Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

MINI CEX

DISUSUN OLEH :
LILIS ENDAH SULISTIYAWATI PANEO
N 111 17 044

PEMBIMBING KLINIK
dr. Merry Tjandra, M.Kes., Sp.KJ.

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD MADANI PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Pria
Usia : 39 tahun
Alamat : Jalan Beringin I No. 60, Palu
Status pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2018
Tempat Pemeriksaan : Ruangan Srikaya RSD Madani Palu

I. Deskripsi Kasus
Anamnesis
A. Keluhan Utama :
Gelisah

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien laki-laki, 39 tahun datang dengan keluhan gelisah yang
sudah dialami sejak ± 3 hari yang lalu. Keluhan disertai susah tidur,
tampak bingung, kadang emosi labil, sering mondar-mandir tanpa tujuan.
Pasien juga mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini sering mendengar bisikan
“Fian” yang menurut pasien merupakan saudara sepupu laki-lakinya.
Terkadang pasien juga mendengar Fian berteriak ditelinganya. Menurut
pasien, Fian selalu menjodoh-jodohkan pasien dengan seorang wanita
yang tidak disukainya dan selalu berbicara tentang rejeki. Pasien juga
mengatakan bahwa terkadang ia melihat bayangan orang.
Menurut keluarga pasien, pasien telah mengalami hal tersebut
sejak tahun 2003 dan dirawat untuk pertama kali di RSD Madani. Pasien
sering berteriak-teriak dan kadang akan melempar orang. Keluarga pasien
juga mengatakan bahwa pasien meminta diantar ke RSD Madani karena
merasa gelisah. Kemudian pasien masuk kembali untuk kedua kalinya
pada tanggal 28 maret 2014 dengan diagnosis Skizofrenia tak terinci.
Pasien kemudian dirawat kembali untuk yang ketiga kalinya dengan
diagnosis yang sama pada tanggal 30 Juni 2015 karena keluhan utama
gaduh gelisah. Kemudian pada 27 agustus 2017 dirawat kembali karena
keluhan dan diagnosis yang sama. Pesien rutin beobat ke poliklinik jiwa.
Menurut keluarga pasien, sebelum sakit pasien merupakan pribadi yang
tertutup dan jarang memberitahukan tentang masalahnya.

 Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
 Faktor Stressor Psikososial
Dai anamnesis pasien tidak didapatkan faktor psikososial.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.


- Riwayat gangguan medis : Infeksi (-), trauma kepala (-), kejang (-)
- Riwayat psikiatri : Pasien dirawat pertama kali pada tahun 2003
dengan keluhan yang sama. Kemudian pasien masuk kembali untuk
kedua kalinya pada tanggal 28 maret 2014 dengan diagnosis
Skizofrenia tak terinci. Pasien kemudian dirawat kembali untuk yang
ketiga kalinya dengan diagnosis yang sama pada tanggal 30 Juni 2015
karena keluhan utama gaduh gelisah. Kemudian pada 27 agustus 2017
dirawat kembali karena keluhan dan diagnosis yang sama. Pesien rutin
beobat ke poliklinik jiwa.
- Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang : NAPZA (+), alkohol (-)
- Riwayat medis yang berhubungan dengan riwayat psikiatrinya : Tidak
terdapat hubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang

D. Riwayat Kehidupan Peribadi


 Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 19 September 1980. Lahir normal, cukup
bulan, di rumah, dan dibantu oleh dukun.
 Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai umur, pasien
mendapatkan kasih sayang dari orang tua.
 Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan baik. Pasien masuk sekolah dasar dan memiliki banyak
teman. Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya.
 Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12 tahun)
Pasien melanjutkan pendidikan ke SMP dan memiliki banyak teman.
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya. Pasien
mengaku pernah ikut tawuvan besama teman-temannya. Pasien juga
pernah mencoba mengonsumsi obat Nipam karena ditawari oleh
temannya.
 Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir/Pubertas/Remaja (12-18
tahun)
Pasien melanjutkan pendidikan ke SMA namun hanya sampai kelas 1
SMA. Pasien mengaku sering bolos saat SMA. Pasien kemudian
mulai bekerja sebagai buruh bangunan.
 Riwayat Masa Dewasa (>18 tahun)
Pasien belum menikah.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien belum menikah.
pasien
F. Situasi Sekarang
Pasien sekarang tinggal serumah bersama ibunya.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.


