuk formal dari hukum itu sendiri, yang dikenal dengan legalitas
formal (formal legality).
Esensi prinsip Legalitas Formal dapat ditemukan pada dua tujuan
pokoknya, yaitu pertama, membuat aturan hukum mampu menuntun
perilaku, dan kedua, aturan hukum mampu membuat warga negara
menjadi bebas dan otonom. Agar kedua tujuan pokok di atas bisa
dicapai, hukum diharuskan memiliki sejumlah karakter penting yaitu
berlaku umum (general), bisa diperkirakan (predictable), jelas (clear),
tidak mudah berubah-ubah (stable), konsistensi antara teks hukum
dengan perilaku pelaksana dan penegak hukum, tidak kontradiktif serta
tidak berlaku surut (retroactive) dan diumumkan (public promulgation).
Apabila memiliki karakter-karakater penting di atas, hukum diyakini
akan mampu memberikan kepastian dan kesamaan karena setiap orang
sudah dapat memperkirakan terlebih dahulu apa respon negara atau
pemerintah atas tindakan yang mereka lakukan. Dengan memberi-
kan kepastian mengenai respon hukum atas setiap tindakan, hukum
selanjutnya menyediakan jaminan kebebasan dan otonomi. Setiap
orang bebas atau otonom untuk melakukan sesuatu yang diperkirakan
tidak memiliki implikasi hukum. Dengan kata lain, hukum menjamin
kebebasan kepada setiap orang yang berperilaku sesuai dengan aturan
hukum (freedom what they law permit).
***
Skor indikator prinsip legalitas formal tahun 2016 adalah 5,92. Sedang-
kan nilai Indeks Negara Hukum Prinsip Legalitas Formal sebesar 0,70
(nol koma tujuh puluh). Dari ketiga indikator prinsip legalitas formal,
skor tertinggi adalah indikator Stabilitas Peraturan dengan skor 6,08.
Setelah itu berturut-turut: Indikator Penyebarluasan Peraturan dengan
skor 5,87 dan Indikator Kejelasan Rumusan Peraturan dengan skor
5,37.
Semua indikator prinsip ini mengalami penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya. Skor yang mengalami penurunan tertinggi adalah
Indikator Penyebarluasan Peraturan dengan penurunan sebesar 1,44
poin. Setelah itu indikator perundang-undangan yang stabil dengan
penurunan 0,79 poin; dan indikator penyebaran peraturan perundang-
-undangan dengan penurunan 0,05 poin.
30 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Tabel 3.3. Pandangan Ahli Terkait Akses Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
Terhadap UU dan Perda Berdasarkan Sumber Resmi Tahun 2016 (dalam
Persen)
Undang- Peraturan Undang- Peraturan
No Jawaban Ahli Undang Daerah Undang Daerah
Masyarakat Perkotaan Masyarakat Perdesaan
1 Sangat Sulit 0 15 27,5 37,5
2 Sulit 20 25 37,5 30
3 Cukup Mudah 37,5 32,5 22,5 50
4 Mudah 22,5 17,5 10 12,5
5 Sangat Mudah 20 10 2,5 0
Diagram 3.12. Pandangan Ahli Terkait Ketersediaan Akses yang Memadai Bagi
Kelompok Disabilitas Tahun 2016
Tabel 3.7. Perbandingan Jenis Peraturan dan Jumlah Permohonan Uji Materil
ke Mahkamah Agung RI Sepanjang Tahun 2015 dan 2016
Tahun 2015 Tahun 2016
No Klasifikasi
Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Peraturan Pemerintah 19 26,39% 7 14,29%
2 Peraturan Menteri 13 18,06% 7 14,29%
3 Peraturan KPU 12 16,67% 3 6,12%
4 Peraturan Daerah 10 13,89% 8 16,33%
5 Peraturan Presiden 4 5,56% 1 2,04%
6 Keputusan Menteri 2 2,78% 4 8,16%
7 Peraturan Gubernur 2 2,78% 3 6,12%
8 Keputusan Gubernur 1 1,39% 1 4,08%
9 Qanun Aceh 1 1,39% 2 4,08%
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 35
terkait dengan pungutan memaksa yakni, soal pajak, retribusi dan iuran
(50 persen). Selanjutnya diikuti oleh bidang administrasi pemerintah-
an (12,50 persen), bisnis, keuangan dan perdagangan (12,50 persen),
Ketenagakerjaan (6,25% persen) dan pendidikan (6,25 persen).
Ahli juga menyatakan bahwa faktor dominan yang menyebabkan
perubahan peraturan adalah kepentingan politik transaksional dari
pihak-pihak tertentu. Hanya sedikit ahli yang berpendapat bahwa
terjadinya perubahan peraturan disebabkan oleh perubahan di dalam
masyarakat. Kondisi ini sejalan dengan temuan Undang- Undang yang
paling sering mengalami perubahan adalah bidang politik, yakni ber-
kaitan dengan pemilu dan administrasi pemerintahan.
Pada tataran provinsi, skor yang paling tertinggi dalan indikator
stabilitas peraturan ini diperoleh oleh Provinsi Maluku (8,00); sedang-
kan provinsi yang memiliki nilai terendah adalah Provinsi Kalimantan
Selatan dan Provinsi Sumatera Utara dengan nilai 5,00.
