Anda di halaman 1dari 41

SFG1325 V6

Public Disclosure Authorized

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


DINAS TATA AIR
Jl. Taman Jatibaru No. 1 Telp. 3803303-3865546-3845266
JAKARTA
Public Disclosure Authorized

LAND ACQUSITION AND


RESETTLEMENT ACTION PLAN
(LARAP)
Public Disclosure Authorized

LOKASI

BANJIR KANAL BARAT

KELURAHAN PLUIT, KECAMATAN PENJARINGAN

JAKARTA UTARA
Public Disclosure Authorized

Revisi: April, 2017


LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

Daftar Isi

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................................... 1

1.2. Gambaran Umum Lokasi Proyek............................................................................................ 1

1.3. Rencana Kegiatan Proyek ...................................................................................................... 2

1.4. Potensi Dampak Proyek Terhadap Warga .............................................................................. 2

1.5. Tujuan Penyusunan LARAP .................................................................................................... 3

II. KARAKTERISTIK WARGA, TANAH DAN BANGUNAN YANG AKAN TERKENA PROYEK ........................ 4

2.1. Uraian Tanah Terkena Proyek................................................................................................ 4

2.2. Uraian Bangunan Terkena Proyek.......................................................................................... 5

2.3. Uraian Warga yang Berpotensi Terkena Proyek ..................................................................... 6

III. RENCANA PELAKSANAAN PENANGANAN WARGA TERKENA PROYEK ....................................... 11

3.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta .......................................................................... 11

3.2. Analisis Hukum.................................................................................................................... 13

3.3. Kelembagaan ...................................................................................................................... 15

3.4. Monitoring dan Evaluasi ...................................................................................................... 17

3.5. Penanganan Keluhan........................................................................................................... 17

3.6. Pelaksanaan Penanganan Warga Terkena Proyek ................................................................ 18

ii
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Kegiatan ................................................................................................................ 2


Tabel 2 Ringkasan Tanah Terkena Proyek.......................................................................................... 5
Tabel 3 Ringkasan Bangunan Terkena Proyek.................................................................................... 5
Tabel 4 Ringkasan Kegiatan Ekonomi Warga yang Berpotensi Terkena Proyek .................................. 6
Tabel 5 Ringkasan Kegiatan Ekonomi Warga yang Berpotensi Terkena Proyek .................................. 7
Tabel 6 Ringkasan tentang Kondisi Ekonomi Warga yang Berpotensi Terkena Proyek ....................... 8
Tabel 7 Ringkasan Sarana dan Prasarana Warga Terkena Proyek...................................................... 8
Tabel 8 Ringkasan tentang Persepsi dan Aspirasi Warga Terkena Proyek .......................................... 9
Tabel 9 Ringkasan tentang Kelompok Rentan dan Anak Sekolah ..................................................... 10
Tabel 10 Institusi Pelaksana Kegiatan Permukiman Kembali ........................................................... 15
Tabel 11 Rencana Tindak Penanganan Warga Terkena Proyek BKB ................................................ 18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto-Foto Kondisi Lokasi Proyek ................................................................................. 20


Lampiran 2 Contoh Potongan Melintang Rencana Kegiatan Pengerukan di BKB ............................. 21
Lampiran 3 Rencana Kegiatan dan Lokasi Proyek di BKB….…………………………………………………………….22
Lampiran 4 Daftar Warga dan Aset Terkena Proyek……………………………………………………………………….23
Lampiran 5 Sketsa Lokasi Warga Terkena Proyek ........................................................................... 25
Lampiran 6 Ringkasan Bangunan dan WTP Banjir Kanal Barat ........................................................ 27
Lampiran 7 Keputusan dan Instruksi Gubernur DKI Jakarta terkait dengan JUFMP/JEDI.................. 30

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengendalian banjir di Jakarta membutuhkan rehabilitasi besar terhadap sungai, kanal dan
waduk. Rehabilitasi harus disertai perencanaan pengelolaan banjir untuk memastikan sistem
beroperasi secara optimum. Hasil simulasi pasca banjir 2007 menunjukkan bahwa pekerjaan
fisik di 12 kanal/sungai dan 4 waduk utama di Jakarta dengan mengembalikan sistem dan fungsi
pengendalian banjir sesuai desain awal, diperkirakan mengurangi 40% luas genangan banjir atau
dapat mengamankan sekitar 1 juta warga Jakarta. Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian PUPR, dan Bank Dunia bekerjasama untuk
penanganan banjir melalui Jakarta Urgent Flood Mitigation Project-JUFMP/Jakarta Emergency
Inititive Proyek-JEDI. Sungai/Kanal dan Waduk yang ditangani adalah Sunter Atas, Sunter Bawah,
Cengkareng Drain, Ciliwung-Gunung Sahari, Sentiong-Sunter, Waduk Melati, Cideng-Thamrin,
Waduk Sunter Selatan, Waduk Sunter Timur III, Waduk Sunter Utara, Angke Bawah, Tanjungan,
Banjir Kanal Barat, Grogol-Sekretaris, Pakin-Kali Besar-Jelakeng dan Krukut – Cideng.
Namun, pekerjaan pengerukan Kanal/Sungai dan waduk juga berpotensi menimbulkan dampak
sosial berupa pemindahan warga penghuni kawasan yang diperlukan untuk pekerjaan
pengerukan. Potensi dampak terjadi terhadap warga yang menempati Tanah Negara pada Sub
proyek Banjir Kanal Barat (BKB). Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini PIU
Dinas Tata Air menyusun dokumen Rencana Pelaksanaan Pemindahan Warga terkena Proyek
Banjir Kanal Barat (BKB).

1.2. Gambaran Umum Lokasi Proyek

Rencana pengerukan BKB berawal dari Pintu Air Karet sampai dengan Muara Kali Adem (mulut
sungai BKB) sepanjang 10,500 m. BKB melintasi 12 Kelurahan yaitu Kampung Bali, Jati Pulo,
Tomang, Duri Pulo, Grogol, Jembatan Besi, Jelambar Baru, Angke, Penjaringan, Pejagalan, Kapuk
Muara dan Pluit. Namun bangunan yang berpotensi terkena proyek hanya berada diwilayah
Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kelurahan Pluit memiliki luas wilayah
7.71 km2 dan jumlah penduduk 16,112 KK. Kelurahan Pluit terbagi atas 18 RW dan 218 RT,
dengan batas-batas wilayah:
 Sebelah Utara : Teluk Jakarta
 Sebelah Barat : Kelurahan Kapuk Muara, dan Kelurahan Kamal Muara
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