Pasien menyadari dirinya sakit, namun tidak mengetahui penyebabnya.

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan fisik :
a) Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/80mmhg
 Denyut Nadi : 80 x/m
 Suhu : 36,8ºC
 Pernapasan : 20x/m
b) Status Internus
 Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), normocephali
 Leher : Pembesaran KGB (-/-)
 Dada : Jantung: bunyi jantung I dan II reguler, murmur
(-)
Paru: Bunyi paru : vesikuler (+/+), Rh (-/-), wh(-/-)
 Perut : Kesan datar, ikut gerakan nafas, bising
usus (+)
 Anggota gerak : Akral hangat, oedema pretibialis (-)
Status lokalis :
 GCS : E4V5M6 (15)

c) Status Neurologis :
 Meningeal sign : (-)
 Refleks patologis : (-/-)
 Hasil pemeriksaan nervus cranialis : normal
 Pemeriksaan sistem motorik : normal
 Koordinasi gait keseimbangan ( fungsi cerebellum ) : Normal
 Gerakan-gerakan abnormal : (-)
 Vegetative : (-)

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan:
Tampak seorang laki-laki memakai baju kaos berwarna
hitam, dan celana panjang training berwarna hitam. Postur tinggi
badan pasien sekitar 168 cm. Tampakan wajah pasien sesuai dengan
umurnya. Perawatan diri baik.
 Kesadaran: Compos Mentis
 Perilaku dan aktivitas psikomotor: Tampak tenang
 Pembicaraan : Spontan, intonasi lancar dan artikulasi jelas
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan afektif
 Mood : Aleksitimia
 Afek : Terbatas
 Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


 Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
 Daya konsentrasi : Baik
 Orientasi : Baik
 Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik
 Pikiran abstrak : Baik
 Bakat kreatif :-
 Kemampuan menolong diri sendiri :Baik
D. Gangguan persepsi
 Halusinasi : Halusinasi auditorik (Berupa bisikan dari
sepupu laki-lakinya yang bernama “Fian” tentang menjodoh-
jodohkan pasien dengan wanita yang tidak dicintainya serta tentang
rejeki) dan halusinasi visual (Berupa melihat bayangan orang)
 Ilusi : Tidak ada
 Depersonalisasi : Tidak ada
 Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
 Arus pikiran :
A.Produktivitas : Cukup ide
B. Kontinuitas : relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
 Isi Pikiran
A. preokupasi : Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls
Terganggu