Tabel 3.10. Pandangan Ahli Terhadap Pihak yang Paling Sering Mempengaruhi
Hakim Tahun 2016
Sangat Sering Cukup Jarang Tidak
Pihak
sering sering pernah
Pemerintah Daerah 17.50 12.50 30.00 22.50 17.50
Anggota Dewan 5.00 30.00 25.00 27.50 12.50
Parpol 10.00 27.50 25.00 25.00 12.50
Tokoh Masyarakat 7.50 10.00 20.00 52.50 10.00
Pihak berperkara/ Advokat 20.00 32.50 25.00 17.50 5.00
Ormas 17.50 17.50 22.50 32.50 10.00
Pengusaha 32.50 25.00 17.50 17.50 7.50
Pejabat Pengadilan yang 22.50 10.00 35.00 25.00 7.50
lebih tinggi
3 Indikator ini terdiri dari dua subindikator: manajemen SDM hakim dan manajemen
pengawasan hakim. Subindikator pertama mencermati mekanisme seleksi, rekrutmen, mu-
tasi-promosi, dan kesempatan hakim dalam peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan
pelatihan. Sedangkan subindikator kedua, menilai efektifitas pengawasan internal dan eksternal
(khususnya Komisi Yudisial) serta sinergitas kedua pengawasan tersebut.
42 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Diagram 3.16. Pandangan Ahli terkait Promosi dan Mutasi Hakim Tahun 2016
Pada sisi lain, sepanjang tahun 2016, Komisi Yudisial menerima 3.581
laporan mengenai dugaan pelanggaran Kode Etik dan Perilaku Hakim
(KEPPH), yang terdiri dari 1.628 laporan dari masyarakat dan 1.899
laporan yang berasal dari surat tembusan. Berikut adalah rekapitulasi
penanganan laporan dugaan pelanggaran KEPPH oleh KY sepanjang
tahun 2016.
44 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Sebagian besar ahli juga memandang bahwa kedua lembaga ini tidak
sinergis dalam menangani laporan masyarakat terhadap perilaku ha-
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 45
pengadilan dengan nilai 5,83; dan fasilitas pengamanan dan gaji hakim
dengan nilai 6,90.
Diagram 3.18. Pandangan Ahli Terkait Kapasitas dan Integritas Panitera dalam
Mendukung Independensi Hakim 2016
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 47
Diagram 3.19. Pandangan Ahli Terkait Hak Keuangan Hakim Tahun 2016
Diagram 3.20. Pandangan Ahli Terkait Jaminan Keamanan Hakim Tahun 2016
48 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
***
Skor prinsip akses terhadap keadilan tahun 2016 sebesar 5,50. Skor
yang didapat prinsip ini mengalami penurunan 0,87 dari skor tahun
sebelumnya yang mencapai 5,96 p0in. Dilihat dari sudut nilai indeks,
prinsip ini memiliki nilai indeks sebesar 0,82. Inilah daftar peringkat
20 provinsi untuk prinsip akses terhadap keadilan.
Tabel 3.18. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip Akses terhadap KeadilanTahun 2016
Peringkat Provinsi Nilai
Jawa Timur 6,83
1
Kalimantan Selatan 6,83
2 Sulawesi Tengah 6,49
3 Sumatera Selatan 6,27
4 Kalimantan Timur 6,17
5 Riau 6,06
6 Kalimantan Barat 5,72
7 Jawa Tengah 5,47
8 Nusa Tenggara Barat 5,20
9 Sumatera Barat 5,18
10 DKI Jakarta 5,16
11 Sumatera Utara 5,13
12 Lampung 4,84
13 NTT 4,81
14 Sulawesi Selatan 4,79
15 Jawa Barat 4,65
16 Maluku 4,40
17 Bali 4,29
18 Papua 4,02
19 Sulawesi Utara 3,75
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 51
***
***
***
Tabel 3.19. Skor Indikator Keterbukaan Informasi Per Provinsi Tahun 2016
Peringkat Provinsi Skor
1 Jatim 6.67
2 Kaltim 6.50
3 Sulteng 6.17
4 Riau 6.00
5 Kalsel 5.83
TEMUAN DAN NILAI INDEKS 55
sebanyak 16.581 perkara. Sisa perkara pada akhir tahun 2016 sebanyak
181.623 perkara.
