LOKASI
JAKARTA UTARA
Public Disclosure Authorized
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
II. KARAKTERISTIK WARGA, TANAH DAN BANGUNAN YANG AKAN TERKENA PROYEK ........................ 4
ii
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
iii
I. PENDAHULUAN
Pengendalian banjir di Jakarta membutuhkan rehabilitasi besar terhadap sungai, kanal dan
waduk. Rehabilitasi harus disertai perencanaan pengelolaan banjir untuk memastikan sistem
beroperasi secara optimum. Hasil simulasi pasca banjir 2007 menunjukkan bahwa pekerjaan
fisik di 12 kanal/sungai dan 4 waduk utama di Jakarta dengan mengembalikan sistem dan fungsi
pengendalian banjir sesuai desain awal, diperkirakan mengurangi 40% luas genangan banjir atau
dapat mengamankan sekitar 1 juta warga Jakarta. Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian PUPR, dan Bank Dunia bekerjasama untuk
penanganan banjir melalui Jakarta Urgent Flood Mitigation Project-JUFMP/Jakarta Emergency
Inititive Proyek-JEDI. Sungai/Kanal dan Waduk yang ditangani adalah Sunter Atas, Sunter Bawah,
Cengkareng Drain, Ciliwung-Gunung Sahari, Sentiong-Sunter, Waduk Melati, Cideng-Thamrin,
Waduk Sunter Selatan, Waduk Sunter Timur III, Waduk Sunter Utara, Angke Bawah, Tanjungan,
Banjir Kanal Barat, Grogol-Sekretaris, Pakin-Kali Besar-Jelakeng dan Krukut – Cideng.
Namun, pekerjaan pengerukan Kanal/Sungai dan waduk juga berpotensi menimbulkan dampak
sosial berupa pemindahan warga penghuni kawasan yang diperlukan untuk pekerjaan
pengerukan. Potensi dampak terjadi terhadap warga yang menempati Tanah Negara pada Sub
proyek Banjir Kanal Barat (BKB). Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini PIU
Dinas Tata Air menyusun dokumen Rencana Pelaksanaan Pemindahan Warga terkena Proyek
Banjir Kanal Barat (BKB).
Rencana pengerukan BKB berawal dari Pintu Air Karet sampai dengan Muara Kali Adem (mulut
sungai BKB) sepanjang 10,500 m. BKB melintasi 12 Kelurahan yaitu Kampung Bali, Jati Pulo,
Tomang, Duri Pulo, Grogol, Jembatan Besi, Jelambar Baru, Angke, Penjaringan, Pejagalan, Kapuk
Muara dan Pluit. Namun bangunan yang berpotensi terkena proyek hanya berada diwilayah
Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kelurahan Pluit memiliki luas wilayah
7.71 km2 dan jumlah penduduk 16,112 KK. Kelurahan Pluit terbagi atas 18 RW dan 218 RT,
dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Teluk Jakarta
Sebelah Barat : Kelurahan Kapuk Muara, dan Kelurahan Kamal Muara
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
BKB melalui Program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) merencanakan pengerukan
sepanjang 10.500 m, dengan volume lumpur 450,000 m3. Dan pemasangan embankmen (sheet
pile) sepanjang 220 m1. Sebelum dilaksanakan pengerukan dan rehabilitasi embankmen,
kontraktor, PIU Cilicis, dan Konsultan Supervisi akan melaksanakan Mutual Check (MC) - 0.
Mutual Check disaksikan oleh PIU Dinas Tata Air DKI Jakarta, Walikota Jakarta Utara (Kecamatan
Penjaringan dan Kelurahan Pluit) dan warga yang berpotensi terkena proyek. Hal ini dilakukan
dalam upaya meminimalkan kerusakan bangunan dan menghindari relokasi warga. Rencana
pekerjaan JUFMP di BKB disajikan pada Tabel 1. Terkait dengan foto kondisi eksisting dapat
dilihat pada Lampiran 1, sedangkan contoh potongan melintang pengerukan di sekitar
bangunan warga (WBC 30-WBC 31) disajikan pada Lampiran 2.
Potensi dampak pengerukan BKB terhadap warga diantaranya kehilangan tempat tinggal.