G. Daya nilai
 Norma sosial : Terganggu
 Uji daya nilai : Terganggu
 Penilaian Realitas : Terganggu

H. Tilikan (insight)
Derajat 4 : Menyadari disinya sakit namun tidak mengetahui
penyebabnya.

I. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Analisis
a) Ikhtisar Penemuan Bermakna
 Pasien laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan gelisah yang
sudah dialami sejak ± 3 hari yang lalu, Keluhan disertai susah
tidur, berbicara sendiri, tampak bingung, emosi kadang tidak
stabil, sering mondar-mandir tanpa tujuan. Pasien juga
mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini sering mendengar bisikan
“Fian” yang menurut pasien merupakan saudara sepupu laki-
lakinya. Terkadang pasien juga mendengar Fian berteriak
ditelinganya. Menurut pasien, Fian selalu menjodoh-jodohkan
pasien dengan seorang wanita yang tidak disukainya dan selalu
berbicara tentang rejeki. Pasien juga mengatakan bahwa
terkadang ia melihat bayangan orang.
 Menurut keluarga pasien, pasien telah mengalami hal tersebut
sejak tahun 2003 dan dirawat untuk pertama kali di RSD
Madani. Pasien sering berteriak-teriak dan kadang akan
melempar orang. Kemudian pasien masuk kembali untuk
kedua kalinya pada tanggal 28 maret 2014 dengan diagnosis
Skizofrenia tak terinci. Pasien kemudian dirawat kembali
untuk yang ketiga kalinya dengan diagnosis yang sama pada
tanggal 30 Juni 2015 karena keluhan utama gaduh gelisah.
Kemudian pada 27 agustus 2017 dirawat kembali karena
keluhan dan diagnosis yang sama. Pesien rutin beobat ke
poliklinik jiwa. Menurut keluarga pasien, sebelum sakit pasien
merupakan pribadi yang tertutup dan jarang memberitahukan
tentang masalahnya.
 Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD = 120/80 mmHg;
N = 80x/menit; R = 20x/menit; S = 36,8 C dan pada
pemeriksaan fisik semua dalam batas normal
 Saat pemeriksaan status mental, penampilan seorang laki-laki
berbaju kaos hitam dengan celana panjang training hitam,
wajah tampak sesuai umur, kesadaran composmentis, tampak
gelisah, mood aleksitimia, afek terbatas, empati tidak dapat
dirabarasakan.
 Fungsi intelektual baik, gangguan persepsi terhadap halusinasi
auditorik (Berupa bisikan dari sepupu laki-lakinya yang
bernama “Fian” tentang menjodoh-jodohkan pasien dengan
wanita yang tidak dicintainya serta tentang rejeki) dan
halusinasi visual (Berupa melihat bayangan orang)
 Tilikan derajat 4: Menyadari disinya sakit namun tidak
mengetahui penyebabnya.

b) Diagnosis Multiaksial
 Aksis I :
- Berdasarkan autoanamnesa dan alloanamnesa didapatkan
adanya gejala klinis yang bermakna berupa gelisah, tampak
bingung, emosi kadang tidak stabil, mondar-mandir tanpa
tujuan. Gejala-gejala klinis tersebut menyebabkan timbulnya
gejala distress dan disability berupa hendaya sosial, hendaya
pekerjaan dan hendaya penggunaan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
- Pada pasien ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
berupa halusinasi auditorik dan visual sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
- Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status
interna dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasi gangguan medis umum seperti infeksi berat,
trauma, tumor, penggunaan NAPZA, maupun alkohol
sehingga, pasien didiagnosa Gangguan Jiwa Psikotik Non
Organik.
- Berdasarkan gambaran kasus ini, pasien mengalami suatu
gangguan psikotik. Pasien juga memiliki halusinasi auditorik
dimana halusinasi tersebut berisi tentang bisikan yang
terdengar oleh pasien dan halusinasi visual, pasien merasakan
gaduh gelisah, dengan onset gejala ≥1 bulan dimana kriteria
tersebut memenuhi kriteria 2 gejala dari skizofrenia, sehingga
diagnosis pasien yaitu Skizofrenia (F20).
- Berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ III, pasien tidak
memiliki kriteria diagnostik untuk skizofrenia paranoid,
hebefrenik, katatonik, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia
residual, skizofrenia simpleks ataupun skizofrenia lainnya,
namun pasien memenuhi kriteria diagnostik untuk
skizofrenia, yaitu adanya halusinasi auditorik berupa suara
sepupu laki-lakinya yang bernama “Fian” tentang jodoh dan
rejeki serta halusinasi visual berupa bayangan orang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien
Skizofrenia Yang Tak Tergolongkan (F.20.9).

 Aksis II
Pasien memiliki ciri kepribadian tidak khas.

 Aksis III
Tidak ada.

 Aksis IV
Tidak terdapat masalah psikososial.

