Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel induk,
besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada bayi berasal
dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.
Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua tempat
dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit kemudian,
plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar asuhan
persalinan normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada fenomena
yang disebut lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa mengklem tali
pusat seperti yang biasa di lakukan apalagi sampai memotong tali pusat, dan tali pusat ini
dibiarkan sendiri hingga terlepas dari bayi secara alami.
Negara perintis lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun lotus birth ini merupakan suatu
fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali
dan budaya suku Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan lotus birth serta
dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah
memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).
Persalinan ala lotus birth belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi medis
masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi SpOG.
Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu dan sudah
mengerti dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kepala Subdepartemen Obstetri Ginekologi RSAL, dr Ramelan, Surabaya juga
mengatakan selama plasenta masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari plasenta
yang masuk ke tubuh bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan antara
ibu, bayi, dan plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi yang
menguatkan bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan putus
sendiri.
Lotus birth sebenarnya juga mempunyai banyak manfaat dan beberapa keuntungan
untuk bayi, seperti jika tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan

1
terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin, Bayi tetap berada dekat ibu setelah
kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding
attachment, pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan normalnya jika
segera di potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah yang setara dengan 1200 ml
darah orang dewasa.
Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir, plasenta
diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi. Agar
tidak berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak lavender.
Jadi, saat bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan plasenta,
dan hal ini yang menjadi salah satu kerugian metode lotus birth.
Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta juga tak
bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan posisi
plasenta dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak tenaga
medis, tapi jika sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi bersedia
membantu membawa dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak positif
karena terjalinnya early bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari setelah bayi
dilahirkan, plasenta akan putus sendiri (pupak puser).
Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah dikemukakan
seperti di atas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global sampai saat
sekarang ini, kita sebagai tenaga kesehatan tetap harus mengetahui perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud dengan lotus birth dan
bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat dan merupakan evidence
based dalam dunia maternitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan lotus birth ?
2. Bagaimanakan sejarah lotus birth ?
3. Apakah alasan memilih lotus birth ?
4. Apa saja manfaat dari lotus birth ?
5. Apa saja kelemahan lotus birth ?
6. Bagaimana langkah-langkah proses lotus birth ?
7. Bagaimana dengan jurnal penelitian mengenai adanya lotus birth ?

2
C. Tujuan
1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan lotus birth.
2. Mengetahui bagaimana sejarah lotus birth.
3. Mengetahui apakah alasan memilih lotus birth.
4. Mengetahui apa saja manfaat dari lotus birth.
5. Mengetahui apakah kelemahan lotus birth.
6. Mengetahui bagaimana langkah-langkah proses lotus birth.
7. Mengetahui jurnal penelitian dari adanya lotus birth.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lotus Birth


Lotus birth atau tali pusat yang tidak dipotong adalah praktek meninggalkan tali pusat
yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis
normal dalam perubahan Wharton's jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami
dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari
umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau
penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas
(dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal; Geneva, Swiss, 1997). "Penundaan
Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali
pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut."
Lotus birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan
rumah bersalin, sehingga proses bounding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan,
hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir. Sementara penolong
persalinan segera melakukan penilaian hal lain yang diperlukan oleh bayi seperti suction
atau rangsang taktil, sedangkan prosedur yang lebih lanjut ditunda terlebih dahulu sampai
satu jam setelah melahirkan. Tali pusat bayi dipegang dengan tangan ibu, atau dipegang
oleh ayah atau asisten penolong persalinan selama penjahitan ibu.
Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta
dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk
menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan
anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan
mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah orang-
orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam
pohon di atas kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam
mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain
yang digunakan untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus
memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan

4
mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender juga digunakan untuk tambahan antibacterial.
Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan. Manajemen aktif
kala tiga persalinan merupakan praktek dan pelatihan medis umum yang digunakan untuk
mempercepat kelahiran plasenta. Tahap-tahap manajemen aktif kala tiga tersebut adalah :
pemberian oksitosin, pengkleman tali pusat segera, memotong tali pusat, peregangan tali
pusat terkendali, masase fundus.