Tabel 3.20. Persentase Pendapat Ahli Terkait Proses Peradilan yang Cepat
tahun 2016
Persentase Pendapat
Sangat
Tidak Kurang Sangat
No Pengadilan tidak Setuju
setuju setuju Setuju
setuju
1 Pengadilan Pidana 25,00 22,50 25,00 15,00 12,50
2 Pengadilan Perdata 15,00 32,50 30,00 15,00 7,50
3 Pengadilan Agama 2,50 12,50 20,00 40,00 25,00
4 Pengadilan TUN 5,00 17,50 25,00 40,00 12,50
5 Pengadilan Militer 7,50 15,00 32,50 37,50 7,50
Rata-rata 11,00 20,00 26,50 29,50 13
Tabel 3.21. Rincian keadaan perkara yang diterima Peradilan Tingkat Pertama
Seluruh Indonesia tahun 2016
Lingkungan Sisa
No Masuk Jumlah Putus Cabut Sisa
Peradilan 2015
1 Umum 35.028 3.331.646 3.366.674 3.312.131 7.168 47.375
2 Agama 88.749 501.490 590.239 447.704 9.369 133.166
3 Militer 324 2.994 3.318 2.827 44 447
4 Tun 580 2.022 2.602 1.967 - 635
Jumlah 124.681 3.838.152 3.962.833 3.764.629 16.581 181.623
Sumber: Diolah dari Laporan Akhir Tahun MA 2016
***
***
Tabel 3.24. Daftar Peringkat Indikator Peradilan yang Cepat dan Terjangkau
per Provinsi 2016
Peringkat Provinsi Skor
1 Sumut 7.31
2 Kaltim 7.27
3 Jatim 7.15
4 Kalbar 7.00
5 NTB 6.92
Sulteng 6.81
6
Sumsel 6.81
7 NTT 6.69
8 Kalsel 6.65
9 Jateng 6.42
Maluku 6.19
10
Sulsel 6.19
11 DKI 6.15
12 Bali 6.12
13 Sumbar 6.04
14 Sulut 5.92
15 Riau 5.85
16 Papua 5.38
17 Lampung 5.35
18 Jabar 5.27
mendapatkan skor 5,55; dan pada tahun 2016 naik sebesar 0,19,
menjadi 5,74.
Terkait dengan bantuan hukum yang diberikan negara pada tahun
2016, 50 persen ahli menyatakan bahwa negara sudah memberikan
bantuan hukum bagi warga negara yang berhak. Respon ahli ini me-
nurun sebesar 5 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dengan 55 persen.
Diagram 3.26. Pandangan Ahli Terkait Bantuan yang DIberikan Negara Bagi
Warga Negara yang Berhak Tahun 2016
Tabel 3.27. Data Layanan Posbakum Pengadilan Tata Usaha Negara Tahun
2014-2016
Jumlah
Jumlah
No Tahun Layanan
Posbakum
(orang)
1 2014 15 2
2 2015 28 9
3 2016 28 13
0,25 persen: tahun 2015 yang mengatakan sangat setuju dan setuju
sebanyak 41,25 persen; dan pada tahun 2016 sebanyak 41,5 persen.
13 Maluku 3.50
13 Sulsel 3.50
14 NTT 3.25
15 Sulut 2.50
4 Randall Peerenboom membedakan negara hukum kedalam dua kategori yaitu thick rule of
law dan thin rule of law. Secara singkat dapat dikatakan bahwa thin rule of law adalah negara
hukum yang memenuhi penerapan aspek-aspek prosedural di dalam sistem hukumnya, semen-
tara thick rule of law adalah negara hukum yang bukan saja menjunjung prosedur hukum yang
baik, namun juga mengadopsi hukum-hukum yang baik pula. Lihat, Randall Peerenboom,
Human Rights and Rule of Law: What’s the Relationship?, UCLA School of Law, California,
hlm: 19-20. Dapat diakses di: http://ssrn.com/abstract=816024
5 Sifat absolut dari keenam hak asasi manusia tersebut diakui di dalam Pasal 4 paragraf (2) Ko-
venan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, serta Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang
64 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
***
Tabel 3.32. Perbandingan Skor Provinsi Prinsip Hak Asasi Manusia Tahun
2016
Peringkat Provinsi Nilai Indeks
1 Maluku 7,76
2 Bali 6,76
3 Kalimantan Selatan 6,49
4 Nusa Tenggara Barat 6,10
5 Jawa Timur 6,06
6 Nusa Tenggara Timur 5,93
7 Kalimantan Barat 5,84
8 Sulawesi Utara 5,80
9 Sulawesi Tengah 5,68
10 Lampung 5,47
11 Kalimantan Timur 5,39
12 Jawa Tengah 5,23
142 pengaduan. Angka tersebut hampir dua kali lebih sedikit diban-
dingkan dengan jumlah pengaduan di tahun sebelumnya yang sampai
mencapai jumlah 272 pengaduan atas praktik penyiksaan.
Diagram 3.31. Pandangan Ahli Terkait Pemaksaan dan Ekspoitasi Kerja atas
Diri Seseorang Untuk Pelunasan Utang Piutang di Provinsi Tahun 2016
rut pandangan ahli di mana skor yang diberikan adalah 4,4, menurun
0,1 poin dibandingkan tahun 2015 yaitu 4,5.
Berdasarkan hasil penelusuran dokumen, tidak banyak kemajuan
yang berarti di dalam situasi jaminan atas hak untuk tidak diperbu-
dak di Indonesia sepanjang tahun 2016. Departemen Luar Negeri
Amerika Serikat melaporkan bahwa terjadi penurunan jumlah kasus
perdagangan manusia di Kepolisian sepanjang tahun 2016: dari 221
kasus yang ditangani oleh kepolisian di tahun 2015, turun menjadi 110
kasus di tahun 2016. Namun, tidak dijelaskan apakah penurunan jum-
lah kasus tersebut disebabkan oleh menurunnya praktik perdagangan
manusia, atau justru karena menurunnya kemampuan polisi di dalam
menangani kasus-kasus perdagangan manusia. Kemudian, Komisi Per-
lindungan Anak Indonesia (KPAI) mengidentifikasi sekitar 307 kasus
perdagangan anak di Indonesia sepanjang tahun 2016.