 Aksis V
GAF scale 50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat.
c. Daftar Masalah
1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
2. Psikologik
Ditemukan adanya masalah/stressor psikososial sehingga
pasien memerlukan psikoterapi
3. Sosiologi
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang social, hendaya
dalam bidang pekerjaan dan hendaya penggunaan waktu
senggang sehingga pasien butuh sosioterapi.

d. Prognosis
Qua ad Vitam : Dubia ad Malam
Qua ad Fungtionam : Dubia ad Malam
Qua ad Sanationam : Dubia ad Malam

 Faktor pendukung :
- Tidak ada gangguan organik
- Ada support keluarga
- Tidak ada faktor genetik

 Faktor yang memperburuk :


- Serangan berulang
- Belum menikah
- Usia produktif

e. Rencana Terapi
1. Farmakologi
Haloperidol 5 mg 2x1
2. Non- Farmakologi
Melakukan pendekatan psikososial, seperti:
- Terapi perilaku
- Terapi suportif berorientasi tilikan

f. Follow Up
Mengevaluasi keadaan umum, pola tidur, pola makan dan
perkembangan penyakit pasien serta menilai efektivitas pengobatan
yang diberikan dan melihat kemungkinan adanya efek samping
obat yang diberikan.

IV. Pembahasan/Tinjauan Pustaka


Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari
kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita
berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase
memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan.Selama periode residual,
pasien lebih menarik diri dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya
terlihat jelas yang jelas oleh orang lain. Pemikiran dan pembicaraan
mereka samar-samar sehingga kadang tidak dapat dimengerti.Penampilan
dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta afek terlihat tumpul.

Kriteria diagnostik Menurut PPDGJ III yang merupakan


pedoman diagnostik untuk Skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):

a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
-Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
-Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.
4. Waham – waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus berulang.
5. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
6. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
7. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih.
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbedatitude), dan penarikan diri secara sosial.

Terdapat diagnosis skizofenia. Kriteria diagnostik Skizofrenia Tak


Tergolongkan yaitu:

- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia


- Tidak memenuhi semua tipe skizofrenia

Kriteria diagnosis skizofrenia

DSM-IV-TR: Kriteria Diagnostik Skizofrenia

A. Gejala-gejala yang khas : 2 atau lebih dari gejala berikut yang


bermakna dalam periode 1 bulan(atau kurang jika berhasil diterapi):
1. waham.
2. halusinasi.
3. pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau
incohorensia).
4. perilaku janggal atau katatonik
5. adanya gejala negatif (spt afek datar,alogia,abulia).
Cat. : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya
janggal atau jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus
mengomentari tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi 2
(atau lebih) suara-suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: 1 atau lebih dari area fungsional utama
menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum
onset dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan
(atau bila onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan
pencapaian tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya)
seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini meliputi 1 bulan gejala-gejala fase aktif
yang memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan
dapat juga mencakup fase prodromal atau residual. Selama
berlangsung. fase prodormal atau residual ini, tanda-tanda gangguan
dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala negatif saja atau
lebih dari atau sama dengan 2 dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam
bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan –kepercayaan ganjil,
pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Ekslusi skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena : (1) tidak
ada episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi
bersamaan dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood
terjadi intra fase aktif maka perlangsungannya relatif singkat dibanding
periode fase aktif dan residual.
E. Eksklusi kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi
atau yang disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika
terdapat riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka
tambahan diagnosa skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi
atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya 1 bulan (atau
kurang jika berhasil diterapi).
Klasifikasi berdasarkan perjalanannya (longitudinal;hanya dipakai setelah
minimal 1 tahun berlalu semenjak onset dari gejala-gejala fase aktif
pertama):
 Episodik dengan gejala-gejala residual interepisode (episode ditandai
dengan keadaan kekambuhan dari gejala-gejala psikosis) juga
tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang menonjol.
 Episodik tanpa gejala-gejala residual interepisode.
 Kontinyu (gejala-gejala psikosis jelas ada sepanjang periode
observasi) juga tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang
menonjol.
 Episode tunggal dengan remisi parsial; juga tentukan jika disertai
gejala-gejala negatif yang menonjol.
 Episode tunggal dengan remisi penuh
 Pola lainnya atau yang tidak ditentukan.