 Sebelah Timur : Kelurahan Penjaringan


 Sebelah Selatan : Kelurahan Pejagalan dan Angke

1.3. Rencana Kegiatan Proyek

BKB melalui Program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) merencanakan pengerukan
sepanjang 10.500 m, dengan volume lumpur 450,000 m3. Dan pemasangan embankmen (sheet
pile) sepanjang 220 m1. Sebelum dilaksanakan pengerukan dan rehabilitasi embankmen,
kontraktor, PIU Cilicis, dan Konsultan Supervisi akan melaksanakan Mutual Check (MC) - 0.
Mutual Check disaksikan oleh PIU Dinas Tata Air DKI Jakarta, Walikota Jakarta Utara (Kecamatan
Penjaringan dan Kelurahan Pluit) dan warga yang berpotensi terkena proyek. Hal ini dilakukan
dalam upaya meminimalkan kerusakan bangunan dan menghindari relokasi warga. Rencana
pekerjaan JUFMP di BKB disajikan pada Tabel 1. Terkait dengan foto kondisi eksisting dapat
dilihat pada Lampiran 1, sedangkan contoh potongan melintang pengerukan di sekitar
bangunan warga (WBC 30-WBC 31) disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 1 : Rencana Kegiatan

Review DED (akan


Jenis Pekerjaan DED Awal Keterangan
dikerjakan)
Pengerukan Lumpur Panjang 3,060 m Panjang 10,500 m Pengerukan dari dalam
(Volume 270,000 m3) (volume 450,000 m3) sungai dengan pontoon:
upaya meminimalkan
kerusakan bangunan
Pemasangan Sheet WSta. 53 – Sta. 57.5 Tidak dilaksanakan Rusunawa belum siap
pile (embankment) (750 m1)-Kanan
WBC 53-WBC 57.5 Dilaksanakan Tidak memerlukan
(220 m1)-Kiri relokasi
Parapet WBC 39- WBC 43.5 Tidak dilaksanakan Rusunawa belum siap
(embakment) (220 m1)-Kanan

1.4. Potensi Dampak Proyek Terhadap Warga

Potensi dampak pengerukan BKB terhadap warga diantaranya kehilangan tempat tinggal.
Dibawah ini diuraikan dampak-dampak tersebut.
a. Kegiatan yang memerlukan Pengadaan Tanah
Pada tahun 2010, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyusun
dokumen DED dan LARAP, dokumen LARAP menyimpulkan bahwa pekerjaan pengerukan,
2
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

pemasangan sheet pile dan pembangunan jalan inspeksi akan berdampak kepada warga
yang menghuni sungai BKB atau Tanah Negara. Warga yang berpotensi terkena proyek
(WTP) dikategorikan sebagai “Squatter”. Mereka memanfaatkan badan air BKB sebagai
hunian, warung, tambatan perahu, usaha kerang hijau, bengkel dan lainnya. Mereka telah
memanfaatkan lebih dari 10 tahun, dan sebagian dari mereka telah memiliki ikatan dengan
warga sekitar, terutama warga di Kelurahan Pluit.

b. Letak bangunan dan aktivitas warga yang berpotensi terkena dampak


Letak bangunan yang berpotensi terkena proyek berada di badan air/penampang basah-
daerah milik sungai (Damisu), yaitu “gubuk” bangunan darurat/non permanen yang tiang-
tiangnya terbuat dari bambu, kayu dan/atau kayu bekas, papan/triplek bekas, dan atap
seng, asbes atau terpal. Disamping itu, muara BKB juga dimanfaatkan nelayan sebagai
tempat sandar kapal (docking). Kepadatan sandar kapal nelayan terjadi pada April-Oktober,
pada bulan tersebut kapal-kapal yang bersandar di BKB dapat lebih dari 500 unit (deretan
kapal-kapal dapat mencapai 600 m)

1.5. Tujuan Penyusunan LARAP

Penyusunan LARAP dimaksudkan untuk menjelaskan prinsip, prosedur, tata cara


pengorganisasian dan rencana pelaksanaan yang akan diterapkan dalam permukiman
kembali, yaitu:
a. Menguraikan upaya minimalisasi dampak kegiatan pengerukan dan rehabilitasi
embankmen terhadap pemindahan warga dan menguraikan secara spesifik pilihan
kompensasi kepada WTP.
b. Menetapkan secara rinci bantuan apabila harus melibatkan permukiman kembali.
c. Menguraikan secara rinci rencana kerja, pelaksanaan dan monitoring pelaksanaan
pengadaan tanah dan permukiman kembali.

3
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

II. KARAKTERISTIK WARGA, TANAH DAN BANGUNAN YANG AKAN


TERKENA PROYEK

Berdasarkan dokumen draft LARAP yang disusun Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2010, Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi DKI Jakarta melakukan pembaharuan data survei pada Oktober-Desember 2013.
Gambaran hasil survei kembali di BKB adalah 700 KK telah menempati badan sungai, kemudian
dilakukan review desain. Review desain mengindikasikan warga yang berpotensi terkena proyek
berjumlah 240 KK (869 jiwa meliputi :(i) 231 sebagai hunian/rumah tinggal, (ii) 8 tempat
usaha/warung; dan (iii) 1 fasum fasos berupa mushollah dan balai warga.
Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta (Dinas Tata Air sekarang) melaksanakan penetapan potensi
warga terkena proyek pada Maret-April 2014, dimana nama-nama pemilik dan sket lokasi
bangunan yang berpotensi terkena proyek dipasang di Papan Pengumuman Kelurahan,
Sekretariat RT/RW dan Lokasi rencana kegiatan/warga terkena proyek (dalam hal ini di
Mushola) selama 2 minggu. Selama pelaksanaan penetapan warga terkena proyek diperoleh
masukan dari warga bahwa 6 KK pemilik bangunan belum terdaftar dalam pengumuman
tersebut. Kemudian Dinas Pekerjaan Umum merevisi dan menetapkan bahwa warga yang
terkena proyek adalah 246 Kepala Keluarga.

2.1. Uraian Tanah Terkena Proyek

Sisi Timur BKB antara WBC 0 - WBC 38 dikuasai sekitar 700 KK, namun berdasarkan review DED
(Februari 2016), bangunan warga yang berpotensi terkena proyek berjumlah 246 unit, luas total
6.151 m2, dengan penguasaan terluas 56 m2 dan tersempit 12 m2. Mengenai status
kepemilikan tanah seluruhnya menyatakan lahan milik negara (sungai) yaitu 246 KK.

Dari 246 KK penguasaan atas badan air BKB meliputi 245 unit bangunan (> 99%) dan sebanyak
1 unit (< 1%) bangunan fasum/fasos berupa Musholla. Mengenai kepemilikan asset tanah
ditempat lain diperoleh jawaban bahwa (64%) warga “mengaku tidak memiliki tanah ditempat
lain”, (35%) warga “memiliki”. Sedangkan informasi cara mendapatkan tanah diketahui dengan
Lain-lain (menempati saja/100%), Sedangkan pemanfaatan tanah untuk fasilitas umum (1%),
Tempat Usaha (3%), dan Hunian (96%). Uraian diatas disajikan pada tabel dibawah.