Sementara itu, survey Global Slavery Index tahun 2016 melaporkan
bahwa, orang Indonesia yang hidup dalam perbudakan diestimasikan
berjumlah 736.100 orang. Berdasarkan indeks global tersebut, praktik-
-praktik perbudakan dalam bentuk kerja paksa, paling banyak ditemu-
kan di sektor-sektor pertanian/perikanan dan jasa konstruksi.
Pada sisi praktek di tingkat nasional, para ahli melihat adanya per-
baikan di tahun 2016, terkait berkurangnya praktik pemenjaraan orang
atas dasar ketidakmampuannya di dalam memenuhi suatu kewajiban
kontraktual. Skor yang diberikan oleh para ahli terhadap subindikator
ini di tahun 2016 adalah 4,80. Skor subindikator ini mengalami pening-
katan sebesar 0,49, jika dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu 4,31.
Di tahun 2016, ada penambahan penilaian di dalam subindikator
praktek pemenjaraan orang akibat kewajiban kontraktual. Sebelumnya
penilaian hanya diberikan untuk tingkat nasional saja, namun di tahun
2016 ditambahkan dengan kategori penilaian tingkat propinsi (lihat
diagram 3.33).
Diagram 3.34.
Pandangan Ahli Terkait Upaya Pemerintah/Penegak Hukum di Dalam
Mencegah Terjadinya Praktik Pemenjaraan Orang Akibat Kewajiban
Kontraktual
terhadap hak untuk tidak dipidana atas suatu tindakan yang bukan keja-
hatan, jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya mendapatkan
skor sebesar 2,06 (lihat diagram 3.36).
Diagram 3.38. Pandangan Ahli Terkait Aparat Penegak Hukum Telah Secara
Maksimal Mengusut, Mengadili, dan Menghukum Pelaku Pelanggaran Tahun
2016
Tabel 3.33. Skor Prinsip dan Indikator serta Nilai Indeks Negara Hukum
Indonesia 2016
Nilai
No. Prinsip Skor
Indeks
1 Pemerintahan Berdasarkan Hukum 5,62
Perbuatan/Tindakan Pemerintah Berdasarkan Hukum 6,03 1,41
Pengawasan yang Efektif 5,23
2 Legalitas Formal 5,77
Penyebarluasan Peraturan 5,87
0,58
Kejelasan Rumusan Peraturan 5,37
Stabilitas Peraturan 6,08
3 Independensi Kekuasan Kehakiman 5,74
Independensi Hakim dalam Mengadili dan Memutus Perkara 5,32
Independensi dalam Manajemen Sumber Daya Hakim 5,80 1,44
Independensi dalam Kebijakan Kelembagaan 6,37
Independensi Terhadap Pengaruh Publik dan Media Massa 5,08
4 Akses Terhadap Keadilan 5,50
Keterbukaan Informasi 4,43
0,82
Peradilan yang Cepat dan Terjangkau 6,33
Ketersedian Bantuan Hukum 5,74
5 Hak Asasi Manusia 4,25
Jaminan Hak atas Hidup 3,70
Jaminan atas Hak untuk Bebas dari Penyiksaan 3,77
Jaminan atas Hak untuk Tidak Diperbudak 4,26
Jaminan atas Hak untuk Tidak Dipenjara berdasarkan
4,94 1,06
Kewajiban Kontraktual
Jaminan atas Hak untuk Tidak Dihukum atas Tindakan yang
4,87
Bukan Kejahatan
Jaminan Hak atas Kebebasan untuk Berpikir, Beragama dan
3,96
Berkeyakinan
Nilai Indeks Negara Hukum 2016 5,31
Rerata
Provinsi Prinsip 1 Prinsip 2 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5
Skor
Sumut 5,5 5,65 5,52 5,13 5,07 5,37
Sumbar 6,11 7,05 4,02 5,18 5,11 5,49
Sumsel 5,88 5,22 4,64 6,27 4,81 5,36
Lampung 4,91 5,56 4,84 4,84 5,47 5,12
Riau 6,52 6,62 6,03 6,06 4,48 5,94
DKI 5,2 6,43 5,25 5,16 3,26 5,06
Jabar 4,87 5,62 3,34 4,65 3,28 4,35
Jateng 6,04 5,45 4,90 5,47 5,23 5,42
Jatim 5,93 6,34 6,67 6,83 6,06 6,37
Sulsel 5,11 4,62 5,16 4,79 4,81 4,90
Sulteng 5,69 4,78 5,96 6,49 5,68 5,72
80 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Rerata
Provinsi Prinsip 1 Prinsip 2 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5
Skor
Sulut 5,11 5,08 4,13 3,75 5,80 4,77
Bali 5,89 6,67 4,80 4,29 6,76 5,68
NTT 5,21 4,41 4,63 4,81 5,93 5,00
NTB 5,82 5,24 6,30 5,20 6,10 5,73
Kaltim 5,68 5,65 7,10 6,17 5,39 6,00
Kalbar 5,84 5,43 5,30 5,72 5,84 5,63
Kalsel 6,74 6,3 6,23 6,83 6,49 6,52
Maluku 7,31 6,45 3,81 4,40 7,76 5,95
Papua 5,42 5,2 3,27 4,02 3,35 4,25
BAB IV
ANALISIS
Bab ini berisi analisis terhadap temuan tiap-tiap prinsip negara hukum
sebagaimana yang telah dinarasikan dalam Bab III dan rekomendasi
terhadap analisis yang telah dilakukan.
A. ANALISIS
Nilai indeks negara hukum Indonesia tahun 2016 mengalami penu-
runan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2015) sebesar 0,01
poin. Jika membandingkan tren nilai indeks dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, baru pada tahun 2016 terjadi tren penurunan. Dengan
demikian, secara umum, dapat disimpulkan bahwa sepanjang tahun
2016, negara (baca: pemerintah) tidak melakukan kinerja yang berarti
dalam pemajuan prinsip-prinsip negara hukum.
Pada sisi lain, disigi dari sudut prinsip nilai indeks dua tahun tera-
khir, terdapat prinsip yang menujukan tren positif dan ada pula yang
menunjukan tren yang negatif. Prinsip yang menunjukan tren penu-
runan (negatif) adalah: prinsip legalitas formal, prinsip kekuasaan keha-
kiman yang merdeka, dan prinsip akses terhadap keadilan. Sedangkan
dua prinsip lainnya: prinsip ketaatan pemerintah terhadap hukum dan
prinsip hak asasi manusia, menunjukan tren yang membaik.
Berpijak pada beberapa kecenderungan di atas, sebenarnya kinerja
pemerintah tidak terlalu mengecewakan, dalam arti terdapat tren yang
positif terhadap beberapa prinsip kunci atau elemen substantif negara
hukum, seperti prinsip ketaatan pemerintah terhadap hukum dan
prinsip perlindungan, penghormatan dan pemajuan hak asasi manusia
jika dibanding dengan tahun sebelumnya -meskipun ada juga prinsip
substantif yang menunjukan kemunduran, seperti kekuasaan kehakim-
an yang merdeka.
81
82 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
NB: Antara tahun 2012 dan 2013 terdapat perubahan metodologi: survei publik dan
survei ahli & dokumen. Sedangkan 2013-2015 memakai metode yang sama: survei
ahli dan dokumen.
***
***
hakim terhadap pengaruh dari publik dan media massa (turun 0.52).
Bila mencermati hasil survei ahli, maka dapat diketahui bahwa hakim
masih sangat rentan terhadap intervensi pihak lain.
Terkait dengan faktor regulasi, belum dimulainya pembahasan RUU
tentang Jabatan Hakim menimbulkan kegamangan di Mahkamah
Agung untuk merespon kebutuhan lembaganya untuk merekrut hakim.
Padahal keberadaan undang-undang tersebut (Undang-Undang tentang
Jabatan Hakim) akan menjadi landasan hukum bagi status jabatan dan
pengelolaan sumber daya manusia di Mahkamah Agung.
Belum diterimanya lampu hijau dari Pemerintah untuk melaksa-
nakan pengadaan hakim pada tahun 2016 juga menjadi persoalan
tersendiri. Setidaknya terdapat dua persoalan yang harus diselesaikan
terlebih dahulu sebelum dilakukan seleksi hakim: pertama, terkait
dengan status jabatan hakim; dan kedua, terkait dengan mekanisme
seleksi. Dua persoalan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisah-
kan. Sementara keterlibatan lembaga lain yang menjamin akuntabilitas
seleksi hakim, dalam konteks kekinian di Indonesia, menjadi hal yang
sangat mendesak.
Faktor terakhir yang mempengaruhi performa negara dalam prin-
sip ini adalah ketersediaan anggaran yang memadai. Perlu diketahui
bahwa pemerintahan saat ini sangat fokus pada pembangunan fisik
dan infrastruktur yang menunjang perekonomian nasional, sedangkan
pendapatan negara dari pajak tidak mencapai target yang diharapkan.
Implikasinya, terjadi pemotongan anggaran pada kementerian/lembaga
termasuk lembaga peradilan. Hal ini tercermin dari minimnya pem-
bangunan sarana-prasarana pengadilan, terutama rumah dinas hakim.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan bagian analisa sebagaimana yang disampaikan di atas,
rekomendasi yang diusulkan agar dilakukan oleh pengambil kebijakan
untuk menguatkan penerapan prinsip-prinsip negara hukum ke depan
adalah:
2. Legalitas Formal
• Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak boleh terpaku
pada teknologi informasi sebagai satu-satunya instrumen dalam
penyebarluasan peraturan, karena tingkat pendidikan masyarakat
belum merata sampai pada tingkat daerah dan persebaran konek-
si untuk mengakses internet.
• Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu bekerja lebih
keras dalam menyosialisasikan secara langsung kepada masyarakat
sejumlah regulasi yang dikeluarkan oleh negara.
• Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus dapat memas-
tikan dan mempertimbangkan penyebarluasan peraturan yang
dapat menjangkau masyarakat berkebutuhan khusus/kelompok
difabel (different ability).
• Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu membuat sebuah
lembaga yang bertugas lebih spesifik untuk mengevaluasi dan
mengharmonisasi peraturan agar tidak ada lagi peraturan yang
bertentangan satu sama lain.
• DPR harus membuat regulasi yang mempertajam makna “Ke-
gentingan Memaksa” yang ada dalam perppu atau sejumlah
regulasi yang mengatur substansi yang sama untuk menghindari
subjektifitas pengambik kebijakan.
ANALISIS 93
***
LAMPIRAN
95
96 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Skor
Skor Skor Skor Skor Indeks
Skor Sub
Pertanyaan Rata2 Doku- Indi- Prin- Prin-
Survei Indi-
Survei men kator sip sip
kator
PRINSIP PEMERINTAHAN BERDASARKAN HUKUM
I Perbuatan/Tindakan Pemerintah Sesuai Hukum
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sesuai
1.a dengan hukum dan peraturan perundang- 7.35
undangan yang berlaku pada politik luar
negeri?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sesuai
1.b dengan hukum dan peraturan perundang- 6.85
undangan yang berlaku pada bidang
pertahanan?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sesuai
1.c dengan hukum dan peraturan perundang- 6.25
undangan yang berlaku pada bidang
Keamanan?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sesuai
1.d dengan hukum dan peraturan perundang- 4.5
undangan yang berlaku pada bidang Penegakan
Hukum?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sesuai
1.e dengan hukum dan peraturan perundang- 6.55
undangan yang berlaku pada bidang moneter
fiskal?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Pusat
sepanjang
tahun 2015 telah dilakukan sesuai
1.f 5.35
dengan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada bidang agama?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Daerah 5.62 1.41
6.03
di Provinsi Anda sepanjang tahun 2015 telah 5.72 6.34
2.1a dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan 6.25
perundang-undangan yang berlaku pada bidang
pendidikan?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Daerah
di Provinsi Anda sepanjang tahun 2015 telah
2.1b dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan 6.25
perundang- undangan yang berlaku pada
bidang kesehatan?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Daerah
di Provinsi Anda sepanjang tahun 2015 telah
2.1c dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan 5.05
perundang-undangan yang berlaku pada bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Daerah
di Provinsi Anda sepanjang tahun 2016 telah
2.1d dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan 5.45
perundang-undangan yang berlaku pada bidang
perumahan dan pemukiman?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah
Daerah di Provinsi Anda sepanjang tahun
2016 telah dilakukan sesuai dengan hukum
2.1e dan peraturan perundang-undangan yang 5.35
berlaku pada bidang ketentraman, ketertiban
umum dan perlindungan masyarakat?
Apakah tindakan/perbuatan Pemerintah Daerah
di Provinsi Anda sepanjang tahun 2016 telah
2.1f dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada bidang
sosial?
LAMPIRAN 97
Skor
Skor Skor Skor Skor Indeks
Skor Sub
Pertanyaan Rata2 Doku- Indi- Prin- Prin-
Survei Indi-
Survei men kator sip sip
kator
LEGALITAS FORMAL
I Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan
Seberapa mudah/sulit, masyarakat di perkotaan
sepanjang tahun 2016 mendapatkan Undang-
Q01.a 6.85
Undang dari sumber-sumber resmi yang
disediakan oleh Pemerintah Pusat?
Seberapa mudah/sulit, masyarakat di perkotaan
sepanjang tahun 2016 mendapatkan Peraturan
Q01.b 5.65
Daerah dari sumber-sumber resmi yang
disediakan oleh Pemerintah Provinsi?
Seberapa mudah/sulit, masyarakat di pedesaan
sepanjang tahun 2016 mendapatkan Undang-
Q.2.a 4.45
Undang dari sumber-sumber resmi yang
disediakan oleh Pemerintah Pusat?
Seberapa mudah/sulit, masyarakat di pedesaan
sepanjang tahun 2016 mendapatkan Undang-
Q.2.b 4.15
Undang dari sumber-sumber resmi yang
disediakan oleh Pemerintah Provinsi?
Seberapa sering Pemerintah Pusat
menyosialisasikan Undang-Undang secara
Q.3.a 6.19
langsung kepada masyarakat sepanjang tahun
2016? 5.87
5.54 6.2
Seberapa sering Pemerintah Provinsi
menyosialisasikan Peraturan Daerah secara
Q.3.b 5.81
langsung kepada masyarakat sepanjang tahun
2016?
Apakah Pemerintah Pusat sudah menyediakan
akses yang memadai bagi kelompok difabel
Q.4.a 5.2
(different ability) untuk mendapatkan Peraturan
Perundang-undangan?
Apakah Pemerintah Daerah Provinsi sudah 5.77 0.58
menyediakan akses yang memadai bagi
Q.4.b 5.25
kelompok difabel (different ability) untuk
mendapatkan Peraturan Perundang-undangan?
Apakah Pemerintah Pusat sepanjang
tahun 2016 telah mengoptimalkan/tidak
5.a 6.65
mengoptimalkan teknologi informasi untuk
menyebarkan Undang-Undang?
Apakah Pemerintah Daerah sepanjang
tahun 2016 telah mengoptimalkan/tidak
5.b 5.15
mengoptimalkan teknologi informasi untuk
menyebarkan Peraturan Daerah?
II Kejelasan Rumusan Peraturan
Seberapa mudah atau sulit masyarakat
memahami rumusan Undang-Undang yang
Q.7.a 4.6
terbit sepanjang tahun 2016, pada pilihan kata
atau istilah?
Seberapa mudah atau sulit masyarakat
memahami rumusan Undang-Undang yang
Q.7.b 4.7
terbit sepanjang tahun 2016, pada pilihan
bahasa hukum?
Menurut Anda, apakah implementasi/praktik 4.91 5.83 5.37
hukum, sering atau jarang terjadi masalah/
Q.8.a konflik/kebuntuan yang disebabkan oleh 4.65
ketidakjelasan rumusan pilihan kata atau istilah
sepanjang tahun 2016?
Menurut Anda, Apakah dalam implementasi/
praktik hukum, sering/jarang menimbulkan
Q.8.b masalah/konflik/kebuntuan yang disebabkan 4.55
oleh ketidakjelasan bahasa hukum sepanjang
tahun 2016?
102 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Skor
Skor Skor Skor Skor Indeks
Skor Sub
Pertanyaan Rata2 Doku- Indi- Prin- Prin-
Survei Indi-
Survei men kator sip sip
kator
LEGALITAS FORMAL
A Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan
A.1 Independensi Hakim dalam Proses Persidangan 6.48
Seberapa setuju/tidak setuju Anda dengan
pernyataan ini: “Sepanjang tahun 2016, Ketua
Q.01 Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk telah 5.55
mendistribusikan perkara kepada Majelis
Hakim secara adil dan merata.”
Seberapa setuju/tidak setuju Anda dengan
pernyataan ini: “Sepanjang tahun 2016, Hakim
Q.02 telah memberikan kesempatan yang sama 6.85
kepada para pihak untuk menggunakan haknya
dalam proses persidangan.”
5.96 7
Seberapa setuju/tidak setuju Anda dengan
pernyataan ini: “Sepanjang tahun 2016, hakim
Q.03 dalam memeriksa perkara tidak berbelit-belit 5.15
dan sesuai dengan jadwal persidangan yang 5.74 1.44
5.73
telah ditentukan.”
Seberapa setuju/tidak setuju Anda dengan
pernyataan ini: “Sepanjang tahun 2016,
Q.04 hakim telah menghindari konflik kepentingan 6.30
terhadap perkara dalam memeriksa dan
mengadili perkara yang ditanganinya.”
Kejelasan Rumusan Peraturan
II
Apakah hakim telah mempertimbangkan
keterangan para pihak dan fakta persidangan
Q.05 6
dalam memutus perkara di sepanjang tahun
4.98
2016?
4.98 n/a
Apakah hakim telah terbebas dari pengaruh,
tekanan, dan/atau intervensi dari pihak
Q.06 3.95
manapun dalam memutus perkaradi sepanjang
tahun 2016?
B Independensi Hakim dalam Kaitannya dengan Manajemen Sumber Daya Hakim
B.1 Manajemen Sumber Daya Hakim
Apakah Anda setuju bahwa seleksi hakim
8 agung sepanjang tahun 2015 sudah bebas dari 4.75
KKN?
Apakah Anda setuju bahwa seleksi hakim ad
hoc (hakim yang bukan dari karier dan ditunjuk
9 untuk menangani kasus tertentu dalam waktu 5.25
tertentu karena keahliannya) sudah bebas dari
KKN?
Apakah Anda setuju bahwa seleksi hakim ad
10 hoc sepanjang tahun 2015 telah menggunakan 5.9
kriteria yang terukur? 5.8
6.08
Apakah Anda setuju bahwa mekanisme 5.17 7
rekrutmen calon Hakim Konstitusi oleh DPR
11 5.5
untuk tahun 2015 telah dilakukan secara
transparan, partisipatif dan obyektif?
Apakah Anda setuju bahwa mekanisme
rekrutmen calon Hakim Konstitusi oleh
12 4.5
Presiden untuk tahun 2015 telah dilakukan
secara transparan, partisipatif dan obyektif?
Apakah Anda setuju bahwa mekanisme
rekrutmen calon Hakim Konstitusi oleh MA
13 5.1
untuk tahun 2015, telah dilakukan secara
transparan, partisipatif dan obyektif?
104 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
Manajer Program
ERWIN NATOSMAL OEMAR
Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Gadjah Mada (2011).
Mantan Ketua Senat Mahasiswa UGM (2007) ini memulai karir seba-
gai asisten pembela umum di LBH Yogyakarta (2008-2009), peneliti
lepas di beberapa lembaga riset, dan editor di Genta Publishing, Yog-
yakarta (2010-2012). Pada tahun 2012, ia bergabung sebagai peneliti
di Indonesian Legal Roundtable.
Selain dikenal sebagai peneliti, ia juga seorang advokat. Saat ini
dipercaya sebagai salah seorang koordinator nasional perkumpulan
advokat publik di Public Interest Lawyer Network (PilNet) Indonesia
(2014-2017). Pada tahun 2016, ia diangkat sebagai Ketua Bidang Hu-
bungan Masyarakat DPP Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN).