B. Sejarah Lotus Birth


Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan
pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia.
Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung
jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini
(informed choncen). Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan
studi jangka panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.
Pada hewan simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir
sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak
merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan bayi-bayi
simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian juga dengan
induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada
praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.
Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen
serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien
Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran
referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

5
C. Alasan Mengapa Memilih Lotus Birth
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak
berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume
darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua
jaringan tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus
berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.
Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan
ibu untuk memilih lotus birth :
1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan
spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang
penuh.
6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung
yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk
menunggu hingga plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup
antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka).
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya
luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka,
waktu penyembuhan akan minimal).

6
D. Pemanfaatan Persalinan Lotus Birth dan Penundaan penjepitan tali pusat
Beberapa rumah sakit dan klinik di Indonesia sejak beberapa tahun lalu mulai banyak
yang menawarkan metode-metode persalinan. Salah satunya adalah metode lotus birth,
metode ini diklaim bisa meningkatkan aliran volume darah dari ibu ke bayi, sehingga bisa
mencegah terjadinya anemia defesiensi besi pada bayi baru lahir (Udjani, 2013) lotus birth
adalah metode persalinan yang tidak dilakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat,
sehingga tali pusat dibiarkan bersama bayi dan tersambung dengan plasenta, sampai tali
pusat tersebut kering dan terlepas dengan sendirinya. Pernyataan di atas sesuai dengan
pernyataan Ismed, 2012 bahwa lotus birth adalah proses dengan melahirkan bayi tetap
membiarkan tali pusat terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan
plasenta yang menempel dipusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin namun
dibiarkan mengering sendiri lalu terputus sendiri. Lotus birth bukan metode persalinan
terbaru tetapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya masyarakat
didunia dan juga terdapat dalam ajaran beberapa agama (Yasa, 2014).
Meskipun beda bangsa, daerah dan suku beda penanganannya terhadap keberadaan
ari- ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Tetapi cara penggunaan lotus
birth biasanya sama saja. Cara penggunaan lotus birth adalah ketika bayi lahir, perhatikan
APGAR skore, kemudian tali pusat tidak dijepit dan tidak dipotong sampai plasenta
terlepas, cuci plasenta. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok
atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta. Permukaan plasenta akan berubah setiap
hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat
pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian plasenta (Dewi, 2012).
Jika tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak berguna lagi.
Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah optimal
pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan tidak
terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar
2 hingga 3 jam. Awalnya lotus birth dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk
melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka, tetapi semakin banyak yang meneliti
manfaat lotus birth semakin banyak, yaitu lotus birth bisa menciptakan keterikatan yang
erat antara ibu dan bayi, bayi tidak menjadi rewel, dan lotus birth bisa mencegah
terjadinya anemia defisiensi besi.
Menurut Dewi (2012) setelah tali pusat tidak dijepit dan tidak dipotong kelebihan
cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka atau
dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk menutupi