4
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

Tabel 2: Ringkasan Tanah Terkena Proyek

No Uraian tentang Jumlah Jawaban Responden dan persentase (%) Keterangan


Tanah
1. Status Tanah Negara Hak pakai Keseluruhan
Kepemilikan (100%) (0 %) adalah Tanah
2 Aset tanah Ada Tidak ada Tidak Jawab Negara
ditempat lain (35%) (64%) (1%) (penampang
3. Cara mendapat Membeli Hibah Lain-lain/ menempati Tidak basah BKB)
tanah saja Jawab
(0 %) (0 %) (100%)
4. Pemanfaatan Hunian Usaha Kosong Fasum Lain-lain
(96%) (3%) (1%) 0 (0 %)

Dari uraian diatas, diketahui bahwa 100% tanah yang dimanfaatkan warga adalah penampang
basah kanal/Tanah Negara, dan tidak dilengkapi perijinan dari institusi berwenang.

2.2. Uraian Bangunan Terkena Proyek

Aset bangunan akan terkena proyek terjumlah 246KK terdiri dari: (i) (96%) dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal, (ii) (3%) tempat usaha, (iii) (< 1%) Fasum/fasos berupa Musholla. Musholla juga
dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan warga.
Kualitas bangunan di BKB pada umumnya “gubuk” berlantai kayu atau bambu, dengan dinding
material bekas, seperti triplek, seng dan papan dan/atau bambu. Kepemilikan bangunan terluas
sekitar 48 m2 dan terkecil 12 m2, dengan luas rata-rata 25.3 m2. Beberapa tenda terpal
digunakan oleh sekitar 8 kelompok pekerja pengupas kerang, 1 (satu) kelompok pengupas
kerang beranggotakan antara 10-15 orang, yang sebagian besar adalah ibu-ibu yang pekerja
buruh kupas kerang untuk mencari penghasilan tambahan bagi keluarga. Upah mengupas
kerang sekitar Rp. 8.000/keranjang (± 12 -15 kg). Mereka dapat mengupas kerang antara 4-5
keranjang dalam setengah hari. Disamping itu, dibelakang bangunan-bangunan dan tempat
pengupasan kerang terdapat kapal-kapal nelayan tradisional yang sandar untuk docking dan
penyiapan kebutuhan melaut. Kapal yang docking dapat lebih dari 500 unit pada April-Oktober.

Tabel 3: Ringkasan Tentang Bangunan Terkena Proyek

No. Bentuk Kehilangan Jumlah Keterangan


1. Tempat Tinggal 237 (96%) Pada umumnya gubuk-gubug dari material
bangunan bekas dan atau bambu.
2. Tempat usaha 8 (3%) Meliputi usaha Warungan
5
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

3. Fasum/fasos 1 (1%) berupa Musholla dan juga dimanfaatkan


untuk balai pertemuan warga
JUMLAH : 246 (100%)

2.3. Uraian Warga yang Berpotensi Terkena Proyek

2.3.1. Profil Warga Terkena Proyek

Profil warga terkena proyek BKB adalah sebagai berikut:


Jenis Kelamin terdiri dari: (i) laki-laki (85%) dan perempuan (15%).
Usia : Warga berusia antara 40 s/d 50 tahun sebesar (49%), usia 30 s/d 40 tahun (24%), berusia
50 s/d 55 tahun berjumlah (23%), berusia 20 s/d 30 tahun (3%), dan berusia > 55 tahun (1%).
Pendidikan: tingkat pendidikan warga adalah tamat SD/MI/sederajat (67%), tidak sekolah/tidak
tamat SD sebanyak (23%), dan (9 %) tamat SLTP/MTs/sederajat.
Pekerjaan Utama Kepala Keluarga : (79 %) bekerja sebagai nelayan, sebanyak (14%) sebagai ibu
rumah tangga, (3%) sebagai buruh, (2%) sebagai pegawai swasta dan sebanyak (2%) bekerja
sebagai wiraswasta/pedagang.
Terkait dengan Status Perkawinan warga adalah menikah (86%), janda (11%), duda (2%).

Tabel 4: Ringkasan Profil Warga Terkena Proyek

Uraian Profil Warga (Jumlah dan Persentase) Ket.


No.
Profil
1. Jenis Pria Wanita 1 unit (1%)
Kelamin 209 (84%) 37 (15%) adalah
fasum/fasos
2. Usia (tahun) 20-30 30-40 40-50 50-55 >55
berupa
(3%) (24%) (49%) (23%) (1%) musollah
3. Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Sederajat SMP sederajat SLTA
(23%) (67%) (9 %) (0%)
4. Pekerjaan Nelayan Ibu Rumah Buruh Pegawai Wiraswasta
Utama KK Tangga Swasta
(79%) (14%) (3%) (2%) (2%)
5. Status Menikah Duda Janda Belum Menikah
perkawinan (86%) (2%) (11%) (0%)
6. Asal usul Suami –istri Suami-Istri Suami asli-istri Istri asli-Suami
Warga asli setempat pendatang pendatang pendatang
(0%) (98%) (1%) (1%)
7 KTP Tidak ber KTP KTP : alamat sesuai lokasi KTP tidak sesuai lokasi
(0%) (1%) (99%)

Asal –Usul dan Status Kependudukan: Warga yang menyatakan sebagai suami istri bukan
penduduk asli (98%), suami penduduk asli dan istri pendatang (1%), dan istri penduduk asli dan
6
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

suami pendatang (1%). Terkait dengan Kartu Tanda Penduduk diperoleh data bahwa (99%) ber
KTP-Jakarta, namun berbeda alamat dengan tempat tinggal dan (1%) KTP sesuai tempat tinggal.

2.3.2. Kegiatan Ekonomi Warga di Lokasi Rencana Proyek

Warga di BKB memiliki kegiatan perekonomian nelayan seperti, warung makan dan warung
sembako dan penangkapan ikan dan budidaya kerang, pada umumnya usaha dikelola sendiri,
mereka menyatakan tidak memiliki usaha ditempat lain. Terkait dengan rencana usaha apabila
bangunan terkena proyek, mereka tetap akan berusaha ditempat yang sama. Tabel dibawah
menunjukan kegiatan ekonomi warga.