Pada semester pertama 2017, ia diundang sebagai dosen tamu dalam
mata kuliah filsafat hukum di Fakultas Hukum Universitas Katolik
Atma Jaya Jakarta. Tahun 2016, ia memperoleh fellowship dalam
program Media Law & Policy The Hongkong University (HKU). Pada
tahun 2017, ia mendapatkan penghargaan Young Policy Leaders Fel-
lowship dari European University Institute (EUI), Florence; dan akan
bekerja sebagai research fellow di School of Transnational Governance
dalam masa studi 2017/2018.
Peneliti
ANDRI GUNAWAN
Andri menjadi peneliti di ILR sejak September 2012. Menyelesaikan
program sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(2003) dan pasca-sarjana Administrasi Kebijakan Publik di universitas
111
112 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
NABILA
Bergabung sebagai peneliti di Indonesian Legal Roundtable sejak 2015.
Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Indonesia (2015). Sela-
ma menjalani dunia perkuliahan, Ia aktif di dalam kegiatan akademik
maupun non-akademik. Ia sering diminta untuk menjadi moderator dan
pembawa acara di setiap kegiatan fakultas/Universitas serta menjadi asis-
ten peneliti di FHUI. Pemudi yang satu ini sangat konsen terhadap isu-isu
hukum tata negara, politik, hukum Islam dan korupsi. Sejak tahun 2014
- saat ini, dia diamanahi sebagai Ketua Bidang Pelatihan, Penyuluhan dan
Konsultasi Lembaga Kajian Islam dan Hukum Islam FHUI.
YASMIN PURBA
Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Atmajaya, Jakarta.
Memperoleh gelar LLM dari University of Notre Dame, USA. Man-
tan Direktur Program YLBHI ini memulai karir di bidang hak asasi
manusia sejak tahun 2003.
A. LATAR BELAKANG
Dunia hukum dan peradilan Indonesia saat ini dipenuhi kontroversi
demi kontroversi. Apabila dirangkum dalam suatu kesimpulan umum,
berbagai kontroversi tersebut dapat dilihat mulai dari materi peraturan
perundang-undangan yang tidak jelas nilai dan ideologi yang dia-
nutnya serta multi makna dalam penafsirannya, sampai dengan kinerja
lembaga peradilan yang sering kali melukai rasa keadilan masyarakat.
Sehingga tidak mengherankan apabila banyak pihak yang mengatakan
bahwa tujuan hukum untuk memberikan kepastian, keadilan dan ke-
manfaatan akhirnya hanya berlaku di atas kertas saja.
Beberapa contoh dari kebobrokan dunia hukum dan peradilan juga
dapat dilihat dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh berbagai
lembaga swadaya masyarakat, di mana diperoleh data bahwa aktor-aktor
yang terlibat pun sudah demikian luas, yaitu dimulai dari seluruh apa-
rat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, sipir penjara dan advokat),
pegawai administrasi dengan pangkat tertinggi sampai dengan pangkat
terendah di lembaga penegakan hukum, politisi pembuat peraturan
perundang-undangan sampai dengan kalangan intelektual yang men-
jadi saksi ahli.
Fakta yang secara selintas disebutkan di atas menyebabkan berbagai
laporan lembaga di dalam maupun luar negeri yang menyebutkan In-
donesia sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di du-
nia menjadi cukup valid dan tidak dapat disanggah sama sekali. Bahkan
113
114 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
B. NAMA LEMBAGA
INDONESIAN LEGAL ROUNDTABLE (ILR), dengan badan hukum
berbentuk Yayasan.
C. SIFAT
Indonesia Legal Roundtable (ILR) adalah lembaga yang bersifat in-
dependen.
D. VISI
Tercapainya hukum yang demokratis, responsif dan berkeadilan serta
menghargai hak asasi manusia.
E. MISI
1. Merumuskan ide dan gagasan baru tentang hukum serta peru-
bahan hukum yang diperlukan bagi penguatan demokrasi, hak
asasi dan rule of law yang berkeadilan.
2. Mendorong dan memfasilitasi peran civil society untuk terlibat
secara aktif dalam proses perubahan dan penegakan hukum.
3. Melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk membangun
kesadaran dan awarness publik terhadap perubahan hukum.
116 INDEKS NEGARA HUKUM INDONESIA 2016
F. PROGRAM KERJA
1. Annual Report tentang Rule of Law Index
2. Interim report (Policy Papers) tentang berbagai permasalahan
hukum dan peradilan.
G. METODE KERJA
1. Survei
2. Riset
3. Roundtable Discussions
H. STRUKTUR ORGANISASI
Direktur Eksekutif : Todung Mulya Lubis
Sekretaris Eksekutif : Firmansyah Arifin
Peneliti : A. Irmanputra Sidin
: Alexander Lay
: Andi Komara
: Andri Gunawan
: Erwin Natosmal Oemar
: Maria Louisa Krisnanti
: Nabila Thalib
Asisten Peneliti : M. Indra Lesmana
: Shahnaz Hani Sofi
Staf Keuangan : Kiki Pranasari
: Siti Nurhayati
Staf Administrasi : Jafar Tasdik