7
plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan terjadinya pertukaran udara,
sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau busuk.
Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-
kadang minyak esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti
goldenseal, neem, bersama dengan lavender juga digunakan untuk tambahan anti bakteri.
Menurut Buckley dalam kurniawan (2012) yang mengevaluasi manfaat ibu dan bayi
menunda penjepitan tali pusat sampai setelah tali pusat berhenti berdenyut, tanda bahwa
darah tidak lagi mengalir antara plasenta ibu dan bayi.
Dalam banyak kasus perbedaan waktu antara klem plasenta awal dan akhir hanya
satu atau dua menit. Namun penundaan memungkinkan untuk infus tambahan darah dari
ibu ke anak. Analisis menemukan bahwa bayi yang baru lahir pada kelompok penundaan
klem memiliki lebih besar zat besi dalam darah mereka. Jumlah zat besi dalam darah saat
lahir dapat mempengaruhi kesehatan, terutama risiko seorang bayi untuk anemia pada
bulan-bulan pertama kehidupan. Menurut Yasa (2014) lotus birth bermanfaat untuk
kedekatan ibu dan ayah terhadap bayi karena biasanya dalam lotus birth langsung
dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta juga tak bisa jauh dari bayi. Tentu
dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan posisi plasenta dengan bayi. Sehingga
menjadi tampak repot dan memerlukan banyak tenaga medis, tapi jika sudah menjadi
kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi bersedia membantu membawa dan merawat
plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak positif karena terjalinnya early bounding
antara ayah dan bayi. Hal di atas juga sesuai dengan hasil wawancara terhadap ibu
postpartum 4 minggu yang menggunakan metode persalinan “Lotus Birth”, hasilnya
adalah ibu nifas tersebut dapat berinteraksi dengan baik terhadap anaknya dikarenakan
anaknya tidak rewel, sehingga ibu bisa beristirahat dengan baik. Sehingga ibu merasakan
kedekatan yang erat dengan anaknya dibandingkan dengan anak pertamanya yang tidak
menggunakan metode lotus birth.
Menurut Mala (2014) metode lotus birth diyakini dapat menambah kekebalan tubuh
pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak
darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi. Hal ini dipertegas oleh Widodo
(2012), apabila tali pusat bayi tidak dipotong maka bayi akan mendapatkan lebih banyak
darah yang masih mengandung antibodi yang berasal dari ibu. Sehingga bayi mendapatkan
kekebalan tubuh yang baik. Dr. Bucley mengatakan bahwa bayi akan menerima tambahan
50-100 ml darah. Darah ini mengandung zat besi, sel darah merah, sel induk, sel batang
dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi dalam tahun pertama kehidupannya.

8
Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah
untuk orang dewasa.
Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut
memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200 ml darah
orang dewasa ( Aprilia, 2011). Menurut Kristi (2012) ibu dari dua anak, praktisi
pendidikan berbasis rumah (home education) dengan metode Charlotte Mason, melakukan
wawancara dengan Buckley, Buckley mengatakan bahwa Memotong tali pusat bayi segera
setelah lahir (biasanya dalam waktu kurang dari 30 detik sejak bayi ditarik keluar) seperti
yang dipraktekkan di fasilitas- fasilitas kesehatan selama ini sebenarnya sekedar ritual.
Ritual yang tidak jelas manfaatnya, bahkan justru merugikan. Bayi akan kehilangan suplai
darah yang signifikan jika tali pusatnya langsung dipotong seperti itu. Ada sejumlah besar
darah yang ditransfer kembali dari plasenta ke tubuh bayi sejak 1-3 menit bayi lahir.
Penundaan memotong tali pusat memang bisa meningkatkan kadar zat besi dalam
tubuh bayi, tetapi hal itu biasanya hanya diterapkan pada kelahiran bayi prematur. Pada
bayi dengan berat badan rendah atau bayi prematur ada poin lebih untuk menambahkan zat
besi sampai tali pusat tidak berdenyut lagi. Tetapi itu pun tidak terlalu lama karena bayi
prematur rentan hipotermia atau kedinginan (Widodo, 2012). Menurut penelitian Lia, dkk
(2013) dalam jurnal kebidanan menjelaskan manfaat dilakukannya lotus birth diantaranya
jika tali pusat akan memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat
mulai bernafas sendiri. Mendukung metode ini, Van Hook, direktur Maternal Fetal
Medicine at the University of Cincinnati Medical Center mengatakan jika dokter menunda
menjepit atau meng-klem dan memotong tali pusat bayi pasca persalinan maka ada
peluang bagi si bayi yang baru lahir untuk mendapatkan transfusi final dari sel-sel darah
yang kaya akan sel punca dan immunoglobulin. Teorinya, sel-sel ini dapat membantu si
bayi melawan infeksi atau lebih kebal terhadap penyakit dan memiliki simpanan zat besi
yang baik (Sativa, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. Lusyati tahun
2014 terhadap bayi prematur < 29 minggu dan diikuti sampai usia 3 bulan. Ternyata
dibandingkan bayi prematur yang mendapat pemutusan tali pusat dini tanpa milking
(pengurutan tali pusat atau lambat), pada kelompok milking didapatkan :
1. Kebutuhan transfusi dan frekuensi transfusi lebih jarang
2. Mempunyai kadar Hb, hematokrit yang lebih tinggi
3. Kebutuhan ventilasi dan oksigen lebih rendah