Tabel 5: Ringkasan Kegiatan Ekonomi Warga yang Berpotensi Terkena Proyek

No. Uraian Hasil Survei Keterangan


1. Jenis usaha warga Warung makan, sembako, 237 bangunan adalah
8 (100%) hunian dan 1 bangunan
2. Pola kepemilikan usaha Milik sendiri Musholla
(100%)
3. Usaha di tempat lain Tidak ada
(100%)
4. Rencana usaha setelah Tetap usaha yang sama
terkena proyek (100%)

2.3.3. Kondisi Ekonomi Warga Terkena Proyek

Kepala Keluarga yang berpotensi terkena proyek berprofesi sebagai nelayan, buruh, pegawai
swasta, dan wiraswasta/pedagang. Dari 246 KK, selain Kepala Keluarga, salah satu anggota
keluarga yang juga bekerja sebesar (47%), selebihnya hanya Kepala keluarga saja yang bekerja
(52%). Pengakuan atas total pendapatan perbulan dalam satu keluarga diperoleh gambaran
tertinggi adalah Rp. 1jt - 2 juta/bulan (62%), selanjutnya berpenghasilan Rp.500 rb – 1 juta/bulan
(33%), berpenghasilan Rp. 2 juta-3 juta/bulan (4%) dan berpenghasilan < Rp.500 rb/bulan (1%).
Mengenai perkiraan total pengeluaran perbulan diperoleh informasi terbanyak warga
berpengeluaran Rp. 1-2juta/bulan yaitu (61%), warga memiliki pengeluaran Rp. 500.000-1 Juta
(36%), warga memiliki pengeluaran Rp. 2-3 juta/bulan (2%), dan warga berpengeluaran kurang
dari Rp. 500.000/bulan (1%). Terkait dengan pengeluaran biaya transportasi keluarga diperoleh
gambaran: (53%) menyatakan pengeluarannya < Rp.5.000/hari. Sebanyak (42%)
berpengeluaran Rp.5 rb – Rp.10 rb/hari, (4%) berpengeluaran Rp.10 rb – Rp.15 rb/hari, dan (1%)
berpengeluar untuk transportasi keluarganya berkisar Rp.15 rb – Rp.20 rb/hari.
7
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

Tabel 6: Ringkasan Tentang Kondisi Ekonomi Warga Terkena Proyek

No. Uraian Hasil Survei Keterangan

1. Anggota keluarga Ada Tidak Ada Dari 246


selain KK yang bekerja 114 (47%) 125 (52%) responden 1
2. Total pendapatan < 500.000 500rb-1juta 1 juta-2juta 2 juta-3juta adalah
selurunya (Rp/bulan) (1%) (33%) (62%) (4%) bangunan
3. Total pengeluaran < 500.000 500rb-1juta 1 juta-2juta 2juta-3juta fasum/fasos
(Rp/bulan) (1%) (35%) (62%) (2%)
4. Biaya transpotasi < Rp.5.000 Rp.5 rb – Rp. 10rb- Rp.15rb –
keluarga (Rp/hari) Rp.10 rb Rp.15 rb Rp.20 rb
(53%) (42%) (4%) (1 %)

2.3.4. Sarana dan Prasarana Warga

Penggunaan listrik PLN sebagai sumber penerangan, pada umumnya bukan distribusi langsung
dari PLN, tetapi menyambung dari tetangga sebanyak (97%), yang menyambung listrik langsung
dari PLN, memakai generator sendiri (1%) dan sambungan generator dari tetangga masing-
masing (1%). Kebutuhan air minum warga di BKB sebagian besar menggunakan air galon/isi
ulang (98%), yang menggunakan air pikulan/grobak keliling sebagai sumber air minum (1%) dan
yang menggunakan sambungan PAM dari tetangga (1%). Kebutuhan air untuk MCK terbanyak
menggunakan air sungai/waduk sebanyak (87%), menggunakan air pikulan/gerobak keliling
sebanyak (7%), menyatakan lainnya (MCK Umum) (3%), menggunakan PAH (penampungan air
hujan) (2%) dan menggunakan sumur gali/sumur pompa sendiri sebanyak (1%). Terkait dengan
keperluan WC, dari 246 KK sebagian besar tidak memiliki WC/Jamban, yaitu sebanyak (56%)
menggunakan sungai sebagai jamban, sebanyak (41%) menggunakan WC/Jamban Umum,
sebanyak (2%) memiliki WC/Jamban sendiri, dan sebanyak (1%) tidak menjawab.

Tabel 7: Ringkasan Tentang Sarana dan Prasarana Warga Terkena Proyek

No. Uraian Hasil Survei


1. Sumber Penerangan PLN-dari PLN Generator sendiri Generator dari
tetangga langsung tetangga
(97%) (1%) (1%) (1%)
2. Sumber Air minum Air galon Eceran/Pikul PAM dari Lainnya
tetangga
(98%) (1%) (1%) (0%)
3. Sumber Air MCK sungai Eceran/ MCK PAH (tampungan sumur gali/
Pikul Umum air hujan) pompa
(87%) (7%) (3%) (2%) (1%)
8
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

4. Kepemilikan Sungai/Waduk Jamban umum Jamban sendiri tidak jawab


Jamban (56%) (41%) (2%) (1%)
5. Alat transportasi Jalan kaki Kend umum Sepeda Mobil pribadi
(92%) (5%) (2%) (1%)

Alat transportasi yang digunakan warga, sebagian warga menyatakan hanya beraktivitas di
sekitar BKB, sehingga cukup berjalan kaki (92%), sedangkan sisanya menggunakan angkutan
umum (5%), hanya menggunakan sepeda (2%) dan (1%) menggunakan mobil pribadi. Sedangkan
akses menuju tempat tinggal, warga secara swadaya menimbun badan sungai dengan
tanah/material bangunan dan membuat jembatan bambu/kayu, demikian juga akses menuju
tempat mandi/cuci.

2.3.5. Persepsi dan Aspirasi

Warga penghuni BKB sebagian besar sudah mengetahui keberadaan/ rencana JUFMP (99%) dan
yang menyatakan tidak tahu 1%. Mereka mengetahui rencana proyek dari tokoh masyarakat
(92%), dan sebagian kecil menyatakan mengetahui dari teman/tetangga (8%). Mengenai
pendapat, apabila harus dipindahkan ke Rusunawa, sebanyak (79%) menyatakan “setuju” dan
sisanya (21%) “tidak setuju”.

Tabel 8: Ringkasan Tentang Persepsi dan Aspirasi Warga Terkena Proyek

No Uraian Hasil Survei


1. Keberadaan proyek Tahu Tidak Tahu
(99%) (1%)
2. Sumber Informasi Aparat (Camat, lurah, Tokoh Teman/tetangga
RT/RW) masyarakat
(0%) (92%) (8%)
3. Pendapat bila harus Setuju Tidak Setuju
pindah ke Rusunawa (79%) (21%)
4. Harapan/Usulan Tidak Menjawab Setuju Adanya Perhatian Setuju asal
Pemerintah kehidupan lebih baik
(35%) (33%) (17%) (9%)
Ganti Rugi Tidak Setuju Kalau bisa dibangun
lagi
(3%) (1%) (1%)

Harapan/usulan warga terhadap rencana pengerukan BKB diantaranya adalah: diberikan ganti
rugi atas asset yang hilang, perhatian pemerintah terhadap mereka, agar kehidupan lebih baik
dari yang sekarang, dan bisa membangun dilokasi tersebut.