Dibawah ini diuraikan dampak-dampak tersebut.
a. Kegiatan yang memerlukan Pengadaan Tanah
Pada tahun 2010, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyusun
dokumen DED dan LARAP, dokumen LARAP menyimpulkan bahwa pekerjaan pengerukan,
2
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
pemasangan sheet pile dan pembangunan jalan inspeksi akan berdampak kepada warga
yang menghuni sungai BKB atau Tanah Negara. Warga yang berpotensi terkena proyek
(WTP) dikategorikan sebagai “Squatter”. Mereka memanfaatkan badan air BKB sebagai
hunian, warung, tambatan perahu, usaha kerang hijau, bengkel dan lainnya. Mereka telah
memanfaatkan lebih dari 10 tahun, dan sebagian dari mereka telah memiliki ikatan dengan
warga sekitar, terutama warga di Kelurahan Pluit.
3
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Berdasarkan dokumen draft LARAP yang disusun Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2010, Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi DKI Jakarta melakukan pembaharuan data survei pada Oktober-Desember 2013.
Gambaran hasil survei kembali di BKB adalah 700 KK telah menempati badan sungai, kemudian
dilakukan review desain. Review desain mengindikasikan warga yang berpotensi terkena proyek
berjumlah 240 KK (869 jiwa meliputi :(i) 231 sebagai hunian/rumah tinggal, (ii) 8 tempat
usaha/warung; dan (iii) 1 fasum fasos berupa mushollah dan balai warga.
Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta (Dinas Tata Air sekarang) melaksanakan penetapan potensi
warga terkena proyek pada Maret-April 2014, dimana nama-nama pemilik dan sket lokasi
bangunan yang berpotensi terkena proyek dipasang di Papan Pengumuman Kelurahan,
Sekretariat RT/RW dan Lokasi rencana kegiatan/warga terkena proyek (dalam hal ini di
Mushola) selama 2 minggu. Selama pelaksanaan penetapan warga terkena proyek diperoleh
masukan dari warga bahwa 6 KK pemilik bangunan belum terdaftar dalam pengumuman
tersebut. Kemudian Dinas Pekerjaan Umum merevisi dan menetapkan bahwa warga yang
terkena proyek adalah 246 Kepala Keluarga.
Sisi Timur BKB antara WBC 0 - WBC 38 dikuasai sekitar 700 KK, namun berdasarkan review DED
(Februari 2016), bangunan warga yang berpotensi terkena proyek berjumlah 246 unit, luas total
6.151 m2, dengan penguasaan terluas 56 m2 dan tersempit 12 m2. Mengenai status
kepemilikan tanah seluruhnya menyatakan lahan milik negara (sungai) yaitu 246 KK.
Dari 246 KK penguasaan atas badan air BKB meliputi 245 unit bangunan (> 99%) dan sebanyak
1 unit (< 1%) bangunan fasum/fasos berupa Musholla. Mengenai kepemilikan asset tanah
ditempat lain diperoleh jawaban bahwa (64%) warga “mengaku tidak memiliki tanah ditempat
lain”, (35%) warga “memiliki”. Sedangkan informasi cara mendapatkan tanah diketahui dengan
Lain-lain (menempati saja/100%), Sedangkan pemanfaatan tanah untuk fasilitas umum (1%),
Tempat Usaha (3%), dan Hunian (96%). Uraian diatas disajikan pada tabel dibawah.
4
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Dari uraian diatas, diketahui bahwa 100% tanah yang dimanfaatkan warga adalah penampang
basah kanal/Tanah Negara, dan tidak dilengkapi perijinan dari institusi berwenang.
Aset bangunan akan terkena proyek terjumlah 246KK terdiri dari: (i) (96%) dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal, (ii) (3%) tempat usaha, (iii) (< 1%) Fasum/fasos berupa Musholla. Musholla juga
dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan warga.
Kualitas bangunan di BKB pada umumnya “gubuk” berlantai kayu atau bambu, dengan dinding
material bekas, seperti triplek, seng dan papan dan/atau bambu. Kepemilikan bangunan terluas
sekitar 48 m2 dan terkecil 12 m2, dengan luas rata-rata 25.3 m2. Beberapa tenda terpal
digunakan oleh sekitar 8 kelompok pekerja pengupas kerang, 1 (satu) kelompok pengupas
kerang beranggotakan antara 10-15 orang, yang sebagian besar adalah ibu-ibu yang pekerja
buruh kupas kerang untuk mencari penghasilan tambahan bagi keluarga. Upah mengupas
kerang sekitar Rp. 8.000/keranjang (± 12 -15 kg). Mereka dapat mengupas kerang antara 4-5
keranjang dalam setengah hari. Disamping itu, dibelakang bangunan-bangunan dan tempat
pengupasan kerang terdapat kapal-kapal nelayan tradisional yang sandar untuk docking dan
penyiapan kebutuhan melaut. Kapal yang docking dapat lebih dari 500 unit pada April-Oktober.