Tipe paranoid
Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria:
a. Preokupasi dgn 1 atau lebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.
b. Gejala2 berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang
janggal atau katatonik atau afek datar atau inappropriate.

Tipe Hebefrenik (disorganized)


Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria:
a. Semua gejala berikut menonjol:
1. pembicaraan yang kacau
2. perilaku yang kacau.
3. afek datar atau inappropriate.
b. Kriteria tipe katatonik tidak terpenuhi.

Tipe Katatonik
Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi oleh 2
ataulebih hal2 berikut:
1. Imobilitas motorik yang dibuktikan dgn catalepsy (termasuk waxy
flexibility) atau stupor.
2. Aktfitas motorik yang berlebihan (yang tampak tak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimuli external).
3. Negativisme yang nyata (yang tampaknya penolakan tanpa motif thd
semua perintah atau mempertahankan suatu postur kaku melawan
usaha untuk menggerakannya) atau mutisme.
4. Gerakan spontan yang aneh spt melakukan postur tertentu (berlagak
spontan yang inappropriate atau postur ganjil),gerakan
stereotipik,menojolnya manerisme atau menyerigai.
5. Echolalia atau echopraxia.

Tipe Tak Terdiferensiasi


Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria A tapi tidak nmemenuhi
kriteria tipe Paranoid,hebefrenik atau katatonik.

Tipe Residual
Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria:
a. Tidak adanya penonjolan waham, halusinasi, pembicaraan yang
janggal, perilaku janggal atau katatonik.
b. Adanya bukti perlangsunan gangguan spt yang ditunjukan oleh gejala
gejala negatif dlm kriteria A skizofrenia dlm bentuk yang lebih lemah
(keyakinan keyakinan yang aneh,pengalaman pengalaman persepsi
yang tidak biasanya).

Penderita skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang


lebih besar dari masyarakat disekitarnyadibandingkan individu yang
menderita penyakit medis lainnya. Mereka sering mendapatperlakuan yang
tidak manusiawi, misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasiatau
dipasung. Mereka sering sekali disebut sebagai orang gila (insanity atau
madness).Ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuan atau pengertian
yang salah dari keluargaatau anggota masyarakat mengenai skizofrenia.
Masyarakat pada umumnya mengesampingkan bahwa perubahan pada
seseorang yang menderita skizofreniaberhubungan dengan kepribadiannya
yang terpecah, tetapi masyarakat lebih menekankan kepada penderita
bahwa mereka adalah orang yang sangat berbahaya bagilingkungan
sekitarnya.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit ini mungkin
berhubungan dengan penatalaksanaan dan fasilitas perawatan yang kurang
memadai. Onset yang timbulpertama kali pada skizofrenia sering
ditemukan pada usia remaja atau dewasa muda,perjalanan penyakit yang
kronik dan tidak sembuh. Hal ini menyebabkan penderitasering dianggap
menjadi beban dan kurang berguna bagi masyarakat.
Oleh karena itu, peran keluarga dalam menilai salah satu anggota
keluarganya dalam perjalanan penyakit ini sangat dibutuhkan. Keluarga
sebagai agen terdekat pasien harus segera melaporkan dan membawa
pasien ke RS untuk dilakukan tindakan awal penanganan pasien
skizofrenia sehingga perjalanan penyakit pasien tidak semakin berat.

Diagnosis Banding
a) Gangguan Skizoform, sama dengan skizofrenia kecuali gejala gejalanya
berlangsung sekurang kurangnya 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan.
b) Gangguan skizoafektif adalah adana episode depresi amyor, manik atau
campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala gejala skizofrenia
(memenuhi kriteria A skizofrenia).
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas


dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi
5. Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai