Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Varisela merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus varisela zoster
(VVZ), Infeksi rekuren (herpes zoster atau yang biasa dikenal sebagai cacar api) telah
diketahui sejak jaman dahulu. Infeksi varisela primer (chicken pox, cacar air) belum
dikenaal hingga akhir abad ke 19. Pada 1875, Strainer mendemonstrasikan bahwa
chicken pox merupakan hasil pencampuran satu agen infeksius dengan caian
vesikular pasien dengan varisela akut. Penelitian klinis pada hubungan antara varisela
dengan herpes zoster dibuat pada 1888 oleh Von Bokay, ketika anak tanpa bukti
adanya imunitas terhadap varisela terkena varisela setelah kontak dengan herpes
zoster. VVZ diisolasikan dari caian vesikular pada kedua lesi chicken pox dan zoster
pada kultur sel yang dilakukan oleh Thomas Waller pada 1954.1
VVZ adalah virus DNA dan merupakan suatu anggoa kelompok virus herpes.
Seperti virus herpes lainnya, titi masuknya ada pada nasofaring dan nodus limfatik
regional. Viremia primer terjadi pada 4-6 hari setelah infeksi dan diseminasi virus ke
organ lain, seperti hepar, limfa, dan ganglia sensorik. Kemudian replikasi terjadi
pada organ visera, dilanjutkan dengan viremia sekunder, degan infeksi virus pada
kulit. Virus dapat dikultur dari sel mononuvlear pada seseorang yang terinfeksi pada
hari ke 5 sebelum 1 atau 2 hari munculnya ruam.1
Di Indonesia dan negara tropis lainnya, morbiditas varisela masih tinggi, terutama
pada masa anak dan dewasa muda (pubertas). Varisela termasuk penyakit yang
kontagius (menular) dan penularan terjadi dengan cepat secara airborn infection.2

1
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. T

Umur : 15 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Mendalo, Jambi

Pekerjaan : Pelajar

Status Pernikahan : Belum menikah

Suku Bangsa : Melayu, Indonesia

Hobi :-

I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Os datang dengan keluhan muncul bintil-bintil berisi cairan
bening pada seluruh badan dengan dengan daerah yang paling banyak
muncul di wajah. Keluhan sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. terasa gatal
sepanjang hari. Di sekolah os ada beberapa teman yang memiliki keluhan
yang sama. Demam (-), sakit kepala(-), nyeri (-). Os sudah berobat di bidan
desa dan dirasa tidak ada perubahan.

B. Keluhan Tambahan : -

2
C. Riwayat Perjalanan Penyakit : 5 hari yang lalu muncul bintil-binti kecil
awalnya diketahui di badan dan tangan. Kemudian bintil-bintil menyebar ke
seluruh tubuh dan membesar membentuk gelembung berisi cairan bening.

D. Riwayat Penyakit Dahulu : os belum pernah memiliki keluhan seperti ini

sebelumnya

E. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang memiliki

keluhan seperti ini saat ini dan 1 bulan sebelumnya

F. Riwayat Sosial Ekonomi : aktivitas os saat ini adalah seorang pelajar. Tinggal

bersama orang tua dengan ekonomi cukup. Lingkungan bersih, menggunakan

air PDAM. Pasien merupakan pasien umum.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

2. Tanda Vital :
Kesadaran : composmentis RR : 22x
TD : 110/70 Nadi :
Suhu : 36,5

3. Kepala :
a. Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+) isokor

b. THT : pembesaran KGB (+)

c. Leher : dbn

4. Thoraks :
a. Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)

3
b. Paru :vesicular, rhonki (-), wheezing (-)

5. Genitalia :dbn

6. Ekstremitas
a. Superior : edema (-), dbn

b. Inferior: edema (-), dbn

B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
o Lokasi :Regio facialis, trunkus anterior, trunkus posterior,
ekatremitas.

o Distribusi :generalisata

o Konfigurasi :Vesikel eritematosa, generalisata, multipel, ukuran


lentikular, sirkumskrip, pada permukaan terdapat krusta
sanguinolenta, konsistensi lunak.