9
4. Tidak didapatkan efek samping hiperbilirubinemia dan perdarahan intrakranial
yang lebih tinggi (Anissa, 2014).
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa dengan
dilakukannya lotus birth bisa memberikan volume darah yang optimal pada bayi, sehingga
bayi tidak kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Selain itu juga dapat diambil
kesimpulan dari manfaat lotus birth :
1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan
aliran darah ibu ke janin.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar
dapat mulai bernafas sendiri.
3. Lotus birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya
waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
5. Dr Sarah Buckley mengatakan :"bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi plasenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keping darah dan bahan gizi lain yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun
pertama."
Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 mL
darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat
sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang
setara dengan 1200mL darah orang dewasa.
Meski bukan secara ekstrim seperti lotus birth ternyata penundaan pemotongan tali
pusat berdasarkan penelitian memang bermanfaat. Segera setelah bayi lahir biasanya
penolong kelahiran akan memotong tali pusat bayi dan menyisakan beberapa sentimeter
yang nantinya akan lepas sendiri. Namun penelitian-penelitian terbaru menyatakan
menunda memotong tali pusat bayi memiliki banyak manfaat. Dalam penelitian yang
dilakukan di Swedia terhadap 400 bayi diperoleh hasil bayi-bayi yang tali pusatnya
ditunda dipotong selama 3 menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat bulan
dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya langsung dipotong beberapa detik pasca
lahir.
Penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal itu menyebutkan penundaan
memotong tali pusat bayi selama 3 menit cukup efektif untuk mencegah anemia.
Penundaan memotong tali pusat seharusnya dipertimbangkan sebagai standar dalam
kelahiran cukup bulan. Penundaan memotong tali pusat memang bisa meningkatkan kadar

10
zat besi dalam tubuh bayi, tetapi hal itu biasanya hanya diterapkan pada kelahiran bayi
prematur. Pada bayi dengan berat badan rendah atau bayi prematur ada poin lebih untuk
menambahkan zat besi sampai tali pusat tidak berdenyut lagi. Tetapi itu pun tidak terlalu
lama karena bayi prematur rentan hipotermia atau kedinginan.
Waktu penyembuhan pusar apabila dilakukan pemotongan tali pusat dengan tidak
dapat terlihat dalam table sebagai berikut :
No. Waktu Tali pusat terpotong Waktu penyembuhan pusar yang diperlukan

1. Segera 9,56 hari


2. Ketika berhenti berdenyut 7,16 hari
3. Nanti 3,75 hari

E. Kelemahan Lotus Birth


Analisis menemukan bahwa bayi yang baru lahir pada kelompok penundaan-klem
memiliki lebih besar zat besi dalam darah mereka. Jumlah zat besi dalam darah saat lahir
dapat mempengaruhi kesehatan, terutama risiko seorang bayi untuk anemia pada bulan-
bulan pertama kehidupan. Namun, studi ini juga menemukan bahwa bayi dalam kelompok
tertunda-klem lebih rentan terhadap penyakit kuning. Banyak bayi mendapatkan bentuk
ringan dari penyakit kuning saat lahir karena hati belum matang dan tidak bisa memproses
bilirubin, produk sampingan kuning pemecahan sel darah merah tua. Ketika hati tidak
dapat memproses semua bilirubin cenderung terdorong keluar ke jaringan dan bayi tampak
kuning sedikit. Ikterus baru lahir dapat mereda tanpa pengobatan atau diperlakukan
dengan paparan sinar matahari yang sederhana.
Kajian ini menemukan bahwa bayi dalam kelompok tertunda-klem memiliki risiko
lebih tinggi untuk penyakit kuning yang membutuhkan perawatan ekstra dengan
fototerapi. Tapi jika Anda bekerja di daerah di mana Anda tidak memiliki akses yang
mudah untuk mengobati anak dengan penyakit kuning yang lebih parah, maka sebagai
dokter anda akan perlu untuk menimbang-nimbang antara manfaat dan risiko.
Membiarkan bayi untuk mendapatkan darah tambahan dan mungkin menjadi penyakit
kuning adalah masalah tertentu jika anda tidak memiliki fasilitas. Secara medis yang harus
diwaspadai bila tali pusat harus segera diklem untuk mencegah bayi menjadi kuning
karena bilirubin (senyawa hasil metabolisme hati) yang tinggi. Apalagi bila terdapat
perbedaan golongan darah ibu dan bayi misalnya rhesus darah ibu negatif bayi rhesus