9
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

2.3.6. Kelompok Rentan dan Anak Sekolah

Kelompok rentan dalam uraian ini meliputi usia (55 tahun keatas) dan kondisi ekonomi karena
tidak bekerja sehingga bergantung kepada orang lain. Sebagai indikator kondisi ekonomi
“Parameter Sayogyo”: seseorang dikatakan berada dibawah garis kemiskinan jika pendapatan
pertahunnya setara dengan 480 Kg beras. Dengan asumsi harga beras sekarang Rp. 8000/kg,
maka orang yang berpenghasilan kurang dari Rp. 320.000/bulan atau Rp. 1.280.000
keluarga/bulan dianggap hidup dibawah garis kemiskinan.

Tabel 9: Ringkasan Tentang Kelompok Rentan dan Anak Sekolah

No. Uraian Hasil Survei Keterangan


1. Kelompok Rentan KK miskin KK Perempuan KK miskin adalah
(35.1%) (11.3%) penghasilan rendah,
KK Lanjut Tidak ada tanah dan atau tidak memiiki rumah/
Usia rumah ditempat lain tanah ditempat lain
(1%) (12.1%)
2. Anak Sekolah SD : 153 orang Anak-anak yang masih
SMP : 44 orang membutuhkan
SMA : 5 orang pendidikan

Terkait dengan anak-anak sekolah yang terpaksa terkena dampak apabila harus pindah
diperkirakan berjumlah 122 orang.

10
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

III. RENCANA PELAKSANAAN PENANGANAN WARGA TERKENA PROYEK

3.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Kegiatan pengerukan sungai, kanal dan waduk di DKI Jakarta, termasuk BKB merupakan salah
satu upaya untuk mengurangi banjir sekaligus mengembalikan fungsi badan sungai/kanal dan
waduk karena sebagian bantaran Sungai, Kanal dan Waduk telah diokupasi warga sebagai
tempat tinggal dan/atau tempat usaha. Dalam upaya refungsi kembali tanah Sungai/Kanal dan
Waduk, Pemerintah DKI Jakarta tidak memberi kompensasi terhadap tanah, bangunan dan asset
lain diatas sungai/waduk (Tanah Negara). Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta adalah:
a. Memukimkan warga ke tempat yang layak
BKB merupakan saluran penting di Jakarta, merupakan penyangga utama aliran Kali
Ciliwung, debitnya dapat mencapai 70-100 liter/detik, sehingga apabila digunakan sebagai
hunian/tempat tinggal sangat membahayakan mereka. Bangunan yang berpotensi terkena
proyek pengerukan pada umumnya gubuk dengan sanitasi terbatas. Melalui Instruksi
Gubernur No. 68 tahun 2014 tentang Penataan Sepanjang Kali, Saluran dan Jalan Inspeksi,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan bahwa bagi warga yang tinggal di
Sungai/Kanal/Waduk akan dipindahkan /ditempatkan di lokasi yang layak yaitu “Rusunawa”
yang sedang disiapkan oleh pemerintah provinsi. Pertimbangan pindah ke Rusunawa karena
mahal dan sulitnya mendapatkan tanah di Jakarta. Kebijakan pemerintah Provinsi DKI
Jakarta memukimkan warga dari bantaran sungai ke Rusunawa dengan memberikan
fasilitasi/kemudahan diantaranya:
 Subsidi atas sewa bagi warga terprogram;
 Dibebaskan dari sewa bulanan selama + 6 bulan;
 Diupayakan memperoleh bantuan peralatan rumah tangga (misal berupa perabot RT)
melalui skema partisipasi/peran serta swasta;
 Fasilitasi pindah bagi anak sekolah yang ingin pindah sekolah di dekat Rusunawa;
 PAUD, pelayanan kesehatan, taman/tempat bermain, tempat berdagang di Rusunawa.
 Transportasi gratis bus umum (busway) bagi penghuni Rusunawa;
 Penyiapan lapangan kerja bagi warga yang memiliki keahlian;
 Fasilitasi pulang kampung bagi warga ber KTP Non DKI Jakarta;
 Diberi bantuan transportasi mengangkut harta benda dari lokasi lama ke lokasi baru;
 Fasilitas kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat;
11
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

 Kartu Jakarta Pintar bagi warga miskin sebagai bagian dari program sekolah gratis
sampai tingkat SLTA.

Persyaratan, cara pendaftaran dan penetapan untuk mengajukan/mendapatkan Rusunawa


diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Mekanisme Penghunian Rumah Susun Sederhana Sewa. Kegiatan JUFMP di BKB tidak
melibatkan relokasi warga, karena bangunan-bangunannya hanya terkena sebagian kecil (
<20%), sehingga mereka masih dapat menempati sisa bangunannya, namun dampak yang
mungkin timbul adalah kerusakan/robohnya bangunan ketika pengoperasian alat berat
untuk pengerukan lumpur.

b. Kompensasi atas tanah


Memanfaatkan badan sungai, waduk dan kanal merupakan tindakan yang tidak bijaksana
dan tidak dibenarkan oleh Undang-Undang dan Perda, untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tidak memberi kompensasi atas upaya mengembalikan fungsi tanah di BKB yang
dimanfaatkan warga selama ini. Sedangkan untuk pemilikan tanah yang sah akan dilakukan
sesuai dengan Undang-undang/peraturan yang berlaku.

c. Kompensasi atas bangunan


Membangun tempat tinggal, tempat usaha diatas badan sungai (Tanah Negara), dalam hal
ini BKB merupakan salah satu bentuk penyerobotan yang melanggar Peraturan Daerah
tentang Ketertiban Umum. Disamping itu, mengganggu pola aliran drainase sekitar dan
menyebabkan banjir. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang menyiapkan
rencana pemindahan mereka ke Rusunawa.

d. Meminimalkan Permukiman Kembali dan dampak sosial.

Kebutuhan hunian murah dan layak bagi warga berpenghasilan rendah di Jakarta sangat

tinggi, disatu sisi tanah yang terbatas membuat proses penyiapan Rusunawa terlambat,

sehingga JUFMP mengkaji berbagai opsi teknis untuk menghindari/meminimalkan

permukiman kembali. Dengan melihat kondisi BKB yang sudah tidak di keruk lebih dari 30

tahun maka untuk mempercepat pekerjaan fisik di BKB dilakukan revisi DED dengan

mempertimbangkan beberapa faktor, yakni :

 BKB telah mengalami pendangkalan, sehingga harus dilakukan pengerukan,


12
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

 Pekerjaan embankmen akan mengganggu vegetasi di kawasan konservasi mangrove


Kapuk Muara, sehingga pekerjaan embankmen tidak dilaksanakan,
 Kebutuhan Rusunawa yang tinggi di Jakarta, sehingga kesiapan dan ketersediaan unit
Rusunawa bagi warga BKB belum dapat dipenuhi pada tahun anggaran 2016/2017,
 Memukimkan warga (nelayan) yang memiliki keterkaitan antara tempat tinggal dan
mata pencaharian memerlukan penanganan yang terpadu, sehingga proyek tidak
menggangu penghidupan mereka,
 Sehubungan dengan upaya optimalisasi Banjir Kanal, maka pengerukan lumpur Banjir
Kanal bagian hilir (BKB) menjadi prioritas. Untuk dapat segera dilaksanakan, maka
pengerukan akan menghindari relokasi warga,
 Pelaksanaan pengerukan lumpur dilokasi docking kapal (WBC 0 - WBC 38) akan
berkonsultasi dengan warga terkena proyek dan nelayan untuk
menggeser/memindahkan sementara docking kapal selama kegiatan pengerukan.

3.2. Analisis Hukum

Analisis hukum dimaksudkan untuk memastikan pelaksanaan perolehan tanah serta kegiatan-
kegiatan permukiman kembali, analisis tersebut meliputi aspek:
a. Aspek perencanaan, penyelenggaraan dan pelaksanaan.
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pengadaan tanah
telah diperbaharui, yakni dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang kemudian disusul
dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan peraturan-peraturan
perubahannya, serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, yang kemudian diubah dengan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2015.
Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali (KKPK) yang menjadi landasan Rencana
Permukiman Kembali (RPK), yang disusun tahun 2010 masih menggunakan dasar hukum
peraturan perundang-undangan yang lama yaitu Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005
tentang PengadaanTanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sebagai mana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006 serta peraturan
pelaksanaannya. Untuk itu dalam penyusunan Rencana Permukiman Kembali perlu
13
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

disesuaikan dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang baru. Untuk


menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru,yaitu UU No.2 Tahun
2012, Perpres No.71 Tahun 2012 dan peraturan-peraturan perubahannya serta Peraturan
Ka.BPN No.5 Tahun 2012 dan peraturan perubahannya, maka tugas dan fungsi P2T
digantikan oleh Tim Persiapan Pengadaan Tanah yang dibentuk oleh Gubernur.
b. Aspek pendanaan
Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilakukan
oleh Instansi yang memerlukan tanah, dituangkan dalam dokumen penganggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dalam
rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara serta pelaksanaan
dan pertanggung jawaban biaya operasional dan biaya pendukung berpedoman pada
peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.
Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sebagaimana yang di atur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 tahun 2012. Alokasi dana
penyelenggaraan Pengadaan Tanah terdiri dari biaya ganti kerugian, operasional, dan
pendukung kegiatan:
a. perencanaan;
b. persiapan;
c. pelaksanaan;
d. penyerahan hasil;
e. e.administrasi dan pengolaan;
f. sosialisasi.
c. Aspek Kebijakan Permukiman Kembali
Dalam pelaksanaan Jakarta Urgent Flood Mitigation Project/Jakarta Emergency
Dredging Initiative (JUFMP/JEDI), pengadaan tanah/relokasi warga menjadi
tugas dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan
perjanjian pinjaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Internasional
Bank for Reconstruction and Development No. 8121-ID tanggal 17 Februari 2012
yang mensyaratkan permukiman kembali bagi WTP. Sehubungan dengan hal

14
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

tersebut maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Instruksi Gubernur


Nomor 48 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Permukiman Kembali Warga yang
Terkena Dampak Proyek JUFMP/JEDI.

Gubernur menginstruksikan agar aparat pemerintah DKI Jakarta mendukung


dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan permukiman kembali warga terkena
dampak proyek JUFMP/JEDI. Mengingat kebijakan yang ditempuh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dalam relokasi warga terkena dampak proyek JUFMP/JEDI
adalah merelokasi warga ke RUSUNAWA maka pelaksanaannya mengikuti
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Mekanisme Penghunian Rusunawa.

3.3. Kelembagaan
Pelaksanaan fisik BKB menjadi tanggungjawab Bali Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC
“Cilicis”), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Sedangkan pelaksanaan penanganan warga terkena proyek JUFMP, Gubernur Provinsi
DKI Jakarta memberikan penugasan kepada institusi di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Tabel dibawah menguraikan institusi dan tugasnya dalam rangka pengerukan di Banjir
Kanal Barat (BKB), sebagaimana yang diatur dalam Instruksi Gubernur Nomor 48 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Permukiman Kembali Warga yang Terkena Dampak Proyek JUFMP/JEDI.

Tabel 10: Institusi Pelaksana Kegiatan Permukiman Kembali Warga

NO. INSTANSI TANGGUNGJAWAB WAKTU SUMBER


PELAKSANAAN DANA*
1. Sekretaris Daerah Mengkoordinasikan seluruh kegiatan Selama proses APBD
dukungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta permukiman kembali :
atas pelaksanaan kegiatan permukiman persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
kembali
2. Asisten Pembangunan Membantu Sekda dalam Selama proses APBD
dan Lingkungan Hidup mengkoordinasikan seluruh kegiatan permukiman kembali :
dukungan Pemprov DKI Jakarta persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
3. Asisten Pemerintahan Membantu Sekretaris Daerah Selama proses APBD
mengkoordinasikan para Walikota dalam permukiman kembali :
melaksanakan proses permukiman kembali persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan

15
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

NO. INSTANSI TANGGUNGJAWAB WAKTU SUMBER


PELAKSANAAN DANA*
4. Kepala Bappeda Mengkoordinasikan perencanaan dan Selama proses APBD
Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan anggaran SKPD terkait permukiman kembali :
pelaksanaan JUFMP/JEDI, termasuk persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
permukiman kembali BKB
5. Walikota Jakarta Mengkoordinasikan aparat Kecamatan Selama proses APBD
Utara Penjaringan dan Kelurahan Pluit dalam permukiman kembali :
melaksanakan proses permukiman kembali persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
warga terkena proyek pengerukan BKB
6. Kepala Dinas Tata Air  Menetapkan & mengumumkan data Selama proses APBD
warga terkena proyek BKB yang telah permukiman kembali :
diverifikasi Camat dan Lurah (data persiapan dan
terlampir) pelaksanaan
 melaksanakan pendampingan proses
permukiman kembali warga terkena
proyek, baik melalui relokasi ke
Rusunawa yang telah disediakan
maupun opsi kompensasi lainnya
7. Kepala Dinas  menyediakan Rusunawa dan Selama proses APBD
Perumahan dan mengalokasi unit rumah susun sewa persiapan dan
Gedung Pemda bagi warga terkena proyek BKB pelaksanaan
 melakukan pendampingan warga pemindahan warga
terpindahkan
8. Kepala Dinas menyediakan dokumentasi, press release, Selama proses APBD
Komunikasi, dan publikasi di media Pemerintah Provinsi permukiman kembali :
Informatika dan DKI Jakarta persiapan, pelaksanaan
Kehumasan
9. Kepala Dinas memberikan layanan kependudukan bagi Selama proses APBD
kependudukan dan warga terpindahkan dari tempat asal ke permukiman kembali
Catatan Sipil lokasi rusun atau lokasi lain yang dituju persiapan, pelaksanaan
10. Kepala Dinas Menyediakan layanan kesehatan dan Selama proses APBD
Kesehatan, Dinas pendidikan serta transportasi permukiman kembali
Pendidikan, Dinas persiapan, pelaksanaan
Perhubungan
11. Kepala Dinas Sosial, Menyediakan bantuan pemulihan Selama proses APBD
Dinas UMKM, Dinas usaha/penghasilan permukiman kembali
Tenaga Kerja persiapan, pelaksanaan
12. Kepala Satuan Polisi Membantu warga melakukan Selama proses APBD
Pamong Praja pengosongan, pembongkaran bangunan permukiman kembali :
dan pengamanan lahan yang sudah persiapan, pelaksanaan
dibebaskan
13. Kepala Biro Prasarana melaksanakan monitoring dan Selama proses APBD
dan Sarana Kota mengkoordinasikan pelaksanaan proyek permukiman kembali :
persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
16
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

NO. INSTANSI TANGGUNGJAWAB WAKTU SUMBER


PELAKSANAAN DANA*
JUFMP/JEDI, termasuk permukiman
kembali
14. Camat Penjaringan Verifikasi data warga terkena proyek BKB Selama proses APBD
Mengkoordinasikan aparat Kelurahan Pluit permukiman kembali :
dalam sosialisasi dan permukiman kembali persiapan, pelaksanaan
15. Lurah Pluit Menverifikasi data warga terkena proyek Selama proses APBD
Melaksanakan proses permukiman kembali permukiman kembali :
persiapan, pelaksanaan
dan pemantauan
16. UPT Rusunawa Melakukan pendataan kapasitas Rusunawa Selama proses APBD
untuk dihuni warga terkena proyek permukiman kembali :
Melakukan proses pemindahan warga persiapan, pelaksanaan
Keterangan:
*): Sumber Dana melalui pelaksanaan anggaran masing-masing SKPD

3.4. Monitoring dan Evaluasi

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang diwakili oleh CPIU yang dibantu konsultan supervisi berperan sebagai pengawas internal
proyek. Pada tingkat CPIU, Laporan Bulanan diserahkan kepada Direktur Sumber Daya Air.
Sedangkan di tingkat PIU DKI Jakarta diserahkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui
Dinas Tata Air dan Sekretaris Daerah Provinsi. Monitoring dimulai sejak persiapan penyusunan
LARAP, Laporan Kemajuan dan Monitoring akan tersedia bagi warga terkena proyek dan
diupload dalam Web JUFMP dan Web WB.

3.5. Penanganan Keluhan

Keluhan terkait dengan warga terkena proyek akan ditangani secepat mungkin dan selesai di
Posko-ditempat warga menyampaikan keluhan (dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari).
Proses penanganan keluhan difasilitasi oleh Tenaga Ahli Penanganan Keluhan dari Konsultan
Supervisi yang ditugaskan dilapangan. Keluhan dapat disampaikan melalui SMS, Email/Web,
datang langsung ke Posko.

POSKO - Penanganan Keluhan di lokasi (Sub-proyek): keluhan yang disampaikan secara


langsung/tidak langsung, tertulis /atau tidak tertulis, selanjutnya dicatat, diverifikasi, disimpan
dan disampaikan kepada institusi yang berwenang dan atau PIU Cilicis/PIU Jakarta.

17
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

TINGKAT KOTA: jika warga tidak puas atau belum mendapat tanggapan dari PIU, warga dapat
menyampaikan keluhan ke Kantor Walikota. Setelah menerima keluhan warga, Walikota akan
mengambil tindakan terhadap kasus dimaksud. Untuk membantu penyelesaian keluhan,
Walikota bertangung jawab mendokumentasikan dan menyimpan arsip keluhan yang ditangani.
TINGKAT PROVINSI: apabila keluhan tidak mendapat tanggapan dari walikota, warga dapat
menyampaikan keluhan kepada Gubernur. Waktu yang diperlukan untuk penanganan keluhan
sekitar 30 (tiga puluh) hari.
Langkah terakhir: Apabila warga kecewa dan atau tidak menerima tanggapan dari Gubernur,
keluhan dapat dibawa ke pengadilan untuk penyelesaian secara hukum.

3.6. Pelaksanaan Penanganan Warga Terkena Proyek

Penanganan warga terkena dampak proyek pengerukan BKB akan dilaksanakan secara simultan
dengan pekerjaan pengerukan. Pekerjaan pengerukan tidak memerlukan pemindahan warga
dan hanya mengenai sebagian kecil bangunan yang ada (<20%). Kontraktor, BBWSCC “Cilicis”
dan Konsultan Supervisi akan bersama-sama melakukan Mutual Check (MC)- 0 sebelum
pengerukan. Demikian pula metode kerja pengerukan akan dilakukan sedemikan rupa melalui
badan air, sehingga dapat meminimalkan dampak terhadap bangunan warga. Apabila terjadi
kerusakan bangunan akibat kegiatan pengerukan, kontraktor akan bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.

Tabel 11: Rencana Tindak Penanganan Warga Terkena Proyek Banjir Kanal Barat

Waktu Tahun
No Program dan Kegiatan Penanggung Jawab
Pelaksanaan Anggaran
1. Pembentukan Tim Pelaksana Pengadaan 30 Mei 2014 Bappeda 2014
Tanah(berdasarkan Instruksi Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 48 Tahun 2014)
2. Penyusunan Dokumen RP Agustus 2014 Dinas PU 2013 – 14
3. Cut off date 18 Maret 2014 Dinas PU 2014
4. Penetapan Warga Terkena Proyek 18 Maret 2014 Dinas PU 2014
5. Pendataan Ulang Warga Terkena Proyek Juli 2015 Dinas Tata Air 2015
6. Revisi Dokumen RP Maret 2016 Dinas Tata Air 2016
7. Minimalisasi Warga terdampak proyek melalui Januari-Juni 2016 CPIU
REVIEW DED
Review DED menghindari seluruh bangunan yang berpotensi terkena proyek
8. Pelelangan 30 Mei 2016 s/d BBWSCC “Cilicis” 2017 -2018
Maret 2017
9. Penandatanganan Kontrak April 2017 BBWSCC “Cilicis”
10. Konsultasi Masyarakat dan berita acara konsultasi Mei-Juni 2017 BBWSCC “Cilicis”
11. Mutual Check (MC) - 0 Mei 2017 Cilicis; Kontraktor; CSC 2017

18
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

12. Pelaksanaan Pengerukan dan pemasangan sheet


pile berdasarkan atas hasil Mutual Check (MC) 0:
1) Kegiatan pengerukan dan pemasangan sheet Mei 2017-Juli BBWSCC “Cilicis”
pile akan dilaksanakan tanpa mengakibatkan 2018
pemindahan warga terkena proyek
2) Kontraktor akan bertanggungjawab atas Mei 2017-Juli BBWSCC “Cilicis” 2017-18
kerusakan/pembongkaran bangunan yang 2018
terjadi akibat aktivitas proyek.
3) Penggeseran/pemindahan sementara kapal- Mei 2017-Juli BBWSCC”Cilicis”, 2017-2018
kapal nelayan dari lokasi yang akan dikeruk 2018 Kontraktor dan CSC

19
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 1: FOTO-FOTO KONDISI DILOKASI PROYEK

Akses dan Deretan Bangunan di BKB Tempat Pengupasan Kerang Hijau di BKB

Aktivitas Docking Perahu di BKB Akses dari Tempat tinggal ke Perahu

Akses Warga ke Perahu Salah satu aktivitas Warga diatas Perahu

20
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 2: CONTOH POTONGAN MELINTANG RENCANA KEGIATAN PENGERUKAN DI BKB

21
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

Kegiatan Fisik di Banjir Kanal Barat:


Bangunan warga yang berpotensi
terkena proyek 246 unit ( Review DED
Pelaksanaan: April 2017-June 2018
telah menghindari relokasi warga)  Length of Dredging: 10.500 m
(Volume: ±450,000 m3 )
(no sheet piling, only selected dredging)  Embankment Rehabilitation:220 m1

Pintu Air Karet

LAMPIRAN 3 : Rencana Kegiatan dan Lokasi Proyek BKB

22
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 4: DAFTAR WARGA DAN ASET TERKENA PROYEK

23
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 4: DAFTAR WARGA DAN ASET TERKENA PROYEK (Lanjutan)

24
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 5: SKETSA LOKASI WARGA TERKENA PROYEK

25
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 5: SKETSA LOKASI WARGA TERKENA PROYEK (Lanjutan)

26
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 6: RINGKASAN BANGUNAN WARGA TERKENA PROYEK DI BANJIR KANAL BARAT

No. Kategori Jumlah Bangunan/WTP Area/luas (m2) Hak-Hak Pilihan atas hak Perkiraan
WTP Biaya (RP)
Bangunan Bangunan Bangun Banguna Jumlah
terkena terkena an n terkena bangunan/Jumla
seluruhnya sebagian terkena Sebagian h WTP
seluruh 1 2 3 4 1 2 3 4
nya
1. Warga 246/245 246 Kompens
yang asi atas
menem hilangny
pati a
banguna
n
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Pilihan bantuan Perkiraan
bangunan/ bangunan yang yang resettlement biaya
penyewa yang terkena harus tidak 1 2 3 4 1 2 3 4
sebagian pindah perlu
pindah
2. Penyew - - - - Bantuan
a Pindah
Jumlah WTP # Tipe Mata Pencaharian WTP1 Pilihan Perkiraan
bantuan Biaya
rehab. support
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3. Orang - - - - - Bantuan
yang rehabilita
terpeng si
aruh
matape
ncahari
an
Jumlah WTP Bangunan Dibongkar sebagian Pilihan WTP Perkiraan
dibongkar Biaya
seluruhnya
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
4. Pemilik 245 Biaya
Aset penggant
yang i yang
rusak disiapkan
selama kontrakt
konstru or
ksi
Fungsidan Fungsi sisa
ukuran bangunan2
bangunan
1 2 3 4 1 2 3 4
5. Penyero 246 Tidak
bot mendapa
t

1 Details are presented in the attachment no…


2 Details are presented in the attachment no

27
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

kompens
asi
Jumlah WTP Jumlah Jumlah Penyewa
bangunan sewa terkena proyek
1 2 3 4 1 2 3 4
6. Pemilik Tanpa
bangun kompens
an sewa asi
banguna
n diatas
3 unit

*) Notes :

Persons who own and occupy dwellings and other structures:


1 = cash compensation and access to public housing
2 = public housing
3 = cash compensation only
4 = other form of compensation, please specify
Renters:
1 = public housing
2 = rental costs and access to public housing
3 = other scheme
4 = etc.
Persons whose livelihoods are affected:
1 = loss of income from small shop
2 = loss of income from small industry
3 = loss of income from site-specific earning activities (such as fishermen)
4 = loss of income from services
5 = others
Preference for rehabilitation support:
1 = facilitation to find new place close to the original area or on-site
2 = training for different type of job
3 = credit
4 = facilitation in the establishment of new income generating activity
5 = combination of the above
Owners of assets that are damaged during construction:
All structures are damaged
1 = house
2 = commercial structure
3 = fences
4 = others
Partially damaged
1 = house
2 = commercial structure
3 = fences
4 = others
Preference for compensation
1 = cash compensation
2 = rebuild
3 = rent
Encroachers:
Type of uses and size of the encroached structures
1 = commercial, average size..
2 = kitchen, average size ..
3 = toilets, average size..
4 = other, average size ..
Uses and size of remaining structures
1 = main house, average size..
2 = main house and commercial, average size..
3 = commercial only, average size..
4 = other, average size…
Squatter landlords:
Number of structures rent
1 = one unit
2 = two units
3 = three units
4 = more than three units
Number of affected renters
1 = in one unit
2 = in two units
3 = in three units
4 = in four units

28
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

LAMPIRAN 7:
 Surat Gubernur DKI Jakarta kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air selaku Ketua CPMU
JUFMP tertanggal 8 Mei 2015.
 Keputusan Gubernur No. 1363/2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Pembebasan Lahan
dan Permukiman Kembali JUFMP,
 Instruksi Gubernur No. 41/2011 tentang Percepatan Penyelesaian Rencana Pembebasan Lahan
dan Permukiman Kembali.

29
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

30
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

31
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

32
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

33
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

34
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

35
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

36
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

37
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)

BANJIR KANAL BARAT (BKB)

38

Anda mungkin juga menyukai