4
2. Palpasi : konsistensi lunak, nyeri tekan (-)

3. Auskultasi : tidak dilakukan

4. Lain-lain :

C. Status Venerelogi
1. Inspeksi :dbn

o Inspekulo :dbn

2. Palpasi :dbn

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan

5
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Varisela
2. Variola
3. Herpes Zoster
4. Insects bite
5. Skabies impetigenisata

V. DIAGNOSIS KERJA
Varisela

VI. TERAPI
Non medikamentosa
- Jaga kebersihan tubuh dengan mandi 2x sehari
- Biarkan ruam pecah sendiri
- Pakai pakaian yang nyaman
- Makan makanan sehat
Medikamentosa
- Parasetamol 3 x 500 mg/hari
- Asiklovir 5 x 800 mg/hari
- Salisil talk
- Gentamicin salp

VII.PROGNOSIS
Quo at vitam : ad bonam
Quo at functionam : ad bonam

6
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Percobaan Tzank
2. Pemeriksaan cairan vesikel dengan PCR

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Varisela merupakan infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster (VVZ)
yang menyerang kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.2 Varisela juga
dikenal sebagai chicken pox atau cacar air ditranmisikan hanya oleh manusia dan
merupakan gejala yang dapat sembuh sendiri (self-limited).1,3
VVZ adalah virus DNA dan merupakan suatu anggoa kelompok virus herpes.
Seperti virus herpes lainnya, VVZ memiliki kemampuan untuk berada pada
tubuh setelah infeksi primer sebagai infeksi laten. VVZ tetap berada pada saraf
ganglia sensorik.Infeksi primer dengan VVZ menghasilkan chickenpox. Herpes
zoster (shingles) merupakan hasil reaktivasi pada VVZ laten, Virus ini dipercaya
memiliki waktu bertahan yang pendek pada lingkungan.1

3.2 Epidemiologi
Varisela tersebar komplit, menyerang terutama anak-anak (90%), tetapi dapat
juga menyerang orang dewasa (2%), sisanya menyerang kelompok tertentu.
Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari
diitung dari timbulnya gejala kulit.Manusia merupakan sumber infeksi satu-
satunya.Umumnya menyerang anak 5-10 tahun.Chickenpox sering terjadi pada
akhir musim dingin dan awal musim semi. Kasus pada dewasa biasanya lebih
parah.1
Di Irlandia, insiden varisela terjadi musiman, mencapai puncak pada Januari
hingga April, dengan kasus yang dirawat di rumah sakit antara Januari hingga
Desember 2012 ada 81 kasus dan 1 orang meninggal. Di Amerika karena sudah
dikenalkan mengenai vaksin varisela pada anak, orang dewasa memiliki resiko
25x lebih banyak dan bayi memiliki resiko 4x lebiih besar pada kematian karena
varisela dibandingkan dengan anak usia 1-4 tahun.5

8
Di negara berkembang insidensinya 16 kasus per 1000 orang per tahun atau
seimbang dengan tingkat kelahiran, kasus dengan komplikasi sebangak 3% dan
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit sekitar 0,5%. Angka kematian 3
per 100.000 kasus. Secara global, dalam setahun kasus varisela ditemukan 140
juta dengan komplikasi parah yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
sebanyak 4,2 juta. Angka kematian pertahun sekitar 4.200 kasus.6

3.3 Patogenesis
VVZ masuk ke dalam tubuh melalui mukosa saluran napas atas dan orofaring.
Virus bermultiplikasi di tempat masuk (port d’entry), menyebar melalui
pembuluh darah dan limfe, mengakibatkan infeksi primer. Tubuh mencoba
mengeliminasi virus terutama melalui sistem pertahanan tubuh non spesifik, dan
imunitas spesifik terhadap VVZ. Apabila pertahanan tubuh tersebut gagal
mengeliminasi virus terjadi viremia sekunder kurang lebih dua minggu setelah
infeksi, yang menyebabkan malaise dan demam. Viremia ini ditandai oleh
timbulnya erupsi varisela, terutama di bagian sentral tubuh dan di bagian perifer
lebih ringan. Virus menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah terutama ke
kulit dan membran mukosa.2
Pemahaman baru menyatakan bahwa erupsi kulit sudah dapat terjadi setelah
veremia primer. Setelah erupsi kulit dan mukosa, virus masuk ke ujung saraf
sensorik kemudian menjadi laten di ganglion dorsalis posterior. Pada suatu saat,
bila terjadi reaktivasi VVZ, dapat terjadi manifestasi herpes zoster, sesuai
dermatom yang terkena. Diluar sel hostnya, virus ini dapat bertahan di
lingkungan luar hanya selama beberapa jam, biasanya sekitar 1-2 hari, dan
mudah tidak aktif jika terkena deterjen, protease, dan campuran lemak.1,2,4

3.4 Gejala klinis


Varisela biasanya tidak membahayakan, dan merupakan penyakit yang dapat
sembuh sendiri pada manusia yang imunokompeten. Masa inkubasi 14 hingga 16

9
hari setelah pajanan dengan rentang 10 hingga 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih
panjang pada pasien imunokompremais dan pada pasien yang lebih menerima
pengobatas paska pajanan dengan produk yang mengandung antibodi varisela.1
Temuan klinis pada anak yangsehat biasanya ringan, dengan malaise, pruritus
(gatal) dan suhu mencapai 102 F pada 2-hari.Dewasa biasanya memiliki penyakit
yang lebih parah dan memiliki insidensi lebih tinggi pada komplikasinya.Gejala
respiratori dan gastrointestinal biasanya muncul 1-2 hari sebelum lesi di kulit
muncul dan biasanya teratasi atau hilang dalam 2-4 hari setelah onset munculnya
lesi. Awalnya ruam terdiri dari makula eritematosa pruritik yang berubah dari
fase papula ke fase vesikula berisi cairan bening yang lebih jelas, berada
superfisial di lapisan dermis. Perubahan menjadi krusta pada lesi terjadi 24-48
jam kemudian. Saat lesi awal berubah menjadi krusta, lesi selanjutnya yang
serupa muncul selama 5-7 hari. Lesi biasanya memiliki diameter 1-4 mm.1,2,5
Individu yang belum pernah mendapat vaksin dengan vaksin varisela, ruam
biasanya berada pada hampir seluruh tubuh dan datan dan kecepatan progresifitas
dari macula ke papula ke vesikel sebelum menjadi krusta.Lesi varisela sering
muncul pertama kali di kulit kepala, wajah, atau badan. Konsentrasi tertinggi
pada badan. Lesi juga dapat terjadi pada membrane mukosa orofaring, traktur
respirasi, vagina, konjungtiva, dan kornea..vesikelnya supervisial dan jelas, dan
terdapat cairan bening pada dasar eritema.. Pada anak yang sehat biasanya
memiliki 200-500 lesi pada 2 hingga 4 kali muncul nya lesi bersamaan.1
Anak dengan limfoma dan leukemia dapat berkembang lebih parah dapa
karakter veriselanya dengan demam tinggi, erupsi verikular lebih sering, dan
tingkat komplikasi lebih tinggi. Anak yang terinfeksi HIV juga dapat lebih paah
dan masa sakit lebih lama.5

3.5 Histopatologi
Vesikula terdapat dalam epidermis yang terbentuk akibat ‘degenerasi balon”.
Gambaran sangat sukar dibedakan dari kelainan histopatologi dari herpes zoster
dan herpes simplek. Temuan penting adalah “sel balon” yaitu sel stratum

10
spinosum yang mengalami degenerasi dan membesar, juga badan inklusi
“lipschutz” yang tersebar dalam inti sel epidermis, jaringan ikat, dan endotel
pembuluh darah. Dapat terlihat badan inklusi asidofilik intranukleus yang
dikelilingi halo.7