11
positif atau ibu golongan darah O bayi A, B atau AB. Semakin lama tali pusat dibiarkan,
maka akan semakin banyak darah ibu yang tidak sesuai bercampur dengan darah bayi.
Tidak bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan. Membutuhkan fasilitas kesehatan
yang memadai, membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman, membutuhkan
banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada petugas yang lain
memegangi dan menjaga tali pusat. Lotus birth memerlukan perawatan ekstra pada
plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak sedap.

F. Langkah-langkah Proses Lotus Birth


Dalam proses lotus birth perlu diperhatikan langkah-langkah yang harus diketahui :
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup
angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-
tepuk sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain
kemudian letakkan dalam tas plasenta. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari
bahkan lebih cepat jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat
pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian plasenta.
8. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
11. Meminimalisir pergerakan bayi.

12
BAB III
JURNAL PENELITIAN

PENGARUH METODE PERSALINAN LOTUS TERHADAP ADAPTASI FISIOLOGIS


BAYI BARU LAHIR

A. Pendahuluan
Proses kelahiran merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi ibu dan bayi.
Proses persalinan dapat dengan berbagai cara yaitu persalinan normal, anjuran, tindakan
dan pembedahan. Persalinan normal dapat juga ditambah dengan metode persalinan lotus
birth. Persalinan lotus birth adalah persalinan normal tetapi tidak memotong tali pusat,
jadi tali pusat dan plasenta masih terhubung dengan bayi sampai mengering dan lepas
dengan sendirinya. Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling
dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal
sebagai periode transisi yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus
beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis,
selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu. Jadi adaptasi merupakan suatu
penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus ke luar uterus, prosesnya disebut periode
transisi atau masa transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus merupakan
proses berkesinambungan yang terjadi pada bayi baru lahir. Maka pada setiap kelahiran,
tenaga kesehatan harus memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau diluar rahim
seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar mekunium, penggunaan obat-obatan.
Tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap ibu dan bayi baru lahir,
tidak hanya melewati fase kehidupan dalam uterus menuju kehidupan luar uterus seaman
mungkin, tetapi juga adaptasi fisik terhadap kehidupan di luar uterus. Oleh karena itu
tenaga kesehatan harus mengetahui bagaimana proses adaptasi bayi baru lahir,
memfasilitasi proses adaptasi tersebut sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat untuk melahirkan bayi baru lahir yang sehat.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menerapkan metode
persalinan lotus birth pada ibu intra natal. Rancangan pada penelitian ini adalah “cross
sectional” yaitu setiap subyek diobservasi sekaligus pada saat yang sama, artinya subyek
hanya diobservasi satu kali saja dan diukur menurut keadaannya pada saat diobservasi

13
(Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang
pengaruh metode persalinan lotus birth terhadap adaptasi fisiologis bayi baru lahir.