Asal –Usul dan Status Kependudukan: Warga yang menyatakan sebagai suami istri bukan
penduduk asli (98%), suami penduduk asli dan istri pendatang (1%), dan istri penduduk asli dan
6
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
suami pendatang (1%). Terkait dengan Kartu Tanda Penduduk diperoleh data bahwa (99%) ber
KTP-Jakarta, namun berbeda alamat dengan tempat tinggal dan (1%) KTP sesuai tempat tinggal.
Warga di BKB memiliki kegiatan perekonomian nelayan seperti, warung makan dan warung
sembako dan penangkapan ikan dan budidaya kerang, pada umumnya usaha dikelola sendiri,
mereka menyatakan tidak memiliki usaha ditempat lain. Terkait dengan rencana usaha apabila
bangunan terkena proyek, mereka tetap akan berusaha ditempat yang sama. Tabel dibawah
menunjukan kegiatan ekonomi warga.
Kepala Keluarga yang berpotensi terkena proyek berprofesi sebagai nelayan, buruh, pegawai
swasta, dan wiraswasta/pedagang. Dari 246 KK, selain Kepala Keluarga, salah satu anggota
keluarga yang juga bekerja sebesar (47%), selebihnya hanya Kepala keluarga saja yang bekerja
(52%). Pengakuan atas total pendapatan perbulan dalam satu keluarga diperoleh gambaran
tertinggi adalah Rp. 1jt - 2 juta/bulan (62%), selanjutnya berpenghasilan Rp.500 rb – 1 juta/bulan
(33%), berpenghasilan Rp. 2 juta-3 juta/bulan (4%) dan berpenghasilan < Rp.500 rb/bulan (1%).
Mengenai perkiraan total pengeluaran perbulan diperoleh informasi terbanyak warga
berpengeluaran Rp. 1-2juta/bulan yaitu (61%), warga memiliki pengeluaran Rp. 500.000-1 Juta
(36%), warga memiliki pengeluaran Rp. 2-3 juta/bulan (2%), dan warga berpengeluaran kurang
dari Rp. 500.000/bulan (1%). Terkait dengan pengeluaran biaya transportasi keluarga diperoleh
gambaran: (53%) menyatakan pengeluarannya < Rp.5.000/hari. Sebanyak (42%)
berpengeluaran Rp.5 rb – Rp.10 rb/hari, (4%) berpengeluaran Rp.10 rb – Rp.15 rb/hari, dan (1%)
berpengeluar untuk transportasi keluarganya berkisar Rp.15 rb – Rp.20 rb/hari.
7
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Penggunaan listrik PLN sebagai sumber penerangan, pada umumnya bukan distribusi langsung
dari PLN, tetapi menyambung dari tetangga sebanyak (97%), yang menyambung listrik langsung
dari PLN, memakai generator sendiri (1%) dan sambungan generator dari tetangga masing-
masing (1%). Kebutuhan air minum warga di BKB sebagian besar menggunakan air galon/isi
ulang (98%), yang menggunakan air pikulan/grobak keliling sebagai sumber air minum (1%) dan
yang menggunakan sambungan PAM dari tetangga (1%). Kebutuhan air untuk MCK terbanyak
menggunakan air sungai/waduk sebanyak (87%), menggunakan air pikulan/gerobak keliling
sebanyak (7%), menyatakan lainnya (MCK Umum) (3%), menggunakan PAH (penampungan air
hujan) (2%) dan menggunakan sumur gali/sumur pompa sendiri sebanyak (1%). Terkait dengan
keperluan WC, dari 246 KK sebagian besar tidak memiliki WC/Jamban, yaitu sebanyak (56%)
menggunakan sungai sebagai jamban, sebanyak (41%) menggunakan WC/Jamban Umum,
sebanyak (2%) memiliki WC/Jamban sendiri, dan sebanyak (1%) tidak menjawab.
Alat transportasi yang digunakan warga, sebagian warga menyatakan hanya beraktivitas di
sekitar BKB, sehingga cukup berjalan kaki (92%), sedangkan sisanya menggunakan angkutan
umum (5%), hanya menggunakan sepeda (2%) dan (1%) menggunakan mobil pribadi. Sedangkan
akses menuju tempat tinggal, warga secara swadaya menimbun badan sungai dengan
tanah/material bangunan dan membuat jembatan bambu/kayu, demikian juga akses menuju
tempat mandi/cuci.
Warga penghuni BKB sebagian besar sudah mengetahui keberadaan/ rencana JUFMP (99%) dan
yang menyatakan tidak tahu 1%. Mereka mengetahui rencana proyek dari tokoh masyarakat
(92%), dan sebagian kecil menyatakan mengetahui dari teman/tetangga (8%). Mengenai
pendapat, apabila harus dipindahkan ke Rusunawa, sebanyak (79%) menyatakan “setuju” dan
sisanya (21%) “tidak setuju”.
Harapan/usulan warga terhadap rencana pengerukan BKB diantaranya adalah: diberikan ganti
rugi atas asset yang hilang, perhatian pemerintah terhadap mereka, agar kehidupan lebih baik
dari yang sekarang, dan bisa membangun dilokasi tersebut.
9
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Kelompok rentan dalam uraian ini meliputi usia (55 tahun keatas) dan kondisi ekonomi karena
tidak bekerja sehingga bergantung kepada orang lain. Sebagai indikator kondisi ekonomi
“Parameter Sayogyo”: seseorang dikatakan berada dibawah garis kemiskinan jika pendapatan
pertahunnya setara dengan 480 Kg beras. Dengan asumsi harga beras sekarang Rp. 8000/kg,
maka orang yang berpenghasilan kurang dari Rp. 320.000/bulan atau Rp. 1.280.000
keluarga/bulan dianggap hidup dibawah garis kemiskinan.
Terkait dengan anak-anak sekolah yang terpaksa terkena dampak apabila harus pindah
diperkirakan berjumlah 122 orang.
10
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Kegiatan pengerukan sungai, kanal dan waduk di DKI Jakarta, termasuk BKB merupakan salah
satu upaya untuk mengurangi banjir sekaligus mengembalikan fungsi badan sungai/kanal dan
waduk karena sebagian bantaran Sungai, Kanal dan Waduk telah diokupasi warga sebagai
tempat tinggal dan/atau tempat usaha. Dalam upaya refungsi kembali tanah Sungai/Kanal dan
Waduk, Pemerintah DKI Jakarta tidak memberi kompensasi terhadap tanah, bangunan dan asset
lain diatas sungai/waduk (Tanah Negara). Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta adalah:
a. Memukimkan warga ke tempat yang layak
BKB merupakan saluran penting di Jakarta, merupakan penyangga utama aliran Kali
Ciliwung, debitnya dapat mencapai 70-100 liter/detik, sehingga apabila digunakan sebagai
hunian/tempat tinggal sangat membahayakan mereka. Bangunan yang berpotensi terkena
proyek pengerukan pada umumnya gubuk dengan sanitasi terbatas. Melalui Instruksi
Gubernur No. 68 tahun 2014 tentang Penataan Sepanjang Kali, Saluran dan Jalan Inspeksi,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan bahwa bagi warga yang tinggal di
Sungai/Kanal/Waduk akan dipindahkan /ditempatkan di lokasi yang layak yaitu “Rusunawa”
yang sedang disiapkan oleh pemerintah provinsi. Pertimbangan pindah ke Rusunawa karena
mahal dan sulitnya mendapatkan tanah di Jakarta. Kebijakan pemerintah Provinsi DKI
Jakarta memukimkan warga dari bantaran sungai ke Rusunawa dengan memberikan
fasilitasi/kemudahan diantaranya:
Subsidi atas sewa bagi warga terprogram;
Dibebaskan dari sewa bulanan selama + 6 bulan;
Diupayakan memperoleh bantuan peralatan rumah tangga (misal berupa perabot RT)
melalui skema partisipasi/peran serta swasta;
Fasilitasi pindah bagi anak sekolah yang ingin pindah sekolah di dekat Rusunawa;
PAUD, pelayanan kesehatan, taman/tempat bermain, tempat berdagang di Rusunawa.