3.6 Diagnosis Banding


Harus dibedakan dengan variola.Variola secara klinis lebih berat dan member
gambaran monomorf, penyebaran dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak
tangan dan telapak kaki. Pada herpes zoster, lesi yang muncul berupa lesi
monomorf, lebih cenderung terasa nyeri dan biasanya unilateral. Impetigo
vesikulobolusa lebih sering pada anak-anak dengan gambaran vesikel dan bula
yang cepat pecah dan menjadi krusta dan tidak nyeri.2,7
Beberapa penyakit yang mirio adalah reaksi hipersensitivitas gigitan serangga
(insects bite), hand foot and mouth disease, serta Pityriasis lichenoides et
varioliforms acuta (PLEVA), scabies, impetigenisata.2

3.7 Pemeriksaan Penunjang


Pada umumnya tidak diperlukan pada varisela tanpa komplikasi, pada sediaan
darah tepi dapat ditemukan penurunan leukosit, dan peningkatan enzim hepatik.
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan apusan yang
diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan
didapati sel datia berinti banyak. Namun, hasil ini tidak spesifik untuk varisela.
Bila keadaan aboratorium memungkinkan dapat dilakukan pemeriksan cairan
vesikel dengan PCR guna membuktikan infeksi DNA VVZ, atau serologik untuk
fluoresent-antibody to membrane antigen of VVZ atau dengan menggunakan tes
aglutinasi lateks.2

11
3.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal, rasa gatal,
dan manifestasiklinis sesuai tempat predileksi dan morfologi khas varisela.2
Lokalisasi : terutama pada badan serta sedikit pada wajahdan ekstrimitas.
Mungkin juga timbul pada mulut, palatum mole, dan faring
Efloresensi: vesikil berukuran miliar sampai lentikular; disekitarnya terdapat
daerah eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesiel,
mulai eritema, vesikula, pustule, skuama hingga sikatriks (polimorf).7

3.9 Terapi
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan anelgesik, untuk
menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedative, atau antihistamin yang
memiliki efek sedatif. Antipiretik antara lain parasetamol atau metampiron,
hindari salisilat atau aspirin karena dapat menimbulkan sindrom Raye. Terapi
lokal untuk mencegah agar vesikel tidak pecah terlalu dini, karena itu diberikan
bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (salisil 2%, mentol 2%, atau
kamfora). Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotic oral atau
salap.Dapat pula diberikan obat-obat antivirus.Varicella zoster immunoglobulline
(V.Z.I.G) dapat mencegah atau meringankan varisela, diberikan intramuskular
dalam 4 hari setelah terpajan.2
Indikasi pemberian antivirus adalah apabila sebelumnnyatelah ada anggota
keluarga serumah yang menderita varisela, atau padapasien imunokompremais,
antara lain pasien dengan keganasan, infeksi HIV/AIDS, atau yang sedang
mendapat pengobatan imunosupresan, misalnya kortikosteroid jangka panjang,
atau sitotoksik dan padda kehamilan. Pemberian dosis antivirus:2,7
1. Imunokompeten
- Anak-anak: Asiklovir 20mg/kgBB IV, dosis terbagi 4-5 x 20 mg/kgBB
(maks 800 mg/kali) selama 7 hari
- Dewasa : asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari, atau
Valasiklovir 3 x 1000mg/hari selama 7 hari, atau

12
Famsiklovir 3 x 250mg/hari selama 7 hari
- Imunokompremais : asiklovir 10mg/kgBB, IV atau IV drip 3x sehari,
minimal 10 hari, atau
Asiklovir 5 x 800 mg mg/hari/PO minimal 10 hari
atau valasiklovir 3 x 1000mg/hari minimal 10 hari
Famsiklovir 3 x 500 mg/hari selama 10 hari
- Penyakit berat/ibu hamil : asiklovir 10mg/kgBB IV tiap 8 jam selama
10 hari
Asiklovir aktif terhadap virus herpes, tapi tidak bisa mengeradikasinya.
Asiklovir dapat digunakan untuk terapi sistemik Varicella zoster serta terapi
sistemik dan lokal untuk mengatasi infeksi herpes simpleks pada kulit dan
membran mukosa. Obat ini digunakan secara oral untuk infeksi stomatitis
herpetik berat. Salep mata asiklovir digunakan untuk infeksi herpes simpleks
pada mata, yang dikombinasikan dengan terapi sistemik untuk zoster
optalmik. Famsiklovir merupakan prodrug pensiklovir dan memiliki aktivitas
yang sama dengan asiklovir. Diindikasikan untuk herpes zoster dan herpes
genitalis. Tidak seperti asiklovir, famsiklovir hanya perlu diberikan 3 kali sehari
(atau satu kali sehari pada herpes zoster). Informasi penggunaan pada anak masih
terbatas. Valasiklovir merupakan ester asiklovir yang diindikasikan untuk herpes
zoster dan herpes simpleks kulit dan membran mukosa (termasuk herpes
genitalis). Selain pada dewasa, juga diindikasikan untuk mencegah
sitomegalovirus pasca transplantasi ginjal pada anak di atas usia 12 tahun.
Famsiklovir atau valasiklovir merupakan alternatif bagi asiklovir untuk lesi
mulut akibat herpes zoster.8
Pencegahan dapat diberikan dengan vaksin varisela yang berasal dari galur
yang dilemahkan.diberikan pada umur 12 bulan.Vaksinasi ulangan setelah 4-6
tahun. Pemberian secarasubkutan 0,5ml pada anak usia 12 bulan sampai 12
tahun. Pada anak usia diatas 12 tahun, juga diberikan 0,5 ml, setelah 4-8 minggu
diulangi dengan disus yang sama. Bila terpajang kurang dari 3 hari, pelindungan

13
dengan pemberian vaksin masih dapat terjadi.Bila terdapat infeksi sekunder
dapat diberikan antibiotik.2

3.10 Komplikasi
Varisela akut biasanya ringan dan sembuh sendiri, namun dapat terjadi
komplikasi.Infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit dengan staphylococcus atau
streptococcus merupakan penyebeb tersering. Infeksi sekunder dengan
streptococcus grup A dapat menyebabkan penyakit serius dan membawa pada
perawatan di RS hingga kematian. Pneumonia mengikuti varisella yang biasanya
disebabkan virus tapi juga bisa bakteri. Pneumonia bakteri sekunder lebih sering
terjadi pada anak kurang dari 1 tahun. Manifestasi system saraf pusat karena
kvarisela menjadi meningitis membuat meningitis aseptic menjadi ensefalitis.
Keterlibatan serebelum, dengan hasil serebellar ataksia, adalah manifestasi
sistem saraf pusat tersering dan biasanya memiliki hasil yang baik. Ensefalitis
adalah komplikasi yang jarang pada varisela (diperkirakan 1,8% dari 10.000
kasus) dan dapat menjadi kejang dan koma. Keterlibatan serebral yang luas
merupakan komplikasi yang tidak biasa pada varisela dan influenza dan terjadi
hampir eksklusif pada anak yang mendapatkan aspirin selama fase akut.1
Etiologi Reye syndrome belum diketahui, namun ada pengurangan yang nyata
pada insiden reye syndrome, kemungkinan berkaitan dengan pengurangan
penggunaan aspirin pada ana. Komplikasi yang jarang terjadidari varisela
termasuk meningitis aseptic, myelitis transversa, Guillain Barre syndrome,
trombositopenia,varisela hemoragik, purpura fulminans, glomerulonefritis,
miokarditis, arthritis, orchitis, uveitis, iritis, dan hepatitis. 1
Pada orang dengan imunokompremais memiliki resiko tinggi diseminasi
penyakit (lebih dari 36% dalam sebuah kaporan).Orang tersebut dapat memiliki
keterlibatan lebih dari 1 organ dan dapat berkembang menjadi fulminant atau
hemoragik.Frekuensi komplikasi tersering adalah pneumonia dan ensefalitis.
Anak dengan infeksi HIV memiliki resiko morbiditas lebih tinggi.1

14
Pada verisela kehamilan dari 5 hari sebelum hingga 2 hari setelah kelahiran
dapat berakibat infeksi yang berlebih pada neonates dan tingkat fatalitas tinggi
hingga 30%. Penyakit ini dipercaya menghasilkan pajanan fetus virus varicella
tanpa keuntungan pada antibodi maternal. Bayi yang lahir dari ibu dengan onset
maternal varisela 5 hari atau lebih setelah melahirkan biasanya mulai mendapat
perawatan, diperkirakan karena transferpasif antibodimaternal melalui plasenta.1

3.11 Prognosis
Perawatan yan teliti dan memperlihatkan higine memberikan prognosis yang
baik dan dapat mencegah timbulnya jaringan parut. Pada anak biasanya sangat
sedikit bahkan tidak meninggalkan jaringan paurt, pada dewasa kemungkinan
muncul jaringan parut lebih besar.2

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien datang dengan keluhan muncul bintil-bintil berisi cairan bening
pada seluruh badan dengan dengan daerah yang paling banyak muncul di wajah.
Keluhan sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu.terasa gatal sepanjang hari. Di
sekolah os ada beberapa teman yang memiliki keluhan yang sama. Keluhan tidak
disertai demam dan nyeri kepala.Os sudah berobat di bidan desa dan dirasa tidak ada
perubahan.Dari anamnesis tersebut sesuai dengan keluhan yang biasa membawa
seseorang pergi berobat untuk varisela. Pada anamnesis lanjutan diketahui bahwa
awalnya muncul bintil-bintil di badan dan tangan. Hal sesuai dengan perjalanan
penyakit varisela yang awalnya biasanya muncul di kulit kepala, wajah, dan badan,
serta adanya pajanan dengan sesorang yang sedang mengalami varisela atau herpes
zoster pada rentang waktu 3 minggu. Bintik-bintik yang awalnya berupa papul
kemudian berkembang menjadi vesikel dan akan pecah membentuk krusta pada
permukaannya.9
Pada pemeriksaan dermatologi pasien ini masih banyak ruam berupa vesikel,
secara teori, munculnya papul akan bersamaan sebanyak 2 sampai 4 kali muncul
bersamaan. Papul-papul ini akan berubah menjadi vesikel dan pecah dalam 2-4 hari
sehingga pada hari ke 5 sejak onset munculnya ruam pertama masih banyak
ditemukan ruam berupa vesikel. Lokasi penyebaran ruam saat pemeriksaan antara
lain pada badan, wajah, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah, sesuai dengan
lokalisasi persebaran ruam varisela.2,7,9
Selain varisela, ada beberapa penyakit yang peru dipertimbangkan, antara lain
variola, herpes zoster, dan skabies impetigenisata. Pada variola dan herpes zoster,
lesinya monomorf sedangkan pada pasien ini lesi berupa lesi polimorf. Pada skabies
impetigenisata tempat predileksi utama adalah pada daerah tangan atau lipatan dan
jarang terjadi pada daerah dengan permukaan luas.2,7
Penatalaksanaan pada pasien ini dapat diberikan edukasi dan pemberian obat yang
bersifat simtomatik serta pemberian antivirus. Edukasi pasien untuk selalu menjaga

16
kebersihan dengan mandi 2 kali sehari, dan biarkan ruam pecah sendiri dengan
perlahan. Gunakan pakaian yang nyaman dan lembut untuk mengurangi gesekan
dengan lesi dikulit. Isolasikan penderita selama kurang lebih 7 hari untuk mencegah
penyebaran karena virus varisela zoster ini menyebar melalui udara. Monitor selalu
keadaan pasien, bila ditemukan adanya lesi pada membram mukosa seperti mulut dan
mata konsultasikan selanjutnya dengan dokter. Dan berikan makanan dengan gizi
seimbang karena penyakit ini bersifat self limited atau dapat sembuh sendiri dan
semakin cepat bila imunitas baik.10
Untuk medikamentosanya pasien dapat diberikan antipiretik seperti parasetamol
jika diperlukan. Jangan diberi Aspirin karena diduga dapat menyebabkan Sindrom
Raye. Sebagai antivirus, dapat diberikan asiklovir karena asiklivor merupakan pilikan
yang direkomendasikan untuk infeksi VVZ pada pasien baik dengan keadaan
imunokompeten, imunokompremais, dan wanita hamil tanpa komplikasi herpes
zoster. Asiklovir merupakan analog guanosin yang merupakan sebuah inhibitor
kompetitif untuk virus DNA polimerase. Pemberian asiklovir 5 x 800 mg tiap hari
selama 7 hari. Pada lesi yang belum pecah dapat diberikan bedak yang mengandung ,
losion calamine, mentol 2% atau salisilat 2% untuk mengurangi gatal. Bedak dengan
salisilat lebih banyak digunakan karena lebih mudah didapatkan dengan harga yang
murah. Pada lesi yang sudah pecah dapat diberikan antibiotik topikal seperti
gentamicin.2,7,10

17
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan dermatologis pada Nn.T, usia 15


tahun, dengan keseharian seorang pelajar yang datang dengan keluhan muncul bintik-
bintik pada seluruh tubuh dan terasa gatal, pasien ini didiagnosis dengan varisela.
Varisela umumnya tidak membahayakan dan bersifat self limited. Tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang pada pasien ini. Pengobatan hanya bersifat simtomatik dan
mencegah virus mengalami fase laten di ganglia dorsalis posterior sehingga
memperkecil kemungkinan reaktivasi. Pasien perlu diisolasikan untuk mencegah
penyebaran virus, namun tetap harus diperhatikan agar apabila terjadi komplikasi
dapat segera teratasi. Pengobatan biasnyaa diberikan selama 7-10 hari. Prognosis
pada pasien dengan penyakit ini umumnya baik dan jarang meninggalkan jaringan
parut pada kulit.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC.2015. Immunology and Vaccine Preventable Disease – Pink Book –
Varicella. Diakses dari
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
2. Menaldi, Sri LSW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. FKUI. Jakarta
3. Theresia, Hadinegoro, Sri RS. 2016. Sari Pediatri: Terapi Asiklovir pada
Anak dengan Varisela Tanpa Penyulit. Vol 11(6). Diakses dari
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/612/547
4. WHO. 2014. Weekly Epidemiological Record; Vericella and Herpes zoster
vaccines:WHO position paper, June 2014. Diakses dari
http://www.who.int/wer/2014/wer8925.pdf?ua=1
5. HSE Ireland. 2015. Varicella Zoster; Varicella Hospitalisation Notifiable
Outbreak Notifiable. Diakses dari
https://www.hse.ie/eng/health/immunisation/hcpinfo/guidelines/chapter23.pdf
6. WHO. 2014. Varicela nd Herpes Zoster Vaccines; WHO position paper.
Diakses dari
http://www.who.int/immunization/position_papers/WHO_pp_varicella_herpe
s_zoster_june2014_presentation.pdf
7. Siregar, RS. 2014. Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta
8. PIONAS POM RI. Infeksi Virus; Virus Herpes; Virus Herpes Simpleks dan
Varisela Zoster. Diakses dari http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/54-
infeksi-virus/542-virus-herpes/5421-virus-herpes-simpleks-dan-varisela-
zoster
9. Federal Bureau of Prisons. 2016. Management Of Varicella Zoster Virus
(VZV) Infection; Federal Bureau of Prisons Clinical Guidance. Diakses dari
https://www.bop.gov/resources/pdfs/varicella2016.pdf
10. MIMS Dermatology. 2015. Varicella-Zoster Virus Infection. Indonesia.
MIMS

19

Anda mungkin juga menyukai