C. Hasil Penelitian
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Umur
Umur Responden Frekuensi Prosentase
20 - 35 tahun 27 90
<20 dan >35 tahun 3 10
Total 30 100
Responden (n = 30)
Dari tabel 1, menunjukkan bahwa umur responden yang dominan adalah antara 20 sampai
dengan 35 tahun dengan jumlah 90% dan 10% pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Paritas
Paritas Responden Frekuensi Prosentase
Nulipara 26 86.7
Multipara 4 13,3
Total 30 100
Responden (n = 30)
Dari tabel 2, menunjukan jumlah paritas responden pada penelitian ini, 86.7% adalah
nulipara atau ibu yang baru pertama kali melahirkan dan 13.3% multipara yaitu ibu yang
sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali proses persalinan.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan Responden Frekuensi Prosentase
Bekerja 27 90
Tidak Bekerja 3 10
Total 30 100
Responden (n = 30)
Dari tabel 3 diatas menunjukkan, bahwa ibu yang bekerja lebih banyak yaitu 90% bila
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (10%).

14
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pendidikan
Pendidikan Responden Frekuensi Prosentase
Pendidikan Tinggi 19 63,3
Pendidikan Rendah 11 36,7
Total 30 100
Responden (n = 30)
Dari tabel 4 menunjukan, pendidikan responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 63.3%
adalah berpendidikan tinggi yaitu ibu dengan latar belakang pendidikan sarjana, dan pasca
sarjana. Sedangkan 36.7% ibu dengan pendidikan rendah yaitu SD, SMP dan SMA.
Tabel 5
Hasil Uji T Test Satu Sampel
Variabel T P Value
Pernafasan BBL 23.028 0.000

Dari tabel 5 menunjukan, hasil uji statistik dengan menggunakan t test satu sampel
didapatkan bahwa nilai p: 0.000, yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan metode persalinan lotus birth dengan adaptasi pernafasan pada bayi baru lahir.
Tabel 6
Hasil Uji T Test Satu Sampel
Variabel T P Value
Pernafasan BBL 23,028 0.000

Dari tabel 6 menunjukan, hasil uji t test untuk mengetahui pengaruh metode persalinan
lotus birth terhadap sirkulasi darah pada bayi baru lahir, didapatkan hasil nilai t : 23.028
dan p : 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
metode persalinan lotus birth dengan sirkulasi darah pada bayi baru lahir.
Tabel 7
Hasil Uji T Test Satu Sampel
Variabel T P Value
Pernafasan BBL 31.00 0.000

15
Dari tabel 7 menunjukan, hasil uji statistik untuk mengetahui pengaruh metode persalinan
lotus birth terhadap termoregulasi pada bayi baru lahir didapatkan nilai t : 31.00 dan p :
0.000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan
metode persalinan lotus birth dengan termoregulasi pada bayi baru lahir.

D. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p: 0.000, yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara penerapan metode persalinan lotus birth dengan adaptasi
pernafasan pada bayi baru lahir. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi
janin sampai janin lahir adalah plasenta. Pada saat bayi lahir, ia harus segera bernafas.
Rangsangan yang menstimulasi neonatus untuk bernafas pertama kali, diantaranya;
peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan tekanan
yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus
fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan.
Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat
di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu
pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum
serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Tarikan nafas yang pertama pada bayi baru
lahir, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru. Hasil uji statistik
didapatkan nilai t : 23.028 dan p : 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara metode persalinan lotus bith dengan sirkulasi darah pada bayi baru
lahir. Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru
masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal.
Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta- janin.
aliran darah dari plasenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup
dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali
pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik
ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir. Oksigen dari napas pertama ini
menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem
tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi
menurun pada sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan tekanan aliran darah

16
pada jantung. Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri
menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung oksigen
melewati duktus arteriosus menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus
pintas yang terjadi melalui duktus tersebut.
Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan
sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang meninggalkan jantung
neonatus menjadi sepenuhnya mengandung oksigen ketika berada dalam paru dan
mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain. Dalam waktu singkat perubahan–perubahan
besar tekanan telah berlangsung pada bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini
secara anatomi tidak selesai dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale
dan duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami
bidan adalah bahwa perubahan– perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan
mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi.
Hasil uji statistik untuk mengetahui pengaruh metode persalinan lotus birth terhadap
termoregulasi pada bayi baru lahir didapatkan nilai t : 31.00 dan p : 0.000. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode persalinan
lotus birth dengan termoregulasi pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir memilki
kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan karena belum dapat
mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
bersuhu rata-rata 370C, kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan
persalinan 250C sangat berbeda dengan suhu di dalam rahim. Neonatus dapat
menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara; menggigil, aktifitas otot dan
termogenesis (produksi panas tanpa menggigil). Sehingga dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme dan mengakibatkan peningkatan penggunaan oksigen oleh
neonatus. Oleh karena itu, kehilangan panas pada neonatus berdampak pada hipoglikemi,
hipoksia dan asidosis. sirkulasi darah bayi baru lahir dengan nilai p: 0.000.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode persalinan lotus birth terhadap
termoregulasi bayi baru lahir dengan nilai p: 0.000. Umur responden yang dominan antara
20 tahun sampai dengan 35 tahun sebanyak 90%. Paritas responden sebanyak 86.7%
adalah nulipara (ibu yang baru pertama kali melahirkan). 90% responden adalah ibu yang
bekerja. 63.3% responden berpendidikan tinggi yaitu ibu dengan latar belakang
pendidikan sarjana dan pasca sarjana.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lotus birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi
tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan
saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu
kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas secara alami dari
umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.
Negara perintis lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka. Meskipun lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan
pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia.
Dan keputusan lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung
jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini
(informed choncen).
Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode persalinan lotus birth dengan
pernafasan bayi baru lahir dengan nilai p: 0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
metode persalinan lotus birth terhadap sirkulasi darah bayi baru lahir dengan nilai p:
0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode persalinan lotus birth terhadap
termoregulasi bayi baru lahir dengan nilai p: 0.000. Umur responden yang dominan antara
20 tahun sampai dengan 35 tahun sebanyak 90%. Paritas responden sebanyak 86.7%
adalah nulipara (ibu yang baru pertama kali melahirkan). 90% responden adalah ibu yang
bekerja. 63.3% responden berpendidikan tinggi yaitu ibu dengan latar belakang
pendidikan sarjana dan pasca sarjana.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka saran yang
dapat penulis berikan adalah perawat dalam melaksanakan perannya sebagai pelaksana
atau pemberi asuhan keperawatan kepada pasien harus komprehensif dengan melihat dari
berbagai aspek, terutama pada kasus ibu dan bayinya. Perawat dapat menerapkan metode
persalinan lotus birth pada ibu dalam masa intranatal. Untuk peneliti selanjutnya perlu
menambahkan kelompok control sebagai pembanding.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html
http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/10/08/metode-kelahiran-lotus-birth-manfaat-dan-
dampak-kerugiannya/
http://syefrinayuwinda.blogspot.com/2012/06/lotus-birth.html
Dantes Lotus BIrth and Baby Moon. Diambil dari :http://www.youtube.com/watch?v=O
WEThfEGTso.
Djami MEU. Isu Terkini dan Evidence Based dalam Praktik Kebidanan2012 5 Oktober 2013.
Diambil dari : http:// moudyamo.wordpress.com/2013/06/. Jacqueline. Lotus Birth-Bo’s
Birth. Available from:http://www.jacquelinejimmink.c om/bambigioi/engels/images/lotus-
birth-bo.pdf McDonald S, Abbott J, Hinggis S. Prophilactic ergometrine-oxytocin versus
oxytocin for the third stage of labor (Cochrane Review).The Cochrane Library. John Wiley
and Sons Ltd. 2006(3).
Rachana, S. 2000. Lotus Birth. Australia: Greenwood Press,
Aprilia, Y. Lotus Birth “A Gentle Way To Gentle Birth And Gentle Mother. 2011.(Diakses
tanggal 13-10-2014). Didapat dari : http://www.bidankita.com. Akhyar

19

Anda mungkin juga menyukai