Transportasi gratis bus umum (busway) bagi penghuni Rusunawa;
Penyiapan lapangan kerja bagi warga yang memiliki keahlian;
Fasilitasi pulang kampung bagi warga ber KTP Non DKI Jakarta;
Diberi bantuan transportasi mengangkut harta benda dari lokasi lama ke lokasi baru;
Fasilitas kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat;
11
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Kartu Jakarta Pintar bagi warga miskin sebagai bagian dari program sekolah gratis
sampai tingkat SLTA.
Kebutuhan hunian murah dan layak bagi warga berpenghasilan rendah di Jakarta sangat
tinggi, disatu sisi tanah yang terbatas membuat proses penyiapan Rusunawa terlambat,
permukiman kembali. Dengan melihat kondisi BKB yang sudah tidak di keruk lebih dari 30
tahun maka untuk mempercepat pekerjaan fisik di BKB dilakukan revisi DED dengan
Analisis hukum dimaksudkan untuk memastikan pelaksanaan perolehan tanah serta kegiatan-
kegiatan permukiman kembali, analisis tersebut meliputi aspek:
a. Aspek perencanaan, penyelenggaraan dan pelaksanaan.
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pengadaan tanah
telah diperbaharui, yakni dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang kemudian disusul
dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan peraturan-peraturan
perubahannya, serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, yang kemudian diubah dengan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2015.
Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali (KKPK) yang menjadi landasan Rencana
Permukiman Kembali (RPK), yang disusun tahun 2010 masih menggunakan dasar hukum
peraturan perundang-undangan yang lama yaitu Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005
tentang PengadaanTanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sebagai mana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006 serta peraturan
pelaksanaannya. Untuk itu dalam penyusunan Rencana Permukiman Kembali perlu
13
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
14
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
3.3. Kelembagaan
Pelaksanaan fisik BKB menjadi tanggungjawab Bali Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC
“Cilicis”), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Sedangkan pelaksanaan penanganan warga terkena proyek JUFMP, Gubernur Provinsi
DKI Jakarta memberikan penugasan kepada institusi di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Tabel dibawah menguraikan institusi dan tugasnya dalam rangka pengerukan di Banjir
Kanal Barat (BKB), sebagaimana yang diatur dalam Instruksi Gubernur Nomor 48 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Permukiman Kembali Warga yang Terkena Dampak Proyek JUFMP/JEDI.
15
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang diwakili oleh CPIU yang dibantu konsultan supervisi berperan sebagai pengawas internal
proyek. Pada tingkat CPIU, Laporan Bulanan diserahkan kepada Direktur Sumber Daya Air.
Sedangkan di tingkat PIU DKI Jakarta diserahkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui
Dinas Tata Air dan Sekretaris Daerah Provinsi. Monitoring dimulai sejak persiapan penyusunan
LARAP, Laporan Kemajuan dan Monitoring akan tersedia bagi warga terkena proyek dan
diupload dalam Web JUFMP dan Web WB.
Keluhan terkait dengan warga terkena proyek akan ditangani secepat mungkin dan selesai di
Posko-ditempat warga menyampaikan keluhan (dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari).
Proses penanganan keluhan difasilitasi oleh Tenaga Ahli Penanganan Keluhan dari Konsultan
Supervisi yang ditugaskan dilapangan. Keluhan dapat disampaikan melalui SMS, Email/Web,
datang langsung ke Posko.
17
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
TINGKAT KOTA: jika warga tidak puas atau belum mendapat tanggapan dari PIU, warga dapat
menyampaikan keluhan ke Kantor Walikota. Setelah menerima keluhan warga, Walikota akan
mengambil tindakan terhadap kasus dimaksud. Untuk membantu penyelesaian keluhan,
Walikota bertangung jawab mendokumentasikan dan menyimpan arsip keluhan yang ditangani.
TINGKAT PROVINSI: apabila keluhan tidak mendapat tanggapan dari walikota, warga dapat
menyampaikan keluhan kepada Gubernur. Waktu yang diperlukan untuk penanganan keluhan
sekitar 30 (tiga puluh) hari.
Langkah terakhir: Apabila warga kecewa dan atau tidak menerima tanggapan dari Gubernur,
keluhan dapat dibawa ke pengadilan untuk penyelesaian secara hukum.
Penanganan warga terkena dampak proyek pengerukan BKB akan dilaksanakan secara simultan
dengan pekerjaan pengerukan. Pekerjaan pengerukan tidak memerlukan pemindahan warga
dan hanya mengenai sebagian kecil bangunan yang ada (<20%). Kontraktor, BBWSCC “Cilicis”
dan Konsultan Supervisi akan bersama-sama melakukan Mutual Check (MC)- 0 sebelum
pengerukan. Demikian pula metode kerja pengerukan akan dilakukan sedemikan rupa melalui
badan air, sehingga dapat meminimalkan dampak terhadap bangunan warga. Apabila terjadi
kerusakan bangunan akibat kegiatan pengerukan, kontraktor akan bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.
Tabel 11: Rencana Tindak Penanganan Warga Terkena Proyek Banjir Kanal Barat
Waktu Tahun
No Program dan Kegiatan Penanggung Jawab
Pelaksanaan Anggaran
1. Pembentukan Tim Pelaksana Pengadaan 30 Mei 2014 Bappeda 2014
Tanah(berdasarkan Instruksi Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 48 Tahun 2014)
2. Penyusunan Dokumen RP Agustus 2014 Dinas PU 2013 – 14
3. Cut off date 18 Maret 2014 Dinas PU 2014
4. Penetapan Warga Terkena Proyek 18 Maret 2014 Dinas PU 2014
5. Pendataan Ulang Warga Terkena Proyek Juli 2015 Dinas Tata Air 2015
6. Revisi Dokumen RP Maret 2016 Dinas Tata Air 2016
7. Minimalisasi Warga terdampak proyek melalui Januari-Juni 2016 CPIU
REVIEW DED
Review DED menghindari seluruh bangunan yang berpotensi terkena proyek
8. Pelelangan 30 Mei 2016 s/d BBWSCC “Cilicis” 2017 -2018
Maret 2017
9. Penandatanganan Kontrak April 2017 BBWSCC “Cilicis”
10. Konsultasi Masyarakat dan berita acara konsultasi Mei-Juni 2017 BBWSCC “Cilicis”
11. Mutual Check (MC) - 0 Mei 2017 Cilicis; Kontraktor; CSC 2017
18
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
19
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
Akses dan Deretan Bangunan di BKB Tempat Pengupasan Kerang Hijau di BKB
20
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
21
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
22
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
23
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
24
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
25
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
26
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
No. Kategori Jumlah Bangunan/WTP Area/luas (m2) Hak-Hak Pilihan atas hak Perkiraan
WTP Biaya (RP)
Bangunan Bangunan Bangun Banguna Jumlah
terkena terkena an n terkena bangunan/Jumla
seluruhnya sebagian terkena Sebagian h WTP
seluruh 1 2 3 4 1 2 3 4
nya
1. Warga 246/245 246 Kompens
yang asi atas
menem hilangny
pati a
banguna
n
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Pilihan bantuan Perkiraan
bangunan/ bangunan yang yang resettlement biaya
penyewa yang terkena harus tidak 1 2 3 4 1 2 3 4
sebagian pindah perlu
pindah
2. Penyew - - - - Bantuan
a Pindah
Jumlah WTP # Tipe Mata Pencaharian WTP1 Pilihan Perkiraan
bantuan Biaya
rehab. support
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3. Orang - - - - - Bantuan
yang rehabilita
terpeng si
aruh
matape
ncahari
an
Jumlah WTP Bangunan Dibongkar sebagian Pilihan WTP Perkiraan
dibongkar Biaya
seluruhnya
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
4. Pemilik 245 Biaya
Aset penggant
yang i yang
rusak disiapkan
selama kontrakt
konstru or
ksi
Fungsidan Fungsi sisa
ukuran bangunan2
bangunan
1 2 3 4 1 2 3 4
5. Penyero 246 Tidak
bot mendapa
t
27
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
kompens
asi
Jumlah WTP Jumlah Jumlah Penyewa
bangunan sewa terkena proyek
1 2 3 4 1 2 3 4
6. Pemilik Tanpa
bangun kompens
an sewa asi
banguna
n diatas
3 unit
*) Notes :
28
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
LAMPIRAN 7:
Surat Gubernur DKI Jakarta kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air selaku Ketua CPMU
JUFMP tertanggal 8 Mei 2015.
Keputusan Gubernur No. 1363/2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Pembebasan Lahan
dan Permukiman Kembali JUFMP,
Instruksi Gubernur No. 41/2011 tentang Percepatan Penyelesaian Rencana Pembebasan Lahan
dan Permukiman Kembali.
29
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
30
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
31
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
32
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
33
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
34
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
35
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
36
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
37
LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN (LARAP)
38