Anda di halaman 1dari 369

INIS-ID--005

3 y^ i

PROSIDING ID0000054
PRESENTASIILMIAH
KESELAMATAN RADIASI DAN LINGKUNGAN
ISSN: 0854-4085

Jakarta, 20-21 Agustus 1996

BAD AN TENAGA ATOM NASIONAL


PUSAT STANDARDISASI DAN PENELITIAN KESELAMATAN RADIASI
JI. Cinere, Pasar Jumat, PO Box 7043 JKSKL, JAKARTA 12070
Telp. (021) 7513906,7655911,7655912,7657950 Fax. (021)-7657950

1996
PFRPUSTAKAA N
PPI - f A T A N
Nr
No. lv
-

Deri :
._ , .-. . -u
PLEASE BE AWARE THAT
ALL OF THE MISSING PAGES IN THIS DOCUMENT
WERE ORIGINALLY BLANK
VPOOOOO >^i ~~~ TP QOOC 103

l\ff'Jt
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Sambutan Ketua Panitia Penyelenggara vi
Sambutan Kepala PSPKR BATAN vii
Sambutan dan Peresmian Presentasi Ilmiah oleh Deputi PSTN x

KELOMPOKMAKALAHKESELAMATAN RADIASI UMUM

1. Energi nuklir dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat


Haryoto Kusnoputranto 1
2. Kedokteran nuklir dan aplikasi teknik nuklir dalam kedokteran
^ Kunto Wiharto 8

KELOMPOK A : PROTEKSI RADIASI, DOSIMETRI DAN STANDARDISASI


AQ 1. Penentuan laju lepasan Radon dari bahan bangunan menggunakan metode pasip
dengan detektor jejak nuklir
Bunawas, Emlinarti, Minarni Affandi 16
' X 2. Dosimeter perorangan neutron termik menggunakan detektor CR-39 dengan
filter LiF alam
Hasnel Sofyan, M. Thoyib Thamrin 22
T;
3. Evaluasi stabilitas pesawat akselerator linier medik
Nasukha 29
'\
i4. Tinjauan hasil interkomparasi dosis untuk pesawat teleterapi Co-60 menggunakan
TLD LiF periode 1991-1995
Sri Inang Sunaryati, Nurman Rajagukguk, C. Tuti Budiantari 36
5. Interkomparasi dalam pengukuran dosis kedalaman
Nur Rohmah, Mukhlis Akhadi 40
\ 6. Tanggapan TLD 600 terhadap dosis neutron cepat yang diterima secara terus-menerus
dan terputus-putus
Mukhlis Akhadi, Nina Herlina, Pardi 47
J
' 7. Perkiraan dosis neutron dari kecelakaan kekritisan melalui analisis Na-24 dalam darah :
Aktivasi larutan NaCI sebagai simulasi darah
Sri Widayati, Erwansyah Lubis, E. Sihombing . 54
1 8. Pengukuran radiasi dosis tinggi dengan dosimeter perspex kuning
M.Thoyib Thamrin, Hasnel Sofyan 59
^ 9. Pengukuran dosis serap pada pantom Mix-Dp akibat paparan sinar-X dan sinar-^y
TriRetnoD. L 65
57 131
^ 10. Antarbanding pengukuran aktivitas isotop Co dan I (II)
Ermi Juita, Nazaroh, Sunaryo, Gatot W., Sudarsono, Susilo W., Pujadi 75

PSPKR-BATAN
Presiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 854 - 4085

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Illahi Robbi


Susunan Tim Editor dan berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya maka Prosiding Presentasi
Penilai Makalah Keselamatan
Radiasi dan Lingkungan
Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan 1996, yang telah
diselenggarakan pada tanggal 20-21 Agustus 1996 oleh PSPKR
SK. DIRJEN BATAN bertempat di kawasan Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jum'at
No. 46/DJ/II/1996 dapat kami sampaikan kepada Saudara para peneliti khususnya
dan pecinta keselamatan radiasi dan lingkungan pada umumnya.
KETUA. _.. ...Qalam Presentasi Ilmiah .Keselamatan Radiasi dan
Drs. Abubakar Ramaiq/APU Lingkungan dipresentasikan 50 judul terdiri dari tiga kelompok :
" H " 1.'Kelompok' makalah Kjselamatan radiasi umum,
,. A...' '. '2 makalah . 1'J
WAKIL KETUA 2. Kelompok A, Proteksi. radiasi, dosimetri dan
Drs. Eri Hiswara, M.Sc. standardisasi, 25 makalah ;
3. Kelompok B, Keselamatan lingkungan dan efek
ANGGOTA
radiasi, 23 makalah
dr. Kunto Wiharto
Semoga penerbitan prosiding ini bermanfaat sebagai
DR. M. Fathony.
kajian atau acuan dalam penelitian dan pengembangan proteksi
DR. Susilo Widodo radiasi, dosimetri, standardisasi, keselamatan lingkungan dan efek
DR. J. R. Dumais radiasi khususnya dan sebagai bahan informasi dalam
DR. Poppy Intan Tjahaya pelaksanaan tugas pengawasan radiasi pada umumnya.
Dra. Zubaidah Alalas, M.Sc. Akhirnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu
penerbitan prosiding ini, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 28 Nopember 1996

Editor

Alamat:
- Jl. Cinere Pasar Jumat,
Jakarta (12440), INDONESIA
PUS' i
Tel. (021)751 3906,765 9521 ' - T A
Fax. (021)765 7950
- PO. Box 7043 JKSKL,
Jakarla( 12070) INDONESIA

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

iff 11. Pemilihan model komputasi untuk pengkajian keselamatan penyimpanan limbah
tanah dangkal di PPTA Serpong
Syahrir 81
,"> 12. Penerapan metode dekonvolusi kurva pancar untuk evaluasi dosis rendah DTL LiF
Endang Kurnia, Rini Heroe Oetami, Mutiah 90
^ 13. Evaluasi medan radiasi gamma dengan metode matrik respon
Yus Rusdian Akhmad, Pudjijanto M.S 97
) 14. Kinerja sistem DMPS/C dalam penentuan distribusi ukuran partikel aerosol
OttoPribadi Ruslanto 107

>n 15. Penentuan efisiensi filter HEPA dengan aerosol diocthyl pthalate
i Bunawas, Otto P. Ruslanto, Gatot Suhariyono 114
'}' 16. Distribusi fluks neutron pada fasilitas radiografl neutron setelah perbaikan kolimator
Supandi, Parikin, Mohtar, Sunardi, Soedjarwo Roestam 123
'. > 17. Estimasi paparan radiasi di sekitar reaktor akibat kecelakaan kehilangan pendingin
(LOCA) pada ABWR
Ign. Djoko Irianto, Sarwo D. Danupoyo 134
''; 18. Evaluasi dampak radiologi pengoperasian Reaktor Kartini dan radioaktivitas alami
kawasan calon tapak PLTN
Moch. Yazid, Gede Sutresna, Agus Sulistiyono, Ngasifudin 145
yj 19. Reaktor nuklir dan aspek radiologisnya
Suharno, Hendro Tjahjono, Sugiyanto 152
/s" 20. Pembuatan radioisotop Ti-45 dari Sc-45 untuk penandaan HSA dan DTP A
Sri Wahyuni, Ido Tatsuo, Ren Iwata 159
~)n 21. Tanggapan detektor CR-39 terhadap neutron cepat menggunakan radiator D-Poliethilen
dan H-Poliethilen
Hasnel Sofyan 165
;0r 22. Perkiraan dosis thyroid melalui pengukuran WBC dan perhitungan dengan konsentrasi
1-131 di daerah kerja pada operasi normal produksi radioisotop
R. Suminar Tedjasari, Erwansyah Lubis, Tri Murni 171
- ' 23. Pemantauan radiasi daerah kerja dan lingkungan di PPBGN
Achmad S.Soediro, Bambang Purwanto 178
; 24. Standardisasi Ir-192 dengan teknik preparasi evaporating dan elektroplating
Nazaroh, AS Munster, Mercer 185
25. Studi metode analitik penentuan P-32 dalam rambut
Syarbaini, Erwansyah Lubis, Sarwani 193

PSPKR-BATAN iii
Presiding Prcsentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

KELOMPOKB: KESELAMATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN


EFEKRADIASI
1. Penentuan konsentrasi cemaran Pu-23 9/240 dalam ikan dan udang di beberapa lokasi
di Semenanjung Muria dan sekitarnya
Marzaini Nareh, Asep Warsona, Tutik Indiyati, Yurfida 200
2. Penentuan konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 dalam tanaman pangan dari beberapa
daerah di Jawa Timur
Emlinarti, Minarni Affandi, Tutik Indiyati, Yurfida 205
, 3. Efektivitas Prussian Blue untuk dekontaminasi Cs-137 pada tikus putih
Zubaidah Alatas, Mukh Syaifudin, Siti Nurhayati 210
[ 4. Akumulasi dan pembuangan radionuklida Cs-137 oleh ikan mas (Cyprinus Carpio)
^ Eri Hiswara, Poppy Intan Tjahaja, Wahyudi 219
5. Konsentrasi Cs-137 di dalam tanah di daerah luar kawasan Reaktor Nuklir
G.A. Siwabessy
Emlinarti, Sutarman, Leli Nirwani 224
, 6. Studi antropometrik manusia Jawa dalam rangka penyusunan Manusia Acuan
Indonesia 230
Mukh Syaifudin, Zubaidah Alatas, Tur Rahardjo, Mugiono .*.
7. Pola konsumsi makanan penduduk Pulau Jawa
Siti Nurhayati, Iwiq Indrawati, Masnelly Lubis 243
;, 8. Konsentrasi Tritium dalam bentuk molekul air (FWT) di dalam humus
Poppy Intan Tjahaja 249
9. Survey kapasitas paru-paru manusia acuan Indonesia pada suku Jawa
Iin Kurnia, Sugiyana, Pujadi, Syaman Thalib , 254
\ 10. Radon di kompleks perumahan BAT AN
Minarni Affandi, Dadong Iskandar, Bunawas 262
11. Hubungan dosis respon aberasi kromosom yang diinduksi oleh sinar gamma
dosis rendah
Iwiq Indrawati, Abdul Wa'id, Yanti L., Masnelly L., C. Tuti Budiantari 266
12. Penentuan kandungan unsur beracun dalam asap rokok dengan metode
pengaktifan neutron
June Mellawati, David Chichester 271

} 13. Studi awal mikronuklei pada sel limfosit perifer


Yanti Lusianti, Iwiq Indrawati, Abdul Wa'id, Masnelly Lubis 278
14. Prospek penggunaan teknik spektrometri mutasi untuk mempelajari hubungan antara
-; kanker dan radiasi
Rochestri Sofyan 283
15. Penentuan volume kelenjar tiroid dengan teknik sintigrafi dan ultrasonografi
Sarsono, Ismanto, Kunto Wiharto, Nurul Hayati, Irma S. Hapsari 291

PSPKR-BATAN iv
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Q '.- 16. Faktor perpindahan Co-60 dan Cs-137 dari tanah pertanian ke hasil pertanian padi
dan kacang-kacangan
Suzie D., Cerdas T., Sri Susilah, Heru Umbara 296
; > 17. Analisis tingkat pencemaran radioaktivitas gas buang Reaktor Kartini ke lingkungan
Suratman, Purwanto, Sukarman Aminjoyo 301
>. 18. Migrasi Co-60 dan Cs-137 dalam tanah jenuh dan tak jenuh di PPTA Serpong
1
Erwansyah Lubis, Untara 309

f\ A 19. Pengkajian dampak PLTN terhadap lingkungan : Pengaruh kenaikan suhu air laut
terhadap populasi plankton
Poppy Intan T., Pujadi, Supriharyono, Norma Aviati, Ruswahyuni, Heri Busono 317
^ Aj 20. Pengaruh buangan pabrik terhadap kandungan pestisida dan logam berat air kali
Cipinang - Sunter, Jakarta
Ulfa T. Syahrir, June Melawati, Sofnie, M. Chairul 324
" r 21. Konsentrasi cemaran Cs-137 dalam air pompa di beberapa kota Pulau Jawa
Marzaini Nareh, Asep Warsona, Tutik Indiyati, Yurfida, Buchari 332
* J '.' 22. Distribusi dan ekskresi Am-241 pada tikus putih
Zubaidah Alatas, Siti Nurhayati, TurRahardjo 337
\ / 23. Penyebaran dan Bioakumulasi 1-131 pada sistem air-ikan
M. Darussalam, D.G.O. Wijaya, Sutrisno 343

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4 0 8 5

LAPORAN KETUA PANITIA


PRESENTASI ILMIAH KESELAMATAN RADIASI DAN
LINGKUNGAN 1996

Yth. Bapak Ir. Iyos R. Subki, M.Sc, Deputi Bidang PSTN-BATAN


Yth. Bapak Ir. Abdu Razak, M.Sc, Kepala PSPKR -BATAN
Yth. Bapak/Ibu Kepala Pusat di Lingkungan BATAN
Yth. Para Tamu Undangan
Yth. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang say a hormati

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena pada
pagi hari yang berbahagia ini kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat ini untuk
mengikuti Pembukaan Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan tahun 1996.

Pada kesempatan ini, saya selaku ketua panitia penyelenggara perkenankanlah untuk
menyampaikan laporan singkat mengenai pelaksanaan kegiatan dari persiapan awal hingga
saat ini.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati,

Panitia penyelenggara telah melaksanakan persiapan sejak bulan April 1996 dengan
mengirimkan undangan berupa leaflet ke Lembaga-lembaga Penelitian, Universitas, Rumah
Sakit dan Pusat-pusat di lingkungan BATAN yang bidang kegiatannya berhubungan dengan
keselamatan radiasi dan lingkungan.

Sampai pada batas waktu yang ditentukan, panitia telah menerima makalah sebanyak
55 buah. Berhubung 2 makalah terlambat serta 2 makalah lagi tidak sesuai dengan ruang
lingkup/tema, maka makalah yang akan dipresentasikan berjumlah 51 buah. Dari jumlah
makalah tersebut, 2 makalah akan dipresentasikan dalam sidang pleno, yang akan
disampaikan oleh DR. Haryoto Kusnoputranto dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia dan dr. Kunto Wiharto dari BATAN. 49 makalah lainnya akan
dipresentasikan dalam sidang paralel yang terdiri dari dua kelompok yaitu : Kelompok A
untuk Proteksi Radiasi, Dosimetri dan Standardisasi dan Kelompok B untuk Keselamatan
Linkungan, Kesehatan dan Efek Radiasi. Makalah-makalah untuk sidang paralel berasal dari
PRSG, PPSM, PPBGN, PPTKR, PAIR, PPNY, PPkTN PTPLR dan PSPKR.

Mengenai Peserta peninjau, panitia telah menerima sebanyak 114 peserta yang berasal
dari Universitas Jendral Sudirman Purwokerto, Universitas Nasional Jakarta, Universitas
Udayana Bali, Universitas Padjadjaran Bandung, Institut Teknologi Bandung, BTKL-
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Telogorejo
Semarang dan dari Pusat-pusat di lingkungan BATAN.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati,

PSPKR-BATAN vi
Presiding Presentasi Ilraiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4 0 8 5

Dalam persiapan untuk penyelenggaraan pertemuan ini kami telah menerima banyak
bantuan pikiran, materi serta tenaga dari berbagai pihak. Untuk itu saya selaku ketua panitia
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada instansi-instansi, perusahan-
perusahan serta seluruh anggota yang terlibat dan telah bekerja keras untuk mensukseskan
penyelenggaraan pertemuan ilmiah ini. Selain itu, kami juga menyadari dalam
penyelenggaraan presentasi kali ini masih terdapat kekurangan disana-sini, walaupun kami
telah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan
yang ada.

Demikianlah laporan kami. Selanjutnya kepada Bapak Ir. Abdu razak, M.Sc. selaku
Kepala PSPKR-BATAN kami mohon untuk memberikan kata sambutan dan kepada Bapak
Ir. Iyos R. Subki, M.Sc. selaku Deputi Bidang PSTN-BATAN dengan hormat kami mohon
untuk meresmikan Presentasi Ilmiah Keselamatan radiasi dan Lingkungan.

Terima kasih.

Jakarta, 20 Agustus 1996

Ketua Panitia Penyelenggara

J. R. Dumais

PSPKR-BATAN vii
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

SAMBUTAN KEPALA PUSAT STANDARDISASI DAN


PENELITIAN KESELAMATAN RADIASI
PADA PEMBUKAAN
PRESENTASI ILMIAH KESELAMATAN RADIASI DAN
LINGKUNGAN 1996

Yth. Bapak Iyos R. Subki, Deputi PSTN yang dalam hal ini mewakili Bapak Dirjen BAT AN
Yth. Para Deputi Dirjen BAT AN
Yth. Para Kepala Pusat /Biro/UPT-MPIN di lingkungan BAT AN
Yth. Para Undangan serta para peserta Presentasi Ilmiah.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadidarat Allah SWT atas karunia
dan hidayahNya pada pagi hari ini, untuk kali kesekiannya, kita berkumpul di Gedung
Perasten ini untuk menghadiri Pembukaan Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan
Lingkungan tahun 1996. Kepada seluruh peserta presentasi, saya mengucapkan selamat
datang di Pusat Penelitian Tenaga Atom (PPTA) BAT AN pasar Jumat Jakarta Selatan.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan Saudara hadirin sekalian.

Dalam penggunaan teknologi nuklir untuk kesejahteraan rakyat, disadari benar bahwa
selain besarnya manfaat yang diperoleh, juga ditemui aspek-aspek yang mempunyai potensi
bahaya bagi para pekerja dan anggota masyarakat yang mengancam keselamatan manusia
dan lingkungan. Hal ini telah menjadi perhatian kita sejak dahulu. Oleh karena itu, Pedoman
Standar Keselamatan yang berisi persyaratan dasar untuk melindungi manusia dan
Hngkungan dari bahaya radiasi harus kita terapkan dan taati dengan sungguh-sungguh.
Praktek keselamatan radiasi harus menjadi suatu kebiasaan kita semua agar terbina disiplin
keselamatan yang tinggi sesuai dengan program pemerintah dalam menegakkan DISIPLIN
NASIONAL.

Adalah menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua untuk lebih mengintensifkan
penelitian di bidang keselamatan radiasi dan lingkungan agar pemanfaatan teknologi nuklir
berjalan dengan aman dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Kita
menyadari bahwa seiring dengan semakin terdidiknya masyarakat dan akibat arus globalisasi,
masyarakat juga semakin sadar dan kritis akan kesemalatan lingkungan, termasuk di
dalamnya keselamatan lingkungan akibat penggunaan zat-zat radioaktif dan sumber-sumber
radiasi lainnya.

Di sisi lain masih terlihat belum banyak publikasi atau karya-karya ilmiah mengenai
keselamatan radiasi dan lingkungan yang bisa langsung menyentuh sendi-sendi kehidupan.
Hal ini tentunya bisa menjadi tantangan dan motivasi bagi para hadirin dan segenap peneliti
untuk melakukan penelitian dan kajian yang handal di masa mendatang. Oleh karena itu
melalui media Presentasi Ilmiah seperti ini dapat dijadikan sebagai ajang pertukaran
informasi dan pengalaman serta diskusi aktif yang diwujudkan dengan melakukan penelitian
terpadu seperti Riset Unggulan Terpadu (RUT) yang sedang digalakkan Pemerintah. Saya
berkeyakinan bahwa untuk saat ini dan di masa mendatang, aspek keselamatan radiasi dan

PSPKR-BATAN viii
Presiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

lingkungan yang intinya meliputi proteksi radiasi, dosimetri, standardisasi, efek radiasi dan
kesehatan radiasi akan senantiasa mempunyai peranan penting dalam upaya pemasyarakatan
dan pemanfaatan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan hadirin sekalian.

Saya merasa gembira dan bangga atas banyaknya makalah ilmiah yang masuk dalam
Presentasi Ilmiah kali ini yang selama dua hari, mulai hari ini dan besok, akan disajikan oleh
para peneliti yang pakar dalam bidangnya masing-masing. Sayang sekali pada presentasi
ilmiah kali ini tidak terdapat makalah dari peneliti luar BATAN. Sehingga, seperti pada
presentasi tahun lalu saya tekankan, instansi luar BATAN yang akan memberikan kriteria
secara objektif terbangunnya instalasi nuklir seperti PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir) yang sedang hangat dibicarakan di luar BATAN. Namun demikian, pada kesempatan
ini kita akan mendengarkan ceramah yang akan disampaikan oleh seorang pakar lingkungan
dari Universitas Indonesia. Dilanjutkan ceramah yang dapat dikatakan menyentuh langsung
ke masalah pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesehatan dan efek radiasi yang
ditimbulkannya.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan hadirin sekalian.

Akhirnya saya mengucapkan selamat berpresentasi, semoga sukses dan terwujud


suatu wahana komunikasi ilmiah, dan pesan saya tingkatkan kualitas, tidak hanya sekedar
mencari point dan koin, usahakan penyebar luasan informasi teknologi nuklir ke luar
BATAN, serta tingkatkan wawasan informasi ke jenjang internasional. Akhirnya, saya
mohon dengan hormat Bapak Deputi PSTN selaku wakil Dirjen BATAN untuk membuka
secara resmi Presentasi Ilmiah ini. Sekian dan terima kasih.

KEPALA PUSAT STANDARDISASI DAN


PENELITIAN KESELAMATAN RADIASI

Ir. AbduRazak, M.Sc.

PSPKR-BATAN ix
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

SAMBUTAN DEPUTI PSTN


SELAKU Pgs. DIRJEN BATAN PADA
PRESENTASI ILMIAH KESELAMATAN RADIASI DAN
LINGKUNGAN 1996

Para Pejabat, Para Staf di lingkungan BATAN


Para Peserta Presentasi Ilmiah, dan Hadirin yang saya hormati.

Assalamu'alaikum wr.wb.

Saya sungguh merasa gembira bahwa pada hari ini kita dapat berkumpul di sini untuk
menghadiri Pembukaan serta pelaksanaan Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan
Lingkungan tahun 1996. Untuk itu marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur
ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rachmat dan ridhoNya.

Saudara-saudara sekalian,

Kali ini adalah kali keempat Badan Tenaga Atom Nasional dalam hal ini Pusat
Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi menyelenggarakan Presentasi Ilmiah
Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. Acara ini diawali pada tahun 1993 dan kemudian
setiap tahun sekali Presentasi Ilmiah ini dilaksanakan sebagai ajang komunikasi dan diskusi
antar para peneliti dan pemerhati masalah keselamatan radiasi dan lingkungan di Indonesia.
Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa dalam pemakaian suatu teknologi, khususnya
teknologi nuklir, selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui
aspek-aspek teknis yang mempunyai potensi bahaya bagi keselamatan manusia dan
lingkungan.

Saudara-saudara sekalian,

Dalam setiap perencanaan pembangunan atau pengoperasian suatu instalasi nuklir


biasanya digunakan upaya keselamatan radiasi yang dikaitkan pada sumber, yang dikenal
sebagai proteksi radiasi-terkait-sumber, yang memungkinkan kita untuk mempertimbangkan
apakah sumber radiasi yang akan dibangun atau dioperasikan dapat memberikan manfaat
nyata dibandingkan dengan kerugian yang akan ditimbulkannya, dan apakah upaya untuk
meminimalkan penyinaran dari instalasi telah dengan baik dilakukan, misalnya melalui
desain, kelengkapan sistem keamanan, prosedur kerja dan lainnya sebagainya.

Upaya di atas juga harus diringi dengan upaya keselamatan radiasi yang terkait pada
orang, yang mempertimbangkan kemungkinan seseorang dan lingkungan mendapat
penyinaran dari banyak sumber.

Kedua upaya keselamatan radiasi di atas, upaya proteksi radiasi-terkait-sumber dan


proteksi radiasi-terkait-orang, hendaknya selalu menjadi perhatian pada setiap pemanfaatan
pengembangan iptek nuklir. Pada suatu instalasi nuklir, upaya proteksi radiasi-terkait-sumber,
harus selalu dikaji keselamatan radiasi sejak instalasi didirikan melalui desain instalasi,
desain kelengkapan sistem keamanan, yang berlanjut dengan penegakkan prosedur kerja pada
saat pengoperasian. Sedangkan untuk upaya proteksi radiasi-terkait-orang dilakukan dengan

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4 0 8 5

melakukan pemonitoran dosis penyinaran yang diterima orang dan pemonitoran jalur lintasan
penyebab radiasi atau zat radioaktif dari sumber ke manusia melalui lingkungan.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa keselamatan radiasi dan lingkungan
menduduki posisi penting dalam pemanfaatan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat.

Saudara-saudara sekalian,

Saya merasa gembira dan bangga atas partisipasi Saudara-saudara untuk mengikuti
Presentasi Ilmiah ini. Presentasi Ilmiah ini saya nilai penting artinya karena merupakan upaya
kita bersama untuk meningkatkan, menyempurnakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya di bidang keselamatan radiasi dan lingkungan. Adalah menjadi
harapan saya bahwa Presentasi Ilmiah ini dapat mencapai tujuannya melalui presentasi dan
petnbahasan atas makalah-makalah yang diajukan.

Atas jerih payah Panitia dalam menyelenggarakan Presentasi Ilmiah. ini, saya
mengucapkan terima kasih.

Dengan ucapan BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM, saya nyatakan Presentasi


Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan tahun 1996 resmi dibuka. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkiingan, 20-21 Agustus 1996
ISSN :0854-4085

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ENERGI NUKLIR DAN DAMPAKNYA


TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Haryoto Kusnoputranto"
Universitas Indonesia
Fak. Kesehatan Masyarakat - Jurusan Kesehatan Lingkungan

ABSTRAK
ENERGI NUKLIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
MASYARAKAT. Energi nuklir telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu pilihan untuk energi masa
depan, terutama untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan nasional. Kontroversi yang timbul terutama disebabkan
karena ketidak jelasan informasi mengenai teknologi yang akan digunakan dalam PLTN serta dampak lingkungan
dan kesehatan masyarakat yang ditimbulkannya. Nuklir dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan energi
perantara (bridging fuel) untuk masa depan, disamping batubara, terutama untuk memenuhi kebutuhan kelistrikau
nasional. Terdapat hambatan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam pengembangan nuklir, terutama kekuatiran
akan keamanan pengoperasian dan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat yang ditimbulkannya. Upaya
penelaahan dan pengkajian kemungkinan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat perlu segera
dilakukan. Perhatian terutama ditujukan analisis resiko penggunaan energi nuklir, pengkajian konsekuensi
lingkungan dan kesehatan masyarakat dari kecelakaan reaktor nuklir serta sistem manajemen limbah radioaktif.

PENDAHULUAN batubara, gas alam, tenaga panas bumi, tenaga


air, tenaga surya, tenaga biomassa, tenaga
Energi nuklir telah ditetapkan oleh nuklir dan sebagainya perlu terus dikembang-
pemerintah sebagai salah satu pilihan untuk kan dengan memperhatikan keselamatan
energi masa depan, terutama untuk memenuhi masyarakat serta kelestarian kemampuan
kebutuhan kelistrikan nasional. Kontroversi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
yang timbul terutama disebabkan karena Dalam hal jenis energi dikenal
ketidak jelasan informasi mengenai teknologi pembagian sebagai energi primer yaitu energi
yang akan digunakan dalam PLTN serta yang tersedia di alam dan kedua adalah energi
dampak linkungan dan kesehatan masyarakat sekunder yaitu energi yang dihasilkan sebagai
yang ditimbulkannya. konversi dari energi primer, seperti listrik.
Salah satu hal yang penting dan Energi primer dibedakan atas energi
kompleks serta menjadi bahan perdebatan terbaharukan (renewable) dan tidak terbaharu-
dalam memilih alternatif energi yang akan kan (nonrenewable). Termasuk dalam kategori
dikembangkan untuk masa depan dari negara- energi terbaharukan adalah tenaga air, tenaga
negara yang sedang berkembang termasuk surya, tenaga angin, tenaga biomassa, dan Iain-
Indonesia adalah apakah akan digunakannya lain. Sedangkan yang termasuk dalam cnergi
energi nuklir sebagai salah satu sumber energi tidak terbaharukan adalah jenis energi fossil
utama untuk tenaga listrik pada dekade akan (fossil fuels: minyak bumi, gas bumi, batubara)
datang. Tenaga nuklir telah digembar- dan tenaga nuklir.
gemborkan sebagai sumber tenaga yang bersih, Apabila cadangan minyak, gas bumi
murah dan telah dikembangkan sebagai sumber dan batubara ternyata mempunyai nilai
energi yang dapat menggantikan energi fossil, ekonomis yang lebih tinggi di luar kelistrikan,
dengan jumlah sekitar 1800 PLTN dan dan apabila perkembangan teknologi nuklir
berkontribusi sebanyak 21% dari kebutuhan begitu cepat sehingga diperoleh teknologi yang
energi dunia pada tahun 2000 (Miller, 1979). relatif aman dan lebih murah, maka tenaga
Pengembangan dan pemanfaatan energi nuklir bisa dipandang sebagai sumber energi
diarahkan pada pengelolaan energi secara andalan sebagai energi masa depan. Namun
hemat dan efisien dengan memperhitungkan perlu disadari bahwa tenaga nuklir saat ini
peningkatan kebutuhan energi, peluang ekspor, merupakan pilihan yang sulit karena
dan kelestarian sumber energi untuk jangka menyangkut penerimaan masyarakat (public
panjang. Sumber energi alternatif seperti acceptance) dalam hubungannya dengan resiko

" Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM - UI, Kampus FKM - UI DEPOK (16424).

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan L:ingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN No.: 0854-4085

kecelakaan yang fatal, sampah yang berbahaya energi yang telah digunakan. Limbah-limbah
dan perlu penanganan khusus. Juga adanya tersebut tidak boleh mencemari lingkungan,
sementara pendapat mengenai bahaya sehingga secara berkala harus dilakukan
ketergantungan teknologi dan bahan bakar pemrosesan kembali atau di kelola di tempat
serta menghasilkan biaya pembangkitan yang pengolahan dan pembuangan limbah.
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan energi Karena tingkat efisiensinya hanya lebih
alternatif lain. kurang 25 - 30%, pembangkit tenaga nuklir
reaktor air ringan (light-water reactor) saat ini
TEKNOLOGI REAKTOR mengeluarkan lebih banyak panas ke udara
sekitarnya atau ke badan-badan air per unit
Dalam pengembangan energi nuklir di tenaga listrik yang dihasilkan dari pada
dunia sampai saat ini dikenal 3 jenis teknologi pembangkit energi fossil, sehingga meningkat-
yang digunakan yaitu Conventional Fission kan potensi untuk pencemaran panas terhadap
(uranium dan thorium), Breeder Fission badan-badan air.
(uranium dan thorium) dan Fussion (deutrium
dan lithium). Berikut ini hanya dibahas secara SIKLUS ENERGI NUKLIR
singkat mengenai teknologi nuklir fissi
mengingat teknologi tersebut saat ini banyak Dalam mengevaluasi alternatif nuklir,
digunakan di dunia, serta keuntungan dan kita harus melihat siklus energi nuklir secara
kerugian dari penggunaan masing-masing keseluruhan serta tingkat radioaktif relatif dari
ketiga jenis reaktor. bahan-bahan nuklir pada setiap tahapan, yang
Pada sebuah pembangkit tenaga nuklir, mana pembangkit nuklir (nuclear plant) hanya
reaktor fissi (fission nuclear reactor) berfungsi salah satu dari siklus energi tersebut. Siklus
sebagai substitusi dari tungku pembakaran tersebut meliputi penambangan, transportasi,
pada pembangkit energi fossil. Di dalam pengolahan, penggunaan, pengolahan kembali
reaktor tersebut, energi di lepas melalui proses dan penyimpanan dari berbagai bahan nuklir.
nuklir fissi, dimana inti dari sebuah atom berat Berbeda dengan siklus-siklus kimiawi
seperti uranium-235 (U-235) di pecah oleh alamiah, siklus energi nuklir ini sepenuhnya
gerakan lambat neutron menjadi bagian-bagian dirancang oleh manusia. Karena mencakup zat-
fissi yang ringan disertai dengan dua atau tiga zat kimia yang sangat toksik dan mematikan
neutron. Diperlambat dengan melalui suatu (terutama plutonium-239), siklus tersebut
"moderator" seperti graphite atau air, neutron- harus dioperasikan dengan tingkat keselamatan
neutron tersebut dapat memecah inti U-235 yang sangat prima dan mutlak, tanpa adanya
lainnya dan melepaskan lebih banyak energi kebocoran atau kelemahan pada titik manapun.
dan lebih banyak neutron. Sebagai hasilnya Siklus energi untuk sebuah reaktor air
adalah suatu reaksi rantai nuklir yang ringan di mulai dengan bahan tambang
berkelanjutan yang secara tetap dan teratur uranium, yang ditambang dan dip roses menjadi
melepaskan sejumlah energi yang sangat besar. bentuk konsentrat dari uranium oksida (UsOs)
Dalam keadaan operasi normal, yang mengandung campuran U-238 dan
pembangkit nuklir tidak mengeluarkan zat-zat sejumlah kecil U-235. Oksida ini kemudian di
pencemar udara dan mengeluarkan radiasi yang ubah menjadi bentuk gas (uranium hexa-
lebih kecil dibandingkan dengan pembangkit fiuorida-UF6) yang kemudian diperkaya dalam
tenaga batubara. Selain dari pada itu, "enrichment plant". Di tempat ini konsentrasi
penambangan dari uranium dalam skala yang U-235 ditingkatkan dari kondisi awal alam
jauh lebih kecil, menyebabkan gangguan sistem 0,7% menjadi lebih kurang 3% untuk energi
lahan dan perairan yang lebih ringan reaktor air ringan. Di dalam pabrik persiapan
dibandingkan dengan baik penambangan energi (fuel preparation plant), UF6 diubah
batubara atau produksi dan penyulingan dari menjadi uranium-dioksida (UO2), dikemas ke
minyak dan gas bumi. Namun demikian dalam pelet untuk kemudian di masukkan ke
pembangkit nuklir mengeluarkan sejumlah dalam tabung energi untuk dikirimkan
bahan-bahan radioaktif dari tingkat yang kepembangkit tenaga (power plant).
rendah sampai tinggi dalam bentuk limbah dan

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan L:ingkungan. 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN No. : 0854-4085

Lebih kurang sepertiga dari elemen adalah bahwa teknologi belum sepenuhnya
energi radioaktif di dalam reaktor diganti setiap berkembang (Breeder Fission), bahan baku
tahunnya. Elemen-elemen sisa bersama dengan uranium dapat habis dalam 40-80 tahun, biaya
bahan-bahan reaktor yang terkontaminasi yang tinggi dan cenderung meningkat dengan
radioaktif dikeluarkan dan disimpan beberapa pesat, keuntungan energi yang dihasilkan
bulan untuk proses pendinginan. Kemudian rendah (deposit uranium berkurang dan makin
elemen dan bahan tersebut dimasukkan ketatnya penerapan tingkat keselamatan dan
kedalam tempat khusus yang sudah disediakan baku mutu lingkungan), berpotensi menimbul-
dan dibawa ke unit pemrosesan kembali kan dampak lingkungan yang serius dan jangka
(reprocessing plant), dimana di tempat ini panjang (ratusan sampai ribuan tahun) bila
uranium dan plutonium diproses sehingga pulih terjadi kecelakaan atau sabotase reaktor nuklir
kembali untuk kemudian dikirim ke pabrik yang akan melepaskan bahan-bahan radioaktif
persiapan energi untuk digunakan kembali. yang sangat berbahaya atau bila limbahnya
Sejumlah besar dari hmbah-limbah radioaktif tidak disimpan/diolah dengan baik, serta
cair dan gas yang berasal dari "reprocessing memerlukan air dalam jumlah besar untuk
plant" haras disimpan secara permanen sampai pendingin pembangkit tenaga.
batas waktu tertentu dan/atau diolah pada unit Dibandingkan dengan "fission",
pengolahan limbah radioaktif. Pada setiap teknologi "fussion" mempunyai beberapa
tahap dari keseluruhan siklus energi nuklir kelebihan yaitu tersedianya energi dalam
tersebut dapat diperkirakan tingkat radioaktif jumlah hampir tak terbatas bila fussi dari
dari bahan-bahan nuklir yang berpotensi deuterium dapat dikembangkan, kurang
mencemari lingkungan sekitarnya dari tingkat berbahaya dibandingkan dengan "Conventional
rendah, sedang sampai berat. dan Breeder fission" karena kemungkinan
terjadinya kecelakaan nuklir yang serius kecil,
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN serta kuantitas limbah radioaktif yang
BERBAGAI TEKNOLOGI NUKLIR dihasilkan lebih sedikit, serta dapat digunakan
sebagai sumber tenaga listrik yang hampir tak
Dalam pengembangan dari nuklir terbatas dalam menghasilkan gas hidrogen
sebagai sumber energi utama, dijumpai adanya untuk bahan bakar kendaraan bermotor sebagai
beberapa kendala atau rintangan antara lain 1) alternatif bahan bakar minyak dan gas bumi.
kontroversi mengenai apakah tersedia energi Namun sayangnya teknologi tersebut
uranium yang cukup bahan baku; 2) kekuatiran sangat sulit dan masih dalam tahap awal dari
mengenai kemungkinan terjadinya kecelakaan pengembangan, sehingga ada kemungkinan
pembangkit nuklir yang serius dan mungkin tidak akan dikembangkan, dan cnergi yang
fatal, atau adanya sabotase yang dapat dihasilkan tidak mencukupi untuk masa 50-
menyebabkan manusia terpapar terhadap 100 tahun. Keterbatasan-keterbatasan lainnya
bahan-bahan radioaktif dalam jangka panjang yaitu biaya pengembangannya sangat tinggi
yang dapat mengancam kehidupan; 3) masalah serta biaya operasi dan keuntungan energi yang
pengelolaan dan penyimpanan limbah radio- dihasilkan belum diketahui, memerlukan air
aktif; 4) kemungkinan terjadinya pembajakan dalam jumlah besar untuk pendinginan
dari pengiriman energi nuklir; 5) kontroversi pembangkit tenaga, serta mungkin tergantung
mengenai keuntungan energi yang dihasilkan pada bahan/elemen yang mahal dan jarang
untuk keseluruhan sistem (net useful energy); seperti helium dan lithium.
6) kemungkinan proliferasi dari senjata nuklir;
dan 7) biaya yang tinggi. PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN
Keuntungan teknologi Conventional EFEK KESEHATAN
fission dan Breeder fission adalah bahwa
teknologinya sudah dikembangkan dengan baik Emisi zat-zat radioaktif mungkin dapat
dan dampak lingkungan yang kecil terhadap mengakibatkan pencemaran udara sebagai
udara dan air, serta berdampak sedang akibat beroperasinya salah satu dari ketiga
terhadap lahan bila sistem keseluruhan berjalan jenis teknologi yang digunakan dalam PLTN.
normal. Sedangkan beberapa kerugiannya Jenis zat-zat pencemar radioaktif serta

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan L:ingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN No.: 0854-4085

potensinya dalam menimbulkan pencemaran ditimbulkan belum sepenuhnya jelas, walaupuh


tergantung pada teknologi yang digunakan pekerja-pekerja reaktor nuklir yang terpapar
serta tahapan dari siklus energi nuklir. terhadap dosis sangat rendah mungkin saja
Potensi dalam menimbulkan pencemar- mempunyai resiko untuk mendapatkan kanker
an air terutama berasal dari limbah radioaktif lebih besar dari rata-rata masyarakat pada
di penambangan, panas yang ditimbulkan umumnya.
dalam rangkaian proses nuklir, serta limbah Dengan demikian, untuk evaluasi
cair (untuk Conventional dan Breeder fission). resiko-resiko radiasi, pendekatan hati-hati perlu
Sedangkan sistem energi fussi utamanya dilakukan dengan asumsi bahwa setiap
mempunyai potensi dalam menimbulkan panas peningkatan dosis radiasi, seberapapun
yang berlebihan. kecilnya, menghasilkan resiko yang sama
Kerusakan lahan timbul terutama di terhadap kerusakan biologis tanpa memandang
daerah penambangan sebagai akibat pe- dosis totalnya. Asumsi ini dikenal sebagai
nambangan terbuka atau penambangan bavvah "Linear non-threshold model of radiation
tanah. Disamping itu kerusakan juga dapat damage". Dengan kata lain, resiko kerusakan
ditimbulkan karena penggunaan lahan untuk berbanding langsung secara "proportional"
penyimpanan limbah-limbah radioaktif (khusus terhadap dosis, dan bahwa tidak ada dosis
untuk Conventional dan Breeder fission). sekecil apapun yang tidak menimbulkan resiko
Bencana dalam skala luas biologis.
kemungkinan dapat timbul karena pelepasan
zat-zat radioaktif sebagai akibat kecelakaan PENANGANAN LIMBAH NUKLIR
reaktor nuklir, sabotase, atau akibat kecelakaan
dalam pengiriman/transportasi. Penyanderaan Jika 1000 gram U-235 mengalami
dan pengiriman bahan-bahan energi nuklir proses fissi, sejumlah 999 gram limbah
untuk membuat bom-bom nuklir juga radioaktif tersisa dalam bentuk campuran
merupakan kemungkinan bencana yang perlu padat, cair dan gas yang mana harus disimpan
diperhatikan secara serius. sampai tingkat radioaktivitas nya sudah tidak
Pada waktu masyarakat terbayang membahayakan. 1-131 dan Cs-137 terutama
tentang kecelakaan nuklir, hal yang paling berbahaya karena, tidak seperti sebagian besar
ditakutkan adalah radiasi. Kerusakan tubuh radioisotop lainnya, zat-zat tersebut dapat
yang ditimbulkan akibat radiasi bervariasi menjadi konsentrat dalam rantai makanan.
tergantung dari jenis radioaktivitas dan bagian Terdapat 3 metode yang digunakan
tubuh yang terpapar/terkena. Secara umum, untuk membuang limbah radioaktif yaitu: a)
pemaparan terhadap radiasi menimbulkan dua Pengenceran dan Penyebaran (Dilute and
efek utama ; kerusakan genetik (mutasi Disperse) : Limbah dengan konsentrasi rendah
terhadap sistem reproduksi manusia yang dapat dilepas ke udara, air atau tanah untuk
berakibat terhadap keturunannya) dan efek diencerkan/dilarutkan sampai ketingkat yang
somatik, yang dapat menyebabkan leukimia, aman ; b) Penundaan dan Perusakan (Delay
berbagai jenis kanker, keguguran, katarak, dan and Decay) : dapat digunakan untuk limbah
kematian (Shapiro, 1981). radioaktif dengan waktu paruh (half lives)
Sebagian besar para ahli sependapat relatif singkat. Zat-zat tersebut disimpan dalam
bahwa setiap pemaparan terhadap radiasi dapat bentuk cair atau lumpur di dalam tangki.
menimbulkan efek genetik. Tetapi para ahli Setelah 10-20 kali waktu paruhnya, zat-zat
tidak sependapat apakah pemaparan terhadap tersebut mengalami perusakan/pembusukan
dosis radiasi yang sangat rendah dapat ketingkat yang tidak berbahaya untuk
menimbulkan kerusakan non-genetik, seperti kemudian dapat diencerkan dan disebarkan ke
kanker. Beberapa diantaranya berpendapat lingkungan; dan c) Konsentrasi dan Penge-
bahwa dosis radiasi seberapapun tetap pakan (Concentration and Containment) :
berbahaya; namun pendapat lain mengatakan digunakan untuk limbah radioaktif yang sangat
bahwa dosis tidak selalu berbahaya bila masih toksik dengan waktu paruh yang panjang.
dibawah ambang batas tertentu. Namun sejauh Limbah tersebut harus disimpan dalam
ini hubungan antara dosis dan akibat yang puluhan, ratusan bahkan nbuan tahun,

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan L:ingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN No. : 0854-4085

tergantung dari komposisinya. Zat-zat tersebut b) Strategi untuk pengembangan si stem


tidak hanya sangat radioaktif tetapi juga manajemen limbah radioaktif dan
bersuhu yang sangat panas. dampaknya terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat.
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN c) Dampak lingkungan dan kesehatan
TEKNOLOGI NUKLIR masyarakat dari transportasi bahan-bahan
radioaktif.
Dalam mempertimbangkan pilihan bagi d) Pengkajian dan konsekuensi lingkungan
energi alternatif, disamping kecenderungan dan kesehatan masyarakat dari kecelakaan
untuk memanfaatkan gas bumi yang dianggap reaktor nuklir.
sebagai energi bersih, pilihan yang menonjol e) Inventarisasi kualitas dan kuantitas serta
bagi negara-negara yang sedang berkembang pelatihan sumberdaya manusia dibidang
adalah antara nuklir dan batubara. Satu sama energi nuklir.
lain mempunyai kendala yang berbeda. Untuk
nuklir sangat erat kaitannya dengan penerimaan PENUTUP
masyarakat dan faktor keselamatan reaktor,
sedangkan untuk batubara erat hubungannya Dengan melihat permasalahan, baik
dengan emisi CO2 yang menyebabkan "global yang mendukung maupun yang menghambat
warming". pembangunan nasional di bidang energi, dan
Sampai saat ini belum tersedia energi juga adanya tantangan yang dirasakan dimasa
pengganti masa depan yang dapat diperbaharui depan, maka perlu disusun strategi,
yang dapat dimanfaatkan secara praktis, kebijaksanaan dan program dalam rangka
ekonomis dan mendukung aspek pelestarian pengembangan riset dan teknologi dalam
daya dukung lingkungan. Hal ini mungkin bidang energi utamanya energi nuklir.
terkait erat dengan ketergantungan terhadap Upaya penelaahan dan pengkajian
penemuan dan pengembangan iptek yang kemungkinan-kemungkinan dampak terhadap
dilakukan oleh negara-negara maju. lingkungan dan kesehatan masyarakat yang
Nuklir dipertimbangkan sebagai salah timbul, baik jangka pendek maupun jangka
satu pilihan energi perantara (bridging fuel) panjang, dari pengembangan energi nuklir
untuk masa depan, disamping batubara, dimasa mendatang perlu segera dilakukan.
terutama untuk memenuhi kebutuhan Perhatian terutama ditujukan terhadap analisis
kelistrikan nasional. Sampai saat ini arah dan pengkajian resiko penggunaan energi nuklir,
kebijaksanaan pemilihan nuklir sebagai pilihan pengkajian konsekuensi lingkungan dan
energi masa depan masih belum jelas. Terdapat kesehatan masyarakat dari kecelakaan reaktor
hambatan ekonomi, sosial dan lingkungan nuklir serta sistem manajemen limbah
dalam pengembangan nuklir, terutama radioaktif.
kekuatiran akan keamanan pengoperasian dan
dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat PUSTAKA PUSTAKA
yang ditimbulkan oleh limbah nuklir. Untuk itu,
penguasaan teknologi untuk penanggulangan 1. MILLER JR, G. T. : Living in the
dampak negatif terhadap lingkungandan Environment, Belmont, California,
kesehatan masyarakat yang aman, murah dan Wadsworth Publishing Company, (1979).
bersih perlu tenis didorong. 2. MUNN, R. E. : Environmental Impact
Beberapa penelitian pengembangan Assessment, New York, John Wiley &
teknologi nuklir seyogyanya mencakup topik- Sons, (1979).
topik antara lain ; 3. SHAPIRO, J.: Radiation Protection, A
a) Perbandingan antara analisa resiko Guide for Scientist and Physician, London,
terhadap lingkungan dan kesehatan England, Harvard University Press, (1981).
masyarakat dari penggunaan berbagai jenis 4. BRITISH NUCLEAR ENERGY
energi yang berbeda-beda (nuklir, batu- SOCIETY, Environmental Impact Asses-
bara, minyak bumi) untuk pembangkit ment of Nuclear Power, London, England,
listrik. British Nuclear Energy Society, (1981).

PSPKR-BATAN
Presiding Prcsentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan L.'ingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN No. : 0854-4085

DISKUSI Haryoto Kusnoputranto :


1. FKM-UI belum pernah melakukan studi
Suparmiyati HS. - RS. Telogorejo : secara langsung terhadap dampak aplikasi
Mengenai limbah radioaktif di lingkungan nuklir.
Rumah Sakit: 2. Yang pernah adalah efek gelombang
1. Apakah tanda-tandanya bahwa di ling- elektromagnetik pada SUTET terhadap
kungan RS tersebut ada limbah zat kesehatan masyarakat.
radioaktif ?.
2. Apakah larutan developer dan fixer bekas Anonim :
pemrosesan film rontgen apabila dialirkan Apakah PLTN sudah dimasyarakatkan atau
ke parit juga menimbulkan limbah diketahui mulai dari daerah pusat sampai ke
radioaktif?. pelosok di seluruh Indonesia supaya akibatnya
(untung dan ruginya) diketahui oleh
Haryoto Kusnopulranto : masyarakat ?
1. Tanda-tandanya antara lain :
dalam kegiatan-kegiatan RS, digunakan Haryoto Kusnoputranto :
bahan-bahan radioaktif misalnya untuk Sudah mulai dimasyarakatkan terutama di
radiologi (diagnosa dan terapi) dan daerah di mana PLTN akan dibangun.
kedokteran nuklir.
dalam limbahnya (terutama cair) dapat Susilo Widodo - PSPKR :
dideteksi kandungan zat radioaktifhya. 1. Di dalam Proteksi Radiasi, ada dua jenis
2. Mungkin saja. efek yaitu efek stokastik (tanpa dosis
ambang) dan efek deterministik (ada dosis
Warmo S. - BTKL : ambang). Apakah efek ini juga dikenal
1. Bagaimana memantau dan mengelola untuk limbah non radioaktif ?
paparan radiasi dari Instalasi Nuklir / 2. Barangkali Bapak lebih akrab dengan batas-
kegiatan yang memakai energi nuklir yang batas maksimum limbah B-3, logam berat
terpapar radiasi baik di udara ambient dll. yang boleh terlepas ke lingkungan.
maupun di limbah cair sehingga aman bagi Sejak kapan batas-batas maksimum tersebut
kesehatan manusia dan lingkungan. diperkenalkan?.
2. Apakah ada data/studi dari paparan radiasi 3. Dalam hal zat radioaktif, kitajuga mengenal
dan suatu kegiatan yang memakai energi MPC (Maximum Permissible Concentra-
nuklir sebelum dan sesudah kegiatan tion) dan yang terakhir adalah ALI (Annual
tersebut dan juga dikaitkan dengan penyakit Limit of Intake). Mana yang lebih dahulu
yang ada di sekitar kegiatan tesb. diperkenalkan? Zat radioaktif atau non
radioaktif. Mohon sedikit cerita sejarahnya.
Haryoto Kusnoputranto :
1. Perlu dibuat UPL/UKL (Upaya Pemantauan Haryoto Kusnoputranto :
Lingkungan dan Upaya Pengelolaan 1. Untuk limbah non radioaktif, tidak dikenal
Lingkungan) yang rinci, termasuk metodo- efek stokastik, hampir semua mempunyai
logi yang digunakan. Nilai Ambang Batas (NAB). NAB
2. Penggunaan energi nuklir di Indonesia diperkenalkan sudah lama, paling tidak
masih terbatas, studi tentang hal tersebut Indonesia sudah punya sejak tahun mengacu
sejauh ini belum ada. Di luar negeri pada Threshold Limit Values yang
mungkin ada. dikeluarkan oleh ACGIH Amerika Serikat.
2. Yang lebih dahulu diperkenalkan adalah non
Eri Hiswara - PSPKR : radioaktif mulai dari MPC terus ke NAB.
Apakah jurusan Kesehatan Lingkungan FKM-
UI melakukan studi-studi yang berkaitan Bunawas - PSPKR :
dengan dampak aplikasi nuklir terhadap Dalam kajian epidemiologi yang menyangkut
lingkungan dan kesehatan masyarakat ?. masyarakat awam, metode apa yang paling

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan L:ingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN No. : 0854-4085

memungkinkan untuk diterapkan (cohort atau Haryoto Kusnoputranto :


case control) ?. 1. Di dalam asap rokok terkandung kurang
lebih 2000 jenis zat, di antaranya ada yang
Haryoto Kusnoputranto : bersifat karsinogenik dan radioaktif.
Metode yang tepat untuk Iptek Nuklir adalah 2. Tidak tahu persisnya zat apa.
Prospektif/Cohort karena dapat mengamati
timbulnya kasus baru (insiden), hanya perlu
waktu lama dan biaya mahal.

Nazaroh :
Bapak sebagai orang yang berkecimpung di
bidang kesehatan masyarakat dan juga
mengetahui banyak masalah "energi nuklir dan
dampaknya bagi lingkungan dan ksehatan
masyarakat, bagaimana pendapat Bapak bila
masyarakat menanyakan masalah di atas ?.
Apakah cenderung positif/negatif ?.

Haryoto Kusnoputranto:
Mungkin cenderung positif, hanya perlu di kaji
perbandingan dan analisa risiko terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat dari
berbagai jenis energi yang berbeda-beda
(batubara, minyak bumi, nuklir, dsb).

Titik W. - RSUD Dr. Soetomo :


Apakah dibenarkan bahwa peralatan seperti
kursi dll. yang sudah ditempatkan di ruang
sinar-X atau ruang yang mengandung radiasi
tidak boleh dipindahkan untuk menghindari
tersebarnya paparan radiasi ke lingkungan.
Terima kasih.

Haryoto Kusnoputranto :
Mungkin perlu dilakukan dekontaminasi
terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke tempat
lain.

Diah Lestari - BTKL :


1. Merokok dapat menyebabkan terkena
radiasi yang berakibat kanker paru-paru.
Apakah pada rokok mengandung Cobalt
sehingga menyebabkan penyakit tersebut
lalu radiasi apakah yang ada pada rokok
tersebut ?.
2. Pengaruh radiasi pada lingkungan biotik
khususnya pada ikan, radiasi apakah yang
targetnya dapat mempengaruhi kehidupan
ikan ?.

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

KEDOKTERAN NUKLIR DAN APLIKASI TEKNIK NUKLIR


DALAM KEDOKTERAN
Kunto Wiharto
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN
ID0000055
ABSTRAK
KEDOKTERAN NUKLIR DAN APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM KEDOKTERAN.
Pemanfaatan teknik nuklir dalam bidaiig kedokteran mempunyai lingkup yang luas, tidak terbatas pada kedokteran
nuklir dan radiologi saja melainkan juga meliputi penentuan kandungan mineral tubuh dengan teknik pengaktifan
neutron serta teknik fluoresensi sinar-X baik secara in vitro maupun in vivo, pemakaian radioisotop sebagai
perunut dalam farmakologi dan biokimia, dll. Dalam makalah ini diuraikan tentang perunut ideal dalam
kedokteran nuklir, pencitraan fungsional dan pencitraan morfologik, aspek klinik dan proteksi radiasi dalam
kedokteran nuklir. Teknik nuklir menawarkan kemudahan dan kemungkinan yang luas baik bagi dunia pelayanan
maupun penelitian dalam kedokteran. Pengembangan metoda diagnostik maupun terapetik dengan menggunakan
antibodi monoklonal yang ditandai dengan radioisotop tak pelak lagi akan sangat besar peranannya dalam
penanggulangan penyakit di masa depan.

ABSTRACT
NUCLEAR MEDICINE AND APPLICATION OF NUCLEAR TECHNIQUES IN MEDICINE. The
use of nuclear techniques in medicine covers not only nuclear medicine and radiology in strict sense but also
determination of body mineral content by neutron activation analysis and X-ray fluorescence technique either in
vitro or in vivo, application of radioisotopes as tracers in pharmacology and biochemistry, etc. This paper describes
the ideal tracer in nuclear medicine, functional and morphological imaging, clinical aspect and radiation protection
in nuclear medicine. Nuclear technique offers facilities and chances related to research activities and services in
medicine. The development of diagnostic as well as therapeutic methods using monoclonal antibodies labeled with
radioisotope will undoubtedly play an important role in the disease control.

PENDAHULUAN HAL ANGER penemu kamera gamma


pada tahun 1957.
Penggunaan isotop radioaktif dalam YALLOW dan BERSON yang mendapat
biologi dan kedokteran telah dimulai sejak hadiah Nobel untuk teknik RIA (Radio-
tahun 1901 oleh HENRI DANLOS yang immunoassay) yang mereka temukan pada
menggunakan isotop radium untuk pengobatan tahun 1960.
penyakit tuberculosis pada kulit. Kemudian PERRIER dan SEGRE menemukan
pada tahun 1920-an HEVESY dkk. Technetium-99m pada tahun 1961.
mempelajari distribusi dan metabolisme
radioisotop alamiah (timah hitam, bismuth, dan Aplikasi teknik nuklir dalam bidang
thorium) pada tanaman dan hewan. Selanjutnya kedokteran di Indonesia telah dimulai sejak
BLUMGART dan WEISS (1927) meneliti akhir tahun enam puluhan, setelah reaktor atom
kecepatan sirkulasi darah pada orang normal Indonesia yang pertama mulai beroperasi di
dan pasien penyakit jantung dengan Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia
menggunakan gas radon yang dilarutkan dalam dibantu oleh ahli dari luar negeri mulai merintis
larutan garam fisiologik [1,2]. pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat
Pemanfaatan isotop radioaktif sebagai Reaktor Atom Bandung (kini bernama Pusat
perunut dalam ilmu kedokteran berkembang Penelitian Teknik Nuklir), salah satu Pusat
pesat setelah FREDERIC JOLIOT dan IRENE Penelitian di lingkungan Badan Tenaga Atom
JOLIOT-CURIE (1934) menemukan radio- Nasional. Unit ini merupakan cikal bakal Unit
aktivitas buatan P-32. Beberapa tokoh lain Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin/
yang berjasa dapat disebutkan disini adalah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
[1,3] : [4]. Dewasa ini di Indonesia terdapat 15
CASSEN (1949) yang berhasil memetakan Rumah Sakit (3 di antaranya di luar Jawa)
kelenjar gondok dengan menggunakan yang dilengkapi dengan unit Kedokteran
radiosiotop 1-131. Nuklir.

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

KEDOKTERAN NUKLIR dinamik memberikan informasi berupa


perubahan keadaan pada organ atau bagian
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang tubuh selama kurun waktu tertentu. Studi
ilmu kedokteran yang menggunakan sumber dinamik mengukur kinerja (performance) suatu
radiasi terbuka berasal dari inti radionuklida organ atau suatu sistem tubuh menurut fungsi
buatan untuk mempelajari perubahan fisiologik waktu. Variabel yang diukur dapat berupa
dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk jumlah dan distribusi perunut radioaktif
tujuan diagnostik, terapi, dan penelitian (World (variable kuantitatif). Dengan bantuan
Health Organization) [5]. komputer, dari variabel tersebut dapat
Pada kegiatan kedokteran nuklir untuk diperoleh informasi lain seperti laju
keperluan diagnostik, radioisotop dapat pengurangan kuantitas perunut, retensi perunut
dimasukkan ke dalam tubuh pasien secara dalam organ, pola gerak organ (misalnya
inhalasi melalui jalan pernafasan, atau melalui cardiac wall motion), dsb.
mulut, ataupun melalui injeksi (studi in vivo). Pada studi in vitro, dari tubuh pasien
Di samping itu dapat pula radioisotop hanya diambil sejumlah tertentu bahan biologik
direaksikan dengan bahan biologik (darah, (misalnya 1 ml darah). Contoh bahan biologik
urine, cairan serebrospinal, dsb.) yang diambil tersebut direaksikan dengan suatu zat yang
dari tubuh pasien (studi in vitro). telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaan
Pada studi in vivo, setelah dimasukkan ini biasanya digunakan untuk mengetahui
ke dalam tubuh maka nasib radioisotop kandungan zat tertentu dalam tubuh misalnya
selanjutnya di dalam tubuh dapat diperiksa hormon insulin atau tiroksin, obat jantung
dengan : (digitalis), dsb. Teknik RJA (Radio-
1. Membuat citra (gambar) organ atau bagian immunoassay) ini menggunakan alat pencacah
tubuh yang mengakumulasikan radioisotop gamma berbentuk sumur untuk mencacah
tersebut dengan peralatan kamera gamma radioaktivitas, demikian juga pe-meriksaan lain
atau kamera positron (imaging technique). yang termasuk studi in vitro seperti misalnya
2. Menghitung aktivitas yang terdapat pada uji proliferasi limfosit, uji sitotoksik dan
organ atau bagian tubuh yang meng- sitolitik, dsb.
akumulasikan radiosiotop dengan menem- Radioisotop yang dimasukkan ke
patkan detektor radiasi gamma di atas dalam tubuh pasien pada studi in vivo dan bisa
organ atau bagian tubuh yang diperiksa disebut radiofarmaka itu pada umumnya
(external counting technique). terdiri dari dua komponen yaitu isotop
3. Menghitung aktivitas radioisotop yang radioaktifnya sendiri dan senyawa pembawa-
terdapat dalam contoh bahan biologik nya. Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop
yang diambil dari tubuh pasien dengan itulah yang membuat suatu radiofarmaka dapat
menggunakan pencacah gamma (gamma dideteksi dan diketahui lokasinya, sedang
counters) berbentuk sumur (sample senyawa pembawa menentukan tempat akumu-
counting technique). lasi radiofarmaka tersebut. Untuk keperluan
diagnostik, radiofarmaka yang ideal adalah
Informasi yang diperoleh dengan teknik yang radiasinya mudah dideteksi dengan
pencitraan tersebut di samping berupa gambar kualitas citra yang baik dan aman dari segi
(citra) organ atau bagian tubuh atau bahkan proteksi radiasi serta dari segi toksisitasnya,
seluruh tubuh (whole body imaging), juga yaitu bila [2] :
dapat berupa kurva-kurva atau angka-angka. 1. Bertanda radioisotop pemancar radiasi
Sedang studi in vivo dengan teknik "external foton murni dengan energi berkisar
counting" atau "sample counting" hanya dapat antara 100-400 keV dan mempunyai waktu
memberikan informasi berupa kurva atau paro pendek.
angka. Informasi tersebut mencerminkan fungsi 2. Stabil dalam bentuk senyawanya.
organ atau bagian tubuh yang diperiksa. 3. Mempunyai distribusi in vivo yang
Studi in vivo dapat bersifat statik atau optimum, kontras antara organ yang
dinamik. Statik artinya memberikan informasi diperiksa dengan bagian tubuh di
pada suatu saat tertentu saja, sedang studi

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilniiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

sekitarnya dapat diperoleh dalam waktu seringkali lebih dini. Hampir setnua cabang
yang tidak terlalu lama. ilmu kedokteran dapat memanfaatkan peranan
4. Memenuhi persyaratan farmasetikal pada kedokteran nuklir. Dalam praktek, kedokteran
umumnya (steril, apyrogen, non-toksik, nuklir biasa digunakan untuk menunjang
dsb.). diagnosis penyakit-penyakit antara lain :
tumor.
Bila untuk keperluan diagnostik, hiper atau hipofiingsi kelenjar yang
radioisotop digunakan dalam dosis kecil memproduksi hormon (kelenjar gondok,
(perunut) maka pada pemakaian untuk pankreas, anak ginjal, dsb.).
keperluan radioterapi metabolik, radioisotop kelainan penyediaan atau aliran darah ke
sengaja diberikan dalam dosis besar. Dipilih suatu alat tubuh (otot jantung, paru-paru,
radioisotop pemancar radiasi partikel dengan ginjal, dsb.).
energi cukup besar dengan tujuan melenyapkan kelainan fungsi motorik alat tubuh (transit
atau menghancurkan sasaran yang kebanyakan makanan dalam lambung, refluks urine,
berupa sel-sel ganas (kanker). Radioisotop dsb.).
pemancar campuran partikel dan foton
mempunyai keuntungan tersendiri karena foton TABEL 1. Pencitraan Kedokteran Nuklir dan
yang dipancarkan memungkinkan penentuan Pencitraan Radiologik dengan
parameter yang perlu diketahui pada Menggunakan Radiasi Pengion.
radioterapi seperti misalnya laju pengambilan Kedokteran Radiologi
perunut (uptake rate) oleh organ yang diobati. Nuklir
Sumber radiasi Zat radioaktif sumber Zat radioaktif
terbuka sumber tertutup
PENCITRAAN KEDOKTERAN atau pesawat
NUKLIR [4] penibangkit
radiasi.
Di dalam tubuh Di luar lubuh
Berbeda dengan pencitraan (imaging) dengan pasien pasien
pesawat CT-Scan, USG maupun MRI dalam Pembcntukan Emisi radiasi Transmisi
citra radiasi
radiologi yang sifatnya morfologik (morpho- Perbedaan akumulasi Perbedaan
logical imaging) karena lebih didasarkan pada radiofarmaka karena penelrasi radiasi
proses biokimiawi karena
perubahan atau perbedaan karakter fisik fisiologik perbedaan
anatomik yang menimbulkan perubahan atau karakteristik
perbedaan transmisi radiasi atau sinyal fisik-analomik
Inform asi Terutama fungsional Terutama
radiofrekuensi ataupun gelombang suara yang morfologik
melalui organ atau bagian tubuh yang
diperiksa, maka pencitraan dengan meng- Sedang pada radioterapi metabolik digunakan
gunakan kamera gamma atau kamera positron radioisotop :
pada kedokteran nuklir bersifat fungsional 1-131 untuk terapi kanker dan hiperfungsi
(functional imaging) karena didasarkan pada kelenjar gondok.
perubahan biokimiawi-fisiologik yang menim- P-32 untuk terapi keganasan pada sel-sel
bulkan pola emisi radiasi yang mencerminkan
darah merah.
fungsi organ atau bagian tubuh yang diperiksa.
Sm-153 EDTMP untuk terapi paliatif
Pada kedokteran nuklir diagnostik,
penyebaran tumor ganas pada tulang.
radiasi pengion yang digunakan pada umumnya
adalah radiasi gamma yang berasal dari inti
atom, meskipun kadang-kadang digunakan pula
PENGGUNAAN ANTIBODI MONO-
radiasi-X yang berasal dari kulit atom
KLONAL DALAM KEDOKTERAN
(misalnya dari thaIium-201).
NUKLIR [7,8,9,10]

Dalam Kedokteran Nuklir, antibodi


APLIKASI KLINIS [6] monoklonal digunakan baik pada studi in vitro
Dewasa ini peranan kedokteran nuklir (untuk deteksi petanda tumor) maupun pada
cukup besar dalam menunjang diagnosis studi in vivo (imunosintigrafi) bahkan dewasa
penyakit-penyakit secara tepat, cepat dan ini sedang dikembangkan untuk radio-

PSPKR-BATAN 10
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkung;in, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

immunoterapi. Semua teknik ini menggunakan terutama untuk unsur-unsur yang hanya
prinsip immunologi, antibodi tumor akan terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di
berikatan secara spesifik dengan tumor yang dalam tubuh (Oligo-elemen : Co, Cr, F, Fe,
berfungsi sebagai antigen. I, Mn, Se, Si, Sn, V, Zn, dsb). Kelebihan
Ide pencarian sasaran tumor oleh teknik ini adalah kepekaannya yang sangat
antibodi sebenarnya telah dikemukakan sejak tinggi dan sifatnya yang tidak merusak.
tahun 1945. Namun pada saat itu pengetahuan Pada teknik in-vitro, bahan biologik yang
mengenai metode immunologi belum semaju hendak diperiksa ditembaki dengan neutron
sekarang. Pada saat itu orang menggunakan hingga menjadi radioaktif. Berdasarkan
antibodi poliklonal maka kereaktifannya hasil pencacahan radioaktivitas contoh
terhadap jaringan tumor juga kurang spesifik. bahan biologik yang diperiksa yang
Namun dengan penemuan teknik hibridoma kemudian dibandingkan dengan radio-
untuk pembuatan antibodi monoklonal oleh aktivitas standar maka dapat ditentukan
KOHLER dan MILSTEIN maka dewasa ini kandungan unsur dalam bahan tersebut.
antibodi poliklonal praktis digantikan oleh Disamping teknik in-vitro, telah dikem-
antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal bangkan teknik pengaktifan neutron secara
yang dibuat dengan menggabungkan sel in-vivo untuk analisis kandungan kadmium
limfosit-B dengan sel myeloma dalam media dalam hati dan ginjal.
polietilen glikol (PEG) membentuk sel 2. Pengukuran kerapatan tulang dengan
hibridoma; antibodi monoklonal kemudian teknik "Photon absorptiornetry". Peng-
dapat dnsolasi dari kultur jaringan atau cairan ukuran ini dilakukan dengan menyinari
"monce ascites" dari hibndoma yang telah tulang dengan radiasi gamma. Berdasarkan
diseleksi. Untuk keperluan studi in vitro, studi banyaknya radiasi gamma yang terserap
in vivo maupun radioimmunoterapi maka oleh tulang yang diperiksa. Teknik
antibodi monoklonal perlu ditandai dengan pemeriksaan semacam ini membantu dalam
isotop radioaktif. mendiagnosis osteoporosis, yaitu : suatu
Suatu inovasi dalam terapi radiasi penyakit yang sering menyerang wanita
tumor dewasa ini adalah penggunaan berkas setelah mati haid dan menyebabkan tulang
neutron untuk menyinari jaringan tumor yang menjadi keropos sehingga mudah patah.
banyak mengandung boron (unsur yang sangat 3. Dalam farmakologi, studi farmakokinetika
efektif menangkap neutron). Melalui reaksi untuk memperoleh informasi tentang
B-10 (n,alpha) Li-7 dihasilkan radiasi alpha absorpsi, distribusi dan eliminasi obat
yang akan diserap seluruhnya oleh jaringan dapat dilakukan dengan menandai obat
tumor. Salah satu metode yang dapat yang hendak dipelajari dengan C-I4 atau
digunakan untuk membawa boron secara H-3. Beberapa saat setelah obat bertanda
selektif pada jaringan tumor adalah dengan radioaktif itu dimasukkan ke dalam tubuh
menggabungkan boron dengan antibodi sukarelawan pada penelitian itu, maka
monoklonal yang bereaksi spesifik dengan dilakukan pengukuran radioaktivitasnya
antigen tumor. dalam beberapa cairan tubuh seperti
misalnya darah, cairan empedu, urine dsb.
PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI
LUAR KEDOKTERAN NUKLIR [11,10] : SEGI PROTEKSI RADIASI PADA
APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM
Di luar kedokteran nuklir dan radiologi KEDOKTERAN [13]
yang menggunakan radiasi pengion (peme-
riksaan Sinar-X konvensional, CT-Scan dan A. Proteksi radiasi untuk pasien
radioterapi dengan sinar-X maupun radiasi
Dosis radiasi yang diterima oleh pasien
gamma) maka teknik nuklir masih memberikan
termasuk dalam penerimaan dosis untuk
sumbangan yang cukup besar dalam
keperluan medik (medical exposure).
kedokteran, yaitu misalnya :
Pengendalian penyinaran medik hanya
1. Teknik pengaktivan neutron, untuk
menerapkan azas pembenaran (justification)
menentukan kandungan mineral tubuh,
dan azas optimasi, artinya suatu prosedur

PSPKR-BATAN 11
Prosiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

kcdokteran yang melibatkan radiasi hanya pendek (dibawah satu jam). Sehingga sewaktu
layak dilakukan jika memang ada indikasi pulang praktis radioaktivitas yang terdapat
medik yang kuat dan tidak ada cara lain yang dalam tubuh pasien telah menjadi sangat
dapat memberikan informasi medik yang rendah sehingga tidak membuat masalah
dikehendaki. Optimasi dilakukan mulai sejak proteksi radiasi. Kecuali untuk pasien terapi
perancangan peralatan dan prosedur kerja. yang mendapat radioisotop dosis besar
Perlengkapan lainnya misalnya film terns sehingga harus diisolasi di ruang kedap radiasi
menerus ditingkatkan kualitasnya sehingga di rumah sakait selama beberapa hari maka
dengan dosis yang makin kecil dapat diperoleh semua pasien diagnosis kedokteran nuklir tidak
citra dengan kualitas yang sama atau balikan perlu menginap di rumah sakit karena alasan
lebih baik. proteksi radiasi.
Perlu pula diketahui bahwa dewasa mi
B. Proteksi radiasi untuk petugas raioisotop yang digunakan di kedokteran nuklir
termasuk golongan berumur paro pendek
Pada kedokteran nuklir, petugas dapat sehingga dengan prinsip penyimpanan dan
memperolah penyinaran luar selama preparasi peluruhan iimbah tersebut dapat dikelola
radiofarmaka, penyuntikan radiofarmaka dan dengan baik.
pembuatan citra. Di samping itu petugas dapat
memperoleh kontaminasi internal melalui DAFTAR PUSTAKA
inhalasi atau penelanan yang tidak sengaja
ataupun tertusuk jarum suntik yang telah berisi 1. GPJGG ERN : The Beginings of Nuclear
zat radioaktif. Bahaya radiasi eksternal dapat Medicine in Golden's Diagnostic Radio-
diperkecil dengan menerapkan prinsip waktu, logy, Gottschalk and Potchen (Eds).
jarak dan pelindung radiasi. Bekerja pada pada Baltimore, William and Wilkins, 1976.
jarak sejauh mungkin dalam waktu yang 2. KOWALSKYJVJ., and PERRY,J.R.,:
sependek mungkin. Pelindung radiasi yang Radiopharmaceuticals in Nuclear Medicine
dapat digunakan berupa kontainer dari timah Practice, Appleton and Lange, California,
hitam untuk menyimpan radioisotop, perisai 1987.
tabung suntik dari timah hitam dan apron. 3. L0KEN,M.K.: A History of Clinical
Sedang kontaminasi internal dapat dikendalikan Nuclear Medicine, Nuclear Medicine
dengan memperkecil kontaminasi pada Annual 1985, Freeman and Weissman HS
permukaan tempat kerja dan ruangan kerja, (Eds), New York, Raven Press. 1-22.
sedangkan potensi kontaminasi ke pekerja 1985.
radiasi dapat dipantau dengan melakukan tes 4. MASJHURJ.S. : Ilmu Kedokteran Nuklir
usap (smear test) pada permukaan tempat kerja dalam Perspektif Perkembangan Ilmu dan
dan pengukuran radioaktivitas contoh udara Teknologi Kedokteran, Pidato Pengukuhan
ruang kerja. Pekerja sendiri harus mengenakan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
pakaian kerja yang sesuai untuk bekerja dengan Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran
zat radioaktif sumber terbuka yaitu sarung Universitas Padjadjaran, Bandung 7
tangan karet, jas laboratorium sewaktu Oktober 1995.
melakukan preparasi dan penyuntikkan zat 5. WORLD HEALTH ORGANIZATION :
radioaktif. The Medical Uses of Ionizing Radiation
and Radio-Isotop, WHO Technical Series
C. Masalah limbah radioaktif No.492, 1972.
6. ALAZRAKLN.P., MISHKIN.F.S., Funda-
Limbah radioaktif untuk pasien mental of Nuclear Medicine, 2nd ed, The
diagnostik berupa ekskreta pasien dan sisa Society of Nuclear Medicine Inc. New
radiofarmaka yang terdapat dalam jarum dan York, 1988.
tabung suntik. Untuk ekskreta pasien 7. KEENAN,A.M., HERBERTJ.C. and
disediakan WC khusus radioaktif di unit LARSON, S.M.,: Monoclonal Antibodies
kedokteran nuklir. Umur paro biologik in Nuclear Medicine, J. Nucl. Med. 26 :
radioisotop dalam tubuh pasien pada umumnya 531 -537.1985.

PSPKR-BATAN 12
Presiding Prcscntasi Ilmiah Keselainafan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

8. KOHLER, G., MILSTEIN.C: Continuous 2. Terapi dengan isotop radioaktif yang telah
Cultures of Futed Cells Secreting Antibody dilakukan adalah :
of Predefined Specificity, Nature 256, 495 1-131 untuk kanker dan hiperfungsi
-497, 1975. tiroid.
9. TAMAT,S.R.: Sintesis Konjugat Boron P-32 untuk keganasan sel darah merah.
Antibodi Monoklonal untuk Neutron Sm-153 EDTMP untuk terapi paliatif
Capture Therapy, Temu Ilmiah Dua anak sebar kanker pada tulang.
Tahunan PKBNI, Yogyakarta 16-17 1-131 MIBG untuk tumor ganas kelenjar
November 1989. anak ginjal (Phaeochromocytoma).
10. WIHARTO, K. dan SUATMADJI, A.: Sr-90 dan Y-90 untuk arthritis yang
Imunosintigrafi untuk diagnosis Penyakit membandel dan progresif.
Kanker, Medika 20, 36-40, 1994.
11. FISHER,C. (ed): Les Radioelement et leur Dwi Cahyo Dahono - Univ. Udayana :
utilisations, collection CEA, Eyroll, Paris , Dalam studi in vivo (injeksi dalam tubuh) maka
1977. radiasi dari sinar gamma ataupun sinar-X akan
12. MAZIERE,B.: Analyse par Radio- menimbulkan pengaruh negatif. Seberapa jauh
activation Methodes et Applications pengaruh negatif tersebut terhadap fungsi
Biomedicals, B.I.S.T.,CEA 220, 61-77, organ tubuh manusia ?
1976.
13. ANONIM: Implementation of Principles of Kunto Wiharlo :
As Low As Reasonably Achiveable Pada radaisi partikel (alfa, beta, dsb.) maka
(ALARA) for Medical and Dental praktis semua energi yang dibawa oleh radiasi
Personnel, Nationa Council on Radiation akan dilepaskan pada jaringan (absorbed
Protection and Measurement, Bethesda, fraction ~ 100%) sehingga efek biologiknya
1990. lebih parah pada dosis yang sama dengan
radiasi foton (gamma atau X) karena pada
radiasi foton ini sebagian kecil saja dari
DISKUSI energinya yang terdeposit pada jaringan yang
disinari. Pengaruh negatif tetap ada tapi yang
penting dalam hal ini adalah "cost benefit
Abbas Ras - PAIR : ratio" nya dan "justification" nya. Penggunaan
1. Tolong diceritakan tanggapan masyarakat radiasi pada kedokteran hams dan hanya
mengenai aplikasi teknik nuklir dalam dilakukan bila tidak ada cara lain yang
kedokteran yang antara lain dari memberikan infortnasi medik yang diinginkan
peningkatan jumlah pasien dari tahun ke dan manfaatnya harus lebih besar dari
tahun ? risikonya. Perlu diingat bahwa tidak ada
2. Kira-kira jenis terapi nuklir apa yang teknologi yang tanpa dampak negatif.
banyak diterapkan pada masyarakat yang
dalam hal ini relatif murah dan aman ? Rochestri Sofyan - PPTN :
Bagi RS yang tidak memiliki Kamera SPECT
Kunto Wiharto : atau PET akan tetapi memiliki alat MNR,
1. Tanggapan masyarakat cukup baik karena apakah mungkin melakukan studi "functional"
dari tahun ke tahun jumlah pasien dengan cara mengamati hasil imaging dengan
pemeriksaan Kedokteran Nuklir makin NMR terhadap fungsi waktu ?
bertambah. Namun data yang akurat seperti
misalnya survei belum pernah dilakukan. Kunto Wiharlo :
Rasanya kalaupun ada yang menolak tidak Meskipun NMR imaging atau MRI (Magnetic
banyak jumlahnya karena sebenarnya dosis Resonance Imaging) bisa dilakukan secara
radiasi yang diberikan pada pemeriksaan dinamik namun informasinya masih akan lebih
Kedokteran Nuklir lebih kecil bahkan dominan bersifat morfologik karena dasar
dengan pemeriksaan radiologi yang paling pencitraannya tetap perubahan pola
umum dilakukan (rontgen foto thorax). karakteristik fisik (intensitas sinyal Radio

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

Frekensi). Jadi mungkin dapat disebut dengan Rencana Pendidikan Spesialis


"Dynamic Morphological Imaging" scperti Kedokteran Nuklir di Indonesia.
halnya teknik penentuan waktu pengosongan Sudah mulai diminati oleh RS swasta (RS
lambung secara radiologik dengan "radio- MMC telah mulai diikuti dengan
opaque marker" dimana dimasukkan suatu permohonan bantuan peralatan Kamera
marker radio-opaque per oral ke dalam Gamma dari suatu RS swasta di Bandung).
lambung pasien, kemudian dilakukan
pengambilan foto lambung secara periodik Sri Wahyuni - PPkTN:
misalnya setiap 10 menit hingga 2 jam. Dalam makalah Bapak, disebutkan pada
halaman 3 bahwa penggunaan radioisotop P-32
Mulyono Hasyim - PSPKR : untuk terapi keganasan pada sel-sel darah
1. Apakah 1-131 terdistribusi ke seluruh merah. Dari makalah dan penelitian yang
organ ? dilakukan di Jepang diketahui bahwa P-32 akan
2. Apakah setiap isotop mempunyai sifat terendap di tulang (+80%) dan waktu paruh
karakteristik terhadap masing-masing biologi sangat besar dibanding waktu paruh
organ ? fisik sehingga P-32 tidak layak digunakan
3. Bagaimana prospek masa depan kedokteran untuk diagnosa. Apakah tidak sebaiknya P-32
nuklir di Indonesia ? digunakan untuk terapi kanker tulang.
Bagaimana pendapat Bapak ?
Kunto Wiharlo :
1. Dalam bentuk ionik, 1-131 terdistribusi ke Kunto Wiharto :
seluruh tubuh, hanya saja di kelenjar P-32 memang dapat digunakan untuk terapi
gondok isotop itu terakumulasi untuk metastasis kanker pada tulang namun risiko
dibentuk menjadi hormon kelenjar gondok. efek stokastik yang terlalu besar karena P-32
Di tempat relatif hanya "numpang lewat" adalah bahan dasar pembuatan DNA, RNA,
saja. Kalaupun ada aktivitasnya hanya dsb. sehingga menimbulkan kanker pada
bertahan tidak lama seperti pada selaput banyak jaringan lain (kanker sekunder) misal
lendir, saluran pencernaan (lambung), leukemia, dsb. Masih terdapat radioisotop lain
mulut, dan kandung kencing. yang dapat digunakan untuk terapi tumor
2. Setiap isotop mempunyai distribusi yang tulang dengan risiko stokastik yang lebih kecil
karakteristik pada tubuh yang tergantung seperti misalnya Sm-153 EDTMP yang hanya
pada beberapa hal misalnya : terendap dalam tulang saja.
bentuk kimiawinya : 1-131 pergi ke
kelenjar gondok, 1-131 hippuran pergi ke Ermi Juita - PSPKR :
ginjal. 1. Pada hafaman 2 makalah Bapak point 2 dan
letaknya pada tabel periodik Mendeleyev 3 terdapat perhitungan aktivitas yang
Golongan alkali (Cs, K, Na, dsb.) terdapat pada organ dst. Apakah
pergi ke jaringan lunak seluruh maksudnya dan apakah sebelum dimasuk-
tubuh. kan ke dalam tubuh, aktivitas isotop
Golongan alkali tanah (Ca, Sr, Ba, tersebut belum diketahui ?
Ra, dsb.) pergi ke tulang. 2. Apakah perbedaan penggunaan isotop untuk
3. Masa depan kedokteran nuklir di terapi dan diagnostik ?
Indonesia rasanya akan cerah karena :
Dari fakta banyaknya RS yang Kunto Wiharto :
mempunyai unit kedokteran nuklir selalu 1. Sebelum masuk tubuh, aktivitas diukur
bertambah. dengan "dose calibrator". Pada organ
Akan segera diputihkan sekitar 20 orang aktivitas bisa dihitung dengan detektor
Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir pada radiasi gamma sehingga bisa kita peroleh
Konggres Nasional Perhimpunan informasi yang berupa :
Kedokteran dan Biologi Nuklir akhir uptake rate (pada pemeriksaan statik).
September 1996 yang akan datang di kurva retensi radioisotop (pada pemeriksaan
RSK Dharmais, dan ditindak lanjuti dinamik), dsb.

PSPKR-BATAN 14
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiast dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

2. Pada diagnostik digunakan :


dosis rendah (|j.Ci - beberapa mCi).
sedapat mungkin "pure gamma emitter".
3. Pada terapi :
dosis besar (ratusan mCi).
particel emitting radionuclide.

Tri Retno DL. - PPkTN :


Menurut penjelasan Bapak, dewasa ini di
Indonesia telah terdapat 15 RS yang
diperlengkapi dengan unit Kedokteran Nuklir,
dalam hal ini alat Kamera Gamma. Namun
kenyataan manfaat dan aplikasi alat tersebut
masih sedikit. Juga masih sedikit penelitian
tentang diagnosa ataupun terapi penyakit
dengan alat tersebut. Bagaimana hal ini
terjadi, mohon penjelasan Bapak selaku
seorang dokter dan peneliti.

Kunto Wiharto :
Pemanfaatan Kamera Gamma tergantung RS
dimana ditempatkan :
- Yang tergolong banyak (>10 pasien/hari) :
RSHS, RSCM, RSPP, RSGS.
- Yang tergolong cukup (6-10 pasien/hari) :
RSJHK, RS Soetomo.
- Sedang (3-5 pasien/hari) : RSF, RS Sardjito,
RSPAD, RS Syaiful Anwar.
- Kurang (<3 pasien/hari) : RS Djamil, RS
Adam Malik, RS Karyadi, RS MMC.

PSPKR-BATAN 15
Prosiding Presemasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkuiigan, 20-21 Agustus 1996
ISSN :0854-4085

DOSIMETRI DAN STANDARDISASI

\SPKR - BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agusliis 1996
ISSN : 0854-4085

PENENTUAN LAJU LEPASAN RADON DARI BAHAN BANGUNAN


MENGGUNAKAN METODE PASIP
DENGAN DETEKTOR JEJAK NUKLIR
ID0000056
Bunawas, Emlinarti, Minarni Affandi
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENENTUAN LAJU LEPASAN RADON DARI BAHAN BANGUNAN MENGGUNAKAN
METODE PASIP DENGAN DETEKTOR JEJAK NUKLIR. Telah dikembangkan metode pasip dengan
detektor jejak nuklir CR-39 untuk mengukur laju lepasan radon dari bahan bangunan dengan akurasi sebesar
4% dan kedapat-ulangan antara 6-9 % . Prosedur adalah sederhana dan dapat digunakan untuk penerapan di
lapangan. Untuk penggunaan rutin, batas terendah deteksi 0,026 Bq/m2 .jam, jika waktu penyinaran 21 hari.
Berdasarkan studi pendahuluan, laju lepasan radon berkisar antara 0,80 - 1,32 Bq/m2 jam tinggi di batako putih
dan rendah di beton ringan. Aplikasi pelapisan permukaan (plester dan cat latex), dapat menurunkan lepasan
radon antara 3 8 - 7 2 %.

ABSTRACT
DETERMINATION OF RADON EXHALATION RATE FROM BUILDING MATERIAL USING
PASSIVE METHOD WITH NUCLEAR TRACK DETECTOR. Passive method with CR-39 nuclear track
detector has been developed for the measurement of radon exhalation rate from building material with accuracy
of 4% and reproducibility between 6 to 9 % . The procedure is simple and applicable for using in field. For
routine use, minimum detectable level of 0.026 Bq/m2 hour, if exposure time is 21 days. Based on preliminary
study, radon exhalation rate around between 0,80 and 1,32 Bq/m2.hour, higher on white batako and lowest on
light concrete. Application of surface coating (plastering and latex paint), can reducing flux radon among 38 to
72 %.

PENDAHULUAN Dalam makalah ini, dibahas metode


pengukuran laju lepasan radon dari beberapa
Dalam dasawarsa terakhir ini, para bahan bangunan dengan metode pasip. Hasil
pakar radiasi lingkungan secara intensif menga- pengukuran yang diperoleh, digunakan untuk
mati polusi radioaktif di dalam ruangan (rumah memperkirakan kebolehjadian maksimum
maupun perkantoran), mengingat sekitar 80 % konsentrasi radon di dalam ruangan yang
masyarakat modern tinggal di dalam ruangan berasal dari dinding bangunan.
[1]. Selain dari pada itu, menurut laporan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) ada indikasi TEORI
nyata bahwa rumah/perkantoran modern
mengidap "Sick Building Syndrome (SBS)," Radium-226 (Ra-226) yang
karena berbagai jenis polusi udara [2]. terkandung di bahan bangunan pada waktu
Salah satu jenis polusi udara yang meluruh menghasilkan gas radon (Rn-222), gas
perlu di waspadai yaitu gas radon dan hasil radioaktif sewaktu berada di bahan bangunan
luruhannya, karena berupa zat radioaktif dan dapat berpindah ke dalam ruangan melalui 2
penyebab kanker paru-paru [3]. Sumber utama cara yaitu [4] :
gas radon untuk bangunan bertingkat berasal 1. Aliran, bila di dalam bahan bangunan
dari bahan bangunan (dinding,lantai, dan atap), mengandung air, uap air atau udara yang
yang mengandung radionuklida alam dari mengisi sela-sela porositas, digunakan oleh
uranium yaitu radium -226 [4]. radon sebagai media berpindah, dan
Pengukuran laju lepasan radon dari 2. Difusi, karena sifat radon sangat mobil dan
bahan bangunan cukup sulit dan relatif mahal, beratom tunggal, maka dapat berpindah di
karena fraksi lepasan radon rendah. Untuk dalam porositas mikro bahan bangunan
mengatasi kendala tersebut, telah dikembang- untuk Iolos ke atmosfer.
kan metode pasip dengan memanfaatkan
detektor jejak nuklir plastik CR-39, LR-115 Transport gas radon dengan cara aliran
tipe 2 maupun polycarbonat [5]. maupun difusi bergantung pada daya emanasi

PSPKR-BATAN 16
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

atau koefisien emanasi (emanation power), E.F


yang didefinisikan perbandingan antara jumlah CRnB = (Bq/nO (4)
atom radon emanasi per satuan waktu. V ( X+ Xy )
Menurut BOSSUS, ada 2 komponen daya
emanasi yaitu daya emanasi rekoil (r|R) dan dengan,
daya emanasi difusi (rid), yang diekspresikan E = laju lepasan gas radon dari bahan
dengan persamaan sebagai berikut [6] : bangunan (Bq/m jam)
F = luas permukaan ruangan (m )
^ "Hr + rid V = volume ruangan (m )
A,y= laju ventilasi udara di dalam
< Sp (0,25 Rm (1) ruangan (per jam)

dengan, METODE PENGUKURAN LAJU


s = luas permukaan spesifik (m /Kg) LEPASAN RADON DARI BAHAN
p = kerapatan bahan bangunan BANGUNAN [5,9]
(Kg/m3)
R m = jangkauan atom radon didalam Metode yang digunakan untuk
bahan (m) mengukur laju lepasan radon dari bahan
D = koefisien difusi radon (m /detik) bangunan yaitu secara pasip menggunakan
X - konstanta peluruhan radon detektor jejak nuklir CR-39 buatan Pershore-
- 2 , 1 x 10 /detik Moulding, Inggris, yang diletakkan di dasar
mangkok plastik merk garuda dan di selotape.
Menurut STRANDEN [4], daya Mangkok diletakkan terbalik di atas bahan
emanasi tergantung pada porositas bahan dan bangunan (batako putih, batako semen, bata
kadar air dalam bahan bangunan. Bila bahan merah dan beton ringan) dan diseal dengan lem
bangunan mempunyai tebal h(m), maka laju araldit merah untuk mencegah lepasan radon
lepasan (exhalation rate) gas radon kedalam lewat dinding mangkok (Gambar 1). Mengingat
ruangan dapat dihitung dengan persamaan [7] : dalam bahan bangunan juga terkandung
radionuklida alam yaitu Ra-224 yang dalam
peluruhannya menghasilkan gas thoron (Rn-
E = X p T) Lh Cb tan h(Lh / Ld) (2)
220), maka gas ini perlu dicegah agar tidak
masuk ke dalam mangkok dengan cara diberi
dengan,
penghalang berupa plastik polietilen tebal
r\ = daya emanasi
15cm [10]
Cb = konsentrasi Ra-226 dalam bahan
Setelah waktu penyinaran (21 hari),
bangunan (Bq/Kg)
detektor CR-39 diambil dan dilakukan proses
Lh = setengah tebal bahan = h/2. (m)
etsa dalam larutan 6,25 N NaOH pada suhu
Ld = panjang difusi = DA (m /detik)
70 C selama 6 jam. Dicuci dengan aquadest
pada suhu 40 C selama 10 menit dan
Bila panjang difusi ( L D ) jauh lebih
dikeringkan. Jumlah jejak di CR-39 akibat
kecil di bandingkan dengan tebal bahan (Lh),
radiasi alpha dari radon dievaluasi di bawah
maka persamaan (2) dapat di sederhanakan
mikroskop optik model mikrophot - Nikon,
menjadi :
Jepang dengan perbesaran 400 kali.
Konsentrasi radon di dalam mangkok
E = X p rt Lh Cb (Bq/m2.detik) (3)
setelah akhir penyinaran, dapat dihitung
menggunakan persamaan :
Kontribusi gas radon di dalam ruangan yang
berasal dari bahan bangunan ( CRnB ), dapat EF J(l-e"^)dt (5)
diperkirakan bila laju lepasan gas radon
diketahui dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut [8]

PSPKR-BATAN 17
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Persamaan (5) di atas berlaku, bila dianggap Akurasi data hasil pengukuran dengan metode
laju lepasan radon(E) konstan dan tidak ada pasip mi, bergantung pada 2 parameter yaitu
difusi balik gas radon ke dalam bahan sistem kalibrasi untuk menentukan efisiensi
bangunan. Dari persamaan (5), dapat dihitung deteksi CR-39 dan cara evaiuasi pembacaan
laju lepasan radon (E) bila konsentrasi radon di jejak. Dari hasil uji student, diperoleh informasi
dalam mangkok (CRnM) diketahui, dengan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara 2 seri
persamaan sebagai berikut : hasil pengukuran dengan nilai p antara 0,1 > p
> 0,05 dan ketelitian 4% antara metode pasip
2VC dengan detektor CR-39 dan metode aktip
RnM
(Bq/m2jam) dengan detektor Lucas Cell (Tabel 1). Ini
T+[(} / A) e" - (} /
berarti, bahwa metode pasip menentukan laju
(6) lepasan radon dari bangunan dapat dipercaya
[12]
dengan V = volume mangkok (m )
F = luas bangunan yang disungkup Tabel 1. Uji banding pengukuran laju lepasan
mangkok-luas pennukaan mangkok radon dari bahan bangunan antara metode
(m2) pasip dengan detektor CR-39 dan metode
T = waktu pemaparan (jam) aktip dengan detektor Lucas Cell.
X = konstanta peluruhan radon
(per-jam)
Sampel Laju Lepasan radon(Bq/m2 j a m )

CRnM = konsentrasi radon di mangkok No. Metode pasip Metode aktip


NT-NBG 1 1,18 0,08 l,190,07
= (Bq/m ) 2 1,07 0,07 1,02 0,10
Ef.T 3 1,10 0,10 1,07 0,11
Nt =jumlah jejak total (jejak/cm J
NBG = jumlah jejak latar (jejak/ cm )
Tabel 2. Variasi laju lepasan radon dari
Ef= Efisiensi deteksi CR-39
beberapa bahan bangunan.
~ 0,0033 jejak cm" /Bqm jam (11)

Jenis Laju lepasan radon E ( Bq/m2 .jam)


Detektor jejak CR-39 bahan Sesudah
Sebelum Sesudah
diplester diplester dicat
Mangkok plastik
. Batako 1,18- 1,32 0,70 - 0,77 0,59 - 0,65
Putih (1,21 0,11) (0,75 0,07) (0,61 0,05)
Bahan bangunan Batako 1,10- 1,23 0,43 - 0,48 0,38-0,41
Semen (1,15 0,09) (0,45 0,04) (0,39 0,04)
Seal Lem Araldit
Batako 1,05- 1,18 0,33-0,36 0,29 - 0,32
merah (l,070,06) (0,340,02) (0,300,02)
Beton 0,80 - 0,84 0,29-0,31 0,25 - 0,27
ringan (0,83 0,04) (0,24+0,01) (0,26 0,01)
Gambar 1 : Pengukuran lepasan radon dengan
cara pasip
Dari hasil pengukuran tiga kali
HASIL DAN PEMBAHASAN ulangan untuk setiap sampel bahan bangunan,
diperoleh data kedapat ulangan (repro-
Pengukuran laju lepasan radon pada ducibility) yang cukup baik dengan koefisien
bahan bangunan dengan detektor jejak nuklir variasi sekitar 9 % untuk batako putih, dan
CR-39, cukup sederhana dan murah, walaupun batako semen, sekitar 6% untuk bata merah
ada kelemahan yaitu diperlukan waktu dan 5 % untuk beton ringan. Pergcseran
pemajanan yang cukup lama ( 21 hari). koefisien variasi ini, mencerminkan porositas
beton ringan relatif lebih homogen

PSPKR-BATAN 18
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

dibandingkan batako putih maupun batako laporan peneliti lain [15, 16]. Ini disebabkan
semen [4]. Batas terendah deteksi metode pasip karena porositas mengecil, sehingga lepasan
ini , bila dihitung dengan metode Curie [13] , radon dari dinding ke udara menurun. Oleh
dengan selang kepercayaan 95 % sebesar 0,027 karena itu, semua dinding bangunan sebaiknya
Bq/m2jam. untuk waktu pemajanan selama 21 diplester dan di cat, agar konsentrasi radon di
hari. Batas limit deteksi ini, dalam orde yang dalam ruangan dapat diturunkan.
sama dengan metode yang dikembangkan Substitusi hasil yang diperoleh pada
penelitian lain [5,9], tabel 2 kedalam Persamaan (4) dapat
diperkirakan konsentrasi radon maksimum
D Scbelum diplcster E3 Sesudah diplester yang berasal dari bahan bangunan untuk
HDiplcstcr dan dicat ruangan dengan ukuran 4 x 4 x 3,6 m dalam
kondisi tertutup dengan X v 0,05 per jam yaitu
sebesar 10,5 Bq/mJ untuk dinding batako
semen, 5,1 Bq/m3 untuk dinding bata merah dan
sebesar 4,5 Bq/m3 untuk dinding beton ringan.
Ini berarti sangat dimungkinkan memperkira-
kan konsentrasi radon di dalam ruangan
bertingkat, berdasarkan pengukuran laju
lepasan radon, karena sumber utama radon
berasal dari bahan bangunan.

KESIMPULAN

1. Metode pasip dengan detektor jejak nuklir


jenis bahan bangunan dapat digunakan untuk mengukur laju
Keterangan :
lepasan radon dari bahan bangunan, karena
A = Batako Putih
B = Batako Semen mempunyai akurasi dengan nilai sebesar
C = Bata Merah 4% dan kedapat ulangan antara 6 - 9 %,
D = Beton Ringan serta batas terendah deteksi sebesar 0,027
Bq/m2 jam.
Gambar 2 . Prosentase penurunan Iaju lepasan 2. Laju lepasan radon dan bahan bangunan
radon sesudah diplester dan dicat dari bergantung pada porositas dan kerapatan
4 jenis bahan bangunan. bahan, tinggi di batako putih dan rendah di
beton ringan.
Laju lepasan radon dari ke empat jenis 3. Plester dan cat air pada permukaan dinding
bahan bangunan tertinggi pada batako putih dapat menurunkan laju lepasan radon
dan terendah pada beton ringan (Tabel2). antara 38 % sampai 72 %. karena
Walaupun radionuklida alam (Ra-226) sebagai porositas permukaan bahan mengecil.
induk gas radon tertinggi di bata merah dan 4. Hasil pengukuran laju lepasan radon dari
beton ringan [14]. Hal ini dapat terjadi, karena bahan bangunan, dapat digunakan untuk
porositas pada batako putih dan batako semen memperkirakan konsentrasi radon di
tinggi dengan kerapatan rendah , sehingga laju ruangan bertingkat bila dimensi ruangan
lepasan radon tinggi dan ini terjadi sebaliknya dan laju ventilasi diketahui.
pada bata merah maupun beton ringan. Dari
Tabel 2 terlihat bahwa laju lepasan radon DAFTAR PUSTAKA
tinggi untuk kondisi dinding bangunan belum
diplester, teramati untuk keempat bahan 1. UNSCEAR. Sources, effects and risks,
bangunan. Pengaruh plester dan pengecetan UNSCEAR Report 1988.
dengan cat tembok, akan menurunkan laju 2. BURGE.S., et al., Sick Building
lepasan radon antara 38 % sampai 72 % Syndrome; A study of 4373 office workers.
dibandingkan dinding belum diplestev (Gambar Annual Occupational and Hygiene 31
2). Hasil pcngamatan ini sesuai dengan (1987) 493 -504.

PSPKR-BATAN 19
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 ] Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

3. ICRP. Lung Cancer Risks from Indoor Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,
Exposures to Radon Daugh ters ICRP PSPKR-Jakarta, 23-24 Agustus 1994.
Publication 50 (1987). 15. MORAWSKA.L, Influence of Sealant on
4. STRANDEN.E., Building Materials as a Radon Emanation Rate from Building
Sources of Indoor Radon. In Radon and its Materials. Health Physics 44 (1983) 416-
Decay Products in Indoor Air. Nazaroff 418.
and Nero jr.(Editor), John Wiley and Sons 16. TSO.M.W, CHOR-YI. Ng and LEUNG.
New York. (1988) 113-130. K.C, Radon Release from Building
5. ABU JARAD, F., FREMLIN. J. H. , AND Materials in Hongkong. Health Physics 67
BULL.R., A Study of Radon Emitted from (1994)378-384.
Building Materials Using Plastic cc-track
Detectors. Physics Medicine and Biology,
22(1980)483-494 DISKUSI
6. BOSSUS.D.A.W., Emanating Power and
Spesific Surface Area. Radiation Sutomo Budihardjo - PPBGN :
Protection Dosimetry 7 (1984) 73-76. Bagaimana pengaruh bahan "plester" terhadap
7. COLLE. R., RUBIN. R. I , KNAB. L J., Iepasan radon, dengan asumsi bahwa bahan-
HUTCHINSON. J. M. R., Radon bahan plester tersebut juga sama dengan bahan
Transport Trough and Exhalation from bangunan ? Apakah justru faktor porositas
Building Materials : A Review and yang lebih dominan ?
Assesment. NBS Report (1981).
8. QUINDOS. L.S., NEWTON. G.J., and Bunawas :
WILKENING .M. N.,Estimation of Indoor Bahan plester pengaruhnya terhadap lepasan
Rn-222 from Concrete. Health Physics 56 radon kecil dibandingkan pengaruh porositas.
(1989) 107-109.
9. CHEN.C.J., WENE.P.S., CHU.T.C, Junaidi - PT. Fajar Mas Murni :
Radon Exhalation Rate from Various 1. Apakah semua jenis bahan bangunan
Building Materials. Health Physics, 64 mengandung unsur radioaktif (radon) ?
(1993) 613 -619. 2. Apa yang mempengaruhi bahan bangunan
10. BUNAWAS, MARGA UTAMA dan mengandung zat radioaktif ?
SUPRAPTO.C, Penentuan permeabilitas 3. Bagaimana cara mengatasinya ?
Radon dan Thoron yang menembus
membrane plastik dengan teknik jejak Bunawas :
nuklir. Simposium Himpunan Fisika 1. Benar.
Nasional ke X, IKIP - Yogyakarta, Januari 2. Bahan bangunan yang berasal dari bumi,
1989. pasti mengandung zat radioaktif alam dari
11. BUNAWAS dan ABUBAKAR RAMAIN, deret U-238, Th-232 dan K-40, tetapi
Dosimeter Radon pasip dengan Detektor kadarnya berbeda untuk tiap jenis bahan
jejak nuklir Cr-39. Seminar Himpunan bangunan.
Fisika Jakarta, UI-Depok, Januari 1990. 3. Gunakan bahan bangunan yang berkadar
12. SOKAL.R.R, and ROHLF.F.J (Editor). radioaktif rendah seperti kayu.
Introduction to Biostatistics. W.H.Freeman
and Company, San Fransisco, (1973) 107- Susetyo Trijoko- PSPKR :
109. 1. Apakah pernah dilakukan suatu inter-
13. CURRIE.L.A, Limits for Qualitative komparasi metode pengukuran laju lepasan
Detection and Quantitative Determination, radon (metode aktif ataupun pasif) dengan
Application to Radiochemistry. Analytical laboratorium lain di luar negeri yang sejenis
Chemistry 40 (1968) 586-593. 2. Apakah bisa dijelaskan, unsur-unsur di
14. SUTARMAN, dkk. Konsentrasi Radio- alam ini yang mengandung radium cukup
nuklida Alam di dalam bahan bangunan di besar.
Jakarta dan sekitarnya. Presentasi Ilmiah 3. Mengapa batako putih melepaskan radon
lebih banyak daripada batako semen ?

PSPKR-BATAN 20
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Bunawas : 2. Tidak ada batasan NAB dari lepasan radon.


1. Belum pemah, karena terbentur dana.
2. Bahan bangunan yang mengandung radium Mulyadi Rakhmad - PSPKR :
(Ra-226) cukup tinggi antara lain gypsum, Mengapa dimensi laju lepasan radon Bq/m2
granit, tanah tras. jam ?
3. Karena porositasnya tinggi.
Bunawas :
Budi Santoso - PPBGN: Untuk memperkirakan laju lepasan radon per
Sampai di mana bahayanya lepasan radon dari satuan luasan tertentu, laju lepasan : Bq/jam
bahan bangunan bata merah, batako semen, atau Bq/detik. Untuk luasan 1 m2 tertentu,
batako putih bila digunakan bangunan rumah maka satuannya Bq/jam m2.
tempat tinggal ?
Nazaroh - PSPKR :
Bunawas : 1. Apa kelebihan dan kekurangan penentuan
Tingkat bahaya bangunan ditentukan dengan laju lepasan Radon menggunakan kedua
rumus : metode tersebut ?.
AK-40 A Ra-226 A Th-232 2. Apakah cukup membahayakan bagi
+ 4. < 1 kesehatan jika rumah kita hanya dengan
4810 370 259 batako putih ? Sampai berapa besar
bahayanya ?.
dengan A =aktivitas Bq/kg. Jika kadar/aktivitas
K-40, Ra-226 dan Th-232 setelah dihitung Bunawas :
dengan persamaan di atas > 1 maka bahan 1. Pertanyaan sama dengan Bapak Gatot
tersebut jangan digunakan. Suhariyono.
2. Untuk menentukan tingkat bahaya radon ,
Fransisca - PAIR : perlu di ukur berapa besar konsentrasi
Sumber radon berasal dari mana ? Apakah dari radon rumah yang dibangun dengan batako
komponen bahan bangunannya sendiri atau dari putih, karena menurut BEIR maupun ICRP
komponen pembentuknya seperti pasir atau ada hubungan linier antara resiko kanker
semen ?. paru-paru dengan konsentrasi radon.

Bunawas :
Sumber radon berasal dari tanah (tempat
bangunan berdiri), bahan bangunan dan air.
Radon berasal dari komponen pembentuknya
yang sudah mengandung radionuklida alam.

A. Sorot Soediro - PPBGN:


1. Berapa sampel (contoh) rumah di BAT AN
Indah Tipe 36 sehingga anda menyimpulkan
dapat melepas radon yang cukup tinggi dan
bagaimana dengan tipe 45 ?.
2. Apakah gas radon yang dilepaskan masuk
di bawah NAB yang diijinkan ?.

Bunawas :
1. Rumah di BAT AN Indah baik tipe 36
maupun tipe 45 yang masih asli, laju
lepasan radonnya tinggi, sampel yang
dianalisis 6 buah untuk setiap jenis bahan
bangunan.

PSPKR-BATAN 21
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996 ID0000057
ISSN : 0854-4085

DOSIMETER PERORANGAN NEUTRON TERMIK


MENGGUNAKAN DETEKTOR CR-39 DENGAN FILTER LiF ALAM
5
Hasnel Sofyan, M.Thoyib Thamrin
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

ABSTRAK
DOSIMETER PERORANGAN NEUTRON TERMIK MENGGUNAKAN DETEKTOR CR-39
DENGAN FILTER LiF ALAM. Telah dilakukan penelitian tentang dosimeter perorangan neutron termik
menggunakan detektor CR-39 dengan ketebalan filter LiF alam yang berbeda. Penyinaran dilakukan di udara dan
di atas fantom PMMA dengan sumber neutron Reaktor Penelitian TRIGA MARK II milik Universitas Rikkyo
Tokyo, Jepang. Jejak nuklir laten dihitung secara otomatis dengan perangkat lunak ASPECT Ver. 4.22 sen
A4T124 dan secara manual sebagai koreksi. Hasil dari penelitian, jumlah maksimum jejak nuklir laten terjadi
pada ketebalan filter LiF 8 mm dengan 6,71 lxlO"5 jejak/neutron untuk penyinaran di udara. Pada penyinaran di
atas fantom, ketebalan filter LiF adalah 10 mm dengan 1 l,630xl0' 5 jejak/neutron. Nilai tersebut adalah 3,6 dan 7,5
kali Iebih besar dari tanggapan detektor tanpa menggunakan filter LiF untuk penyinaran di udara dan di atas
fantom, secara berurutan.

ABSTRACT
PERSONAL DOSEMETER OF THERMAL NEUTRON USING A CR-39 DETECTOR WITH
FILTER NATURAL LiF. The research of personal dosemeter for thermal neutron using CR-39 detector with
different thicknesses of natural LiF filter was carried out. The irradiation of CR-39 detector with neutron source
from reactor research TRIGA MARK II of Rikkyo University Tokyo, Japan. Nuclear track was counted by
automatic methode with ASPECT Ver.4.22 Series A4T124 software and manual methode for correction. The result
of research, the maximum of nuclear tracks was obtained at 8 mm of LiF filter thickness with 6,71 lxlO"5
tracks/neutron for air radiation. And on phantom radiation, the thickness of filter was 10 mm with 1 l,630xl0"5
tracks/neutron. Its values were 3.6 and 7.5 bigger than the response of CR-39 non filter in air and on phantom
radiation, respectively.

PENDAHULUAN {natural LiF) berbentuk setengah bola sebagai


converter (filter) untuk ketebalan (jari-jari
Dosimetri neutron dengan detektor bola) yang berbeda. LiF yang dikenai radiasi
jejak nuklir zat padat ADC {Allyl Diglycol neutron termik akan menghasilkan partikel a
Carbonate) atau detektor CR-39 mengalami yang terpancar melalui reaksi inti (n, a).
kemajuan yang sangat pesat. Dalam beberapa Partikel a ini dapat dideteksi dengan
tahun terakhir ini, penelitian tentang detektor menggunakan detektor CR-39 berdasarkan
CR-39 yang dipapari dengan berkas neutron jejak nuklir yang terbentuk di sepanjang
telah banyak dilaporkan. Baik penelitian lintasannya. Jejak nuklir laten dapat dilihat
tentang tanggapan detektor CR-39 dengan dan dengan bantuan mikroskop setelah terlebih
tanpa menggunakan radiator poliethilen, dahulu dilakukan proses etsa kimia pada
Li2B4O7 dll, maupun penelitian-penelitian yang detektor CR-39 selama waktu tertentu. Juga
menyangkut jejak nuklir laten pada detektor dilakukan penelitian untuk mengetahui
CR-39 [1,2,3]. Detektor CR-39 banyak tanggapan detektor CR-39 dengan LiF alam
digunakan karena detektor ini memiliki terhadap perubahan sudut penyinaran.
keistimewaan diantaranya adalah, sangat
sensitif terhadap partikel a, proton (p) dan TATAKERJA
tidak sensitif terhadap sinar X/y/p, sehingga
sangat memungkinkan untuk digunakan dalam 1. Bahan dan Peralatan
pemonitoran perorangan neutron di
daerah/lokasi dengan sumber radiasi campuran Dalam penelitian ini, digunakan
[4]. Selain dari itu, fading (pemudaran) detektor jejak nuklir zat padat Baryo Track
detektor CR-39 sangat kecil sekali. (CR-39) berukuran 10 x 5 x 1 mm3 yang
Pada penelitian ini, akan dipelajari diproduksi oleh Fukuvi Chemical Industry
tanggapan detektor CR-39 terhadap neutron Co,Ltd. Sebagai filter, digunakan LiF alam
termik dan epitermik menggunakan LiF alam berbentuk setengah bola dengan bagian

PSPKR-BATAN 22
Presiding Presenfasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

belakang terdapat lubang persegi empat 2. Metode Kerja


berukuran 10 x 5 mm2 dengan faktor
kesalahan 0,2 mm, serta LiF pengkayaan 96% Untuk setiap kali melakukan
unsur 6 Li berbentuk lembaran dengan penyinaran dipersiapkan detektor CR-39
ketebalan 1 mm. Ilustrasi bentxik filter LiF sebanyak 4 buah dengan kondisi, sebuah
tampak samping dan tampak atas ditunjukkan detektor CR-39 tanpa menggunakan filter LiF,
pada Gambar 1. Ketebalan filter LiF (r) dan 3 buah detektor CR-39 lainnya
tersebut adalah 8, 10 dan 15mm. Untuk dimasukkan ke dalam masing-masing filter LiF
memproteksi detektor CR-39 terhadap partikel berukuran 8, 10 dan 15mm, lalu ditutup dengan
rekoil (recoil particle) dari udara bebas, maka lembaran LiF pengkayaan. Setelah itu,
detektor CR-39 dengan dan tanpa filter LiF dibungkus dengan aluminium foil.
dibungkus dengan aluminium foil. Selain dari
ltu digunakan peralatan sbb. ; 2a. Penyinaran detektor CR-39
Sumber neutron dari Reaktor Penelitian
TRIGA MARK II milik Universitas Detektor CR-39 disinari di udara dan
Rikkyo Tokyo Jepang dengan fluks neutron di atas fantom lembaran PMMA dengan berkas
termik ( O ^ ) dan neutron epitermik (O cpi ) neutron pada jarak 30 cm dari permukaan
beamport II reaktor penelitian TRIGA MARK
[1], II. Penyinaran di udara, detektor CR-39 dengan
Penyinaran di udara :
pembungkus Cd yang ditempatkan pada
O th = 2,28xl0 6 n/cm 2 det, penyangga disinari selama 30 menit dan
O ep =l,23xl0 e n/cm2 det detektor CR-39 tanpa pembungkus Cd disinari
Penyinaran di atas fantom : selama 15 menit. Untuk penyinaran yang
O th = 4,54xl0 6 n/cm2 det, dilakukan di atas fantom, detektor CR-39
dengan dan tanpa menggunakan pembungkus
O epi =2,43xl0 6 n/cm2 det Cd pada kondisi yang sama seperti di atas,
Fantom lembaran Polymethyl Metacrylate masing-masing disinari selama 30 menit dan 15
(PMMA) berukuran 30x30x15 cm3 yang menit.
telah direkomendasi oleh ANSI, IAEA dan
ISO.
Lembaran Cd (cadmium) dengan ketebalan
lmm sebagai cover (pembungkus). CR-39
Sumber
Lara tan kimia 30% NaOH dengan Neutron
peralatan etsa.
Mikroskop perbesaran 500X merek Nikon
yang telah dihubungkan ke monitor TV dan
komputer (PC) NEC yang dilengkapi
perangkat lunak ASPECT Ver.4.22 Seri
A4TJ24.

Gambar 2 : Ilustrasi sudut penyinaran detektor


Dctektor CR-39 dengan filter LiF alam
.CR-39

Selanjutnya, penyinaran detektor


LiF diperkaya CR-39 terhadap perubahan sudut penyinaran
LiF Alam dilakukan di udara pada jarak 30 cm dari
permukaan beamport II reaktor. Pada tahap
pertama, detektor dengan pembungkus Cd dan
Tampak samping Tampakatas
detektor tanpa menggunakan pembungkus Cd
Gambar 1 : Ilustrasi bentuk filter LiF disinari pada sudut penyinaran 0 masing-
masing selama 30 menit. Pada tahap kedua dan
seterusnya (Gambar 2), dengan kondisi

PSPKR-BATAN 23
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

detektor dan cara penyinaran yang sama, jumlah jejak hasil koreksi pada lokasi seluas
dilakukan penyinaran detektor CR-39 untuk 0,01 mm2 kurang dari 10 %. Menurut
sudut penyinaran 30, 60 dan 90 masing- H.Takeuchi [5], perbedaan tersebut juga
masing selama 30 menit. dipengaruhi oleh jumlah jejak nuklir laten yang
terdapat pada daerah persatuan luas (0,01mm2)
2b. Etsa kimia dan evaiuasi jejak nuklir laten yang dihitung.
Jejak nuklir laten pada detektor CR-39
Detektor-detektor CR-39 yang telah dengan pembungkus Cd, merupakan tanggapan
disinari, dietsa dengan larutan kimia 30% terhadap neutron epitermik. Sedangkan
NaOH pada suhu (800,5)C selama 60 menit. tanggapan detektor CR-39 terhadap neutron
Setiap detektor CR-39 diperlakukan sama termik akan diperoleh dari tanggapan detektor
selama proses etsa berlangsung dan setelah CR-39 tanpa pembungkus Cd dikurangi
proses etsa selesai. Karena hasil etsa dengan tanggapan detektor CR-39 menggunakan
konsentrasi larutan dan waktu etsa yang sama, pembungkus Cd. Tanggapan detektor CR-39
juga sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu dengan filter LiF terhadap neutron termik dan
dan kecepatan stiver, maka parameter- epitermik untuk penyinaran yang dilakukan di
parameter ini sangat perlu dikontrol agar tetap udara dan di atas fantom ditunjukan dalam
stabil. Detektor CR-39 yang telah dietsa, dicuci Tabel 1. Gambar 3 a, b adalah tanggapan
dengan air destilasi yang mengalir selama 1 5 detektor CR-39 dalam bentuk kurva untuk
menit dan kemudian dikeringkan. Setelah itu, penyinaran di udara dan di atas fantom. Dari
dilakukan pengevaluasian jejak nuklir laten gambar ini, dapat dilihat bahwa puncak kurva
yang terjadi pada detektor CR-39 mengguna- yang merupakan tanggapan maksimum
kan mikroskop yang telah dihubungkan ke detektor CR-39 terjadi pada penggunaan filter
monitor TV. Jumlah jejak pada luas permukaan LiF dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm
0,1 x 0,1 mm 2 dihitung untuk 80 lokasi yang masing-masing untuk penyinaran di udara dan
berbeda secara otomatis dengan perangkat di atas fantom. Pada penyinaran detektor di
lunak ASPECT Ver.4.22 Sen A4T124 dan udara, jumlah jejak nuklir laten menjadi 3,6
secara manual untuk koreksi. kali lebih besar dari tanggapan detektor CR-39
tanpa filter atau 6,71 lxl 0"5 jejak/neutron untuk
sumber neutron reaktor. Untuk penyinaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan di atas fantom PMMA, jumlah
jejak nuklir laten yang terjadi pada detektor
Dari hasil evaiuasi jejak nuklir laten,
menjadi 7,5 kali lebih besar atau ll,630xl0"5
beberapa lokasi dari 80 lokasi yang berbeda
jejak/neutron.
untuk setiap detektor CR-39 terdapat jejak-
jejak yang bertumpukkan dan jejak-jejak Tanggapan detektor CR-39 terhadap
(berkas) yang bukan disebabkan oleh reaksi neutron termik dan epitermik yang hanya
nuklir. Jejak-jejak nuklir laten yang disebabkan oleh filter LiF dan terhadap
bertumpukkan, menyebabkan jumlah jejak perubahan sudut penyinaran ditunjukan pada
terhitung dengan perangkat lunak ASPECT Tabel 2. Dari tabel ini, terlihat bahwa jumlah
menjadi berkurang. Sedangkan jumlah jejak jejak nuklir laten pada detektor CR-39
terhitung akan menjadi lebih besar pada lokasi mengalami penurunan untuk filter yang lebih
yang memiliki berkas-berkas yang bukan tebal dan terhadap sudut penyinaran yang
merupakan jejak akibat dari reaksi nuklir. Agar semakin besar. Untuk ketebalan filter 8 mm,
diperoleh jumlah jejak yang lebih akurat dan tanggapan yang diterima detektor CR-39
baik, maka data-data yang didapatkan dari sampai sudut penyinaran 60 terlihat adanya
penghitungan secara otomatis dikoreksi dengan peningkatan tanggapan pada detektor dan
penghitungan secara manual. Penghitungan kemudian terjadi penurunan tanggapan pada
secara manual dilakukan untuk jejak-jejak sudut yang lebih besar dari 60. Peningkatan
salah hitung, yaitu jejak nuklir laten yang ini, disebabkan masih besarnya pengaruh dari
bertumpukkan atau berkas-berkas yang bukan lembaran LiF diperkaya 96% unsur 6Li yang
jejak nuklir. Perbedaan rata-rata jumlah jejak sangat sensitif terhadap berkas neutron. Untuk
hasil penghitungan secara otomatis dengan ketebalan filter LiF 10 mm dengan sudut

PSPKR-BATAN 24
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

penyinaran 90 terjadi peningkatan jumlah Dari hasil-hasil di atas, dengan


jejak nuklir laten yang relatif besar yang terjadinya peningkatan tanggapan yang cukup
diperkirakan telah terjadi suatu kesalahan besar dari detektor CR-39, maka hal ini dapat
dalam evaluasi. Menurut penelitian T. lebih mempermudah penghitungan dan analisis
Nozaki dkk. [6], pada kondisi detektor jejak nuklir laten. Selanjutnya, pengaruh sudut
sebagaimana tersebut di atas, akan terjadi penyinaran sampai sekitar sudut 60, dapat
penurunan seperti halnya untuk ketebalan filter dilihat perubahan tanggapan detektor CR-39
15 mm. Pada Gambar 4 diperlihatkan yang relatif kecil, sehingga detektor CR-39
perkiraan bentuk kurva untuk ketebalan filter dengan filter LiF alam berbentuk setengah bola
LiF 10 mm untuk sudut penyinaran lebih besar ini, dimungkinkan untuk digunakan sebagai
dari 60 yang digambarkan dengan garis putus- dosimeter pemonitoran perorangan neutron
putus. termik.

Tabel 1 : Tanggapan detektor CR-39 terhadap neutron termik dan epitermik


menggunakan filter LiF dengan ketebalan 8, 10 dan 15 mm

Kondisi Sumber Kepekaan (x 1E-05 jejak/neutron)


Penyinaran Neutron 0 mm 8 mm 10 mm 15 mm
Di Termik 1,873+0,140 7,2590,268 5,2020,253 3,35510,212
Udara Epitermik 4,691+0,163 5,4230,179 6,5200,187 4,9190,179
Di atas Termik l,5460,065 11,187+0,214 12,0550,216 9,2110,201
Fantom Epitermik 2,3250,082 4,6630,115 3,8680,103 4,5390,015

: CR-39 taiipa Cd
a: CR-39 dengan Cd

5? 4 +
"3 : CR-39 taiipa Cd
a: CR-39 dengaji Cd

2 .

-a-

0
0 5 10 15 0 5 10 15
Ketebalan Filter LiF (mm) Ketebalan Filter LiF (mm)
a). Penyinaran di udara b). Penyinaran di atas fantom

Gambar 3 : Tanggapan detektor CR-39 terhadap ketebalan filter LiF


untuk penyinaran di udara dan di atas fantom

PSPKR-BATAN 25
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2 : Tanggapan detektor CR-39 dengan filter LiF terhadap sudut penyinaran
untuk ketebalan filter LiF 8,10 dan 15 mm pada penyinaran di udara
Sumber Sudut Jumlah Jejak (Jejak/mm 2 det)
Neutron Penyinaran 8 mm 10 mm 15 mm
0 l,1460,049 l,1210,047 0,8070,041
Neutron 30 1,2300,050 1,05610,048 0,7650,041
Termik 60 l,5140,045 0,99010,041 0,4160,036
90 l,3680,043 1,600+0,044 0,2380,034
0 0,2890,030 0,0890,029 -0,12510,026
Neutron 30 0,4050,029 0,28810,028 0,01010,025
Epitermik 60 0,579+0,023 0,50010,023 0,477+0,021
90 0,418+0,020 0,39810,019 0,48510,022

besar dari jumlah jejak nuklir tanpa filter LiF


untuk penyinaran di udara dan di atas fantom.
Ketebalan filter Pada penyinaran di udara, diperoleh tanggapan
: 8 mm
: 10 nun detektor CR-39 terhadap neutron termik
A : 15 mm sebesar 6,71 lxlO"5 jejak/neutron pada ketebal-
an filter 8 mm. Dan untuk penyinaran di atas
fantom diperoleh ll,630xl0" 5 jejak/neutron
dengan ketebalan filter 10 mm. Dengan
peningkatan tanggapan pada detektor CR-39
dan sampai sudut penyinaran 60 hampir tidak
mengalami perubahan tanggapan, maka
detektor CR-39 dengan filter LiF berbentuk
setengah bola tersebut memungkinkan untuk
digunakan sebagai dosimeter perorangan
30" 60" 90 neutron termik.
Sudut Penyinaran
UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 4 : Tanggapan detektor CR-39 dengan
filter LiF terhadap sudut penyinaran untuk Penulis mengucapkan terima kasih
ketebalan filter 8, 10 dan 15 mm. kepada Prof. T. Sato, Ass. Prof. T. Nozaki dan
DR. T. Honda yang telah banyak memberikan
KESIMPULAN bimbingan dan semangat selama melakukan
penelitian, dan kepada Sdr. K. Abe atas
Penghitungan jumlah jejak nuklir laten bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian,
secara manual perlu dilakukan, karena serta kepada Sdr. H. Takeuchi, K. Kishimoto,
perangkat lunak ASPECT Ver.4.22 sen seluruh staf dan karyawan AER Lab. M.I.
A4T124 tidak dapat memilah jejak-jejak nuklir Technology.
laten yang bertumpukan dan jejak-jejak yang
bukan merupakan jejak akibat proses reaksi DAFTAR PUSTAKA
nuklir. Perbedaan rata-rata jumlah jejak nuklir
laten yang terhitung otomatis dengan jumlah 1. ABE, K. ; The Study of Performance of
jejak dikoreksi kurang dari 10 %. Prototype Personal Monitor for Slow
Tanggapan yang diterima detektor Speed Neutrons, Bulletin of AER Lab. of
CR-39 terhadap neutron termik dengan MIT Japan, Vol. 20, p. 182-186, 1994.
penggunaan filter LiF alam berbentuk setengah 2. RAMAIN, A dkk : Tanggapan Detektor
bola dan lembaran LiF diperkaya pada bagian CR-39 Dengan Radiator Litium Borat
belakangnya, meningkat 3,6 dan 7,5 kali lebih Terhadap Neutron Termik, Presiding

PSPKR-BATAN 26
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Seminar Reaktor Nuklir dalam Sains dan Hasnel Sofyan


Teknologi, PPTN-BATAN Bandung, 1. Untuk dosimeter perorangan, ketebalan
1991. filter yang lebih aplikatif adalah 10 mm.
3. PITT.E.,SCHARMAN,A- et.al : A CR-39 2. Penyinaran dilakukan dengan satuan jam
Compound Nuclear Track Detector for (detik) sehingga jumlah jejak maksimum
Fast Neutrons, Radiation Protection menjadi jejak/neutron (fluks neutron ;
Dosimetry, Vol.6 No. 1-4, p. 209-211. n/cm2 det, jumlah jejak/satuan luas selama
4. ODA, K. et.al ; Dose-equivalent Response t detik penyinaran ; jejak/mm2det). Untuk
CR-39 Track Detector For Personnel mengetahui hubungan dosis dengan jumlah
Neutron Dosimetry, Nucl. Instr. and jejak perlu dilakukan pembuatan kurva
Methods in Physics Research B61, p. 302- kalibrasi.
308, 1991.
5. TAKEUCHI, H : Study of Automatic Mulyadi Rachmat - PSPKR
Counting of Nuclear Tracks in Solids by Apa dasar penggunaan filter LiF alam pada
Image Processing, Bulletin of AER Lab. of detektor CR-39 untuk neutron termik.
MIT Japan, Vol. 19, p. 148-153, 1993.
6. NOZAKI, T. et.al : Development of Slow Hasnel Sofyan
Neutron Dosemeter by Track Counting, Apabila filter LiF dikenai paparan neutron,
Bulletin of AER Lab. of MIT Japan, Vol. maka akan terjadi reaksi nuklir (n, a). Partikel
19, p. 103-109, 1993. a yang terpental tersebut, akan membentuk
jejak pada detektor CR-39 di sepanjang
lintasannya. Jejak ini akan terbaca setelah
DISKUSI detektor CR-39 dietsa dengan larutan kimia
NaOH atau KOH selama waktu dan suhu
Edison Sihombing - PRSG tertentu.
Apa fungsi bahan Cadmium yang digunakan
dalam penelitian ini ? Nazaroh - PSPKR
1. Tolong jelaskan masalah jejak neutron.
Hasnel Sofyan Kenapa satuannya jejak/neutron.
Cadmium berfungsi sebagai penyerap neutron 2. Bagaimana perbedaannya pengukuran
dengan perangkat lunak dan manual.
Pardi - PSPKR 3. Kenapa jejak di fantom dengan filter lebih
Mengapa pada ketebalan filter LiF sama tebal, jejaknya lebih besar.
tanggapan detektor CR-39 di atas fantom, lebih 4. Bagaimana membandingkan penyinaran di
tinggi dibandingkan dengan di udara, mohon udara dan di atas fantom dengan ketebalan
dijelaskan ? filter berbeda untuk menentukan jejak
neutron.
Hasnel Sofyan
Karena adanya hamburan balik dari fantom Hasnel Sofyan
yang digunakan. 1. Satuan fluks neutron (n/cm2 det), dan
jumlah jejak perdetik penyinaran
Sri Widayati - PTPLR (jejak/mm2 det), sehingga tanggapan
1. Dari hasil penelitian Saudara, mana yang detektor menjadi,
lebih efektif dalam aplikasi menggunakan jumlah jejak
filter LiF 8 mm atau 10 mm. Tanggapan =
fluks neutron
2. Jumlah maksimum jejak nuklir dinyatakan
dalam satuan jejak/neutron. Bagaimana 2. Perangkat lunak Aspect, tidak dapat
dalam aplikasinya jika kita ingin memilah jejak-jejak yang sangat berdekatan
mengetahui hubungan antara dosis neutron dan jejak-jejak yang bukan jejak nuklir
termik terhadap jejak neutron. laten. Sehingga diperlukan penghitungan
secara manual. Perbedaannya kurang dari
10%.
3. Karena ada hamburan balik.

PSPKR-BATAN 27
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

4. Pcnyinaran CR-39 dilakukan di udara dan


di atas fantom dengan ketebalan filter yang
berbeda. Dengan adanya perbedaan ini,
akan diperoleh ketebalan filter yang
memberikan jumlah jejak maksimum.

Nur Rohmah - PSPKR


1. Dalam penelitian ini saudara menggunakan
ketebalan filter yang berbeda. Apakah ada
pengaruh ketebalan filter tersebut terhadap
tanggapan dosimeter dan pada tebal filter
berapa penggunaan filter tersebut efektif.
2. Saudara menggunakan sumber neutron dari
reaktor padahal sumber neutron dari
reaktor memancarkan radiasi campuran.
Apakah semua tanggapan yang terdeteksi
oleh dosimeter berasal dari neutron termik
saja.

Hasnel Sofyan
1. Ada. Pada ketebalan filter 8 mm dan 10
mm jumlah jejak nuklir mencapai
maksimum untuk penyinaran di udara dan
di atas fantom.
2. Tidak.

PSPKR-BATAN 28
Presiding Presentasi Ilmiah Keselaraatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

EVALUASI STABILITAS PESAWAT AKSELERATOR LINIER MEDIK


Nasukha
Pusat Slandardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN
ID0000058
ABSTRAK
EVALUASI STABILITAS PESAWAT AKSELERATOR LINIER MEDIK. Akselerator linier medik
banyak digunakan dalam radioterapi untuk pengobatan kanker. Kestabilan berkas radiasi pada akselerator perlu
diketahui untuk mencapai optimisasi penggunaan radiasi untuk pengobatan. Dua buah akselerator lim'ear medik,
Mevatron 20 dan 12 telah dievaluasi kestabilannya selama sebulan dengan menggunakan "RMI daily contancy tool'.
Diperoleh % ketidakstabilannya dibawah 3 % untuk berkas elektron berenergi 7,10,12,15, 18 MeV dan berkas
foton 15MV dari Mevatron 20 serta berkas foton 12 MV dari Mevatron 12. Berkas elektron berenergi 5 MeV dari
Mevatron 20 perlu mendapatkan tindakan perbaikan, terutama pada radiofrekuensinya, agar kestabilamiya lebih
baik.

ABSTRACT
STABILITY EVALUATION OF MEDICAL LINEAR ACCELERATOR. Medical linear accelerators are
widely used for cancer treatment in radiotherapy. Radiation beam stability of accelerators should be detectable to
reach the optimisation of radiation in medicine used. Stability of two medical linear accelerators, Mevatron 20 and
12 were evaluated for a month with RJVQ daily contancy tool. Unstability less than 3 % for 7,10,12,15,18 MeV of
electron beam and photon beam 15MV of Mevatron 20 and photon beam 12MV of Mevatron 12. Electron beam of
5 MeV of Mevatron 20 should be set to get better stability, especially its radiofrequency.

PENDAHULUAN hidup pasien cukup besar sumbangannya sejak


ditemukannya sinar-x sampai sekarang dan
Radiasi pengion dan radioaktivitas saat ini banyak dikenal dengan istilah
telah digunakan untuk pengobatan penyakit optimisasi penggunaan radiasi untuk
malignan sejak tahun 1900. Pengobatan dengan kedokteran. Mengingat hal ini telah menjadi
cara seperti ini lebih dikenal dengan prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu asas
radiotcrapi. Radioterapi adalah suatu metode manfaat, optimisasi dan pembatasan dosis.
yang efektif dan mapan untuk perlakuan terapi
penyakit malignan. Tujuan radioterapi adalah TEORI
untuk inemberikan dosis radiasi setepat-
tepatnya (akurasi maupun presisi) terhadap Latar belakang
jaringan yang sakit ('target volume') tanpa
memberikan efek atau kerusakan yang berarti Bahasan tentang pesawat akselerator
pada jaringan sehat disekitamya. Dengan linier medik telah dijelaskan oleh beberapa
kemajuan teknologi fisika radioterapi pada saat penulis, diantaranya Karzmark dan Morton [1]
ini, tujuan tersebut bisa dicapai dengan cara : yang secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut:
meningkatkan metode pengukuran dosis
Elektron yang dihasilkan oleh 'electron
radiasi secara tepat dan akurat
gun' disuntikkan ke tabung pemercepat
menggunakan komputer untuk suatu
gelombang berjalan ('travelling wave acceler-
rencana perlakuan terapi ('computerized
ating structure'). Pada saat yang bersamaan
treatment planning'), sehingga hasilnya
gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi
akan lebih optimal sesuai dengan tujuannya
juga diinjeksikan ke tabung tersebut melalui
menggunakan pesawat-pesawat yang
sistim penunjuk gelombang ('wave guide
menghasilkan energi tinggi sehingga bisa
system1). Gelombang elektromagnetik
memberikan dosis radiasi yang tinggi untuk
berfrekuensi tinggi diperkuat oleh magnetron.
didistribusikan ke jaringan yang sakit,
Gelombang inilah yang mempercepat elektron,
scmentara menurunkan efek terhadap
sehingga dihasilkan berkas elektron berenergi
jaringan normal.
tinggi. Dengan menggunakan magnet ('bending
Oleh sebab itu barangkali bisa magnet1) berkas elektron yang dipercepat
dikatakan bahwa perkembangan teknologi tersebut diarahkan sesuai dengan keperluan.
fisika radioterapi untuk meningkatkan kualitas Pada Gambar 1 terlihat salah bentuk 'bending

PSPKR-BATAN 29
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

magnet dengan putaran elektron 270 .Berkas samping perjalanan elektron dalam 'bending
elektron ini bisa digunakan untuk terapi magnet' juga pengaruh 'scattering foil'.
langsung ke pasien atau bisa juga untuk
menghasilkan sinar-x (berkas foton) dengan
menginteraksikan elektron berenergi tinggi
tersebut dengan suatu bahan atau sasaran yang - E L E C T R O N BEA

memiliki berat atom yang tinggi. Dengan


demikian dapat dipahami bahwa pesawat
akselerator linier medik bisa menghasilkan
berkas foton (sinar-x) maupun elektron
berenergi tinggi. Posisi target sinar-x pada
Gambar 2a dan 2b dapat bergeser jika yang
diinginkan adalah berkas elektron untuk terapi
pasien, demikian juga pergantian antara
'flattening filter' dengan 'scattering foil1.
COLUMArOA ' '3
I I ' '\ SOOES.
I
t- \ BLOCKS
SLOt f O WSOOES.
COMPENSATORS
ATTENEO J I BOCS
r-i-J-i-i-',
i i '

i i

Gambar 2a. Bagian sistem yang menghasilkan


berkas smar-x [1]

ELECTRON 86AM

X-RAY TARGET

Gambar 1. Perjalanan elektron pada 'bending


PRIMARY
magnet' dengan sudut putaran 270 [1] -COLLIMATOR

Perjalanan elektron, baik yang SCATTERING FOCI. j FLATTENING FILTER


dimanfaatkan secara langsung untuk terapi CARROUSEL :
-. \ -

pasien ataupun untuk menghasilkan sinar-x ION CHAMBER


sangat penting untuk mendapatkan suatu SECONDARY
COLLIMATOR
berkas elektron atau radiasi sinar-x yang
homogen. Sebagai gambaran perjalanan
ACCESSORY
elektron yang digunakan untuk menghasilkan MOUNT

sinar-x tersebut akan menghasilkan 'profile'


berkas seperti pada Gambar 3. ELECTRON
APPLICATOR
Kesimetrian dan kerataan berkas
dipengaruhi oleh sistim perjalanan berkas
elektron. Ketidakseragaman akan meningkat PATIENT
ketika berkas elektron tidak secara simetris
menabrak filter pemerata disamping merupakan
sifat alami interaksi elektron berkecepatan Gambar 2b. Bagian sistem yang digunakan
tinggi dengan bahan sasaran untuk radiasi untuk berkas elektron [1]
sinar-x. Sedangkan untuk berkas elektron, di

PSPKR-BATAN 30
Prosiding Prescntasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ELECTRON BEAM

Gambar 3. Perubahan 'Profile-profile' berkas sinar-x akibat perjalanan elektron yang berbeda-beda [2]

Efek ketidaksimetrian dan ketidak- yang diperoleh dalam satu garis, maka
rataan berkas akan sangat mempengaruhi perhitungannya akan lebih sederhana, yaitu
keberhasilan pengobatan kanker dengan dengan cara pengurangan antara bacaan dosis
radiasi, karena disamping akan memberikan dititik ujung satu (seperti pada Gambar 5)
distribusi dosis yang besar pada jaringan sehat, dengan bacaan dosis dititik ujung lainnya
dan juga distribusi dosis yang sampai ke sel dalam satu garis lurus dibagi bacaan dosis
kanker akan tidak efektif. Hal ini dapat dititik tengah dalam persen. Persentase
digambarkan dalam hubungannya dengan kestabilan 'Crossplane' didefinisikan sebagai
'target volume' seperti pada Gambar 4. 'profile' berkas yang tegak lurus dengan 'gun-
target', sedangkan 'inplane' didefinisikan
sebagai 'profile' berkas searah dengan 'gun-
target'.
Dose Untuk evaluasi dari waktu ke waktu,
sejauhmana stabilitas berkas suatu pesawat
^effectivt akselerator linier medik layak dan terjamin
digunakan untuk keperluan terapi pasien, maka
data penelitian ini akan diambil selama satu
bulan.
Distance
PERCOBAAN

Gambar 4. Dosis efektif yang diharapkan Alat-alat yang digunakan


terhadap 'profile' berkas yang dihasilkan [3]
- Pesawat akselerator linier medik Mevatron 20
- Pesawat akselerator linier medik Mevatron 12
Penentuan stabilitas berkas - RMI daily constancy tool
Kerataan berkas ('horn') dan
Prosedur Percobaan
keminngan berkas ('tilt') dan cara
penentuannya telah dibahas [4]. Akan tetapi Berkas radiasi yang digunakan adalah
apabila hanya ada 3 (tiga) titik pengukuran scmua energi yang dihasilkan dari pesawat

PSPKR-BATAN 31
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

akselerator Iinier medik dengan luas lapangan lebih baik. Mengingat kondisi berkas elektron
sesuai dengan luas yang disediakan RMI daily berenergi 5 MeV untuk 'inplane' tersebut
constancy tool pada jarak fokus-detektor diatas, maka tindakan berikutnya adalah
seperti yang biasa digunakan untuk pasien dan memperbaikinya, yaitu dengan kerjasama
dalam hal ini adalah 100 cm. Pengukuran antara bidang elektronik dan fisika, karena
dilakukan setiap pagi hari sebelum pesawat kemungkinan besar disebabkan oleh pengaturan
digunakan untuk pasien, dan data yang radiofrekuensi untuk energi tersebut.
diperoleh adalah 5 titik bacaan dosis. Posisi Berkas foton 15 MV dari Mevatron 20
kelima titik bacaan dosis tersebut dapat kestabilan cukup memuaskan.' 2,81%
dijelaskan dengan Gambar 5. Data evaluasi ketidakstabilan maksimum dicapai untuk
disini diambil untuk selama sebulan, yakni 'inplane' dan 2,22 % untuk 'crossplane'.
pada bulan Mei 1995. Energi-energi elektron Demikian juga untuk Mevatron 12, %
yang ada pada pesawat Mevatron 20 adalah 5, ketidakstabilan hanya -1,65% untuk 'inplane'
7, 10, 12, 15, dan 18 MeV. Sedangkan berkas dan 0,94% untuk 'crossplane'.
fotonnya memiliki 'accelerating potential' 15
MV. Untuk pesawat Mevatron 12 hanya berkas KESIMPULAN
foton dengan 'accelerating potential' 10 MV.
Dalam penggunaan pesawat
akselerator linier medik untuk radioterapi harus
diperhatikan kestabilan berkas radiasinya,
karena akan mempengaruhi besarnya dosis
yang akan diterima pasien. Hal ini mengingat
ketepatan dan ketelitian dosis yang diberikan ke
pasien sangat mempengaruhi kepada sukses
dan gagalnya perlakuan terapi.
Salah satu cara untuk mengetahui
tingkat kestabilan berkas suatu pesawat
akselerator linier medik yaitu dengan
menentukan besarnya persentase ketidak-
stabilan dari waktu ke waktu. Pada penelitian
ini diperoleh persentase ketidakstabilan dari 2
(dua) pesawat akselerator linier medik dibawah
Gambar 5. Posisi 5 detektor untuk menentukan 3 %, kecuali untuk berkas elektron berenergi 5
Stabilitas berkas MeV. Sehingga perlu tindakan perbaikan untuk
berkas elektron berenergi 5 MeV. Dengan
mengetahui besarnya persentase ketidakstabilan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut dapat diputuskan bahwa pesawat
tersebut layak dan terjamin untuk perlakuan
Data hasil perhitungan stabilitas
terapi kepada pasien. Seperti diketahui bahwa
selama sebulan terlihat pada Gambar 6, 7, 8
menurut WHO [5] jaminan kualitas untuk
dan 9. Berkas elektron berenergi 7, 10, 12, 15
persentase ketidakstabilan suatu pesawat
dan 18 MeV, ketidakstabilan berkas selama
akselerator linier medik berenergi tinggi.
sebulan cukup baik dengan ketidakstabilan
besarnya tidak boleh lebih dari 3 % untuk
maksimum 2,74% untuk 'implane' dan 2,18%
berkas foton dan 5% untuk berkas elektron.
untuk 'crossplane' yaitu pada energi berkas
elektron 10 MeV. Sedangkan untuk berkas
UCAPAN TERIMA KASIH
elektron berenergi 5 MeV, kestabilan berkas
kurang memuaskan dan hampir setiap harinya
Penulis menyampaikan ucapan terima
ketidakstabilannya mencapai diatas 1 %. Nilai
kasih kepada Dr. G. A. Ezzel yang telah
maksimum ketidakstabilan yang dicapai adalah
memberikan arahan dalam penelitian ini. Prof.
3,49%. Lain hainya untuk berkas 'crossplane',
Dr. C. G. Orton yang telah memperkenankan
meskipun harga ketidak stabilan maksimum
penggunaan fasilitasnya, dan kepada I.A.H.A
3,24% , namun kcadaan setiap harinya jauh

PSPKR-BATAN 32
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

yang telah memberikan beasiswa dalam Nasukha


penelitian di U.S.A ini. 1. Digunakan kolimator
2. Kondisi wave guide, bending magnet dan
DAFTAR PUSTAKA masih banyak lagi, misalnya flattening
filter untuk berkas sinar-x.
1. KARZMARK, CJ. A Primer on Theory and
Operation of Linear Accelerators in M. Thoyib Thamrin - PSPKR
radiation Therapy. Medical Physics Pub. Apakah faktor manusia (operator) juga
Co, Madison, U.S.A, 1989. mempengarui kestabilan pesawat akselerator
2. KARZMARK, C.J. : Advances ini linear linier medik
accelerator design for radiotherapy. Medical
Physics, 11 (2): 105- 126, 1984 Nasukha
3. GOITEN, M. Int.Jour. Radiation Oncology, Faktor manusia tidak mempengaruhi.
Biology, Physics, Vol 12, hal 701-704,
1985 Fransisca A.E.T - PAIR
4. NASUKHA. Penentuan 'Horn' dan 'Tilt' Apa yang menyebabkan berkas elektron
Berkas Foton pada Pesawat Akselerator bernergi 5 MeV (Mevatron 20) keluarannya
Linier Medik (Radioterapi). Majalah tidak stabil.
Kedokteran Indonesia. Vol 43, No.2. 1993.
5. Quality Assurance in radiation Therapy, Nasukha
W H O . , Geneva, 1988 Karena karakteristik fisik berkas elektron
energi rendah agak sulit mendapatkan
stabilitas yang tinggi.
DISKUSI
Nazaroh - PSPKR
Dwi Cahyo Dahono - Fisika UNUD 1. Berapa persen kestabilan Linac yang
Usulan !. Dari penjelasan saudara, magnet masih diperbolehkan dalam medik
pembelok elektron pada Linac Medik dapat 2. Apakah kestabilan dari Linac untuk
mengurangi kestabilan arah penembakan berbagai energi (15 MV dari Mevatron
elektron pada pasien. Jika demikian, untuk 20 dan 12 MV dari Mevatron 12) sama
meningkatkan kestabilan pesawat Linac dari pembuatnya
tersebut, maka perlu kita hilangkan 3. Kestabilan berkas elektron energi 5 MeV
modifikasi alat/pesawat tersebut dengan dari Mevatron 20 lebih jelek. Apakah
melepaskan pembelok itu. Dan mungkin perlu bukan karena pada energi rendah
perubahan agak beda pada keseluruhan stabilitasnya lebih buruk dari pada energi
bentuk alat tersebut. tinggi. Apaka karena kerusakan alat
seperti dugaan saudara.
Nasukha
Alat ini sudah dirancang dan dibuat oleh para Nasukha
pakar yang membidanginya. Barangkali 1. Menu rut rekomendasi W.H.O 3 %
usulan tersebut kurang tepat, karena para 2. Tidak sama, yang jelas dibawah batas
pakar telah memperhitungkannya. yang direkomendasikan
3. Memang untuk elektron energi rendah
Sri Wahyuni - PPkTN agak sulit untuk mendapatkan stabilitas
1. Bagaimana cara memfokuskan keluaran yang tinggi. Hal ini karena sesuai dengan
elektron/x-ray dari Linac jika dari karakteristik fisik berkasnya.
diagnosa dengan 7-camera atau MRI
diketahui besar tumor/kanker berbeda, Budi Santoso - PPkTN
misalnya diameter kanker 1 cm dan 7 cm, 1. Untuk pesawat akselerator linier ini
dan kedalaman berbeda. berapakah energi berkas elektron yang
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tertinggi untuk mencapai kestabilan
kestabilan keluaran (output) pesawat optimum.

PSPKR-BATAN 33
Prosiding Presentasi Ilmiali Koselamatan Radiasi dan Lingkungan. 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

2. Bagaimana hubungan antara kestabilan Nasukha


pesawat akselerator linier ini dengan 1. Kevakuman yang dimaksud barangkali
energi berkas elektron pada wave guidenya. Betul, wave guide
sangat mempengaruhi perjalanan
Nasukha elektron.
1. Penentuan energi berkas elektron ada 2. Secara elektronis setiap alat berbeda
metode dan perhitungannya. Disini bukan kondisi wave guidenya.
masalah tinggi rendahnya energi. Namun
semua energi yang ada dalam pesawat Mulyadi Rachmat - PSPKR
yang digunakan untuk pengobatan. 1. Stabilitas Linac apakah hanya ditentukan
2. Pada tulisan ini tidak membahas masalah oleh :1) Distribusi berkas saja, 2) Apakah
energi, memang energi ada pengaruhnya. energi (stabilitas energi) juga
menentukan.
M. Priyatna - UNAS 2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
Mengapa evaluasi stabilitas pesawat terjadinya penyimpangan arah berkas.
akselerator linier medik dilakukan 1 bulan
lamanya, yang say a tahu bahwa penelitian Nasukha
bapak dilakukan untuk berkas elektron energi 1. Stabilitas Linac memang tidak hanya
yang berbeda ditentukan oleh distribusi berkas saja.
namun dalam tulisan ini hanya dibahas
Nasukha kestabilan berkas saja, tidak memasukkan
Data evaluasi ini diambil 1 bulan, tapi faktor energi. Memang betul energi ada
evaluasi ini sebenarnya dilakukan setiap hari. pengaruhnya.
2. Penyimpangan arah berkas pada bending
Soedjarwo Roestam - PPSM magnet bisa diakibatkan oleh aplikasi
1. Apakah pernah dicoba dievaluasi hasil tegangan terhadap bending magnet atau
berkas elektron tersebut, bila kevakuman mungkin saja wave guidenya.
tabung akselerator divariasi.
2. Berapa vakumnya untuk mendapatkan
berkas elektron ataupun sinar-x yang
optimum.

MEVATRON 20
BERKAS ELEKTRON 'inplane 1

18MeV
S 15 MeV
is 12 MeV
- X 10 MaV
5 MeV

TANGGAL. MEI 1995

Gambar 6 : Stabilitas berkas elektron 'inplane' Mevatron 20

PSPKR-BATAN 34
Prosiding Presenlasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

MEVATRON 20
BERKAS FOTON 15 M V

I.S

J \

,n
Af\ 1k\ ^ 2J/ H
0.5 \

a
-0.5 A /,\\ j
/
ii- i\ ?i 7

/
/l

\
i 2> 25 3) 31

-XPIANE

i\ / ^, /
\ /:
/ N/ N K N
-1.5

\ ! i

/
/
/
-2.5
i \/
-3

TANGGAL.MEII99S

Gambar 7 : Stabilitas berkas foton Mevatron 20

MEVATRON 12
BERKASFOTON 10 MV

Inplane
H Croeeplane

T/SNGGAL, ME) 1995

Gambar 8 : Stabilitas pesawat Mevatron 12

MEVATRON 20
BERKAS ELEKTRON 'crossplane'

18 MeV
B 15MeV
- ^ > 12 MaV
K 10 MeV
*-7MeV
> 5 MeV

TANGGAL.ME! 1995

Gambar 9 : Stabilitas berkas elektron 'crossplane' Mevatron 20

PSPKR-BATAN 35
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085
ID0000059

TINJAUAN BASIL INTERKOMPARASI DOSIS UNTUK


PESAWAT TELETERAPI 60Co MENGGUNAKAN TLD LiF
PERIODE 1991 - 1995
Sri Inang S, Nurman R dan C.Tuti Budiantari
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
TINJAUAN HASIL INTERKOMPARASI DOSIS UNTUK PESAWAT TELETERAPI 60Co
MENGGUNAKAN TLD LiF PERIODE 1991-1995. Telah dilakukan interkomparasi dosis menggunakan TLD
LiF yang diselenggarakan IAEA tahun 1991-1995. Interkomparasi dilakukan dengan menyinari satu set TLD di
dalam fantom air pada kedalaman 5 cm pada SSD = 80 cm dan FS =10 cm x 10 cm dengan dosis serap sebesar 2
Gy. Hasil dicantumkan dalam tabel dan gambar yang menggambarkan kedapat-ulangan dan deviasi dalam prosen
yang dievaluasi IAEA. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh cukup baik.

ABSTRACT
REVIEW ON THE RESULTS OF DOSE INTERCOMPARISON FOR 60Co TELETHERAPY UNIT
USING LiF TLD DURING PERIOD OF 1991-1995. This paper describes the results obtained from the joint
IAEA/WHO postal dose intercomparison during 1991-1995. The results are presented in a table and a figure
represent the repeatability and the percentage deviation of the quoted dose (QD) from the IAEA evaluated dose
(ED), 100 (QD-ED)/ED. The overall result was quite satisfactory.

PENDAHULUAN KETERTELUSURAN SISTEM


DOSIMETRI
International Atomic Energy Agency
(IAEA) mulai menyelenggarakan program Kalibrasi TLD di laboratorium IAEA
interkomparasi dosis menggunakan TLD pada mula-mula berdasarkan pengukuran di dalam
tahun 1966[1]. Satu set TLD LiF yang terdiri fantom air dengan berkas radiasi 60Co
dari 4 buah kapsul dikirim ke setiap peserta menggunakan alat ukur radiasi sekunder
melalui pos. Dengan menggunakan penyangga dengan faktor kalibrasi paparan dari suatu
yang diberikan oleh IAEA, 3 buah kapsul laboratorium standar primer[3].
secara bergantian disinari dengan dosis serap Sejak tahun 1986 kalibrasi detektor
sekitar 2Gy di dalam fantom air pada memiliki ketertelusuran {traceability) langsung
kedalaman 5 cm, luas lapangan radiasi (FS) = ke Bureau International des Poids et
10 cm x 10 cm dan jarak sumber ke permukaan Measures (B1PM) dan protokol yang
fantom (SSD) = 80 cm. Sedangkan satu kapsul digunakan adalah protokol rekomendasi
lainnya berfungsi sebagai acuan yang telah dosimetri IAEA yang dipublikasikan sebagai
disinari sebesar 2 Gy di laboratorium IAEA. Technical Report Series No. 277. Pada tahun
Setelah disinari TLD dikirim kembali ke IAEA 1991 detektor standar IAEA dikalibrasi dalam
untuk dievaluasi[2], besaran dosis serap di air .
Tujuan dari interkomparasi ini adalah Kalibrasi keluaran sumber radiasi 60Co
untuk menelaah prosedur dosimetri yang milik FKTN-PSPKR dilakukan dengan
dilakukan di Fasilitas Kalibrasi Tingkat menggunakan alat ukur radiasi standar
Nasional (FKTN) serta pengecekan hasil sekunder NPL yang dikalibrasi dalam besaran
kalibrasi keluaran. paparan yang memiliki ketertelusuran ke
FKTN PSPKR-BATAN sebagai laboratorium standar primer ETL, Jepang.
anggota jaringan laboratorium dosimetri
standar sekunder IAEA berpartisipasi dalam METODE
program interkomparasi tersebut sejak tahun
1982. Kalibrasi keluaran pesawat teleterapi
60
Makalah ini menguraikan hasil Co dikerjakan pada kesetimbangan elektronik
interkomparasi dosis pesawat teleterapi 60Co dengan maksud agar hasil pengulcuran yang
dari tahun 1991 sampai tahun 1995. diperoleh paling teliti/stabil, yakni terhindarnya
kontaminasi dari berkas elektorn sekunder hasil

PSPKR-BATAN 36
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

hamburan. Ketinbangan elektronik tersebut dengan,


terjadi pada kedalaman 5 cm dari permukaan 5DW = keluaran pada kedalaman 5 cm di
fantom air untuk pesawat teleterapi 60Co dalam fantom air
dengan jarak sumber ke permukaan fantom
(SSD) = 80 cm dan luas lapangan radiasi (FS) Untuk menyatakan deviasi hasil
= 10 cm x 10 cm dengan menggunakan alat penyinaran, IAEA melakukan evaluasi dengan
ukur radiasi standar NPL. Bacaan dicatat dan menggunakan persamaan berikut :
dilakukan ulangan sebanyak 5 kali dengan
mengamati temperatur dan tekanan udara saat Q = (QD-ED)/ED x 100 % (3)
penyinaran. Penentuan keluaran pada titik
efektif pengukuran (Dw(efF)) di kedalaman 48,15 dengan :
cm dapat ditentukan dengan persamaan berikut Q = deviasi antara dosis yang dinyatakan
[4]. oleh FKTN dengan dosis yang
dievaluasi oleh IAEA ( % ) .
= M u . K P T . kh . N d . S air , ud . P u . P s . . ( 0 QD = Dosis yang dinyatakan FKTN-PSPKR
ED = dosis yang dievaluasi IAEA
dengan
Dw(cfo ~ keluaran pada titik efektif peng- Harga Q serta simpangan baku
ukuran masing-masing penyinaran TLD yang diijinkan
yaitu titik yang memperhitungkan dalam batas 3 , 5 % [5].
adanya gradien fluen dalam rongga
detektor (cGy) PERALATAN DAN TATA KERJA
Mu = bacaan dosimeter yang telah
dikoreksi oleh suhu dan tekanan Peralatan
udara ruangan ( division )
KPT = faktor koreksi temperatur dan 1. Pesawat teleterapi 60Co Picker V4M/60
tekanan udara terhadap kondisi 2. Elektormeter NPL model 2560 nomor
normal (20 C dan 1013 mBar) seri 054
kh = faktor koreksi kelembaban 3. Detektor 0,325 cc model 2561 nomor
Nd = faktor kalibrasi detektor seri 203
= nisbah daya henti air terhadap udara 4. Fantom air standar IAEA
untuk elektron 30cmx30cmx30cm
Pu = faktor koreksi pertubasi untuk 5. Sumber pengecek 90Sr
elektron yakni adanya faktor 6. Termometer dan barometer
yang menaikkan nilai dosis serapan 7. TLDLiF
yang ditimbulkan oleh radiasi primer
yang digunakan dan radiasi Tata Kerja
hamburan yang diakibatkan oleh
medium. Laju dosis ditentukan dengan metode
= faktor koreksi rekombinasi ion yakni pengukuran keluaran di dalam fantom air
efisiensi pengumpulan muatan yang IAEA. Penyinaran detektor kamar ionisasi
tidak sempurna dalam suatu volume dilakukan pada kedalaman 5 cm, jarak sumber
rongga akibat terjadinya ke permukaan fantom (SSD) = 80 cm dan luas
rekombinasi ion. lapangan radiasi (FS) = 10 cm x 10 cm. Laju
dosis dihitung dari hasil pengukuran dengan
Lamanya penyinaran TLD dapat ditentukan menggunakan persamaan (1).
dengan menggunakan pcrsamaan : Setelah didapatkan laju dosis pada
kedalaman 5 cm, maka waktu penyinaran dapat
dosis yang ditetapkan ( Gy ) dihitung dengan menggunakan persamaan (2)
(2) untuk dosis sebesar 2 Gy. Penyinaran
5DW (Gy/menit) dilakukan terhadap 3 buah kapsul TLD secara
bergantian yang ditempatkan di dalam fantom

PSPKR-BATAN 37
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

air dikedalaman 5 cm. Data yang diperlukan 5,1 %. Hasil ini kurang baik mengingat
diisikan ke dalam lembar data, kemudian deviasinya lebih besar dari harga batas yang
kapsul TLD yang telah disinari beserta kapsul diijinkan yaitu 3 , 5 %. Penyebab hasil yang
acuan dan lembar data dikirim kembali ke kurang baik ini kemungkinan bisa disebabkan
IAEA. Evaluasi hasil penyinaran dilakukan karena kekurang-tepatan dalam penyinaran
oleh IAEA di Laboratorium Seibersdorf, Wina. TLD. Jarak detektor ke sumber radiasi pada
saat kalibrasi tidak sama dengan jarak TLD ke
HASIL DAN PEMBAHASAN sumber radiasi pada waktu penyinaran
sehingga menyebabkan adanya perbedaan dosis
Hasil evaluasi masing-masing kapsul yang diterima oleh TLD.
TLD dari tahun 1991 sampai dengan 1995 Dari Gambar 1 juga dapat dilihat
ditunjukkan pada Tabel 1. adanya deviasi yang bervariasi. Pada periode
Hasil interkomparasi sejak tahun 1991 1991 sampai dengan periode 1994 dosis FKTN
sampai tahun 1995 ditunjukkan pada Gamb. 1. lebih besar dari dosis yang dievaluasi oleh
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa IAEA sedangkan pada periode 1995 dan 1996
simpangan baku masing-masing kapsul TLD sebaliknya.
cukup kecil yaitu dibawah 3,5 % yang berarti
kedapat-ulangan penyinaran masing-masing KESIMPULAN
TLD cukup baik.
Dari Gambarl. dapat dilihat bahwa Dari hasil dan pembahasan tersebut
hasil yang sangat baik diperoleh pada tahun diatas dapat disimpulkan bahwa persedur
1991 dengan deviasi sebesar 0,0 %. Pada tahun pengukuran, perhitungan dosis hasil
1992 mendapatkan deviasi sebesar 3,6 %, pengukuran dan penyinaran TLD secara
sedangkan pada tahun 1994 mendapatkan hasil keseluruhan sudah cukup baik.

Tabel 1. Hasil evaluasi kapsul TLD

Tanggal Set -TLD ED, ED2 ED3 ED rata -rata QD crn.i x 100% Deviasi Ket.
(Gy) (Gy) (Q)[%]
ED rata-rata
7-11-1991 9127 1,992 1,975 2,03 1,999 + 0,030 2,000 1,41 + 0,0 -
1-12-1992 DL920109 1,937 1,923 1,935 1,932 0,007 2,000 0,39 + 3,6 -
21-9-1993 DL930076 1,938 1,926 1,956 1,940 0,015 2,000 0,78 + 3,1 -
6-11-1994 DL940049 1,930 1,890 1,890 1,903 0,023 1,998 1,21 + 5,1 -
7-7-1995 EL/3/1038 - - - 2,036 2,000 - - 1,8
16-1-1996 DL95O53 2,013 2,013 2,013 2,013 0,000 1,987 0,03 -1,3 -
# data tidak lengkap
ED] = dosis TLDi yang dievaluasi IAEA ED = dosis yang dievaluasi IAEA
ED2 = dosis TLD 2 yang dievaluasi IAEA QD = dosis yang dinyatakan FKTN
ED3 = dosis TLD3yang dievaluasi IAEA Q = ( Q D - E D ) / E D x 100%

6 5.1
5
3.6
4 3.1
3
Deviasi 2
(0,

1
0 0 Periode
1991 1992 1993 1994
-1

-2 .1.3
-1.8
Gambar 1. Hasil iuterkomparasi daritahun 1991 sampai tahun 1995.

PSPKR-13ATAN 38
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

DAFTAR PUSTAKA Fransisca A.E.T - PAIR


Apa tujuan interkomparasi yang saudara
1. EISENLOHR,H.H. and JAYARAMAN S., lakukan
"IAEA - WHO Cobalt-60 Teletherapy
Dosimetry Service Using Mailed LiF Sri Inang Sunaryati
Dosemeter. A Survey of Results Obtained Tujuan interkomparasi adalah ;
During 1970-1975", Phys. Med Biol. Menelaah prosedur dosimetri yang
(1977), 22, 18-28. dilakukan oleh Fasilitas Kalibrasi Tingkat
2. International Atomic Energy Agency, Panel Nasional.
Proceeding Series : National and Pengecekkan hasil kalibrasi keluaran.
International Radiation Dose Inter-
comparison, IAEA, Vienna, 1973. Yunasfi - PPkTN
3. HUNTLEY,R.B and NETTE,H.P., 1. Pesawat teleterapi Co-60 menggunakan
International Atomic Energy Agency/ TLD LiF periode 1991 - 1995 ini, apakah
World Health Organization TLD datanya diambil di Indonesia atau di
Radiotherapy Dosimetry Intercomparison, seluruh dunia.
Australian Physical & Engineering 2. Deviasi yang anda peroleh berapa dan yang
Sciences in Medicine, 1993. diizinkan oleh IAEA itu berapa.
4. IAEA, TECHNICAL REPORT SERIES
(TRS) No. 277 : Absorbed dose Sri Inang Sunaryati
determination in photon and electron beam. 1. Dalam program interkomparasi ini
An International Code Practice, Vienna, pelaksana adalah IAEA dan pesertanya
1987. adalah fasilitas-fasilitas kalibrasi tingkat
5. Seksi Dosimetri IAEA (Ketetapan bersama sekunder di seluruh dunia. Dalam makalah
tentang batas kesalahan yang dapat ini, data yang dibahas adalah hasil
diterima dalam interkomparasi dosis untuk interkomparasi FKTN - Indonesia.
pesawat teleterapi 60Co ), 1993. 2. Deviasi yang diperoleh bervariasi dari -
1,8% sampai dengan + 5,1%, sedangkan
batas yang diizinkan adalah 3,5%.
DISKUSI

Mulyadi Rachmat - PSPKR


Faktor-faktor apa yang menyebabkan laju dosis
hasil perhitungan dari data hasil pengukuran
tidak dapat digunakan untuk menentukan
output pesawat terapi Co-60.

Sri Inang Sunaryati


Faktor-faktor penyebab laju dosis hasil
perhitungan antara lain ;
faktor kalibrasi alat ukur yang digunakan
faktor nisbah daya henti air terhadap udara
faktor temperatur, tekanan dan kelembaban
faktor perturbasi dan faktor rekombinasi
Oleh karena itu hasil pengukuran saja tidak
dapat digunakan untuk menentukan output
pesawat Co-60.

PSPKR-BATAN 39
Presiding Presenfasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085 ID0000060

INTERKOMPARASI DALAM PENGUKURAN DOSIS KEDALAMAN


roooooo Bo
Nur Rohmah dan Muklilis Akhadi
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN
ABSTRAK
INTERKOMPARASI DALAM PENGUKURAN DOSIS KEDALAMAN. Telah dilakukan
interkomparasi dalam pengukuran dosis kedalaman antara PSPKR-BATAN di Indonesia dengan JAERI (Jepang)
dan ARL (Australia). Interkomparasi yang dilakukan adalah dalam pengukuran dosis kedalaman 10 mm di
bawah permukaan kulit, Hp(10). Dari hasil interkomparasi dapat dikatakan bahwa sistem pengukuran dosis
kedalaman yang dilakukan oleh PSPKR cukup baik. Deviasi hasil pengukuran dosis menggunakan dosimeter
perorangan TLD Tipe BG-1 yang digunakan PSPKR dalam interkomparasi dan juga untuk pemantauan rutin
dosis perorangan, berada dalam batas yang diperbolehkan secara intemasional. Dalam interkomparasi dengan
JAERI, deviasi maksimum hasil pengukuran dosis yang dilaporkan oleh PSPKR dibandingkan dengan dosis
untuk penyinaran dosimeter oleh JAERI sebesar -10,0 persen. Sedang dengan ARL deviasi maksimumnya
sebesar +29 persen. Deviasi maksimum yang diperbolehkan dalam pemantauan dosis perorangan adalah + 50
persen.

ABSTRACT
INTERCOMPARISON ON DEPTH DOSE MEASUREMENT. Intercomparison on personal dose
evaluation system has been carried out between CSRSR-NAEA of Indonesia toward Standard Laboratory
of JAERI (Japan) and ARL (Australia). The intercomparison was in 10 amm depth dose measurement, Hp(10).
From the intercomparison result could be stated that personal depth dose measurement conducted by CSRSR
was sufficiently good. Deviation of dose measurement result using personal dosemeter of TLD BG-1 type which
were used by CSRSR in the intercomparison and routine photon personal dose monitoring was still in
internationally agreed limit. Maximum deviation of reported doses by CSRSR compared to delivered doses for
dosemeter irradiation by JAERI was -10.0 persen and by ARL was +29 percent. Maximum deviation permitted
in personal dose monitoring is 50 percent.

PENDAHULUAN ketepatan hasil evaluasi dosis (ekivalen) yang


diterima tubuh.
Pemanfaatan radiasi dan isotop dalam Di lain fihak, kondisi penyinaran
bidang industri, hidrologi, biologi, pertanian, pekerja di lapangan seringkali jauh berbeda
kedokteran dan Iain-lain, harus disertai dengan kondisi kalibrasi dosimeter di
pengawasan baik untuk pekerja maupun untuk laboratorium. Dengan demikian, ketidakpastian
lingkungannya. Salah satu bentuk pengawasan dalam evaluasi dosis terjadi karena faktor
tersebut adalah pengawasan pada pemantauan geometri dari kondisi yang tidak ideal pada saat
dosis radiasi dari sumber eksterna untuk para penyinaran di lapangan. Misal radiasi yang
pekerja radiasinya. Seiring dengan per- mengenai tubuh dari arah yang tidak
kembangan dan kemajuan pemanfaatan tertangkap oleh dosimeter yang dipakainya
teknologi nuklir dalam berbagai bidang, maka akan memberikan tanggapan pada dosimeter
pemantauan dosis radiasi bagi pekerja radiasi yang kurang sesuai dengan dosis sebenarnya
harus dilakukan. Oleh karena itu, harus dicari yang diterima tubuh.
suatu metode yang tepat dalam perhitungan Untuk tujuan rutin pemantauan dosis
dosis radiasi tersebut yang disesuaikan dengan radiasi perorangan pada umumnya digunakan
jenis radiasinya. dosimeter tunggal yang dipasang di depan dada
Perhitungan dosis radiasi dari sumber pekerja. Dosimeter ini berfungsi untuk
eksterna yang diterima tubuh bukanlah merekam dosis radiasi seluruh tubuh yang
merupakan pekerjaan yang sederhana. Ada diterima pekerja. Pemantauan dosis dengan
berbagai faktor yang mempengaruhi ketelitian sistem ini ternyata hanya memberikan
dan perlu diperhatikan dalam perhitungan informasi yang sangat terbatas tentang
untuk memperoleh hasil evaluasi dosis secara penerimaan dosis oleh pekerja.
tepat. Jenis dan energi radiasi yang mengenai Untuk memperbaiki sistem evaluasi
tubuh, distribusi energi radiasi di dalam tubuh dosis perorangan, PSPKR-BATAN telah
dan sebagainya merupakan faktor penentu mengikuti berbagai kegiatan interkomparasi
yang diselcnggarakan oleh lab-lab acuan

PSPKR-BATAN 40
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

ternama seperti JAERI (Japan Atomic Energy untuk kegiatan interkomparasi ini, TLD yang
Research Institute), Jepang, mulai dari fase 1 dipakai hanyajenis BG-1. Kartu TLD ini bensi
(tahun 1990), fase 2 (tahun 1991) dan fase 3 dua buah balok (chip) TLD-100 yang dibuat
(tahun 1992) dan interkomparasi dengan dari bahan LiF alam dengan komposisi 92,5 %
7
ARL (Australian Radiation Laboratory), LiF dan 7,5 6LiF [5]. Sifat dari 7Li adalah
Australia, dari tahun 1991 sampai 1992. Dari peka terhadap radiasi foton, sedang 6Li peka
beberapa kegiatan interkomparasi tersebut, ada terhadap neutron thermik dan foton dengan
dua kegiatan interkomparasi dalam pengukuran kepekaan keduanya relatif sama [6]. Tetapi
dosis kedalaman, yaitu : interkomparasi dengan karena kandungan 7Li dalam TLD-100 jauh
JAERI pada fase 3 dan interkomparasi dengan lebih besar dibandingkan 6Li, maka TLD-100
ARL. bisa dianggap hanya peka terhadap foton saja,
sedang kepekaannya terhadap neutron termik
DASAR TEORI dapat diabaikan.
Dalam penggunaan, kartu TLD
Ada dua cara untuk mengevaluasi selalu dimasukkan ke dalam holder
jumlah radiasi gamma dari sumber eksterna. polyethylene yang di dalamnya terdapat filter
Pertama adalah nilai paparan radiasi gamma Aluminium dengan ketebalan 1000 mg/cm2.
(X) yang diterima dosimeter. Nilai paparan ini Kartu TLD dipasang sedemikian rupa
umumnya dinyatakan dalam satuan mili sehingga balok TLD-100 tertutup filter Al
Roentgent (mR). Kedua adalah dosis ekivalen baik dari arah depan maupun belakang.
di kedalaman 10 mm. Dosis kedalaman ini Dalam prakteknya, kartu TLD yang dimiliki
biasanya dinyatakan dalam satuan mrem atau PSPKR dapat dipakai untuk pengukuran dosis
mSv. kulit maupun dosis kedalaman. Filter Al 1000
Konsep nilai paparan yang semula mg/cm2 pada holder polyethylene memenuhi
dipakai untuk menyatakan jumlah radiasi foton persyaratan untuk pengukuran dosis kedalaman
yang meliputi sinar-X dan gamma sudah tidak karena sesuai dengan ICRU [7] yang
dipakai lagi oleh ICRP dalam Publikasinya No. menganjurkan bahwa dosis kedalaman diukur
26 tahun 1977 [1]. Publikasi ini telah dipakai di bawah filter 400 - 1000 mg/cm2.
oleh BATAN sebagai dasar untuk mem- Dalam makalah ini disajikan hasil
perbarui buku Kententuan Keselamatan Kerja interkomparasi antara PSPKR dengan JAERI
terhadap Radiasi melalui keputusan Direktur dan ARL dalam pengukuran dosis kedalaman,
Jenderal BATAN No.PN 03/160/D3/1989 [2]. Hp(10), menggunakan TLD Tipe BG-1.
Konsep dosis ekivalen di kedalaman Pembahasan hasil interkomparasi dilakukan
10 mm diperkenalkan pertama kali oleh untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
ICRU (Komisi Internasional untuk Satuan dan PSPKR dalam melakukan pengukuran dosis
Pengukuran Radiasi), melalui rekomendasinya kedalaman.
No. 39 tahun 1985 [3] dan diperkuat oleh
Publikasi ICRP-60 tahun 1990 [4]. Dalam TATA CARA INTERKOMPARASI
rekomendasi itu disebutkan bahwa untuk
penentuan dosis perorangan dari radiasi A. Pelaksanaan Interkomparasi:
tembus kuat (Strongly penetrating radiation)
digunakan dosis ekivalen perorangan tembus Secara garis besar, interkomparasi
(individual equivalent dose penetrating), Hp baik dengan JAERI maupun ARL dilakukan
(d), dengan d adalah kedalaman pengukuran dengan urutan sebagai berikut:
sebesar 10 mm di bawah permukaan kulit. 1. Laboratorium acuan (JAERI dan ARL)
Untuk selanjutnya, dosis ekivalen ini disebut mengirimkan formulir pendaftaran untuk
dosis kedalaman dan diberi notasi Hp (10). berpartisipasi dalam kegiatan inter-
komparasi yang dikoordinir oleh kedua
Untuk kegiatan rutin pemantauan dosis
laboratorium acuan tersebut.
perorangan foton, Pusat Standardisasi dan
2. PSPKR-BATAN mengembaiikan formulir
Penelitian Keselamatan Radiasi (PSPKR)-
pendaftaran disertai pengiriman sejumlah
Batan menggunakan dosimeter termolu-
dosimeter perorangan sesuai dengan jumlah
minisensi (TLD) tipe BG-1 dan NG-67 namun
yang diminta.

PSPKR-BATAN 41
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

3. Laboratorium acuan menyinari dosimeter Hp(10) dalam Sievert (Sv) dan Cp adalah
perorangan yang telah dikirimkan oleh faktor konversi dosis ekivalen tembus
PSPKR-BATAN. Selesai penyinaran, dosi- yang nilainya seperti ditunjukkan pada
meter tersebut dikembalikan ke PSPKR- Tabel 1.
BATAN.
4. Dosimeter yang telah disinari diterima Tabel 1. Nilai koefisien konversi (Cp) dari
kcmbali dan dievaluasi penerimaan dosis kerma udara ke dosis ekivalen tembus, Hp(10),
radiasinya oleh PSPKR - BATAN. untuk berbagai energi foton [8]
5. Hasil evaluasi dosis yang diperoleh PSPKR
-BATAN dilaporkan ke Laboratorium Energi foton Cp
acuan. (keV)
6. Setelah mendapatkan laporan hasil evaluasi 20 0,613
dari PSPKR, laboratorium acuan mengirim- 30 1,105
kan data dosis yang dipakai untuk penyi 40 1,495
naran dosimeter tersebut ke PSPKR - 50 1,769
BATAN. 60 1,890
70 1,911
7. Dengan membandingkan data hasil evaluasi
80 1,891
oleh PSPKR dan data dosis penyinaran dari 90 1,841
laboratorium acuan dapat ditentukan besar 100 1,812
deviasi hasil perhitungan yang dilakukan 120 1,703
oleh PSPKR dengan persamaan sebagai 150 1,600
berikut: 200 1,489
300 1,370
hasil evaluasi - dosis penyinaran 400 1,301
Deviasi (%)= - xl00% (1)
dosis penyinaran
500 1,256
600 1,293
800 1,191
B. Metode Kalibrasi TLD : 1000 1,175
Untuk keperluan pengukuran dosis
kedalaman, nilai paparan gamma untuk 4. Dengan mensubstitusikan Persamaan (2) dan
kalibrasi dosimeter diubah ke dosis ekivalen (3) ke Persamaan (4) diperoleh persamaan
dengan langkah sebagai berikut: baru yang menunjukkan hubungan antara
1. Nilai paparan gamma keluaran dari sumber nilai paparan gamma hasil pengukuran di
kalibrasi, X, diubah menjadi paparan Fasilitas Kalibrasi
dengan persamaan sbb ;
Hp(10) = 7,98x 10"3CpX (5)
Xu = X/BSF (2)

dengan BSF adalah faktor hamburan balik Jika Hp(10) dalam rem, maka Persamaan (4)
yang nilainya 1,10. menjadi,
2. Nilai paparan gamma di udara diubah
menjadi dosis serap, Ku, dengan persamaan Hp(10) = 0,798 C p . X
sebabagi berikut.
Untuk evaluasi dosis kedalaman,
Ku = 8,777 x 10 3 X u (3) Hp(10), kalibrasi TLD dilakukan dengan cara
menempelkan TLD di permukaan fantom air
dengan, Ku dalam Gray (Gy) dan Xu dalam standar IAEA (ukuran 30 cm x 30 cm x 30
Roentgent (R) cm). TLD disinari dengan dosis bervariasi
3. Dosis serap, Ku, diubah menjadi dosis dari 0,50 sampai dengan 50 mSv. Tiga buah
ekivalen tembus, Hp(10), dengan TLD disinari bersama-sama dengan foton
persamaan sebagai berikut: energi tertentu. Selesai penyinaran, untuk
masing-masing nilai dosis dan energi.
Hp(10) = Cp.Ku (4) tanggapan pada TLD dibaca dengan alat baca

PSPKR-BATAN 42
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

TLD (TLD-Reader). Nilai bacaan tanggapan interkomparasi pengukuran dosis kedalaman.


dikoreksi dengan bacaan latar sehingga Untuk TLD lainnya, masing-masing adalah
diperoleh tanggapan bersih. Faktor kalibrasi satu group untuk kontrol, satu group sebagai
TLD terhadap foton dihitung dengan cadangan dan satu group disinari dengan
persamaan sebagai berikut: sumber Cs-137 dengan dosis 200 mR untuk
koreksi pemucatan (fading). Dalam inter-
Hp(10) komparasi dengan ARL, PSPKR mengirimkan
FKp(E) = (6) 28 buah dosimeter perorangan yang dibagi
R dalam tujuh group (masing-masing group
empat buah dosimeter) untuk enam jenis berkas
dengan : penyinaran dan kontrol. Tiap-tiap group di
FKp(E) = faktor kalibrasi TLD untuk eva- bagi menjadi dua bagian (tiap bagian dua
luasi dosis kedalaman untuk foton buah dosimeter). Bagian pertama disinari di
berenergi E (mSv/nC) udara untuk interkomparasi pengukuran dosis
Hp(10) = Dosis ekivalen untuk penyianaran permukaan, sedang bagian kedua disinari di
TLD (mSv) permukaan fantom untuk interkomparasi
R = tanggapan bersih pada TLD (nC) pengukuran dosis kedalaman.

Sumber foton untuk kalibrasi adalah D. Metode Evaluasi Dosis :


pesawat Sinar-X MG-420 buatan Phillips,
Evaluasi dosis yang diterima TLD
Sumber gamma Cs-137 dan Co-60.
dilakukan dengan cara membaca tanggapan
Pengaturan kV dan kombinasi filter untuk
TLD yang terpapari radiasi. Nilai bacaan
memperoleh energi foton tertentu adalah
tanggapan selanjutnya dikoreksi dengan bacaan
seperti ditunjukkan pada Tabel 2 [9],
latar sehingga diperoleh tanggapan bersih.
Dosis ekivalen kedalaman dihitung dengan
Tabel 2. Pengaturan kV dan kombinasi filter
persamaan sebagai berikut:
untuk mengatur keluaran energi foton dari
pesawat sinar-X
T.T Filter HVL
Hp(10) = FKp(E) .R
Eefeffif
(kV) Sn Pb Cu Al mmC keV
u HASIL DAN PEMBAHASAN
40 - - 0,20 4,00 0,09 33
60 - - 0,60 4,00 0,24 48
- -
Sebagaimana telah dikemukakan dalam
100 5,04 3,95 1,15 83
150 - - 2,50 4,00 2,40 119
Tata Kerja, bahwa kegiatan interkomparasi
200 3,00 - 2,00 4,00 4,06 1,67 baik dengan JAERI maupun ARL meliputi dua
250 2,00 3,00 - 4,00 5,26 205 kegiatan, yaitu pengukuran dosis permukaan
Keterangan : TT = Tegangan tabling dan pengukuran dosis kedalaman. Namun
dalam makalah ini hanya akan dikemukakan
C. Interkomparasi Pengukuran Dosis hasil interkomparasi pengukuran dosis
Kedalaman : kedalaman saja, mengingat metode pengukuran
dosis kedalaman merupakan metode yang
Dalam interkomparasi dengan JAERI relatif baru bagi PSPKR-BATAN. Sedang
Tahap 3, PSPKR mengirimkan 27 buah pengukuran dosis permukaan sudah merupakan
dosimeter perorangan yang dibagi dalam kegiatan rutin pelayanan pemantauan dosis
sembilan group. Enam group disinari foton perorangan yang dilakukan oleh PSPKR.
(tiga group dengan Sinar-X dan tiga group Untuk mendapatkan hasil evaluasi dosis yang
dengan Cs-137, Co-60 dan Ra-226). Dan tepat perlu memperhatikan berbagai faktor
keenam group tersebut, penyinarannya koreksi yang terkait dalam proses evaluasi
dilakukan di udara (empat group) dan di tersebut. Ada berbagai faktor koreksi yang
permukaan fantom (dua group). Penyinaran di perlu diperhatikan dalam evaluasi dosis
udara dimaksudkan untuk interkomparasi perorangan foton dengan TLD. Secara garis
pcngukuran dosis kulit (pennukaan), sedang besar faktor koreksi tersebut dapat dibagi
penyinaran di permukaan fantom untuk menjadi tiga [10], yaitu :

PSPKR-BATAN 43
Presiding Presentasi Ilniiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 ] Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

1. Faktor koreksi dari TLD itu sendiri, misal foton yang dmormalisir terhadap energi Co-60
: variasi kepekaan TLD terhadap radiasi, (1.250 keV) disajikan pada Tabel 5. Pada
kebergantungan tanggapan TLD terhadap Tabel terlihat bahwa kepekaan TLD-100
energi radiasi, hilangnya tanggapan karena sangat bergantung pada energi foton yang
pemudaran, kepekaan TLD terhadap ditangkapnya, terutama untuk foton berenergi
cahaya ultra violet dan linieritas antara rendah dari 33 sampai dengan 205 keV.
dosis radiasi dan tanggapan. Kepekaan maksimum dicapai pada foton
2. Faktor koreksi dari sistem alat baca, misal berenergi 48 keV. Dari beberapa literatur
: sistem pemanas, efisiensi pengumpulan diketahui bahwa tanggapan TLD mulai stabil
cahaya, rangkaian penguat pada sistem terhadap foton energi tinggi di atas 250 keV
elektronik. [12].
3. Faktor-faktor luar, misal : bacaan latar,
faktor geometri, sistem annealing, cara Tabel 4. Hasil evaluasi dosis kedalaman pada
penyinaran dan Iain-lain. interkomparasi dengan ARL (data disajikan dalam
benluk nisbah antara dosis yang dilaporkan oleh
Mengingat banyaknya faktor-faktor PSPKR dengan dosis unluk penyinaran oleh ARL)
koreksi yang terkait dalam evaluasi dosis
perorangan, dan diantara faktor-faktor koreksi berkas A B c D E F
tersebut tidak dapat diidentifikasi sebelumnya, nisbah 1,00 0,93 1,29 - - -
maka beberapa laboratorium acuan dalam
melakukan kegiatan terkomparasi seringkali Dari data nilai faktor kalibrasi pada
menggunakan nilai simpangan ketidakpastian Tabel 5 telah jelas bahwa setiap energi foton
dalam perkiraan dosis dari paparan eksterna memiliki faktor kalibrasi yang berbeda-beda.
yang masih dapat diterima sebesar satu Hal ini tentu saja merupakan masalah tersendiri
setengah kali [11]. Hasil interkomparasi fase 3 dalam evaluasi dosis terutama untuk foton
adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Dan berenergi rendah. Oleh sebab itu, hasil evaluasi
Tabel terlihat bahwa simpangan untuk evaluasi dosis akan lebih tepat jika energi dari foton
dosis kedalaman, Hp(10), berkisar dari +2 yang mengenai TLD diketahui, sehingga dapat
sampai dengan -10 persen. Terlihat bahvva dipilih nilai faktor kalibrasi yang lebih
simpangan tertinggi masih jauh di bawah nilai mendekati terhadap energi foton yang mengenai
simpangan maksimum yang diperbolehkan. TLD tersebut. Namun identifikasi energi ini
seringkali sulit dilakukan mengingat pada
Tabel 3. Hasil eveluasi dosis kedalaman pada umumnya dosimeter perorangan tidak
interkomparasi dengan JAERI (Hp(10)) dirancang untuk mengidentifikasi energi [13].
Penelitian untuk mendapatkan metode
Kel. Dosis Dosis Deviasi pendekatan identifikasi energi juga telah
TLD penyinaran dilaporkan (%) dilakukan namun belum mendapatkan hasil
1 6,27 mSv 6,40 mSV 2,1 yang memuaskan [14].
2 0,80 mSV 0,72 -10,0
Tabel 5. Kepekaan dan faktor kalibrasi TLD-100
Hasil interkomparasi dengan ARL terhadap berbagai energi foton yang dinormalisitr
terhadap Co-60
adalah seperti disajikan pada Tabel 4. Dari
Energi Intensi- Kepeka- Nilai Fk
Tabel terlihat bahwa simpangan maksimum
No. foton tasTL an relatif
hasil evaluasi dosis sebesar 29 persen, masih (keV) relatif
berada dalam nilai simpangan yang I 33 1,344 1,348 0,71
diperbolehkan. Untuk berkas D, E dan F tidak 2 48 1,604 1,605 0,62
ada data karena terjadinya kerusakan pada 3 83 1,299 1,300 0,77
TLD sehingga tidak dapat dievaluasi. 4 118 1,228 1,232 0,81
Sifat kebergantungan TLD terhadap 5 167 1,158 1.159 0,86
cnergi foton merupakan sumber kesalahan 6 205 1,131 1,133 0,88
mama dalam evaluasi dosis Hasil perhitungan 7 662 1,013 1.013 0,99
kepekaan TLD-100 terhadap bcrbagai energi 8 1250 1,000 1.000 1,00

PSPKR-BATAN 44
Presiding Prcsentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

KESIMPULAN 9. SEELENTAG, W.W., et. al.,A Cataloque


of Spectra for Calibration of Dosemeter,
TLD Tipe BG-1 buatan The Harshaw/ GSF Dericht 560, Muenchen.
Filtron Partnership, USA, yang selama ini 10.HUFTON, H.P., (Editor), Practical Aspects
digunakan oleh PSPKR-BATAN untuk of Thermoluminescence Dosimetry, The
kegiatan rutin pemantauan dosis perorangan Hospital Physicists Association, England
foton para pekerja radiasi dapat digunakan ll.NETTE, P.H. (IAEA), Intercomparison
untuk pemantauan dosis perorangan kedalam- Procedure Based Upon Exposure (C/Kg) for
an, Hp(10). Dari hasil inter-komparasi terlihat Personal Monitoring Services, Kuala-
bahwa TLD tersebut mampu memberikan data lumpur, Malaysia (1987).
hasil pemantauan yang cukup akurat. 12.0BERH0FER,M. and SCHARMANN,A.,
Peningkatkan keakuratan hasil evaluasi dosis Applied Thermoluminescence Dosimetry,
kedalaman dapat dilakukan dengan cara Adam Hilger Ltd., Briston (1981).
pemilihan faktor kalibrasi TLD yang sesuai 13.MARSHALL, T.O., et. aL Radiat. Prot.
dengan energi foton yang diterima TLD. Oleh Dosim., 14(1) (1986)5- 10.
sebab itu, untuk mendapatkan hasil evaluasi 14.AKHADI,M.,dkk., Pros. Simposium Fisika
dosis yang lebih akurat, sebaiknya energi Jakarta 1994, PSPKR-BATAN, Jakarta
radiasi pada medan dimana TLD tersebut (1994)265-269.
digunakan diidentifikasi terlebih dahulu.

UCAPAN TERIMA KASIH DISKUSI

Penulis mengucapkan terima kasih Edison Sihombing - PRSG :


kepada K. MINAMI (JAERI) dan Neville J. Pada abstrak tertulis "Dari hasil inter-
HARGRAVE (ARL) beserta staf yang telah komparasi dapat dikatakan bahwa sistem
mcngundang PSPKR untuk berperan serta pengukuran dosis kedalaman yang dilakukan
dalam kegiatan interkomparasi ini. Dengan PSPKR cukup baik", sedangkan deviasinya -
kegiatan tersebut PSPKR dapat mengikuti 10% dan 29%. Apakah alasan Saudari.
perkcmbangan dan meningkatkan kemampuan
dalam evaluasi dosis perorangan kedalaman. Nur Rohmah :
Sistem pengukuran dosis kedalaman yang
DAFTAR PUSTAKA dilakukan oleh PSPKR cukup baik karena
deviasi maksimumnya masih berada dalam
1. ICRP Publication 26, Bethesda (1977). batas yang diperbolehkan ICRP No. 60.
2. Dirjen BATAN No. : PN 03/160/DJ/89,
Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap R. Tedjasari - PTPLR :
Radiasi, BATAN, Jakarta (1989). Bagaimana cara mengetahui bahwa TLD
3. International Commission on Radiation menerima radiasi foton pada energi tertentu ?.
Units and Measurements (CRU) Report 39,
Bethesda (1985). Nur Rohmah :
4. ICRP Publication 60, Bethesda (1990). TLD tidak dirancang untuk mengidentifikasi
5. ANONIM (Brosur), TLD Material and energi. Satu-satunya informasi yang diperoleh
System, Harshaw/Filtron Partnership, dari TLD adalah tanggapan TLD tersebut
Cohran Road 6801, Solon, Ohio 44139. terhadap radiasi yang mengenainya. Oleh
6. AKHADI, M., dkk., Prosiding Simposium karena itu untuk dapat mengidentifikasi energi
Fisika Jakarta 1992, Jurusan Fisika ISTN, foton yang mengenai TLD digunakan cara-cara
Jakarta (1992) 173 - 185. pendekatan antara lain dengan membuat kurva
7. ICRU Report 25, Bethesda (1976). kalibrasi energi untuk berbagai energi foton.
8. GROSSWENDT, B.,Rad. Prot. Dosim., Selanjutnya dari hasil kalibrasi tersebut, dibuat
32(4), (1990)219-231. kurva energi dengan tanggapan relatif. Dengan
mengetahui tanggapan relatif (R1/R2) dari

PSPKR-BATAN 45
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 4085

hasil pembacaan TLD, diperoleh nilai energi Sahala Lumbanraja - PPkTN:


foton yang mengenai TLD. Dari hasil, terdapat perbedaan deviasi antara
PSPKR, JAERI dan ARL. Apakah perbedaan
Sri Wahyuni - PPkTN : yang besar ini bukan disebabkan oleh group
1. Dosis ekivalen 50% berdasarkan sample yang dikirimkan berbeda, misalnya ada
rekomendasi/acuan dari mana ?. 3 group sample dikirim ke JAERI dan 1 group
2. Hasil perbandingan pengukuran dosis sample ke ARL. Bagaimana saudari dapat
antara PSPKR dan JAERI diperoleh nilai - menarik kesimpulan dengan keadaan group
10% sedangkan dengan ARL deviasinya yang berbeda?.
positif. Faktor apa saja yang menyebabkan
hasil yang berbeda ?. Nur Rohmah :
3. Menurut Anda, manakah yang lebih baik, Interkomparasi dilakukan pada waktu yang
ARL atau JAERI ?. berbeda. Perbedaan ini bukan disebabkan
karena group sample yang berbeda, namun
Nur Rohmah : disebabkan oleh faktor-faktor lain. Karena
1. Yang dimaksud bukan dosis ekivalen tetapi setiap group sample yang dikirimkan
deviasi maksimum. Deviasi maksimum yang mempunyai penyimpangan 3%.
diperbolehkan dalam pemantauan dosis
perorangan didasarkan pada Publikasi L. Kwin - PTPLR :
ICRP No. 60 tahun 1990. 1. Dalam interkomparasi ini apakah PSPKR
2. Beberapa faktor yang menyebabkan hasil sendiri juga melakukan penyinaran ?. Dan
yang berbeda adalah : bagaimana jika ketiga peserta inter-
Faktor koreksi TLD : kepekaan terhadap komparasi dibandingkan dengan bentuk
radiasi, tanggapan terhadap radiasi kurva ?.
fading, kepekaan terhadap UV dan 2. Dikatakan bahwa sistem pengukuran dosis
liniaritas dosis radiasi dan tanggapan. menggunakan TLD CG-1 cukup baik,
Faktor koreksi dosis sistem alat baca : apakah sistem ini bisa juga digunakan untuk
rangkaian penguat sistem elektronik, Pusat lain yang juga melakukan pengukuran
sistem pemanas, dll. dosis perorangan ?.
Faktor lain : faktor geometri, cara
penyinaran, sistem annealing, bacaan Nur Rohmah :
lebih, dll. Untuk -10% berarti hasil 1. Penyinaran dilakukan oleh lab acuan. Jadi
evaluasi oleh PSPKR lebih rendah PSPKR hanya menghitung dosis. Inter-
dibanding dengan dosis penyinaran oleh komprasi yang dikoordinasi JAERI peserta-
lab acuan. Sedangkan positif berarti nya terdiri dari negara Pasifik anggota
dosis yang dilaporkan oleh PSPKR lebih RCA. Demikian juga yang dikoordinasi oleh
besar nilainya dibandingkan dengan ARL Australia. Jadi hasil yang diperoleh
dosis untuk penyinaran oleh ARL. tidak hanya dibandingkan antara ketiga.
3. Hasil interkomparasi lebih baik dengan PSPKR merupakan salah satu instansi
JAERI dibanding ARL. peserta interkomparasi dengan lab-lab
acuan tersebut.
Fransisca - PAIR : 2. Sistem pengukuran dosis kedalaman ini
Apa alasannya diambil kedalaman 10 mm dapat dipakai oleh instansi/Pusat yang
untuk pengukuran dosis ?. melakukan pemantauan dosis radiasi
perorangan dengan TLD asal metode
Nur Rohmah : kalibrasi yang digunakan juga sama dengan
Dasar pengukuran dosis di kedalaman 10 mm metode kalibrasi yang digunakan oleh
adalah Publikasi ICRP No. 39 tahun 1985 PSPKR/lab-lab acuan.
yang diperkuat oleh Publikasi ICRP No. 60
tahun 1990.

PSPKR-BATAN 46
Prosiding Prescntasi Iliniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan ,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000061

TANGGAPAN TLD-600 TERHADAP DOSIS NEUTRON CEP AT YANG


DITERIMA SECARA TERUS-MENERUS DAN TERPUTUS-PUTUS

Mukhlis Akhadi, Nina Hcrlina dan Pardi


Pusat Stand ardisasi dan Pcnclitian Kcselamatan Radiasi - BATAN

ABSTRAK
TANGGAPAN TLD-600 TERHADAP DOSIS NEUTRON CEP AT YANG DITERIMA SECARA
TERUS-MENERUS DAN TERPUTUS-PUTUS. Telah dilakukan penyinaran terhadap tiga kelompok
TLD-600 dengan neutron cepat dari sumber AmBe. Setiap kelompok terdiri atas 20 buah kartu TLD.
Kelompok pertama dan kedua disinari secara terus-menerus dengan dosis bervariasi dari 50, 10, 250,
500 dan 750 mrem. Untuk masing-masing nilai dosis pada masing-masing kelompok disinari empat buah
kartu TLD. Kelompok ketiga disinari dengan dosis total sama seperti pada kelompok pertama, namun
pemberian dosisnya dilakukan secara terputus-putus sebanyak 13 kali selarna tiga bulan. Intensitas TL
pada kelompok pertama (A) dibaca langsimg setelah penyinaran, sedang intensitas TL kelompok kedua
(B) dan kelompok ketiga (C) dibaca setelah selesainya penyinaran kelotnpok ketiga. Penyinaran kelompok
pertama dan kedua menyerupai kondisi penyinaran pada saat kalibrasi TLD di laboratorium. Bedanya
kclompok pertama tidak mcngalami pemudaran scdang kclompok kedua mengalami pemudaran
intensitas TL selama tiga bulan. Penyinaran kelompok ketiga diasumsikan menycrupai kondisi
penyinaran pada saat TLD digunakan untuk peraantauan dosis perorangan di lapangan. Dari hasil
perhitungan perbandingan intensitas TL untuk berbagai kondisi penyinaran diperoleh nilai B/A, C/A dan
C/B berturut-turut adalah : 0,93; 0,92 dan 0,99. Data tersebut menunjukkan perlu adanya koreksi
pemudaran sebesar dclapan persen pada setiap melakukan evaluasi dosis neutron dengan TLD-600.

ABSTRACT
RESPONSE OF TLD-600 TO CONTINUE AND DISCRETE FAST NEUTRON DOSES
IRRADIATION. Irradiation to three groups of TLD-600 with fast neutron dose from AmBe source have
been carried out. Each group consist of 20 TLD cards. First and second group were irradiated continually
by doses vary from 50, 100, 250, 500 and 750 mrem. For each dose value of each group was irradiated
four TLD card. The third group was irradiated by total dose same to the first group, but the dose was
delivered discrectely 13 times during three months. TL intensity of first group (A) were read directly
after irradiation, and TL intensity of second group (B) and third group (C) were read after irradiation of
third group finished. Irradiation of first and second group were same to the condition of irradiation
during TLD calibration in Laboratory. The different between those two goup are there is no fading of TL
intensity on first gruop and fading during three months on second group. Irradiation of third group was
assumed same to the condition of irradiation when TLD was used for personal dose menitoring. From the
calculation of comparison value of TL intensity for several condition of irradiation it was obtained the
quotient value of B/A, C/A and C/B were : 0.93, 0.92 and 0.99 respectively. Such data shows the necessity
of fading correction of eight percent during neutron dose evaluation using TLD-600.

PENDAHULUAN Bahan yang paling banyak dan


paling murah digunakan untuk pembuatan
Dosimeter thermoluminesensi atau
TLD saat ini adalah litium fluorida (LiF) [3].
Iebih sering dikenal dengan singkatan TLD
Sifat dari bahan ini adalah ekivalen dengan
merupakan alat pemantau dosis radiasi
jaringan tubuh manusia [4]. Di pasaran
perorangan yang saat ini digunakan secara
dapat di-temukan TLD dalam berbagai
luas [1]. Badan Tenaga Atom Nasional
merek dagang, antara lain TLD yang terbuat
(BATAN) juga menggunakan TLD untuk
dari bahan dasar LiF dalam bentuk
tujuan pemantauan dosis perorangan para
TLD-600 buatan The Harshaw/Filtron
pekerja radiasi.
Partnership, USA [5].
Ada beberapa keuntungan dalam
Untuk tujuan pemantauan dosis
penggunaan TLD ini, antara lain : murah
perorangan neutron dan gamma, PSPKR-
dalam pengoperasian, hemat waktu karena
BATAN menggunakan kartu TLD Tipe
evaluasi dosis dapat dilakukan lebih cepat
LNG-0670 yang di dalamnya terdapat dua
dibandingkan dengan dosimeter lain, mampu
buah balok TLD-600 (peka terhadap
memantau dosis dari rendah hingga tinggi,
neutron termik dan foton) dan TLD-700
dapat dipakai ulang dan tidak peka terhadap
(peka terhadap foton). Dalam pemakaian di
faktor-faktor lingkungan [2].
lapangan, dosis neutron dan gamma yang

PSPKR-BATAN 47
Prosiding Presentasi Ibniah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

diterima kartu TLD dapat dibedakan terlebih dahulu. Dari kalibrasi ini akan
dengan cara mengurangi secara langsung diperoleh nilai Faktor Kalibrasi yang
dosis pada TLD-600 dengan dosis pada menunjukkan hubungan antara tingkat
TLD-700. Pengurangan secara langsung ini intensitas TL dengan dosis radiasi yang
dapat dilakukan mengingat kepekaan diterima TLD.
TLD-600 dan TLD-700 terhadap foton Ada perbedaan dalam sistim
relatif sama [6]. Dari pengurangan ini akan penerimaan dosis antara kondisi kalibrasi di
diperoleh dosis neutron yang diterima laboratorium dengan kondisi pemakaian di
TLD-600. Sedang dosis gamma dapat lapangan yang perlu diperhatikan dalam
ditentukan secara langsung dari TLD-700. penggunaan TLD, Dalam melakukan
Dalam makalah ini hanya akan kalibrasi, TLD disinari dengan dosis tunggal
dibahas masalah pemantauan dosis (terus-menerus) dalam waktu yang relatif
perorangan neutron cepat dengan TLD-600 singkat. Sedang dalam penggunaan di
yang terdapat dalam kartu TLD tipe lapangan, dimana TLD tersebut dipakai
LNG-0670. TLD-600 dibuat dari bahan LiF dalam jangka waktu yang relatif lama, maka
dengan kandungan 95,60 persen ^LiF [7]. TLD akan menerima radiasi dengan dosis
Karena "LiF hanya peka terhadap neutron terputus- putus selama TLD tersebut
berenergi termik dengan kepekaan 100 kali dipergunakan.
lebih tinggi dibandingkan kepekaannya Untuk penerimaan dosis total yang
terhadap neutron cepat [8], maka teknik sama, perbedaan dalam sistim penerimaan
yang paling praktis untuk pengukuran dosis dosis tersebut di atas kemungkinan dapat
neutron cepat dengan TLD-600 adalah menghasilkan nilai tanggapan intensitas TL
dengan teknik dosimetri neutron albedo yang berbeda. Untuk itu perlu diketahui
[8] [9]. besarnya perbedaan tanggapan tersebut.
Teknik dosimetri neutron albedo Jika perbedaanya cukup besar, maka
memanfaatkan hasil interaksi antara neutron diperlukan adanya faktor koreksi dalam
cepat dengan tubuh manusia. Jika neutron evaluasi dosis dengan TLD karena
cepat mengenai tubuh, maka akan terjadi perbedaan dalam sistim penerimaan dosis
interaksi antara neutron dengan inti atom ini.
dalam tubuh, terutama atom hidrogen, Penelitian ini bertujuan untuk
sehingga neutron akan termoderasi dan melihat sejauh mana perbedaan sistim
sebagian dipantulkan kembali [9] [10]. Dari penerimaan dosis neutron cepat oleh
interaksi ini akan timbul fluks neutron TLD-600 berpengaruh terhadap perbedaan
berenergi termik yang meninggalkan nilai keluaran intensitas TL yang dihasilkan
permukaan tubuh dan dapat dipantau oleh pada saat evaluasi TLD. Data hasil
dosimeter perorangan yang dipasang di penelitian dapat digunakan untuk
permukaan tubuh. Neutron ini disebut menghitung nilai faktor koreksi dalam
neutron albedo, sedang teknik evaluasi dosis neutron cepat dengan TLD
pengukurannya disebut dosimetri neutron jika perbedaan tersebut dipandang cukup
albedo. berarti.
Dalam pemakaian di lapangan untuk
pemantauan dosis perorangan, TLD tidak TATA KERJA
merekam secara langsung dosis radiasi yang
Dilakukan penyinaran dengan
diterimanya. TLD tersebut hanya
neutron cepat dari sumber AmBe terhadap
memberikan data hasil bacaan intensitas
tiga kelompok TLD Tipe LNG-0670.
thermoluminesensi (TL) yang besarnya
Masing- masing kelompok terdiri atas 20
sebanding dengan dosis radiasi yang
buah kartu TLD. Kelompok pertama dan
diterimanya. Oleh sebab itu, agar dapat
kelompok kedua disinari neutron cepat
diperoleh informasi dosis radiasi yang
dengan dosis 50, 100, 250, 500 dan 750
diterima TLD, maka dalam setiap
mrem yang diberikan melalui penyinaran
penggunaan untuk pemantauan dosis
tunggal. Untuk setiap nilai dosis disinari
perorangan, TLD tersebut harus dikalibrasi
empat buah kartu TLD. Teknik penyinaran

PSPKR-BATAN 48
Prosiding Presenfasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan ,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ini menyerupai kondisi kalibrasi TLD di terus-menerus namun pembacaan intensitas


laboratorium. TL nya ditunda setelah tiga bulan (B) untuk
Teknik penyinaran TLD dengan kelompok kedua dan penyinaran
neutron dilakukan dengan cara terputus-putus selama tiga bulan (C) untuk
menempelkan kartu TLD pada permukaan kelompok ketiga.
fantom ukuran standar IAEA (30 cm x 30 Sebagaimana telah dikemukakan
cm x 30 cm) yang berperan sebagai simulasi sebelumnya, bahwa TLD-600 peka terhadap
tubuh manusia pemakai TLD. Dengan neutron termik dan gamma, sedang
memantau neutron termik yang diham- TLD-700 hanya peka terhadap gamma saja.
burbalikkan oleh fantom, TLD tersebut Mengingat sumber neutron AmBe disamping
mampu memberikan data hasil bacaan memancarkan neutron juga memancarkan
intensitas TL hasil penyinaran neutron gamma, maka pada Tabel 1 hasil pembacaan
cepat. intensitas TL pada TLD-600 dikurangi
Kelompok ketiga disinari neutron langsung dengan hasil pembacaan intensitas
dengan nilai dosis total sama seperti pada TL pada TLD-700 untuk memperoleh nilai
penyinaran kelompok pertama, namun intensitas TL bersih pada TLD-600 yang
pemberian dosisnya dilakukan secara berasal dari penyinaran neutron.
terputus-putus setiap minggu sebanyak tiga Pada Tebel 2 disajikan hasil
belas kali selama 13 minggu. Dengan perhitungan perbandingan intensitas TL
demikian setiap kali penyinaran, TLD antar kelompok penyinaran, yaitu
menerima dosis neutron cepat sebesar 50/13, perbandingan antara kelompok kedua
100/13, 250/13, 500/13 dan 750/13. Teknik dengan kelompok pertama (B/A), kelompok
penyinaran ini diasumsikan menyerupai ketiga dengan kelompok pertama (C/A) dan
kondisi penerimaan dosis sebenarnya pada kelompok ketiga dengan kelompok kedua
saat pemakaian TLD di lapangan. (C/B). Perhitungan nilai perbandingan ini
Pengaturan waktu penyinaran selama 13 dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
minggu disamakan dengan jangka waktu yang lebih jelas tentang perbedaan hasil
pemakaian TLD di PSPKR-BATAN selama bacaan intensitas TL dari ketiga kondisi
tiga bulan. penyinaran tersebut.
Tingkat intensitas TL pada TLD Penyinaran TLD kelompok pertama
kelompok pertama dibaca langsung setelah dan kedua dilakukan dengan cara yang sama
penyinaran, sedang intensitas TL pada TLD namun beda dalam cara pembacaan
kelompok kedua dan ketiga dibaca dalam intensitas TL, yaitu penyinaran terus
waktu bersamaan setelah selesainya menerus dalam waktu yang relatif singkat
prnyinaran kelompok ketiga. Pembacaan dengan pembacaan intensitas TL kelompok
dilakukan dengan alat baca TLD pertama dilakukan langsung setelah
(TLD-Reader) Model 8000-C buatan The penyinaran, sedang pada kelompok kedua
Harshaw/Filtron Partnership, USA. Hasil ditunda setelah tiga bulan. Namun jika
bacaan intensitas TL pada TLD-600 diperhatikan hasil bacaan intensitas TL dari
dikurangi dengan hasil bacaan intensitas TL dua kelompok tersebut terlihat adanya
pada TLD-700 sehingga diperoleh bacaan perbedaan. Dari hasil perhitungan diperoleh
intensitas TL bersih hasil penyinaran nilai perbandingan intensitas TL antara
neutron pada TLD-600. kondisi B dan A (B/A) sebesar 0,93. Hal ini
berarti bahwa total intensitas TL pada
HASIL DAN PEMBAHASAN kondisi B adalah tujuh persen lebih rendah
dibandingkan pada kondisi A.
Pada Tabel 1 disajikan data hasil Dengan memperhatikan
bacaan intensitas TL dari tiga kelompok perbandingan total intensitas TL antara
TLD yang disinari dengan dosis neutron kondisi C dan A diketahui bahwa nilai C/A
cepat, yaitu : penyinaran terus-menerus rata-rata sebesar 0,92. Hal ini berarti bahwa
dengan intensitas TL dibaca Iangsung (A) total intensitas TL pada kondisi C adalah
untuk kelompok pertama, penyinaran delapan persen lebih rendah dibandingkan

PSPKK-BATAN 49
Prosiding Prescntasi Ilntiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan ,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

pada kondisi A. Baik nilai B/A maupun C/A pemudaran. Sedang pembacaan intensitas'
menunjukkan terjadinya penurunan hasil TL pada TLD kelompok kedua dan ketiga
bacaan intensitas TL karena penundaan dilakukan setelah penundaan selama tiga
dalam pembacaan intensitas TL pada TLD. bulan, sehingga hasil bacaannya mengalami
Penurunan hasil bacaan intensitas TL ini penurunan atau pemudaran sebesar tujuh
disebut pemudaran. dan delapan persen dibandingkan kelompok
Pemudaran pada TLD dapat terjadi pertama yang tidak mengalami pemudaran.
karena banyak perangkap-perangkap
elektron dalam kristal TLD yang tidak stabil KESIMPULAN
secara termik. Perangkap ini akan
melepaskan tangkapan elektronnya pada Dari data hasil penelitian terlihat
suhu lingkungan. Jika jangka waktu antara bahwa masalah utama dalam pemantauan
penyinaran dan pembacaan intensitas TL dosis perorangan neutron dengan TLD-600
pada TLD relatif lama, maka akan banyak adalah terjadinya pemudaran karena
elektron-elektron dalam perangkap meta penundaan dalam pembacaan TLD. Sistim
stabil yang terlepas dari perangkap dan penerimaan dosis neutron baik secara
melakukan rekombinasi dengan lubang [11]. terus-menerus dalam kalibrasi TLD maupun
Dosis radiasi yang diterima TLD secara terputus-putus selama pemakaian
sebanding dengan besarnya hasil bacaan TLD di lapangan tidak berpengaruh banyak
intensitas TL dari TLD tersebut. Pemudaran terhadap hasil bacaan total intensitas TL
pada TLD dalam bentuk penurunan hasil pada TLD. Dengan memperhatikan nilai C/B
bacaan intensitas TL akan mengakibatkan terlihat bahwa selisih intensitas TL dari dua
hasil evaluasi dosis yang dilaporkan lebih sistim penerimaan dosis tersebut hanya satu
rendah dibandingkan dengan dosis persen. Oleh sebab itu, untuk menghindari
sebenarnya yang diterima TLD. Oleh sebab kesalahan hasil evaluasi dosis karena
itu, untuk menghindari kesalahan hasil terjadinya pemudaran pada TLD, maka
evaluasi dosis, terjadinya pemudaran pada pembacaan intensitas TL pada TLD untuk
TLD perlu mendapatkan perhatian dalam kalibrasi perlu penundaan selama jangka
setiap melakukan evaluasi dosis perorangan waktu sama dengan lamanya TLD tersebut
dengan TLD, termasuk dalam melakukan digunakan untuk pemantauan dosis
kalibrasi TLD tersebut. perorangan.
Nilai perbandingan C/B rata-rata
sebesar 0,99 yang berarti bahwa total
DAFTAR PUSTAKA
intensitas TL pada kondisi B dan C sangat
berdekatan karena nilai C/B hampir 1. ADTANI, et.al., Radiat. Prot. Dosim.,
mendekati satu. Dekatnya nilai intensitas TL 2(1)(1981) 43-46.
antara kondisi B dan C ini karena pada dua 2. ANONIM, External Dosimetry,
kondisi tersebut telah terjadi pemudaran ASNT, Lucas Height, NSW 2234,
maksimum, sehingga total intensitas TL yang Australia (1989).
terbaca dari kedua kondisi tersebut 3. RAO and D. R. RAO, Health Physics,
merupakan total intensitas TL dari 45(5) (1983) 1001- 1002.
elektron-elektron dalam perangkap yang 4. DA-KE, WU, et. al., Health Physics,
benar-benar stabil. 46(5) (1984) 1063-1067.
Dengan memperhatikan nilai B/A, 5. ANONIM ( Brosur ), TLD Material and
C/A dan C/B ( 0,93; 0,92 dan 0,99 ) terlihat System, Harshaw / Filtron Partnership,
bahwa TLD pada kelompok pertama Cohran Road 6801, Solon, Ohio 44139.
memberikan hasil bacaan intensitas TL 6. AKHADI, dkk., Prosiding Simposium
tertinggi (A) dibandingkan dengan TLD Fisika Jakarta 1992, Jurusan Fisika
pada kelompok kedua (B) dan kelompok ISTN, Jakarta (1992) 173-185.
ketiga (C). Hal itu disebabkan karena TLD 7. CARILLO, et. al., Radiat. prot.
pada kelompok pertama dibaca langsung dosim., 19(1) (1987) 55-57.
selelah penyinaran dan beium mengalami

PSPKR-BATAN 50
Presiding Prcsentasi Iimiah Kcsclamatan Radiasi d a n Linglaingan , 2 0 - 2 1 Agusfus 1996
ISSN : 0854-4085

8. PIESCH and BURGKHARDT, Radiat. Nazaroh - PSPKR:


Prot. Dosim., 10 (1-4) (1985) 175-188. Jika penyinaran terputus-putus dengan dosis
9. SWAJA, et. al., Radiat. prot. Dosim., awal kecil sekali kemudian diakhiri dengan
5(4), (1983) 217- 225. dosis besar (pada penyinaran ke 13) maka
10. GREENE and L.W. GILLEY, Radiat. korelasi pemudaran sebesar 8% tentunya
Prot. Dosim., 2(4) (1982) 249-252. tidak bisa dilakukan. Apakah tidak bisa
11. OBERHOFER and A. SCHARMANN digenerali-sasi (kecuali dosis terputus-
(editor), Applied Thermoluminescence putusnya sama besar) ?.
Dosimetry, Adam Hilger Ltd., Briston
(1981). Mukhlis Akhadi:
Penelitian yang dilakukan dianggap pada
kondisi ideal, dimana TLD dipakai selama 3
DISKUSI bulan dan penerimaan dosis terjadi secara
diskrit selama 3 bulan juga. Untuk kondisi
seperti yang Saudari kemukakan adalah
Achmad Sorot S. - PPBGN: kondisi penyinaran yang tidak ideal,
Mengapa terjadi pemudaran pada kelompok sehingga sulit untuk diramalkan sebelumnya.
kedua (B) sedangkan kelompok A tidak ?.
Suminar Tedjasari - PTPLR :
Mukhlis Akhadi: Bagaimana kondisi penyinaran TLD (yang
Karena adanya elektron yang terperangkap sebaiknya) untuk TLD kalibrasi yang
dalam trap-trap yang metastabil, dimana ditunda pembacaannya agar hasil kalibrasi
elektron tsb. dapat memperoleh energi dari yang diperoleh optimal ?.
lingkungan untuk melepaskan diri dari
perangkap. Jika pembacaan dilakukan Mukhlis Akhadi:
langsung (A) elektron dalam perangkap TLD-Kalibrasi ditunda pembacaannya
metastabil belum melakukan rekombinasi, dalam jangka waktu sama dengan lama TLD
sedangkan apabila pembacaan ditunda (B) tersebut digunakan misalnya jika TLD
maka elektron dalam perangkap metastabil digunakan selama 3 bulan, TLD-Kalibrasi
sudah melakukan proses rekombinasi juga ditunda pembacaannya selama 3 bulan.
sehingga tidak akan terbaca. Penyimpanan selama penundaan diusahakan
sama kondisinya dengan pemakaian.

PSPKR-BATAN 51
Prosiding Prescnfasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan ,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 1 . Hasil bacaan intensitas TL pada TLD-600 dan TLD-700 yang disinari dengan berbagai
dosis neutron cepat dari sumber neutron AmBe

Dosis Hasil Bacaan Intensttas TL (rtC)


(mrem} R-700 R-neutron R-neutron, rerata
A. Penyinaran terus-menerus, pembacaan intensitas TL langsung
23,92 6,39 17,53
50 24,83 7,21 17,62 17,42 + 0,22
24,19 7.07 17,12
47,64 9,87 37,77
100 47,80 11,19 36,61 37,21 + 0,48
47,34 10,08 37,26
118,69 27,64 91,05
250 123,22 29,43 93,79 90,69 2,69
116,35 29,12 87,23
214,84 44,86 169,98
500 226,36 47,12 179,24 171,59 5,70
209,88 44,22 165,56
329,23 60,81 268,42
750 349,17 77,65 271,52 270,70 1,64
345,11 72,94 272,17
B. Penyinaran terus-menerus, pembacaan int. TL ditunda 3 bulan
21,71 5,78 15,33
50 22,23 5,44 16,78 16,28 0,67
22,13 5,39 16,74
43,41 11,55 31,36
100 44,46 10,88 33,58 32,81 + 1,02
44,25 10,77 33,48
108,53 23,90 84,53
250 111,14 27,20 83,34 83,82 0,51
110,63 26,95 83,58
217,05 57,75 153,30
500 222,30 54,40 167,90 163,03 6,88
221,25 53,35 167,90
325,59 71,70 253,39
750 333,42 77,65 255,77 255,87 + 2,07
331,39 72,94 258,45
C. Penyinaran terputus-putus 13 kali selama tiga bulan
22,58 7,85 14,73
50 24,16 7,22 16,34 16,40 1,39
24,39 6,26 18,13
46,29 12,43 33,36
100 46,01 10,26 35,75 33,12+2,25
43,21 12,95 30,26
119,63 35,89 83,74
250 115,64 34,15 81,49 83,53 + 1,59
116,16 30,79 85,37
218,22 53,79 164,43
500 212,72 51,95 160,77 161,49+2,17
213,61 54,35 159,26
322,54 76,68 245,35
750 325,73 83,24 242,49 242,87 1,89
321,65 80,89 240,76

PSPKR-BATAN 52
Prosiding Prescntasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2. Perbandingan hasil bacaan intensitas TL antar kelompok penyinaran TLD

No. Total Intensitas TL (nC) NISBAH


Dosis A B c B/A C/A C/B
1 50 17,420,22 16,28+0,67 16,40+1,39 0,93 0,94 1,01
2 100 37,210,48 32,81l,02 33,12+2,25 0,88 0,98 1,01
3 250 90,69+2,69 83,82+0,51 83,53+1,59 0,92 0,92 1,00
4 500 171,595,70 163,036,88 161,49+2,1 0,95 0,94 0,99
7
5 750 270,70l,64 255,872,07 242,87+1,8 0,95 0,90 0,95
9
Nisbah rata-rata 0,93+0,03 0,92+0,02 0,99+0,02

PSPKR-BATAN 53
Presiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996 ID0000062
ISSN : 0854-4085

PERKIRAAN DOSISJVEUTRON DARI KECELAKAAN KEKRITISAN


MELALUI ANALISIS 24Na DALAM DARAH : AKTIVASI LARUTAN NaCl
SEBAGAI SIMULASI DARAH
-)

Sri Widayati, Erwansyah Lubis


Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - BATAN
E. Sihombing
Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN

ABSTRAK
PERKIRAAN DOSIS NEUTRON DARI KECELAKAAN KEKRITISAN MELALUI ANALISIS "Na
DALAM DARAH: AKTIVASI LARUTAN NaCI SEBAGAI SIMULASI DARAH Perkiraan dosis neutron
melalui analisis aktivitas M Na di dalam darah yang terbentuk dari reaksi 23Na (n,y) 24Na telah dilakukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk dapat memperkirakan dosis neutron lambat yang diterima personil pada kecelakan
kekritisan. Pada penelitian ini telah dilakukan aktivasi larutan NaCl pada fluk neutron lambat dengan fluen
200,4E+16 sampai 2204,4E+16 n/m2 di RSG-GAS. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas jenis 24Na
mempunyai hubungan yang linier dengan fluen neutron lambat melalui persamaan Y= 2,114X + 0,273. Hasil ini
memberikan informasi bahwa 24Na yang terbentuk dalam darah dapat digunakan sebagai dosimeter neutron untuk
kasus kecelakaan kekritisan. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk memperoleh hubungan antara aktivitas
jenis 24Na terhadap fluen neutron cepat.

ABSTRACT
24 ESTIMATION OF NEUTRON DOSE FROM CRITICALITY ACCIDENTS WITH ANALYSIS OF
Na IN BLOOD: ACTIVATION NaCl SOLUTION AS BLOOD SIMULATION. Estimation of neutron dose
with analysis of 24Na activity within blood from 23Na (n,y) 2*Na reaction was done. The aim of this experiment is
to get an estimation of thermal neutron dose received by personnel at criticality accidents . NaCl solution was
activated with thermal neutron flux at fluence from 200.4E+16 to 2204.4E+16 n/m2 at GAS reactor. The results
shown that relation between thermal neutron fluence with 24Na specific activity is linier by equation of Y =
2.114X + 0.273. The results gave an information that activity of 24Na in blood can be used as neutron dosimeter
on criticality accidents case. This experiment still need to be continued to obtain the relation between 2<1Na
specific activity with fast neutron fluence.

PENDAHULUAN
Kecelakaan kekritisan adalah terjadinya pertolongan secara medis terhadap korban
reaksi fisi yang tidak terkendali dari sejumlah kecelakaan kekritisan, perlu dipelajari perihal
material fisi. Kecelakaan kekritisan dapat perkiraan dosis neutron yang diterima personil
menimbulkan fluks neutron yang tinggi dalam dari suatu kecelakaan kekritisan.
tempo yang cepat. Pekerja radiasi, sesuai Darah mengandung berbagai elemen,
dengan ketentuan dimonitor dengan sistem antara Iain 23Na yang apabila terkena neutron
TLD untuk mengetahui penerimaan dosis yang akan teraktivasi menjadi 24Na melalui reaksi
23
berasal dari ft/y dan neutron. Pada saat terjadi
(n,y). Tubuh manusia mengandung Na sekitar
kecelakaan kekritisan terjadi, dapat saja
1,4 g/kg berat tubuh. Sebagian besar 23Na
pekerja radiasi lalai menggunakan TLD,
dalam darah berbentuk NaCl dan setiap 100 ml
sementara informasi penerimaan dosis neutron
darah mengandung sekitar 0,8 gram NaCl
yang menjadi dasar untuk upaya pertolongan
Darah tersebar dan bersikulasi dalam tubuh
secara medis mutlak dibutuhkan.
secara homogen dan kontinyu sehingga 24Na
Jika suatu kecelakaan kekritisan terjadi, yang terdapat dalam darah dapat mewakili
perhatian secepatnya diberikan kepada korban seluruh tubuh sebagai dosimeter untuk
yang diperkirakan menerima dosis > 0,25 Gy perkiraan dosis neutron dari kecelakaan
dan biasanya fatalitas terjadi pada dosis > 2 Gy kekritisan.
\1]. Perkiraan dosis yang diterima korban harus Pada penelitian ini akan dilakukan
segera dibuat agar staf medis dapat segera aktivasi 23Na terhadap fluk neutron lambat dari
menentukan metode pengobatan yang tepat reaktor GA. Siwabessy. Sebagai pengganti
kepada setiap korban. Dalam upaya

PSPKR-BATAN 54
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

darah yang sesungguhnya digunakan larutan t = Waktu dari kecelakaan kekritisan terjadi'
NaCI 0,8 %. sampai pengumpulan contoh darah
diambil (hari)
TEORI
Kecelakaan kekritisan sebagian besar
Sodium (24Na) dalam darah dapat
terjadi pada waktu yang singkat dengan
teraktivasi oleh neutron berdasarkan reaksi
23 kecenderungan laju dosis yang tinggi. Bila
Na (n,y) 24Na meluruh dengan memancarkan
waktu aktivasi terjadi beberapa jam sampai
partikel B dan sinar y yang mempunyai energi beberapa hari, diperlukan koreksi peluruhan
1,369 dan 2,754 MeV dengan waktu paro (T'/2) dalam perhitungan aktivitas jenis Na. Faktor
14,8 jam. Aktivitas jenis 24Na (ANa) dalam koreksi peluruhan dinyatakan dalam rumus :
darah dapat dihitung dengan persamaan :
A^A^e"^ 1 (1) Xta
Fa = (6)
l-e -Xta
A 2 = ANa e-^ t 2 (2) ta = Waktu iradiasi
Sehingga diperoleh persamaan untuk
A,-A2= XC (3)
menghitung aktivitas 24Na dalam contoh darah
sebagai berikut:
A, = Aktivitas 24Na pada awal
pencacahan ANa = -Bq/ml
AN = Aktivitas 24Na pada akhir iradiasi 60xEfxIxVxRtx(e- m -(

ti = Waktu antara akhir iradiasi dan


awal pencacahan c = Cacahan bersih 2 4Na yang telah
dikoreksi dengan cacahan latar belakang
A2 = Aktivitas pada saat pencacahan
Ef= Efisiensi detektor (%)
berakhir T
t2 = Waktu antara akhir iradiasi dan Fraksi sinar y perdisintegrasi (%)
akhir pencacahan v= Volume contoh darah (ml)
Faktor koreksi peluruhan radioaktif
Perbedaan antara A[ dan A 2 , (A[-A 2 ) Fa = selama periode iradiasi
adalah aktivitas yang meluruh selama periode Fraksi 24Na yang dipertahankan dalam
pencacahan, (X) adalah konstanta peluruhan Rt = darah pada waktu contoh darah
24
Na, (C) adalah jumlah cacahan 24Na yang dikumpulkan
telah dikoreksi dengan cacahan latar belakang
sehingga diperoleh : BAHAN DAN TATA KERJA

/\.>ja
xc (4)
BAHAN
(4)
e -Xtl _
Bahan yang digunakan adalah larutan
NaCI dan sumber neutron lambat dari reaktor
Faktor penting yang mempengaruhi GA. Siwabessy.
konsentrasi 24Na dalam darah adalah peruluhan
biologi 24Na dan peluruhan radioaktif selama
TATA KERJA
iradiasi. Jika contoh darah dikumpulkan
beberapa hari setelah kecelakaan kekritisan 1. Larutan NaCI berkonsentrasi 1,91 mg/ml;
terjadi, diperlukan koreksi terhadap 4 mg/ml dan 8 mg/ml masing-masing 6
pengeluaran 24Na dari tubuh. Waktu paro ml dimasukkan ke dalam kapsul polietilen
24
biologi sekitar 12 hari. Jumlah 24Na yang kemudian diaktivasi dengan fluk neutron
dipertahankan dalam tubuh (Rt) dinyatakan lambat pada fluen 1002 E+16 n/m2
dengan persamaan, 2. Larutan NaCI berkonsentrasi 8 mg/ml
-0,0513t sebanyak 6 ml diaktivasi dengan fluk
Rt = 0,487 e - 0815t -
0,510 e neutron lambat pada fluen 200,4 E+16
-0,00151
0,0027 e (5) s/d 2204,4 E+16 n/m2.

PSPKR-BATAN 55
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Larutan NaCI yang telah diaktivasi, persamaan Y = 2,114 X + 0,273 dengan r =


dicacah selama 300 detik dengan 0,986.
menggunakan spektrometer y yang
25
dilengkapi dengan detektor HpGe dari
EG&G ORTEC TENNELEC. Y = 2,114 X + 0,273
4. Aktivitas jenis 24Na dihitung dengan
persamaan (7).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik hubungan antara konsentrasi


NaCI terhadap aktivitas jenis ditunjukkan
dalam Gambar 1. Grafik ini menunjukkan
adanya hubungan linier antara konsentrasi
NaCI terhadap aktivitas jenis 24Na melalui
persamaan Y = 3,425 X + 1,450 dengan r2= 0 2 4 6 8 K>
0,999. 5
A k t i v i t a s Jonlo Na-24 (xlO Bq/ml)

Gambar 2 : Grafik aktivitas jenis Na-24


terhadap fluen neutron lambat

Berdasarkan spektrum rapat fluk neutron


RS-2 (Rabbit System 2) RSG-GAS, fluk
neutron lambat sebesar 3,34 E+12 n/cm^ dt
mempunyai energi berorde 1E-08 MeV, ini
berarti bahwa besarnya faktor konversi dosis
terhadap fluen neutron adalah 4,65 pGy cm /n
untuk dosis serap kedalaman (Depth-absorbed
dose) dan 3,9 pGy cm /n untuk dosis serap
permukaan (Surface-absorbed dose) tH.
0 2 4 6 8 10
Berdasarkan faktor konversi tersebut, maka
fluen dapat disajikan dalam satuan dosis serap
Konsantrasi larutan NaCI (mg/ml)
dan dibuat grafik antara aktivitas jenis Na
Gambar 1 : Grafik konsentrasi larutan NaCI terhadap dosis neutron lambat seperti pada
terhadap aktivitas jenis Na-24 Gambar 3.

Hubungan fluen neutron lambat terhadap


aktivitas jenis 24Na diperlihatkan pada Gambar 10
Doaio kodalnnan
Doaio pormukaan
2. Aktivitas jenis 24Na dinyatakan dalam satuan Dooiu noutron
Bq/ml, sedangkan fluen neutron dinyatakan
dalam satuan n/m2. Aktivitas jenis 24Na
diperoleh dengan menggunakan rumus (7)
dengan menghilangkan faktor (Fa) dan (Rt).
Dalam perhitungan tidak menggunakan (Fa)
karena aktivasi terhadap larutan NaCI hanya
dalam orde menit dan tidak menggunakan (Rt)
karena larutan yang digunakan dalam
penelitian ini bukan merupakan darah yang C 2 4 6 8 10 12
sesungguhnya. Aktivltao Jonlo Ua-24 (xlO5B<j/n]l )

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa


hubungan antara fluen neutron terhadap Gambar 3 : Grafik aktivitas jenis Na-24
aktivitas jenis Na adalah linier melalui terhadap dosis neutron lambat

PSPKR-BATAN 56
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Dalam hal ini dilakukan pula CB = Jumlah cacahan latar belakang pada
perhitungan dosis neutron berdasarkan data puncak 1,368 MeV
empiris bahwa fluk neutron lambat sebesar gf = Efisiensi detektor HpGe
7E+06 n/m^ dt sebanding dengan laju dosis 25 T =
Lama pencacahan
uSv/jam L^J. Dari pendekatan ini dibuat grafik Y ~ Volume contoh yang dicacah
antara aktivitas jenis 24Na terhadap dosis
neutron lambat seperti pada Gambar 3. Dari perhitungan di atas diperoleh
Untuk selanjutnya, dosis serap kepekaan pengukuran terhadap contoh (6 ml
kedalaman disebut dosis kedalaman, dosis larutan NaCl) dengan detektor HpGe adalah
serap permukaan disebut dosis permukaan dan sekitar 5,665E-2 Bq/ml atau 5,325E-4 Gray.
dosis neutron lambat dari perhitungan
berdasarkan data empiris disebut dosis neutron. KESIMPULAN
Hubungan dosis kedalaman terhadap
aktivitas jenis 24Na adalah linier melalui Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
persamaan Y = 0,983 X + 0,127 dengan r2= bahwa:
0,986. Persamaan ini digunakan hanya jika 24
1. Aktivitas jenis Na mempunyai
energi neutron lambat berorde E-8 MeV. hubungan yang linier dengan fluen
Hubungan dosis permukaan terhadap neutron lambat melalui persamaan Y =
aktivitas jenis 24Na adalah linier melalui 2,114 X + 0,273 dengan r2 = 0,986,
persamaan Y = 0,825 X + 0,106 dengan r2 = sehingga 23Na yang teraktivasi dalam
0,986. Persamaan ini digunakan hanya jika darah dapat digunakan sebagai dosimeter
energi neutron lambat berorde E-8 MeV. neutron pada kasus kecelakaan
Hubungan dosis neutron lambat terhadap kekritisan.
aktivitas jenis 24Na adalah linier melalui 2. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan
persamaan Y = 0,921 X + 0,133 dengan r2 = untuk mengetahui hubungan aktivitas
0,983. Persamaan ini dapat digunakan jika jenis 24Na dengan fluen neutron cepat.
energi neutron lambat tidak diketahui secara
pasti. UCAPAN TERIMA KASIH
Grafik pada Gambar 3 mempunyai
kemiringan yang tidak jauh berbeda, hal ini Penulis mengucapkan banyak terima
memberi informasi bahwa perhitungan dosis kasih kepada Sdr. Rohidi (PRSG) dan staf
neutron lambat dapat didekati melalui faktor BKKL-PTPLR yang telah membantu
konversi dosis maupun data empiris. Dalam pelaksanaan penelitian ini hingga selesai.
perhitungan aktivitas jenis 24Na pada kejadian
yang sesungguhnya harus memperhatikan DAFTAR PUSTAKA
faktor (Fa) dan (Rt).
Grafik dosis permukaan mempunyai 1. FENG YU et a l , Determination of
kemiringan yang lebih kecil dibandingkan Neutron Dose from Criticality Accidents
dengan kemiringan grafik dosis kedalaman, hal with Bioassays for sodium-24 in Blood
ini memberi informasi bahwa neutron lambat and Phosphorus-32 in Hair, Oak Ridge
memberikan kontribusi dosis kedalaman lebih National Laboratory, (1993).
besar dibandingkan dengan kontribusinya ke 2. IAEA, Selected Topics in Radiation
dosis permukaan. Dosimetry, Procced.of the symposium on
Kepekaan pengukuran terhadap contoh selected topics in Radiation Dosimetry,
NaCl 6 ml dengan lama pencacahan 300 detik Vienna (1960).
diperoleh melalui MDA (Minimum Detectable 3. IAEA, Neutron Monitoring for Radiation
Activity) dengan persamaan : Protection Purpose, Proceeding of a
symposium an Neutron Monitoring for
MDA = Bq/ml (8) Rad. Protection Purpose, Vienna (1966).
4. MARTIN ALAN AND SAMUEL A.H,
Aktivitas minimum yang dapat An Introduction to Radiation Protection,
dideteksi Cleapman and Hall, London (1979).

PSPKR-BATAN 57
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

5. IAEA, Dosimetry for Critical Accidents, Sri Widayati


Technical Report Series no. 211, Vienna Tidak terjadi.
(1982).
6. IAEA, Neutron Monitoring for Radio-
logical Protection, Technical Reports
Series No. 252, Vienna (1985).
DISKUSI

Nazaroh - PSPKR :
1. Biasanya satuan fluks neutron yang
digunakan dalam n/m2-s tetapi dalam
abstrak n/m2 dan ditulis dalam tulisan baku
0<n<10 misalnya 2,004.1018. Mohon
penjelasan.
2. Bagaimana efek reduksinya terhadap
manusia (pekerja radiasi) bila terjadi
kekritisan seperti yang dilakukan pada
penelitian ini ?.

Sri Widayati:
1. Fluks neutron memang dinyatakan dalam
n/m2dt dan diabstrak tertulis n/m2, ini
adalah bukan fluks tetapi besaran fluen
neutron. Terima kasih atas koreksinya.
2. Jika pekerja radiasi terpapari oleh fluks
neutron pada kasus kekritisan, efek
radiasinya bergantung dari besar dosis serap
neutron yang diterima. Dalam literatur 1
disebutkan bahwa jika korban menerima
dosis neutron >2 Gy maka akan terjadi
fatalitas.

Suzie D.-PTPLR :
Dari persamaan y=2,114x+0,273, apa artinya
apabila x=0 atau y=0 ?.

Sri Widayati :
y adalah fluen neutron dan x adalah aktivitas
jenis Na-24. Bila x=0 maka aktivitas Na-24
tidak terdeteksi atau tidak ada. Walaupun Na-
23 diiradiasi dengan fluen tertentu, pengukuran
aktivitas jenis Na-24 tidak terdeteksi artinya
detektor tidak mampu untuk mengukur
aktivitas pada fluen tersebut (aktivitas yang
diukur di bawah batas minimum yang dapat
dideteksi/MDA).

Supandi - PPSM:
Analisis aktivasi Na-23(n,y)Na-24, apakah
juga terjadi reaksi Na-23(n,y)Na-22 ?

PSPKR-BATAN 5g
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000063

PENGUKURAN RADIASI DOSIS TINGGI DENGAN


DOSIMETER PERSPEX KUNING
0?)
DO; M.Thoyib Thamrin, Hasnel Sofyan
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENGUKURAN RADIASI DOSIS TINGGI DENGAN DOSIMETER PERSPEX KUNING. Telah
dilakukan pengukuran radiasi dosis tinggi dosimeter perspex kuning. Rentang dosis yang digunakan dari 0,1 kGy
sampai 3,0 kGy. Penentuan Iaju dosis pada titik penyinaran dikalibrasi dengan Dosimeter Fricke sebagai dosimeter
acuan/ pembanding. Dari hasil penyinaran Dosimeter Fricke dengan waktu penyinaran 3, 6, 9, 12, 15 dan 18
menit, diperoleh laju dosis rata-rata 955,57 Gy/jam dengan persamaan garis Y = 2,333 + 15,776 X dan r =
0,9999. Hasil pengukuran radiasi dosis tinggi dosimeter perspex kuning memperlihatkan persamaan garis yang
tidak linier dengan persamaan ODc = exp.[Bo + In (dose). Bi] harga untuk Bo = - 0,215 dan Bi = 0,5920. Dari
hasil percobaan disarankan agar dosimeter rutin (perspex kuning) dikalibrasi terlebih dahulu dengan dosimeter
acuan/pembanding.

ABSTRACT
MEASUREMENT OF HIGH DOSE RADIATION USING YELLOW PERSPEX DOSIMETER.
Measurement of high dose radiation using yellow perspex dosemeter has been carried out. Dose range used was
between 0.1 to 3.0 kGy. Measurement of dose rate against fricke dosemeter as a standard dose meter. From the
irradiation of fricke dosemeter with time variation of 3, 6, 9, 12, 15 and 18 minute, it was obtained average dose
rate of 955.57 Gy/hour, linier equation of dose was Y=2.333+15.776 X with its correlation factor r = 0.9999.
Measurement result using yellow perspex show that correlation between net optical density and radiation dose was
not linier with its equation was ODc = exp. [Bo + In (dose) . Bi]. Value of Bo = -0.215 and Bi = 0.5920. From
the experiment it was suggested that routine dosimeter (yellow perspex) should be calibrated formerly against
standard dosemeters.

PENDAHULUAN digunakan untuk pencegahan pertumbuhan


kecambah, kentang, bawang dan Iain-lain, dosis
Radiasi pengion terutama sinar gamma tingkat medium atau menengah (0,1-10 kGy)
dan berkas elektron energi tinggi dapat memungkinkan mempertahankan kwalitas pada
menimbulkan berbagai reaksi kimia, berupa makanan tertentu dengan cara mengurangi
perubahan struktur zat padat dan dapat jumlah populasi mikro organisme pada bahan
mematikan mikro organisme pada bahan makanan {radurisasi), membunuh organisme
makanan, buah-buahan, rempah-rempah dan patogen selain virus (radisidasi) dan
hasil pertanian lainnya [1] . pengendalian penyebaran serangga dan hama
Berdasarkan kenyataan diatas saat lain pada biji-bijian, sedang dosis tingkat
sekarang telah banyak digunakan berbagai jenis tinggi (10-50 kGy) berguna untuk mem-
dosimeter yang dipakai untuk memonitor perpanjang umur/daya simpan produk makanan
jumlah dosis yang diberikan pada bahan yang hampir tanpa batas. efek ini dicapai dengan
diiradiasi, diantaranya Dosimeter Yellow mengurangi sejumlah kehidupan mikro
perspex, Red perspex dan Dosimeter Clear organisme sampai pada tingkat sangat
Perspex. Dosimeter larutan kimia juga sering kecil/rendah. Dalam kasus ini tidak ada
digunakan untuk pengukuran dosis tinggi masalah berapa lama atau dalam kondisi apa
terutama dosimeter fero sulfat (Fricke) dan produk tersebut disimpan[3].
ceri-cero sebagai dosimeter pengkalibrasi[2].
Ditinjau dari pemanfaatan radiasi pengion TATA KERJA
seperti untuk sterilisasi peralatan kedokteran,
pasteurisasi sediaan farmasi digunakan dosis 1. Bahan dan peralatan
antara 5 sampai 25 kGy. Sedangkan dosis yang
digunakan untuk pengawetan makanan Dosimeter perspex kuning yang
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu dosis digunakan berwarna kuning muda bening
tingkat rendah, medium dan dosis tingkat dengan ukuran 20 x 12 x 1,0 mm3 (p x I x t)
tinggi. Dosis tingkat rendah (10 - 1000 Gy) yang terbungkus kertas timah tipis. Dosimeter
tersebut diproduksi oleh Radia Industry Co.

PSPKR-BATAN 59
Prosidmg Presentasi Ilmiah Keselaraatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Japan. Dosimeter beserta peralatan lain yang menggunakan spektrofotometer pada panjang'
digunakan tersedia di laboratorium State gelombang 305 nm yang merupakan puncak
Institute for Quality Qontrol of Agricultural dari spektrum absorban. Konsentrasi ion feri
Product (RIKILT) Wageningen Belanda dapat dihitung dengan persamaan berikut :
tempat dilakukannya kerja praktek. Ketebalan
dosimeter diukur menggunakan mikrometer AOD
digital dan rapat optik dosimeter diukur dengan Fe i+ (mol/l) =
spektro-fotometer UV-Visible yang dilengkapi
d.s. (1 + 0.007(T- 25))
peralatan pengatur suhu. Pengukuran dilakukan
sedangkan untuk menghitung dosis serapan D
pada temperatur 20-22C dengan pengulangan
menurut SCHESTED [2] dengan rumus
untuk setiap dosis sebanyak 6 kali pengukuran.
sebagai berikut:
Dosimeter fero sulfat sebagai
dosimeter pengkalibrasi disiapkan berdasarkan
AOD.N
petunjuk SCARD APM[3] yang terdiri dari D(Gy) =-
0.001 M ferous ammonium sulfat, 0.001 M [l + 0.007(T-25)]./?.G(Fe3+) k
sodium chlorida dan 0.8 N asam sulfat.
dengan,
D = Dosis terserap
2. Persiapan percobaan
A OD = Perubahan rapat optik dosimeter
Dosimeter ferous sulfat atau yang lebih Fricke ditentukan secara spektro
dikenal dengan Dosimeter Fricke terlebih fotometri pada panjang gelombang
dahulu ditentukan harga koefisien ekstingsi 305 nm.
molarnya. Larutan dosimeter dimasukkan ke N = Bilangan Avogadro
dalam ampul kapasitas 5 ml kemudian ditutup = 6,023xl023 molekul / mol
dengan cara memanaskan ujung ampul dengan G> = Koefisien ekstinksi molar
nyala bunsen, dosimeter siap untuk diiradiasi.
= ,2195L/molcm
Pengukuran rapat optik (absorbansi) dosimeter
p = Densitas larutan H2SO4 0.8 N
Fricke dilakukan pada panjang gelombang 305
= 1,025 gem 3
tun. Penentuan laju dosis pada titik percobaan
dilakukan dengan cara meletakkan dosimeter G(Fe3+)= Nilai G untuk sumber Co-60 (15,6)
pada jarak tertentu dan kemudian diiradiasi b = Faktor konversi energi
dengan sumber gamma pada waktu yang = 1,602 x 10" M radgr/ev
berbeda-beda (3, 6, 9, 12, 15 dan 18 menit), k = Faktor konversi volume (I03cm3/ L)
masing-masing percobaan dilakukan dengan T = Suhu saat dilakukan pengukuran
ulangan enam kali. Setelah diperoleh laju dosis rapat optik (15<t < 35)
pada titik percobaan, dosimeter perspex kuning
ditempelkan pada box ukuran 25 x 25 x 25 cm3 HASIL DAN PEMBAHASAN
dan diiradiasi dengan cobalt-60 pada dosis
yang berbeda-beda. Dosimeter perspex kuning Sebelum pengukuran dosis dengan
tidak memerlukan perlakuan awal yang rumit, dosimeter perspex kuning terlebih dahulu
cukup dengan mencelupkannya ke dalam air dilakukan pengukuran laju dosis pada posisi
yang telah diberi beberapa tetes alkohol lalu lapangan ruangan irradiator dengan dosimeter
dikeringkan dan diukur ketebalannya sebelum fero sulfat (Dosimeter Fricke). Kalibrasi ini
diiradiasi. Harga absorban diukur pada perlu dilaksanakan untuk menghindari
panjang gelombang 530nm. kesalahan dalam pemberian dosis pada bahan
yang diiradiasi [3].
Dengan menggunakan persamaan
3. Penentuan dosis
regresi linier hubungan antara dosis terserap
Penentuan laju dosis pada titik dengan waktu irradiasi diperoleh garis yang
percobaan diukur dengan dosimeter fero sulfat lurus dengan persamaan garis Y = 2,333 +
sebagai dosimeter pembanding/acuan dan 15,776 X, harga koefisien regresi sebesar : r
konsentrasi ion feri ditentukan dengan = 0,9999 (Gambar 1). Dari persamaan diatas
mengukur absorbansi dari larutan dengan dapat ditentukan dosis dan waktu ambang dari

PSPKR - BAT AN 60
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

sumber yang digunakan (irradiator Cobalt-60),


untuk waktu ambang diperoleh selama 8,9 Meskipun pengukuran perubahan
detik sedangkan dosis ambang sebesar 2,3 Gy. absorban (AOD) padapanjang gelombang 530
Pengukuran menggunakan dosimeter nm relatif stabil selama beberapa hari setelah
perspex kuning dilakukan setelah diperoleh laju irradiasi, bentuk spektrum serapan berubali
dosis posisi penyinaran yang dikalibrasi dengan setelah iiradiasi tersebut. Perubahan ini
Dosimeter Fricke. Pemberian dosis dimulai dari bergantung pada temperatur selama irradiasi
0,1 kGy sampai dengan 3,0 kGy kemudian maupun penyimpanan. Oleh sebab itu
dibaca harga absorban pada panjang penafsiran dosis harus dilakukan hati-hati [3].
gelombang 530 nm, dipilihnya panjang Pada gambar dibawah ini memperlihatkan
gelombang tersebut dikarenakan merupakan kurva hubungan antara dosis irradiasi dengan
serapan puncak maksimum dari dosimeter hasil pembacaan absorban yang telah dikoreksi
perspex kuning [4]. dengan tebal dosimeter.

Tabel 1 : Pengukuran laju dosis dengan Tabel 2 : Hubungan antara perubahan rapat
menggunakan dosimeter fero sulfat optik (A OD) per tebal dosimeter
perspex kuning dan dosis yang di
liiili; Illiiiiii^ili tlllliiilllll iliilllii! ukur dengan dosimeter Fricke.
lllilllli IliiliMiii illiiiii (*=tebal dosimeter)
|||A||||::i; iliiiiliiiiii iiiilll
:>; :<- :::->: : i .-::: -y.\ -y.-

mmmm
3 0,226+0,002 48,8 0,2
lllilill
976,0 IPii! iillil Mm lAiiiii liifiil
6 0,4020,001 96,8 + 0,3 968.0 0,1 1,36 0.298 0,219
9 0,583O,OO5 145,7 0,5 971,3 1,46 0,301 0,206
12 0,750+0,003 192,0 + 0,4 910,0 1,48 0,312 0,211
15 0,9220,002 239,2 0,2 956,8 1,53 0,312 0,204
18 1,095+0,003 285,4 + 0,5 951,3 1,33 0,271 0,204
Laju dosis rata- : 955,57 22 1,57 0,315 0,201 0,207
rata 0,006
* = Selisih absorban sebelum dan sesudah irradiasi 0,4 1,33 0,626 0,471
1,64 0,763 0,465
Pada Tabel 2, harga absorban 1,50 0,695 0,463
1,66 0,782 0,471
dikoreksi dengan tebal dosimeter, hal ini
1,49 0,687 0,461
disebabkan karena dosimeter rutin memiliki 1,63 0,750 0,460 0,465
ketergantungan terhadap ketebalan dosimeter 0,004
dan faktor lingkungan [5]. 0,7 1,43 0,937 0,655
1,48 0,960 0,649
1,43 0,928 0,649
1,31 0,899 0,686
1,73 1,111 0,642
1,64 1,055 0,643 0,654
0,0)6
1,0 1,57 1,258 0,801
1,29 1,045 0,810
1,36 1,101 0,810
1,49 1,175 0,789
1,65 1,316 0,798
1,54 1,211 0,786 0,799
0,010
1,5 1,41 J,433 1,016
0 5 10 15 20 1,53 1,539 1,006
Waktu radiasi (menit) 1,47 1,495 1,017
1,23 1,286 1,046
Gambar 1 : Grafik hubungan antara waktu 1,31 1,354 1,034
penyinaran dengan dosis yang 1,66 1,666 1,004 1,021 +
dibenkan pada dosimeter Frickc 0,016

PSPKR - BAT AN 61
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

1. Penentuan laju dosis pada ruangan


lanjutan irradiator Co-60 menggunakan Dosimeter
:
3Do$is T<*al* (AOB) Hata- Fricke sebagai dosimeter acuan/pem-
(kGy) (mm} rafet banding sebesar 955,57 Gy/jam dengan
2,0 1,31 1,631 1,245 waktu ambang selama 8,9 detik dan dosis
1,28 1,595 1,246
1,43 1,769 1,237
ambang sumber cobalt-60 sebesar 2,3 Gy.
1,60 1,961 1,226 2. Dosimeter perspex kuning cukup baik
1,49 1,819 1,221 digunakan untuk pengukuran dosis tinggi
1,43 1,758 1,229 1,234+ terutama pada rentang dosis 0,5 kGy - 5,0
0,010 kGy meskipun demikian perlu dikalibrasi
2,5 1,47 2,070 1,408 dengan dosimeter acuan/pembanding.
1,35 1,927 1,427 3. Hasil pengukuran dosis dari 0.1 - 3.0 kGy
1,26 1,831 1,453
antara Ode terukur dan Ode terhitung
1,67 2,265 1356
1,48 2,087 1,410
mempunyai simpangan deviasi rata-rata
1,27 1,796 1,414 1,411+
1.25%.
0,032
3,0 1,57 2,390 1,522 UCAPAN TERIMA KASIH
1,58 2,386 1,510
1,53 2,347 1,534 Terima kasih disampaikan kepada Mr.
1,63 2,443 1,499 Th. C. Wolters selaku pembimbing di State
1,72 2,533 1,473
Institute for Quality Qontrol of Agricultural
1,52 2,346 1,543 1,514+ Products (PJKILT) Netherlands yang telah
0,025
banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
Pada Gambar 2 diperoleh hasil
pengukuran menurut perhitungan alat yang
DAFTAR PUSTAKA
digunakan bentuk garis yang tidak linier,
dengan persamaan ODc = exp.[Bo + In
1. RAD ALE, B. : "Evaluation of Several
(dose).Bi] harga Bo = - 0,215 dan untuk Bi =
High Level Dosimetry System in Routine
0,5920. Hasil pengukuran rata-rata perubahan
Use", Proceeding of High Dose
rapat optik per tebal dosimeter dan hasil
Measurement in Industrial Radiation
terhitung menurut alat dapat dilihat pada
Processing IAEA Technology Rep. No.205
Tabel 3.
Vienna (1981).
2. SCHESTED, K.: "The Fricke dosemeters"
Tabel 3 : Perbandingan hasil pengukuran rata-
Manual on Radiation Dosimetry" (Holm,
rata rapat optik pertebal dosimeter
N.W., and Berry, R. J. Eds) Marcell
Dekker, New York (1970), pp. 313
Dosis ODc ODc Deviasi 3. Manual of Food Irradiation Dosimetry.
(kGy) terukur terhitung (%) Tech. Rep. Ser. No. 178 IAEA, Vienna
0,1 0,207 0,206 0,5
(1977).
0,4 0,465 0,469 0,9
4. SHEIKLY,A.L, CHAPPAS,W.J. and Me.
0,7 0,654 0,653 0,2
LAUGHLIN,W.L. ; "Effects of Absorbed
1,0 0,799 0,806 0,9
Doserate Irradiation Temperature and Post
1,5 1,021 1,025 0,4
Irradiation Temperature on The Gamma
2,0 1,234 1,215 1,5
1,412 1,386
Ray Response of Red Perspex Dosimeters",
2,5 1,8
3,0 1,514 1,544 2,0
Proceeding of High Dose Dosimetry for
ODc = perubahan rapat optik per tebal dosimeter. Radiation Processing IAEA (1990). p.
419-432.
KESIMPULAN DAN SARAN 5. GOPAL, S.N.G., and CHOUPHULE, S.V.
; "Routine Radiation Dosimetry of Medical
Dari hasil percobaan diperoleh Products", ISOMED, Bhabha Atomic
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Research Centre, Bombay (1973).

PSPKR - BAT AN 62
Prosiding Presetitasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

1,6 D ; Datapengukuran

1,4

1,2

Q 10
O '
0,8

0,6

0,4

0,2 t i i

0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4 2,8

Dosis Irradiasi (kGy)


Gambar 2 Hubungan perubahan rapat optik per tebal dosimeter dengan dosis irradiasi

DISKUSI 2. Dosimeter perspex kuning biasanya dipakai


pada kondisi kerja yang bagaimana (normal
Junaidi - PT Fajar Mas Murni : atau abnormal) ?.
Dalam hal pengawetan makanan dan buah-
bauahan yang menggunakan zat radioaktif, M.Thoyib T. :
apakah tidak merusak makanan itu sendiri dan 1. Jenis radiasi gamma, dalam hal ini sumber
apa efeknya terhadap orang yang memakannya gamma dari iradiator Co-60.
2. Pada kondisi normal dan digunakan untuk
M.Thoyib T. : pemantauan dosis rutin.
Dari pengalaman terutama di negara-negara
maju seperti Jerman, Belanda dan Amerika Yus Rusdian A - PRSG :
Serikat hingga saat ini penggunaan radiasi Sifat kebergantungan terhadap energi foton dari
untuk makanan tidak bermasalah dan tidak dosimeter ini apakah diketahui ?.
merusak komponen yang ada dalam makanan.
Efeknya hingga sekarang belum dapat M.Thoyib T. :
ditentukan dengan pasti, karena akibat iradiasi, Berdasarkan literatur Technical Report Series
berdasarkan beberapa literatur, akan terbentuk No. 178 bahwa tanggapan nisbi dosimeter
radikal-radikal bebas. perspex kuning terhadap energi foton mulai
rentang energi 100 keV sampai 10 MeV.
Sri Widayati - PTPLR :
1. Jenis radiasi apa saja yang dapat dideteksi
oleh dosimeter perspex kuning ?.

PSPKR - BATAN 63
Prosiding Presenlasi Iltniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 08S4 - 4085

Mulyadi Rahmad - PSPKR :


Pada persamaan y=2,333+15,776x dan pada
grafik terlihat melalui titik (0,0). Apakah
demikian ?. Karena dosis ambang = 2,3,
bagaimana arah konstanta 2,333 ?.

M.Thoyib T. :
Grafik tidak melalui titik nol tetapi pada 2,33
Gy, karena skala garis kecil sehingga seolah-
olah melalui titik nol. Konstanta 2,33 adalah
dosis ambang yaitu dosis pada saat sumber Co-
60 menempati posisi penyinaran dari tempat
penyimpanan.

Sri Wahyuni - PPkTN:


1. Pada kesimpulan dikatakan bahwa
dosimeter perspex kuning cukup baik untuk
pengukuran dosis sampai 3 kGy. Pada
abstrak ditulis "dari hasil percobaan
disarankan dosimeter perspex dikalibrasi
terlebih dahulu. Mana yang benar ?.
2. Pengertian dosis tinggi sampai berapa
batasnya ?.
3. Batas pengukuran pada dosimeter Fricke
apakah sama atau bersesuaian dengan
dosimeter perspex kuning, sehingga dipakai
sebagai acuan/pembanding ?.

M. Thoyib T. :
1. Kedua-duanya benar.
2. Dosis tinggi adalah dosis untuk industri
misalnya dosis 5 kGy untuk meradiasi
makanan dalam kaleng dan dosis 100 kGy
untuk polimerisasi.
3. Dosimeter Fero sulfat (4-40 kGy)
merupakan dosimeter acuan yang mendapat
rekomendasi dari IAEA sebagai dosimeter
absolut. Sedang dosimeter YP merupakan
dosimeter rutin (0,1-5 kGy).

PSPKR - BAT AN 64
Presiding Presentasi Ilmtah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000064

PENGUKURAN DOSIS SERAP PADA PANTOM Mix - Dp


AKIBAT PAPARAN SINAR-X DAN SINAR-y

Tri Retno D,L


Pusat Pengkajian Teknologi Nuklir - BATAN

ABSTRAK
PENGUKURAN DOSIS SERAP PADA PANTOM MiX-Dp AKIBAT PAPARAN SINAR-X DAN SINAR-
y. Telah dilakukan pengukuran dosis terserap pada pantom Mix-Dp dari paparan medis pesawat sinar-X KXO-
12 energi 70 kVp,90 kVp dan 110 kVp serta sinar-y Co60 (50 Ci) dengan menggunakan dosimeter BeO-TLD
jenis UD-170A. Sebagai acuan digunakan dosimeter kamar ionisasi volume 12 cc NDRS-R2 yang telah
dikalibrasi terhadap dosimeter acuan primer. Dari energi sinar-X yang digunakan, dilakukan pengukuran dosis
serapan pada permukaan dan kedalaman pantom Mix-Dp (d= 10 cm) dengan luas bidang berkas 10 x 10 cm,
jarak fokus (FSD), s= 80 cm dan pengukuran dosis paparan sinar-X energi 90 kVp untuk permukaan,
kedalaman berkas pantom Mix-Dp (d= 7,5 cm) dan kedalaman "scatter" (d= 15 cm) dengan luas bidang berkas
12 x 12 cm, jarak fokus (FSD), s = 79 cm serta pengukuran dosis sinar-y Co60 dari paparan sebesar : 5R,10 R,
20 R, 30 R,40 R dan 50 R dengan laju dosis 0,434 R/min. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa paparan
sinar-X yang biasa digunakan dalam diagnosa mempunyai jangkauan energi efektif yang relatip lebih kecil dari
batas jangkauan dosis sinar-y dari sumber Co60'. Karakteristik BeO-TLD menunjukkan ketergantungan energi
yang relatip kecil, ini sesuai sifat BeO-TLD jenis UD-170A dengan sensitivitas TL 1,3 untuk energi kurang
dari 100 keV. Hubungan antara dosis serapan dan respon TL dari paparan sinar-X 90 kVp pada permukaan
sebesar ipcm- 0,990; kedalaman (d=7,5 cm) sebesar rber= 0,995 dan untuk "scatter" (d= 15 cm) sebesar
rScat=0,962. Sedangkan pengukuran paparan sinar-y Co60 dengan BeO-TLD menunjukkan sensitivitas TL yang
cenderung menurun 0,900. Untuk dapat mengoptimalkan pengukuran dosis serapan radiasi sinar-X dan sinar-
y dalam bidang medis dapat dilakukan dengan dosimeter BeO-TLD jenis UD-170A dengan waktu "fading" dan
suhu "anil" yang optimum pula.

ABSTRACT
MEASUREMENT OF ABSORBED DOSE IN Mix-Dp PHANTOM IRRADIATED BY X AND GAMMA-
RAYS. It has been done of X-rays and y-rays absorbed dose measurement of Mix-Dp phantom of 70 kVp,90
kVp and 110 kVp X-rays KXO-12 medical exposure and Cobalt-60 gamma (50 Ci) by UD-170A BeO-TLD.
Ionization chamber 12 cc NIRS-R2 as reference dosimeter, which was calibrated on primair dosimeter. In X-
rays energy used, it was done of absorbed dose measurement on Mix-Dp phantom surface and depth (d= 10
cm) beam field area 10 x 10cm, focus distance (FSD), s= 80 cm dose measurement of 90 kVp X-rays on Mix-
Dp phantom surface , depth and scattering (d = 15 cm) beam field area 12x12 cm,focus distance (FSD),s = 79
cm and measurement of absorbed dose Co-60 gamma : 5R, 10 R, 20R, 30R, 40R and 50R by dose rate 0,434
R/min. It was shown that in clinical, effective energy range of X-rays relative lower than dose range Co-
6O.gamma. BeO-TLD characteristic on energy dependence is low based on Tl sensitivity 1.3 for energy
below 100 keV. Relation between absorbed dose and TL response to 90 kVp X-rays shown that rpemi= 0,990;
rbcr=0,995 and rSCat=0,962. In measurement of Co-60 gamma absorbed dose by BeO-TLD shown Tl sensitivity
decrease 0,900. The result still needed corrections to achieve optimum measurement of absorbed dose X-rays
and gamma by UD-170A BeO-TLD, which were performed optimum fading time and anealling temperature.

PENDAHULUAN Committee on Effect of Atomic Radiation)


merekomendasikan penggunaan dan peng-
Pengukuran dosis serapan radiasi dari ukuran sinar-X dan sinar-y dalam paparan
paparan medis dilakukan melalui pengukuran medis (Publikasi ICRP No.26 dan No.33).
tidak langsung, karena pengukuran secara Penggunaan pantom Mix-Dp dalam
langsung sangat sulit dilakukan. Umumnya pengukuran dosis paparan medis disebabkan
sinar-X dengan energi rendah (< 150 kV) sifat fisis material pantom tersebut ,yang
banyak digunakan untuk tujuan diagnosis, ekuivalen dengan jaringan lunak pada tubuh
sedang sinar-y dari sumber 50Co sering manusia serta mudah diperoleh. Pengukuran
digunakan untuk terapi. Untuk menghindari dosis serapan radiasi ini dilakukan dengan
efek yang merugikan dari penggunaan radiasi menggunakan kamar ionisasi dan dosimeter
di bidang medis, maka ICRP (International BeO-TLD. Karakteristik BeO-TLD dengan
Committee on Radiation Protection) dan nomor atom rendah mempunyai sensitivitas
UNSCEAR (The United Nations Scientific tinggi terhadap paparan sinar-X dan sinar-y.

PSPKR-BATAN 65
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854^4085

serta mempunyai ketahanan terhadap pengaruh Sedang sensitivitas dosimeter BeO-TLD


unsur kimiawi maupun faktor mekanis, dan ditunjukkan melalui persamaan :
dapat dipakai ulang dengan harga yang relatip
murah. TL
Metode pengukuran dan perhitungan c=-(Dw)60Co (2)
dosis serapan radiasi dilakukan sesuai dengan
rekomendasi ICRU No.23 (International
Commission on Radiation Units and
dimana:
Measurements), dimana dalam prosedur
C = Sensitivitas dosimeter TL
kalibrasi maupun pengukurannya dilakukan
TL = Bacaan dosimeter BeO
pada dosis permukaan dan dosis kedalaman
dari pantom. Hasil pengukuran dosis serapan (Dw)60Co = Dosis serapan radiasi yang
60
radiasi dari penunjukan monitor kamar ionisasi diterima dari foton sumber Co,
dibandingkan dengan hasil bacaan BeO-TLD yang diperoleh dari :
untuk mengetahui respon dan sensitivitas
dosimeter BeO-TLD.
(3)

PRINSIP DASAR
dimana :
Dalam bidang medis pengukuran dosis (X)60Co = Besarnya paparan yang diukur
paparan mesin sinar-X dengan energi 70 keV, dengan kamar ionisasi yang telah dikalibrasi.
90keV dan 110 keV digunakan untuk diagnosa.
Prosedur awal meliputi tahap kalibrasi kamar Besarnya paparan hasil bacaan dari
ionisasi yang dilakukan dengan cara me- monitor kamar ionisasi dibandingkan dengan
nempatkan kamar ionisasi pada sumbu pusat hasil bacaan dari TLD, akan diperoleh faktor
berkas dalam udara bebas. Paparan radiasi koreksi bacaan atau respon dari BeO-TLD
yang digunakan mempunyai daya tembus yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:
rendah, sehingga kamar ionisasi harus diletak-
kan sedekat mungkin dengan permukaan
bidang paparan "free air chamber" (jarak, R=XTL (4)
X,CH
x = 0).
Hubungan antara besar dosis serapan
dimana :
radiasi pada permukaan bidang "free air
R = Respon dari BeO - TLD
chamber",D dengan hasil bacaan monitor
XTL = Besar paparan hasil bacaan dari BeO-
kamar ionisasi, R ditunjukkan melalui
TLD
persamaan :
XCH = Besar paparan hasil bacaan kamar
ionisasi
= Rk1.k2N.F] s + x .B (1)
PENGUKURAN DOSIS SERAPAN
dimana: RADIASI
R = Hasil bacaan dari monitor kamar ionisasi
k| = Faktor koreksi terhadap kualitas radiasi Peralatan dan Dosimeter
k2 = Faktor koreksi terhadap suhu dan tekanan Peralatan yang digunakan dalam
saat pengukuran percobaan ini diantaranya ialah : pesawat
N = faktor kalibrasi sinar-X KXO-12 sebagai sumber paparan
F = Koefisien konversi, Gy/R radiasi sinar-X, iradiator 60Co aktivitas 50 Ci
s = Jarak antara sumber - permukaan "free air sebagai sumber radiasi sinar-y, filter
chamber" Aluminium (Al) dengan beberapa ketebalan
x = Jarak antara permukaan "free air (mm), kotak "free air chamber", ratemeter
chamber" dengan kamar ionisasi sebagai monitor hasil bacaan dosis paparan
B = Faktor backscatter dari pesawat sinar-X, voltmeter AE-132S,

PSPKR-BATAN 66
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Multimeter m.6345.A serta peralatan pen- kestabilan keluaran paparan pesawat sinar-X
dukung lainnya. tersebut. Dari pengukuran paparan sinar-X
Dosimeter yang digunakan terdiri dari tersebut diperoleh nilai faktor konversi, K
dosimeter kamar ionisasi volume 12cc NIRS- (RAO yakni besarnya paparan yang diberikan
R2 dan kamar ionisasi volume 0,6 cc. (dalam Roentgen) dalam setiap 1 Volt.
Dosimeter kamar ionisasi 12 cc NIRS-R2 Besarnya paparan yang terbaca oleh kamar
merupakan dosimeter acuan sekunder yang ionisasi ditunjukkan sebagai hasil perkalian
telah dikalibrasi terhadap dosimeter acuan antara faktor K dengan hasil bacaan monitor
primer. Dosimeter BeO-TLD jenis UD-170 pada voltmeter AE-132S.
dengan waktu "anil" selama + 60 menit dengan
suhu 450C digunakan sebagai dosimeter Pengukuran Dosis Serap Pada Pantom
pengukur dosis serapan, karena keunggulan Mix-Dp
karakteristik sifat fisis dari bahan penyusunnya
yang mampu mengukur dosis serapan dalam Pengukuran dosis serapan radiasi
jangkauan dosis paparan 2 mR - 200 R. dilakukan pada permukaan, kedalaman berkas
dan kedalaman "scatter" dari fantom Mix-Dp
Kalibrasi Pesawat Sinar-X. dengan menggunakan dosimeter BeO-TLD,
kamar ionisasi 12 cc dan voltmeter AE-132S.
Pada kalibrasi output paparan pesawat Dari energi sinar-X 70 kV, 90 kV dan 110 kV
sinar-X KXO-12 energi yang digunakan ialah yang digunakan, pengukuran dilakukan pada
70 kV, 90 kV dan 110 kV dengan permukaan dan kedalaman pantom (d = 10 cm)
menggunakan kamar ionisasi 12 cc NIRS-R2; untuk berkas paparan. Ukuran bidang berkas
dimana hasilnya dapat dibaca pada monitor, 10 x 10 cm dengan jarak fokus ke permukaan
paparan sinar-X dilakukan dalam interval bidang (FSD), s = 80 cm.
waktu tetap yang ditentukan menurut kurva
Pada permukaan, kedalaman berkas
kalibrasi yang telah tersedia; juga digunakan
dan kedalaman "scatter" dari pantom Mix-Dp
filter Aluminium setebal 1 mm - 5 mm untuk
diberikan paparan sinar-X dengan energi 90
menentukan besarnya energi foton efektif dari
kV. Ukuran bidang berkas 12 x 12 cm dengan
masing-masing energi paparan yang digunakan.
FSD, s = 79 cm, kedalaman berkas = 7,5 cm
Untuk memperoleh hubungan antara HVL
sedang kedalaman "scatter" =15 cm. Paparan
dengan energi foton efektif dilakukan sebagai
diberikan dalam interval waktu 30 detik
berikut:
sebanyak 5, 10, 15, 20 dan 25 kali baik pada
membuat grafik intensitas terhadap tebal permukaan, kedalaman berkas maupun
filter Al (mm) dari masing-masing energi kedalaman "scatter".
yang digunakan (70 kV, 90 kV dan 110
Untuk radiasi sinar-y dari Co60
kV), sehingga diperoleh besarnya HVL
dilakukan pengukuran dosis dengan meng-
untuk setiap energi paparan sinar-X.
gunakan dosimeter BeO-TLD, dengan paparan
membuat kurva energi terhadap besar dosis sebesar 5 R, 10 R, 20 R, 30 R, 40 R dan
HVL berdasarkan tabel J.H.Hubbel yang 50 R. Kamar ionisasi 0,6 cc, voltmeter AE-
menunjukkan hubungan antara energi 132S dan multimeter m.6345.A hanya
dengan u/p dari bahan filter yang digunakan untuk menentukan laju paparan,
digunakan. yang akan dipergunakan untuk menentukan
waktu iradiasi dari besarnya dosis paparan
Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat yang diinginkan.
Sinar-X
Untuk memantau keluaran atau output HASIL DAN PEMBAHASAN
dari paparan radiasi pesawat sinar-X
digunakan chamber ionisasi 12 cc NIRS-R2 Dari paparan radiasi sinar-X dengan 3
dan voltmeter AE-132S. Paparan sinar-X jenis energi diperoleh hasil seperti pada
diberikan dalam interval waktu paparan Gambar.2 yang menunjukkan kurva intensitas
konstan yakni 30 detik. Penentuan interval terhadap ketebalan filter Al (mm) sebagai
waktu paparan diperlukan untuk menjaga berikut:

PSPKR-BATAN 67
Presiding Presentasi Iltniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

untuk sinar-X 70 kV diperoleh HVL sebesar dalam mengukur dosis kedalaman dari serapan
2,55 mm radiasi.
untuk sinar-X 90 kV diperoleh HVL sebesar Karakteristik dosimeter BeO-TLD
3,25 mm dalam mengukur paparan radiasi sinar-y 60Co
untuk sinar-X 110 kV diperoleh HVL dengan energi 1,17 MeV dan 1,33 MeV
sebesar 3,75 mm. menunjukkan kecenderungan sensitivitas yang
menurun 0,9 seperti yang terlihat pada
Hasil substitusi dari Tabel J.H.Hubbel Gambar 4. Sedang dari hasil percobaan
mendapatkan Gambar.3 yang menunjukkan diperoleh sensitivitas sebesar 0,825; ini
hubungan antara besarnya energi foton (keV) disebabkan tidak sesuainya waktu "fading"
dengan HVL filter Al (mm); dimana diperoleh dosimeter tersebut, sehingga mempengaruhi
besarnya energi efektif untuk setiap ketebalan sensitivitas TL optimum.
HVL sebagai berikut:
untuk HVL = 2,55 mm diperoleh Eefektif= 31 KESIMPULAN
keV
untuk HVL = 3,25 mm diperoleh Eefektif = Paparan medis dari pesawat sinar-X
34,5 keV dan sumber sinar-y dari 60Co yang digunakan
untuk HVL = 3,75 mm diperoleh Eefektif = untuk tujuan diagnosis mempunyai serapan
36 keV. energi yang relatip kecil dengan jangkauan
Dari hasil yang telah diperoleh tampak bahwa dosis sebesar 2 mR - 50 R yang dapat dideteksi
paparan radiasi sinar-X 70 kV, 90 kV dan dengan menggunakan dosimeter BeO-TLD
HOkV yang biasa digunakan dalam diagnosa jenis UD-170A; dimana sensitivitasnya
mempunyai jangkauan energi efektif yang mempunyai ketergantungan yang kecil terhadap
relatip kecil, dan untuk batas jangkauan dosis energi paparan radiasi.
yang lebih besar digunakan sinar-y dari sumber Untuk dapat mengoptimumkan peng-
60
Co. ukuran dosis serapan radiasi sinar-X dan
Pada Tabel. 1 tampak hubungan antara sinar-y yang biasa digunakan keperluan medis
sensitivitas BeO-TLD dengan energi yang dapat dilakukan dengan dosimeter BeO-TLD
menunjukkan bahwa dosimeter BeO-TLD jenis UD-170A dengan perlakuan "fading" dan
mempunyai sifat ketergantungan terhadap waktu serta suhu "anil" yang optimum pula.
energi yang relatip kecil; ini sesuai dengan
karakteristik BeO-TLD jenis UD-170A yang UCAPAN TERIMA KASIH
terlihat pada gambar.4. Pada gambar tersebut
tampak bahwa energi kurang dari 100 keV Penulis menghaturkan terima kasih
mempunyai sensitivitas TL + 1,3. Ini kepada Prof. Takashi Maruyama dan DR.
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya Kanae Nishizawa atas segala bantuan dan
komposisi bahan penyusun dosimeter, waktu dukungannya saat penulis melakukan training
"fading" serta lama dan suhu "anil" dari pada Division of Environmental Health and
dosimeter tersebut. Physics, NIRS-Chiba, Jepang.
Dari Tabel.2 dan Gambar.5, Gambar.6
serta Gambar.7 untuk paparan radiasi sinar-X DAFTAR PUSTAKA
90 kV diperoleh hubungan antara besarnya
dosis serapan radiasi dan respon TL; dimana 1. HUBBELL J.H, Photon Mass Attenuation
untuk dosis permukaan dan dosis kedalaman and Energy Absorption Coefficients from 1
dari berkas mempunyai faktor korelasi yang keV to 20 MeV, Int.J.Appl.Radiat.Isot.
cukup baik,yakni rpcrm - 0,990 dan rber= 0,995; Vol.33, Pergamon Press Ltd, Oxford, 1982.
sedang untuk dosis kedalaman dari "scatter" 2. ICRP, Radiation Protection, ICRP Publ.
mempunyai faktor korelasi yang kurang No.26, Pergamon Press Ltd, Oxford, 1977.
mantap, rscal.= 0,962; ini disebabkan adanya 3. ICRP, Publ. No.33, Pergamon Press Ltd,
faktor hamburan balik (back-scatter) yang Oxford, 1981
terjadi pada kedalaman fantom Mix-Dp, 4. ICRU, Measurement of Absorbed Dose in a
sehingga mempengaruhi dosimeter BeO-TLD Phantom Irradiated by a Single Beam of X

PSPKR-BATAN
Presiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

or Gamma Rays, Report 23, ICRU dosimeter, karena memang dosimeter


Publications, Washington, 1973. tersebut yang telah rutin digunakan untuk
5. KINLAY,Mc, Thermoluminescence Dosi- pengukuran dosis serapan untuk aplikasi
metry, AdamHilger Ltd, Bristol, 1981. medisdiNIRS.

Nurman Rajagukguk - PSPKR :


DISKUSI 1. Apa dosimeter acuan primer yang
digunakan untuk mengkalibrasi kamar
Susetyo Trijoko - PSPKR : ionisasi volume 12 cc ?.
1. Judul tidak sesuai dengan isi kegiatan 2. Mengapa untuk penggunaan tingkat terapi
penelitian yang telah dilakukan (komentar). Co-60 yang digunakan aktivitasnya hanya
2. Isi dari penelitian ini adalah studi 50 Ci?.
karakterisitk dosimeter seperti respon
dosimeter terhadap berbagai kualitas energi TriRetnoD.:
foton. Mohon tanggapan. 1. Dosimeter kamar ionisasi volume 12 cc
dikalibrasikan secara rutin terhadap
Tri Retni D. : Laboratorium Primer.
1. Terima kasih. 2. Sumber Co-60 50 Ci untuk tujuan terapi
2. Tujuan penelitian memang untuk melakukan merupakan bagian dari fasilitas yang ada di
pengukuran dosis serapan pada phantom RS - NIRS yang mempunyai orde MCi.
Mix-Dp dari paparan sinar-X dan gamma,
mengenai penggunaan Beo-TLD sebagai

Tabel 1. Sensitivitas TL BeO terhadap Energi Efektif dari Paparan Mesin sinar-X.
Energi Efektif Sensitivitas TL
(keV) Permukaan Kedalaman
31 1,113 1,001
34,5 1 136 1,269
36 1,156 1,000

Tabel 2. Respon TL BeO terhadap Dosis Radiasi Mesin sinar-X , 90 kV.


Permukaan Kedalaman Kedalaman
(berkas,d=0) (berkas,d=7,5 cm) (scatter,d=15 cm)
Dosis Rad. Respon TL Dosis Rad. Respon TL Dosis Rad. Respon TL
(R) (R) (R) (R) (mR) (mR)
1,058 1,059 0,321 0,301 2,843 8,942
2,093 2,251 0,657 0,609 4,977 14,738
3,504 4,459 0,998 1,002 10,664 20,173
4,142 4,553 1,388 1,273 14,218 24,334
5,183 5,522 1,602 1,419 17,772 34,603

PSPKR-BATAN 69
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Respon TL dan Sensitivitas BeO pada Permukaan Pantom Mix-Dp dari Paparan
sinar-X dan Sinar Gamma dari 60Co.

Sumber Energi Dosis Respon Sensitivitas


Radiasi Efektif Radiasi (R) TL(R) TL
31keV 0,579 0,584 1,01
Sinar - X 34,5 keV 0,989 1,018 1,03
36keV 0,975 1,015 1,04
4,777 3,944 0,838
Sinar Gamma 1,17+ l,33MeV 9,472 7,692 0,845
Co-60 18,862 15,170 0,804
28,169 23,699 0,852
37,641 30,026 0,798
47,031 38,295 0,814

Moofor

Gb.l Rangkaian slat dalara pengukuran dosis absorbsi pada fantom Mix-Dp
dari paparan mesin X-ray

PSPKR-BATAN 70
Prosiding Prcsentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

^. A\ ("trrT)

o,-* --

s.l

o.i

Gb.2 C r a f i k I n t e n s i t a e vs teba.1 f i l t e r Al (ram)

PSPKR-BATAN 71
Prosiding Presenlasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

PSPKR-BATAN 72
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

10

5 -

to

a \UD-17QL UI>~170A
C
en 0-5
_LL JLL
10 100 1000 10000

Gambar 4 : Karakteristik dosimeter BeO TLD terhadap energi

10

h
c
o i
v
/
/
CO
-v'
a:
: !

ID
Dos i s Rad. (R)

Gambar 5a : Paparan sinar-X 90 kV pada pennukaan fantom

PSPKR-BATAN 73
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungaa, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

1 1 I I 1 1 1

.sS
l

i
i

i
l

i
t

i
c
o
a
M
QJ

/ ' ! : i

Dos i s Rad.(R)
Gambar 5b : Paparan sinar-X 90 kV pada kedalam fantom

40

J
h
o
a
co ,<

20
Dos i s Rad.(mR)

Gambar 5c : Paparan sinar-X 90 kV pada kedalaman scaUer

PSPKR-BATAN 74
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996 1D0000065
ISSN : 0854-4085

ANTARBANDING PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 57Co DAN 131I (II)

r -:' C 0 Ermi Juita, Nazaroh, Sunaryo, Gatot Wurdiyanto, Sudarsono, Susilo Widodo, Pujadi
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

ABSTRAK
ANTARBANDING PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP S7Co DAN I31I (U). Telah dilakukan
antarbanding pengukuran aktivitas Isotop 57Co dan B1I antara PSPKR -BATAN dengan berbagai rumah sakit di
Indonesia, PPTN-BATAN Bandung, dan PPR-BATAN Serpong. Kedua isotop ini telah distandarkan di PSPKR-
BATAN. Masing-masing isotop dibuat dua sampel dengan aktivitas yang berbeda, berat setiap sampel kurang lebih
3 gram 0.2 %. Untuk melihat unjuk kerja alat ukur aktivitas yang digunakan di berbagai rumah sakit yang lazim
disebut dengan nama "Dose Calibrator", kedua isotop ini diukur aktivitasnya dengan alat yang ada di berbagai
rumah sakit tersebut. Perbedaan hasil pengukuran untuk isotop 57Co bervariasi antara 0.13 dan 32 % sedang untuk
isotop l3i I antara 0.3 dan 50 %. Alat ukur aktivitas dengan detektor Geiger-Muller pada umumnya menunjukkan
hasil pengukuran dengan perbedaan yang relatif tinggi, sedang alat ukur aktivitas dengan detektor kamar pengion
menunjukkan hasil dengan perbedaan yang relatif kecil.

ABSTRACT
INTERCOMPARISON OF ACTIVITY MEASUREMENT OF ISOTOPES 57CosAND U I I (II).
Intercomparison of activity measurement of isotopes 57Co and m I between PSPKR-BATAN and several hospitals in
Indonesia, PPTN-BATAN Bandung as well as PPR-BATAN Serpong was carried out. Both isotopes used have
been standardized at PSPKR-BATAN. Each isotope consisted of 2 samples with different activities, where the
weight of each sample was about 3 gram 0.2 %. To know the performance of dose calibrator belong to the
hospitals, these standardized isotopes were measured. The differences of the activity measurement for 5/Co were
vary from 0.13 to 32 %, and for 13II from 0.3 to 50 %. In general, deviation of dose calibrator using Geiger Muller
was relatively greater than that of ionization chamber.

PENDAHULUAN Kegiatan antar banding hasil peng-


ukuran aktivitas tersebut di atas sebenarnya
Dewasa ini, penggunaan bcberapa jenis
pernah dilakukan PSPKR pada tahun 1993
isotop radioaktif di bidang kedokteran telah
dengan menggunakan isotop standar 57Co [2].
semakin meningkat dan berkembang. Pada
Penggunaan isotop 57Co ini dimaksudkan untuk
umumnya di setiap Unit Kedokteran Nuklir
mengevaluasi hasil pengukuran aktivitas 99mTc
yang menggunakan isotop radioaktif harus
yang banyak digunakan di rumah sakit.
dilengkapi alat ukur aktivitas isotop tersebut.
Penggunaan isotop 57Co terpaksa dilakukan
Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal
karena isotop 99mTc itu sendiri mempunyai
BATAN No. 84/DJ/VI/1991 [1], setiap
waktu paruh sangat pendek sehingga proses
instalasi nuklir yang mempunyai alat ukur
penyiapan isotop standarnya lebih rumit.
aktivitas harus selalu mengkalibrasi alat
Sebagaimana telah diketahui bahwa isotop 57Co
ukurnya tersebut secara rutin. Kalibrasi alat
memancarkan energi sinar-y dengan energi 123
ukur aktivitas pada umumnya harus dilakukan
keV sedangkan isotop 99mTc dengan energinya
dengan menggunakan isotop standar yang telah
140 keV sehingga alat ukur aktivitas yang
diketahui aktivitasnya, yang bentuk dan
lazim digunakan di rumah sakit mempunyai
jenisnya sama dengan isotop yang lazim diukur
respon yang hampir sama terhadap ke duajenis
dengan alat ukur aktivitas tersebut.
isotop tersebut. Setelah berselang kurang lebih
Untuk mengetahui tingkat ketelitian 3 tahun, kegiatan antarbanding tersebut
hasil pengukuran aktivitas isotop khususnya dipandang perlu untuk dilakukan kembali
pada unit kedokteran nuklir di berbagai rumah dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
sakit, PSPKR sebagai Laboratorium Acuan jangka panjang alat ukur aktivitas yang ada di
Tingkat Nasional dalam pengukuran aktivitas, rumah sakit. Kegiatan ini untuk selanjutnya
memandang perlu melakukan antarbanding disebut dengan " Antar-banding pengukuran
hasil pengukuran aktivitas dengan maksud agar
dapat diketahui sejauh mana tingkat ketelitian aktivitas isotop Co dan I (II) " untuk
hasil pengukuran pada masing-masing rumah membedakan dengan kegiatan sebelumnya.
sakit dan sejauh mana pcngkalibrasian alat Pada kegiatan kedua ini digunakan pula isotop
ukur telah dilaksanakan dengan baik dan benar. standar IJII karena selain " m Tc, isotop

PSPKR-BATAN 75
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

juga semakin banyak digunakan di rumah sakit sumber standar radium (arus dalam satuan
Unit Kedokteran Nuklir. 10""Amp), A adalah aktivitas sumber standar
(MBq) dan p adalah intensitas sinar y untuk
TATA KERJA setiap energi yang dipancarkan sumber standar
(dalam satuan (%). Persamaan (1) khusus
a. Bahan dan Peralatan
untuk isotop dengan pancaran energi tunggal,
Larutan sumber radioaktif isotop m 131,
I sedangkan untuk isotop dengan multi-energi y
57
dan Co. dapat dipakai persamaan:
Lanitan pengemban (Na2SO4+LiOH+KI)
dalam H2O, larutan AgNO3 dan larutan
SN=(I PI + ei P2 ) (2)
pengemban CoCl2.6H2O dalam HC1 1M.
Detektor kamar pengion tipe sumur
Merlin Gerin, (VIR.HEIPI+BIPI+ )A (3)
Detektor kamar pengion tipe sumur
Vinten type 671/271 dengan sN adalah efisiensi total, si, s2,... adalah
Dose Calibrator Victoreen efisiensi pada energi 1, 2 dst, dan pi , p2
Alat ukur aktivitas di berbagai rumah adalah intensitas sinar y pada energi 1, 2
sakit unit kedokteran nuklir. dst.
Ampul gelas sebagai wadah isotop. Untuk isotop yang belum diketahui
aktivitasnya dapat dihitung dengan persamaan:
b. Pengujian Kestabilan Detektor Kamar A =( Ist/lRa)/ p, Efisiensi (e) diperoleh dengan
Pengion PSPKR memplotkan energinya pada kurva Gambar 1.
Detektor kamar pengion milik PSPKR
c. Partisipan Dalam Antarbanding
digunakan untuk menentukan aktivitas larutan
isotop'31I dan 57Co yang akan dijadikan sumber Adapun rumah-sakit yang berperan
standar. Bahan baku isotop 131I diperoleh dari serta dalam kegiatan antarbanding pengukuran
PPR Serpong sedang isotop 57Co diperoleh dari aktivitas kali ini seperti berikut;
luar negeri (Amersham). Detektor kamar 1. RS. Fatmawati Jakarta
pengion tersebut telah dikalibrasi pada tahun 2. RS. dr. Cipto Mangunkusumo Jkt.
1988 dengan sejumlah isotop standar pemancar 3. RS. Harapan Kita Jakarta
sinar-y dengan rentang energi antara 30 keV 4. RS. Dharmais Jakarta
dan 1274 keV. Kurva hubungan antara 5. RS. MMC Jakarta
efisiensi detektor dengan energi sinar-y dari 6. RS. Pertamina Jakarta
sejumlah isotop standar tersebut disajikan pada 7. RS. dr. Hasan Sadikin Bandung
Gambar 1. Karena detektor kamar pengion 8. RS. dr. Sarjito Yogyakarta
dikenal sebagai detektor yang sangat stabil 9. RS. dr. Karyadi Semarang
dalam jangka waktu lama, maka keandalan 10. RS. dr. Sutomo Surabaya
detektor cukup diuji dengan sebuah isotop 11. RS. dr. Syaiful Anwar Malang
standar yang memberikan arus listrik keluaran 12. PPR Serpong
detektor yang cukup stabil dalam jangka waktu 13. PPTN Bandung.
lama. Untuk maksud tersebut digunakan isotop
standar 226Ra, karena isotop tersebut d. Pembuatan dan Pengukuran isotop
mempunyai waktu paruh yang panjang. Standar
Kurva kalibrasi pada Gambar 1 yang Pembuatan sumber standar isotop 57Co
merupakan kurva hubungan antara efisiensi dan131l
dengan energi sinar y untuk berbagai isotop. Isotop standar 57Co dan1311 dibuat dari
Effisiensi dari masing-masing isotop standar larutan induk yang berasal dari Amersham
dapat dicari dari persamaan (1) dan PPR-Serpong secara berturut-turut. Kedua
isotop ini diencerkan sesuai dengan aktivitas
S. =(Ist/IRa)/ A P , (1) yang diperlukan, dan disiapkan untuk masing-
I adalah arus yang dihasilkan oleh isotop yang
diukui; IRa adalah arus yang dihasilkan oleh

PSPKR-BATAN 76
Presiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

masing isotop dalam dua wadah ampul gelas ini. Hasil pengukuran aktivitas isotop 57Co di
dengan berat larutan sekitar 3gram 0,2% berbagai rumah-sakit dan fasilitas di BATAN
cukup bervariasi, dan umumnya lebih tinggi.
Pengukuran isotop standar 57
Co dan 131
I Hasil pengukuran ini dikembalikan pada waktu
Isotop dalam wadah ampul tersebut acuan PSPKR tanggal 17 April 96 jam 10.00
kemudian diukur aktivitasnya dengan alat WIB, dan juga dikoreksi terhadap kesalahan
kamar pengion yang telah dikalibrasi. Dari pada pengukuran isotop standar sendiri sebesar
persamaan (4) dengan memplotkan energi y nya 1,5% yang berasal dari kesalahan alat ukur
pada kurva gambar 1 diperoleh efisiensi pada yang digunakan di PSPKR dan standar deviasi
energi tersebut, kemudian aktivitas isotop dapat pengukuran isotop standar tersebut. Hasil
dicari. Aktivitas isotop standar 57Co untuk pengukuran oleh PSPKR dibandingkan dengan
ampul (1); 0,52 mCil,5% dan ampul (2); hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh
0,12mCil,5% pada tanggal 17 April 96 jam berbagai alat ukur aktivitas dirumah-sakit,
10.00 WIB. Untuk isotop I3I I, pada penyediaan terdapat penyimpangan antara 0 dan 30 %.
pertama aktivitasnya pada ampul (1) Hal ini disebabkan oleh karena masing-
l,78mCil,5% dan ampul (2) l,53mCil,5% masing rumah sakit alat ukur aktivitas dengan
pada tanggal 22 Mei 96 jam 10.00 WIB, detektor yang berbeda. Sebagian rumah sakit
penyediaan kedua dengan aktivitas pada ampul alat ukur aktivitasnya ada yang dengan
(1) 0,49mCil,5% dan ampul (2) detektor kamar pengion dan sebagian lagi ada
3,28mCil,5% pada tanggal 6 Juni 96 jam yang dengan detektor Geiger Mueller, dan juga
10.00 WIB, sedang penyediaan ketiga dengan masing-masing alat tersebut khusus untuk 57Co
aktivitas pada ampul (1) l,07mCil,5% dan ada yang dilengkapi dengan tombol 57Co dan
ampul (2) 7,85mCil,5% tanggal 19 juni 96 juga hanya tombol 99mTc saja. Harga yang
jam 10.00 WIB. ditunjukkan oleh alat ukur aktivitas dengan
memakai tombol Tc99m lebih tinggi dari harga
Isotop yang telah diketahui aktivitas- sebenarnya, sedangkan dengan memakai
nya adalah merupakan isotop standar yang tombol 57Co harga yang ditunjukkan lebih
akan digunakan dalam antarbanding mendekati harga aktivitas standar. Ini
pengukuran aktivitas dengan berbagai rumah disebabkan karena energi 99mTc sedikit lebih
sakit di Indonesia, dan sejumlah fasilitas di tinggi dari pada energi 57Co, namun hal ini
BATAN sendiri. dapat dikoreksi dengan faktor yang diperoleh
Dengan membawa dan mengukurkan dengan membandingkan hasil pengukuran
kedua isotop standar ini ke berbagai rumah dengan tombol 57Co dan tombol 99mTc, ataupun
sakit dan fasilitas Batan, kita dapat mengetahui dengan membandingkan energinya.
unjuk kerja alat ukur aktivitas yang mereka Hasil pengukuran untuk isotop 131I
punyai. Pengukuran aktivitas di rumah sakit seperti dalam tabel 2 juga cukup bervariasi
dilakukan dengan 10 kali pengulangan dan yaitu antara 0 dan 52 %. Dengan alasan yang
diambil harga rata-ratanya, sedang aktivitas sama dengan isotop "Co yaitu dengan
isotop standar dihitung dengan peluruhan perbedaan jenis detektor yang digunakan oleh
At=Aoe"693t/T1/2 pada saat pengukuran tersebut. masing-masing rumah sakit. Dan juga
Perbandingan antara pengukuran pengaruh tinggi rendahnya aktivitas yang
isotop standar PSPKR dengan pengukuran oleh diukur. Hal ini terlihat untuk aktivitas yang
berbagai rumah-sakit adalah merupakan faktor lebih rendah penyimpangan pengukuran cukup
kalibrasi dari alat ukur aktivitasnya. Jadi hasil tinggi dibanding dengan aktivitas yang lebih
pengukuran yang sebenarnya adalah hasil tinggi. Ini disebabkan sensitivitas masing-
cacahan dikalikan dengan faktor kalibrasi masing alat tidak sama terhadap respon yang
tersebut. diterima.
Hasil pengukuran untuk isotop I
HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti dalam tabel 2 juga cukup bervariasi
Hasil antarbanding pengukuran yaitu antara 0 dan 52 %. Dengan alasan yang
aktivitas isotop 57Co untuk ampul (I), dan sama dengan isotop 57Co yaitu dengan
ampul (II) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah perbedaan jenis detektor yang digunakan oleh

PSPKR-BATAN 77
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

masing-masing rumah sakit. Dan juga 3). SCHRADER AND M. WEISS, Calibration
pengaruh tinggi rendahnya aktivitas yang of Radionuclide Calibrator, Ins. J. Nucl.
diukur. Hal ini terlihat untuk aktivitas yang Med. Biol. Vol. 10, No 23 p. 121-124 1983.
lebih rendah penyimpangan pengukuran cukup 4). NCRP REPORT No: 58, A Handbook of
tinggi dibanding dengan aktivitas yang lebih Radioactivity Measurements Procedure
tinggi. Ini disebabkan sensitivitas masing (1985).
masing alat tidak sama terhadap respon yang
diterima.
DISKUSI
KESIMPULAN
Dengan adanya perbedaan pengukuran
Arifin S. Kustiono - BPTA :
yang cukup tinggi oleh sebagian rumah sakit
Perbedaan hasil pengukuran disebutkan antara
yang ikut dalam kegiatan ini, maka perlu
lain disebabkan oleh jenis detektor yang
diadakan kegiatan tersebut secara rutin, untuk
digunakan (GM atau Kamar Ionisasi)
memberikan imformasi bahwa setiap alat ukur
mengingat pengukuran dengan dose calibrator
aktivitas yang mereka punyai hams selalu
sifatnya relatif, apa bukan karena faktor
dikalibrasi agar aktivitas yang diperlukan tepat
kalibrasi yang lebih menentukan ?.
dan benar. Selama ini ada sebagian rumah sakit
yang belum mengkalibrasi alat ukur
aktivitasnya sendiri. Ermi Juita :
Dari hasil pengukuran kami memang demikian,
untuk kalibrasi alat bukan wewenang kami.
UCAPAN TERIMA KASIH Jadi kami hanya menyediakan sumber
Ucapan terima kasih ini ditujukan standard-nya saja. Tetapi secara langsung kami
terutama Bapak Drs. Adang. S dari PPR- memberikan masukan bahwa betapa
BATAN yang telah membantu kami dalam pentingnya suatu alat dikalibrasi dengan
penyediaan isotop 131I, dan terima kasih juga sumber standard yang diketahui aktivitas
kami ucapkan pada peserta dari rumah sakit- maupun geometri dari sumber yang diukur.
rumah sakit yang telah bersedia mengikuti
kegiatan antarbanding pengukuran aktivitas ini.
Dan juga tak lupa ucapan terima kasih
ditujukan pada saudara/i Holnisar dan
Rosdiyani yang telah membantu dalam
penyiapan isotop 57Co dan 13II. Penelitian ini
dibiayai melalui Proyek PPKR-KL dengan No
kode 11.03.07.95

DAFTAR PUSTAKA

1). SK DIRJEN BATAN No 84/DJ/VI/91,


tentang Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan
Keluaran Radiasi, Standardisasi Radio-
nuklida dan Fasilitas Kalibrasi (1992).
2).PUDJADI, SUSILO W, SUNARYO,
Sudarsono, Ermi Juita, dan Nazaroh,
Antarbanding pengukuran aktivitas Co57
antara PSPKR dengan beberapa rumah
sakit ; Unjuk kerja dan kalibrasi Kalibrator
dosis, Prosiding Ilmiah KRK, hal 54-57
Jakarta 23-24 Agustus 1994.

PSPKR-BATAN 78
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

irHf-: rHnrM

Energi (keV)

Gambar 1 : Kurva Hubungan antara efisiensi dengan energi

Tabel 1. Hasil antarbanding pengukuran aktivitas isotop 57Co pada tanggal acuan
17 April 1996, aktivitas A(I) = 0,52 mCil,5% dan A(II) = 0,12mCil,5%

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
liiiiliiiiiiiiiiiili iiiiiiiHiiii^iiBi
A(I) A(II) A(I) A(II)
i. RS. dr. Cipto. M Victoreen/Tc 0,667,75 0,15+15,57 26,70 25,00
2. RS. dr. Cipto. M Victoreen/Tc 0,686,20 0,1516,27 30,77 25,00
3. RS. Harapan. K Curiementor/Co57 0,50+1,52 0,11+1,51 3,80 8,30
4 RS. Dharmais Victoreen/Tc 0,567,65 0,147,84 7,70 16,67
5 RS. MMC Victoreen/Tc 0,65+5,03 0,16+17,17 25,00 33,33
6. RS. Pertamina Capintec/CoS7 0,59+1,51 0,14l,60 13,46 16,67
7. RS. Fatmawati Comp u-cal Viet 0,5211,78 0,ll4,00 0,00 8,30
8. RS. dr. H. Sadikin Curiemeeter 0,52+1,54 0,12l,54 0,00 0,00
9. RS. dr..Sutomo Victoreen 0,51+7,24 0,1215,27 1,92 _j 0,00
10. RS. dr..S. Anwar Dos-cal Medisiytem 0,59l,54 0,14+1,51 13,46 16,67
11. RS. dr. Sarjito Victoreen 0,507,75 0,1217,10 3,80 0,00
12. RS. dr. Karyadi Victoreen 0,65+9,62 0,15+12,10 25,00 25,00
13 PPR Serpong Capintec 0,51+1,52 0,12l,68 1,92 0,00
I- PPTN Bandung Victorccn 0,53I,52 0,12l,57 1.92 0,00

PSPKR-BATAN 79
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2. Hasil pengukuran aktivitas isotop standar I131 PSPKR di berbagai


rumah-sakit dan beberapa fasilitas di BATAN

Iliilillllllll iiiiiliii|$|siili
liiiliiluiiiilili
iiilfiiiaiiilli
iili llll^llHillll ilililliiii:iilMliiill lliilliiiiliii
iiiiitiltltiiii iliiiiliiiiiiiiiiiiiiii
iiiiiiiiii illiiilll iiiiiii lisil iiiiii iiiiii
i. RS. Cipto. M Victoreen/Tc 2.62+1.2 2.344.60 1.78 1.53 47.2 52
2. RS. Cipto. M Victoreen/Tc 2.60+1.4 2.344.40 1.78 1.53 47.2 52
3. RS. Harapan. K Curiementor/Co57 1.550.25 1.420.13 1.63 1.40 4.9 1.7
4 RS. Dharmais Victoreen/Tc 2.15+2.5 1.72+2.60 1.63 1.40 32 23
5 RS. MMC Victoreen/Tc 1.552.6 1.393.3O 1.06 0.91 46 54
6. RS. Pertamina Capintec/Co57 1.03+0.18 0.890.13 1.06 0.91 3 2
7. RS. Fatinawati Comp u-cal Viet 0.980.16 0.90+0.21 0.97 0.83 1 8
8. RS. H. Sadikin Curiemeeter 0.460.12 3.06+0.00 0.49 3.28 5.2 6.7
9. RS. Dr.Sutomo Victoreen 1.504.00 10.89+2.2 1.07 7.85 41 37
10. RS. S. Anwar Dos-cal 1.06+0.13 7.39+0.14 1.06 7.40 0.3 6
Medisiytem
11. RS. Sarjito Victoreen 0.824.8 5.89+1.7 0.53 4.29 34 36
12. RS. Karyadi Victoreen 0.725.2 5.3411.5 0.53 3.93 40 37
13 PPR Serpong Capintec 0.960.18 0.83+0.16 0.97 0.83 1.0 0
14 PPTNBandung Victoreen 0.47+0.19 3.2210.23 0.49 3.28 4.1 1..8

PSPKR-BATAN 80
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996 ID0000066
ISSN : 0854-4085

PEMILIHAN MODEL KOMPUTASI UNTUK PENGKAJIAN


KESELAMATAN PENYIMPANAN LIMBAH TANAH DANGKAL
DI PPTA SERPONG

'''"' Sya h ri r
Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - BAT AN

ABSTRAK
PEMILIHAN MODEL KOMPUTASI UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN PENYIMPANAN
LIMBAH TANAH DANGKAL DI PPTA SERPONG. Telah dilakukan seleksi code computer untuk
digunakan dalam pengkajian keselamatan fasilitas disposal limbah aktivitas sedang dan rendah. Pada makalah
ini disampaikan ringkasan model computer code yang dipilih. Model-model yang dipilih memungkinkan analisis
dosis individual di lepas kawasan dalam kondisi normal serta dosis pada kawasan dalam hal gangguan pengusik
(intruder). Demonstrasi untuk kasus penyimpanan limbah tanah dangkal PPTA Serpong diberikan untuk kondisi
pelepasan normal. Pengkajian mencakup infiltrasi air hujan, source-term, transport air-tanah/sumur/sungai serta
rantai makanan dan dosimetri sehingga diperoleh riwayat dosis orang yang terpapari maksimal. Computer code
yang digunakan dalam perhitungan adalali VS2DT1, PAGAN2 dan GENE3. Hasil perhitungan menunjukkan
penggunaan silt loam setebal 1 m sebagai selubung penghalang ke unit disposal mampu memperlambat
kecepatan alir 27 kali. Penggunaan radionuklida yang berbeda inenunjukkan variasi riwayat dosis sesuai dengan
sifat fisis dan kimiawinya.

ABSTRACT
SELECTION OF COMPUTER CODES FOR SHALLOW LAND WASTE DISPOSAL IN PPTA
SERPONG. Models and computer codes have been selected for safety assessment of near surface waste disposal
facility. This paper provides a summary and overview of the methodology and codes selected. The methodology
allows analyses of dose to individuals from offsite releases under normal conditions as well as on-site doses to
inadvertent intruders. A demonstration in the case of shallow land waste disposal in Nuclear Research
Establishment area in Serpong has been given for normal release scenario. The assessment includes infiltration
of rainfall, source-term, ground water (well) and surface water transport, food-chain and dosimetry. The results
show dose history of maximally exposed individuals. The codes used are VS2DT, PAGAN and GENII. The
application of 1 m silt loam as a moisture barrier cover decreases flow in the disposal unit by a factor of 27. The
selected radionuclides show variety of dose histories according to their chemical and physical characteristics and
behavior in the environment.

PENDAHULUAN
Metode Pengkajian meliputi :
Pembangunan suatu fasilitas penyimpanan interpolasi jalur paparan
limbah disposal aktivitas sedang dan rendah screening jalur paparan
memerlukan lisensi dari yang berwenang. identifikasi model dan integrasinya
Dalam hal pendirian fasilitas penyimpanan lim- seleksi computer code atau metode analitis
bah tanah dangkal (PLTD), pemohon ijin harus untuk penerapan metode tersebut
menunjukkan hasil analisis kuantitatif dosis po-
memperoleh, menerapkan dan mengkaji
tensial kepada orang yang terpapari maksimal
computer code yang dipilih
di lepas kawasan.
Makalah ini membahas seleksi model dan
Analisis dalam bentuk pengkajian keselamatan computer code serta implementasinya untuk
ini harus mencakup kondisi paska penutupan. kasus di PPTA Serpong.
Selain itu, metode yang digunakan mampu Modul utama yang dipertimbangkan
menganalisis baik dosis individual lepas dalam seleksi ini meliputi [aju alir air-tanah,
kawasan dalam kondisi normal maupun dosis source-term, transport air-tanah, transport
dalam lokasi terhadap gangguan luar udara, transport air permukaan, rantai ma-
(intruder). kanan dan dosimetri. Tiap modul, baik yang

"U.S. Geological Survey


2
Sandia National Laboratory, Albuquerque, U.S.A.
'Pacific Northwest Labonnory. Washington, U.S.A.

PSPKR-BATAN 81
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

berupa analisis sederhana maupun yang lebih dengan air permukaan, air permukaan ber-
rumit dapat dipilih. Sebagai contoh, modul potensi terkontaminasi.
aliran dan transport air-tanah dapat berupa Berikutnya manusia kontak dengan
solusi semi analitis steady state satu dimensi kontaminan tersebut. Seseorang dapat
untuk media homogen, atau analisis numerik menerima air yang terkontaminasi atau air ter-
yang lebih rumit yang memperhitungkan sebut menyebabkan rantai makanan terkonta-
fenomena transient pada berbagai media minasi. Kontaminasi rantai makanan dapat
heterogen dengan berbagai kondisi batas terjadi alamiah (kontaminasi ikan atau akar
(boundary condition). Kekecualian dalam hal tanaman) atau intervensi manusia (konsumsi
ini adalah modul rantai makanan dan dosimetri. air sumur atau irigasi tanaman). Konsumsi air
Sesuai dengan perkembanganya, modul-modul dan makanan yang terkontaminasi akan
ini relatif lebih standar sehingga hanya satu mengakibatkan penerimaan dosis internal. Hal
macam model yang digunakan. serupa, penggunaan air permukaan yang ter-
kontaminasi untuk rekreasi dapat menyebabkan
PROSES YANG DIPERTIMBANGKAN penerimaan dosis eksternal yang juga
DALAM SELEKSI diperhitungkan dalam seleksi metodologi ini.
Analisis pengusik (intruder) tidak
Radionuklida yang terlepas setelah diperhitungkan dalam seleksi ini. Dari segi
penutupan fasilitas PLTD akan mencapai lisensi hal ini tidak perlu dilakukan sejauh
lingkungan melalui dua jalur utama : dapat dipenuhi persyaratan klasifikasi dan
(a)sumber ke air-tanah, dengan paparan ke segregasi serta telah tersedia penghalang yang
manusia melalui air sumur memadai untuk kemungkinan intrusi.
(b) sumber ke air-tanah kemudian ke air permu-
kaan, dengan manusia dan produk makanan MODEL DAN COMPUTER CODE
terkena kontaminasi air permukaan.
Pada bagian ini diberikan ringkasan
Jalur lain seperti pelepasan langsung ke air
singkat model dan computer code yang dipilih.
permukaan atau ke udara tidak diperhatikan.
Untuk mengkaji efek pelepasan melalui Aliran Air-Tanah
dua jalur air-tanah ini, harus dipertimbangkan Penentuan jumlah perkolasi pada suatu
berbagai proses fisis dan kimiawi yang tapak tertentu merupakan hal yang tersulit dari
diperkirakan terjadi di dalam dan dekat fasilitas rangkaian metodologi penkajian ini. Tidak ada
yang dikaji. Proses pertama yang mungkin ter- suatu metode yang berlaku universal untuk
jadi adalah perkolasi (percolation) air melalui semua tipe tapak. Jadi laju perkolasi diper-
zona tak jenuh. Faktor yang menentukan kirakan sebelumnya berdasarkan kombinasi
perkolasi adalah curah hujan, evapotranspirasi data eksperimen dan modeling. Laju perkolasi
dan run-off permukaan. Air yang melalui ini digunakan dalam analisis aliran air-tanah
selubung penghalang (engineered cover) ke unit sebagai kondisi batas (boundary condition).
disposal dapat merusak beton dan penghalang
Analisis aliran mencakup aliran pada
baja di dalam dan sekitar fasilitas.
zona jenuh dan tak-jenuh. Suatu selubung
Limbah yang dimasuki air akan penghalang air (moisture-barrier cover)
terlarut melalui proses pelindian dan dibawa ke digunakan sebagai bagian disain fasilitas
pinggiran fasilitas (near-field transport). disposal yang merumitkan analisis aliran zona
Keseluruhan proses (kerusakan kontener, pelin- tak-jenuh. Rancangan sistem selubung
dian dan near-field transport) memungkinkan biasanya meliputi beberapa lapisan tanah
pelepasan radionuklida dari dasar unit disposal dengan permeabilitas rendah dan kapilaritas
yang disebut source-term. Radionuklida yang tinggi. Aliran melalui penghalang-penghalang
keluar dari fasilitas akan terkonveksi dan tersebut harus bersifat multidimensi, karena
tersebar melalui aliran air di zona tak-jenuh maksud selubung tersebut adalah membelokkan
dan jenuh. Bila radionuklida tersebut mencapai laju aliran vertikal. Untuk itu dipilih analisis
zona jenuh, yang berpotensi terkontaminasi multidimensi yang dipenuhi oleh computer code
adalah air sumur. Bila akuifer terhubungkan VAM2D dan VS2DT[1]. Kedua code ini
sangat flcksibel dalam jenis kondisi batas yang

PSPKR-BATAN 82
Prosiding Presentasi Iimiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ditentukan dan memiliki metode numeris yang sederhana yang diteruskan pada bagian'
kuat (robust). [2] sebelumnya. Untuk analisis yang lebih rumit
dapat digunakan VAM2D dan VS2DT.

Source Term Transport Air Permukaan, Udara, Rantai


Makanan dan Dosimetri
Analisis source-term merupakan
komponen yang menganalisis kerusakan Hasil dari penggunaan code source-
struktur dari kontener, pelindian radionuklida term dan transport air-tanah dapat digunakan
dan transport kontaminan tersebut ke unit sebagai masukan untuk menganalisis transport
disposal. air permukaan, transport udara serta rantai
Kerusakan beton struktur dalam model makanan dan dosimetri. Computer code GENII
ini merupakan waktu tunda permulaan dipilih untuk model ini. GENII mencakup
pelepasan. Hingga saat ini tidak ada model pendekatan modeling yang sederhana hingga
memadai yang menganalisis rincian kerusakan yang lebih rumit untuk analisis transport air
struktur beton sehingga diperoleh waktu rusak permukaan dan udara.
total. Sebagai pengganti model-model yang ada Hasil analisis pengkajian keselamatan
hanya memadai untuk melakukan perbandingan berupa riwayat dosis untuk tiap radionuklida
kualitatif di antara berbagai tipe beton [2]. yang penting. Kontribusi tiap radionuklida
Pendekatan sederhana model yang terhadap dosis ini kemudian dijumlahkan untuk
digunakan adalah kerusakan kontener sebagai memperoleh dosis total yang diprediksi.
waktu tunda permulaan pelepasan. Model yang Prakiraan dosis ini kemudian dibandingkan
lebih rumit oleh Sullivan[3] dalam computer dengan ketentuan batas dosis tahunan ke
code DUST. Code ini dapat digunakan untuk lingkungan yang merefieksikan dosis yang
analisis kerusakan kontener baja tahan karat. diterima anggota masyarakat.
Pendekatan semi empiris digunakan dalam Ringkasan computer code untuk tiap
pitting (pelubangan) dan laju korosi. metodologi yang digunakan dalam pengkajian
Salah satu model sederhana adalah keselamatan PLTD disajikan pada Tabel 1.
model surface-wash-leaching. Pada model ini
permukaan formasi limbah segera terkikis
(washed off) oleh air yang lewat. Hambatan Tabel 1. Computer code untuk pengkajian
transfer massa diabaikan sehingga pelepasan keselamatan PLTD.
terjadi dengan cepat. Pendekatan ini relatif
memadai untuk limbah yang tidak stabil. Aliran zona tak-jenuh VAM2D
Model difusi terbatas laju pelindian dari VS2DT
Kozak[4] dapat digunakan untuk limbah stabil. Analisis source-term PAGAN
Pada model ini diasumsikan tidak terjadi kon- DUST
veksi. Untuk analisis source-term yang lebih VAM2D
rinci dapat digunakan DUST. Transport zona tak-jenuh PAGAN
VAM2D
Transport Air-Tanah DUST
Solusi fungsi Green merupakan Aliran zona jenuh Model Darcy
analisis sederhana untuk transport air-tanah. VS2DT
Solusi ini berlaku untuk aliran akuifer satu VAM2D
dimensi yang konstan pada akuifer isotropik Transport zona jenuh PAGAN
dengan ketebalan konstan atau tidak terhingga. VAM2D
Untuk memenuhi model ini beberapa parameter VS2DT
yang akan dipakai ditentukan secara Transport air permukaan PAGAN
konservatif. GENII
Program PAGAN (Performance Transport udara GENII
Assessment Ground-Water Analysis of Low- Rantai makanan dan GENII
level Nuclear Waste) menggabungkan solusi Dosimetri
fungsi Green ini dan model source-term

PSPKR-BATAN 83
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

DEMONSTRASI COMPUTER CODE hancur dalam jangka 50 tahun. Inventori


radionuklida diasumsikan terdiri atas 1800 Ci
Pada bagian ini ditunjukkan peng- 3
H dan 63Ni, 129I, B7 Cs masing-masing 20 Ci.
gunaan computer code yang dipilih untuk
Keseluruhan radionuklida diikat dalam beton
kawasan PPTA Serpong. Penerapan model
dan dibungkus kontener. Pada Tabel 2
yang diperoleh didasarkan pada perhitungan
ditampilkan parameter tapak alamiah. Karak-
pelepasan radionuklida dari tapak penyimpanan
teristik tanah yang digunakan dalam model
limbah aktivitas sedang dan rendah serta
konseptual disajikan pada Tabel 3, data ini
analisis transport dan paparan pada manusia.
dikutip dari Sullivan[3].

Deskripsi Tapak dan Fasilitas


Fasilitas disposal limbah dan
0 0 ft 0 fl ft
lingkungan sekitar tapak ditunjukkan pada
Gambar 1. Tapak disposal terletak 100 m dari
sumur penduduk terdekat dan sungai Cisadane.
Muka air-tanah (water table) terletak 8 m di
bawah permukaan tanah dan akuifer terhubung null : : : ;:
: :i : >:ow:

ke sungai Cisadane. Tebal akuifer 4 m.


Diasumsikan suatu keluarga petani menempati
lokasi 100 m dari fasilitas. Petani tersebut
beternak sapi, ayam dan menanam padi serta
menggunakan air sumur untuk minum dan
irigasi. Penduduk di daerah aliran sungai
Cisadane menggunakan air sungai untuk
Gambar 2. Model konseptual analisis aliran
minum dan beraktivitas (seperti berenang dan
berperahu). Penduduk juga mengkonsumsi ikan
dari sungai tersebut. Skenario Pelepasan

Pada demonstrasi ini digunakan


dosis kc irigasi
mamisia miest makanau darat
skenario pelepasan normal. Diasumsikan tapak
mjesi makanan akuatik yang digunakan tidak terganggu oleh kebera-
daan fasilitas disposal sehingga data tapak
alamiah kondisi saat ini dapat digunakan untuk
memperkirakan infiltrasi. Curah hujan pada
tapak akan menyebabkan perkolasi air melalui
sistim selubung fasilitas ke unit disposal. Air
pada unit disposal menimbulkan korosi pada
konteiner limbah dan mengangkut radionuklida
keluar fasilitas. Radionuklida yang terlepas
kemudian bergerak ke bawah menuju akuifer di
Gambar 1. Model konseptual jalur paparan bawah fasilitas. Kemudian radionuklida
fasilitas PLTD PPTA Serpong. tersebut dibawa oleh akuifer menuju sumur dan
sungai terdekat.
Fasilitas PLTD terdiri atas trench pada Laju aliran air menuju unit disposal
kedalaman 2 m dari permukaan tanah dengan dihitung dengan menggunakan simulasi dua
tinggi 5 m, panjang 6,5 m dan lebar 6,5 m. Di dimensi VS2DT. Dari sini diperoleh jumlah
atas penutup fasilitas terdapat tumpukan tanah dan laju perkolasi air melalui sistim selubung
biasa dan silt loam masing-masing setinggi ke unit disposal. Juga diperoleh waktu tempuh
1 m. Di atas silt loam terdapat lagi lapisan ta- diantara dasar unit disposal dan muka air-tanah
nah setinggi 1 m, lihat Gambar 2. Informasi ini digunakan dalam perhitungan
Diasumsikan seluruh sistem yang source-term dan transport near-field dengan
menahan migrasi radionuklida keluar fasilitas

PSPKR-BATAN 84
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

menggunakan PAGAN. PAGAN digunakan dari pada ke dua dimensi yang dimodelkari,
untuk menghitung konsentrasi radionuklida di yakni dipenuhi dengan membuat dimensi yang
akuifer dan juga digunakan untuk menentukan ke tiga dari fasilitas cukup besar sehingga efek
laju pelepasan radionuklida ke sungai. ujung batas dapat diabaikan.
Akhirnya GENII menggunakan keluaran dari Kisi elemen berhingga yang digunakan
PAGAN untuk menghitung dosis ke manusia metode simuiasi ditunjukkan pada Gambar 2.
dari jalur-jalur paparan yang dipilih. Domain terdiri atas 52 x 442 kisi. Fluks
konstan 2 m/th pada kondisi batas yang terletak
Tabel 2. Parameter alamiah PPTA-Serpong. pada 52 kisi teratas. Pada kondisi batas bawah
diasumsikan tekanan-mukanya (pressure head)
Curah hujan 2 m/th nol yang mewakili muka air-tanah dari domain.
Tebal zona tak-jenuh 8m Dari simuiasi ini diperoleh kontur
Tebal air-tanah 4m tekanan muka (pressure head) dan kadar air
Konduktivitas (moisture content). Kecepatan darcy pada
hidraulikjenuh 115,3 m/th. daerah yang tidak diselubungi mendekati laju
Konduktivitas infiltrasi 2 m/th. Sedangkan kecepatan vertikal
hidraulik akuifer 115,3 m/th Darcy pada fasilitas adalah 7,29 cm/th. Jadi
sistem selubung telah menurunkan aliran ke
Gradien hidraulik
unit disposal sekitar 27 kali. Dari perhitungan
akuifer 0,02
juga diperoleh kadar air fasilitas sebesar 0,29.
Porositas akuifer 0,4
Kedua data tersebut diperlukan untuk masukan
Rata-rata kecepatan
dalam transport air-tanah pada PAGAN.
porositas akuifer 5,77 m/th.
Dispersivitas longitu-
Konsentrasi Akuifer
dinal akuifer 2 m
PAGAN digunakan untuk
Dispersivitas trans-versal
memperkirakan laju pelepasan radionuklida
akuifer 0,2 m
dari unit disposal dan transportnya ke sumur di
Laju air sungai 2.5 x 104
akuifer. Parameter yang digunakan ada di
Konsumsi per tahun Tabel 2. Konsentrasi pada sumur (100 m dari
air minum 0.73 m/th. tapak) dihitung untuk berbagai waktu setelah
beras 120 kg penutupan fasilitas. Asumsi berikut digunakan.
ikan 5 kg Kontener limbah hancur pada 50 tahun
sayuran 20,8 kg setelah penutupan fasilitas. Setelah itu
telur 6,7 kg limbah terlindi dalam formasi limbah padat
daging ayam 5 kg dengan laju konstan.
Kecepatan rata-rata porositas di akuifer
dihitung up = ki/rp dengan k konduktivitas
Tabel 3. Karakteristik tanah yang digunakan hidraulik, / gradient hidraulik dan <p poro-
sitas akuifer.
Tipe
e e a, P Dispersivitas tidak diketahui dan diambil
tanah cm/det cm'1
hanya konservatif yakni dispersivitas di
Tanah 0,38 0,04 io- 3 0,155 2,43
Silt loam 0,39 0,11 lO" 8 8x10"" 1.33
fasilitas diabaikan sehingga diambil jumlah
Limbah 0,44 0,07 io- 5 0,09 2,0 mixing-cell 100 dalam analisis source-
term.
Waktu tempuh zona tak-jenuh di antara
HASIL DAN PEMBAHASAN fasilitas dan muka air-tanah diabaikan.
Waktu tunda 50 tahun digunakan untuk
Aliran ke Unit Disposal menentukan waktu kontener rusak.
Model konseptual analisis aliran air
perkolasi ditunjukkan pada Gambar 2. Source constant ditentukan dari (DT)'1 dengan
Simuiasi dua dimensi ini dianggap memadai R faktor retardasi dan T waktu tempuh di
dengan asumsi dimensi ke tiga jauh lebih besar akuifer dengan rumus :

PSPKR-BATAN 85
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

D.(p sumur yang terkontaminasi. Petani tersebut


juga mengkonsumsi nasi, daging sapi dan
VY
daging ayam. Lebih lanjut petani tersebut
dengan D adalah tinggi fasilitas, 6 kadar air memakan ikan dari sungai yang terkontaminasi
dan Vr kecepatan vertikal Darcy. dan melakukan kegiatan di sungai (berenang,
Source pre-exponential term dihitung mancing dan berperahu). Air sungai juga
dari model difusi laju pelindian : diminum oleh penduduk.

l.E-03
4 m (H + a) De
1-129
a2H
Ni-63
yang diperoleh dari Kozak [2] dengan m
aktivitas, H tinggi kontener, a radius kontener
dan De koefisien difusi.
Analisis dilakukan untuk 50 tahun
setelah fasilitas ditutup. Gambar 3, Cs-131

menunjukkan hasil perhitungan konsentrasi


sumur sebagai fungsi waktu. Konsentrasi 1291
mencapai asimptot pada akuifer setelah 100 50 150 250 350 450
tahun. Pada pelepasan ke sungai Cisadane aktu, tahun
diasumsikan akuifer yang terkontaminasi
akuifer yang terkontaminasi akan melewatkan Gambar 4. Kecepatan alir nuklida ke sungai
semua radionuklida yang ada ke sungai. Laju pada jarak 100 m
pelepasan radionuklida ke sungai dihitung oleh
PAGAN sebagaimana Gambar 4. Konsentrasi Konsentrasi radionuklida pada air
dan laju pelepasan radionuklida ini digunakan sumur dan sungai yang dihitung terdahulu pada
sebagai masukan data pada GENII. PAGAN digunakan sebagai data masukan
GENII. Karena perhitungan dosis pada GENII
1.E-06 - berlaku untuk waktu yang telah ditetapkan
1-12 (fixed), maka eksekusi program yang terpisah
< l.E-09 - Ni-6 dan berulang-ulang diperlukan untuk
menghitung dosis fungsi waktu dari konsentrasi
u " - ^ yang bergantung waktu pada sumur atau
- l.E-12
H sungai.
n
ns J
u \ CS-13
g l.E-15.
-p I l.E+06
\
n 1
1 total
1 l.E+04 -
\
l.E-18 1 \
1 \ l.E+02
f H- \
1
\ 1.E+00 -
l.E-21 . 1 |1 \ 1 \ 1 1 1^^
50 150 250 350 450 550 650 750 l.E-02

Vfektu, tatu l.E-04

Gambar 3. Konsentrasi sumur penduduk pada l.E-06


Ni-63
jarak 100 m. l.E-C

l.E-10
Perhitungan Dosis dari Jalur Paparan \~
-+-
150 250 350
Pada bagian ini dihitung dosis dari
, tabun
akuifer dan sungai yang terkontaminasi dengan
menggunakan GENII. Petani pada 100 m dari
tapak diasumsikan minum air sumur, mengairi
tanah dan memberi makan ternak dengan air Gambar 5. Dosis efektif tahunan dari paparan
Sumur Penduduk Kritis

PSPKR-BATAN 86
Prosiding Preseiitasi Ilmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

Parameter laju konsumsi air dan KESIMPULAN


berbagai makanan menggunakan data setempat
yang tersedia dari Biro Pusat Statistik [5]. Suatu model komputasi pengkajian
Dalam hal tidak ada data maka digunakan keselamatan untuk fasilitas disposal limbah
default value yang konservatif. Dosis efektif aktivitas sedang dan rendah di PPTA Serpong
tahunan yang diperoleh disajikan pada Gambar telah dipilih dan didemonstrasikan. Model dan
5 dan 6. Asimptot dosis terjadi pada tahun ke computer code yang digunakan mencakup
100 untuk pelepasan ke sumur dan 150 tahun pelepasan source-term, aliran dan transport air-
untuk pelepasan ke sungai. tanah, transport udara, transport air-
permukaan, rantai makanan, dan dosimetri.
Model komputasi yang dipilih untuk
,- suatu modul (misal source term) tidak dibatasi
Tota
2 hanya oleh satu pilihan, dimulai dari yang
l.E-04
perhitungan sederhana hingga yang lebih rumit.
Cs-137 ~^~
Hal ini meningkatkan fleksibilitas dalam
penggunaan model yang berguna untuk
f - - - - - ^
^ \
Ni-6
-
menentukan pilihan yang sesuai untuk suatu
H-3 \ kasus. Kekecualian untuk transport air-
l.E-0 \ permukaan/udara, rantai makanan dan
\
dosimetri hanya satu model yang dipilih
\
1 1 1 ^ ! 1 1 1
(GENI) mengingat sudah standar, walaupun
50 100 150 200 250 300 350 400 450 demikian di dalam programmnya (GENII) ada
u, tahu yang memiliki pilihan-pilihan model yang
diinginkan. Secara keseluruhan pilihan
Gambar 6. Dosis efektif tahunan dari paparan computer code yang telah dilakukan untuk
sungai. maksud perizinan dalam pembangunan PLTD
di PPTA Serpong dianggap sudah memadai
Kontribusi tritium setelah mencapai mengingat skala pembangunan yang akan
puncak pada 80 tahun turun secara drastis dilakukan.
dalam beberapa puluh tahun baik untuk Walaupun perhitungan fasilitas
pelepasan ke sumur maupun ke sungai. l37Cs disposal untuk PPTA Serpong hanya untuk
dan S3Ni juga mencapai puncak dalam waktu maksud demonstrasi, dapat diamati
yang sama dengan penurunan yang lebih landai kemampuan selubung penghalang menghambat
kecuali 63Ni pada air sumur mencapai asimptot aliran air hujan serta sifat fisis dan kimiawi
pada 300 tahun. I29I mencapai asimptot pada dari radionuklida yang digunakan. Dalam hal
sekitar 100 tahun untuk kedua pelepasan. penggunaan disain fasilitas yang lebih maju
Perolehan dosis yang besar disebabkan dan rumit, seperti vault dengan bahan urug
pemilihan inventori yang digunakan. 3H dipilih tertentu, maka dalam analisis source-term
besar untuk menunjukkan pencapaian yang sebaiknya menggunakan DUST. Program ini
mudah ke akuifer tetapi kontribusi dosis kecil selain dapat menganalisa lebih rinci juga dapat
karena waktu parohnya. Sedangkan tiga digunakan untuk umur limbah dalam fasilitas
nuklida lain berwaktu paroh sedang (I37Cs), yang bervariasi sehingga waktu operasi
panjang (63Ni) dan sangat panjang ( I ) . fasilitas dapat diperhitungkan.
Ketiganya menggunakan aktivitas yang sama Curah hujan PPTA Serpong yang
untuk membandingkan kontribusi dosisnya satu relatif besar, dibandingkan negara barat, akan
terhadap yang lain. Sedangkan dalam realitas, memperbesar laju perkolasi di unit disposal.
aktivitas masing-masing akan bervariasi, Oleh karena itu pilihan teknologi dalam disain
sebagai contoh kandungan 3H, 63Ni, 1291 dan PLTD harus memperhatikan parameter yang
137
Cs dalam suatu PLTD di Inggris masing- terkait, misalnya pilihan bahan selubung
masing 1,9 x 10"2; 4,5 x 10"2; 3,1 x 10"7; dan penghalang, bahan urug, penggunaan vault.
15 Ci [6]. sistem runoff dan seterusnya.

PSPKR-BATAN 87
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

DAFTAR PUSTAKA 9. NAPIER, B.A., R.A. PELOQUIN, D.L.


STRENGE, and J.V. RAMSDELL,
1. CHU, M.S.Y., M.W. KOZAK, J.E. Hanford Environmental Dosimetry Up-
CAMPBELL, B.H. THOMPSON, A Self- grade Project, GENII-The Hanford
Teaching Curriculum for the NRC/SNL, Environmental Radiation Dosimetry
Low-Level Waste Performance Assessment Software System, PNL-6584, Pacific
Methodology, NUREG/CR-5539 SAND90- Northwest Laboratory, Richland, WA,
0585, 1990. 1988.
2. KOZAK, M.W., M.S.Y. CHU, C.P.
HARLAN, PA. MATTINGLY, Back-
ground Information for the Development of
a Low-Level Waste Performance Assess- DISKUSI
ment Methodology: Identification and
Recommendation of Computer Codes,
Sarwo DD. - PPkTN:
NUREG/CR-5453 SAND89-2505, Volume
1. Kriteria apa yang digunakan untuk memilih
4, Sandia national Laboratories, 1989.
model/computer code ?.
3. SULLIVAN, T.M., Disposal Unit Source-
2. Abstrak dan hasil yang disajikan lebih
Term (DUST) Data Input Guide,
menunjukkan uji coba penggunaan code
NUREG/CR-6041 BNL-NUREG-52375,
computer dan bukan pemilihan di antara
1993.
sejumlah code yang sebanding. Mohon
4. KOZAK, M.W., S.Y. CHU and P.A.
penjelasan.
MATTINGLY, J. D. JOHNSON, and J.T.
McCORD, Background Information for the
Syahrir:
Development of a Low-Level Waste
Kriteria:
Performance Assessment Methodology:
1. Harus mampu menghitung laju alir air
Computer Code Implementation and
tanah, source term, trans air tanah/air
Assessment, NUREG/CR-5453, SAND90-
permukaan dan udara serta rantai makanan
0375, Volume 5, Sandia National
dan dosimetri.
Laboratories, 1990.
laju alir air tanah harus 2 dimensi untuk
5. BIRO PUS AT STATISTIK, Penyelidikan/
memenuhi efek membelokkan maisture-
Survai Lingkungan di Lokasi Pembangunan
barrier-cover yang memadai.
Reaktor Serbaguna MPR-30 Serpong
Tangerang Jawa Barat, Unit Pelaksana transpoint air tanah dengan lapisan
Teknis Persiapan Pembangunan Industri pembatas (confining layer), dst.
Nuklir-Batan, 1984. bench-marking dan code-code tersebut dan
6. PINNER, A.V., C.R. HEMMING and berbagai report tentang penggunaannya.
M.D. HILL, Assessment of the Radiological keberadaan (availability) code-code
Protection Aspects of Shallow Land Burial tersebut.
of Radioactive Wastes, NRPB-R161, Pemilihan dilakukan pada tahap penentuan
National Radiological Protection Board, jalur dan model. Kemudian dipilih code
1984. yang memenuhinya dan relatif sudah teruji.
7. HUYAKORN, P.S., J.B. KOOL, and J.B.
ROBERTSON, Documentation and User's M. Yazid-PPNY:
Guide : VAM2D-Variably Saturated 1. Dalam kondisi kecelakaan terburuk
Analysis Model in Two Dimensions, menurut perhitungan Anda ini, berapa dosis
NUREG/CR-5352, HGL/89-01, 1989. yang diterima masyarakat yang tinggal
8. HEALY, R.W., Simulation of Solute terdekat dan fasilitas ini ?
Transport in Variably Saturated Porous 2. Apakah belum tersedia di pasaran, sehingga
Media With Supplemental Information on perlu disusun model komputasi ini ?
Modifications to the U.S. Geological
Survey's Computer Program VS2D, U.S. Syahrir:
Geological Survey, 1990. 1. Dalam makalah ini tidak dibahas kondisi
kecelakaan.

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

2. Tidak ada paket komersial di pasaran. Eh Hiswara - PSPKR :


Untuk satu masalah, banyak model sehingga 1. Dari ketiga computer code yang digunakan,
perlu diseleksi. yang mana yang paling cocok digunakan
untuk kondisi PPTA Serpong, atau
Dwi Cahyo Dahono - Univ. Udayana : barangkali ketiganya digunakan bersama-
Penyimpanan limbah tanah dangkal, sama untuk kasus Serpong ?
dapatkah diterapkan pada limbah radioaktif 2. Jika ketiganya digunakan secara bersamaan
yang berumur sangat lama (ratusan atau ribuan (artinya output dari satu code menjadi input
tahun) secara aman bagi lingkungan hidup ? bagi code yang lain), apakah tidak
merepotkan ? (karena format input/output
Syahrir : setiap code pasti berbeda).
PLTD lebih ditentukan oleh aktivitas
radionuklida daripada waktu paruh yakni Syahrir :
bukan limbah aktivitas tinggi. Dalam limbah 1. Ketiganya digunakan bersama.
aktivitas rendah atau sedang umumnya berupa 2. Merepotkan tetapi dapat dilakukan.
hasil fisi dan aktivasi dan yang terpanjang Kalaupun ada satu code yang dapat
umuraya adalah 1-129 dan Ni-63. Radio- menyelesaikan setiap model, biasanya
nuklida tersebut dapat disimpan di PLTD menggunakan penyelesaian yang lebih
dengan syarat aktivitasnya tidak akan sederhana misalnya kondisi/dimensi dan
menimbulkan dampak lingkungan yang berarti. metode analisis.

Suparmiati - RS Telogorejo :
1. Pada jarak berapa meter/kilometer
dilakukan analisis dosis individual di lepas
kawasan tersebut ?
2. Setelah diketahui adanya riwayat dosis
orang yang terpapari radiasi itu maksimal
dan sangat berbahaya, tindakan apa yang
harus dilakukan ?

Syahrir :
1. Dosis individual pada jarak 100 meter dari
unit disposal.
2. Dalam analisis ini dipilih individu yang
diperkirakan menerima paparan terbesar
(maksimal) untuk membandingkan dengan
batasan dosis bagi masyarakat. Bila ini
tidak terlewati, maka tidak akan berbahaya.

Mulyadi R - PSPKR :
Apakah dalam perhitungan ini masalah
besar-besaran diambil untuk kawasan Serpong,
seperti laju alir tanah, curah hujan, poritas
tanah dll ?. Bila data tersebut diambil dari
kawasan Serpong, mohon penjelasan cara
menetapkan besar-besaran tersebut.

Syahrir :
Beberapa besaran diambil untuk PPTA
Serpong. Sedangkan lainnya dari Iiteratur yang
memperhatikan kondisi PPTA Serpong dan /
atau diambil yang konservatif.

PSPKR-BATAN 89
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996 ID0000067
ISSN : 0854 - 4085

PENERAPAN METODE DEKONVOLUSI KURVA PANCAR UNTUK


EVALUASI DOSIS RENDAH DTL LiF
Endang Kurnia, Rini Heroe Oetami, Mutiah
Pusat Penelitian Teknik Nuklir - BAT AN

ABSTRAK
PENERAPAN METODE DEKONVOLUSI KURVA PANCAR UNTUK EVALUASI DOSIS RENDAH
DTL LiF. Dosimeter termoluminisensi (DTL), terutama dari bahan LiF:Mg,Ti, merupakan salah satu dosimeter
yang paling praktis dan banyak dipakai sebagai dosimeter perorangan. Namun kekurangannya dalam mengukur
dosis di bawah 100 |j.Gy dengan ketelitian yang tinggi menggunakan alat baca DTL yang ada sangat sulit, maka
pemanfaatan perangkat lunak untuk meningkatkan ketelian pembacaan dosis adalah salah satu pilihan. Tujuan dari
penelitian ini adalah membandingkan tiga metode analisis kurva pancar DTL-LiF, yang disinari pada rentang dosis
5 sampai 250 u,Gy. Metode pertama adalah metode manual, informasi dosis didapat dari luas kurva pancar pada
rentang temperatur yang telah ditentukan, sedang latar belakang diperkirakan dengan cara membaca ulang DTL
LiF langsung setelah pembacaan pertama. Metode kedua adalah metode dekonvolusi, pemisahan kurva pancar
menjadi empat puncak pancar secara matematik, dosis dinyatakan oleh luas puncak 5, sedang latar belakang
diperkirakan secara komputasi, dan metode ketiga menggunakan jumlah luas puncak 3, 4 dan 5 sebagai dosis. Dari
hasil penelitian dapat diketahui baliwa metode dekonvolusi yang menggunakan jumlah luas puncak 3, 4 dan 5
sebagai dosis, memiliki keunggulan dalam memperbaiki kedapatulangan enam kali lebih baik dari metode manual
untuk dosis 20 |iGy, kemampuan untuk mengukur dosis minimum sampai 10 uGy dibandingkan metode manual
yang 60 (iGy atau metode luas puncak 5 sebesar 20 uGy, begitu pula dari segi linearitas dosis, metode luas puncak
3,4 dan 5 hampir tidak mengalami penyimpangan dari rentang dosis yang diamati.

ABSTRACT
APPLICATION OF GLOW CURVE DECONVOLUTION METHOD TO EVALUATE LOW DOSE
TLD LiF. Thermoluminescense Dosimeter (TLD), especially LiF:Mg,Ti material, is one of the most practical
personal dosimeter in known to date. Dose measurement under 100 p.Gy using TLD reader is very dificult in high
precision level. The software application is used to improve the precision of the TLD reader. The objectives of the
research is to compare three TL-glow curve analysis method irradiated in the range between 5 up to 250 u.Gy. The
first method is manual analysis, dose information is obtained from the area under the glow curve between pre
selected temperature limits, and background signal is estimated by a second readout following the first readout.
The second method is deconvolution method, separating glow curve into four peaks mathematically and dose
information is obtained from area of peak 5, and background signal is eliminated computationally. The third
method is deconvolution method but the dose is represented by the sum of area of peaks 3, 4 and 5. The result
shown that the sum of peak 3, 4 and 5 method can improve reproducibility six times better than manual analisys
for dose 20 u.Gy, the ability to reduce MMD until 10 uGy rather than 60 u.Gy with manual analysis or 20 uGy with
peak 5 area method. In linearity, the sum of peak 3, 4 and 5 method yields exactly linear dose response curve over
the entire dose range.

PENDAHULUAN Pemanfaatan perangkat lunak untuk


meningkatkan ketelitian pembacaan dosis
Sifat termoluminisensi, terutama dari dibawah 100 uGy, dosis yang diterima
bahan LiF, merupakan salah satu sifat yang kebanyakan pekerja radiasi PPTN-BATAN,
dapat dimanfaatkan dalam dosimeter perorang- dengan ketelitian yang tinggi menggunakan alat
an. Bahan LiF banyak digunakan sebagai baca DTL (dosimeter termoluminisen)
dosimeter perorangan, karena selain memiliki merupakan salah satu pilihan. Perangkat lunak
sifat setara jaringan biologi, secara kimia LiF digunakan untuk menganalisis secara
adalah zat inert, tidak higroskopis, kurang peka matematik kurva pancar DTL LiF.
terhadap sinar tampak atau sinar UV. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah
kekurangannya, dalam mengukur dosis di- membandingkan tiga metode analisis kurva
bawah 100 uGy menggunakan alat baca DTL pancar DTL LIF. Pertama, metode analisis
yang ada simpangan bakunya lebih besar dari manual atau konvensional, yaitu memperkira-
10 % [1], dan menurut the European kan latar belakang dengan cara membaca ulang
Communities[2] dosimeter termoluminisens DTL LIF langsung setelah pembacaan
(DTL) LiF memiliki rcntang linearitas dosis pertama. Kedua metode dekonvolusi, yaitu
antara 100 sampai dengan 10000 u,Gy. pemisahan kurva pancar menjadi lima puncak

PSPKR-BATAN 90
Prosiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

pembentuknya, dan penghilangan latar dari planset dan chip DTL LiF yang
belakang dengan menggunakan program dipanaskan.
komputer, dan dosis dinyatakan oleh luas Pada metode analisis manual, data
puncak 5. Ketiga, sama dengan metode kedua, dosis didapat dari luas di bawah kurva pancar
tetapi dosis dinyatakan oleh jumlah luas antara batas Ti dan T2 yang posisinya telah
puncak 3, 4 dan 5. Dengan membandingkan ditetapkan sebelumnya dikurangi dengan latar
ketelitian dari masing-masing metoda analisis belakang yang didapat dengan membaca ulang
di atas diharapkan dapat diketahui metode yang DTL langsung setelah pembacaan pertama
terbaik dan diterapkan untuk keperluan rutin. dilakukan.

METODE DAN BAHAN

Bahan dan Peralatan


Dosimeter termoluminisen yang diguna-
kan berbentuk chip dari bahan LiF:Mg,Ti ,
dikenal sebagai DTL LiF atau TLD-100,
berukuran 3 mm x 3 mm x 9 mm buatan
Harshaw/Filtroll, sedang-alat baca DTL LIF
yang digunakan model Harshaw 4000 A yang
dihubungkan melalui RS232 dengan sebuah
komputer pribadi PC 80486 DWB. Komputer Temperatur (Suhu C)
dijalankan dengan sistem operasi Windows 95
dan sebuah perangkat lunak buatan sendiri[3] Gambar 1. Kurva pancar DTL-LiF
untuk menerima data kurva pancar hasil
pembacaan dari alat baca DTL dan Ada dua masalah pada metode manual,
menganalisisnya. pertama, perbedaan dalam kontak termal antara
Alat baca DTL dijalankan dengan kristal dan planset dapat menyebabkan
parameter berikut : kecepatan pemanasan bergesernya posisi puncak dan lembah kurva
planset I0C/detik, temperatur maksimum pancar sehingga merubah batas integral dari
300C, mulai pembacaan pada 70C tanpa posisi optimum yang sudah ditetapkan. Kedua,
pemanasan awal dengan waktu pembacaan 30 puncak 2 mengalami fading lebih cepat
detik. Untuk menekan timbulnya tribo- sehingga kontribusi intensitasnya menurun
thermoluminescence atau chemothermo sesuai dengan waktu, yang menyebabkan
luminescence, dialirkan gas nitrogen dengan ketidaktelitian dalam hasil pembacaan.
kemurnian tinggi ke atas planset pada laju 5 Untuk menanggulangi ketidaktelitian
dmVmenit. Sebelum disinari DTL LIF di karena pengaruh puncak 2, dapat dilakukan
cmealing selama satu jam pada temperatur pemanasan awal pada alat baca DTL Harshaw
400C, dilanjutkan dengan pemanasan dalam 4000. Dalam hal ini DTL LIF dipanaskan
inkubator selama 20 jam pada temperatur selama beberapa detik pada temperatur 100C
80C [4]. sebelum pembacaan dimulai. Metode ini dapat
menghilangkan puncak 2, akan tetapi akan
mempengaruhi puncak lainnya, terutama
Metode Manual
puncak 3 yang berdekatan, sehingga metode
Bentuk kurva pancar DTL LiF inipun dapat mengurangi ketelitian pembacaan.
umumnya akan seperti kurva yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Garis terputus-putus linear Metode Dekonvolusi
adalah signal latar belakang yang disebabkan
oleh karena noise alat atau dosimeter sedang Metode komputasi banyak dikembang-
garis terputus-putus exponensial adalah latar kan karena perangkat keras (alat baca DTL)
belakang karena pancaran sinar merah infra untuk keperluan rutin yang ada saat ini di
pasaran tidak bisa menanggulangi kesulitan
membaca dosis rendah DTL LIF dengan

PSPKR-BATAN 91
Prosiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

ketelitian yang tinggi. Metode komputasi Komposisi kurva pancar secara sederhana
menganalisis kurva pancar dengan cara dapat digambarkan dengan persamaan dibawah
memisah-misahkan kurva pancar menjadi
komponen-komponen pembentuknya secara
matematik. Pertama memisahkan latar exp(x/B)
belakang dilanjutkan dengan dekonvolusi, atau (3)
memisah-misahkan puncak kurva pancar yang
merupakan gabungan dari beberapa puncak.
dengan C adalah tetapan latar belakang, sedang
Puncak yang stabil, terutama dari pengaruh
kurva merah infra dari planset dan dosimeter
fading, dipilih untuk menyatakan dosis.
merupakan fungsi exponen A exp(T/b).
Ada dua metode yang diakui untuk Gambar 2 menunjukkan kurva pancar DTL
mengungkapkan model matematik dari kinetika LIF yang telah dihilangkan latar belakangnya
reaksi TL yang menggambarkan tingkat emisi secara komputasi kemudian didekonvolusi
cahaya TL sebagai suatu fungsi waktu atau menjadi empat puncak mandiri, dimana puncak
temperatur, yaitu model persamaan Randall- pertama dinamai puncak 2 dan seterusnya.
Wilkin atau Garlick-Gibson, yang masing-
masing tergantung dari apakah proses
peluruhannya linear (kinetika orde kesatu) atau
bilinear (kinetika orde kedua). Dalam penelitian
ini digunakan model matematik kinetika orde
satu yang mengikuti persamaan :

A7; E, (AT, 5,. 1


=L 1+
71 exp =-M

dengan T-Tmi = ATj , E, adalah energi aktivasi


dari puncak ke-i, Tmi adalah temperatur Temperatur (C)
puncak pancar maksimum, Im, adalah
intensitas pada Tm;, dan k merupakan tetapan
Gambar 2. Kurva pancar DTL LIF setelah
Boltzman. Penyederhanaan persamaan di atas
dengan memasukkan suatu parameter W, didekonvolusi
dengan W; = Ei/kTmi, mengubah Persamaan 1
menjadi : Metode evaluasi dosis berdasarkan
j umiah luas puncak 3, 4 dan 5 paling banyak
digunakan, terutama pada metoda analisis
manual. Adapula yang lebih memilih tinggi
puncak 5, karena puncak 5 memiliki fading
(2) yang paling lambat dibandingkan puncak-
puncak lainnya sehingga lebih stabil. Untuk
dengan XOi adalah posisi puncak i dan X menghitung luas atau tinggi masing-masing
adalah variabel bebas yang dapat saja berupa puncak, metode dekonvolusi adalah metode
temperatur, waktu, atau nomor saluran. Dalam yang paling tepat.
penelitian ini X adalah nomor saluran. Jadi
fungsi P(X) merupakan fungsi non linear yang HASIL DAN PEMBAHASAN
curve fitting nya dapat diselesaikan dengan
metode kuadrat terkecil Marquard-Lavenberg
Penelitian ini dilakukan dengan
untuk fungsi non linear.
menyinari DTL LiF pada dosis 250, 200, 150,
Metode dekonvolusi didasarkan pada
100, 50, 25, 10, dan 5 (j,Gy, menggunakan
komposisi kurva pancar yang merupakan
sumber standard pemancar y Co-60,. Jumlah
tumpang tindih puncak-puncak pancar
chip DTL-LiF yang digunakan masing-masing
ditambah emisi sinar merah infra dari planset
10 buah untuk setiap dosis. Setelah penyinaran
dan latar belakang dosimeter serta noise alat.

PSPKR-BATAN 92
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

dilakukan pembacaan dengan alat baca DTL, dengan bentuk masing-masing kurva pancar
selanjutnya dilakukan analisis kedapat-ulangan, yang posisinya selalu bergeser karena berbagai
rentang linearitas dan dosis DTL LiF minimum sebab. Tetapi untuk dosis rendah, secara
yang bisa diukur. teknis, hal ini sangat sulit dilakukan apalagi
kalau diterapkan untuk keperluan rutin.
Kedapatulangan Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
metode luas puncak 3, 4 dan 5 memiliki
Persen simpangan baku digunakan simpangan baku paling rendah atau
untuk menggambarkan kedapatulangan pem- kedapatulangan paling baik dibandingkan
bacaan DTL-LiF. Persen simpangan baku dari metode lain. Sedang metode perhitungan luas
setiap pengukuran dirata-ratakan dan puncak 5, yang secara teori merupakan puncak
disenaraikan pada Tabel 1. paling stabil ternyata tidak menghasilkan
Pada tabel terlihat bahwa untuk dosis kedapatulangan yang terbaik; hal ini terjadi
5 u-Gy metode dekonvolusi tidak dapat karena metode penghitungan luas puncak 5
digunakan, karena pada dosis ini bentuk kurva memerlukan suatu proses komputasi yang
pancar, secara visual, sudah tidak dapat rumit. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
dibedakan dari bentuk kurva latar belakang, ketidakakuratan dekonvolusi kurva pancar
padahal metode dekonvolusi memerlukan data dengan metode kuadrat terkecil marquard-
masukan posisi dan tinggi dari setiap puncak lavenberg, seperti kurang tepatnya nilai awal
kurva pancar. Dengan metode analisis manual, posisi, tinggi dan parameter W yang
intensitas total masih lebih besar daripada digunakan, dan bentuk kurva pancar yang
intensitas latar belakang, sehingga neto dari sangat bergantung dari resolusi detektor.
pembacaan dosis masih dapat dihitung, tanpa Persentase ketidakakuratan dekonvolusi
mempedulikan bentuk kurva pancar. dinyatakan dengan suatu bilangan FOM, figure
ofmerrit, yang dituliskan sebagai :
Tabel 1. Simpangan baku dari berbegai metode
analisis kurva pancar FOM = I AY, /A. (4)

Persen Simpangan Baku dengan AY; adalah selisih absolut antara


Dosis Analisis Metode dekonvulusi intensitas TL hasil percobaan dengan hasil
manual Luas Luas dekonvolusi pada setiap saluran, dan A integral
(pGy) luas hasil dekonvolusi.
puncak 5 puncak
3,4 & 5
5 34,6 td td
10 57,72 25,90 14,89 Parser FOM

20 48,05 18,67 9,77


50 19,56 13,72 6,80
100 15,05 9,42 7,63
150 7,87 7,50 7,00
200 6,15 5,55 5,40
250 7,05 6,11 6,50
Keterangan : td = tidak dapat dianalisis

Metode analisis manual seperti yang Gambar 3. Hubungan antara persen FOM
telah diuraikan di atas, dilakukan dengan cara dengan dosis
mengintegralkan luas kurva pancar pada batas
awal antara puncak 2 dan puncak 3 dan batas Kurva hubungan antara persen FOM
akhir pada akhir puncak 5. Simpangan baku dengan dosis ditampilkan pada Gambar 3.
dengan metode analisis manual ini dapat Terlihat bahwa makin kecil dosis, makin besar
diperbaiki apabila pemilihan batas awal dan person FOM, yang berarti pada dosis kecil,
batas akhir integralnya diubah-ubah sesuai

PSPKR-BATAN 93
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

terutama pada dosis di bawah 50 uG, proses metode analisis manual adalah 60 uGy, sedang
dekonvolusi kurang akurat. untuk metode analisis puncak 5 didapat MMD
sebesar 20 uGy, dan MMD terbaik didapat
Linearitas pada Dosis Rendah dengan metode junlah luas puncak 3, 4 dan 5
yang mempunyai kemampuan untuk
Untuk menggambarkan linearitas dari mendeteksi dosis sampai sebesar 10 uGy, suatu
ketiga metode analisis, dibuat kurva hubungan perbaikan yang nyata kemampuan mendeteksi
antara dosis dengan intensitas TL seperti yang dosis rendah dengan faktor enam dari pada
ditunjukkan Gambar 4. metode manual.
Data dari analisis manual menunjuk-
kan penyimpangan dari garis linear pada dosis
I Luaspmicak5 crsl puncali 2 3 dan 4
di bawah 60 jxGy sama dengan hasil analisis
M i s i s manual
luas puncak 5, sedang untuk data dari metode
perhitungan luas puncak 3, 4 dan 5 tidak
terjadi suatu penyimpangan dari semua rentang
dosis yang diamati.

Luas puncak S
- Integral puncak 3.4 dan S
1 Analisis manual

100 IK ISO 175 300 225

Dosis (uOy)

Gambar 5. Hubungan antara dosis dengan


simpangan baku relatif untuk penentuan besar
dosis minimum yang bisa diukur (MMD)

100 125 ISO

Oosis(uGy)
KESIMPULAN

Gambar 4. Hubungan antara dosis dengan Dari hasil penelitian ini dapat
intensitas TL dari tiga metode analisis kurva ditunjukkan bahwa metode komputasi
pancar perkiraan latar belakang, dilanjutkan dengan
proses dekonvolusi dan dosis dinyatakan oleh
Dosis Minimum yang Bisa Diukur jumlah luas puncak 3, 4 dan 5 memiliki
Ada beberapa metode penentuan dosis kelebihan dari metode yang lain. Dengan
minimum (MMD) yang bisa diukur, dalam metode ini kedapatulangan hasil pembacaan
makalah ini digunakan suatu ketentuan yang alat baca DTL Harshaw 4000 A dapat di-
menyatakan bahwa MMD {minimum perbaiki dengan faktor enam untuk dosis 20
measurable dose) adalah dosis yang memiliki uGy, dosis minimum yang dapat diukur
simpangan baku relatif 20%. Untuk tujuan ini (MMD) menjadi 10 u.Gy, suatu perbaikan yang
dibuat kurva yang menggambarkan hubungan nyata dibandingkan metode manual yang hanya
antara dosis dengan simpangan baku relatif mampu mengukur dosis minimum hanya
untuk ketiga metode analisis kurva pancar, sebesar 60 u-Gy, selain linearitasnya juga dapat
kemudian dilakukan curve fitting untuk ditingkatkan.
mendapatkan kurva exponensial, sehingga
didapat suatu bentuk kurva seperti yang DAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan oleh Gambar 5.
Dari Gambar 5 apabila diplot dari 1. ANNONIMOUS, TLD System 4000
simpangan baku relatif 20% terhadap ketiga Reader User's Manual, Harshaw/Filtroll
kurva metode analisis akan didapat MMD dari Partner-ship. Crystal and Electronic
masing-masing metodc. Nilai MMD dengan Products, Ohio. 1988

PSPKR-BATAN 94
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dim Lingkungan. 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

2. ANNONIMOUS, Radiological Protecton 3, metode konvensional dan dekonvolusi.


Technical Recommendations for the Use of Mohon penjelasan.
Thermoluminescence for Dosimetry in 2. Bagaimana kalau judulnya diubah menjadi
Individual Monitoring for Photons and "Perbandingan metode konvensional dengan
Electrons from External Sources, Com- metode dekonvolusi untuk evaluasi dosis
mission of the European Communities, rendah. Mohon tanggapan.
1975.
3. KURNIA, E., Pengembangan Program Mutiah :
Komputer untuk Dekonvolusi Kurva Pancar 1. Judul yang terlalu transparan biasanya
TLD, PPTN BATAN, belum kurang menarik karena pendengar tidak lagi
dipublikasikan. penasaran untuk menyimak maksud dari
4. PLA, C , E. B .PODGORSAK, A judul penelitian yang ditampilkan.
Computerized TLD System, Medical 2. Judul yang diusulkan tidak kami terima
Physics 10 (4), Juli (August 1983) karena judul usulan adalah merupakan
5. MOSCOVITCH, M , Y.S., HOROWITZ, metode penelitiannya sedangkan maksud
LiF Thermoluminescence Dosimetry via utama penelitian ini adalah aplikasi metode
Computerized First Order Kinetics Glow tersebut untuk keperluan analisis dosis
Curve Analysis, Rad. Prot.Dos., Vol. 6, rendah.
No. 1-4, pp. 157-158, 1986.
6. MOSCOVITCH, M., Y.S., HOROWITZ, Sarwo DD.- PPkTN:
Automatic Method for Evaluating Elapsed Dalam perhitungan dengan metode de-
Time Between Irradiation and Readout in konvolusi, latar belakang diperkirakan secara
LiF-TLD, Rad. Prot. Dos., vol.17, pp 165- komputasi. Bagaimana/metode apa yang
169, 1986. digunakan untuk memperkirakan nilai latar
7. BORCHI, E., et.al., Deconvolution of tersebut ?. Mengapa tidak memasukkan data
BaSO4:Eu TL Glow Curve, IEEE Tran- pengukuran latar sebagai input pada
komputasi.
saction on Nuclear Science, vol.38, no. 2,
April 1991.
Mutiah :
8. BRAZIC, G., etal., The Influence of TL
Metode dekonvolusi didasarkan pada
Glow Curve Evaluation Algorithms on the
komposisi kurva pancar yang merupakan
Reproducibility of Dosemeter Readings,
tumpang tindih dari puncak-puncak pancar
Rad. Prot. Dos., vol.17, pp 343-346 (1986)
ditambah emisi sinar infra merah dari planet
9. MOSCOVITCH, M., Y.S., HOROWITZ,
dan latar belakang dosimeter serta noise alat.
Microdosimetric Track Interaction Model
Komposisi kurva pancar secara sederhana
Applied to Alpha Particle Induced Supra-
digambarkan dengan persamaan matematik
linearity and Linearity in LiF:Mg,Ti, Rad.
y(x)= I Pi (x) + C + A exp (x/B) dimana C
Prot. Dos., Vol.17 pp. 487-491 (1986).
adalah latar belakang, sedangkan kurva merah
10.Press,H.W., et.al., Numerical Recipes in C, infra dari planet dan dosimeter merupakan
Cambridge University Press, Cambridge, fungsi eksponensial A exp(T/b). Jadi jelas data
1990. latar belakang merupakan salah satu input
ll.MOHAN,N.S., R.CHEN, Numerical Curve dalam pemrograman.
Fitting for Calculating Glow Parameters,
J.Phys.D: Appl.Phys., Vol.3, 1970. Budi Santoso - PPkTN:
Perangkat lunak apa yang digunakan untuk
metode dekonvolusi ini ?
DISKUSI
Mutiah :
Sri Wahyuni - PPkTN: Dalam pembuatan perangkat lunak ini
1. Tidak ada kesesuaian antara judul dengan digunakan pemrograman dengan bahasa C+
abstrak yang membandingkan antara

PSPKR-BATAN 95
Presiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Nur Rohmah - PSPKR : berapa ?. Karena metode dekonvolusi


1. Apakah alasan Saudari menggunakan hanyalah alat bantu saja dan bukan
jumlah luas puncak 3, 4 dan 5 sebagai kemampuan mendeteksinya.
informasi dosis pada metode dekonvolusi 3. Sejauh mana ketelitiannya (statistiknya) ?.
luas puncak untuk evaluasi dosis rendah ?
2. Apakah bentuk bahan fosfor LiF: Mg,Ti Mutiah :
dan apakah meode ini metode ini dapat 1. Dosis latar belakang + 2 (J.Gy (tergantung
digunakan untuk bahan fosfor Iain ? Iokasi).Metode ini terutama ditujukan untuk
memperbaiki ketelitian pembacaan terutama
Mutiah : untuk latar belakang misalnya dosis 50 -
1. Puncak 3,4 dan 5 adalah puncak yang 250 |xGy yang dengan metode manual
stabil, digunakan jumlah luas puncak 3, 4 ketelitiannya kurang baik.
dan 5 karena untuk bisa dibandingkan 2. TLD LiF secara fisik tidak memiliki nilai
dengan metode manual yang juga absolut MMD (dosis terendah yang dapat
menggunakan integral dari luas puncak 3, 4 terukur). MMD ditentukan sacara statistik
dan 5. jadi MMD tergantung dan alat bantu seperti
2. Metode dekonvolusi dapat diterapkan untuk alat baca TLD termasuk metode
semua bentuk kurva pancar TL. analisisnya.
3. Ketelitian metode dekonvolusi dapat dilihat
Sri Widayati - PTPLR : pada kesimpulan dan lebih jelas pada bab
1. Apakah metode dekonvolusi hasil penelitian pembahasan mengenai kedapat ulangan,
ini telah diterapkan dalam evaluasi dosis linearitas dan dosis minimum yang dapat
rutin ? diukur.
2. Sejauh mana efek penggunaan metode
dekonvolusi dalam evaluasi dosis rendah Eh Hiswara - PSPKR :
dibandingkan dengan evaluasi dosis tanpa 1. Bagaimana mengaplikasikan metode de-
menerapkan metode tsb. ? konvolusi untuk kegiatan rutin pemantauan
perorangan, terutama jika yang dilayani
Mutiah : cukup banyak sehrngga TLD reader yang
1. Belum diterapkan dan akan dicoba digunakan adalah yang otomatis ?.
diterapkan di PPTN secara rutin. 2. Abstrak memiliki kerancuan. Sebelumnya
2. Efeknya adalah meningkatkan ketelitian disebutkan metode dekonvolusi memasuk-
pembacaan (memperkecil simpangan baku). kan puncak secara otomatis dan dosis
dipresentasikan oleh luas puncak 5,
Susetyo Trijoko - PSPKR : sedangkan pada hasil penelitian disebutkan
1. Sumber radiasi apakah yang digunakan metode dekonvolusi menggunakan jumlah
dalam penelitian ini ?. luas puncak 3, 4 dan 5. Mana yang benar ?.
2. Apakah metode ini pernah diuji coba untuk
evalausi dosis lingkungan ?. Mutiah :
1. Secara teknis metode dekonvolusi dapat
Mutiah : diterapkan untuk keperluan rutin dengan
1. Digunakan sumber Co-60. syarat alat baca TLD dilengkapi antarmuka
2. Belum karena dosis lingkungan mengguna- untuk komunikasi dengan komputer
kan DTL-CaSO4:Dy yang kurva pancarnya personal, sehingga data kurva pancar dapat
hanya satu, tidak perlu dekonvolusi. dianalisis secara komputasi.
2. Pada abstrak dijelaskan pada metode
Nasukha - PSPKR : dekonvolusi, dosis dinyatakan oleh luas
1. Mohon dijelaskan berapa besar dosis latar puncak 5 dan juga jumlah luas puncak 3, 4
belakang ?. Apabila dosis latar belakang di dan 5. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
atas 10 u.Gy apakah metode ini diperlukan ? luas yang paling baik daripada luas puncak
2. Secara fisik TLD LiF:Mg,Ti memiliki 5 saja ataupun dari metode manual.
kemampuan mcndeteksi dosis terendah

PSPKR-BATAN 96
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996 ID0000068
ISSN : 0854-4085

EVALUASI MEDAN RADIASI GAMMA DENGAN


! METODE MATRIK RESPON
0
Yus R. Akhmad dan Pudjijanto M S.
Pusat Reaktor Serba Guna - Batan

ABSTRAK.
EVALUASI MEDAN RADIASI GAMMA DENGAN METODE MATRIK RESPON Penerapan
metode matrik respon untuk mengevaluasi medan radiasi gamma di fasilitas nuklir dan di sekitamya dari hasil
pengukuran dengan spektrometer gamma Nal(Tl) dijelaskan secara garis besar. Disajikan contoh hasil evaluasi
peningkatan paparan radiasi gamma di sekitar Pusat Produksi Radioisotop (PPR) dan di dalam gedung RSG-GAS
serta peaentuan konsentrasi dari 238U, 232Th, daii 40K di lingkungan. Dengan metode ini peningkatan paparan
gamma serendah 0.54 nR/jam di lingkungan dikarenakan kegiatan PPR dapat dideteksi dengan baik.

ABSTRACT
EVALUATION OF GAMMA RADIATION FD2LD BY RESPONSE MATRIX METHOD.
Application of response matrix method for evaluating gamma radiation field in the vicinity of nuclear facilities
measured with a Nal(Tl) gamma spectrometer is briefly described. Some evaluation results on the elevated
exposure in the vicinity of the Radioisotope Production Center and in the RSG-GAS building, as well as
concentrations determination of 238U, 232Th, and 40K in the environment are presented. The elevated exposure due
to the activity of the Radiation Production Center as low as 0.54 uR/hour could be detected properly by using the
response matrix method.

PENDAHULUAN dikembangkan dan melengkapi peralatan survai


atau stasion pemantau radiasi lingkungan.
Penerapan metode matrik respon untuk Multichannel analyzer (MCA) dan komputer
menganalisis radiasi gamma lingkungan dari pribadi berukuran kecil yang portable sudah
hasil pengukuran dengan spektrometer gamma tersedia secara komersil.
yang menggunakan detektor sintilasi Nal(Tl) Dalam makalah ini akan disampaikan
telah lama diusulkan (1,2,3). Dengan metode hasil-hasil evaluasi medan radiasi gamma di
ini, distribusi tinggi pulsa terhadap salur dari gedung operasi PRSG, yang terletak di sebelah
luaran spektrometer gamma dapat gedung Pusat Produksi Isotop (PPR), dan di
ditransformasi untuk mendapatkan distribusi dalam gedung Reaktor Serba Guna G.A.
fluks (spektrum energi) dari foton-gamma yang Siwabessy (RSG-GAS) berikut penjelasan
masuk ke detektor. Dari data spektrum foton- mengenai prinsip dari metode matrik respon
gamma ini memungkinkan dihitung atau dan program komputernya secara garis besar.
dikonversi ke dalam besaran dosimetri lain Melalui komunikasi ini diharapkan metode ini
seperti paparan, laju dosis serap di dalam suatu dapat dikembangkan lebih lanjut dan dapat
media dan Iain-lain, atau dengan suatu model dirintis pembuatan survey meter atau stasion
perhitungan digunakan untuk memperkirakan pemantau radiasi gamma untuk menganalisis
konsentrasi bahan radioaktif alam yang medan radiasi gamma di lingkungan maupun di
terkandung di dalam media di sekitar dalam fasilitas nuklir dengan keandalan dan
pengukuran itu berlangsung. sensitivitas yang tinggi.
Dalam perkembangannya, walaupun
teknik ini andal untuk mengkarakterisasi medan TEORI
radiasi gamma lingkungan, tetapi tidak umum
untuk penggunaan survai di lingkungan Pembuatan matrik respon
dikarenakan pada masa lalu memerlukan Luaran dari sistem spektrometer
peralatan yang tidak sederhana untuk gamma merupakan distribusi tinggi pulsa yang
pengambilan data di lapangan. Pada saat ini, diseleksi menurut amplitudonya dan diurut
dengan pesatnya perkembangan teknologi menggunakan MCA. Hubungan antara
komputer dan elektronika, maka sudah distribusi tinggi pulsa dengan spektrum foton-
memungkinkan untuk menyederhanakan gamma adalah rumit yang secara matematis
peralatan sehingga teknik ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

PSPKR-BATAN 97
Prosiding Presentasi Iltniah KeselamaUui Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Unfolding
P(V) = \R(V,E) (E) dE (1)
Transformasi distribusi tinggi pulsa
menjadi distribusi fluks (spektrum energi) dari
dengan P(V) = distribusi tinggi pulsa yang foton-gamma yang masuk ke detektor
terukur, <P(E) = fluks foton gamma sebagai dinamakan unfolding. Terdapat berbagai teknik
fungsi energi (spektrum energi), dan R(V,E) = unfolding yang diusulkan; tetapi di sini
respon spektrometer dalam bentuk distribusi digunakan usulan dari Scofield yaitu teknik
tinggi pulsa Fyang dihasilkan karena interaksi iterasi di mana algoritme programnya telah
foton-gamma berenergi E dengan detektor. dipersiapkan oleh Mollenauer. Secara garis
Persamaan (1) secara matrik dinyatakan : besar prosedur iterasinya adalah sebagai
berikut: Sebagai langkah awal, diambil
P=R.(>. (2) distribusi tinggi pulsa terukur P(o> merupakan
pendekatan orde pertama untuk spektrum
energi ^1}. Dengan perkataan lain,
atau,

RU, ,RU (4)

Rj\, ,Rjn
Kemudian andaikan hasil perkalian dari nilai
Pi (3)
pendekatan itu terhadap matrik respon sebagai
Co>.
Pn Rn\, ,Rm , R nn,

Elemen vektor hasil Pt merupakan laju cacah ;='


pada kanal i atau interval energi /; dalam hal (5)
ini E dan V diatur sehingga berada pada skala
energi yang sama. Elemen vektor kanal &>, Selanjutnya sebagai pendekatan orde kedua:
merupakan fluks foton gamma per satuan
energi dalam interval energi atau kanal j . (1)
p(0)
(1) (6)
Elemen skalar matrik /?;V merupakan laju cacah c
pada kanal i per satuan fluks dari kanal / R di
sini dinamakan matrik respon. Dari persamaan Secara umum:
(3) di atas <Pi,..., cP; <P adalah besaran yang
akan ditentukan.
C (m-l) = R-&
Matrik respon dari spektrometer
gamma Nal(Tl) yang digunakan dalam analisis
di sini dibuat dengan program komputer Monte atau
Carlo yang dikembangkan oleh Minato(4).
Program ini bernama SPHECYL dirancang ^ R (7)
untuk membuat matrik respon detektor NaI(Tl)
yang berbentuk bola atau silinder. Dengan
Sebagai pendekatan orde ke m,
memasukkan data karakteristik detektor yaitu
resolusi energi dalam % pada energi sumber
Cs-137, slope dari kurva resolusi terhadap (8)
energi AE/AR, dan ukuran kristal Nal(Tl): jari- C ("-)
jari (r untuk tipe bola) dan tinggi (r dan h untuk
tipe silinder), maka dapat dibuat matrik Prosedur ini diulang sampai deret dari vektor
responnya. Matrik respon 22 x 22 untuk coba-coba <&m) mencapai derajat konvergensi
detektor Nal(Tl) berbentuk silinder dengan yang memadai. Dengan beberapa puluh kali
ukuran r = 3.8 cm dan h = 7.6 cm ditampilkan pengulangan biasanya derajat konvergensi
Tabel 1. yang memadai sudah tercapai.

PSPKR-BATAN 98
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Pemanfaatan data fluks (spektrum energi)


DA - kKSK, (10)
Apabila data fluks foton-gamma di
lokasi pengukuran telah ditentxikan, maka
dengan D A = paparan foton-gamma alam
besaran ini dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan di antaranya menentukan paparan (nR/jam); Sv, STh, dan SK = masing masing
foton-gamnia dan konsentrasi unsur radioaktif konsentrasi uranium (ppm), torium (ppm), dan
alam. potasium (%); dan kUt kTh, dan kK = faktor
Paparan atau laju dosis serap di udara konversi dosis untuk uranium (0,62 uR/jam-
ditentukan dengan rumus: ppm), torium (0,31 nR/jam-ppm), dan
potasium (1,49 nR/jam-%).
Dalam praktek pemantauan radiasi di
fasilitas nuklir dan sekitarnya, perhatian kita
biasanya tertuju pada penentuan sumbangan
paparan dari operasi fasilitas nuklir. Dengan
atau, mengevaluasi perolehan dari persamaan (9) dan
(10) sumbangan paparan fasilitas dapat
1.73 ditentukan karena yang pertama merupakan
paparan total sedangkan yang terakhir adalah
W paparan alam. Keuntungan dari teknik ini
adalah bahwa paparan alam (latar) yang
dengan D T = paparan foton gamma (R/jam),
berfluktuasi terhadap waktu setiap saat dapat
Et = energi foton pada kelompok (kanal) energi dimonitor sehingga adanya peningkatan
u
i, U = koefisien absorpsi energi untuk udara paparan gamma dari fasilitas dapat
f"cn diperkirakan lebih teliti. Hubungannya secara
pada kelompok energi foton i (cm2.g"'), <P(Ej) matematis adalah sebagai berikut:
= fluks foton gamma untuk kelompok energi i
(foton. cm"2. MeV"1 def'^AE, = rentang
kelompok energi i (MeV), W = nilai W untuk DF = D T - r D A (11)
udara (33.73 x lO"6 MeV).
Untuk menentukan konsentrasi unsur
dengan D F = paparan dari sumbangan fasilitas
radioaktif alam, Minato(3) telah
nuklir, dan r adalah nilai banding atau rasio
mengembangkan model perhitungan fluks
dari DT terhadap DA pada saat fasilitas tidak
foton-gamma di perbatasan tanah-udara semi
beroperasi ( r = DT/ DA). Perlu dicatat bahwa
tak berhingga yang berasal dari 1 ppm thorium,
karena penentuan paparan radiasi alam
1 ppm uranium, dan 1% potasium yang
ditentukan dari puncak-puncak ^K (1,465
terkandung di dalam tanah secara merata.
MeV), 214Bi(l,765 MeV), dan 208Tl (2,615
Dengan memanfaatkan hasil perhitungan ini
MeV), maka perolehan dari rumus (11)
data fluks yang diperoleh dari unfolding
menjadi tidak memadai apabila energi gamma
distribusi tinggi pulsa dikorelasikan dengan
yang dipancarkan dari fasilitas lebih besar atau
fluks foton-gamma dari perhitungan sehingga
mendekati energi ^K sehingga mengganggu
melalui cara matematis dapat ditentukan
atau menyumbangkan pulsa terhadap puncak-
konsentrasi unsur torium, uranium dan
puncak tersebut. Dalam kasus demikian
potasium. Selanjutnya perolehan data
diperlukan evaluasi statistik yang lebih tajam
konsentrasi ini dapat dimanfaatkan juga untuk
terhadap data paparan total pra-operasi dan
menentukan tingkat paparan dari sumbangan
data pendukung mengenai parameter
unsur radiaoaktif alam saja dengan mengadopsi
lingkungan. waktu penyimpanan data ke dalam
faktor konversi konsentrasi ke paparan yang
disket dari sistem MCA adalah 2 jam secara
telah diusulkan oleh Beck5). Rumusan untuk
otomatis. Dengan perkataan lain waktu
perhitungan paparan alam ini adalah sebagai
pencacahan untuk tiap data adalah 2 jam.
berikut:
Untuk pengukuran di balai operasi RSG-GAS,
dilakukan masing-masing satu kali pada saat

PSPKR-BATAN 99
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

reaktor padam dan pada saat daya operasi 25 dinding bangunan ke atmosfir sehingga sumber
MW dengan waktu pencacahan satu jam. mendekati detektor akan menyebabkan cacah
Sebelum data output distribusi tinggi dari puncak 214Bi (turunan dari radon) dan 20STl
pulsa dari MCA diolah dengan metode matrik (turunan dari toron) berfluktuasi tergantung
respon, kalibrasi energi-kanal dilakukan dengan pada kondisi atmosfir. Hal ini dikarenakan
mengacu pada puncak ^K (1465 keV) dan penyebaran dari anak-anak radon dan toron di
puncak 20S Tl(2615keV). udara ditentukan oleh katagori stabilitas
atmosfir. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
perubahan bermakna adalah apabila hujan
HASIL DAN PEMBAHASAN
turun. Pada saat hujan anak-anak radon dan
toron akan terbawa oleh air hujan (washout)
Salah satu contoh data distribusi tinggi
dari atmosfir ke permukaan tanah sehingga
pulsa terhadap kanal dari hasil pengukuran di
sumber ini mendekati detektor. Selama
gedung No. 31 ditunjukkan pada Gambar 1.
eksperimen ini berlangsung hujan tidak terjadi.
Tampak dengan jelas puncak-puncak ^K, 2I4Bi,
Oleh karena itu fluktuasi konsentrasi uranium
dan 208Tl yang masing-masing mewakili atau
dan torium pada Gambar 2 terutama
menunjukkan adanya unsur-unsur radioaktif
disebabkan perubahan kondisi atmosfir.
alam potasium, uranium, dan torium. Pada saat
Berbeda dengan radon dan toron, potasium
pengukuran berlangsung untuk memperoleh
terikat kuat di dalam matrik lingkungan.
data di atas telah diyakinkan bahwa PPR tidak
Perubahan bermakna hanya bisa terjadi apabila
melakukan kegiatan produksi isotop yang
kondisi tanah atau gedung mengalami
melepaskan limbah gas ke cerobong sehingga
perubahan nyata seperti hujan deras dan sistem
distribusi tinggi pulsa tersebut merupakan
penyaluran air terhambat sehingga
sumbangan dari radiasi gamma latar. Contoh
menimbulkan efek perisai. Dengan demikian
hasil pengolahan data distribusi tinggi pulsa
fluktuasi konsentrasi potasium pada Gambar 2
dengan program komputer ditunjukkan pada
relatif kecil dan ini terutama disebabkan oleh
Tabel 2. Sebagai catatan, notasi D, F, T, A,
sifat statistik dari pencacahan.
dan r di dalam tabel masing-masing
mempunyai arti paparan radiasi , fluks, total, Dengan mencermati setiap perubahan
alam, dan rasio. sumbangan dari radiasi alam tersebut di atas,
Dalam sen pengukuran ini diperoleh maka adanya sumbangan paparan dari fasilitas
32 data pengukuran yang berlangsung dari dapat ditentukan lebih teliti. Seperti tampak
tanggal. 12 Juni '95 (pukul: 16:18) sampai pada Gambar 2, terdapat tiga buah data laju
tanggal 15 Juni '95 (pukul: 08:22). Nilai rata- paparan yang nilainya di atas rata-rata yaitu
rata dan deviasi standar (a_i) dari seri No. 23, 24, dan 32 tetapi peningkatannya tidak
pengukuran tersebut untuk konsentrasi konsisten dengan peningkatan dari konsentrasi
potasium, uranium, torium, dan paparan total uranium, torium, dan potasium. Berdasarkan
masing-masing adalah K= 0,573 0.008 (%), data tersebut, dapat diyakinkan bahwa terdapat
U= 1.310 0.048 (ppm), Th= 2,862 0,059 sumbangan paparan dari PPR yang
(ppm), dan DT= 3,314 0,104 u.R/jam. menyebabkan peningkatan paparan total.
Berdasarkan nilai deviasi standar, yang Sebagai contoh perhitungan untuk menentukan
mencerminkan fluktuasi terhadap waktu dari besarnya sumbangan dari PPR tersebut akan
masing-masing besaran terukur, diurut dari ditunjukkan penggunaan rumus (11). Dalam
yang paling besar adalah konsentrasi uranium perhitungan ini diperlukan data rD yang
(3,7%), paparan total (3,1%), konsentrasi ditentukan dari perolehan data pada periode
torium (2,1%), dan konsentrasi potasium PPR tidak beroperasi. Nilai rata-rata rD untuk
(1,4%). Simpangan terhadap nilai rata-rata sepuluh kali pengamatan (10 data pertama)
untuk tiap data tersebut ditunjukkan pada adalah 1,27 0,02. Untuk kondisi ideal nilai
Gambar 2. rasio ini adalah mendekati angka satu karena
Penjelasan mengenai adanya fluktuasi pada saat fasilitas nuklir tidak beroperasi,
terhadap waktu adalah sebagai berikut: paparan total harus sama dengan paparan
Pelepasan gas mulia radon (turunau uranium) alam. Tetapi karena geometri detektor -sumber
dan toron (turunan torium) dari tanah atau pada kondisi pengukuran sesungguhnya

PSPKR-BATAN 100
Prosiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agiistus 1996
ISSN : 0854-4085

biasanya rumit, kondisi ideal adalah tanah- pencipta matrik respon sehingga dapat
udara semi tak hingga, maka nilai satu untuk memperhitungkan proses bremstrahlung yang
rD jarang ditemui. Walaupun begitu, sebagai penting dalam interaksi foton gamma berenergi
pegangan nilai rD harus mendekati konstan tinggi dengan detektor. Program komputer
untuk lokasi yang sama apabila fasilitas nuklir pencipta matrik respon yang telah selesai
tidak beroperasi. disusun belum memperhitungkan proses
Dari hasil perhitungan, sumbangan tersebut. Walaupun demikian pengabaian
paparan PPR terbesar untuk periode proses tersebut tidak begitu penting untuk
pengamatan yang dibahas di sini adalah: kasus foton gamma di bawah 3 MeV.
Minato3-1 telah melakukan analisis
DT = DT-rD DA mengenai kesalahan {error) dari metode matrik
= 3.726-1.27x2.510 = 0,538 nR/jam. respon ini dalam penerapan untuk penentuan
paparan radiasi gamma tingkat rendali sekitar
Perlu dicatat bahwa angka peningkatan ini 10 u.R/jam. Diperoleh kesimpulan bahwa
adalah untuk waktu pengukuran selama 2 jam. kesalahannya lebih kecil dari 10%. Untuk
Dengan perkataan lain nilai peningkatannya keperluan pemantauan paparan gamma tingkat
merupakan nilai rata-rata untuk periode 2 jam. rendah di lapangan kesalahan sebesar itu sudah
Contoh selanjutnya yang akan cukup memadai. Walaupun begitu, perlu
disajikan adalah hasil pengukuran di balai dirintis suatu studi perbandingan dari berbagai
operasi di dalam gedung RSG-GAS. teknik pengukuran paparan tingkat rendah yang
Berdasarkan data distribusi tinggi pulsa ketika telah dikuasai Batan dan dilanjutkan dengan
reaktor beroperasi pada daya 25 MW, pengujian/pertukaran pengalaman dengan
diketahui bahwa foton-gamma yang dominan lembaga penelitian lain di luar negeri. Hal ini
adalah dari 41Ar dan teramati pula sumbangan diperlukan untuk meningkatkan penguasaan
bermakna dari I6N. Isotop tersebut masing- teknik pemantauan paparan tingkat rendah
masing memancarkan foton-gamma berenergi pada khususnya, dan mutu kelembagaan Batan
sekitar 1,3 MeV dan 6 MeV. Oleh karena itu, pada umumnya.
rumus (11) tidak dapat digunakan dalam
penentuan ini. Selain itu matrik respon yang KESIMPULAN
digunakan di sini masih terbatas untuk
perhitungan energi foton-gamma di bawah 3 Penerapan metode matrik respon untuk
MeV. Dengan keterbatasan tersebut, menganalisis medan radiasi gamma dari hasil
perhitungan dibatasi tanpa memperhatikan pengukuran dengan spektrometer gamma
sumbangan paparan dari 16N. Kemudian untuk Nal(Tl) telah dibahas secara garis besar.
menentukan peningkatan paparan dari operasi Peningkatan paparan gamma serendah 0.54
reaktor digunakan rumus (9) dengan cara uR/jam dari pelepasan udara buang melalui
mengurangkan luaran untuk kondisi reaktor cerobong PPR yang diukur pada jarak sekitar
beroperasi terhadap luaran untuk kondisi 50 m dapat diukur dengan baik. Pengembangan
reaktor padam. Dari sini diperoleh bahwa dari program komputer yang telah selesai
peningkatan paparan di balai operasi di sekitar disusun di sini masih diperlukan untuk
kolam reaktor adalah : meningkatkan fleksibilitasnya terutama untuk
pemantauan paparan foton gamma yang
DF = DT( operasi 25 MW) - DT (padam) berenergi lebih besar dari 3 MeV.
= 46. 12 - 8.79 = 37,33 uR/jam.

Seperti telah disinggung di atas, nilai paparan


ini tidak termasuk sumbangan dari 16 N
melainkan sumbangan utamanya adalah dari
41
Ar. Pengembangan program komputer untuk
dapat meliput energi foton-gamma sampai
dengan 10 MeV sedang dilakukan. Untuk itu
diperlukan penyempurnaan dari program

PSPKR-BATAN 101
Cd Tabel 1 : Matriks respons 22 x 22 dari sebuah detektor sintilasi Nal(Tl) 3' 0 x 3 't untuk medan radiasi Y isotropik sampai dengan 3,2MeV
>
E\V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 66.78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1.88 60.05 0.01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 4.69 1.1 49.87 0.07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 4.73 4.82 0.59 40.66 0.15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 4.66 4.41 4.44 0.55 33.66 0.29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


6 4.2 4.11 4.27 3.86 0.54 28.41 0.37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 3.61 3.53 3.6 4.07 3.38 0.66 24.56 0.43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 3.15 3.24 3.17 3.4 3.77 2.87 0.67 21.65 0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 2.8 2.68 2.71 2.83 3.1 3.91 2.5 0.77 19.34 0.61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 2.37 2.25 2.45 2.44 2.58 3.02 3.47 2.41 0.84 17.35 0.69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 2.18 2.07 1.98 2.12 2.26 2.4 2.86 3.48 2.23 0.85 16.18 0.78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1.85 1.83 1.87 1.91 2.03 2.16 2.3 2.69 3.41 1.91 0.88 14.53 0.77 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1.55 1.52 1.56 1.63 1.66 1.68 1.9 2.22 2.5 3.02 2.29 0.44 14.81 0.19 0 0 0 0 0 0 0 0

14 1.38 1.39 1.48 1.38 1.41 1.5 1.54 1.64 1.97 2.25 2.59 2.93 1.02 13.3 0.17 0 0 0 0 0 0 0

15 1.13 1.24 1.17 1.18 1.19 1.55 1.26 1.52 1.51 1.71 2.12 2.24 3.81 1.13 12.26 0.23 0 0 0 0 0 0

16 1.03 0.97 1.01 1 1.04 1.06 1.29 1.33 1.22 1.44 1.54 1.79 3.17 3.74 1.03 11.51 0.24 0 0 0 0 0
17 0.84 0.86 0.84 0.88 0.9 0.9 0.94 0.93 1.25 1.38 1.19 1.27 1.96 3.21 3.43 1.96 11.04 0.01 0 0 0 0

18 0.7 0.74 0.69 0.7 0.71 0.74 0.76 0.77 0.78 0.8 0.9 1.52 1.67 1.76 2.46 3.17 3.71 10.26 0.05 0 0 0

19 0.59 0.64 0.58 0.66 0.6 0.62 0.61 0.64 0.65 0.7 0.73 0.74 1.48 2.01 1.7 1.93 5.54 2.47 9.34 0.1 0 0

20 0.57 0.54 0.57 0.56 0.57 0.58 0.52 0.53 0.54 0.6 0.62 0.56 0.92 1.08 2.29 1.59 3.54 4.5 2.15 8.99 0 08 0

21 0.44 0.5 0.42 0.44 0.44 0.44 0.48 0.46 0.44 0.51 0.52 0.48 0.69 0.8 0.98 1.64 3.37 2.48 4.52 2.85 8 .54 0.01

22 0.41 0.35 0.39 0.43 0.4 0.38 0.42 0.4 0.42 0.42 0.4 0.48 0.61 0.69 0.72 0.74 2.62 2.53 2.3 4.75 3 46 7.85
I Bi-214 (dariU-238) Tl-208(dariTh-232)

- / -

1 I

- -4 -
I I

Gambar 1 : Distribusi tinggi pulsa dari radiasi y terestrial yang diperoleh di sekitar gedung PPR <-> PRSG BATAN kavvasan PPTA
Puspiptek Serpong pada tanggal 16 Juni 1995 dengan menggunakan detektor sintilasi Nal(Tl) ukuran 3"0 x 3"t.
Presiding Presentasi Ilmiab Keselainatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2. Data luaran program "SONG"


File Masukan : PPR001.INP ; Waktu Cacah 2 Jam ; Simpan Data PK 18:18

NO. RENTAMG ENERGI (MeV) P.H.D. E.D. PAPARAN FLUKS*

1 0.050 ;>-> 0.150 1.2801E+01 8.2621E-02 1.2821E-02 8.2621E-01


2 0.150 ;>-> 0.250 4.4625E+01 6.6583E-01 2.3668E-01 6.6583E+00
3 0.250 ;>-> 0.350 2.1921E+01 3.7042E-01 2.1224E-01 3.7042E+00
4 0.350 ;>-> 0.450 1.0950E+01 2.0291E-01 1.5879E-01 2.0291E+00
5 0.450 :>-> 0.550 7.6500E+00 1.6603E-01 1.6351E-01 1.6603E+00
6 0.550 ;>-> 0.650 6.7638E+00 1.7460E-01 2.0565E-01 1.7460E+00
7 0.650 :>-> 0.750 3.9005E+00 9.6786E-02 1.3165E-01 9.6786E-01
8 0.750 :>-> 0.850 3.1229E+00 8.3810E-02 1.2850E-01 8.3810E-01
9 0.850 :>-> 0.950 3.0521E+00 9.7290E-02 1.6549E-01 9.7290E-01
10 0.950 ;>-> 1.050 2.3380E+00 7.1194E-02 1.3220E-01 7.1194E-01
11 1.050 ;>-> 1.150 2.0356E+00 6.1602E-02 1.2358E-01 6.1602E-01
12 1.150 ;>-> 1.250 1.5506E+00 3.9589E-02 8.5380E-02 3.9589E-01
13 1.250 :>-> 1.390 1.7109E+00 7.0214E-02 1.6288E-01 5.0153E-01
14 1.390 ;>-> 1.540 3.3144E+00 2.1785E-01 5.4606E-01 1.4523E+00
15 1.540 ;>-> 1.690 7.8019E-01 3.2302E-02 8.7529E-02 2.1535E-01
16 1.690 ;>-> 1.840 7.2773E-01 4.0704E-02 1.1720E-01 2.7136E-01
17 1.840 :>-> 2.100 6.5832E-01 2.2813E-02 7.1231E-02 8.7741E-02
18 2.100 ;>-> 2.310 5.6775E-01 2.4884E-02 8.4419E-02 1.1849E-01
19 2.310 ;>-> 2.510 2.8346E-01 1.5335E-02 5.5634E-02 7.6673E-02
20 2.510 ;>-> 2.720 5.4555E-01 5.9834E-02 2.2932E-01 2.8492E-01
21 2.720 :>-> 3.000 2.3776E-02 2.2102E-03 9.0128E-03 7.8935E-03
22 3.000 :>-> 3.200 0.OO00E+0O O.0O00E+00 0.0000E+00 0.0000E+00

(g/cm2/MeV/det)

Konsentrasi :

Potasium (*K) = 5.6936970E-01 ( % )

Uranium (238U) = 1.2906820E+00 (ppm)

Torium (232Th) = 2.9291760E+00 (ppm)

DT (Laju Paparan total) = 3.1197840E+00 (jxR/jam)

FT (Fluks Gama Total) = 2.5988340E+00 (g/cm7det)

DA (Laju Paparan Alam) = 2.5566280E+00 (u.R/jam)

FA (Fluks Gama Alam) = 3.217015 0E+00 (g/cm7det)

rD = (DT/DA) = 1.2202730E+00

rF = (FT/FA) = 8.0784000E-01

PSPKR-BATAN 104
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

15

10
Q- DK(%)
-O DU(%)
-6 DTh(%)

1 - - DLPar(X

bi)
I I I I I [ 1 1 1 I [ I I 1 I I 1 I I I I I I I I 1 1 I I I I I
-10
Cfl
Seri pengamatan tiap 2jam

Gambar 2. Fluktuasi konsentrasi unsur radioaktif alam dan laju paparan


di gedung operasi nomor 31 (RSG-GAS)

DISKUSI
Yus Rusdian A. :
1. Secara prinsip bisa diterapkan untuk
Suparmiati - RS Telogorejo : detektor HPGe dengan cara membuat
1. Apakah metode matriks respon ini bisa matrik respon untuk detektor HPGe.
diterapkan di ruang/gedung selain di PPR 2. Pemilihan detektor Nal(Tl) dikarenakan
misalnya di ruang radiasi Co-60 ?. ingin memenfaatkan kelebihannya yaitu
2. Apakah evaluasi / hasil pengukuran radiasi praktis dan efisiensinya tinggi dibandingkan
dengan metode ini dilakukan saat produksi detektor HPGe. Walaupun resolusinya
berlangsung ?. rendah jika yang menjadi perhatian adalah
penentuan laju dosis gamma, maka
Yus Rusdian A. : kelemahan ini tidak menjadikan masalah.
1. Bisa diterapkan dimana saja dengan catatan
matrik respon detektor yang dibuat Sarwo DD. - PPkTN:
mencakup untuk energi gamma yang Peningkatan paparan radiasi di lingkungan
diperhatikan. Jika kasusnya sudah jelas biasanya dilakukan dengan detektor, di-
bahwa sumber radiasi yang ditangani Co-60 bandingkan dengan keadaan latar (sebelum
maka cara-cara sederhana dengan aktivitas dilakukan). Apakah metode ini
menggunakan survey meter biasa akan lebih digunakan untuk meningkatkan ketelitian hasil
praktis. pengukuran ?. Apakah maksud "peningkatan
2. Pada saat produks^eroperasi, teknik ini serendah" ?.
bisa langsung digunakan untuk
mengevaluasi medan radiasi gamma, tetapi Yus Rusdian A. :
akan lebih baik jika dilakukan pengukuran Asumsi bahwa dosis alam (latar) tidak berubah
juga sebelum fasilitas beropearsi. terhadap waktu bisa dipakai jika dosis fasilitas
yang diamati cukup besar sehingga efek
M. Yazid-PPNY: fluktuasi dosis alam terhadap waktu bisa
1. Apakah metode ini juga dapat diterapkan diabaikan. Tetapi apabila berurusan dengan
untuk detektor HPGe ?. dosis sangat rendah pendekatan tersebut tidak
2. Mengapa dipilih dctektor NaI(Tl) padahal tepat. Metode yang disajikan disini senantiasa
jenis detektor ini resolusinya rendah ?. memonitor sumbangan latar (meskipun fasilitas

PSPKR-BATAN 105
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854^085

sedang operasi) sehingga dapat meningkatkan foton/elektromagnetik, sehingga dapat di-


ketelitian hasil pengukuran. Kalimat evaluasi dengan teknik ini.
lengkapnya yang dimaksud adalah peningkatan 3. Untuk foton gamma berenergi 3 MeV,
paparan gamma serendah 0,54 u.R/jam di proses penting yang perlu diperhatikan
lingkungan dikarenakan sumbangan PPR dapat adalah hamburan compton, efek fotolistrik
dideteksi dengan baik. dan produksi pasangan. Pembahasan detail
mengenai proses ini banyak tersedia dalam
Nasukha - PSPKR : buku-buku pendahuluan instrumentasi
1. Bagaimana validitas hasil evaluasi apabila nuklir.
ternyata ada energi gamma di atas 3 MeV ?.
2. Apakah metode ini bisa dimanfaatkan untuk Mulyadi Rakhmad - PSPKR :
evaluasi spektrum bremstrahlung ?. Apakah dalam metode matrik respon ini,
3. Mohon dijelaskan proses fisis interaksi mengingat hubungan antara energi gamma
radiasi gamma 3 MeV sehingga didapatkan dengan channel untuk energi rendah sampai
spektrum yang Saudar lakukan. tinggi tidak linier, dapat dipakai untuk seluruh
spektrum energi ?.
Yus Rusdian A. :
1. Apabila respon matrik yang dibuat tidak Yus Rusdian A. :
memperhatikan proses bremstrahlung (di- Persoalan ini merupakan trik/teknik kalibrasi
anggap energi foton yang mengalami proses kanal terhadap energi foton yang datang.
produksi pasangan diserap oleh detektor) Matrik respon yang dibuat harus mencakup
maka hasilnya akan di bawah perkiraan. seluruh spektrum energi yang diperhatikan dan
2. Radiasi yang dibangkitkan dari proses diatur agar energi foton datang E dan tinggi
bremstrahlung termasuk dalam kelompok pulsa V dalam matrik R(V,E) berada pada
skala energi yang sama.

PSPKR-BATAN 106
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085 ID0000069

KINERJA SISTEM DMPS/C DALAM PENENTUAN


DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL AEROSOL
Otto Pribadi Ruslanto
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
KINERJA SISTEM DMPS/C DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL
AEROSOL. Telah dilakukan evaluasi kinerja sistem DMPS/C TSI 3932 dalam penentuan ukuran
partikel aerosol. Evaluasi meliputi validasi fungsi alih dan resolusi instrumen secara eksperimen, serta
uji ketelitian dan ketepatan pengukuran sistem pada penentuan distribusi ukuran aerosol monodispersi
dan polidispersi. Hasil evaluasi terhadap fimgsi alih dan resolusi instrumen menunjukkan kecocokan
antara hasil eksperimen dan hasil penurunan teori. Evaluasi ketelitian pengukuran memberikan
simpangan sebesar 0,74 %, dan evaluasi ketepatan pengukuran memberikan koefisien variasi (KV)
sebesar 0,50 % untuk aerosol monodispersi dan harga KV sebesar 1,63 % untuk aerosol polidispersi.

ABSTRACT
PERFORMANCE OF DMPS/C SYSTEM IN DETERMINING AEROSOL PARTICLE SIZE
DISTRIBUTION. An evaluation of performance of DMPS/C system TSI-3932 in detennining aerosol
particle size has been carried out. The evaluation consist of validity of experimentally transfer function,
instrument resolution, and test of measurement accuracy and precission for monodisperse and
polydisperse aerosol size distribution. Evaluation results of the instrument such as transfer function and
resolution were fit to theoretical results. Evaluation of measurement accuracy gave a deviation of 0.74 %,
and evaluation of measurement precission gave variation coefficient of 0.50 % and 1.63 % for
monosdisperse aerosol and polydisperse aerosol respectively.

PENDAHULUAN pada paru-paru [1,2]. Karena itu distribusi


ukuran partikel aerosol sangat penting untuk
Aerosol kerap tidak disadari diketahui. Salah satu sistem untuk
keberadaannya, padahal aerosol sangat menentukan distribusi ukuran partikel
mempengaruhi kualitas kesehatan ling- aerosol yang dimiliki PSPKR adalah sistem
kungan. Partikel beracun yang terkandung DMPS/C (Differential Mobility Particle
dalam asap bahan kimia, partikel radioaktif Sizerwith CPC).
pada penambangan bahan galian nuklir, dan Untuk mengetahui keandalan suatu
partikel pembawa virus penyakit di perangkat perlu diketahui parameter kinerja
lingkungan rumah sakit, adalah contoh sistem secara operasional dibandingkan
keberadaan aerosol yang perlu diperhatikan. dengan perhitungan harga teorinya. Pada
Keberadaan aerosol ini kerap terabaikan tulisan ini dievaluasi kinerja sistem pengukur
karena terhirupnya aerosol tidak berakibat partikel aerosol DMPS/C model 3932,
akut bagi kesehatan. Namun akumulasi buatan TSI Inc., USA. Evaluasi meliputi
racun, zat radioaktif, dan kuman penyakit validasi fungsi alih dan resolusi instrumen
tersebut sampai batas ambang tertentu dapat secara eksperimen, serta uji ketepatan dan
menimbulkan gangguan kesehatan yang ketelitian pengukuran sistem pada penentuan
serius. distribusi ukuran aerosol monodispersi dan
Di alam ukuran partikel di dalam polidispersi.
aerosol sangat bervariasi, dengan rentang
(range) yang lebar, dari partikel yang sangat TEORI
halus (10~2 um) sampai dengan yang cukup
besar ( 100 urn). Aerosol demikian disebut Secara garis besar, sistem DMPS/C
polidispersi. Ketika terhirup, partikel yang terdiri atas beberapa bagian utama yaitu
cukup besar akan mengendap di saluran pengklasifikasi elektrostatik (PE), pencacah
pernafasan bagian awal, bahkan tertahan di partikel, komputer, dan alat-alat bantu
bulu getar hidung. Tetapi partikel yang seperti impaktor, meter aliran, pompa hisap,
sangat halus dapat mencapai bagian alveoli dan tapis HEPA.

PSPKR-BATAN 107
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

PE berfungsi sebagai peng- dengan V : tegangan kerja pada batang


klasifikasi ukuran partikel aerosol secara pusat [V]; A : tetapan geometris PMD =
elektrostatik. Prinsip dasar dari PE adalah 60,3 cm; qp : laju alir aerosol yang dianalisis
hubungan antara ukuran partikel dan [liter per menit = lpm]; q s : laju alir masukan
mobilitas listriknya di dalam medan listrik, udara yang kering dan bebas partikel [lpm];
sebagai berikut [3] : q m : laju alir keluaran aerosol yang lolos
klasifikasi [lpm]; q e : laju alir udara turah
v (excess air) [lpm].
(1)
E
Fungsi AHh dan Resolusi PMD

dengan, p mobilitas listrik partikel Persamaan (2) dan (3) menunjukkan


Volr^s"*]; v : kecepatan meruji [cm.s" rentang mobilitas partikel yang dapat lolos
rip: Jumlah muatan partikel; e: muatan klasifikasi PMD. Tidak ada partikel dengan
19
elementer = 1,6 x 10" C; T| : viskositas mobilitas di luar rentang mobilitas tersebut
udara [g.cm s ]; c : faktor koreksi gelincir yang dapat lolos klasifikasi. Namun hal itu
l+2,492(X/D p )+0,84(?JD p ) exp[- tidak menunjukkan bahwa partikel di dalam
0,435(Dp/?t)]; A,: lintasan bebas rata-rata rentang tersebut pasti lolos klasifikasi.
partikel [cm]; Dp : diameter partikel [cm]. Knutson dan Whitby [4] mendefinisikan
kebolehjadian bahwa suatu partikel dengan
Dari Persamaan (1) dipersyaratkan
mobilitas Zp yang lolos klasifikasi dengan
bahwa partikel aerosol tersebut hams
fungsi alih (transfer function) dan
bermuatan listrik, oleh karena itu PE terdiri
dilambangkan dengan Q.. Secara aljabar
atas dua bagian yaitu pengkondisi muatan
fungsi alih dapat dinyatakan dalam bentuk :
(charger/neutralizer) Kr-85 yang berfungsi
untuk mengkondisikan muatan listrik partikel
aerosol pada distribusi muatan tertentu yang Q= qm)- qs
diketahui, dan penganalisis mobilitas
diferensial (PMD) yang berfungsi (4)
mengklasifikasi ukuran partikel aerosol
Fungsi alih secara teori berbentuk
berdasarkan mobilitas listrik partikel
segitiga bila qp=qm> atau segitiga ter-
tersebut di dalam medan listrik. Partikel
yang lolos klasifikasi kemudian dicacah pancung bila qp^qm (Gambar la, lb dan
dengan CPC (condensation particle
counter). Secara teori resolusi PMD dapat
dinyatakan dengan hasil bagi sebagai
Penganalis Mobilitas Diferensial berikut:

Dari penelitian terdahulu [3,4,5],


telah diketahui bahwa PMD bertindak Resolusi = (5)
sebagai tapis mobilitas Iolos pita (band pass-
filter). Lebar pita mobilitas (band width)
PMD, AZ p , adalah : Substitusi AZp dan Zp dari persamaan (2)
dan (3) pada persamaan (4) menghasilkan :

(2) q e -q P
2TIVA
Resolusi = (6)
dan nilai tengah (centroid) pita mobilitas dari persamaan (5) tampak bahwa resolusi
tersebut adalah : PMD hanya bergantung pada laju alir.
(3)
4JIVA

PSPKR-BATAN 108
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

TATA KERJA Resolusi Pengukuran


Dengan alasan yang sama, untuk
Bahan dan peralatan
keperluan eksperimen dapat diturunkan
Bahan yang digunakan pada bahwa :
pembangkit aerosol adalah : V .
air suling derajat dua awaion Resolusi = -j (8)
(deionized)
NaCl murni (p.a) Dengan eksperimen, sesuai dengan
Larutan PSL (polystyrene latex), bahan Persamaan (5), diperlihatkan bahwa resolusi
acuan standar, NIST SRM 1691 - 0,3 bergantung pada pengaturan laju alir
masukan dan keluaran PMD.

Peralatan yang digunakan, selain Ketelitian dan Ketepatan Pengukuran


DMPS/C yang dievaluasi, adalah
pembangkit aerosol (atomizer) keluaran Pemeriksaan ketelitian pengukuran
tetap buatan TSI Inc. model 3076. dilakukan menggunakan partikel aerosol
monodispersi dari PSL yang merupakan
bahan acuan standar dengan diameter
Metoda Evaluasi
partikel 0,269 \xm (sertifikasi oleh National
Fungsi Alih Eksperimen Institute of Standard and Technology, USA)
dengan nomor NIST SRM 1691, 0,3 [im
Pada Gambar 1, fungsi alih sebanyak 40 tetes PSL dilarutkan dalam 600
digambarkan dengan absis ZpVA. ml air suling derajat dua awaion, kemudian
Parameter yang terkontrol secara praktek dibangkitkan dengan pembangkit aerosol
adalah V. Dengan mengambil harga ZpA keluaran tetap buatan TSI Inc. model 3076.
tertentu, maka dilakukan variasi harga V Ketepatan pengukuran berkaitan
dalam rentang yang diturunkan dari dengan kedapatulangan (repeatability)
persamaan (2) dan (3) sebagai berikut : pengukuran. Karenanya ketepatan peng-
ukuran diperiksa melalui koefisien variasi
(KV) dari pengukuran berulang [6].
(7)
2TIZPA 2TTZ P A
HASIL DAN BAHASAN

Pengujian kecocokan hasil Pengamatan fungsi alih ekspe-


eksperimen dan teorinya dilakukan rimental dilakukan untuk beberapa
menggunakan distribusi %2 dengan aras kombinasi laju alir, yaitu :
kepercayaan 95 %. Hipotesa statistik yang 1 qp=qm=0,4 lpm; q e =q s =4 1pm
dipergunakan adalah : 2
- qp=qm=0,4 1pm; q e =qs=3 lpm
H o : Harga pengamatan eksperimen 3. q p =q m =0,3 Ipm; q e =q s =4 lpm
cocok dengan harga teori 4. q p =0,4 lpm, q m =0,6 lpm; q e = 4 lpm,
H, : Harga pengamatan tidak cocok q s =4,2 lpm
dengan harga teori. 5. q p =0,6 lpm, q m =0,4 lpm; q e = 4 1pm,
q s =3,8 lpm
Ho diterima bila
Bila konsentrasi relatif diplot
terhadap tegangan batang pusat, diperoleh
i=1 'i grafik fungsi alih yang disajikan pada
dengan Ei : harga eksperimen; Tj : harga Gambar 2. Pada gambar tersebut juga diplot
teori; k : Jumlah data yang diperiksa; k-1 : fungsi alih teori secara tumpang tindih.
derajat kebebasan.

PSPKR-BATAN 109
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

1
'.3
I
0,9
0,8
0,7 Teori
2 0,6
0,5
h 0,4
c 0.3

0,1
1900 2100 2300 2500 2700 2900 3100 3300
Tegangan Batang Pus at [V] ==-

Gambar2.b. Fungsi Alih PMD untuk q = q =0 4 lpm


, i P tn ^
q = q = 3 lpm

Teori

2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000


Tegangan Batang Pusat [V]

Gambar 2.c. Fungsi Alih PMD untuk q = q =0,3 lpm


A q = q =4 lpm

1m.

Teon

271

Gambar 1. Fxmgsi aHh Penganalisis Mobilitas Diferensial Ci(Zp-


untuk a) q m > q p r b) q m - q p , 0 q m < q p .

2500 2700 2900 3100 3300 3500 3700 3900 4100


Tegangan Batang Pusat [V] ^
Teon
Gambar 2 . d. Fungsi Alih PMD untuk q = 0,4 1pm,
q = 0,6 lpm; q = 4 l p m ; q = 4,2 lpm

2500 3000 3500 4000 4500


Tegangan Batang Pusat [V] -

Gambar 2.a. Fungsi Alih PMD untuk q = q =0,4 lpm


q = q = 4 lpm
C S

PSPKR-BATAN 110
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 -4085

Tabel 1. Perbandingan resolusi yang didapat


dari perhitungan berdasarkan teori dan
jerhitungan dari data eksperimen.
Tcon
liilii lillil liitiiiii
Ill Slill 1111HHIlllil:
lliiailalll
iiilliiiiii
1. 3316,0 673,3 4,42 4,50
2. 2500,4 738,3 2,89 3,25
2000 2500 3000 3500
3. 3325,3 483,6 6,38 6,17
Tegangan Batang Pusat [V]

Gambar2.e. Fungsi Alih PMD untuk q =0,6 Ipm; q =0,4 lpm; Dari Tabel 1 tampak bahwa
q = 4 Ipm ; q = 3.8 lpm perbedaan resolusi instrumen antara hasil
eksperimen dan teori pada data pertama
sebesar 1,78%; data kedua sebesar 11,07%;
Hasil pemeriksaan kecocokan dan data ketiga sebesar 3,40%. Juga secara
(goodness offit)antara data eksperimen dan eksperimen tampak bahwa harga resolusi
teori menunjukkan bahwa semua kombinasi dipengaruhi oleh laju-laju alir, sesuai dengan
fungsi alir, hipotesa H o diterima, artinya pernyataan teori pada persamaan (6) di atas.
data eksperimen yang diperoleh dapat Selisih antara harga teori dan eksperimen
dianggap cocok dengan data teorinya. yang relatif besar pada data kedua lebih
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disebabkan oleh kesalahan pendekatan
validasi fiingsi alih instrumen berhasil regresi yang dilakukan.
dengan baik. Lebih jauh dapat pula Harga resolusi sebesar 6,17 berarti
dikatakan bahwa instrumen beroperasi sesuai bahwa pada kondidi operasi tersebut sistem
dengan rancangan. mampu memisahkan sekurang-kurangnya
Dengan menggunakan data yang enam puncak yang berurutan. Untuk aerosol
sama dan menggunakan tiga kombinasi laju monodispersi, enam puncak tersebut
alir yang pertama, dapat dibandingkan diakibatkan oleh jumlah muatan yang dibawa
antara hasil perhitungan teori dengan partikel aerosol.
persamaan (6) dan hasil eksperimen dengan Pada perangkat lunak program
persamaan (8). Harga AV pada persamaan perhitungan dan otomatisasi DMPS/C,
(8) merupakan selisih antara tegangan pada diambil qp=q m dan q s =qe dan q p = 0,1 q s .
saat regresi sisi kiri segitiga memotong Hal ini dapat difahami bahwa resolusi sistem
sumbu tegangan, dan tegangan pada saat pada keadaan itu sebesar 4,50 secara praktis
regresi sisi kanan segitiga memotong sumbu dianggap cukup, dan dengan itu partikel
tegangan. Sedangkan harga V dihitung bermuatan ganda dapat terpisahkan cukup
sebagai titik tengah distribusi, dengan cara : jauh dari partikel bermuatan tunggal.
Pengukuran aerosol monodispersi
dari larutan PSL standar, NIST SRM 1691,
menghasilkan diameter terukur seperti
V= disajikan pada Tabel 2, sebagai berikut:
Yft
Tabel 2. Hasil pengukuran diameter partikel
dengan (Vi, NO : koordinat titik ke-i pada PSL NIST SRM 1691
fungsi alih eksperimen. 11111iiiiiiiiiiiiiii
iliiiiilllllli
Tabel 1 menyajikan perbandingan i. 0,267 0,093
resolusi yang dihitung menggunakan 2. 0,268 0,097
persamaan (6) dan (8) tersebut. 3. 0,266 0,092

Diameter partikel PSL rata-rata (xDp= 0,267


(J,m; dan a g = 0,042. Dibandingkan dengan

PSPKR-BATAN 111
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

harga pada sertifikat yaitu Dp= 0,269 |_im, menunjukkan kecocokan antara harga
didapatkan simpangan sebesar 0,74%. eksperimen dan harga teori.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa Resolusi sistem yang diamati melalui
ketelitian pengukuran yang diperoleh cukup posisi tegangan kerja dan harga resolusi
tinggi. yang diharapkan, melalui pengaturan laju
Dari data yang sama dapat alir, dapat dikatakan mempunyai kesenadaan
ditentukan koefisien variasi pengukuran (monotonitas) yang sama. Evaluasi terhadap
diameter PSL yaitu 0,50%, yang berarti ketelitian dan ketepatan pengukuran
kedapatulangan pengukuran tersebut cukup menunjukkan keandalan pengukuran yang
tinggi. tinggi.
Dengan menggunakan aerosol poli-
dispersi, yang dibangkitkan dari 10 gram DAFTAR PUSTAKA
NaCl murni (p.a) per liter air suling,
diperoleh data pengukuran sebagai berikut : 1. HINDS, WILLIAM C , Aerosol Techno-
logy, John Wiley & Son, New York,
Nomor rata-rata gcomctrik dari (1982)
data diameter ftim) 2. DANUSANTOSO, HALIM, dan
MARKUS M. D., Pengetahuan dasar
1. 4,01 x 10 " 2 Penyakit Paru Kerja, Majalah K & K
2. 4.00 x 10 " 2 Kerja, No. 2 Th. XII, (1994).
3. YEH, HSU CHI., Electrical Techniques,
3. 4,14 x 10 ~2 Aerosol Measurement: Principles,
4. 3,99 x 10 " 2 Techniques, and Applications, (Willeke,
Klaus, and Baron, P.A., Eds.), Van
5. 4,09 x 10 " 2 Nostrand Reinhold, New York, (1993)
4. KNUTSON, E.O and WHITBY,K.T.,
dan diperoleh Dp = 4,05 x 10"2 |j.m, a n - i = Aerosol Classification by Electric
6,58 x 10"4 (j.m, koefisien variasi = 1,63 %. Mobility : Apparatus, Theory, &
Maka kedapatulangan pengukuran aerosol Application, J. of Aerosol Sci., 6, 443-
NaCl, sebagai contoh dari aerosol 451,(1975).
polidispersi, juga cukup tinggi. 5. RUSLANTO, O P . , dan TOPO S.,
Ketelitian dan ketepatan pengukuran Rancangan Penganalisis Mobilitas
yang tinggi menunjukkan bahwa sistem ini Diferensial pada Pengklasifikasi Partikel
dapat diandalkan dalam penentuan distribusi Aerosol secara Elektrostatik, Prosiding
ukuran partikel aerosol. Dengan parameter Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi
operasi yang sama, dapat diharapkan bahwa dan Lingkungan, Batan, (1995).
sistem ini juga akan menunjukkan kinerja 6. HALL, J.L., NAIM, MAHMOOD,
yang baik sebagai pembangkit aerosol Instrument Statics, Instrumentation and
monodispersi. Control: Fundamentals and Applications,
Ketelitian dan ketepatan yang tinggi (Nachtigal, C.L., ed.), John Willey &
juga memberikan peluang terhadap sistem ini Sons Inc., (1990).
untuk digunakan sebagai kalibrator sistem
lain yang mempunyai rentang klasifikasi
yang hampir sama, seperti baterai difusi. DISKUSI

Sri Inang Sunaryati - PSPKR


KESIMPULAN 1. Apa manfaat pengukuran distribusi
aerosol
Sistem DMPS/C model 3932 buatan 2. Apa pengaruh distribusi aerosol
TSI Inc. yang dimiliki PSPKR telah (diameter terhadap pengukuran ppm
diperiksa kinerjanya. Hasil evaluasi fungsi partikel)
alih PMD sebagai instrumen penganalisis 3. Berapa batasan ukuran diameter partikel

PSPKR-BATAN 112
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

2. Dan sasaran apa yang diinginkan dari


Otto P. Ruslanto evaluasi V/AV.
1. Ukuran partikel aerosol merupakan
dinamik yang menentukan jangkauan Otto P. Ruslanto
lintasan partikel. Dalam studi pada 1. V/AV tidak diambil untuk menggantikan
saluran pernafasan, misalnya kita dapat Z/AZp tetapi diturunkan bahwa ternyata
menentukan fraksi partikel yang resolusi = (Z/AZP) - 1/2 (1)
terendapkan di bagian tertentu bila
distribusi ukuran partikel aerosol yang juga dapat dituliskan sebagai
terisap diketahui.
resolusi - (V/AV) - 1/2 (2)
2. Distribusi ukuran partikel aerosol tidak
berpengaruh terhadap ppm partikel. Pada Bentuk ini (2) lebih disukai karena V
penerapannya kedua besaran ini adalah parameter terkontrol.
digunakan secara terpisah. 2. Sasaran yang diinginkan adalah
3. Batasan ukuran diameter partikel yang mendapatkan harga resolusi secara
diklasifikasi DMPS/C adalah 0,01 eksperimen.
sampai 1 \xm. Rentang diameter ini
sesuai dengan rentang kritis bagi saluran
pernafasan manusia (ICRP 66).

Eddy Supriadi - PSPKR


1. Apakah fungsi alih yang ditampilkan
merupakan fungsi alih keseluruhan yaitu
mencakup fungsi alih sistem/perangkat
saja ditambah dengan fungsi alih
pengontrolnya (yang mengatur
tegangan). Mohon dijelaskan.
2. Mohon dijelaskan juga, mengapa fungsi
alih dijadikan salah satu kriteria kinerja
sistem, apa alasannya.

Otto P. Ruslanto
1. Fungsi alih yang dimaksud di dalam
makalah ini adalah fungsi alih PMD
yang bertugas mengklasifikasikan
partikel berdasarkan mobilitas listrik-
nya. Fungsi alih disini menyatakan
probabilitas bahwa suatu partikel dengan
mobilitas tertentu yang masuk
penganalisis akan lolos klasifikasi.
2. Fungsi alih dijadikan salah satu kriteria
kinerja sistem karena fungsi alih
menggambarkan dinamika proses pada
PMD.

M. Phyatna - UNAS
1. Mohon dijelaskan, mengapa evaluasi
V/AV dilakukan, yang diambil dari
resolusi PMD tersebut (Z/AZP).

PSPKR-BATAN 113
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000070

PENENTUAN EFISIENSI FILTER HEPA DENGAN


AEROSOL DIOCTHYL PTHALATE

Bunawas, Otto P. Ruslanto, Gatot Suhariyono


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENENTUAN EFISIENSI FILTER HEPA DENGAN AEROSOL DIOCTHYL PTHALATE. Telah
dilakukan penentuan penapisan aerosol sangat halus dengan filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) secara
percobaan berdasarkan pada pengukuran konsentrasi aerosol Diocthyl Pthalate (DOP) monodispersi sebelum dan
setelah melewati filter uji. Dengan cara ini, dapat ditentukan efisiensi filter sebagai fungsi diameter aerosol dalam
rentang 0,017 - 0,747 |am. Dari hasil pengujian diperoleh efisiensi rata-rata filter Whatman - 41 ; Wliatman - 42
dan Whatman GF/A masing-masing sebesar 56,14 % ; 95,74 % dan 99,65 %. Filter serat gelas Gelman A dan
membran Whatman, memenuhi kriteria sebagai filter HEPA sesuai standar IAEA, karena mempunyai efisiensi
minimum 99,90%.

ABSTRACT
DETERMINATION OF HEPA FILTER EFFICIENCY WITH DIOCTHYL PTHALATE AEROSOL
Ultrafine aerosol filtration by HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter has been determinated experimentally,
based on the measurement of monodisperse Diocthyl Pthalate (DOP) aerosol concentration before and after passing
the test filter. Using this technique, filter efficiency can be determined as a function of aerosol diameter with range
from 0.017 to 0.747 pm. The average efficiencies for Whatman - 41; Whatman - 42 and Whatman GF/A filters
were 56.14 %; 95.74 %; and 99.65 % respectively. Gelman A fiber glass and Whatman membrane filter have
fulfilled criterion as HEPA filter according to standard of IAEA, because of their minimum efficiency of 99.90 %.

PENDAHULUAN digunakan oleh perusahaan yang memproduksi


filter untuk pengujiannya.
Dalam industri nuklir yang Efisiensi penyaringan filter bergantung
menggunakan zat radioaktif yang mudah pada diameter partikel khususnya untuk
terbang, diperlukan sistem pembersih udara diameter partikel antara 0,01 - 1,2 urn, karena
agar daerah kerja dan lingkungan bebas dari adanya beberapa mekanisme pengendapan
kontaminasi aerosol radioaktif. Sistem yang seperti difusi Brown, pemegatan, dan
umum digunakan yaitu melalui penyaringan tumbukan inersia (Gambar 1)[4].
(filtrasi) dengan filter HEPA (High Efficiency
Particulate Air) sesuai standar IAEAfl].
Filter yang baik dapat ditinjau dari
kemampuannya dalam menyaring partikel
aerosol berbahaya, terutama yang berdiameter
kurang dari 1 jam (ultrafine). Partikel yang Eflsiensl
(%) 0,1
sangat halus ini kemungkinan besar terhisap
oleh manusia dan mengendap di paru-paru[2]. 0,2

Dengan demikian filter yang digunakan I 11111


' 1
0,] 1,0n
haruslah mempunyai efisiensi yang tinggi
Diameter Partikel, (um)
terhadap partikel-partikel tersebut.
Untuk pengujian efisiensi filter,
Gambar 1. Efisiensi filter vs ukuran partikel;
biasanya digunakan aerosol Diocthyl Pthalate
ilustrasi perbedaan cara penyaringan [4].
(DOP) dengan pertimbangan mudah untuk
diproduksi. Bentuk aerosol tersebut mendekati
Dalam makalah ini, akan dilakukan
bulat dan bersifat tidak korosif. Efisiensi filter
penentuan efisiensi filter sebagai fungsi
berdasarkan perhitungan teoritis, berharga
diameter partikel dengan menggunakan
minimum untuk diameter aerosol berbentuk
peralatan standar sesuai rekomendasi Badan
bola dengan ukuran 0,3 urn [3], Oleh karena
itu, aerosol DOP dengan diameter 0,3 urn Tenaga Atom Internasional (IAEA).

PSPKR-BATAN 114
Prosiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

TEORI
dengan t| t adalah efisiensi serat tunggal. Bila
Apabila partikel melewati filter Persamaan (6) disubstitusikan ke Persamaan
berserat, maka sebagian partikel akan (5) diperoleh persamaan efisiensi filter yaitu :
terperangkap pada filter. Efisiensi
pengumpulan partikel, dinyatakan dengan 4 a h
"t
persamaan : !t(\-a)dt
E = \-e (7)
No
E= (1) Besar harga kepadatan filter (a) dan diameter
serat (df) dapat ditentukan dengan mikrometer.
Persoalan yang sedang dikaji adalah penentuan
dengan A^,,, dan Nin masing-masing adalah efisiensi serat tunggal (r\^) yang secara teoritis
konsentrasi partikel yang keluar dan masuk dapat digunakan untuk memperkirakan efisiensi
dari filter (partikel/cm3). Perbandingan antara total filter (E).
partikel yang keluar dan masuk filter disebut
penetrasi dan dirumuskan sebagai berikut: Mekanisme Penyaringan
Penyaringan partikel sewaktu melewati
P= (2) filter berserat, ditentukan oleh tiga mekanisme
N... pengendapan yaitu difusi Brown, pemegatan
dan tumbukan inersial. Efisiensi serat tunggal
jumlah partikel yang melewati filter bergantung (r\{) dapat diasumsikan sebagai pendekatan
pada ketebalan filter (h), sehingga perubahan pertama penjumlahan efisiensi difusi (rjD),
konsentrasi fungsi elemen ketebalan efisiensi pemegatan (TJP) dan efisiensi tumbukan
adalah : inersia (rjT) [5].

dN Mekanisme Difusi Brown


= -ydh (3)
N Partikel sangat halus dengan ukuran
dengan y adalah koefisien penangkapan. Dari kurang dari 0,1 (xm akan bergerak secara acak
hasil integrasi persamaan (3) untuk jumlah (difusi Brown). Difusi Brown ini akan
partikel yang keluar dan masuk filter, hasil bertambah besar dengan menurunnya diameter
yang diperoleh adalah : partikel, yang dituangkan dalam persamaan
sebagai berikut [4]:
In
A 7 ., k TC
D= (8)

p = e~yh (4) dengan


D=koefisien difusi partikel
Substitusi persamaan (4) ke dalam persamaan (m'/detik )
(1), diperoleh persamaan efisiensi filter yaitu T = suhu udara (K)
k = tetapan Boltzman
= \-e-yh (5) [i = viskositas udara
(Ndetik/m2 )
Menurut Hinds [4], koefisien penangkapan (y) dp = diameter partikel (m)
bergantung pada diameter serat (df), kepadatan C = koreksi kelinieran Cunningham
filter (a) dan porositas filter (s), s = 1 - a dan
dinyatakan dengan persamaan : XX dp
= 1 + 2,492 + 0,84 exp ( - 0,435 ~
4a dp dp A
Y = (6) X = jalan bebas rerata molekul gas
(m)

PSPKR-BATAN 115
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Partikel yang bergerak secara difusi Brown Bila dipakai model aliran Kuwabara, maka
arahnya dapat menyimpang dari garis alir efisiensi pemegatan dapat dinyatakan dengan
udara melewati filter kemudian menabrak dan persamaan :
menempel pada serat (Gambar 2). Mekanisme
pengendapan secara difusi Brown ditentukan
oleh parameter bilangan Peclet (Pe) yang 2K 1+
didefinisikan sebagai:
(13)

(9) Persamaan (13) oleh Lee dan Liu [6]


D disederhanakan dalam bentuk :
dengan Uo adalah kecepatan aliran udara di
dalam filter (m/detik). \-a \ R (14)
= 0,6
Dari hasil eksperimen Steckina dkk. K \ +R
[5] persamaan hubungan antara efisiensi difusi
dan bilangan Peclet dapat dirumuskan
sebagai berikut :

,-K (10)

Persamaan (10) berlaku untuk kepadatan


filter (a) antara 0,005 dan 0,4. Lee dan Liu [6]
secara empiris melakukan koreksi persamaan
(10) untuk kepadatan filter yang sembarang
menjadi:

Gambar 2. Pengendapan partikel oleh serat


Pe-% (11) tunggal melalui difusi Brown.
K

dengan : Garis alir udara


Pemegatan
K = faktor hidrodinamis Kuwabara
1, 3 a2
= ma \- a
2 4 4
Mekanisme Pemegatan
Bila partikel mengikuti garis alir
secara sempurna, maka dapat dianggap gerak
inersia dan difusi Brown diabaikan. Sewaktu
mengikuti garis alir, partikel berdiameter (d p )
Gambar 3. Pengendapan partikel oleh serat
akan menabrak dan menempel pada serat
tunggal melalui pemegatan.
tunggal berdiameter (df), lihat gambar 3.
Efisiensi pemegatan serat tunggal (rjp),
bergantung pada parameter pemegatan (R) Mekanisme Tumbukan Inersia
yang dinyatakan dengan persamaan sebagai Partikel dengan diameter agak besar
berikut: (> 0,5 urn) sewaktu melewati filter berserat
arah geraknya tidak cepat menyesuaikan diri
dengan arah gerak garis alir udara. Hal ini
(12) karena adanya pengaruh inersia dari partikel
~d~.
tersebut, yang mengakibatkan penyimpangan
dari garis alir dan menabrak serat (Gambar 4).

PSPKR-BATAN 116
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Garis atir udara Tumbukan Inersia tunggal dan efisiensi penyaringan filter secara
teori.

Lintasan partikel

Gambar 4. Pengendapan partikel pada serat


tunggal melalui tumbukan inersia.

Fraksi pengendapan melalui


mekanisme tumbukan inersia ditentukan oleh
parameter bilangan Stokes (Stk) dan
Gambar 5a. Filter serat selulosa Whatman 41
dinyatakan dengan persamaan [4] :
Perbesaran 200 X

(15)
18 r]df

dengan Pp adalah kerapatan partikel


(Kg Im3 ). Berdasarkan data percobaan
Steckina dkk, efisiensi tumbukan untuk serat
tunggal dinyatakan dengan persamaan [5] :

Stk
VT = [(29,6 - 2 8 a0'62 ) R2 - 27,5 ]
2K2

untuk R < 0,4 (16)


Gambar 5b. Filter serat gelas Gelman A
Stk Perbesaran 500 X
rjT = 2,0
2K2

untuk R > 0,4 (17)

KARAKTERISTIK FILTER UJI

Karakteristik filter yang dievaluasi


efisiensinya meliputi jenis filter, tebal,
kepadatan dan diameter serat (Tabel 1.)-
Sedangkan pada Gambar 5 diperlihatkan
tampang lintang permukaan filter yang diamati
di bawah mikroskop elektron JEOL (Jepang)
yang ada di PAIR-BATAN.
Data karakteristik filter akan Gambar 5c. Filter selulosa Nitrat Whatman
digunakan untuk memperkirakan efisiensi serat Membrane Berpori (0,8 um)

PSPKR-BATAN 117
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

TATA KERJA partikel tersebut, aerosol dialirkan pada sistem


yang sama tanpa filter di dalam holder dan
Metode Pengujian Efisiensi Filter [7, 8, 9] konsentrasi aerosol sebelum dan sesudah
melewati holder diukur sehingga didapat
Campuran 0,01% larutan DOP dan efisiensi holder (Eh). Efisiensi filter sebenarnya
99,9% propanol dimasukkan ke dalam dapat dihitung dengan persamaan [10]:
pengabut (atomizer) model 3070 (TSI-USA).
Sistem pemasok udara bersih dan kering model l-Ep
Efisiensi filter (Ef ) = 1 (18)
3074 (TSI-USA) dengan tekanan maksimal 30 1 - Eh
psi dialirkan ke atomizer, sehingga akan
terpancar aerosol DOP polidispersi. Aerosol ini
dialirkan ke tabling pengering model 3072 HASIL DAN PEMBAHASAN
(TSI-USA) dan dinetralisasi dengan cara
dipapari sumber Kr-85 untuk membuat muatan Efisiensi penyaringan pada filter
listrik pada partikel dalam kesetimbangan Whatman 41 bergantung pada diameter aerosol
Boltzman. Partikel ini pada umumnya netral DOP yang melewatinya (lihat Gambar 7).
atau membawa satu atau dua muatan positif Efisiensi minimum sebesar 44,96 % terjadi
atau negatif. Aerosol ini lalu diklasifikasi untuk partikel berukuran 0,221 um. Hal ini
secara elektrostatis dengan jalan mengalirkan terjadi karena mekanisme pengendapan secara
ke penganalisis mobilitas differensial (DMPS) difusi Brown telah mulai menurun, sedangkan
model 3922 (TSI-USA). Aerosol monodispersi mekanisme pemegatan belum dominan. Partikel
dengan diameter tertentu ini, lalu dilewatkan dengan diameter 0,221 fjjn terlampau kecil
melalui filter uji. Konsentrasi aerosol DOP dibandingkan dengan serat diameter 6,4 |om
sebelum dan setelah melewati filter uji diukur (dengan R = 0,03). Padahal harga parameter
dengan pencacah partikel terkondensasi (CPC) pemegatan (R) harus lebih besar dari 0,05 agar
model 3022 (TSI-USA). Bagan peralatan mekanisme pemegatan dominan, sehingga
ditunjukkan pada Gambar 6. partikel akan mudah mengikuti garis alir dan
Efisiensi pengamatan filter, ditentukan lolos dari filter. Untuk partikel lebih besar dari
menggunakan persamaan sebagai berikut [4]: diameter 0,221 \xm, efisiensi cenderung naik
kembali karena mekanisme pemegatan sudah
N. mulai dominan. Perbedaan antara perkiraan
Efisiensi pengamatan (EP) = 1 - (17) secara teori dan percobaan sekitar 23 %,
N,.
disebabkan karena teori berdasarkan model
filter ideal yaitu ukuran serat sama dan
dengan Nout dan Nin konsentrasi aerosol DOP tersusun teratur [4]. Sedangkan susunan serat
setelah dan sebelum melewati filter pada Whatman 41 tersusun secara acak (lihat
3
(partikel/m ). Persamaan (17) meliputi Gambar 5 a).
hilangnya partikel di dalam tempat filter
(holder) dan kasa. Untuk mengoreksi hilangnya

Tabel 1. Data karakteristik filter uji [1]


No Nama filter Jenis filter Tebal (m) Diameter Diameter serat Kepadatan
lubang (m) (m) (a)
1 Whatman 41 Selulosa ester 18.10" 5 - 6,4 . 10~6 0,35
2 Whatman 42 Selulosa ester 18.1O"5 - 1,6 . 10"6 0,38
3 Whatman F/A Serat gelas 5 - 6
25 .10" 0,2 . 10~ 0,025
4 Gelman A Serat gelas 10.10~5 - 0,17. 10"6 0,010
5 Whatman Selulosa nitrat 5 7 - -
5 .10~ 8 .10'
Membran

PSPKR-BATAN 118
Prosiding Prcsentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi d a n Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Udara
Pompa Neutralizer
Pengering
hisap Kr-85
model 3072
Penyuplai udara bersih
model 3074
Pengabut

CPC
Klep Pengklasifikasi Elektrostatis
Pencacah
Partikel Aerosol

Beda Tekanan

Gambar 6. Sistem pengujian efisiensi filter

Walaupun filter Whatman 42 terbuat harus > 0,1 [6]. Efisiensi filter Whatman 42
dari bahan yang sama dengan filter Whatman untuk diameter partikel antara 0.017 dan 0,457
41 yaitu selulosa ester, tetapi karena um berkisar antara 91,31 dan 98,52 % (rerata
mempunyai diameter serat yang lebih kecil 95,74%), dan perbedaan dengan teori sebesar
yaitu 1,6 um, maka efisiensinya lebih tinggi. 4,26% (Hhat Gambar 8).
Hal ini terjadi karena harga parameter
pemegatan R sebesar 0,04 sudah mendekati Efisiensi (%1
syarat minimum yang diperkirakan oleh Lee
dan Liu [6], sehingga mekanisme pengendapan
secara pemegatan memegang peranan yang
berarti dalam proses pengendapan aerosol DOP
pada filter. Selain itu susunan serat lebih
homogen dan teratur. Efisiensi minimum yaitu
90 % terjadi pada partikel ukuran 0,074 urn, Pemegatan
penyebabnya serupa dengan filter Whatman 41. Difusi
Pemegatan Difusi-Pemegatan
Diameter partikel lebih dari 0,291 um, 20 -f- + -1-
0,017 0,028 0,053 0,074 0,132 0.221 0,291 0,337 0.457
mekanisme pengendapan secara tumbukan
Diameter partikel (um)
inersia mulai terlihat peranannya, walaupun
masih kecil dibandingkan pengendapan secara
pemegatan. Ini terjadi karena bilangan Stokes Gambar 7. Efisiensi filter Whatman 41 secara
(Stk) masih lebih kecil dari 0,01, padahal agar teori dan percobaan.
proses tumbukan inersia dominan harga Stk

PSPKR-BATAN 119
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Efisiensi filter Whatman GF/A dan nitrat halus berkisar antara 99,91 dan 99,98%
Gelman A tinggi yaitu masing-masing 99,65 (Gambar 11). Hal ini terjadi karena partikel
dan 99,97 %, karena terbuat dari serat gelas yang berukuran di bawah 1 urn dapat dengan
dan memiliki serabut (serat) yang lebih banyak mudah terperangkap di dalam lubang yang
dibandingkan filter Whatman 41 atau 42. Filter berukuran 0,8 jxm. Distribusi pengendapan
ini mempunyai diameter serat kecil dan tidak filter membran berpori lebih merata dengan
begitu padat (Gambar 5b) sehingga mekanisme koefisien absorbsi yang rendah, sehingga filter
pengendapan secara pemegatan, difusi maupun ini banyak dipakai untuk sampling partikel
tumbukan inersia menjadi dominan. Ini terjadi radioaktif pemancar alpha dan pengukuran
karena ukuran diameter serat kecil sehingga dengan spektroskopi alpha [11]. Akan tetapi
kelengkungan garis alir menjadi kecil pula, filter ini rapuh dan harganya relatif mahai (
sehingga kecepatan garis alir naik yang akan Rp. 1000 /buah).
mempersulit bagi partikel untuk menyesuaikan
dengan garis alir dan menabrak serat. Efisiensi (%1
Perbedaan harga efisiensi dari hasil percobaan
dan perhitungan teoritis untuk filter Whatman
GF/A sebesar 0,35 % dan untuk Gelman A 100

sebesar 0,03 %.
99 Difusi Difusi
Difusi
Pemegatan
Pemegatan
Tumbukan Inersia
100
98
90 0,017 0,053 0,132 0,291 0,457 0,746
Difusi Difusi \ Pemegatan
80
Pemegatan i Dfusi-Pemegatan Diameter partikel (um)
^ 70 I Tumbukan Inersia
| 60
uj
50 Gambar 10. Efisiensi filter Gelman A secara
40 teori dan percobaan.
\ Eksperfmen
30
20 -4- -f- -4-
0,017 0,028 0,53 0,074 0,132 0,221 0,291 0,337 0,457
Efisiensi (%)
Diameter partikel (um)

Gambar 8. Efisiensi filter Whatman 42 secara


100
teori dan percobaan.
98

96
Efisiensi (%)
94

Teori 92

SO
100 0,017 0,028 0,063 0,074 0,132 0,221 0,291 0,337 0,457

98 Diameter partikel (um)


Difusi
Difusi Tumbukan Inersia
96 Pemegatan

94
Gambar 11. Efisiensi filter Whatman membran
92 secara percobaan.
90
0,017 0,028 0,053 0,074 0.132 0,2210,291 0,337 0,457 0,535 0,746

Diameter partikel (um) Filter Gelman A dan Whatman


membran berpori memenuhi kriteria filter
Gambar 9. Efisiensi filter Whatman GF/A HEPA sesuai standar Badan Tenaga Atom
secara teori dan percobaan. Interaasional (IAEA), karena mempunyai
efisiensi > 99,90%. Sedangkan filter Whatman
GF/A yang seharusnya termasuk kelompok
Efisiensi filter membran berpori
filter HEPA, sedikit mengalami penurunan
Whatman yang terbuat dari bahan selulosa
efisiensinya. Hasil yang diperoleh dalam

PSPKR-BATAN 120
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkiingan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

penelitian ini, sesuai dengan hasil penelitian Filters, Aerosol Science and Technology, 1
orang lain untuk jenis filter yang sama [11]. (1982) 147-161.
7. BUNA WAS, OTTO P. RUSLANTO dan
KESIMPULAN GATOT SUHARIYONO, Metode Penen-
tuan Efisiensi Filter Sebagai Fungsi
1. Dari hasil percobaan, diperoleh bahvva Diameter Aerosol dan Koreksinya, belum
efisiensi filter bergantung pada diameter diterbitkan(1996).
partikel dan karakter filter ( diameter serat PAYETS.,BOULAUD, MADELAINE,G.,
dan kerapatan filter). and RENOUX A., Penetration and
2. Perbedaan harga efisiensi filter dari hasil Pressure Drop of a HEPA Filter During
Loading with Submicron Liquid Particles,
percobaan dan perhitungan teoritis untuk
J. Aerosol Science. 23 (1992) 723-735.
Whatman 41, Whatman 42, Whatman
GF/A dan Gelman A adalah masing- 8. HORN, H. G., Optimization of the
Electrostatic Gasification for the
masing 23,44 %, 4,26 %, 0,35 % dan
Generation of Monodisperse Aerosol for
0,03 %.
Filter Testing, J. Aerosol Science 22
3. Filter Gelman A dan Membran berpori
(1991)339-342.
memenuhi kriteria sebagai filter HEPA
9. YEH, H. C , and LIU, B. Y. H., Aerosol
sesuai standar IAEA, karena mempunyai
Filtration by Fibrous Filter-II :
efisiensi > 99,90 %.
Experimental, J. Aerosol Science 5 (1974),
205-217.
UCAPAN TERIMA KASIH
10. LEE, K.W., and MUKUND RAMA-
Penelitian ini dibiayai oleh Proyek MURTHI, "Filter Collection", Aerosol
PPKR-KL dengan nomer kode 15.07.13.94. Measurement : Principles, Technique, and
Penulis mengucapkan terima kasih kepada sdr. Applications, Ch. 10, Willeke K. and Paul
Rhadeya Setiawan, S.Si atas bantuannya dalam A. Baron (Ed. ), New York : Van Nastrand
pengambilan data dan diskusi. Reinhold. 1993.

DAFTAR PUSTAKA
DISKUSI
1. IAEA, Particulate Filtration in Nuclear
Sahala Lumbanraja - PPkTN :
Facilities, Technical Report Series No. 325
Menurut teori yang Anda terangkan bahwa
(1991).
filter yang digunakan untuk perhitungan secara
2. ICRP, Human Respiratory Track Model
teoritis dianggap ideal. Mengapa efisiensi filter
for Radiological Protection, ICRP
Whatman 41 secara teoritis tidak merata
Publication 66 (1994).
(100%) bahkan hampir 50% untuk difusi,
3. LEE K. W., and LIU B. Y. H., On the
sedangkan untuk filter yang lainnya hampir
Minimum Efficiency and the Most
100% untuk semua kondisi. Faktor-faktor apa
Penetrating Particle Size for Fibrous
yang mempengaruhi perhitungan teoritis untuk
Filters, J. Air Pollution Control Associa-
Whatman 41 sehingga hasilnya tidak seperti
tion vol. 30 No. 4 (1980) 377 - 381.
untuk filter lainnya ?.
4. HINDS W. C , Filtration in Aerosol
Technology, John Wiley and Sons, New
Bunawas :
York, USA (1982) 164- 185.
Untuk filter Whatman 41, diameter filternya
5. STECHKINA I. B., KIRSCH A. A., AND
FUCHS N. A., Studies on Fibrous Aerosol teratur (sama besar) sedangkan untuk filter
Filter-IV : Calculation of Aerosol Whatman GF/A atau Gelman 41 diameter
Deposition in Model Filters in the Range of filternya lebih teratur dan seragam, sehingga
Maximum Penetration, Annual Occupa- perbedaan antara teori dan eksperimen kecil.
tional Hygienist 12 (1969) 1 - 82. Faktor yang mempengaruhi yaitu keseragaman
6. LEE K. W., and LIU B. Y. H., Theoretical dan keteraturan diameter filter.
Study of Aerosol Filtration by Fibrous

PSPKR-BATAN 121
Prosiding Presentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Susetyo Trijoko - PSPKR : 2. Bagaimana cara membersihkan bila filter


1. Kami ingin mengetahui contoh-contoh tersebut sudah terkontaminasi atau kotor ?.
aerosol radioaktif dan dari mana sumbernya
2. Apakah hasil penelitian ini telah Bunawas :
dibandingkan dengan spesifikasi yang 1. Setiap filter ada umur pemakaian (lama),
dikeluarkan pabrik ?. untuk filter HEPA kalau efisiensinya sudah
lebih kecil dari 99,90% maka filter
Bunawas : sebaiknya diganti dengan yang baru.
1. Contoh aerosol radioaktif adalah aerosol 2. Filter yang sudah terkontaminasi tidak bisa
tritium (HT0,HT) di reaktor, aerosol iodin dibersihkan dan jangan dipakai lagi serta
(CH3I, HOI) pada proses produksi isotop, harus diperlakukan sebagai limbah.
aerosol radon di dalam rumah.
2. Ya, tetapi spesifikasi pabrik hanya untuk
diameter aerosol 0,3 mikrometer.

M. Yazid - PPNY:
1. Apakah efisiensi filter HEPA tidak
tercantum pada spesifikasi dari pabrik ?.
2. Apakah ada perbedaan antara efisiensi hasil
pengukuran ini dengan spesifikasinya ?.

Bunawas :
1. Efisiensi filter tercantum tetapi nilainya
rata-rata.
2. Untuk filter Gelman A dan membran
berpori tidak ada perbedaan, tetapi untuk
filter whatman GF/A hasil eksperimen yang
diperoleh lebih kecil dibanding spesifikasi
pabrik.

Budi Santoso - PPkTN:


Dalam grafik antara efisiensi terhadap diameter
filter, bagaimana kecenderungan grafik
tersebut, apakah semakin besar diameter filter
semakin kecil efisiensi atau semakin besar ?.

Bunawas :
Untuk filter serat gelas dan membrane berpori
ada kecenderungan efisiensi tinggi pada
diameter 0,017-0,074 |xm, lalu turun untuk
diameter 0,291 \im dan ada kecenderungan
naik lagi. Diameter fiber akan mempengaruhi
jumlah fiber dan kepekatan, makin kecil
diameter fiber maka efisiensi cenderung makin
tinggi.

Soedjarwo Roestam - PPSM:


1. Apakah ada batas umur filter ini yang
masih dapat dipertanggung jawabkan
efisiensinya ?.

PSPKR-BATAN 122
Presiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085 ID0000071

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON PADA FASILITAS RADIOGRAFI


NEUTRON SETELAH PERBAIKAN KOLIMATOR
Supandi, Parikin, Mohtar, Sunardi dan Soedjarwo Roestam
Pusat Penelitian Sains Materi - BAT AN

ABSTRAK
DISTR1BUSI FLUKS NEUTRON PADA FASIUTAS RADIOGRAFI NEUTRON SETELAH
PERBAIKAN KOLIMATOR. Fasilitas Radiografi Neutron dipasang pada tabimg berkas S-2 RSG-GAS dan
dilengkapi dengan komponen : kolimator dalam, kolimator Iuar, penutup berkas utama, penutup berkas bantu,
dan tempat cuplikan berdiameter 300 mm. Kualitas berkas neutron ditentukan oleh : distribusi intensitas fluks
neutron, nisbah L/D, nisbah Cd, dan nisbah gamma. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa intensitas fluks
neutron 2,83 x 107 ncm'V 1 , dengan deviasi sebesar 7,8 % yang terdistribusi dengan baik pada daerah
cuplikan berdiameter 200 mm pada kondisi nisbah L/D 98, nisbah Cd 8 dan neutron/ gamma ratio 3,08 x 103
n.cm^.mR"1 dengan daya reaktor 20 MW. Teknik ini dapat digunakan untuk mengamati bahan dengan diameter
cuplikan 200 mm.

ABSTRACT
NEUTRON FLUX DISTRIBUTION ON NEUTRON RADIOGRAPHY FASILITY AFTER FIXING
THE COLLIMATOR. The Radiography Neutron Fasility consists of an inner collimator, outer collimator,
main shutter, second shutter and the sample chamber with 300 mm in diameter. Neutron beam quality depends
on the neutron flux intensities distribution, L/D ratio, Cd ratio, neutron/gamma ratio. The results show that the
neutron flux intensity was 2.83 x 107 n cm"2."1, with deviation of 7.8 % and it was distributed
homogeneously at the sample position of 200 mm diameter. The beam characteristics were L/D ratio 98 and
Red 8, and neutron gamma ratio 3.08 x 103 n .crn^.mR"1 and Reactor Power was 20 MW. This technique can be
used to examine sample with diameter of ^ 200 mm.

PENDAHULUAN sifat neutron yang memiliki daya tembus yang


besar terhadap logam berat, sedangkan unsur
RGS-GAS pada daya maksimum di ringan terserap lebih banyak. Satu hal yang
lokasi teras dapat menghasilkan fluks neutron perlu diperhatikan dalam penggunaan
sebesar 3 x 1014 n.cm"2.detik, oleh karena itu radiografi neutron adalah keselamatan bagi
reaktor ini sangat sesuai digunakan sebagai pekerja radiasi, karena fasilitas ini dapat
salah satu fasilitas penelitian sains materi. digunakan untuk radiografi neutron baik
Hampir semua peralatan di Instalasi Spektro- dengan metode langsung maupun metode
metri Neutron PPSM bekerja menggunakan transfer yang dilengkapi sistim televisi.
teknik berkas neutron. Fasilitas Radiografi Sehubungan dengan hal tersebut pengukuran
Neutron adalah salah satu peralatan yang intensitas fluks selain berguna untuk penelitian
bekerja berdasarkan serapan neutron. Fasilitas juga penting dipergunakan untuk keselamatan
ini dipasang pada lubang percobaan S-2 sistim kerja mengingat paparan radiasi oleh neutron
tangensial. cepat. Karena fluks neutron yang berasal dari
Fasilitas ini dilengkapi komponen seperti ; teras reaktor terhambur kemana-mana, maka
kolimator dalam, kolimator luar, penutup untuk mengurangi kesalahan dalam penelitian,
berkas utama, penutup berkas bantu dan besaran intensitas fluks neutron perlu
tempat cuplikan dengan diameter 300 mm. diketahui.
Dengan terpasangnya komponen-komponen Menurut Howkeswort, M.R dan Walker, I.
tersebut intensitas fluks neutron pada lubang [5], distribusi besaran intensitas fluks neutron
RN1 menjadi berkurang dan diharapkan yang mengenai cuplikan dapat mempengaruhi
intensitas fluks tersebut dapat digunakan sesuai kualitas pembentuk bayangan. Intensitas fluks
dengan keperluan radiografi. Radiografi neutron untuk keperluan radiografi berkisar
neutron adalah teknik radiografi yang antara 106 sampai dengan 109 neutron/cm2,
menggunakan berkas neutron sebagai sinar detik dan distribusi sebaran fluks neutron harus
pembentuk bayangannya, dan yang paling homogen. Menurut ASTM Designation E 545-
menarik jika dibandingkan dengan teknik 75 deviasi dari lima titik pengukuran yang
radiografi lain (gamma dan sinar-x) adalah

PSPKR-BATAN 123
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

diperbolehkan maksimum berkisar 7,5%. BAHAN DAN METODE


Hasil pengukuran fluks neutron
terdahulu di fasilitas radiografi neutron pada Peralatan dan bahan
lokasi yang sama, sebaran intensitas fluks
neutron diperoleh rata-rata 1,85 x 107 n/cm2. s, Peralatan
deviasi mencapai > 20%. Data ini MCA buatan EG&G ORTEC
mencerminkan bahwa fluks neutron pada lokasi HPGe Coaxial POP-TOP DETECTOR
tersebut mempunyai sebaran heterogen. Dari model No.l8190-P, EG&G. ORTEC.
temuan ini berbagai upaya perbaikan fasilitas PC.Compaq Deskpro 386N dengan printer
radiografi neutron telah dilakukan dengan epson FX-8550
harapan fasilitas ini akan lebih baik. Penelitian Software MAESTRO II dan OMNIGAM
ini bertujuan untuk mengetahui distribusi standar isotop yang diketahui aktivitasnya :
intensitas fluks neutron pada lokasi cuplikan Co-60, Co-57, Ba-133, Cd-109. Na-22 dan
setelah perbaikan kolimator. Mn-54
Pengukuran fluks neutron di fasilitas
radiografi neutron dilakukan dengan teknik Bahan
Analisis Aktivasi Neutron dengan reaksi inti pelat aluminium No.ref.5754, 0 = 30 cm
Au-197 (n,y). Menurut CILASAL CATEL [3] cadmium sheet, 0 = 1 cm
fluks neutron dihitung dengan persamaan yang
foil emas tipis tebal = 0,1 mm, 0=4,5 mm
sederhana sebagai berikut:
sebanyak 56 buah dan sumber berkas
neutron dan PRSG-GAS.
(1)
No- Cara kerja
dengan
j = fluks neutron ( n/cm2.s )
<> Satu paket cuplikan seperti yang tersusun
A = aktivitas foil (Bq) pada Gambar 1 dipasang pada lokasi cuplikan
a = tampang lintang (cm2) Radiografi Neutron, RN-1, diiradiasi selama 8
N = target atom dalam foil Au (massa Au/berat jam, kemudian didinginkan selama 1 hari dan
atom x avogadro) dilakukan pengukuran aktivitas 19SAu.

Jumlah aktivitas Au-198 pada akhir iradiasi,


(Ax) diperoleh dari persamaan berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 dan 2 adalah data hasil


A = (2) pengukuran dengan MCA yang meng-
gambarkan aktivitas masing-masing nuklida Au
pada waktu t, pengolahan data meng-gunakan
dengan program MAESTRO II dan OMNI-GAM,
A(x) = aktivitas cuplikan pada akhir iradiasi pada nomor cuplikan nuklida Au seperti nomer
M(x) - aktivitas cuplikan pada waktu t 25, 45, 18, 39, 15, 9, 11. diperlukan waktu
x = variabel tempat pengukuran pendinginan lebih lama untuk mengeliminasi
Tc = waktu pencacahan (T3-T2) banyaknya puncak-puncak nuklida Au yang
Tp = waktu pendinginan (T2-T1) lain dengan umur paroh pendek sebagai
Te = waktu iradiasi (Tl-TO) pengganggu. Diduga intensitas fluks pada
X = tetapan peluruhan radionuklida Au tempat-tempat tersebut lebih tinggi daripada
. _ 0,693 tempat lainnya.
A Tabel 3 dan 4 adalah data intensitas
Tl/2 fluks neutron pada masing-masing tempat
T1/2 = waktu paruh l98Au pengukuran yang digambarkan dalam
lingkaran 1 sampai 5 dengan diameter
Harga A(x) pada persamaan (2), selanjutnya
masing-masing 5 cm, 10 cm. 15 cm, 20 cm
dimasukkan ke dalam persamaan (1)
dan 25 cm (Gambar 1). Pcngolahan data

PSPKR-BATAN 124
Prosiding Presentasi Ilmiah Kesclainatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

menggunakan program QB 41 dengan waktu %, memberikan homogenitas intensitas fluks


pendinginan (Tp ), aktivitas Au pada waktu t, neutron yang sama pada setiap titik cuplikan.
(At) dan massa Au (MAU) sebagai variabel Tabel 7 adalah data fluks neutron
data masukan. Secara umum angka dalam 107 dalam rancangan acak lengkap yang di-
terlihat homogen untuk setiap lingkaran, tetapi kelompokkan dalam lima lingkaran dengan
angka dalam satuan dengan 6 desimal di diameter masing-masing 5 cm, 10 cm, 15 cm,
belakang koma terlihat heterogen. 20 cm dan 25 cm dari 44 kali pengukuran,
Ada banyak cara untuk mengolah diperoleh harga rata-rata 2,57 dengan deviasi
data. Dalam hal ini penulis memilih metode 0,54 (21%). Menurut ASTM, deviasi yang
analisis data yang sesuai dengan persoalan diperbolehkan adalah 7,5 %, ternyata berbeda
yang ingin diketahui yaitu : 1. Ukuran jauh, ini berarti tidak diterima. Tabel 8
sebaran, untuk mengetahui seberapajauh data adalah data yang disusun dalam ANOVA
tersebut menyebar atau seberapa jauh data dari data Tabel 7, yang menggambarkan
tersebut menjauhi ukuran pemusatan, diambil analisis varian untuk menduga distribusi
nilai rata-rata sampel (mean) dan standar intensitas fluks hasil pengamatan kelima
deviasi untuk sampel (S), 2. Dibuat lingkaran dari 44 pengukuran nuklida foil Au.
rancangan acak yaitu pengelompokkan data Hasil ini memberikan informasi bahwa
digambarkan dengan 5 kelompok atau 5 tingkat intensitas fluks pada taraf kepercayaan
lingkaran unit percobaan. Pengelompokan ini 95 %, berbeda nyata , hipotesis tidak
dimisalkan muncul akibat pengaruh per- diterima, karena F hitung = 7,39 > F Tabel
lakuan intensitas fluks neutron dan lokasi 3,86. Hal ini berarti bahwa kelima lingkaran
cuplikan yang berbeda. Dari data pengamatan dari 44 kali pengukuran dengan deviasi 2 1
dapat dihitung perbedaan rata-rata kelompok, % memberikan intensitas fluks neutron
jumlah masing-masing kelompok dan yang heterogen.
banyaknya pengamatan. Setelah harga-harga Apabila kita bandingkan antara
tersebut diperoleh, maka disusun dalam analisis varian Tabel 6 dengan Tabel 8.
sebuah daftar analysis varian disingkat Pada Tabel 6, disusun dalam 4 lingkaran,
ANOVA. Menurut Sudjana [1], asumsi yang dimulai dari lingkaran kesatu sampai keempat
biasa diambil dalam ANOVA adalah sifat : dengan 36 pengukuran, F hitung < F Tabel
homogenitas varian, aditif, linieritas, dan dan rata-rata pengukuran = 2,82 untuk setiap
independensi. Dalam makalah ini diambil sifat cuplikan dengan deviasi 7,8 %.
homogenitas atau bentuk distribusi.
Hipotesis ini diterima, karena
Tabel 5 adalah data fluks rancangan memberi-kan intensitas fluks yang homogen .
acak lengkap yang dikelompokkan dalam 4 Tabel 8, disusun dalam 5 lingkaran, dimulai
lingkaran dengan 36 pengukuran, diperoleh dari lingkaran kesatu sampai kelima dengan
harga rata-rata = 2,83 dan deviasi = 0,22 44 pengukuran (sesuai dengan diameter
(7,8 %), menu rut ASTM Designation E 545-75 cuplikan RN-1 = 30 cm ), F hitung > F Tabel
untuk memperoleh bentuk bayangan kualitas dan rata-rata= 2,57 dengan deviasi 21%.
yang baik dari 5 titik pengukuran diperoleh Hipotesis tidak diterima, karena memberikan
harga rata-rata dengan deviasi 7,5 %. Tabel intensitas fluks yang heterogen, jadi analisis
6 adalah data ANOVA dari Tabel 5 yang varian Tabel 6 memberikan hasil baik
menggambarkan analisis varian untuk men- sedangkan analisis varian Tabel 8 memberikan
duga homogenitas intensitas fluks neutron hasil sebaliknya.
hasil pengamatan empat lingkaran dari 36
cuplikan foil emas. Hasil ini memberikan Persiapan cuplikan
informasi bahwa tingkat intensitas fluks
neutron pada taraf kepercayaan 95% tidak Gambar 1 adalah susunan foil emas
berbeda nyata sehingga hipotesis diterima, atas tempat cuplikan pada RN-1, berdiameter
karena F hitung = 1,08 < F Tabel =2,90. Hal 30 cm.. Tujuan utama penyiapan cuplikan
ini berarti bahwa keempat lingkaran dari 36 adalah agar hasil analisis yang diperoleh
pengukuran tersebut dengan deviasi (S) = 7,8 sedekat-dckatnya dengan nilai yang
sesungguhnya. Oleh karena itu harus

PSPKR-BATAN 125
Presiding Presentasi Ilmiah Kesclainatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

diusahakan agar cuplikan yang disiapkan neutron gamma = 2,57 x 107 n/cm2.s/83,33
benar-benar representatif, artinya cuplikan mR/s = 3,08 x 105 n/cm'2.mR''
yang dianalisis mewakili berbagai sifat sistim
yang ditentukan. Untuk itu disiapkan foil KESIMPULAN
emas tipis sebanyak 55 buah, tebal = 0 , 1
mm, diameter = 4,5 mm dan berat = 0,05 Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan
gram . dapat ditarik kesimpulan :
Foil emas diletakkan di atas pelat Al 1. Intensitas fluks neutron memberikan
No. ref. 5754, diameter 300 mm dan disusun distribusi yang homogen pada daerah
dalam kelompok lima lingkaran (Gambar 1), cuplikan berdiameter 200 mm, yaitu
masing-masing lingkaran berdiameter 5, 10, sebesar 2,83 x 107 n/cm2detik, sedangkan
15, 20, dan 25 cm. Ternyata bahwa susunan pada daerah cuplikan berdiameter 300 mm,
foil di atas pelat dari kelompok lingkaran 1 intensitas fluks sebesar 2,57 x 107
sampai 4 memberikan intensitas fluks neutron n/cm2.detik.
yang homogen, sedangkan jika foil Au yang 2. Harga rata-rata fluks neutron pada daerah
disusun diatas pelat Al dari kelompok cuplikan berdiameter 300 mm adalah
lingkaran 1 sampai 5, kemudian dianalisis sebesar 2,83 x 107 neutron/cm2.detik.
secara ANOVA memberikan intensitas fluks 3. Disarankan untuk uji dengan teknik
yang heterogen. Sebagai kesimpulannya radiografi neutron di PPSM, ukuran
cuplikan diameter 200 mm akan memberikan cuplikan sebaiknya berdiameter ^ 200 mm.
kualitas yang baik. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan,
Harga nisbah L/D menentukan ukuran misalnya perekaman bentuk bayangan
cuplikan yang akan diuji. Keterbatasan (kehitaman film) dengan teknik radiografi
panjang L/D tergantung pada harga fluks neutron, atau penentuan kualitas bentuk
pada celah berkas masuk (BM), D. bayangan dengan teknik radiografi neutron,
Kolimator RN-1 ISN-PPSM mempunyai dll.
harga L = 5891 mm dan D = 60 mm, jadi
harga nisbah L/D = 98. Menurut P. Ilham
Yazid dan Arlinah, K [6], untuk setiap
fasilitas RN di dunia harga nisbah L/D tidak UCAPAN TERIMA KASIH
sama. Sifat atenuasi cuplikan dapat berubah
sesuai bahan dan unsur yang membentuknya. Penulis menyampaikan terima kasih
Oleh karena itu tidak mungkin membuat kepada kepala PRSG-GAS yang telah
standar yang universal. memberikan kesempatan dan izin sesuai jadwal
Tabel 9 adalah data intensitas fluks operasi reaktor. Penulis juga menyampaikan
dari 12 buah foil emas berlapis Cd yang terima kasih kepada kepala PPSM dan kepala
disusun di atas pelat secara acak dan ISN-PPSM yang telah memberikan dorongan
memberikan intensitas fluks neutron dan dimasukkannya penelitian ini dalam
6 2
maksimum =3,53 x 10 n/ cm .s. Dari data kegiatan Non kode PPSM. Tidak lupa penulis
tersebut memberikan kriteria, Red = 8 juga menyampaikan terima kasih kepada
(menurut P. Ilham., dkk, R^ < 2,4 memenuhi Sdr.Setiawan teknisi ISN-PPSM yang telah
syarat kriteria). membantu, menyusun dan mengiradiasi
Harga nisbah neutron gamma memberikan cuplikan sampai selesainya percobaan ini.
gambaran kerataan bentuk permukaan
bayangan. Pengukuran laju dosis dengan alat DAFTAR PUSTAKA
Baby Line pada posisi cuplikan di fasilitas
Radiografi Neutron memberikan laju dosis 1. SUDJANA.M.A., Disain dan Analisis
sebesar 30 rad/jam = 83,33 mR/s pada daya Eksperimen, Pnt.Tarsito Bandung (1980)
reaktor 20 MW, intensitas fluks neutron pada 2. SUPANDI, GUNAWAN, DAN EDY
posisi cuplikan diameter 300 mm sekitar 2,57 GIRY, SP., Prosiding Seminar Sains dan
x 107 n/cm2.s, dengan demikian harga nisbah Teknologi Nuklir Menyongsong Reaktor
TRIGA MARK II Bandung 2 MW

PSPKR-BATAN 126
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkimgan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Sebagai Sarana Peningkatan Mutu Litbang ILHAM Y, ARLINAH, K., Proceeding


Iptek, PPTN-BATAN Bandung (1996) Seminar Pendayagunaan Reaktor Nuklir
CILAS ALCATEL, Neutron Guides Untuk Kesejahteraan Masyarakat, PPTN
Transmission Measurement, 8 Avenue Bandung (1990)
Buffon, Februari (1992). MOHTAR DAN MARDIYANTO.,
ASTM DESIGNATION : E 545-75, Majalah BATAN Vol.XXV No.3/4, Juli-
Standar Method for Determination Image Oktober 1992.
Quality in Thermal Neutron Radiographic
Testing, 1975.
5. HOWKESWORTH,M.R., and WALKER,
I., Proceeding of The First Word
Conference, San Diago, California U.S.A.,
Desember 7-10, 1981, D-Riedel Publishing
Company, London, England.

Tabel 1. Aktivitas emas hasil pengukuran dengan MCA. Irradiasi tanggal : 08-04-1996 mulai
jam 08.15, selesaijam 16.10, lama irradiasi : 8 jam

peftcacaliari: pericacahan; ;(Bq) Keterangan

Au-49 0.0527 16.26 300 1.1456E+04


Au-50 0.0537 16.30 300 1.1552E+04
Au-51 0.0513 16.47 300 1.1039E+04
Au-52 0.0537 16.58 300 1.2821E+04
Au-53 0.0491 17.09 300 1.2242E+04
Au-55 0.0529 17.20 300 1.2847E+04
Au-56 0.0518 17.31 300 1.2120E+04
Au-54 0.0521 17.42 300 1.3068E+04
Au-48 0.0543 17.53 300 1.3250E+04

10 Au-47 0.0542 09.29 300 1.1474E+04


11 Au-40 0.0531 09.55 120 1.5907E+04
12 Au-46 0.0523 11.19 120 1.2084E+04
13 Au-43 0.0536 11.27 120 1.1957E+04
14 Au-42 0.0520 11.35 200 1.2023E+04
imniiifii
15 Au-41 0.0524 11.45 200 1.2708E+04
16 Au-44 0.0540 12.18 120 1.1563E+04
17 Au-33 0.0538 12.26 600 1.2187E+04
18 Au-37 0.0545 12.56 300 1.283 3 e+04 in
AW;::
19 Au-36 0.0514 13.17 600 1.2122E+04
20 Au-28+Cd 0.0544 13.35 300 1.3369E+03
n
21 Au-09+Cd 0.0513 14.41 120 1.3069E+03
22 Au-08 0.0505 15.32 600 1.0834E+04
23 Au-24
Au-30
0.0530 15.54 300 1.0541E+04 11111111111111
24 0.0518 16.14 300 1.0489E+O4
25 Au-32 0.0526 16.24 300 1.1038E+04
26
27
Au-11+Cd 0.0473
Au-31 0.0533
16.35
17.28
1500
300
1.4204E+03
1.0773E+04
liiillllilillillSiiii
28 Au-29 0.0523 17.38 300 1.0576E+04
29 Au-27 0.0532 17.58 300 1.0437E+04
Rata-rata = 11920,8 + 1161 (n=26), tanpa No.Au + Cd

PSPKR-BATAN 127
Presiding Presentasi Htniah Keselnmatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agusftis 1996
ISSN : 0854-4085

Tangai Sradiaa : 08 -4-1996


Days RcakWr . 20 MW
Mulsipiik.ii! .08 !5 WJB
Slcppukul . )6i5Wi8
Paparan Radiasi Setefah 24 ]a;u 0 4 iR
Larrm lradiasi . 8 )&;n
Diameter Lingkaran

Ti -- K> c m
J1J -- I S c m
IV -- 20 cm
V - 2S cm
VI - Mem

. FOIL Au d:ia^:> ci}

Gamtiar i. Biagrani alir $t<sunao foil A ;>;!;> d.ierah cp)i!<an !t;idi<>ralt


Neufron

radiast tLmgi'ai 08-04-i9''i(i. st.irt

Xi ''' i -'' '' . " . . ' . . " . - . " ' . . . " ' . . " ' . - . . . . ' . - \ ' . . . . - . . ' . . - . - . ' - - . ' -.

> : ' ; <


: , , . _ : . . . . . . . - ; . . - . - . . . . - ; . . . " * . . . " . . " . . ' , . , ' , - . ' ' :

%y%?'
:
.-'"' ' ^:.y^..?.-.''
.>O()sm)/-J-'.> ]'-XD&\kVV'. ' ^:":Kx<f^~.-::::-^C--- .'i . " C '.* : - 1 ' -"K":-!.s" :

30 Au-;7-Cd 0.0541 18.10 900 1.6582E---O3 i^ : 'jV%%- .'.';']' i


3! Au-20 0.0521 18.49 400 1.0S74E-i<M , . . : , ; ' . , : . : . ' , . " y
. . , :
' , . |

32 A -:(} 0.0533 19.02 400 l.2524E-i-04


33 Au-U 0.O-S83 19.18 400 I.1259E-O1 V-J0-0lt-:J59<)"' '. i
34 A:j-23+Cd 0 050! 19,30 900 1.1512E-03
35 Au - I 2 0 0512 19.53 400 1 . 1 H 8 E - K U ! ' .'-'' -.-.;.. i
36 Au-IO 0 0511 2005 400 I.O258K-KM j : ;!filllrC4-i96/ : 1
37 Au-iS+Cd 0 0518 20,19 43200
:
38 Au-H-KM 0.051S 08.2. S 900 i.4i46fc>o:, !:;,-,.*; > \ !
39 Au-(!3-t-Cd O.O53S 08.48 900
40 Au-19+Cd 0.0504 00.09 900 ! !500t;<)'j
42 Au-OJ+Cd 0 0519 09.37 90(1 ! 2373E-O3 iM-4~1996:: ;
! I
43 Au-2t+Cd 0 0533 10 08 900 1.O277E-H13
44 A a-07 0 0549 10 37 900 l.O592Ei-O.i
Au-05 0 05070. 11 18
: - : I

45 900 N 7347E--O3
46 A u <.)(> 0539 11,56 900 I 0041IE: 04
47 Au-O-f 0 0505 12 17 900 y.074 7E-i-03
48 Au-02 0.0544 12.38 900 y 9024F.-03

Pt9 Au-26 0.0537 13.22 900 8.33(!i)E-H)3 , -.:.. '.. " ' j

| 50 Ati-35 0.05 iti 13.52 180 9.631 JE+03


. ! " :.- ' ; : " "" ... " ... i

Au-38 0.0534 14.06 180 9.7K32E+O3


i 52 Au-3--fCd 0.0512 14.26 180 l.3)2f>E+CJ >iM4-;i996s : j
I ^j Au-25 0.0531 14.30 1000 8.0568E+CJ :
: :
: : ' ' : : - : ' % ^ \ ' ' " , ' ' ' ' x ^ ' |

! 54 Au-18 00532 16 1 ! 600 1.0040tvv()4


i ^c
; "*
Au-22 0.0544 16 ?8 600 K.555U.--KJ3 jv:% : -., : : 1
:56 Au-45 0 0505 16 49 600 7.4S44JHO3 l;y^:,:::-l:-:< |
[57 Ay-39 0.0535 17 05 600 > . 4 5 4 4 E - ( ! 3 ['; "::" -% "'. j

Raia-rnfa - 976 i ,8 -: 523! (n-IXI. wiim No Au + Cd

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Data intensitas fluks neutron, vvaktu iradiasi,Ti - 8 jam = 480 menit pada tempai
pengukuran kelompok lingkaran IV dan V

:iillfli
Au-49 1456
BeratFoil

0,0527
: Fluks'::/Ne^itfqi|:::i;:;: jKeterarigan ;:! ':.
'(nicm^ifJefikpii:;
1.454377E+07 Bf Pf;;.. g4m g
Au-50 1460 0,0537 1.441315E+07
Au-51 1477 0,0513 1,45O543E+O7
Au-52 1488 0,0537 l,615754E+07
Au-53 1499 0,0491 l,693979E+07 llatia^ata Flfiks '
Au-54 1532 0,0521 I.724396E+07 S i ] , 57x10 7 :'"
Au-55 1510 0,0529 l,617822E+07 li nicra2;;dctik;;;:.:;;.
Au-56 1521 0,0518 I.602245E+07
Au-25 4246 0,053 1 2,75493 IE+07
Au-26 4172 0,0537 2,742920E+07
Au-27 3008 0.0532 2.287240E+07
Au-29 2988 0,0523 2.340773E+07
Au-30 2904 0,06 IS 2,2745 19E+07
Au-31 2978 0,0533 2,331282E+O7
Au-32 2914 0,0526 2.365614E+07
Au-33 2676 0,0538 2,345 129E+07
Au-35 4202 0,0516 3.336037E+07 iDINGKARAN
:
Au-36 2727 0.0514 2.486504E+07 "-< ' I V :
Au-37 2706 0.0545 2,46403 IE+07 Rata-rata Fluks
Au-38 4216 0,0534 3,29094111+07 = 2,52xlO 7
Au-39 4395 0,053 5 3.384376E+O7 n/cm2.detik :
Au-40 2525 0,053 1 2,938186E+07
Au-41 2635 0,0524 2,474 I52E+07
Au-42 2625 0,057.0 2.35O368E+07 : : :

Au-43 2617 0,0536 2,26120SE+07


Au-44 2650 0,0540 2.196283E+07 " :
- ' 1 1
; : ' . ' : .

Au-45
:

4379
: ' : ' . : ' - . ;

0,0505 2,822133E+07 . . ".!.' : ; ^ - - " - 0 ' . "' ": / . /

Au-46 2609 0,0523 2.335334E+07


Au-47 2499 0,0542 2,057124E+07
Au-48 1543 0,0543 I.684190E+07
Keterangan Foil Au, tersusun dalam kelompok lingkaran 1 s.d. 5,(Gambar I ) , diameter
masing-masing 5 cm, 10 cm, 1 5 cm, 20 cm d in 25 cm

Tabel 4. Data intensitas fluks neutron pada posisi cuplikan kelompok lingkaran I, II dan III,
waktu iradiasi, Ti = 4 8 0 menit _^___

-:!>:M:V:;:o
BHlIilill
Au-02 4128 0,0519 3.168445E+07
Au-04 4107 0,0505 3.104430E+07

Au-05 4048 0,0507 2.914150E+07


Au-06 4086 0,0539 3,193907E+07
Au-07 4007 0,0549 3.215924E+07 llllllllli;!
;
Au-08 2862 0,0505 2.373862E+07 KatalfalfeFiuks si

Au-10 3135 0,05 1 1 2,44921 IE+07


Au-12 3123 0,0512 2.638009E+07
Au-14 3088 0,0483 2,796617E+07
Au-16 3072 0,0533 2,80291 3E+07
Au-18 4341 0,0532 3.545100E+07
Au-20 3059 0,0521 2,478136E+07
Au-22 4358 0,0544 2.972I76E+07
Au-24 2884 0,0530 2,2181 I0E+07
Kcterangan : Foil A u , tersusun dalam kclompok lingkaran 1 s.d. 5,(Gambar 1), diameter
masing-masing 5 cm. 10 cm, 15 cm, 20 cm dan 25 cm

PSPKR-BATAN 129
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

T a b c l 5. L> a I :i liitousitas Fluks r;incan;m acak lengknp nukluia /'oil A it-198 pada iokasi cuplikmi radiografi nclron.
(lalani 107 n/cin^.(il.
''>'' -'f-'U ' - P l i R L A K U A N ''.;. '.'-
. ' ; ;; I:J CUPLIKAN SUSUNAN FO/A EMAS :J: : Juinlah:

Lingkaran IV p ' 1 Y"f~:TIiingkaran I I I ' '' :Lihgkaran II Lingkaraii 1 {


Imcnsitas Fluks : IntciisitaS Fluks Inlensitas Fluks Intensitas Fhiks
2.75(25) 2.45(10) 2.91(05) 3.17(02)
2.74(2C) 2.63(12) 3.I9(6) 3.10(04)
2.29(27) 2.8(1(14) 3.22(07)
2.34(29) 2.8O(l(i) 2.37((W)
2.27(30) 3.54(18)
2.31(3 0 2.48(20)
. 2.37(32) 2,')7(22)
2.34(33) 2.22(24)
PENGAMATAN I j.3d(35)
I 2.49(36)
1
1
I 2.-16(37) Ra(a-rat fluks =
3.29(3) 2,S3ilO ; n/cni2.clc( |
1 ?OX(39) 1
2.94(40) 1
2.47(4 1)
2.35(42)
j 2.26(43) I
2.2(1(44)
I ^.82(45) I
2.33(46) |
2.06(47)
! 1.68(48)
Juinlah 55,52 2 1.89 11.69 6.27 95.37
Barivaknya
pcnuukwran 22 8 4 l 36
Rnt.i-r.nrn 2,52 : 2.74 2,92 3.13 2,83 0,22 (7,X%)

Tabcl 6. ANOVA untuk data pengamatan Tabcl 5.

1AI 11
Hi I
m iii it if
Rat a-rata i >47,3 8 24 7,38

Perlakuan 3 1,1 0,37 2,9 1,08

K.ekeliriian 32 10,76 0.34

Jumlali 36 259,24

Ketcrangan Diambil taraf signifikasi a = 0,05 Umuk distribusi U | = J dan u i = 32 maka didapal F = 2,9, Karena F hitung = 1,08 lebih kecil
dari pada F label = 2,9 berarti sebaran fluks pada lokasi tersebut homogen, hipoiesa dilerima

Rata-rata fluks : 2,83 x 10 7 0,22(7,8%) neutron/cm 2 .detik

PSPKR-BATAN 130
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 7. Data Iritensitas F tut s ranc< nga i acak lengkap nuklida Foil Au-198 pada lokasi cuplikan Radiografi Neulro
dalam 10^ n/cnvvdc tik
mm
1m1 MH Li n ;aran V
g
m
Lingkaran IV Lingkaran III
l
il
^ l
ll
ll
lusus
l
Lingkaran I! Lingkaran
1m
I mens tas Flu ks Intensiias Fluks Intensiias Fluks
[ntcnsiias Fluks jniensitas Flu ks
1.45(49) 2.75(25) 2,45 (10) 2.91 (05) 3,17(02)
,44 (50) 2.74 (26) 2,63(12) 3,19(06) 3,10(04)
1,45(51) 2.29(27) 2,80 (14) 3.22 (07)
.62 (52) 2,34(29) 2,80(16) 2,37(08)
1,69(53) 2,27 (30) 3.54 (18)
,72(54) 2.33(31) 2.48 (20)
1.62 (55) 2,37(32) 2,97 (22)
1.60(56) 2.34(33) 2.22(24)
PENGAMATAN 3.36(35)
2,49(36) Rma-rata fluks =
2.46 (37) 2.57 x O I ' n/cm^.dt
3.29 (38)
3.38 (39)
2,94 (40)
2,47(41)
2.35(42)
2.26(43)
2.20 (44)
2.82(4 5)
2.33 (46)
2.06(47)
1.68(48)
Junilah 12,59 55,52 21,89 11,69 6,27 107,96
Banyaknya
Pengukuran 8 22 8 4 2 44
Rata-rala | 1,57 2,52 | 2,73 2,92 3,13 2,57 0,5(21%)

Tabel 8 ANOVA untuk dala peniiamatan Tabel 7

;
;;..;Suniljcr M dk MX''::' ' F(h|tui) ;;
Vat'iiisr
i 260,01 260,01
Rata-rata
4 8,28 2,07 7,39 3,86
Perlakuan
39 10,85 0,28
Kekeliruan
44 279,14 262,36
Jumlah
Keietangan
Diambil laraf signifikasi a = 0,05, untuk dislribusi vl = 4, v2 = 39 . karcna F hiking =7,39 lebih besar dari pada F Tabel
= 3,86 berarti sebaran fluks pada tempat lersebut heierogen (lidak homogen), hipolesa tidak diterima

Rata-rata fluks : 2,57 x 10 7 0,54 (21 %) neutron/cm2.dctik

PSPKR-BATAN 131
Prosiding Presentasi Italian Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 9 : Intensitas fluks neutron dari 12 foil Au berlapis Cd, pada posisi
kelompok lingkaran I, HI, dan IV, waktu irradiasi 8 jam

Au-28 2745 0,0544 2.607807E+06

Au-34 4236 0,0512 4,638217E+06

Au-09 281 : 0,0513 2.767944E+06

Au-11 2925 0,0473 3,398587E+06

Au-13 3878 0,0518 4.346668E+06

Au-15 3149 0,0518 3.850921E+06

Au-1 7 3020 0,0541 3,5SS824E+06

Au-19 3919 0,0504 3.6S73S2E+06

Au-21 3978 0,0533 3.180772E+06

Au-23 3100 0,0501 2,768587E+06

Au-01 3945 0,0519 3,8S9407E+06

Au-03 3898 0,0538 3,3825 12E+06


Illllllllllllli
:;:;:;:;;;:;:;>:o;^:;^:;.;:::;:v:;0:^:;:y;^:;::.::;:;::v;:;:;:-::.>:.:.;.y.r.^.:.:.^.;.:.:.:.:.:
;:::;:;::>::::>>:;:;^;.;:::;:;:::;:s

Keterangan : Foil Au, tersusun dalam kelompok lingkaran I s.d. 5, diameter masing-
masing 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm dan 25 cm.

DISKUSI 3. Pada daerah cuplikan diameter 300 mm


diperoleh perbedaan fluks 2,57 dan 2,83
Mulyadi Rachmad - PSPKR : sedangkan angka 107 sama disebabkan
Dari topik makalah,faktor-faktor apa yang karena sifat neutron yang menghambur.
menyebabkan perubahan harga fluks ?.
Budi Santoso - PPkTN:
Supandi : 1. Kolimator yang digunakan di RSG ada dua,
Faktor-faktor yang menyebabkan harga fluks apakah besarnya sama L/D ratio = 91 ?.
berubah khususnya di Fasilitas Radiografi Berapa fluks neutron yang benar ?.
Neutron adalah : 2. Untuk mengoptimasi fluks neutron apakah
1. Pemasangan sistem kolimator pada Radio- tidak sebaiknya di daerah cuplikan juga
grafi Neutron dipasang sistem tangensial. digunakan kolimator tambahan ?.
2. Air pendingin sebagai moderator.

PSPKR-BATAN 132
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

3. Bagaimana caranya mengeliminasi sinar homogen dan dapat digunakan untuk


gamma pada fasilitas neutron radiografi keperluan penelitian Radiografi Neutron.
RSG-GAS ?. Kolimator terdahulu sebenarnya tidak rusak
hanya setelah diukur fluksnya 1,85 x 10 7
Supandi : n/cm2 dt dengan deviasi + 20%. Ini
1. Diameter kolimator luar dan dalam sama menggambarkan bahwa fluks pada lokasi
dengan L/D ratio = 98. Kedua fluks benar. yang sama bersifat heterogen. Setelah
Untuk diameter cuplikan 200 mm = 2,83 x kolimator luar dilapisi dengan kadmium
10 7 n/cm2 dan untuk diameter cuplikan 300 diperoleh fluks 2,85 x 10 7 n/cm2 dt
mm = 2,57 x 10 7 n/cm2. Untuk penelitian (diameter 200 mm) dan 2,57 x 107n/cm2 dt
menggunakan Radiografi Neutron di PPSM (diameter 300 mm).
disarankan diameter cuplikan sebesar 200
mm karena sebaran fluksnya homogen.
2. Suatu masukan/saran yang baik.
3. Tidak tahu.

Mukhlis Akhadi - PSPKR :


1. Sejauh mana metode pengukuarn fluks yang
digunakan dapat mengidentifikasi energi
neutron, mengingat metode aktivasi Au
lebih sering digunakan untuk pengukuran
fluks neutron termik ?.
2. Dalam abstrak disebutkan bahwa kualitas
berkas neutron ditentukan oleh distribusi
intensitas fluks,L/D ratio, Cd radio, gamma
ratio. Apakah energi neutron sendiri telah
tercakup dalam keempat parameter
tersebut?

Supandi :
1. Pada percobaan kami tidak mengikut
sertakan energi neutron. Spektrum energi
neutron ditentukan oleh PRSG.
2. Karena fluks yang berasal dari reaktor itu
merupakan fluks total (fast, epithermal dan
thermal, bersama-sama sinar gamma)
sehingga energi neutron ini telah tercakup di
dalamnya.

Darsono - PAIR :
1. Apa fungsi komponen kolimator luar dan
dalam pada distribusi fluks neutron ?.
2. Apa saja yang menyebabkan kerusakan
kolimator sehingga perlu perbaikan ?.

Supandi :
1. Fungsi kolimator luar dan dalam adalah
untuk mengarahkan fluks neutron hingga

PSPKR-BATAN
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085 ID0000072

ESTIMASI PAPARAN RADIASI DI SEKITAR REAKTOR AKIBAT


KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN (LOCA) PADA ABWR
Ign. Djoko Irianto dan Sai"wo D. Danupoyo
Pusat Pengkajian Teknologi Nuklir - Batan

ABSTRAK
ESTIMASI PAPARAN RADIASI DI SEKITAR REAKTOR AKIBAT KECELAKAAN
KEHILANGAN PENDINGIN (LOCA) PADA ABWR. Kecelakaan kehilangan pendingin (JLoss-Of-Coolant
Accident = LOCA) pada suatu reaktor nuklir adalah kecelakaan yang diasumsikan berawal dari adanya bocoran
pada pipa sistem pendingin primer maupun pada bejana reaktor. Pada kecelakaan ini terj adi pelepasan pendingin
yang dapat diikuti olehpelepasan produk fisi radioaktif ke bejana pengungkung primer, pengungkung sekunder,
dan selanjutnya dilepas ke lingkungan. Selain ke lingkungan yang bcrcsiko terhadap publik, pelepasan produk
fisiradioaktifjuga terjadi di niang kendali yang beresiko terhadap pekerja. Proses pelepasan. lintasan pelepasan,
aktivitas dan dosis paparan baik yang terjadi di lingkungan maupun di ruang kendali diestimasi dalam bahasan
makalah ini. Aktivitas yang dilepaskan ke dalam pengungkung primer pada 2 jam peitama masing-masing adalah
2,21 x ]07 Ci untukyodium dan 3,43xl0 8 Ci untuk gas-gas mulia. Kenaikan aktivitas lingkungan dan dalam
ruang kendali masing-masing adalah 3,lxl0 4 Ci dan 2,0xl0 3 Ci oleh isotop yodium dan 7,0xl0 6 Ci dan
1,9 x 107 Ci untuk gas-gas mulia.

ABSTRACT
RADIATION EXPOSURE ESTIMATION AROUND THE REACTOR DUE TO LOSS OF
COOLANT ACCIDENT (LOCA) ON ABWR. Loss of coolant accident in a nuclear reactor is an accident
which is assumed be initialized by a leakage at the primary coolant piping or by a leakage at the reactor vessel,
hi this accident, the coolant will be released and can be followed by some radioactive fission product release to
the primary containment, secondary containment and to the environment. Beside to the environment which be
a risk to the public, fission product released also occurred to the control room that will be a risk to the operator.
Releasing process, pathway, activity and the exposure dose to (he environment and also to the control room are
assessed and estimated in this paper. The activity which be released in the primary containment at the first two
hours are 2,21 xlO 7 Ci for iodine and 3,43 x 10s Ci for noble gas. The increasing of the environment activity and
in die control room are 3,1x10" Ci and 2,0xl0 3 Ci for iodine and 7,0xl0 6 Ci and l,9xlO 7 Ci for noble gas,
respectively.

PENDAHULUAN bersamaan diikuti oleh bekerjanya komponen SSE


{Safe Shutdown Earthquake) yang akan
Kecelakaan kehilangan pendingin {Loss- melakukan shut down terhadap reaktor secara
Of-Coolant Accidents = LOCA) pada suatu otomatis.
reaktor nuklir adalah kecelakaan yang Bocornya pendingin primer pada reaktor
diasumsikan berawal dari adanya bocoran pada ABWR akan dapat diantisipasi oleh bekerjanya
pipa sistem pendingin primer maupun pada bejana sistem shut down secara otomatis. Namun
reaktorfl]. Kejadian ini dapat menyebabkan demikian pelepasan pendingin primer yang
naiknya suhu kelongsong bahan bakar yang mengandung produk fisi radioaktif ke bejana
berakibat pada kerusakan kelongsong tersebut pengungkung dan ke lingkungan akan sangat
sehingga dapat terjadi pelepasan produk fisi dari berbahaya baik terhadap pekerja maupun
elemen bakar. Tingkat resiko terhadap sistem masyarakat di sekitarnya. Pelepasan produk fisi
reaktor yang terjadi akibat LOCA ini radioaktif ke bejana pengungkung pada
berbeda-beda bergantung pada banyaknya air kecelakaan kehilangan pendingin ini terutama
pendingin yang hilang dari reaktor sehingga diakibatkan oleh adanya bocoran pendingin primer
menurunkan kemampuan pendinginan teras yang mengandung produk fisi pada pipa sirkulasi
reaktor. LOCA yang terjadi pada reaktor air didih primer. Dampak pada sistem reaktor yang paling
{Boiling Water Reactor= BWR) dapat dibedakan parah dan mempunyai kemungkinan terbesar
menurut: ukuran, tipc, dan lokasi bocoran. Tipe adalah pelepasan material radioaktif ke bejana
bocoran mencakup daerah atau jalur sistem untuk pengungkung yang disebabkan oleh bocornya
proses uap maupun air. Pada kejadian ini secara salah satu atau kedua jalur penginjeksi sistcm

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

pembanjir teras bcrtekanan tinggi pada ABWR gas yodium yang terdapat dalam teras. Dalam
ABWR, ketika terjadi LOCA, sistem pendingin
Dalam makalah iiii dibahas tentang pelepasan teras darurat (Emergency Core Cooling System =
produk fisi dan konsekuensi radiasi yang ECCS) akan bekerja dan mengakibatkan kenaikan
diakibatkan oleh timbulnya bocoran pendingin tekanan bagian drywell pada pengungkung primer,
primer pada rancangan reaktor ABWR. Analisis yang selanjutnya diikuti dengan pembersihan gas-
dilakukan terhadap dua lokasi yaitu di dalam gas dari drywell melalui suppression pool menuju
ruang kendali dan di daerah sekitar lokasi reaktor. daerah wetwell seperti ditunjukkan pada Gambar
Evaluasi dilakukan baik terhadap nuklida yang 1. Analisis gas yang lewat selama periode ini
dilepaskan maupun dosis paparan radiasi di kedua menunjukkan bahwa dalam waktu dua menit
lokasi tersebut. hampir 100% produk fisi yang dilepas ke drywell
dibuang ke wetwell [2]. Hasil perhitungan yang
ditunjukkan pada Gambar 2. menunjukkan bahwa
PELEPASAN PRODUK FISI DAN dalam dua menit terdapat sekitar 10% gas yodium
LINTASANNYA KE LINGKUNGAN inorganik yang dilepaskan ke drywell masih
tersisa di dalam wetwell, Di luar waktu yang dua
menit ini, diasumsikan bahwa tidak terjadi lagi
pembersihan gas sehingga produk fisi yang masuk
ke dalam suppression pool akan bertahan berada
di dalam kolam. Tindakan ECCS berikutnya yang
mengakibatkan tekanan negatif di dalam drywell
terhadap wetwell akan mengakibatkan pembukaan
katup vakum (vacuum breakers) dan
mencampurkan udara pada drywell dan pada
wetwell. Oleh karena itu, untuk tujuan analisis ini,
diasumsikan bahwa produk fisi yang tersisa
terdistribusi secara merata di seluruh ruangan
pengungkung primer.
Analisis pelepasan produk fisi ke lingkungan
dilakukan terhadap dua jalur lintasan. Pertatna
Gambar 1. Lintasan pelepasan produk fisi
adalah lintasan bocoran ke gedung reaktor
akibat LOCA. (pengungkung sekunder) melalui penetrasi oleh
komponen rekayasa keselamatan. Evaluasi
terhadap bocoran pada lintasan ini menunjukkan
bahwa nilai bocoran tidak lebih besar dari 0,5%
1.0 T 1 1 i 1 i volume per hari pada volume udara dalam
0.5 -
o.a
\ pengungkung primer untuk 24 jam pertama, dan
-
\
0.7 -
menjadi setengahnya pada 24 jam berikutnya [3].
0.6 -
Penurunan bocoran diasumsikan terjadi karena
0.6 -
tekanan pengungkung primer turun dengan faktor
0.4 - setengah, sehingga gaya dorong untuk bocoran
0.3 - melalui lintasan ini juga menurun.
0.2 - Pengungkung sekunder terdiri atas banyak
0.1
! DBYWELL ,
ruangan yang dipertahankan pada tekanan negatif
40 60 terhadap tekanan lingkungan, dengan demikian
WAKTU (DETTK)
perlu penyediaan suatu volume untuk menampung
Gambar 2. Yodium tersisa dalam pelepasan produk fisi. Aliran melalui gedung
pengungkung primer selama reaktor/ pengungkung sekunder secara langsung
fase kecelakaan. dilewatkan oleh sistem pengolah gas cadangan
(Standby Gas Treatment System = SGTS) ke
cerobong melalui beberapa filter arang. Karena
Analisis pelepasan produk fisi dilakukan rancangan reaktor dengan gedung reaktor secara
dengan asumsi bahwa produk fisi yang dilepaskan pcnuli terkungkung di dalam pengungkung primer,
kc pengungkung primer adalah gas-gas mulia dan maka u'dak terdapat bypass bocoran kecuali yang

PSi KR-BATAN 135


Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

langsung melalui jalur pipa uap utama. Pelepasan Lintasan pelepasan yang kedua adalah
dari gedung reaktor diasumsikan melalui SGTS melalui bocoran pada jalur pipa uap utama yaitu
yang selanjutnya menuju cerobong yang terletak bocoran dalam katup isolasi jalur pipa uap utama.
pada gedung reaktor. Selanjutnya dari cerobong Selanjutnya diasumsikan bahwa satu katup isolasi
dengan ketinggian 76 meter, dilepaskan ke gagal dalam keadaan terbuka. Aliran dari katup
lingkungan. Proses pelepasan gas-gas mulia dan isolasi kemudian secara langsung menuju jalur
gas yodium selama LOCA ditunjukkan dalam pipa uap utama ke gedung turbin melalui jalur
Gambar 3 dan 4. bypass turbin.

Pelepasan gas-gas mulia dari bahan bakar

Pelepasan ke dalam bejana pengungkung reaktor

Gas-gas mulia dalam ruangan di dalam bejana pengungkung reaktor

Bocoran dari bejana pengungkung reaktor


Laju bocoran : antara 0-1 jam 0,006/hari
setelah 1 jam 0,003/hari
lamanya bocoran : dalam periode tak terbatas

Gas-gas mulia dalam daerah reaktor di dalam gedung reaktor

Sistem Pengolah Gas Cadangan


laju ventilasi : 0,5/hari

Pelepasan gas mulia dalaml jumlah besar


sekitar3,5x l0 1 Bq

Pelepasan dari jalur ventilasi SGTS

Gambar 3. Proses pelepasan gas-gas mulia ke atmosfer selama LOCA

Ruang kendali ABWR secara fisik Karena ruang kendali ABWR secara fisik terletak
terintegrasi dengan gedung reaktor dan gedung di bawah tanah, maka kemungkinan kedua dapat
turbin, dan terletak di antara keduanya. Selama diabaikan. Oleh karena itu. paparan radiasi
LOCA, paparan radiasi terhadap operator terdiri terhadap operator seluruhnya diasumsikan terdiri
atas produk fisi yang beterbangan masuk ke dalam atas produk fisi yang masuk kc dalam lingkungan
sislcm ventilasi ruang kendali. dan pancaran niang kendali dari atmosfer.
radiasi dari sinar gamma dari gedung reaktor.

PSi'KR-BATAN 136
Presiding Presentasi Iltniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 408S

Pelepasan yodium tambahan Prosentase yodium dalam


daribahanbakar pendingin
kuranglebih5,5xlO"Bq kuranglebih9,6xlO"Bq

Pelepasan ke dalam bejana Pelepasan ke dalam bejana


pengungkung reaktor pengungkung reaktor
Prosentase pelepasan : 100 % Prosentase pelepasan : 100%

Yodium organik Yodium inorganik

Reduksi karena pengendapan dll.


dalam bejana pengungkung reaktor: 50 %
Reduksi karena air penyemprot bejana
pengungkung reaktor dll.

Yodium dalam rongga udara dalam bejana pengungkung reaktor

I
Bo coran dari bejana pengungkung reaktor
Laju bocoran: antara 0-1 jam 0,6A/hari
setelah I jam 0,3A/hari
Lamanya bocoran: dalamperiode takterbatas

Yodium di dalam daerah reaktor pada gedung reaktor

Sistem Pengolah Gas Cadangan


Lajuventilasi: 0,5%/hari
Keefektifan pembuangan Iodine: 99,99 %

Banyaknya pelepasan Yodium


kuranglebih 6,3xlO 6 Bq

Pelepasan dari jalur ventilasi SGTS

Gambar 4. Proses pelepasan gas yodium ke atmosfer selama LOCA (setara 1-131)

EVALUASI JUMLAH PELEPASAN a) Hingga terjadinya kecelakaan, diasumsikan


PRODUK FISI DAN DOSIS EKUIVALEN bahwa reaktor telah beroperasi untuk jangka
waktu yang lama (1000 hari) dengan daya
a. Kondisi Analitis Jumlah Pelepasan operasi sekitar 4005 MWt.
Produk fisi b) Konsentrasi produk fisi dalam pendingin
Pergerakan dan jumlah produk fisi yang primer pada saat terjadinya kecelakaan adalah
dilepaskan selama terjadinya kccclakaan sekitar 1.3 x 103 Bq/gyaitu konsentrasi 1-131
dievaluasi dcngan asumsi sebagai berikut: maksimum yang diijinkan dalam opcrasi

PSPKR-BATAN 137
Presiding Presentasi Ilmiah Ksselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

reaktor. dilepaskan dengan konsentrasi relatif.


Tabel 1 menunjukkan konsentrasi berbagai b) Dosis sinar gamma eksternal yang
nuklida dalam pendingin atau yang disebabkan oleh gas-gas mulia di luar batas
dilepaskan dari bahan bakar. lokasi dapat diperoleh dengan mengalikan
c) Jumlah produk fisi yang dilepaskan dari jumlah gas-gas mulia total yang dilepaskan
batang bahan bakar pada bagian rongga dengan konsentrasi relatif.
akibat penurunan tekanan reaktor, yaitu I-
131, sebesar 3,7 x 1013 Bq. Jumlah untuk b.2. Metode Analitik
produk fisi yang lain diperoleh dengan
asumsi bahwa komposisinya berada pada Dosis Thyroid
komposisi kesetimbangan. Dosis thyroid H, (rem) di luar daerah batas
d) 4% gas yodium yang dilepaskan ke dalam lokasi reaktor dapat dihitung dengan
bejana pengungkung adalah yodium organik, menggunakan persamaan (1) sebagai berikut:
sedangkan sisanya yang 96% adalah yodium
inorganik. . Z / Q . Q I . 100. (1)
e) Sebesar 50% yodium inorganik akan
menempel pada bejana pengungkung atau dengan
peralatan lain di dalamnya, sehingga tidak R : Laju napas manusia ( 2,66 x 10"1
memberikan kontribusi terhadap bocoran dari m 3 / s ) , didasarkan pada "Report of the
bejana pengungkung ke lingkungan. Task Group on Reference Man" yang
f) Produk fisi yang dilepaskan ke dalam bej ana dikeluarkan oleh ICRP.
pengungkung, sebanyak 100% yodium H= : Dosis thyroid orang dewasa bila terhisap
inorganik yang terlarut dalam kolam yang gas yodium sebesar 1 Bq
berada di dalam suppression-chamber. (8,8 x 10-7rem/Bq)
g) Peluruhan produk fisi yang terjadi di dalam fc : Koefisien konversi dosis thyroid dewasa
bejana pengungkung juga dipertimbangkan. ke dalam dosis thyroid bayi [2]
h) Dalam kondisi operasi normal, buangan dari %/Q : Konsentrasi relatif (s/m3)
sistem ventilasi reaktor beserta daerah turbin Qr : Jumlah j'odium yang dilepaskan ke
dialirkan ke SGTS. atmosfer selama periode kecelakaan (Bq)
i) Filter yang digunakan dalam SGTS (Setara 1-131)
mempun}'ai keefektivan pembuangan yodium
sebesar 99,99%. Tabel 5 memberikan harga Kg. 3'aitu faktor
j) Harga 3'ang telah ditetapkan dalam desain konversi yang menggambarkan pengaruh nuklida
(0,5 kali/hari) digunakan untuk harga yodium yang lain terhadap thyroid bila
kapasitas SGTS. diasumsikan bahwa pengaruh 1-131 terhadap
k) Periode evaluasi kecelakaan adalah periode thyroid adalah satu.
hingga tekanan di dalam bejana pengungkung
turun ke tingkat yang bocoran dari bejana Dosis Ekuivalen
pengungkungnya dapat diabaikan (di sini Persamaan (2) digunakan untuk menghitung
diasumsikan untuk periode yang tak Hr (rem), dosis eksternal sinar gamma di luar
terhingga). batas lokasi reaktor.
1) Produk fisi yang bocor ke dalam daerah
reaktor dari bejana pengungkung akan = K . D / Q . Q y . 100. (2)
dilepaskan ke atmosfer melalui cerobong
utama setelah diolah oleh SGTS. dengan
K : Koefisien konversi dari dosis absorpsike
b.l. Kondisi Analitis Dosis Ekuivalen dosis eksternal
Produk fisi yang dilepaskan ke lingkungan (K=100rem/Gy)
diasumsikan hanya dihamburkan melalui cerobong D/Q : Dosis relatif (Gy/Bq)
utama. Dosis eksternal yang diakibatkannya, Qy : Banyaknya gas-gas mulia yang
dihitung dengan dasar asumsi sebagai berikut: dilepaskan ke udara selama periode
a) Konsentrasi pada permukaan tanah di luar kecelakaan (Bq)
batas lokasi dapat diperoleh dengan
mcngalikan jumlah produk fisi total yang

PSPKR-BATAN 138
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

HASIL DAN PEMBAHASAN dan 7,0 x 106 Ci untuk gas-gas mulia.


Pelepasan produk fisi tersebut memberikan
a. Jumlali Pelepasan Produk Fisi dosis yang diterima oleh publik untuk seluruh
Aktivitas yang dilepaskan ke lingkungan, tubuh sebesar 3,9 rem padajarak 800 meter
yang dihitung berdasarkan kondisi analitis di atas setelah 30 hari.
ditunjukkan pada Tabel 2. Sedangkan aktivitas di b) Peningkatan aktivitas radiasi pada ruang
dalam pengungkung primer dan aktivitas akibat kendali dapat dimungkinkan melalui
masuknya produk fisi dari atmosfer ke dalam penyerapan produk fisi dari atmosfer oleh
ruang kendali, masing-masing ditunjukkan pada sistem ventilasi ruang kendali. Aktivitas
Tabel 3 dan Tabel 4. Baik isotop yodium maupun dalam ruang kendali akibat pelepasan produk
gas-gas mulia yang dilepaskan ke lingkungan, fisi ini sebesar 2,0 x 103 Ci untuk isotop
harga aktivitasnya cenderung meningkat dengan yodium dan 1,9 x 107 Ci untuk gas-gas mulia
bertambahnya waktu. Hal yang sama terjadi dalam total. Aktivitas ini akan memberikan dosis
ruang kendali karena aktivitas di dalam ruang seluruh tubuh sebesar 4,5 x 10"' rem setelah
kendali berasal dari atmosfer. Aktivitas ini 30 hari.
merupakan harga aktivitas akumulasi di
lingkungan yang berasal dari pengungkung DAFTAR PUSTAKA
primer.
Sedangkan aktivitas di dalam pengungkung 1. IGN. DJOKO IRIANTO and SARWO D.
primer menurun sebagai fungsi waktu, hal ini DANUPOYO, "Studi Sistem Keselamatan
disebabkan oleh bekerjanya sistem shut down ABWR untuk Antisipasi LOCA," Presiding
secara otomatis dan bekerjanya katub isolasi Seminar III Teknologi dan Keselamatan
gedung reaktor. Karena reaktor shut down, maka PLTN serta Fasilitas Nuklir, Serpong, 5-6
tidak ada lagi pelepasan produk fisi dari bahan September 1995.
bakar. 2. "Reference Plant (ABWR) for Feasibility
Study of The First Nuclear Power Plants at
b. Dosis Ekuivalen Muria Peninsula Region", General Electric
Tabel 6 adalah hasil yang diperoleh apabila Co. etc., Volume 3, Oktober 1992.
dosis eksternal di luar batas lokasi reaktor 3. "Conventional Plant (ABWR) for Feasibility
dievaluasi berdasarkan pada prakondisi di atas. Study of The First Nuclear Power Plants at
Sedangkan dosis radiasi di dalam ruang kendali Muria Peninsula Region", General Electric
ditunjukkan dalam Tabel 7. Baik dosis thyroid Co. etc., Volume 2, Oct. 1992
maupun dosis yang diterima oleh seluruh tubuh 4. BENGT PERSHAGEN, "Light Water
menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya Reactor Safety", Pergamon Press, Oxfort,
waktu. Namun peningkatan ini relatif kecil New York, 1989.
sehingga dosis yang diterima oleh seluruh tubuh 5. LEONARD SOFFER and JAY Y. LEE,
padajarak 800 m setelah 30 hari sebesar 3,9 rem. Revised Reactor Accident Source Terms in
Sedangkan dosis thyroid padajarak 800 m setelah The U.S. and Implementation for Light Water
30 hari adalah2,5xlO2 rem. Harga-harga tersebut Reactors, International Conference on Design
menunjukkan bahwa resiko radiasi terhadap and Safety of Advanced Nuclear Power
masyarakat di sekitar yang mungkin terkena Plants, Tokyo, Japan, October 25-29, 1992.
paparan radiasi sebagai akibat terjadinya
kecelakaan (LOCA) adalah relatif kecil.

KESIMPULAN
Dari hasil estimasi pelepasan produk fisi
(yodium dan gas-gas mulia) baik yang dilepaskan
ke lingkungan maupun ke ruang kendali dapat
diestimasikan pula dosis ekuivalen sebagai
berikut:
a) Pelepasan produk fisi ke lingkungan dengan
dua kemungkinan lintasan memberikan
kenaikan aktivitas lingkungan yang rclatif
kecil yaitu 3.1 x 10'1 Ci untuk isotop yodium

PSPKR-BATAN 139
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 1. Konsentrasi pelepasan produk fisi total dari balian bakar.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1-131 2,84 8,60 E-2 0,381 1,3 E+3 1,3 E+3 9,6 E+2 3,70 E+13 3,70 E+13 2,82 E+13
1-132 4,21 7,30 2,253 1,2 E+4 7,2 E+l 5,5 E+4 5,48 E+l 3 3,21 E+l 1 2.47 E+14
1-133 6,77 8,00 E-l 0,608 8,8 E+3 1,5 E+3 1,1 E+4 8,82 E+13 1,49 E+l 3 1,07 E+14
1-134 7,61 1,90 E+l 2,750 2,4 E+4 2,4 E+l 1,3 E+5 9,91 E+13 9,91 E+10 5,45 E+14
1-135 6,41 2,52 1,645 1,4 E+4 4,0 E+2 4,5 E+4 8,35 E+13 2,45 E+12 2,75 E+14
Br-83 0,53 6,96 0,0075 1,5 E+3 2,3 E+l 6,90 E+12 1,04 E+l 1
Br-84 0.97 3,14 E+l 1,742 3,0 E+3 1,0 E+4 1,26 E+13 4,40 E+13
Mo-99 6,13 2,49 E-l 0,16 2,0 E+3 6,3 E+2 7,99 E+13 2,56 E+13
Tc-99m 5.40 2,76 0,13 7,7 E+3 2,0 E+3 7,04 E+13 1,83 E+13
11. - - - - 3,2 E+3 2,6 E+5 5,32 E+14 5,48 E+13 1,29 E+l 5
Kr-83m 0,53 9,09 0,0025 1.38 E+13 6,90 E+10
Kr-85m 1,31 3,71 0,159 3,41 E+13 1.09 E+13
Kr-85 0,29 1,77 E-4 0,0022 1.23 E+12 5,39 E+9
Kr-87 2,54 1,31 E+l 0,793 6,62 E+13 1,05 E+14
Kr-88 3,58 5,94 1,950 9,93 E+13 3,64 E+14
Xe-131m 0.04 5,82 E-2 0,020 1,04 E+12 4.17 E+10
Xe-133m 0,19 3,08 E-l 0,042 4,95 E+12 4J6E+11
Xe-133 6,77 1,31 E-l 0,045 1,76 E+14 1,59 E+13
Xe-135m 1,06 6,38 E+l 0,432 2,76 E+13 2,39 E+13
Xe-135 6,63 1,83 0,250 1,73 E+14 8,64 E+13
Xe-138 6,28 7,04 E+l 1,183 1,64 E+14 3,87 E+14
12. - - - - - - 7,55 E+14 - 9,93 E+14
13. - - - - 3,2 E+3 2,6 E+5 1,29 E+l 5 5,48 E+13 2,28 E+15

Keterangan:
l.Nuklida
2.Yield(%)
3. Konstanta peluruhan (hari"1)
4. Energi sinar gamma (MeV)
5. Konsentrasi dalam pendingin (Bq/g)
6. Konsentrasi dalam pendingin (ekuivalen 1-131) (Bq/g)
7. Konsentrasi dalam pendingin (dikonversi ke dalam sinar gamma berenergi 0,5 MeV) (Bq/g)
8. Kuantitas tambahan yang dilepas (Bq)
9. Kuantitas tambahan yang dilepas (ekuivalen 1-131) (Bq)
10. Kuantitas tambahan yang dilepas (dikonversi ke dalam sinar gamma berenergi 0,5 MeV) (Bq)
11. Total, halogen
12. Total, gas-gas mulia
13. Total, halogen + gas-gas mulia

\SPKR-BATAN 140
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamafan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 2. Pelepasan aktivitas ke lingkungaii (Ci)

Isotope 2 Jam 8 Jam 1 Had 4Hari 30 Hari


1-131 1,2 E+0 2,1 E+1 2,4 E+2 2,9 E+3 2,9 E+4
1-132 1,6 E+0 6,6 E+0 1,1 E+1 1,1 E+1 1,1 E+1
1-133 2,5 E+0 3,8 E+1 3,2 E+2 1,3 E+3 1,5 E+3
1-134 2,0 E+0 2,7 E+0 2,7 E+0 2,7 E+0 2,7 E+0
1-135 2,3 E+0 2,4 E+1 1,1 E+2 1,5 E+2 1,5 E+2
Total 9,6 E+0 9,2 E+1 6,8 E+2 4,3 E+3 3,1 E+4
Kr-83m 6,6 E+1 3,0 E+2 3,8 E+2 3,8 E+2 3,8 E+2
Kr-85m 1,0 E+1 1,7 E+2 1,5 E+3 1,3 E+4 2,0 E+5
Kr-85 1,9 E+2 1,7 E+3 4,3 E+3 4,7 E+3 4,7 E+3
Kr-87 2,2 E+2 6,9 E+2 7,4 E+2 7,4 E+2 7,4 E+2
Kr-88 4,6 E+2 3,1 E+3 5,2 E+3 5,3 E+3 5,3 E+3
Kr-89 2,3 E+0 2,3 E+0 2,3 E+0 2,3 E+0 2,3 E+0

Xe-131m 5,4 E+0 8,6 E+1 7,4 E+2 5,8 E+3 4,4 E+4
Xe-133m 7,8 E+1 1,2 E+3 9,1 E+3 4,8 E+4 8,6 E+4
Xe-133 1,9 E+3 3,0 E+4 2,5 E+5 1,7 E+6 6,7 E+6
Xe-135m 2,5 E+1 2,5 E+1 2,5 E+1 2,5 E+1 2,5 E+1
Xe-135 2,2 E+2 2,7 E+3 1,1 E+4 1,8 E+4 1,8 E+4
Xe-137 7,1 E+0 7,1 E+0 7,1 E+0 7,1 E+0 7,1 E+0
Xe-138 9,1 E+1 9,2 E+1 9,2 E+1 9,2 E+1 9,2 E+1
Total 3,3 E+3 4,0 E+4 2,8 E+5 1,8 E+6 7,0 E+6

Tabel 3. Aktivitas di dalam pengungkung primer (Ci)

Isotope 2 Jam 8 Jam lHari 4 Hari 30 Hari


1-131 3,76 E+6 3,76 E+6 3,44 E+6 2,58 E+6 2,13 E+5
1-132 3,03 E+6 4,95 E+5 3,96 E+3 1,45 E-6 0,0
1-133 7,41 E+6 6,05 E+6 3,52 E+6 3,11 E+5 2,25 E-4
1-134 1,79 E+6 1,56 E+4 4,96 E-2 0,0 0,0
1-135 6,07 E+6 3,22 E+6 5,97 E+5 3,05 E+2 0,0
Total 2,21 E+7 1,35 E+7 7,56 E+6 2,89 E+6 2,13 E+5
Kr-83m 5,88 E+6 6,05 E+5 1,40 E+3 1,96 E-9 0,0
Kr-85m 1,98 E+7 7,79 E+6 6,50 E+5 9,16 E+0 0,0
Kr-85 1,21 E+6 1,20 E+6 1,19 E+6 1,16 E+6 8,97 E+5
Kr-87 1,74 E+7 6,58 E+5 1,07 E+2 0,0 0,0
Kr-88 4,49 E+7 1,04 E+7 2,07 E+5 4,69 E-3 0,0
Kr-89 3,6 E-4 0,0 0,0 0,0 0,0

Xe-131m 6,30 E+5 6,19 E+5 5,91 E+5 4,82 E+5 8,24 E+4
Xe-133m 8,98 E+6 8,27 E+6 6,64 E+6 2,49 E+6 5,14 E+2
Xe-133 2,19 E+8 2,11 E+8 1,92 E+8 1,25 E+8 3,13 E+6
Xe-135m 2,05 E+5 2,43 E-2 0,0 0,0 0,0
Xe-135 2,46 E+7 1,55 E+7 4,53 E+6 1,81 E+4 0,0
Xe-137 7,20 E-2 0,0 0,0 0,0 0,0
Xe-138 5,21 E+5 . 1,17 E-2 0,0 0,0 0,0
Total 3,43 E+8 2,56 E+8 2,05 E+8 1,29 E+8 4,11 E+6

PSPKR-BATAN 141
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dart Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 4. Aktivitas di dalam ruang kendali (Ci)

Isotope 2 Jam 8 Jam 24 Jam 4Hari 30 Had


1-131 3,6 E-02 3,3E-01 9,8 E+00 1,6 E+02 2,0 E+03
1-132 3,9 E-02 7,3 E-02 l,6E-01 4,4 E-03 5,4 E-12
1-133 7,3 E-02 5,6E-01 1,2 E+01 5,8 E+01 1,7 E+01
1-134 3,8 E-02 8,4 E-03 1,3 E-03 l,9E-08 4,4 E-33
1-135 6,4 E-02 3,4E-01 3,5 E+00 2,5 E+00 4,4 E-03
Total 2,5E-01 1,3 E+00 2,6 E+01 2,2 E+02 2,0 E+03
Kr-83m l,2E+01 1,2 E+02 8,2 E+01 7,8E-01 2,9 E-12
Kr-85 2,1 E+00 1,1 E+02 2,0 E+03 3,1 E+04 7,0 E+05
Kr-85m 3,6E+01 9,0 E+02 3,3 E+03 9,4 E+02 2,7 E-02
Kr-87 3,6 E+01 2,2 E+02 4,9 E+01 3,2 E-02 4,6 E-19
Kr-88 8,3 E+01 1,4 E+03 2,4 E+03 1,6 E+02 5,4 E-06
Kr-89 4,9 E-02 5,9 E-11 0,0 E+00 0,0 E+00 0,0 E+00
Kr-90 2,5 E-04 0,0 E+00 0,0 E+00 0,0 E+00 0,0 E+00

Xe-131m 1,1 E+00 5,5 E+01 1,0 E+03 1,4 E+04 1,4 E+05
Xe-133 3,9 E+02 1,9 E+04 3,4 E+05 4,0 E+06 1,8 E+07
Xe-133m 1,6 E+01 7,4 E+02 1,2 E+04 1,1 E+05 1,4 E+05
Xe-135 4,4 E+01 1,5 E+03 1,3 E+04 1,6 E+04 1,4 E+02
Xe-135m 2,2 E+00 2,1E-O1 1,6 E-07 1,1 E-25 0,0 E+00
Xe-137 l,9E-01 l,7E-08 1,1 E-35 0,0 E+00 0,0 E+00
Xe-138 8,1 E+00 5,4E-01 1,2 E-07 2,8 E-27 0,0 E+00
Xe-139 7,5 E-04 0,0 E+00 0,0 E+00 0,0 E+00 0,0 E+00
Total 6,3 E+02 2,4 E+04 3,7 E+05 4,2 E+06 1,9 E+07

Tabel 5. Koefisien konversi untuk mengkonversi ke dalam jumlah 1-131 ekuivalen

Nuklida KR (koefisien konversi)


1-131 1
1-132 5,86 E-3
1-133 1,69 E-l
1-134 1,00 E-3
1-135 2,93 E-2

142
PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 6. Evaluasi batas daerah populasi rendah

Kondisi meteorologi X/Q (sec/m3)


Jarak (m) 800 1200 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu
0-2 Jam 2,19 E-4 1,48 E-4 1,19 E-4 9,01 E-5 7,22 E-5 6,02 E-5 5,16 E-5
2-8 Jam 2,19 E-4 1,48 E-4 1,19 E-4 9,01 E-5 7,22 E-5 6,02 E-5 5,16 E-5
8-24 Jam 2,13 E-5 1,07 E-4 7,42 E-5 4,66 E-5 3,28 E-5 2,47 E-5 1,96 E-5
l-4Hari 7,64 E-5 3,84 E-5 2,65 E-5 1,66 E-5 1,17 E-5 8,77 E-6 6,92 E-6
4-30 Hari 1,70 E-5 8,47 E-6 5,82 E-6 3,62 E-6 2,53 E-6 1,89 E-6 1,49 E-6
Dosis thyroid dalam rem
Jarak (m) 800 1200 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu
0-2 Jam 2,0 E-1 1,4 E-1 1,1 E-1 8,3 E-2 6,7 E-2 5,6 E-2 4,8 E-2
2-8 Jam 3,3 E+0 2,2 E+0 1,8 E+0 1,4 E+0 1,1 E+0 9,1 E-1 7,8 E-1
8-24 Jam 1,9 E+l 9,9 E+0 7,1 E+0 4,7 E+0 3,4 E+0 2,7 E+0 2,2 E+0
1-4 Hari 9,3 E+l 4,8 E+l 3,3 E+l 2,1 E+l 1,5 E+l 1,1 E+l 9,0 E+0
4-30 Hari 2,5 E+2 1,2 E+2 8,5 E+l 5,4 E+l 3,8 E+l 2,8 E+l 2,2 E+l
Dosis seluruh tubuh dalam rem
Jarak (m) 800 1200 1500 2000 2500 3000 3500
Waktu
0-2 Jam 7,6 E-2 5,1 E-2 4,1 E-2 3,1 E-2 2,5 E-2 2,1 E-2 1,8 E-2
2-8 Jam 5,0 E-1 3,4 E-1 2,7 E-1 2,1 E-1 1,7 E-1 1,4 E-1 1,2 E-1
8-24 Jam 1,4 E+0 8,1 E-1 6,0 E-1 4,1 E-1 3,1 E-1 3,1 E-1 2,0 E-1
1-4 Hari 2,8 E+0 1,5 E+0 1,1 E+0 7,1 E-1 5,2 E-1 5,2 E-1 3,3 E-1
4-30 Hari 3,9 E+0 2,0 E+0 1,4 E+0 9,3 E-1 6,8 E-1 6,8 E-1 4,2 E-1

Tabel 7. Kondisi udara di dalam ruang kendali

Dosis (rem)

Waktu 2 Jam 8 Jam lHari 4 Hari 30 Hari


Pernafasan 2,0 E-5 3,9 E-4 1,8 E-2 3,8 E-1 2,1 E+l
Seluruh Tubuh 1,1 E-4 2,6 E-3 2,2 E-2 1,3 E-1 4,5 E-1
Beta 9,6 E-4 2,3 E-2 2,5 E-1 1,6 E+0 5,7 E+0
Faktor evaluasi
Faktor Okupasi 1,0 1,0 1,0 0,6 0,4

X/Q (sec/m3)
Gedung Reaktor 2,91 E-4 2,91 E-4 3,84 E-4 4,67 E-4 6,15 E-4
Gedung Turbin 9,26 E-5 9,26 E-5 1,22 E-4 1,48 E-4 1.95 E-4

PSPKR-BATAN 143
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan. 20-2] Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

DISKUSI Dan juga aktivitas masing-masing gas mulia tsb.


Atau apakah aktivitas gas mulia tersebut sama ?
Syahrir - PTPLR :
1. Berapa besaran-besaran meteorologi yang Ign. Djoko Irianto :
digunakan, apa alasannya ? Macam-macam gas mulia yang dominan
2. Jalur paparan mana saja yang diperhatikan dilepaskan dari bahan bakar dan aktivitasnya
dan yang dominan ? ditampilkan dalam Tabel 2, 3, dan 4 dalam
3. Mengapa hanya dihitung untukjarak 800 m ? makalah.
4. Mengapa radionuklida hanya untuk gas mulia
dan iodm ? Kontribusi Cs-137 juga signifikan Mukhlis Akhadi - PSPKR :
ke dosis. Mohon konfirmasi apakah dosis thyroid termasuk
dosis eksternal atau internal (sesuai dengan rumus
Ign. Djoko Irian to : untuk perhitungan yang Saudara tayangkan) ?
1. Besaran-besaran meteorologi di sini adalah
konsentrasi relatif dari latar di sekitar lokasi Ign. Djoko In an to :
PLTN yang diambil dari referensi (2]. Dosis thyroid di sini adalah dosis yang
Besaran ini diperlukan untuk menghitung terakumulasi dalam kelenjar thyroid akibat
dosis thyroid seperti yang tercantum pada terhisapnya udara yang terkontainasi oleh lepasan
persamaan (1). produk fisi. Dari pengertian ini maka dosis thyroid
2. Lintasan lepasan produk fisi berbeda antara termasuk dosis internal.
lepasan iodium dan gas-gas mulia seperti
terlihat dalam Gambar 3 dan 4.
3. Seperti terlihat dalam Tabel 6 dosis dihitung
untuk jarak 800, 1200, 1500, 2000, 2500,
3000 dan 3500 meter. Sedang jarak 800 m
adalah perkiraan terdekat dengan lokasi.
4. Dalam hal keceiakaan ini lepasan isotop
iodium dan gas mulia lebih dominan sehingga
pengkajian difokuskan pada lepasan iodium
dan gas-gas mulia, sedangkan untuk Cs-137
akan tetap dalam bahan bakar karena
integritas bahan bakar dapat dipertahankan
(tidak terjadi pelelehan bahan bakar).

Mulyadi Rakhmad - PSPKR :


1. Apakah telah terjadi keceiakaan pelelehan
kelongsong bahan bakar ?
2. Bila telah terjadi pelelehan, mengapa dalam
perhitungan dosis tidak diperhitungkan dosis
hasil-hasil fisi misalnya Cs-137 ?

Ign. Djoko Irianto :


1. Tidak, karena dengan sistem keselamatan
yang ada pada ABWR mampu mengantisipasi
LOCA yaitu dengan berfungsinya ECCS
{Emergency Core Cooling System) sehingga
pelelehan bahan bakar tidak terjadi.
2. Tidak tcrjadi pelelehan bahan bakar.

Sutomo Budihardjo - PPBGN :


Dari presentasi Saudara dapal diidentifikasikan
masalah iodium organik dan anorganik. Apakah
Saudara juga dapat mcnginlbrmasikan macam-
macam gas mulia yang keluar kc lingkungan ?

PSPKR-BATAN 144
Presiding Prescntasi Ilmiali Keselainat.-m Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996 ID0000073
ISSN : 0854-4085

EVALUASI DAMPAK RADIOLOGI PENGOPERASIAN REAKTOR


KARTINI DAN RADIOAKTIVITAS ALAMI KAWASAN
CALON TAPAK PLTN

M. Yazid, Gede Sutresna, Agus Sulistiyono, Ngasifudin


Piisat Penelitian Nuklir Yogyakarta-BATAN

ABSTRAK
EVALUASI DAMPAK RADIOLOGI PENGOPERASIAN REAKTOR KARTINI DAN
RADIOAKTIVITAS ALAMI KAWASAN CALON TAPAK PLTN. Evaluasi dampak radiologi yang
meliputi pengukuran radioaktivitas cuplikan air, tanah, rumput, udara dan radiasi gamma ambien di kawasan
reaktor Kartini dan calon tapak PLTN Ujung Lemah Abang, Jepara, Jawa Tengah telah dilakukan. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan besarnya dampak radiologi pengoperasian di sekitar reaktor Kartini dan
dibandingkan dengan radioaktivitas yang masih alami di kawasan calon tapak PLTN. Pada penelitian ini
cuplikan air, tanah dan rumput diukur radioaktivitasnya menggunakan pencacah beta latar rendah dan
identifikasi radionuklida dilakukan dengan spektrometri gamma latar rendah. Radioaktivitas udara diukur
dengan alat cacah beta portabel, sedangkan radiasi gamma ambien diukur dengan detektor kamar ionisasi
bertekanan tinggi portabel Model RSS-112 buatan Reuther-Stokes. Data pengukuran di kawasan reaktor Kartini
kemudian dibandingkan dengan kawasan calon tapak PLTN yang masih merupakan ekosistem alami untuk
mengevaluasi dainpak pengoperasian reaktor. Dari hasil evaluasi dan komparasi tidak dijumpai indikasi
terjadinya pelepasan radionuklida yang berasal dari kegiatan pengoperasian reaktor. Radioaktivitas rerata
cuplikan air, tanah, rumput dan udara untuk kawasan reaktor Kartini berkisar antara 0,17 - 0,61 Bq/1; 0,47 -
0,74 Bq/g; 4,43 - 4,60 Bq/g.abu dan 49,53 - 70,90 x 10 Bq/cc. Sedangkan untuk kawasan calon tapak PLTN
berkisar antara 0,06 - 0,90 Bq/1; 0,02 - 0,86 Bq/g; 1,68 - 8,07 Bq/g.abu dan 65,0 - 152,3 xlO Bq/cc. Radiasi
gamma ambien berkisar antara 6,9 - 36,7 urad/jam untuk kawasan reaktor dan 6,8 - 19,2 urad/jam untuk
kawasan calon tapak PLTN.

ABSTRACT
EVALUATION OF RADIOLOGICAL IMPACTS ON THE OPERATING KARTINI REACTOR
AND NATURAL RADIOACTIVITY OF THE SITE PLAN OF NUCLEAR POWER PLANT AREA.
This radiological impacts evaluation covered of radioactivity in water, soil, grass, air samples and ambient
gamma radiation that have been carried out in the Kartini reactor area and in the site plan of nuclear power
plant area at Ujung Lemah Abang, Jepara, Central Java. The aim of this research was to determine that
radiological impacts in the environment around the Kartini reactor compared to natural radioactivity for site
plan of nuclear power plant area. The radioactivity in the water, soil and grass samples were measured by low
backgroud beta counting system and were identified by low background gamma spectrometer. The radioactivity
in the air samples was measured by beta portable counting system and the ambient gamma radiation was
measured by portable high presurized ionization chamber model RSS-112 Reuther-Stokes. The reactor data
measurement was compared to the site plan of nuclear power plant area data for evaluation of radiological
impacts on the operating reactor. From the evaluation and comparison can be concluded there are no
indication of the radionuclide release from the reactor operation. The average radioactivity in the water, soil,
grass and air samples from the reactor area were between 0.17- 0.61 Bq/1; 0.47-0.74 Bq/g; 4.43-4.60 Bq/g.ash
and 49.53- 70.90 x 10 Bq/cc. The average radioactivity of those samples from the nuclear power plant area
were between 0.06-0,90 Bq/l; 0,02-0,86 Bq/g; 1.68-8.07 Bq/g.ash and 65.0-152.3 x 10 Bq/cc. The ambient
gamma radiation were between 6.9-36.7 urad/h for the reactor area and 6.8-19.2 urad/h for the nuclear power
plant area.

PENDAHULUAN nuklir dalam industn. Radiasi buatan mi


sekarang memberikan kontribusi yang
Manusia sepanjang sejarah hidupnya signifikan terhadap paparan radiasi total yang
akan dan telah menerima paparan radiasi diterima manusia.[l]
alamiah baik yang berasal dan sinar kosmik, Pemantauan terhadap tingkat radiasi
radioaktivitas terestnal maupun dari dalam lingkungan dapat dilakukan secara langsung
tubuhnya sendiri Selam berasal dari radiasi atau dengan mengambil cuplikan iingkungan
alamiah, manusia juga mendapatkan tambahan seperti air, tanah, biota serta udara. Namun
radiasi buatan manusia yang berasal dari dalam melakukan prakiraan dosis radiasi
proses diagnostik dan terapi radiologi, personil akan lebih cepat dan praktis jika
radioaktivitas jatuhan serta aplikasi teknologi dilakukan secara langsung dengan menem-

PSPKR-BATAN 145
Presiding Presenlasi Ilmiali Kcselamalan Radiasi dan Lingkimgan, 20 - 21 AgusULS 1996
ISSN: 0854-4085

patkan thermoluminisensi dosimeter, detektor tolok ukur dampak yang dipantau ditentukan
Nal(Tl), HPGe maupun detektor kamar berdasarkan analisis dampak lingkungan
ionisasi. Instrumen yang diguiiakan dalam menggunakan metode matrik.[4]
penelitian mi adalah detektor kamar ionisasi Pemantauan radioaktivitas lingkungan
bertekanan tmggi (High Pressure Ionization di kawasan Reaktor Kartini meliputi daerah
Chamber) buatan Reuter-Stokes RSS-112. dengan radius 5.000 meter. Cuplikan yang
Instrumen ini digunakan untuk memperkirakan diambil meliputi air, tanah, tumbuhan serta
komponen penetrasi gamma dan sinar kosmik udara. Adapun radioaktivitas yang diukur
sekunder dari medan radiasi lingkungan. adalah radioaktivitas beta total karena dapat
Besarnya laju paparan radiasi ini dipengaruhi dilakukan dengan cepat dan cukup dapat
oleh : digunakan untuk membandingkan tingkat
1. Radiasi sinar kosmik sekunder (Muons aktivitas serta memilih cuplikan yang akan
energi tinggi, foton dan elektron) pada dianalisis radionuklidanya lebih lanjut.[5]
lapisan bawah atmosfir. Kekhawatiran masyarakat akan terjadinya
2. Radiasi latar gamma alamiah dari kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh
radionuklida primordial dan anak turunnya pengoperasian reaktor nuklir telah mendapat-
di dalam tanah dan udara. kan tanggapan yang positip baik dan
3. Isotop antropogenik pemancar gamma masyarakat maupun pemerintah. Reaktor
dalam kaitannya dengan radiasi langsung Kartini telah ber-operasi selama 15 tahun.
dari fasilitas nuklir dan pengendapan Selama kurun waktu tersebut Reaktor Kartini
jatuhan. [2] kemung-kman telah menimbulkan dampak
Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta terhadap lingkungannya, baik dampak
mempunyai tugas melaksanakan penelitian fisiko-kimia, radiologik, dampak terhadap flora
dasar dan pengembangan Ilmu Pengetahu-an dan fauna, maupun dampak terhadap sosial-
dan Teknologi Nuklir. Dalam pelaksa-naan ekonomi dan budaya. Dalam penelitian ini
tugas tersebut PPNY memiliki sebuah Reaktor dilakukan analisis perbandingan dampak radio-
Kartini dengan desam daya 250 kW beserta logik kawasan Reaktor Kartini dengan kawasan
laboratorium penunjangnya antara lain : Lab. calon tapak PLTN. Dengan perbandingan ini
Kimia Nuklir, Instalasi Teknologi Proses, Balai diharapkan dapat diketahui perubahan
Instrumentasi, Lab. Fisika Nuklir dan Atom, ekosistem yang terjadi sebagai akibat dari ber-
Bengkel Induk serta Lab. Proteksi Radiasi operasmya reaktor nuklir atau dari kegiatan
maupun Lab. Pengelolaan Limbah Radioaktif. lainnya ataupun sebagai akibat dan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan pemakaian kedua-duanya. Dengan demikian dapat
bahan mekanik, kimia maupun zat radioaktif diperoleh informasi yang berguna bagi
dalam bentuk padat, cair maupun gas yang masyarakat serta bahan masukan bagi para
sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif pengambil keputusan dalam melanjutkan
terutama pada kualitas air, air tanah dan udara program pembangunan yang berwawasan
di sekitarnya, yang kemungkinan terjadinya lingkungan.
penyebaran bahan tersebut pada tumbuhan,
hewan dan manusia serta komponen lingkungan TATA KERJA
lainnya sangat tergantung dan besamya
konsentrasi/radioaktivitas zat tersebut.[3] Bahau dan Peralatan
Evaluasi dampak penting dari kegiatan
PPNY terhadap komponen lingkungannya peralatan gelas
meliputi aspek fisiko-kimia yaitu kualitas asam nitrat 0,1 N
tanah, udara, hidrologi, air dan air tanah. air suling
Sedangkan untuk aspek lainnya yang meliputi kompor listnk
iklim, kebisingan, fisiografi serta dampak furnace
terhadap kehidupan biota darat maupun
hot plate
akuatik dinilai kurang penting karena
lampu pemanas
intensitasnya yang relatif kecil, bersifat lokal
pompa hisap STAPLEX
dan dapat terbalikkan (reversible). Adapun
filter udara TFA-2133

PSPKR-BATAN 146
Presiding Prcscntasi Iliniah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkiuigan. 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0 8 5 4 - 4 0 8 5

generator listrik nuklida baku K-40 dalam KC1. Perhitungan


alat cacah GM portabel dari Tehnical radioaktivitas beta dalam cuplikan mengguna-
Associate kan rumus :
alat cacah GM ORTEC
LBC beta dengan sistem antikoinsiden cacah per detik x 100
spektrometri gamma anticompton suppresi Radioaktivitas = Bq
efisiensi pencacah
Cara Kerja
Selain itu, untuk identifikasi radionuklida pada
Pengaxubilan dan preparasi cuplikan berbagai contoh lingkungan tersebut dilakukan
pula pencacahan dengan spektrometn gamma
Paigambilan cuplikan lingkungan dengan sistem anticompton suppresi selama 18
dilakukan di pos-pos pengambilan pada radius jam
100, 200, 500, 1000, 1500 dan 5000 m dan
reaktor Kartini.[5] Sedangkan untuk kawasan HASEL DAN PEMBAHASAN
calon tapak PLTN diambil dari 5 lokasi di
sekitar Ujung Lemah Abang. Data radioaktivitas rerata cuplikan air,
Cuplikan air diambil sebanyak 2 liter tanah dan tumbuhan (rumput) untuk kawasan
dan tiap pos pengambilan. Air yang diambil reaktor Kartini (PPNY) dan calon tapak
adalah air sumur, air sungai. air PAM, air PLTN, Ujung Lemah Abang, Jepara, Jawa
kolam, tergantung pada keadaan pos Tengah dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
pengambilan. Air diuapkan sampai kenng,
residu ditampung dalam planset aluminium dan
ditimbang.
Cuplikan tanah diambil sebanyak 100
gram dan tiap pos pengambilan. Tanah yang
diambil pada luasan permukaan 1 m sampai
kedalaman 10 cm. Tanah dikeringkan, digerus
dan dibuat homogen, ditimbang 1 gram,
dimasukkan dalam planset aluminium.
Cuplikan rumput dan biota lainnya Ink n si yiimpJintf

diambil sebanyak 200 gram berat basah dari


tiap pos pengambilan, dipotong kira-kira 1 cm
dari permukaan tanah pada luasan permukaan
1 m2. Selanjutnya diabukan dalam tungku Gambar 1 : Radioaktivitas air di kawasan
pemanas pada suhu 400C, abu dibuat PPNY dan calon tapak PLTN
homogen, ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
dimasukkan dalam planset aluminium.
Cuplikan udara diambil dengan pompa
hisap bervolume tinggi Staplek dengan debit 1
meter kubik per menit yang dilengkapi dengan
filter selulose TFA-2133 Pemompaan dilaku-
kan selama 20 menit

Pencacahan dan perhitungan


radioaktivitas

Pencacahan cuplikan air dilakukan


dengan alat cacah beta latar rendah PPNY, alat
cacah beta ORTEC untuk radioaktivitas beta
pada cuplikan tumbuhan. Efisiensi pencacah Gambar 2 : Radioaktivitas tanah di kawasan
beta ditentukan dengan menggunakan radio- PPNY dan calon tapak PLTN

PSPKR-BATAN 147
IVosidiug Presentasi Ilniiah Keselamalan Radiasi dan Lingkuugaii, 20 - 21 Agiistus 1996
ISSN : 0854-4085

Cs-137 dan Sr-90 sangat kecil dan masuk ke


dalam tumbuhan melewati pengendapan
langsung atau penyerapan dari tanah. [8]

Tabel 1. Radioaktivitas alam di lingkungan


dalam tanah dan tanaman (NCRP No. 50)

Radionuklida/ Jenis Radioaktivitas


Pemancar Cuplikan Bq/g
K-40 Tanah 0,37
Rb-87 0,13
Ra-226 0,03
Th-232 0,02
U-238 0,02
Gambar 3 : Radioaktivitas rumput di kawasan
PPNY dan calon tapak PLTN Alfa Tumbuhan 0,01 - 0,11
Beta 0,29 - 4,55
Dari grafik di atas dapat diketahui K-40 0,04- 1,85
bahwa radioaktivitas rerata untuk cuplikan air, Rb-87 0,004
Po-210 0,37
tanah dan rumput untuk kawasan reaktor
Kartini berkisar antara 0,17 - 0,61 Bq/1; 0,47 -
0,74 Bq/g dan 4,43 - 4,60 Bq/g.abu. Radioaktivitas udara rerata di kawasan
Radioaktivitas rerata untuk kawasan calon tapak PLTN berkisar antara 65,0 - 152,3
reaktor Kartini lebih tinggi dibandingkan x 10"8 Bq/cc - relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan calon tapak PLTN, namun fluktuasi dengan kawasan PPNY yang berkisar antara
radioaktivitas lingkungannya ataupun jangkau 49,53 - 70,90 x 10"8 Bq/cc seperti terlihat pada
pengukurannya temyata lebih besar untuk gambar 4, karena radioaktivitas yang terukur
kawasan calon tapak PLTN. Hal ini berasal dan anak turun radon saja. Hal ini
merupakan fenomena ekosistem alami dan dapat ditunjukan bahwa cuplikan setelah
akan lebih jelas terlihat jika dilengkapi dengan dilakukan penundaan selama 24 jam ternyata
penelitian bioindikator dengan memperhi- radioaktivitas yang terukur sudah relatif sama
tungkan indeks dominasi untuk menentukan dengan cacah latar, sehingga tidak dapat
spesies indikator dan indeks deversitas untuk dilakukan lagi identifikasi radionuklidanya
mengukur stress di dalam lingkungan. Namun dengan menggunakan spektrometn gamma.
demikian radioaktivitas yang terukur masih Adapun konsentrasi radon di suatu tempat
jauh di bawah batas tertinggi yang diijinkan antara lain dipengaruhi oleh jenis batuannya,
menurut SK. Dirjen BATAN No.294/DJ/IX/ turbulensi udara serta faktor meteorologi
1992 maupun Peraturan Menteri Kesehatan lainnya.
No.l73/MenKes/Per/VIII/77, serta masih
dalam jangkau pengukuran radioaktivitas ling-
kungan sebelum reaktor commissioning. [6]
Selain itu, dari hastl identifikasi radionuklida
secara kualitatif dengan spektrometn gamma
tidak dijumpai adanya radionuklida spesifik
dan reaktor nuklir seperti Kr-87, Kr-88,
Xe-1 13, Xe-134, 1-131 dll. Hal ini menunjuk-
kan bahwa radioaktivitas yang teaikur bukan
berasal dan reaktor Kartuii yang sebagian
luk.i
besar merupakan radioaktivitas K-40.[7]
Menurut NCRP No.50 radioaktivitas yang
terdapat di dalam tanah dan tumbuhan seperti
tercantum dalam tabel 1, adapun kontnbusi Gambar 4 : Radioaktivitas udara di kawasan
PPNY dan calon tapak PLT

PSPKR- BATAN 148


Presiding Prescnlasi Utuiali Keselamatan Radiasi daii Lingkiuigai), 20-21 Agustiis 1996
ISSN: 0854-4085

Fluktuasi radiasi gamma ambient KESIMPULAN


untuk kawasan PPNY berkisar antara 6,9 -
36,7 uRad/jam relatif lebih kecil jika di- 1. Radioaktivitas rerata cuplikan air, tanah,
bandingkan dengan calon tapak PLTN 6,8 - rumput dan udara untuk kawasan reaktor
19,2 uRad/jam (Gambar 5), hal ini Kartini berkisar antara 0,17 - 0,61 Bq/1;
dimungkinkan karena ketinggian tempat dari 0.47 - 0,74 Bq/g; 4,43 - 4,60 Bq/g.abu dan
permukaan laut untuk kawasan PPNY relatif 49,53 - 70,90 x 10 Bq/cc. Sedangkan
sama; sedangkan untuk kawasan calon tapak untuk kawasan calon tapak PLTN berkisar
PLTN ketinggiannya sangat bervariasi mulai antara 0,06 - 0,90 Bq/1; 0,02 - 0,86 Bq/g;
dari pemiukaan laut (0 meter) sampai dengan 1,68 - 8,07 Bq/g.abu dan 65,0 - 152,3 x
di atas pegunungan, karena radionuklida yang 10 s Bq/cc. Radiasi gamma ambien
terkandung di dalam tanah setempat sangat berkisar antara 6,9 - 36,7 urad/jam untuk
kecil kontribusinya terhadap hasil pengukuran kawasan reaktor dan 6,8 - 19,2 urad/jam
ini.[3] Adapun hubungan antara laju dosis untuk kawasan calon tapak PLTN.
sebagai fungsi ketinggian dan tekanan udara 2. Tidak dijumpai adanya indikasi pelepasan
dapat dilihat pada Gambar 6. radionuklida spesifik yang berasal dari
pengoperasian reaktor Kartini ke
Hngkungan.
3. Kawasan calon tapak PLTN, Ujung Lemah
Abang, Jepara, Jawa Tengah masih
meaipakan kawasan ekosistem alarm,
artinya pengaruh sentuhan teknologi
io r
maupun industri masih relatif kecil. Data
ini dapat digunakan sebagai data awal
menjelang pembangunan PLTN.
4. Perlu pengkajian dinamika ekologis yang
lebih mendalam dan terkoordinasi sejalan
dengan rencana pembangunan PLTN yang
berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 5 : Radiasi gamma ambient di 1. MARTIN. A., et al., An Introduction to


kawasan PPNY dan tapak PLTN Radiation Protection, 3rd edition, Chapman
and Hall, New York USA. 1986.
ALTITUDE ( k m )
2. HASL-300 Procedure Manual., Radiation
Measurements, Environmental Measure-
ments Laboratory, US Department of
Energy, New York, USA. 1990.
3. SEDLET. J.,"Environmental Radioactivity
at Argone National Laboratory", Report
for the year 1959.
4. Pedoman Pelaksanaan PP. No. 29 Tahun
1986 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, Sekretariat Menten Negara
Kependudukan Dan Lingkungan Hidup,
1987.
5. SURATMAN dkk., Radioaktivitas Ling-
ATUOSI'HEHIC PRESSURE (n.
kungan di Sekitar Reaktor Kartini Sebelum
Gambar 6 : Hubungan antara laju dosis tinggi dan Sesudah Commissioning, Presiding
tempat dan tekanan udara PDIPTN, Yogyakarta , 1987.

PSPKR-BATAN 149
Presiding Prescalasi Ilmia]) Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 2 1 Agustus 1996
I S S N : 0854-4085

6. M. YAZID dkk., Evaluasi Data Peman- Dilakukan identifikasi radionuklida dengan


tauan Radioakti vitas Lingkungan di spektrometri y dengan sistem anti-compton
Kawasan Reaktor Kartini, Seminar supressi, hasilnya sebagian radioaktivitas
PDEPTN, Yogyakarta, 1996. berasal dari K-40.
7. SURATMAN dkk., Kontribusi K-40
Dalam Radioaktivitas Lingkungan di Mutiah - PPTN
Sekitar Reaktor Kartini, Seminar Nasional 1. Dengan alat apa melakukan pengukuran
Kirrua dalam Industri dan Lingkungan, gross-p ?. Apakah tidak lebih efektif
Yogyakarta, 1994. menggunakan MCA ?. Berapa standar
8. NCRP.,"Environmental Radiation Measu- deviasi hasil pengukuran menggunakan
rement", Recomendation of the National GM-counter?, apakah standar deviasi
Council on Rad. Prot. and Measurements, tersebut memenuhi syarat standar deviasi
NCRP Report No.50. 1987. statistika pencacahan ?
9. Peraturan MENKES Republik Indonesia 2. Apakah selama iiii terjadi anomali besar
No. 173/Men.Kes./Per./VHI/77, tentang cacahan gross-P ?
Pengawasan Pencemaran Air Dari Badan 3. Bagaimana kondisi tmgkat radioaktivitas
Air Untuk Berbagai Kegunaan Yang lingkungan RK (radius 100 - 5000 m)
Berhubungan Dengan Kesehatan, 1977. sebelum dan sesudah ada reaktor?.
10. BATAN, Keputusan Dirjen Batan No.294/
DJ/EX/1992 tentang Nilai Batas Radio- Moch. Yazid
aktivitas di Lingkungan, Jakarta, 1992. 1. Dengan alat cacah GM buatan ORTEC,
bila diperlukan beberapa sampel yang ter-
pilih diukur dengan MCA. Standar deviasi
DISKUSI <5% dan memenuhi (criteria statistik.
2. Belum pemah
Soedjanvo Roestam - PPSM 3. Tidak dijumpai indikasi adanya pelepasan
1. Apakah ada data radioaktivitas alami di radionuklida dari Reaktor Kartini
kawasan Reaktor Kartini sebelum maupun
sesudah dibangun Reaktor ?. Bila ada Dyah Dwi K. - PSPKR
bagaimana perubahannya . 1. Dalam evaluasi dampak lingkungan
2. Bila dibandingkan dengan calon tapak operasi reaktor, kenapa diambil daerah
PLTN, sebelum dibangun Reaktor Kartini, pem-banding yang berbeda. Yaitu calon
apakah ada perbedaan data radioaktivitas tapak PLTN yang mungkin struktur
alaminya. tanah/aimya berbeda. Bukankah idealnya
perbandingan kondisi sebelum dan sesudah
Moch. yazid ada R.K.
1. Ada, tidak ada perubahan yang berarti. 2. Fluktuasi radioaktivitas yang ditunjukkan
2. Belum dibandingkan antara dosis di calon tapak PLTN untuk beberapa
lingkungan Reaktor Kartini sebelum cuplikan relatif lebih tinggi dibanding
commissioning dengan calon tapak PLTN. dengan di sekitar Reaktor Kartini. Apakah
data ini memberikan indikasi yang berarti
Sutomo Budiharjo - PPBGN terhadap kondisi awal calon tapak PLTN ?
Pada kesimpulan "tidak ada pelepasan radio-
nuklida yang berasal dan pengoperasian RK Moch. Yazid
dengan membandingkan dengan kawasan calon 1. Pembanding untuk kawasan calon tapak
tapak PLTN". Pertanyaan !, pencuplikan air, PLTN kami anggap cukup mewakili di luar
tanah, rumput dan udara di kedua lokasi, tidak kawasan reaktor. Pembanding yang lain
teridentifikasi radionuklida yang ada, atau telah dibahas juga dalam makalah kami di
apakah kita bisa tahu jenis radionuklida hanya Ppi - PDIPTN di PPNY April 1996.
dari monitoring P dan y saja. 2. Tidak, karena merupakan lingkungan alami
dan perlu didukung penelitian bioindikator.
Moch. Yazid.

PSPKR-BATAN 150
PresidingPresentasi Uniiab Keselamatau Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Nasukha - PSPKR
1. Mohon dijelaskan definisi 'dampak
radiologi'
2. Didapatkan bahwa radiasi gamma ambient
untuk kawasan calon tapak PLTN. Apakah
benar, kalau lebih besamya diakibatkan
adanya reaktor tersebut ?. Demikian juga
radioaktivitas cuplikan yang dikerjakan.

Moch. Yazid
1. Menurut pendapat kami lingkungan yang
ditinjau dari aspek radiasi/radioaktivitas.
2. Tidak, karena kontribusi yang terbesar
hanyalah K-40 yang merupakan radio-
nuklida alami.

PSPKR-BATAN 151
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000074

REAKTOR NUKLIR DAN ASPEK RADIOLOGISNYA


Jj/ VO O 00 -/ j- Suhamo, Hendro Tjahjono, Sugiyanto
Pusat Penelitian Teknologi Keselamatan Reaktor - BAT AN

ABSTRAK
REAKTOR NUKLIR DAN ASPEK RADIOLOGISNYA. PLTN adalah salah satu benluk pemanfaatan
energi nuklir untuk kebutuhan energi listrik. Konsekuensi yang timbul dari pemanfaatan energi nuklir melalui
PLTN adalah konsekuensi radiologis adanya pelepasan zat radioaktif sebagai hasil belah bahan bakar uranium.
Dalam kondisi operasi normal dan apalagi dalam kondisi kecelakaan, ada proses pelepasan zat radioaktif keluar
dari bahan bakar atau dari sistem dan komponen lain yang dapat mencapai ke ruang pengungkung dan juga dapat
lepas keluar dari pengungkung. Tetapi jumlah pelepasan ini dibatasi dengan mengimplementasikan persyaratan
keselamatan ke dalam desain sehingga diperoleh bahwa konsekuensi radiologis cukup kecil dengan harga dosis
dan paparan radiasi di lingkungan masih di bawah batas harga yang diijinkan. Di dalam tulisan ini diuraikan
beberapa tingkat kondisi operasi reaktor dan kemungkinan terjadi kecelakaan parah yang menimbulkan kerusakan
teras akibat dari proses pemanasan kelongsong. Dijelaskan pula analisis kecelakaan yang dilakukan dalam
melakukan evaluasi keselamatan baik secara deterministik maupun secara probabilistik dengan sasaran masing-
masing. Kemudian dalam melakukan evaluasi konsekuensi radiologi lingkungan adalah sangat penting adanya
masukan yang berupa data suku sumber yang merupakan hasil analisis suku sumber yaitu data jumlah aktivitas
pelepasan dan karakteristik pelepasannya. Proses dan mekanisme pelepasan hasil belah dari bahan bakar ke
pendingin dan ke ruang pengungkung juga dijelaskan. Dalam kerangka evaluasi keselamatan reaktor nuklir
(PLTN) hasil analisis suku sumber dari hasil analisis konsekuensi radiologis merupakan tolok ukur tingkat
keselamatan PLTN dan dapat sebagai umpan balik terhadap perancangan dan desain, bahwa dalam kondisi
kecelakaan parah sekalipun konsekuensi radiologis di lingkungan masih dapat dibatasi dan dalam batas aman,
dimana harga dari parameter-parameter yang dihitung masih di bawah harga yang diijinkan atau diacu berdasarkan
standar dan kode.

ABSTRACT
NUCLEAR REACTOR AND ITS RADIOLOGICAL ASPECTS. Nuclear Power Plant (NPP) is one of
the nuclear energy utilization for electrical energy needs. The consequences on nuclear energy utilization such as
NPP is the radiological impact resulting from the radioactive material releases from the plant as the fission product
of uranium fuel. In normal operation and in accident conditions, there are processes of radioactive material or
fission product release from the fuel element and other components that can reach the containment environment
and it can release to enviromnent of the plant. But this release is limited by implementing the safety requirement to
the design in order to get the very low consequence with the environment radiation doses is still under the
permissible value. The reactor Operation conditions, the possibility accident occurrence that produce the heating of
the fuel cladding, accident analysis for safety evaluation using deterministic and probabilistic methods are
described. For conducting the environment radiological consequences, the important tiling as the input data is the
source term data resulting from source term analysis, mainly are the release activity and release characteristic. The
process and mechanism of the release from fuel element is also described. In the frame of safety evaluation of the
NPP, the results of the source term analysis and radiological consequence analysis are to be the measure of the
safety level, and to be used as the feed back to the design evaluation, that, even in the severe accident condition the
environment radiological consequences can still limited and still in the save condition, and all the value of the
calculated parameters are below the permissible value based on standard and code.

PENDAHULUAN masyarakat bahwa dalam pengoperasian


reaktor nuklir baik PLTN dan reaktor
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
penelitian tidak akan terjadi pelepasan zat
adalah salah satu bentuk pemanfaatan energi
radioaktif dari hasil belah bahan bakar uranium
nuklir yang berupa reaktor nuklir untuk
ke lingkungan yang melebihi batas aman yang
memenuhi kebutuhan energi listrik. Di
diijinkan baik terhadap kondisi operasi normal
beberapa negara sebagian besar kebutuhan
ataupun kondisi kecelakaan. Dari sisi
listriknya dipasok oleh PLTN. Di Indonesia,
pelepasan zat radioaktif, banyak faktor yang
program pemanfaatan energi nuklir untuk
berperan dan mempengaruhi, dimana dari sisi
energi listrik sudah dalam tahap studi akhir
desain memang merupakan penerapan kriteria
dimana studi tentang teknologi keselamatan dan
untuk menghasilkan pelepasan zat radioaktif
keselamatan lingkungan termasuk di dalamnya.
sekecil mungkin yang dapat dicapai. Defence in
Keselamatan mcrupakan jaminan terhadap
depth dan penahan berlapis merupakan

PSPKR-BATAN 152
Presiding Presentasi [Imiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

pendekatan keselamatan yang diterapkan di Kondisi operasi normal dan transien.


dalam reaktor nuklir untuk memenuhi Termasuk dalam operasi normal adalah
ketentuan bahwa harga frekuensi kegagalan kondisi shutdown dan kondisi perawatan.
teras (CDF) lebih kecil dari 1 .E-05/RY, harga Penyimpangan yang terjadi dalam kondisi
frekuensi pelepasan zat radioaktif lebih kecil ini adalah normal terjadi dengan frekuensi
dari 1.E-06/RY dan konsekuensi radiologisnya kira-kira 10 kali/RY.
sangat terbatas dalam cakupan luasan dan Kondisi Upset, yaitu kondisi operasi
waktu. dimana kecelakaan diperhitungkan terjadi
Dalam kaitannya dengan pengaruh sekali dalam kurun waktu satu tahun (1
radiologis terhadap lingkungan di luar gedung kali/ RY)
reaktor, pelepasan zat radioaktif dari gedung Kondisi emergensi, yaitu kondisi operasi
reaktor merupakan masukan dasar dan sebagai dengan memperhitungkan terjadi satu kali
sumber data dalam melakukan evaluasi kecelakaan dalam kurun waktu umur
keselamatan radiologis. Sumber zat radioaktif reaktor.
atau suku sumber ini yang harus diupayakan Kondisi Limiting Fault. Kecelakaan dalam
sehingga dalam kondisi kecelakaan parah klasifikasi ini tidak mungkin terjadi atau
keselamatan lingkungan masih terjaga. Suku kemungkinan terjadi sangat kecil, tetapi
sumber dalam hal ini berdasarkan pada jumlah, dipostulasikan terjadi dan diperhitungkan
waktu dan karakteristik dari pelepasan zat di dalam desain. Hal ini untuk menjamin
radioaktif. apabila kecelakaan tersebut terjadi,
Dengan adanya pertimbangan suku perlindungan dan antisipasi untuk
sumber ini maka dalam pelaksanaan menangani telah disiapkan dan telah
pembangunan reaktor nuklir hal ini akan dimasukkan dalam perencanaan reaktor.
berpengaruh terhadap:
evaluasi tapak Pada kondisi limiting fault kemungkinan
penyiapan perencanaan kondisi emergensi adanya pelepasan zat radioaktif ke lingkungan
persyaratan terhadap unjuk kerja sistem akan lebih besar dibanding dengan kondisi
yang berfungsi untuk menurunkan jumlah operasi lainnya karena kemungkinan adanya
pelepasan kerusakan bahan bakar lebih besar.
persyaratan terhadap qualifikasi perleng- Sampai dengan status desain reaktor
kapan dan pengoperasian saat ini, evaluasi aspek
persyaratan terhadap instrumentasi keselamatan radiologis di lingkungan reaktor
pemantau kecelakaan didasarkan pada kondisi-kondisi operasi
penyediaan dan persiapan terhadap kondisi tersebut yang dikenal dengan kondisi kecelaka-
emergensi an dasar desain {DBA). Pada perkembangan
desain untuk peningkatan tingkat keselamatan
Dalam uraian berikutnya akan reaktor, maka kondisi kecelakaan parah akan
dikemukakan tentang reaktor, kandungan hasil menjadi pertimbangan pula yaitu yang disebut
belah, pelepasan hasil belah dari bahan bakar kecelakaan diluar DBA {beyond DBA), bahwa
sampai ke kontainmen, penyebaran dan dalam kondisi kecelakaan parah keselamatan
retensinya di dalam pengungkung dan lingkungan masih tetap terjaga. Dalam hal
pelepasannya keluar dari gedung reaktor dan memenuhi ketentuan tersebut maka keandalan
Iain-lain yang terkait dengan aspek radiologis. penahan terakhir yaitu pengungkung adalah
merupakan kuncinya.
KONDISI OPERASI REAKTOR
KECELAKAAN REAKTOR
Reaktor nuklir didesain untuk dapat
memenuhi persyaratan semua tingkat operas i Sistem proteksi dan pengaman
yang terjadi selama pengoperasian reaktor yang diperlukan dalam melindungi dan menekan
mencakup operasi normal dan kondisi konsekuensi kecelakaan. Bekerjanya sistem
kecelakaan. Tingkat kondisi operasi reaktor proteksi dan pengaman harus tepat waktu
nuklir diklasifikasi mcnjadi 4 yaitu : untuk menjaga keutuhan teras. Ketidak tepatan
dalam perlindungan akan dapat memberikan

PSPKR-BATAN 153
Presiding Presentasi Iltniah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

pemanasan berlebih pada kelongsong bahan parameter-parameter thermohidrolika sedang-


bakar. Akibat dari pemanasan yang gagal kan metode probabilistik untuk melakukan
ditahan, maka kondisi titik leleh bahan dapat analisis keselamatan dengan hasil secara
dicapai. probabilitas, termasuk menentukan
Pada operasi normal, suhu kelongsong kemungkinan kerusakan teras reaktor atau
adalah 350C, dan selama pemanasan beberapa frekuensi kegagalan teras (CDF) akibat dari
fenomena terjadi sampai dengan kondisi titik suatu kecelakaan. Ada tiga tingkat analisis
leleh bahan dicapai misalnya pada 1900 C keselamatan probabilistik yang diterapkan pada
adalah titik leleh untuk bahan Zircaloy. Pada reaktor nuklir yaitu Analisis Keselamatan
suhu 800C-1450C terjadi proses pelubangan Probabilistik (PSA) Level-1, PSA Level-2 dan
permukaan kelongsong dan proses penggem- PSA Level -3. PSA level -1 digunakan untuk
bungan permukaan akibat tekanan dalam. menentukan harga frekuensi kegagalan teras
Pengembungan permukaan akan menghambat dengan menerapkan metode event tree dan
laju pendinginan. Pada tahap ini proses metoda fault tree. PSA level -2 untuk
pelepasan sebagian hasil belah mulai terjadi. menentukan pelepasan zat radioaktif hasil
Pada suhu 1450-1500C reaksi Zr-uap belah dari bangunan reaktor atau pengungkung
menghasilkan tambahan energi sehingga dan hal ini terkait dengan analisis suku sumber.
melebihi dari harga panas peluruhan. Reaksi Sedangkan PSA Level-3 untuk melakukan
Zr-uap mengakibatkan proses perapuhan Zr evaluasi aspek radiologis atau konsekuensi
dan terbentuknya hidrogen dan pada daerah ini radiologis di luar gedung reaktor.
paduan baja mulai leleh. Pada suhu 1550C -
1650C, apabila tidak terjadi pendinginan SUKU SUMBER
reaksi Zr-uap berlanjut dan pada suhu 1900C Untuk dapat mengetahui dampak
Zr mulai meleleh dan kemudian pada suhu radiologis dan pelepasan zat radioaktif hasil
2700C bahan bakar UO2 dan ZrO2 meleleh. belah maka perlu dilakukan analisis
Dalam kondisi seperti tersebut maka konsekuensi radiologis di lingkungan di luar
zat radioaktif hasil belah sebagian keluar dari gedung reaktor nuklir dengan data masukan
bahan bakar ke media pendingin di dalam utama yaitu harga aktivitas yang keluar dan
sistem primer yang berfungsi sebagai penahan juga karakteristik pelepasannya. Harga
berikutnya setelah gagalnya kelongsong. masukan tersebut adalah hasil dari analisis
Apabila sistem primer gagal misalnya bejana suku sumber yang merupakan rangkaian
reaktor juga leleh akibat pemanasan dari bahan analisis pelepasan zat radioaktif hasil belah
bakar cair, maka hasil belah ada yang lepas dari elemen bakar sampai dengan pelepasannya
keluar dan berada di dalam pengungkung. dari bangunan pengungkung. Secara bertahap
Penahan terakhir adalah bangunan pengung- proses pelepasan tersebut adalah sebagai
kung. Pelepasan hasil belah dari pengungkung berikut :
ke lingkungan merupakan masukan dalam Pelepasan dari bahan bakar ke pendingin
melakukan evaluasi konsekuensi radiologis Retensi di sistem pendingin primer
dengan mengetahui dosis terhadap suatu target. Pelepasan dari sistem primer (bejana
reaktor) ke pengungkung
ANALISIS KESELAMATAN Retensi hasil belah di dalam pengungkung
Ada dua metode yang diterapkan Pelepasan hasil belah dari pengungkung
dalam melakukan analisis keselamatan reaktor
yaitu metode deterministik dan metode Pelepasan zat radioaktif hasil belah terjadi baik
probabilistik. Metode deterministik digunakan pada kondisi operasi normal ataupun pada
untuk melakukan analisis kecelakaan dengan kondisi kecelakaan.
hasil secara kuantitatif yang merupakan Pada kondisi normal, selama periode
penilaian terhadap keutuhan teras dalam hal operasi dan shutdown pelepasan zat radioaktif
terjadi kecelakaan dasar desain dengan dibatasi dimana paparan kolektif terhadap
mengetahui dan menghitung besarnya harga personil adalah pada harga tertentu, misalnya
tcmperatur kelongsong dan bahan bakar serta 0.75 m.Sv (untuk desain EPR) atau lebih
rendah lagi. Sehingga jumlah pelepasan dapat

PSPKR-BATAN 154
Presiding Presentasi Ilniiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

diperhitungkan tidak lebih dari harga-harga aerosol dimana sebagian aerosol akan
berikut: terdeposit pada permukaan sistem pendingin
Bahan cair primer dan sebagian akan lepas ke ruangan
Nuklida :0.1TBq/yr pengungkung melalui posisi pecahan (dalam
Tritium : 60 T Bq/yr hal kecelakaan parah akibat pipa pecah
Bahan gas (LOCA). Kelompok zat radioaktif yang bukan
Gas : 800 T Bq/yr termasuk gas mulia (noble gas) akan berada
Halogen dan aerosol : 0.03 T Bq/yr lebih lama di dalam sistem primer dengan kata
lain adalah tertahan di dalam sistem pendingin
Dan batasan dosis terhadap masyarakat primer.
maksimum adalah 0.3 mSv/tahun sesuai Apabila lelehan bahan bakar yang
dengan batasan untuk negara Jerman. turun ke bawah telah mencapai bagian bawah
Batasan tersebut menjadi umpan balik bejana reaktor dan menyebabkan lelehnya
untuk tahap desain reaktor apabila dalam bejana reaktor, maka lelehan bahan bakar
analisis dihasilkan harga yang lebih besar dari dapat masuk ke ruang di bawah bejana reaktor.
ketentuan tersebut. Proses selanjutnya adalah adanya reaksi
Pada kondisi kecelakaan misalnya lelehan bahan bakar dengan beton, sehingga
kondisi emergensi dan kondisi limiting fault mengakibatkan kerusakan beton dan pelepasan
batasan tersebut akan berbeda sesuai dengan hasil belah dan zat radioaktif lainnya ke
proses kecelakaannya. Pada kondisi emergensi ruangan pengungkung terjadi lewat bagian ini.
konsekuensi radiologi dibatasi pada dosis Proses ini akan dapat berkurang konsekuensi-
efektif lebih kecil dari 5 mSv dan pada kondisi nya apabila ada pendinginan air terhadap
limiting fault adalah lebih kecil dari 50 mSv. lelehan yang masuk ruang di bawah bejana
Pada kondisi kecelakaan parah batasan reaktor.
tersebut akan lebih besar dengan adanya Didalam ruang pengungkung aerosol
kemungkinan pelepasan zat radioaktif ke mengalami proses alami seperti pengendapan,
lingkungan juga besar. Besarnya tergantung penempelen pada permukaan dan juga proses
juga terhadap perencanaan penanganan di luar yang ditimbulkan oleh sistem pengaman yaitu
bangunan reaktor yang akan diterapkan, sistem semburan air atau sistem lain yang
misalnya apabila tidak perlu penanganan diterapkan yang tergantung pada desain dan
segera termasuk evakuasi dan pengamanan tipe reaktor.
terhadap luasan di sekitar reaktor, harga Zat radioaktif lepas keluar dari
batasan dosis efektif diperhitungkan pengungkung melalui posisi bocoran yang telah
berdasarkan kriteria 50-500 mSv yang ada (yang diperhitungkan di dalam desain) atau
didasarkan pada ketentuan ICRP 63. Pada melalui bocoran yang timbul akibat kecelakaan
kondisi kecelakaan parah, sebagai contoh, parah tersebut. Untuk mengetahui lebih rinci
jumlah pelepasan untuk 3 unsur dominan yaitu dan lebih baik maka diperlukan analisis suku
Xe-133, 1-131 dan Cs-137 dalam periode sumber yang didasarkan pada desain reaktor.
kurang dari 24 jam adalah 2E+4 TBq, 11.4 Dalam analisis suku sumber akan dapat dilihat
TBq, dan 1.8 TBq. (Data reaktor EPR) usaha-usaha untuk dapat menurunkan laju
Pada tahap awal kejadian sebelum pelepasan hasil belah.
terjadinya pelelehan teras, hanya air pendingin
dan zat radioactif di dalam celah elemen bahan PROSES PELEPASAN HASIL BELAH
bakar yang jumlahnya masih terbatas keluar
Tidak semua hasil belah yang
dan masuk ke ruangan pengungkung.
terkandung di dalam bahan bakar terlepas
Kemudian dengan terjadinya proses pelelehan
bahan bakar dan juga teras tidak tergenang air keluar dalam hal terjadi kerusakan bahan
maka sejumlah besar hasil belah keluar dari bakar. Banyak faktor yang mempengaruhi
bahan bakar dan terkumpul di dalam bejana antara lain adalah sebagai berikut:
reaktor. Hasil belah ini akan dipindahkan atau Inventori hasil belah dan distribusinya di
dialirkan dengan dorongan uap dan hidrogen, dalam bahan bakar
sehingga komposisinya sebagai uap dan Kemerataan kerusakan teras
Perilaku hasil belah di dalam bahan bakar

PSPKR-BATAN 155
Presiding Presentasi Ilniiah Keselamataii Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tingkat reaksi kimia hasil belah dengan reaktor. Teras yang leleh dan turun ke bawah
kelongsong menyebabkan pelepasan sisa Iodin dan Cesium
Komposisi hidrogen-uap dalam teras yang bersama dengan sejumlah kecil hasil belah
terkait dengan potensial oksidasi yang kurang volatil. Hasil belah yang tidak
Temperatur bahan bakar, dan ini akan volatil dilepas dari bahan bakar sebagai
berpengaruh pada proses difusi aerosol.
Material yang leleh selain bahan bakar
Kandungan hasil belah ditentukan dengan yaitu bahan struktur dan batang kendali yang
berdasarkan reaksi inti U-235 dengan netron berinteraksi dengan air pendingin menimbulkan
dengan hasil yang dominan yaitu Xe dan Sr. proses pembentukan aerosol. Aerosol dapat
Xe akan meluruh dan stabil dalam unsur Ce, terbentuk dari unsur hasil belah dengan uap.
dan Sr akan meluruh menjadi unsur Zr sebagai Aerosol dapat juga bereaksi dengan uap dan
unsur stabil. Kandungan hasil belah dalam hasil belah. Pembentukan, karakteristik dan
suatu periode operasi dapat dihitung. Sebagai komposisi aerosol dalam air pendingin adalah
contoh untuk BWR 1000 MWE pada kondisi komplek, antara lain dipengaruhi oleh proses
setimbang setelah 5 kali penggantian posisi kimia dari unsur-unsur yang ada, sifat
bahan bakar adalah 4.25 ton dengan aktivitas pengendapan dan sifat penyerapan. Hal ini
1.35 E+10 Ci dan inventori aktinida (unsur akan berpengaruh terhadap pelepasan hasil
berat selain hasil belah) sebesar 122 ton dengan belah dan aerosol dari pendingin ke ruangan
aktivitas 3.69 E+9 Ci. Berat uranium dalam pengungkung.
teras adalah 126.300 kg. Hanya hasil belah yang berupa gas
Dengan adanya banyak faktor yang mulia dan juga yang volatilitasnya tinggi yang
berpengaruh terhadap pelepasan hasil belah dapat lepas 100% ke pendingin dan juga ke
maka proses pelepasannya menjadi sangat ruangan pengungkung. Untuk hasil belah
komplek. Ada enam hasil belah yang dominan lainnya dan juga unsur lain dari material
dalam kaitannya terhadap evaluasi dampak struktur dan batang kendali sebagian teitahan
radiologis lingkungan yaitu Xe, I, Cs, Te, Ba, di dalam bahar bakar dan tertahan di dalam air
Sr. Xe adalah gas mulia dan I, Te dan Cs pendingin.
adalah radionuklida volatil sedangkan Sr dan Pelepasan hasil belah dari bahan bakar
Ba adalah radionuklida yang kurang volatil. tidak terjadi secara spontan melainkan
Sebagian hasil belah dikungkung bervariasi dan bertahap, dan hal ini tidak
didalam butiran kristal, sebagian di batas mudah untuk diperhitungkan. Dalam perhitung-
kristal dan sebagian di celah antar pelet dan an dapat diasumsikan bahwa sebesar 10 %
celah antar bahan bakar dan kelongsong. dapat terlepas pada saat terjadi kerusakan dan
Pelepasan hasil belah yang paling besar adalah sebesar 50% terlepas pada periode 30 menit
gas mulia Xe karena disamping terproduksi sampai dengan 60 menit, dan kemudian sisanya
dalam jumlah yang terbesar juga karena berupa terlepas secara konstan setelah periode
gas mulia yang mempunyai mobilitas tinggi. tersebut.
Sehingga dengan lelehnya kelongsong yang Dengan kompleknya proses pelepasan
diikuti dengan lelehnya bahan bakar maka gas hasil belah dan zat radioaktif lainnya yang
mulia segera keluar. Kemudian urutan terbentuk ke pengungkung maka akan sulit juga
besarnya jumlah pelepasan adalah I, Te, Cs, dalam melakukan analisis suku sumber dalam
Ba, Sr. menentukan besarnya aktivitas yang ada di
Hasil belah yang volatil (I dan Cs) dan dalam pengungkung dan jumlah yang akan
gas mulia pelepasannya dapat mencapai 100%, lepas dari pengungkung.
dan untuk hasil belah lainnya (Te, Ba, Sr) Di dalam pengungkung, proses retensi
pelepasannya tergantung dari pada proses dan proses-proses lainnya yang bertujuan untuk
kimia yang dipengaruhi oleh oksidasi dan menahan dan mengendapkan hasil belah dan
tekanan uap. Dan untuk hasil belah seperti Ru, zat radioaktif dilakukan untuk menurunkan
Tc, La yang mempunyai volatilitas rendah pada konsentrasi, yaitu dengan disediakannya sistem
kondisi kekurangan uap akan tertahan pada semburan pengungkung dan sistem lain sesuai
Ielehan sampai terjadi kegagalan bejana desain dan tipe reaktor.

PSPKR-BATAN 156
Presiding I'rcscntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Dalam melakukan analisis suku yang menjadi referensi, dan Iain-lain. Referensi
sumber tidak mungkin dapat dilakukan perlu dipilih agar dapat dibandingkan dengan
pemodelan terhadap semua hasil belah dan zat harga ketentuan yang tercantum di dalam
radioaktif karena akan sangat sulit dan standar yang diacu misalnya ICRP dan 10
komplek. Sehingga dapat dipilih terhadap hasil CFR 100.
belah tertentu yang dapat memberikan dampak
Sebagai contoh bahwa untuk referensi
yang dominan dan besar misalnya Iodin. Iodin
posisi pada jarak 1000 m dari reaktor dan
yang telah berinteraksi dan mengalami proses
untuk periode pelepasan 0 sampai dengan 2
kimia adalah berupa kelompok Iodin dan yang
jam dari saat kecelakaan parah dan terjadi
paling dominan adalah aerosol dalam bentuk
kerusakan bahan bakar, hasil yang memberikan
Cesium-Iodin dengan jumlah 95,5%, dan 2,5%
harga aman untuk dosis thiroid adalah lebih
dalam bentuk elemen Iodin dan 2% dalam
kecil dari 300 rem. Dengan demikian batasan
bentuk metil. Di dalam pengungkung sebagian
untuk kecelakaan dasar desain untuk kondisi
Iodin dihilangkan oleh semburan air, diserap
emergensi dan limiting fault akan lebih rendah
oleh permukaan pengungkung dan juga
lagi.
mengalami pengendapan.
Hasil analisis tersebut apabila
dilakukan dalam tahap desain PLTN akan
AKTIVITAS PELEPASAN DARI
dapat sebagai umpan balik. Dalam hal hasilnya
PENGUNGKUNG melebihi harga yang telah ditentukan di dalam
Laju kebocoran yang dipersyaratkan di standar, maka pemeriksaan ulang harus
dalam desain pengungkung reaktor adalah dilakukan terhadap hasil desain, sehingga
sebesar 0.2 % per hari. Dengan mengetahui sistem-sistem yang terkait dengan proses
konsentrasi dan aktivitas hasil belah tertentu pelepasan zat radioaktif perlu diperhatikan
yang ditinjau dalam analisis, maka laju kembali.
pelepasan zat radioaktif dari pengungkung Hal tersebut terkait dengan sasaran
dapat diperhitungkan. Bahwa dalam kondisi untuk memberikan perlindungan yang memadai
kecelakaan dasar desain misalnya pipa terhadap adanya kecelakaan sehingga resiko
pendingin utama pecah sehingga semua air dan setiap anggota masyarakat adalah kecil.
pendingin menjadi uap dan akan memberi Dan terkait pula terhadap peningkatan
beban tekanan pada pengungkung, dalam hal keselamatan reaktor nuklir, bahwa untuk
ini pengungkung harus masih tetap utuh dan reaktor nuklir generasi yang akan datang
tidak mengalami kegagalan. Berarti pelepasan dalam hal terjadi kecelakaan konsekuensi
hasil belah ini melalui bocoran-bocoran dalam radiologi haruslah kecil dan tidak perlu adanya
sistem penetrasi yang telah diperhitungkan di penanganan yang dilakukan di luar reaktor.
dalam desain. Lain halnya apabila terjadi
kerusakan pengungkung misalnya retak atau PENUTUP
berlubang dari pengaruh kecelakaan. Pada bab
suku sumber telah dituliskan suatu contoh Keselamatan reaktor dan keselamatan
harga activitas untuk hasil belah tertentu yang lingkungan yang ditimbulkan adanya
keluar dari pengungkung pada kondisi pengoperasian reaktor nuklir adalah kunci
kecelakaan parah. pokok dalam menjamin tidak adanya resiko
yang diterima masyarakat. Konsekuensi
radiologi di lingkungan reaktor nuklir dapat
ANALISIS KONSEKUENSI RADIO- ditentukan dengan melakukan analisis yang
LOGIS DI LUAR GEDUNG REAKTOR terpadu yang dimulai dari analisis kecelakaan
Penetuan dampak radiologis lingkung- melalui metode deterministik dan probabilistik
an khususnya terhadap iodin yang lepas keluar untuk mengetahui kemungkinan kerusakan
dari gedung reaktor adalah dengan menghitung teras, diikuti dengan analisis suku sumber
dosis radiasi. Faktor yang berperan dalam untuk dapat memperkirakan jumlah pelepasan
melakukan analisis ini adalah kondisi udara zat radioaktif dari bangunan reaktor.
luar yang meliputi arah angin, kecepatan angin, Bahwa dalam kecelakaan parah
dispersi udara, distribusi suhu, daerah mana sekalipun dasar pcrencanaannya adalah tidak

PSPKR-BATAN 157
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

terjadi pelepasan zat radioaktif yang severe accident, Proc. Source term
menimbulkan dosis radiasi melebihi batas yang evaluation for accident conditions, IAEA,
telah diijinkan. Analisis konsekuensi radiologis Vienna, 1986.
di Iuar reaktor perlu dilakukan yang terkait 8. SUGIYANTO, dkk., Perhitungan Inventori
dengan analisis keselamatan probabilistik yang Produk Fisi Pada Reaktor Daya Tipe BWR.
dipersyaratkan dalam tahap pembangunan Laporan Teknis PPTKR 1994/1995.
reaktor nuklir. Tahap-tahap analisis
selanjutnya baik pada tahap kontruksi dan DISKUSI
operasi akan dapat dipakai sebagai umpan
balik dalam melakukan penilaian terhadap hasil Syahrir - PTPLR
desain. Bagaimana menetukan persentase Rn yang
terlepas dari bahan bakar pada DBA untuk
DAFTAR PUSTAKA selain gas mulia ?
1. IAEA TECDOC-712 , Safety Aspect of
Sukarno
Design for Future Light Water Reactors,
Dilakukan dengan model analisis dengan
June 193.
asumsi-asumsi. Ada program FASTGRASS
2. YVON, Radiation Protection, German-
yang dapat dipakai untuk menentukan
Indonesian Seminar on Safety Approach of
pelepasan hasil belah. Pada kondisi DBA,
NPP . April 1-3 , 1996 , Jakarta.
proses pelepasan lebih besar ditentukan oleh
3. HOBINS, In Vessel releases of
proses difusi hasil belah di bahan bakar dan
Radionuclides and generation of aerosols,
kelongsong. Secara difusi gas hasil dapat
Precedding Source Term Evaluation for
melewati kelongsong dan masuk ke pendingin.
accident conditions, IAEA , Vienna, 1986.
4. CD. ANDRIESSE, Interpretation of fission
Nasukha - PSPKR
product release from over heated fuel, Proc.
Apa definisi 'aspek radiologis' yang dimaksud
Source Term Evaluation for accident
dalam makalah Bapak ?
conditions, IAEA , Vienna, 1986.
5. POWERS, Chemical process in fission
Sukarno
product release and transport, Proc. Fission
Aspek radiologis yang dimaksud adalah perihal
Product Transport Process in Reactor
yang terkait dengan radioaktif yang timbul dan
Accidents, New Jork, 1990.
konsekuensinya, baik konsekuensi untuk usaha
6. TEAGUE, D.F. TORGERSON, A generic
menjaga radioaktif tetap terkungkung di dalam
overview of severe accident phenomena,
reaktor, dan konsekuensi yang terdapat di luar
Proc. Fission prouct transport process in
atau lingkungan.
reactor accidents, New York, 1990.
7. BUTLAND, Factor affecting primary
system radionuclide retention in an LWR

PSPKR-BATAN 158
Presiding Presentasi Ilmiali Kcselamalan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996 ID0000075
ISSN : 0854-4085

PEMBUATAN RADIOISOTOP 45Ti DARI 45Sc


UNTUK PENANDAAN HSA DAN DTPA

Sri Wahyuni
Pusat Pengkajian Teknologi Nuklir-BATAN
Ido Tatsuo, Ren Iwata
CYRIC, Tohoku University, Scndai-Japan

ABSTRAK
PEMBUATAN RADIOISOTOP 45Ti DARI 4SSc UNTUK PENANDAAN HSA DAN DTPA.
Radiosiotop 4STi adalah isotop pemancar positron dengan waktu paruh 3,08 jam. Radioisotop 45Ti
diharapkan dapat digunakan sebagai penanda HSA (human serum albumin) dan DTPA
(dietilentriaminpcntaasetat) untuk perunut dalam kedokteran nuklir, karena mcmiliki waktu paruh yang
pendek dan energi yang dipancarkan cukup besar (1,04 MeV, 85%). Pembuatan radiosiotop 45Ti
dilakukan dengan mengiradiasi lembaran logam skandium-45 yang diperkaya 99,9% dengan proton
pada energi 11,5 MeV, mclatui rcaksi : 45Sc (p,n) 45Ti. Radioisotop 45Ti dipisahkan dari target dengan
menggunakan metode NELSON. Lembaran logam .skandium yang telah diiradiasi dilarutkan dalam 2ml
HCI 6 M dan ditambahi 1 tetcs HNOj untuk mengoksidasi titanium ke valcnsi +4. Larutan tadi
dipanaskan sampai kcring lalu ditambahi lagi HCI 6M, langkah ini diulang sebanyak 3 kali. Kemudian
45
Ti yang diperoleh dilarutkan dalam 2ml HCI 6M dan dilewatkan pada kolom AG50WX8 (100 - 200
mesh, diameter 1,9 X 13 cm) yang telah dikondisikan dengan HCI 6M dan titanium dielusi dengan HCI
6M. Fraksi aktivitas 45Ti yang diperolch disterilkan dengan menggunakan filter 0,22 fun. Aktivitas
saturasi 45Ti yang diperoleh adalah sebesar 25 2 mCi/|LiA dan 48 0.5 mCi/u.A, masing-masing untuk
ketebalan lembaran skandium 0,127 mm dan 0,254 mm. Larutan 45TiCU yang diperoleh kemudian
digunakan untuk menanda HSA dan DTPA. Proses keseluruhan dilakukan daiam waktu 2 jam dan hasil
penandaan diperoleh sebesar 75 - 90 % dari aktivitas awal.

ABSTRACT
THE PRODUCTION OF RADIOISOTOPE 45Ti FROM 45Sc FOR LABELING HSA AND DTPA.
Radioisotope 45Ti is a positron emitter with a half life of 3.08 hours. Due to its short half life and high
energy positron ratio (85%), radioisotopc 45Ti is expected to be used for labeling HSA (human serum
albumin) and DTPA (dietilentriaminpcntaasetat), the result is expected as a tracer in nuclear medicine.
The 45Ti was produced by irradiating scandium foil (99.9% purity) at 11.5 MeV using proton particles
with nuclear reaction of 45Sc(pn) 45Ti. The 45Ti was then separated from the target by the NELSON
method. Having irradiated, the scandium foil was dissolved in 2 ml of 6 M HCI and one drop of 1 M
HNOj to oxidize the titanium to +4. The solution was then evaporated and dissolved again in 6 M HCI.
This step was repeated three times to remove HNO-j completely. The45Ti was then disolved in 2 ml of 6 M
HCI and passed through AG50W X 8 column (100-200 mesh, Bio-rad, 1.9 cm i.d. X 13 cm) that already
conditioned with 6 M HCI and eluted 4STi with 6 M HCI. The4STi is then sterilized by filtering through
0.22 u.m filter papers. The saturation activity of 45Ti obtained using scandium foils at the thickness of
0,127 and 0,254 mm are 25 2 mCi/uA and 48 0.5 mCi/uA respectively. The solution of 45TiCl4 is used
for labeling HSA and DTPA. The separation process was carried out in two hours and radioisotope
yields is of 75 - 90%.

PENDAHULUAN pemancar positron adalah siklotron


(cyclotron).
Dewasa ini pemakaian radioisotop Radioisotop titanium-45 (Ti-45)
sebagai perunut untuk mendiagnosis merupakan radioisotop pemancar positron
penyakit ataupun kelainan fungsi organ dengan energi = 1,04 MeV (85%), dan
tubuh dalam bidang kedokteran semakin waktu paruh 3,08 jam. Diharapkan Ti-45
berkembang pesat, khususnya radioisotop dapat digunakan sebagai perunut dalam
pemancar positron. Untuk meminimalkan kedokteran nukJir, karena Ti-45 memiliki
jumlah radiasi yang diterima pasien, maka waktu paruh yang pendek dan energi
isotop-isotop berumur pendek perlu di- positron yang dipancarkan cukup besar
kembangkan dan ditingkatkan produksinya. (1,04 MeV). Selain itu, Ti-45 memiliki
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk karakteristik luruhan yang mudah terdeteksi
menghasilkan radioisotop berumur pendek oleh kamera positron, dan dapat dipakai
dalam rekonstruksi transaksial tomografi.

PSPKR-BATAN 159
Prosiding Prescntasi Ilmiah Kesclamataii Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Penelitian pendahuluan telah dilakukan oleh yang dikembangkan Oleh Nelson dkk.[2].
Ishiwata, dkk. [1J yang menyarankan Lembaran skandium yang telah diiradiasi
penggunaan bentuk kompleks dengan dilarutkan dalam 2 ml larutan HCI 6 M dan
senyawa kelat atau senyawa organometal ditambahi 1 tetes larutan HNO 3 1 M untuk
yang ditanda dengan radioisotop titanium mengoksidasi titanium ke valensi +4.
sebagai radiofarmaka yang potensial Larutan tadi dipanaskan sampai kering lalu
digunakan di bidang kedokteran nuklir. ditambahi lagi larutan HCI 6M, langkah ini
Pada penelitian ini dipelajari pem- diulangi sebanyak 3 kali untuk meng-
buatan radioisotop 45Ti dan penggunaannya hilangkan HNO3. Endapan yang diperoleh
untuk men and ai HSA (human serum dilarutkan dalam 2 ml larutan HCI 6M dan
albumin) dan DTPA (dietilen-triamin penta dimasukkan dalam kolom AG50WX8 (100-
asetat). 200 mesh, 1,9 x 13 cm) yang telah dicuci
dengan larutan HCI 6M. Radioisotop 4STi
TATA KERJA yang terbentuk dielusi dengan larutan HCI
6M. Fraksi aktivitas 45Ti dikumpulkan
Bahan Dan Peralatan kemudian dipanaskan hingga kering lalu
Logam skandium alam sebanyak 65 dilarutkan dalam 1-2 ml larutan HCI 1M
atau 130 mg (tebal 0,127 atau 0,254mm), dan disterilkan dengan menggunakan filter
dengan kemurnian 99,9% (buatan Alfa (0,22 urn). Radioisotop 4S TiOCI 2 yang
division Ventron Corp) digunakan sebagai diperoleh digunakan untuk menandai HSA
target. Lembaran aluminium kemurnian dan DTPA.
99,5%, (buatan KOCH Chemical LTD.
England) digunakan untuk membungkus Pembuatan Senyawa Bertanda ""Ti
target. Beberapa ml larutan 4 5 Ti0CI 2 (<50
Peralatan utama yang digunakan JJ.1) ditambahi dengan 0.2 ml uchelating
pada penelitian ini adalah AVF (The reagent'" dalam larutan saline: 0.6 mg/ml
Azimuthally Varying Field) cyclotron, natrium fitat ("thechne phytate Kit", Daichi
detektor Germanium kemurnian tinggi, Radioisotope Lab), 5 mg/ml larutan HSA,
MCA, HPLC, dose kalibrator dan peralatan 10 mg/ml larutan DTPA , 21 mg/ml larutan
pemurnian radioisotop. asam sitrat (CA), dan pH larutan diatur
menjadi 4-6 dengan menggunakan larutan
Pembuatan radioisotop Ti-45 NaOH 0,1 M yang dialirkan melalui filter
Pembuatan radioisotop Ti-45 dilaku- 0,45 u.m. Pada keadaan pH netral larutan
4S
kan berdasarkan metode Merril dengan Ti0C! 2 menghasilkan endapan, yaitu
4S
beberapa modifikasi, yaitu dengan cara Ti0 2 atau 45Ti(OH)4. Jika senyawa
4S
mengiradiasi lembaran scandium seberat 65 TiOCl2 akan digunakan untuk
atau 130 mg (tebal 0,127 atau 0,254 mm, mempelajari sifat penyebarannya pada
kemurnian 99,9%) dengan proton pada hewan percobaan, maka pH larutan diatur
energi 11,5 MeV, dengan reaksi inti : menjadi 4-6 dengan cara menambahkan
45
Sc(p,n) 45Ti. Kemurnian radionuklida larutan NaOH 0,1 M. Kompleks 4STi(III)-
dianaiisis dengan cara spektrometri sinar-y DTPA juga dipersiapkan dengan men-
menggunakan detektor Ge murni dan hanya campurkan larutan 45 Ti(III) dengan DTPA,
radioisotop 4STi yang terdeteksi sebagai inti dan kompleks fluorida dengan mencampur-
radioaktif. Radioisotop 45Ti yang diperoleh, kan larutan 45 TiOCl 2 + KF, serta kompleks
kemiidian dirnurnikan dengan menggunakan HSA dibuat dari larutan 4STiOCl2 + HSA.
metode Nelson. Secara sederhana bagan Kompleks 4STi diamati dengan
pembuatan dan pemurnian senyawa metode elektroforesis kertas (EK), dengan
bertanda 4STi dapat dilihat pada Gambar 1. larutan elektrolit campuran piridin : asam
asetat : air (100:4:900, v/v) pada pH 6,5
Pemurnian radioisotop Ti-45 atau dengan perbandingan ( 1 : 1 0 : 89, v/v)
Target skandium yang tidak berubah sebagai larutan elektrolit pada pH 3,6.
menjadi 4STi dipisahkan dengan metode Selain dengan EK digunakan juga

PSPKR-BATAN 160
Presiding Piescntasi Umiah Kcselamataii Rarfiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

kromatografi lapis tipis (TLC) pada Silica 0,60) dan mempunyai ekor. Sedang 4STiO-
gel dengan pelarut campuran aseton dan air fitat pada kertas elektroforesis dan TLC
( 1 : 1 , v/v). tetap tidak berpindah tempat (Gambar 2),
serta diserap oleh Sephadeks G-10. Kecuali
HASIL DAN DISKUS1 pada keadaan asam kuat (HCI 0,05 M), 45Ti-
fitat mungkin berada pada keadaan koloid
Pembuatan dan Pemurnian Radioisotop 45nTi yang berukuran besar, dan bersifat hete-
Hasil radioisotop 45Ti yang diperoleh rogen pada ukuran molekul. Oleh karena itu
setelah dilakukan proses pemisahan dalam sebagian besar 45Ti-fitat tidak dapat
waktu 2 jam setelah akhir penyinaran melewati membran filter.
yaitu sebesar 25 2 mCi/uA atau 48 0.5
mCi/uA saturasi masing-masing untuk tebal Tabel 1. Jarak perpindahan relatif dari
lembaran skandium target 0,127 atau 0,254 kompleks "Ti pada kertas elektroforesis, [6].
mm. Bagan pembuatan dan pemurnian
senyawa bertanda 4: Ti dapat dilihat pada Preparasi Ligand pH 6.5* pH 3.6 *
Gambar 1. Ti
45
Ti(IV) DTPA 1,0 1,0
Lembaran
45
Scandium Ti(III) DTPA 0,87 0,63
(12x12x0,127mmJ)
45
Ti(IV) CA 0 0.48**
Proton, Ep= 12 MeV, I = SnA, t = 45
Ti(IV) Fluorida 0 0.48**
60 menit
2 ml HCI 6M, 1 tetes HNO3 Keterangan
Dipanaskan + 1 ml HCI 6M>3 * Jarak perpindahan dari DTPA kompleks ke katoda
kali ialah 5.2 cm pada pH 6.5 (pada arus 5 mA dan
Kolom kromatografi AG 50W tegangan 500 V selama 30 menit) dan 4.8 cm
pada pH 3.6 (pada arus 20 mA dan tegangan
700 V untuk 20 menit).
Fraksi 4STi4 ** mempunyai ekor

Larutan koloid 45Ti(IV) mudah


Dipanaskan dan ditatnbahi terjadi pada keadaan netral yaitu bila
dengan 1 ml Hcl 1 M larutan asam 4STiOCl2 dinetralkan dengan
NaOH, diperoleh endapan koloid mungkin
4S
5
TiCI 4 Ti0 2 atau 45Ti (OH) 4 . Pada pH 4-5 baik
4S 4S
Ti0Cl 2 maupun TiO-fitat tidak
menunjukkan migrasi baik pada
Reagent kelat ihilam pemeriksaan secara EK maupun TLC,
NaOH 1 M
sehingga memberi kesan 45Ti berbentuk
koloid. Pada pemeriksaan dengan EK
Senyawa 4STi kompleks-45Ti berpindah ke katoda pada
pH5-7 tingkat oksidasi Ti(IV)-DTPA dan Ti(III)-
DTPA serta Ti(IV)-CA sama dengan Ti(IV)-
fluorida, seperti terlihat pada Tabel 1. Pada
Gambar 1 : Pemurnian senyawa bertanda kedua pH tersebut, 45
Ti(IV)-DTPA
Ti-45 berpindah lebih cepat daripada 45Ti(III)-
DTPA. Muatan negatif lebih besar pada
Keadaan Larutan Senyawa 4 5 T i Ti(IV)-DTPA kompleks menjelaskan
Dari hasil pengamatan secara EK kenyataan bahwa DTPA dengan 5 gugus
dan juga kromatografi lapis tipis pada silica karboksil terkoordinasi dengan jenis ikatan
gel diketahui bahwa 45 Ti0-DTPA dan 45 Ti0- oksotitanium. Kompleks tersebut mungkin
CA menunjukkan spot/puncak (pada Rf= sebagai 4"TiO-DTPA, dengan muatan listrik

PSPKR-BATAN 161
Prosiding Prcscntasi Ilmiali Keselamatan kadiasi clan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

-3 (minus 3). 'Ti(III) mungkin membentuk Setelah dilakukan pemurnian diperoleh


kom-plek oktahedral pada 4STi-DTPA radioisotop 45TiOCl2 yang digunakan untuk
dengan muatan listrik-2 (minus 2). Kompleks menandai HSA dan DTPA, dengan hasil
dengan CA dan fluorida tampaknya akhir diperoleh sebesar 75-90 % dari
mempunyai muatan yang lebih rendah/kecil aktifitas awal.
dan kurang stabil dibandingkan dengan Dengan diketahui ikatan kimia
DTPA kompleks. CA kompleks mungkin radioisotop 45Ti, diharapkan dapat dibuat
dinyatakan sebagai TiO(OH)-CA atau TiO- beberapa jenis senyawa baru yang dapat
CA dan fluorida kompleks sebagai TiOF42. ditandai dengan radioisotop ini untuk
keperluan diagnosis dengan tomografi
positron dalam kedokteran nuklir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih


kepada Prof. Dr. Ido Tatsuo, Dr. Iwata dan
Dr. Mieko Kawamura, serta seluruh teknisi
atas bimbingan dan bantuan selama penulis
melakukan penelitian di CYRIC, Universitas
Tohoku, Sendai, Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

1. ISHIWATA, K., etal (1982)


Preparation of ^Ti-Labeled compounds
and their medical application. J. Label.
Compds Radiopharm, 19, 1539
a so tic (abstract).
2. NELSON, F., MURASE,T., and
KRAUS, K.A. (1964) Ion exchange
procedures. I. Cation exchange in
Gambar 2 : Kurva 45TiO-DTPA pada plasma concentrated HCl and HCIO4 s o ' u tion,
da rah tikus yang diinkubasi dianalisis dengan
HPLC pada kolom gel filtrasi (A) dan kolom J. Chromatog. 13, 503.
penukar anion (B). Perosentase radioaktifitas 3. SHIRANE, R., et.al., 4STi - DTPA and
sctiap fraksi untuk total radioaktivitas pada Blood - Brain Barrier, CYRIC Annual
kolom dihitung. Garis titik-titik menyatakan Report, 151 - 153, 1983.
bentuk elusi dari protein plasma diukur
menggunakan dctektor ultra violet pada garis 4. KAWAMURA,M., et.al., Metabolisme
280 nm. Tanda panah menunjukkan waktu elusi of 45Ti-Labeled Compounds: Effect of
dari 45Ti0-DTPA transferrin (T) dan albumin Ascorbic Acid, CYRIC Annual Report,
(A). 150-163, 1985.
5. ISHIWATA, K., et.al., Preparation and
45
Medical Application of Ti, Cyric
Annual Report, 164-167, 1981.
KESIMPULAN 6. ISHIWATA, K., et.al., Potensial Radio-
pharmaceuticals Labeled With Titanium-
Dari percobaan ini diperoleh 45, Applied Radiation and Isotop,
simpulan pada penggunaan energi partikel Vol.42, N0.8, pp. 707-712, 1991.
proton sebesar 11,5 MeV untuk target
scandium setebal 0,127 mm atau 0,254 mm,
diperoleh aktivitas saturasi radioisotop 4 'Ti
sebesar 252 mCi/u.A atau 48 0,5 mCi/uA.

PSPKR-BATAN 162
Presiding Prcsentasi Ilmiali Kcsclnmatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

DISKUS1 energi partikel penembak dan lamanya


iradiasi.
Nasukha - PSPKR 2. Kondisi pemrosesan pembuatan
1. Dalam makalah satuan aktivitas radioisotop untuk kedua ketebalan target
digunakan mCi/jxA. Bagaimana bisa adalah sama (tidak berbeda) Ep=12
diperoleh satuan tersebut dan mengapa MeV, waktu iradiasi 60 menit, besarnya
ada u,A-nya. arus 5u.A.
2. Penelitian ini dilakukan di Jepang,
apakah isotop tersebut digunakan di Etty H - PSPKR
kedokteran nuklir dengan kamera 1. Apakah radioisotop 4STi telah diproduksi
gamma atau fasilitas PET. di Indonesia (PPR).
3. Apakah hal yang sama tersebut bisa 2. Kelebihhan/kekurangan bila
dilakukan di PPR ?, karena PPR juga dibandingkan dengan 99<"Tm bila
punya siklotron dan fasilitas-fasilitas digunakan di dalam kedokteran nuklir.
lainnya. 3. Apakah kedokteran nuklir di Indonesia
(Rumah Sakit) sudah ada yang memakai
Sri Wahyuni untuk pemeriksaan-pemeriksaan
1. Besarnya aktivitas yang diperoleh tersebut.
bergantung pada ; besarnya arus, waktu
lamanya iradiasi, besarnya energi partikel Sri Wahyuni
penembak, tebal target. Karena itu jika 1. Radioisotop 45Ti belum diproduksi di
arus kita ubah (waktu iradiasi dan energi Indonesia/PPR
partikel penembak tetap) maka, akan 2. Radioisotop pemancar positron
diperoleh besar aktivitas yang berbeda. dibanding-kan dengan 99mTc mempunyai
Besar arus di siklotron (pada percobaan kelebihan sebagai berikut;
pembuatan radioisotop) umumnya Waktu paruh < 6 jam (Tm 99mTc w 6
dalam JJ.A. jam), contoh 18F 110 menit, !1C
2. Karena radioisotop ini memencarkan 20 menit.
positron, maka digunakan kamera Dapat memberikan informasi lebih
digunakan kamera PET. Radioisotop ini baik pada bidang ilmu syaraf
(sampai tahun 1992) telah diuji pada tikus sehingga dapat untuk mendiagnosa
putih dan telah diketahui karakteristik penderita ayan, alzainer dll. Juga
penyebarannya pada tikus. Sedangkan pada penderita jantung koroner.
pada penelitian untuk mengukur volume Dapat digunakan untuk mempelajari
darah anjing pada saat itu, sedang pengaruh obat pada organ yang
berlangsung. diamati.
3. Pada prinsipnya pembuatan radioisotop 3. Alat/fasilitas PET Insya Allah dibangun
ini dapat dicoba/dilakukan di PPR, tahun 1997 di RSCM bagian ilmu syaraf.
dengan syarat energinya sesuai.
Nazaroh - PSPKR
Sutomo Budihardjo - PPBGN 1. Apakah perbedaannya penandaan 45Ti
Mohon dijelaskan pengaruh ketebalan target untuk PTPA dan HSA (prosedurnya)
terhadap aktivitas hasil tembakan dengan 2. Apa fungsi filter pengujian 45Ti pada
melihat energi yang ditembakan (proton) hewan percobaan.
adalah sama (12 MeV) ?. Apakah kondisi
pemrosesan pembuatan RI untuk dua Sri Wahyuni
ketebalan target sama atau berbeda. 1. Produser penandaan senyawa HSA dan
PTPA dengan radioisotop 45Ti tidak
Sri Wahyuni berbeda. Contoh :
1. Besarnya aktivitas radioisotop yang Campuran larutan 45 Ti0CI 2 +
diperoleh bergantung pada faktor- chelating reagent (0,6 mg/ml) +
faktor, tebal target, besar arus (fluks), larutan HSA (5 mg/ml), apabila

PSPKR-BATAN 163
Presiding Prescntasi Ilmiah Kcsclsimataii Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

dikocok selama 5 menit, tnaka 2. Fungsi filter yaitu, sesuai dengan syarat
akan diperoleh senyawa HSA yang ada di "farmakope" bahwa larutan
bertanda. yang boleh masuk kedalam tubuh bila
Campuran larutan 45 Ti0Cl 2 + larutan tersebut dapat melewati filter
Chelating reagent (0,6 mg/ml) + 0,22^.m, sehingga larutan tersebut dapat
larutan DPTA (10 mg/ml), Apabila diterima oleh tubuh.
dikocok selama 5 menit maka akan
diperoleh senyawa DPTA bertanda.

PSPKR-BATAN 164
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agiistus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000076

TANGGAPAN DETEKTOR CR-39 TERHADAP NEUTRON CEP AT


MENGGUNAKAN RADIATOR D-POLIETILEN DAN H-POLIETILEN
W HasnelSofyan
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
TANGGAPAN DETEKTOR CR-39 TERHADAP NEUTRON CEPAT MENGGUNAKAN
RADIATOR D-POLIETILEN DAN H-POLIETILEN. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan
detektor CR-39 dan detektor CR-39 yang dilapisi dengan radiator D-Polietilen dan radiator H-Polietilen terhadap
neutron cepat. Jumlah jejak nuklir laten yang optimal diperoleh dengan menggunakan konsentrasi larutan etsa 30%
NaOH pada suhu 80 0,5C selama 80 menit. Perbandingan tanggapan detektor CR-39 yang disebabkan oleh
radiator D-Polietilen terhadap H-Polietilen pada penyinaran di udara, dengan sumber neutron 2l<1Am-Be dan
sumber neutron reaktor, diperoleh masing-masing 1,18 dan 0,84. Pada penyinaran di atas fantona, hasilnya
diperoleh 1,75 untuk sumber neutron 24lAm-Be dan 0,77 untuk sumber neutron reaktor.

ABSTRACT
RESPONSE OF CR-39 DETECTOR AGAINST FAST NEUTRON USING D-POLYETHYLENE
AND H-POLYETHYLENE RADIATOR. The research on the response of detector CR-39 by using
D-Polyethylene and H-Polyethylene radiator has been carried out. The optimum number of nuclear tracks was
found with the use of 30 % NaOH at 80 0,5C for 80 minutes of etching time. The comparison of CR-39
detector response caused by D-Polyethylene radiator against H-Polyethylene radiator of irradiation in air, were
found to be 1.18 and 0.84 for 24lAm-Be neutron source and neutron source from reactor respectivelly. For phantom
irradiation, the results were found to be 1.75 for 24iAm-Be neutron source, and 0.77 for neutron source from
reactor.

PENDAHULUAN larutan NaOH dan KOH. Kondisi etsa, sangat


dipengaruhi oleh suhu larutan, konsentrasi
Beberapa tahun belakangan ini, telah larutan dan waktu etsa. Hasil etsa dengan
banyak dilakukan penelitian yang meng- jumlah jejak laten yang optimal dapat diperoleh
gunakan detektor jejak nuklir zat padat CR-39 dari kombinasi ketiga parameter ini. Pada suhu
{Allyl Diglycol Carbonate) untuk memecahkan konstan, semakin besar konsentrasi larutan,
permasalahan yang muncul dalam dosimeter waktu etsa yang diperlukan relatif lebih
neutron perorangan. Hal ini disebabkan karena singkat. Begitu juga dengan konsentrasi larutan
spektrum energi neutron yang sangat lebar yang konstan, semakin tinggi suhu semakin
mulai dari neutron termik, epitermik, sedang, singkat waktu etsa yang diperlukan. Dari hasil
dan neutron cepat (kurang dari lE-02eV penelitian yang telah dilakukan oleh T.Tsuruta
sampai lebih besar dari lE+07eV). Pemilihan dan Y.Fukumoto[l], jumlah jejak optimal
detektor CR-39, disamping sangat sensitif diperoleh pada kondisi etsa dengan konsentrasi
terhadap partikel a dan p (proton), pemudaran larutan 30% KOH dan suhu 90C selama
(Jading) sangat rendah sekali, tidak sensitif 1 jam.
terhadap sinar-sinar (X, y, P). Juga, karena Pada penelitian ini, selain menentukan
detektor CR-39 masih memungkinkan kondisi etsa untuk mendapatkan jumlah jejak
digunakan untuk energi neutron yang rendah, optimum, juga dilakukan penelitian untuk
yaitu 144keV[l]. mengetahui tanggapan dari detektor CR-39
Detektor CR-39, apabila disinari yang dilapisi dengan radiator polietilen.
dengan neutron cepat, maka akan menyebabkan
terjadinya reaksi nuklir (n, p) yang dapat
menimbulkan jejak nuklir laten sebagai akibat TATA KERJA
proses ionisasi dan eksitasi. Jejak-jejak ini,
setelah melalui etsa kimia atau elektrokimia Bahan dan Peralatan
dapat dihitung jumlahnya per-satuan luas
Pada penelitian ini digunakan detektor
dengan bantuan mikroskop. Larutan kimia
Baryo Track (CR-39), dengan ukuran 10 mm x
yang sering digunakan untuk proses etsa adalah
5 mm dan kctebalan 0,85 mm, yang diproduksi

PSPKR-BATAN 165
Prosiding Presentasi Iltniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

oleh Fukiivi Chemical Industry Co, Ltd. dalam persatuan luas 0,1 x 0,1 mm2 dihitung
Sebagai radiator, digunakan H-Polietilen pada 20 lokasi yang berbeda, secara manual
{Polyethylene high density) dan D-Polietilen dan secara otomatis dengan menggunakan
(Polietilen dengan 98% atom Deuterium). H- perangkat lunak ASPECT Ver. 4.22.
Polietilen berukuran 10 mm x 5 mm dengan Hasil bacaan dan hitungan jumlah jejak
ketebalan 1mm. Dan D-Polietilen berukuran nuklir laten secara manual, ditujukan untuk
1 lmm x 5mm dengan ketebalan kira-kira 1 mengkoreksi hasil hitungan secara otomatis
mm. Aluminium foil digunakan sebagai dengan perangkat lunak ASPECT Ver 4.22.
pembungkus detektor CR-39 dan radiator. Hal ini perlu dilakukan karena dalam
Penyinaran detektor dilakukan di udara dan di perhitungan secara otomatis, perangkat lunak
atas fantom lembaran dari bahan PMMA ASPECT tersebut tidak dapat memilah jejak-
(Polymethy/ metacrylate) berukuran 30 x 30 x jejak yang sangat berdekatan atau bertumpukan
15 cm3 yang direkomendasi ANSI. IAEA dan dan juga tidak dapat membedakan jejak-jejak
ISO. (berkas) yang bukan merupakan jejak nuklir
Sumber neutron yang digunakan laten. Dari kedua cara ini, terlihat perbedaan
selama melakukan penelitian, adalah sumber jumlah jejak yang sangat kecil sekali (<10%).
neutron 24tAm-Be dan sumber neutron dari Pada Gambar 1, yang merupakan kerapatan
Reaktor Penelitian TRIGA MARK II milik jejak nuklir laten rata-rata terhadap perubahan
Universitas Rikkyo, Tokyo Jepang. waktu etsa, adalah hasil yang telah dikoreksi
Untuk proses etsa digunakan larutan dengan perhitungan jumlah jejak secara
kimia NaOH dengan konsentrasi 30 % berat manual. Berdasarkan keempat kurva, dapat
pada suhu (800,5)C dan seperangkat dilihat bahwa jejak nuklir yang terjadi pada
peralatan etsa. detektor CR-39 mencapai jumlah optimum
Jejak nuklir laten detektor CR-39, untuk waktu etsa selama 80 menit.
dibaca dengan nienggunakan mikioskop merek
Nikon yang telah dihubungkan dengan monitor
TV dan seperangkat komputer merek NEC Ket.; Q:IOcm(CK-39)
: 10 cm (CR-39 duicui H-Polie (Kilen)
yang telah dilengkapi perangkat lunak 6 A:20cm(CR-395
A. : 20 cm (CR-39 dencan H-PoIleiKLUrn)
{software) ASPECT Ver. 4.22 yang dapat
menghitung jejak nuklir laten secara otomatis.

Menentukan waktu optimasi etsa


Untuk menentukan waktu optimasi
dalam proses etsa, dipersiapkan 6 detektor
CR-39 dan 6 detektor CR-39 yang dilapisi
radiator H-Polietilen. Setiap detektor di-
bungkus dengan menggunakan aluminium foil
sebagai proteksi terhadap partikel rekoil 20 40 60 80 100
{recoil) di udara. Masing-masing 3 detektor Waktu Etsa (menit)
CR-39 dan detektor CR-39 dengan H-PolietUen
disinari di udara menggunakan sumber neutron Gambar : Tanggapan CR-39 terhadap
241
Am-Be secara serentak pada jarak 10 cm dan neutron cepat dengan variasi
20 cm dengan posisi berlawanan selama 168 waktu etsa
jam. Setelah disinari, dilakukan proses etsa
kimia dengan konsentrasi larutan 30% NaOH Untuk proses etsa detektor CR-39 pada
pada suhu (800,5)C dan variasi waktu etsa penelitian selanjutnya digunakan larutan kimia
20, 40, 60, 80 menit dan 100 menit. dengan kondisi larutan etsa adalah sbb ;
Jejak-jejak nuklir laten yang timbul konsentrasi larutan 30% NaOH
pada detektor CR-39 dibaca dan dihitung untuk suhu larutan 800,5C
setiap variasi waktu etsa menggunakan waktu etsa 80 menit.
mikroskop perbesaran 500 kali yang telah
dihubungkan ke monitor TV Jumlah jejak

PSPKR-BATAN 166
Presiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkimgan. 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Penyinaran detektor CR-39 yang dilapisi Hasil-hasil ini memperlihatkan bahwa radiator
radiator polietilen D-Polietilen ataupun H-Polietilen, akan
memberikan sumbangan tanggapan pada
Detektor CR-39 dipersiapkan daiam 3
detektor CR-39 pada spektrum energi neutron
kondisi yaitu detektor CR-39 tanpa radiator
relatif lebih tinggi [3], Detektor CR-39 tanpa
dan detektor CR-39 yang dilapisi dengan
radiator memiliki sensitivitas paling besar pada
radiator D-Polietilen dan H-Polietilen, lalu
spektrum energi neutron 4 MeV, dan terjadi
dibungkus dengan aluminium foil. Kemudian
penurunan untuk energi > 4 MeV [6]. Dari
ketiga kondisi detektor CR-39 ini, disinari
hasil penelitian, terlihat bahwa tanggapan
dengan sumber neutron ~41Am-Be pada jarak
detektor CR-39 rendah pada spektrum energi
10 cm secara bersamaan (Gambar 2) selama
sumber neutron 241 Am-Be (4,8 MeV). Dan
168 jam dan 73 jam untuk penyinaran di udara
memiliki tanggapan yang besar untuk sumber
dan di atas fantom secara berurutan. Untuk
neutron dari reaktor.
sumber neutron dari Reaktor, detektor CR-39
disinari di atas fantom pada jarak 30 cm dari Jumlah jejak nuklir laten atau
permukaan beamport II selama 30 menit dan tanggapan pada CR-39 yang hanya disebabkan
dilanjutkan dengan penyinaran di udara pada oleh radiator D-Polietilen dan radiator H-
kondisi detektor CR-39 yang sama selama 50 Polietilen, dapat ditentukan dan hasil
menit. pengurangan dengan tanggapan detektor CR-39
tanpa radiator. Dari hasil perbandingan antara
tanggapan yang disebabkan radiator dengan
Sumber Neutron Ajn-Be Faiitom tanggapan detektor CR-39 untuk setiap kondisi
10 cm- penyinaran menurut spektrum energi neutron
\ ditunjukkan pada Gambar 3. Pada gambar ini,
tanggapan CR-39 yang ditimbulkan oleh
radiator D-Polietilen semakin besar pada
spektrum energi neutron tinggi yaitu pada
penyinaran yang dilakukan di atas fantom
1: CR-39 dengan sumber neutron 241 Am-Be dan terjadi
2: CR-39 &H-Poliethilen penurunan pada penyinaran di udara.
3: CR-39 &D-Polietliilen
Tanggapan yang disebabkan oleh radiator H-
Polietilen semakin besar sesuai peningkatan
Gambar 2 : Kondisi penyinaran detektor CR-39 spektrum energi neutron. Dan pada spektrum
dengan sumber neutron Am-Be energi neutron rendah, yaitu penyinaran
menggunakan sumber neutron dari reaktor,
tanggapan yang ditimbulkan oleh radiator
HASIL DAN PEMBAHASAN D-Polietilen lebih kecil dan detektor CR-39
tanpa radiator.
Tabel I menunjukkan jumlah jejak Tabel 2 merupakan hasil perbandingan
nuklir laten rata-rata yang telah dikoreksi tanggapan yang disebabkan radiator pada
dengan hasil bacaan jumlah jejak nuklir laten detektor CR-39 terhadap detektor CR-39 tanpa
secara manual. Pada tabel ini, detektor CR-39 radiator. Tanggapan detektor CR-39 yang
yang dilapisi radiator D-Polietilen dan H- diberikan radiator D-Polietilen untuk spektrum
Polietilen pada penyinaran di udara maupun di energi neutron tinggi menggunakan sumber
atas fantom dengan sumber neutron 241 Am-Be, neutron :41 Am-Be lebih besar dari tanggapan
memberikan jumlah jejak nuklir laten lebih dari yang disebabkan oleh radiator H-Polietilen.
2 kali dibanding detektor CR-39 tanpa Pada Tabel 2 ini, terlihat bahwa perbandingan
menggunakan radiator. Sedangkan pada tanggapan detektor CR-39 yang disebabkan
penyinaran dengan sumber neutron dari radiator D-Polietilen terhadap radiator H-
reaktor, yang memiliki spektrum energi Polietilen pada penyinaran di udara dan di atas
neutron lebih rendah dari 241 Am-Be, fantom masing-masing diperoleh 1.18 dan 1,75.
perbandingan jumlah jejak nuklir laten antara Sedangkan pada spektrum energi neutron
detektor CR-39 yang dilapisi radiator terhadap rendah menggunakan sumber neutron dari
detektor CR-39 tanpa radiator kurang dan 2.

PSPKR-BATAN 167
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Liiigkungan, 20-21 Aguslus 1996
r.SSN : 0854-4085

reaktor, dapat dilihat bahwa tanggapan 10%. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah
detektor CR-39 yang disebabkan radiator bacaan rata-rata terhadap variasi waktu etsa
D-Polietilen lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi larutan 30% NaOH dan
H-Polietilen dengan 0,84 untuk penyinaran di suhu (800,5)C, diperoleh jumlah jejak nuklir
udara dan 0,77 untuk penyinaran di atas laten optimum dengan waktu etsa selama 80
fantom. menit.
Pada spektrum energi rendah dengan
CR-39 H-Policthilen El D-Policthilcn menggunakan sumber neutron reaktor,
tanggapan detektor CR-39 relatif lebih tinggi
2 -- dibandingkan tanggapan detektor CR-39 yang
ditimbulkan radiator. Hal ini disebabkan
karena radiator akan memberikan sumbangan
tanggapan untuk detektor CR-39 pada
c spektrum energi neutron lebih tinggi. Dan pada
spektrum energi sumber neutron 241 Am-Be
sekitar 4,8 MeV, tanggapan detektor CR-39
a yang disebabkan oleh radiator lebih besar dari
5
c tanggapan detektor CR-39 tanpa radiator.
es
0,5 - Tanggapan detektor CR-39 yang
a- disebabkan oleh radiator D-Polietilen pada
spektrum energi sumber neutron 241 Am-Be,
lebih besar dari radiator H-Polietilen. Dari
hasil penelitian diperoleh perbandingan
A B C D
tanggapan 1.18 untuk penyinaran di udara dan
Sumber Neutron 1,75 untuk penyinaran di atas fantom. Dan
pada spektmm energi rendah dari sumber
neutron reaktor, perbandingan tanggapan
Catatan : detektor CR-39 yang ditimbulkan radiator
A Penyinaran detektor di atas
D-Polietilen dan H-Polietilen, diperoleh 0,84
faiUom menggunakan sumber
neutron reaktor
untuk penyinaran di udara dan 0,77 untuk
Penyinaran detektor di udara penyinaran di atas fantom.
menggunakan sumber neutron
reaktor DAFTAR PUSTAKA
Penyinaran detektor di atas
fanlotn menggunakan sumber 1. TSURUTA, T and FUKUMOTO, Y :
neutron Am-Be High Temperature Etching Characteristics
D Penyinaran detektor di udara
of Nuclear Tracks in CR-39 Plastics.
menggunakan sumber neutron
Hoken Butsuri 20, hal. 25-3 I, 1985.
Am-Be
2. SOFT AN, H.: Development of Neutron
Dosemeter as Personal Monitor, Bulletin of
Gambar 3 : Perbandingan tanggapan radiator
AER Lab.of MIT Japan, Vol. 21, p. 186-
terhadap detektor CR-39
194, 1995
KESIMPULAN 3. ODA, K et.al ; Track Formation in CR-39
Detector Exposed to D-T Neutrons,
Perhitungan jumlah jejak nuklir laten Nuclear Instruments and Methods in
secara otomatis dengan perangkat lunak Physics Research B35, p. 50-56, 1988
ASPECT Ver. 4.22 tidak dapat memilah jejak- 4. KHAN, H.A., and KHAN, N.A., ; Fast
jejak nuklir yang bertumpukan dan berkas yang Neutron Dosimetry Using a CR-39 Plastic
bukan jejak nuklir laten sehingga perlu Track Detector, Nuclear Instruments and
dilakukan perhitungan secara manual. Methods 178, p. 491-497, 1980.
Pcrbedaan hasil perhitungan secara otomatis
dan manual sangat kecil sckali kurang dari

PSPKR-BATAN 168
Prosiding Presciilasi Hmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 20-21 AgusUis 1996
ISSN : 085-1-4085

Tabel 1 : Tanggapan detektor CR-39 dan CR-39 dengan Radiator


terhadap neutron cepat
SUMBER KONDISI CR-39 CR-39 + CR-39 +
NEUTRON PENYINARAN H-Polietilen D-Polietilen
(Jejak/mm2dct) (Jejak/nurrdet) (Jejak/mm2det)
24l
Am-Be Di Udara (2,410,08)xI0"3 (5,560,12)xI0-3 (6,12O,16)xlO3
3
Di Atas Fantom (2,56O,16)xlO" (5,290,22)xl03 (7,330,26)xl0"3
Reaktor Di Udara l,210,03 2,530,07 2,330,06
Di Atas Fantom l,330,04 2,580,06 2,290,05

Tabel 2: Perbandingan tanggapan yang disebabkan radiator


terhadap detektor CR-39
SUMBER KONDISI H - Poliethilen D - Poliethilen D - Poliethilen
NEUTRON PENYINARAN CR-39 CR-39 H - Poliethilen

24i
Am-Be Di Udara 1,30 1,54 1,18
Di Atas Fantom 1,07 1,87 1,75
Reaktor Di Udara 1,10 0,92 0,84
Di Atas Fantom 0,95 0,73 0,77

5. PITT.E.,SCHARMAN,A., et.al : A CR-39 4. Dari hasil penelitian. mana yang lebih baik
Compound Nuclear Track Detector for digunakan CR-39 tanpa radiator atau CR-
Fast Neutrons. Radiation Protection 39 dengan radiator D-Polietilen dan H-
Dosimetry, Vol.6 No. 1 -4, p. 209-211. Polietilen
6. TAKEUCHI, H ; Development of Wide
Energy Range Personal Neutron Monitor. Hasnel Sofyan
Bulletin ofAER Lab. of MIT Japan, Vol. 1. Dari hasil penelitian sebelumnya [6],
21. p. 131-140, 1995. terlihat bahwa tanggapan CR-39 terhadap
7. ABE, K ; The Study of Performance of neutron untuk semua spektrum energi
Prototype Personal Monitor for Slow neutron menmgkat sampai energi 4 MeV,
Speed Neutrons, Bulletin of AER Lab. of dan untuk energi > 4 MeV terjadi
MIT Japan, Vol. 20, p. 182-186, 1994. penurunan tanggapan. Energi sumber
neutron Ani-Be sekitar 4,8 MeV dan
reaktor sekitar 2,5 MeV, dengan perbedaan
DISKUSI spektrum energi ini menyebabkan
tanggapan yang diterima oleh CR-39 pada
Sri Widayati - PTPLR kondisi yang sama akan berbeda.
1. Mengapa perbandingan tanggapan CR-39 2. Ketergantungan CR-39 terhadap energi
dengan D-poliethilen dan H-poliethilen neutron, pada energi 4 MeV tanggapan
yang diiradiasi dengan sumber neutron pada CR-39 menjadi maksimum dan pada
Am-Be dan sumber neutron dari reaktor energi > 4 MeV menjadi menurun.
Tnga Mark II berbeda ? 3. Agar diperoleh jejak yang relatif banyak
2. Bagaimana ketergantungan CR-35 sehingga dapat mempermudah dalam
terhadap energi neutron analisis. Dari hasil penelitian, untuk energi
3. Mengapa CR-39 untuk mendeteksi neutron > 4 MeV tanggapan CR-39 mengalami
cepat harus menggunakan radiator, padahal penurunan agar tanggapan pada CR-39
tanpa radiatorpun CR-39 sudah peka tetap besar diperlukan radiator.
terhadap neutron cepat. 4. CR-39 dan CR-39 dengan D-Poliethilen.

PSPKR-BATAN 169
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Elfida - PTPLR
1. Kenapa menggunakan larutan NaOH 30%,
bagaimana kalau konsentrasinya lebih kecil
atau lebih besar dari 30%.
2. Apakah bisa larutan etsa yang digunakan
diganti dengan larutan lain, contohnya apa.

Hasnel Sofyan
1. Konsentrasi larutan 30% NaOH, relatif
tinggi. Sehingga diharapkan pada suhu
konstan, waktu etsa yang diperlukan relatif
singkat (berdasarkan penelitian, jumlah
jejak optimum diperlukan waktu 80 menit)
dan kontrol terhadap suhu lebih mudah.
Sedangkan untuk konsentrasi larutan lebih
besar (>30% NaOH), maka waktu etsa
sangat kecil sekali. Untuk konsentrasi
larutan (<30% NaOH) akan diperlukan
waktu lebih lama.
2. Bisa, KOH.

Muji Wiyono - PSPKR


1. Apa alasannya, tanggapan detektor CR-39
tidak sensitif terhadap radiasi y dan sinar X
2. Dalam kesimpulan saudara, pada energi
tinggi tanggapan datektor CR-39 yang
dilapisi dengan radiator D-Polietilen lebih
besar dibanding dengan H-Polietilen.
Mengapa.

Hasnel Sofyan
1. Untuk lebih jelasnya, dapat dibaca pada
makalah saya yang terdahulu [2],
2. D-Polietilen mengandung 98% atom
deuterium (H) dan jumlah atom atom H-
nya lebih banyak dari H-Poliethilen. Untuk
dapat melepaskan ikatan atom tersebut
diperlukan energi yang lebih tinggi.

PSPK.R-BATAN 170
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungau , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ID0000077
ISSN : 0854-4085

PERKIRAAN DOSIS THYROID MELALUI PENGUKURAN WBC DAN


PERHITUNGAN DENGAN KONSENTRASI 1-131 DI DAERAH KERJA PADA
OPERASI NORMAL PRODUKSI RADIOISOTOP

i. RS. Tedjasari, Erwansyah Lubis


Pusat Tcknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - BAT AN
Tri Murni
Pusat Produksi Radioisotop - BAT AN

ABSTRAK
PERKIRAAN DOSIS THYROID MELALUI PENGUKURAN WBC DAN PERHITUNGAN
DENGAN KONSENTRASI 1-131 DI DAERAH KERJA PADA OPERASI NORMAL PRODUKSI
RADIOISOTOP. Perkiraaii dosis thyroid pekerja radiasi di Pusat Produksi Radioisotop melalui pengukuran
WBC dan perhitungan berdasarkan konsentrasi 1-131 di daerah kerja telah dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan antara hasil pengukuran dengan WBC terhadap perhitungan melalui konsentrasi
1-131 di daerah kerja. Hasil perbandingan menunjukkan adanya perbedaan yang bervariasi dengan rentang 3,2
% sampai 53,2 % . Perbedaan ini disebabkan oleh parameter yang mempengaruhi perhitungan kurang akurat.
Hasil ini menunjukkan bahvva perkiraan dosis melalui pengukuran dengan WBC relatif lebih tepat dan baik
namun memerlukan informasi vvaktu intake yang jelas.

ABSTRACT
THYROED DOSE ESTIMATION USING WBC AND 1-131 CONCENTRATION IN WORKING
AREA OF RADIOISOTOP PRODUCTION AT NORMAL OPERATION. Thyroid dose estimation at
Radioisotop Production Centre workers using WBC and calculation based on 1-131 concentration in working
area has been done. The aim of this research is to get the relation between WBC result and calculation using I-
131 concentration in working area. The result indicates differences ill a range of 3,2% to 53,2% . These
differences caused of parameters which influence the calculation are not acurate. These results also indicate that
dose estimation using WBC is relatively better and more acurate but need to have certain information about time
of intake.

PENDAHULUAN suatu senyawa kimia radioaktif dan mudah


menguap ("volatile").
Sebagaimana telah diketahui, peneri- 1-131 adalah salah satu produk dari
maan dosis interna oleh pekerja radiasi erat Pusat Produksi Radioisotop yang diperoleh dan
kaitannya dengan kondisi daerah kerja maupun irradiasi U-235 dalam reaktor GA Siwabessy.
jenis pekerjaan yang ditangani. Udara daerah Selain 1-131, dari irradiasi ini diproduksi juga
kerja yang terkontaminasi akan mempertinggi Mo-99 dan hasil belah uranium lainnya yang
potensi bahaya kontaminasi interna pada sementara ini dilimbahkan, menunggu
mereka yang bekerja dalam daerah tersebut. penelitian selanjutnya untuk memisahkan
Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya masing-masing isotopnya. Dalam proses, 1-131
kontribusi konsentrasi udara daerah kerja dapat lepas dari sistem yang disebabkan antara
terhadap dosis interna, maka dilakukan lain oleh kurang tepat dan cepatnya proses
percobaan ini. Dalam penelitian kali ini dipilih pemasangan sistem pemisahan. Akibatnya I-
daerah produksi radioisotop karena bagian ini 131 terlepas ke lingkungan dan kadang diikuti
telah melaksanakan proses produksi pula oleh noble gas dan partikel, yang dapat
radioisotop secara rutin dengan potensi bahaya dipantau melalui layar monitor sistem
kontaminasi interna yang cukup tinggi. Selain pemantauan daerah kerja. Lepasnya 1-131 ke
itu, dari beberapa kali pemantauan dengan alat lingkungan ini mengakibatkan terkontami-
cacah seluruh tubuh terhadap pekerjanya, nasinya udara daerah kerja yang kemudian
terdeteksi adanya radionuklida hasil fisi terhirup oleh para pekerja radiasi di daerah
terutama radionuklida 1-131. Adanya tersebut. Di dalam tubuh, 1-131 akan diserap
radionuklida dalam tubuh ini mungkin oleh darah dan melalui metabolisme tubuh
disebabkan oleh tcrhimpnya udara yang kemudian akan masuk dalam kelenjar thyroid.
terkontaminasi oleh 1-131 yang merupakan Karena sifat kimianya yang identik dengan

PSPKR-BATAN 171
Prosiding Prcsentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

yodium stabil, maka I-I31 atau radioyodium Filter yang digunakan dalam
ini akan pula diserap dan diakumulasi oleh pencuplikan kemudian dicacah dan dianalisis
kelenjar thyroid [1]. Hal ini meyebabkan dengan alat cacah MCA untuk diketahui jenis
jaringan kelenjar thyroid akan terradiasi dan dan jumlah radionuklida yang terkandung di
menimbulkan kerusakan, sehingga merusak dalamnya. Data hasil analisis ini disimpan
pula fungsi kelenjar thyroid yang akhirnya akan untuk kemudian digunakan dalam perhitungan
mengakibatkan gangguan kesehatan. aktivitas terdeposit dalam organ.
Dalam kaitannya dengan kesehatan dan Pemantauan dosis interna dengan alat
keselamatan ini pulalah penelitian ini cacah seluruh tubuh (WBC) dilakukan kurang
dilakukan. Diharapkan dengan diketahuinya lebih 1 sampai 2 minggu setelah pengukuran
kontribusi udara daerah kerja dengan konsentrasi udara daerah kerja. Pemantauan
akumulasi radionuklida dalam organ, terhadap mereka yang bekerja dalam proses
khususnya 1-131 dalam kelenjar thyroid, dapat produksi radioisotop ini dilakukan dengan alat
ditentukan tindak lanjut yang perlu dilakukan cacah seluruh tubuh WBC ACCUSCAN-II,
baik dalam hal proteksi radiasinya maupun dan khusus untuk memantau akumulasi radio-
pengembangan atau perbaikan dalam daerah nuklida 1-131, posisi detektor HpGe diatur dan
kerjanya. difokuskan pada posisi kelenjar thyroid di
daerah leher. Pencacahan dilakukan selama 10
BAHAN DAN TATA KERJA menit dan hasil pencacahan kemudian dianalisis
dengan program ABACOS hingga diketahui
BAHAN jenis dan jumlah radionuklida yang terdeteksi di
Alat air sampling station, yang dalam tubuh. Untuk membatasi data agar tidak
diperlukan untuk pengambilan cuplikan udara terlampau banyak, diambil data dari 15
daerah kerja, dengan laju hisap udara 60 pekerja, dengan didasarkan pada potensi
sampai 104 liter per menit dan lama pen- kontaminasi interna dalam pekerjaan-nya juga
cuplikan 3 sampai 4 jam. Jenis filter yang tingginya hasil pemantauan dengan alat cacah
digunakan adalah filter karbon tipe CHC-50 WBC.
atau CHC- 50 sond atau Cp-20 merk TOYO. Penentuan kontribusi dan pemban-
Multi Channel Analyzer (MCA) dingan konsentrasi udara daerah kerja dengan
dengan detektor HpGe dan dilengkapi dengan dosis interna dilakukan melalui pembandingan
sistem komputer dan perangkat lunak PCA-II antara aktivitas 1-131 yang terdeposit dalam
yang digunakan untuk menganalisis filter pen- kelenjar thyroid hasil perhitungan dengan
cuplikan udara, sehingga diketahui jenis radio- aktivitas 1-131 hasil pemantauan dengan WBC.
nuklida yang terkandung dalam udara berikut Perhitungan aktivitas terdeposit, berdasarkan
jumlahnya atau konsentrasinya. referensi [2,5] menggunakan rumus :
Alat cacah WBC ACCUSCAN-II A = C x V x T x F B x F T
buatan Canberra dengan detektor HpGe ukuran dengan :
49,5 mm, diameter 52,5 mm yang dilengkapi A = jumlah radionuklida 1-131 yang ter-
dengan sistem komputer dan perangkat lunak akumulasi dalamkelenjar thyroid ( Bq)
ABACOS-PC untuk analisis hasil pencacahan. C = konsentrasi radionuklida 1-131 dalam
daerah kerja (Bq/cc)
TATA KERJA V = laju penghirupan udara (1250E + 03
Pengukuran konsentrasi udara daerah cc/jam) [2]
kerja dilakukan dengan mengambil cuplikan T = waktu atau lamanya penghirupan udara
udara daerah kerja yang diperhatikan ( = lama bekerja/berada dalam daerah
menggunakan alat air sampling station yang kerja) (jam)
dilengkapi dengan filter charcoal. Alat ini FB = fraksi radionuklida 1-131 yang masuk
diletakkan pada ketinggian 150 cm, sesuai ke dalam darah dari saluran per-
dengan perkiraan tinggi penghirupan manusia nafasan (0,63) [3]
rata-rata. dengan lama pencuplikan 2 sampai FT = fraksi radionuklida 1-131 dalam darah
dengan 3 jam yang terdeposit dalam kelenjar thyroid
(0.30) [4]

PSPKR-BATAN 172
Presiding Prcsentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Liiigkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

HASIL DAN PEMBAHASAN cukup bervariasi antara hasil perhitungan, yang


salah satu parameternya adalah konsentrasi
Pengukuran konsentrasi udara daerah udara, dengan hasil pemantauan WBC.
kerja dilakukan dalam daerah kerja yang Perbedaan ini berkisar antara 3,3 % sampai
mempunyai potensi terhadap kontaminasi 53,2 % dengan rincian, perbedaan yang < 10%
interna dan ditentukan berdasarkan fungsi adalah 40 % dari seluruh data, perbedaan 10
ruang dan kegiatan yang dilakukan dalam sampai 20% mencapai 33,3 % data dan
ruangan tersebut. Dari sekian banyak ruangan perbedaan yang >20% adalah 26,7% dari
di bagian proses produksi radioisotop, ruang keseluruhan data. Perbedaan yang relatif
yang diperkirakan mempunyai potensi konta- cukup besar ini dapat terjadi kerena beberapa
minasi interna yang cukup tinggi adalah ruang hal, diantaranya adalah karena data konsentrasi
Service Area (R.17) dan ruang persiapan udara daerah kerja yang terhirup oleh pekerja
/preparasi analisa uji kualitas di R.03 dan radiasi kurang tepat dan akurat. Kekurangan
R.54. Untuk galeri hot cell yang disebut R.05, ini akibat dari posisi alat sampling yang kurang
walaupun potensi kontaminasi internanya kecil tepat dan kurang mewakili kondisi daerah kerja
karena kegiatan lebih banyak dilakukan di tersebut, misalnya pada ruang R.05 yang
dalam hot cell, pemantauan juga dilakukan mempunyai luas sekitar 300 m2, hanya terdapat
untuk digunakan sebagai data konfirmasi. 2 sampling station yaitu dekat pintu masuk dan
Hasil pengukuran konsentrasi udara keluar. Pada kenyataannya kegiatan kerja di
untuk berbagai daerah kerja tersebut tercantum bagian tengah ruangan itupun cukup padat,
dalam Tabel 1, sedangkan dalam Tabel 2 dan walaupun memang sebagian besar kegiatan
3 berisi identifikasi pekerja yang dijadikan dilakukan di dalam hotcell. Ruangan lain, yaitu
sampel, hasil perhitungan dan pengukuran R.54 dan R.03 dengan luas sekitar 40 m2
WBC terhadap aktivitas dan dosis 1-131 yang terdapat 1 sampling station, di dekat pintu
terdeposit dalam kelenjar thyroid serta hasil masuk. Kekurang tepatan juga dapat
pembandingan terhadap kedua aktivitas diakibatkan oleh mobilitas pekerja radiasi
tersebut. dalam daerah kerja. Seorang pekerja radiasi
Berdasarkan hasil tersebut terlihat kemungkinan tidak hanya bekerja di satu
bahwa ruang kerja dengan potensi kontaminasi ruangan, tapi dapat juga berpindah dari satu
yang cukup tinggi adalah R.54 dan R.03 ruang ke ruang lain sesuai dengan kebutuhan
dengan konsentrasi rata-rata 4,81E-04 Bq/cc. dan kegiatan kerja yang dilakukannya.
Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan Kurangnya data ini mengakibatkan hasil
analisis uji kualitas dan sediaan radiofarmaka perhitungan berdasarkan konsentrasi tnenjadi
diantaranya pengolahan radioiodin di ruang kurang tepat.
tersebut. Sedangkan untuk R.17 dan R.05 Selain kekurangan yang telah
potensi kontaminasinya tidak terlalu tinggi disebutkan diatas, kesalahan mungkin juga
karena kegiatan proses umumnya dilakukan di diakibatkan oleh kurang tersedianya informasi
dalam hot cell. Jika dihubungkan dengan hasil mengenai waktu atau lamanya seseorang
pemantauan kontaminasi interna dengan WBC bekerja atau berada dalam daerah kerja
, terlihat bahwa memang pada mereka yang tertentu. Hal ini mengakibatkan kesalahan pula
bekerja di ruang R.54 dan R.03 deteksi dalam interpretasi jumlah dan konsentrasi
akumulasi 1-131 dalam thyroid umumnya lebih udara yang terhirup oleh pekerja yang
besar dibandingkan dengan yang bekerja di bersangkutan. Dengan satu kesalahan ini hasil
ruang lain (Tabel 3). Ternyata mereka yang perhitungan keseluruhanpun dapat menjadi
bekerja di ruang ini terutama adalah dari salah. Parameter lain yang mempengaruhi
bidang uji kualitas dan sebagian kecil dari perhitungan adalah fraksi dosimetri interna
bidang radiofarmasi, yang menangani langsung yaitu fraksi radionuklida yang masuk ke dalam
1-131 yang bersifat volatile tersebut untuk darah dari saluran pernafasan (Fg) dan fraksi
keperluan analisis dan memakan waktu I radionuklida yang terdeposit dalam thyroid
sampai 2 jam. (F-r/) Karena tidak ada informasi yang jelas
Dalam perbandingan akumulasi 1-131 mengenai ukuran partikel/aerosol yang timbul
dalam thyroid terlihat adanya perbedaan yang di daerah kerja ini, maka berdasarkan referensi

PSPKR-BATAN 173
Prosiding Prcsenlasi Ilmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

[3] nilai fraksi yang digunakan dalam perhitungan mengingat banyaknya para-
perhitungan disini adalah nilai yang berlaku meter yang mempengaruhi perhitungan.
untuk ukuran partikel/aerosol sebesar 1 um 4. Catatan kegiatan proses dan kegiatan kerja
(AMAD = l|J.m), yaitu Fg = 0,63 dan F j = setiap pekerja radiasi perlu lebih
0,30. Jika pada kenyataanya ukuran aerosol diperhatikan, karena data ini sangat
berbeda, tentunya nilai Fg dan F-j- harus diperlukan dalam penentuan dosis interna
ditentukan lagi sesuai dengan sifat metabolik yaitu dalam menentukan waktu intake.
unsur dalam tubuh [3], Untuk selanjutnya agar 5. Tindakan proteksi perlu ditingkatkan
hasil perhitungan dapat lebih mendekati yang terutama pada daerah kerja dengan potensi
sebenarnya, sebaiknya dapat dilakukan juga kontaminasi intema yang cukup tinggi.
penelitian tersendiri mengenai ukuran partikel Salah satunya adalah dalam pemakaian
atau aerosol yang timbul dalam daerah kerja masker yang lebih baik dan tepat sesuai
ini. dengan jenis kontaminasi yang timbul,
Dikarenakan berbagai ketidakpastian karena terbukti bahwa adanya peningkatan
ini, maka data akumulasi aktivitas 1-131 dalam konsentrasi udara dapat meningkatkan
thyroid hasil perhitungan akan menjadi kurang pula penerimaan dosis interna terutama
tepat jika digunakan untuk perhitungan dosis. jika bekerja dalam waktu yang cukup
Hal ini juga dapat dilihat dalam Tabel 3. lama.
Perbedaannya memaiig tidak terlalu besar 6. Tindakan proteksi lain yang sebaiknya
dibandingkan dengan sebelumnya yaitu dilakukan adalah pemantauan interna
berkisar antara 3,5% sampai 53.2%, dengan dengan alat pencuplikan udara perorangan
dosis hasil analisis WBC memberikan nilai atau "Personal Air Sampler". Dengan
yang rata-rata lebih besar. pemantauan ini konsentrasi udara yang
Berdasarkan hasil ini dan mengingat telah dihirup setiap pekerja dapat diketahui
tujuan proteksi radiasi serta keselamtan kerja, dengan lebih akurat dan jika perlu juga
penentuan dosis intema akan lebih baik dan informasi mengenai jenis dan jumlah
tepat jika dilakukan dengan pengukuran WBC radionuklida yang dihirupnya.
tetapi diperlukan kejelasan data waktu bekerja
dan waktu intake radionuklida ke dalam tubuh. UCAPAN TERIMA KASIH

KESIMPULAN Penulis mengucapkan terima kasih


yang tak terhingga kepada Sdri. Ritayanti dan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan Sdr. Bambang dari BKKL-PTPLR serta para
pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan : staff BKK-PPR terutama dari Sub. Bid.
1. Konsentrasi udara daerah kerja dan Pemantauan Daerah Kerja yang telah
lamanya seseorang bekerja di daerah itu membantu penulis dalam menyelesaikan
mempunyai pengaruh yang sangat besar penelitian ini.
dalam penerimaan dosis interna pekerja
radiasi, terutama dalam daerah proses DAFTAR PUSTAKA
produksi radioisotop.
2. Konsentrasi udara daerah kerja dapat 1. IAEA, "Inhalation Risk from Radio-
digunakan sebagai parameter dalam active Contaminant", Technical Report
prakiraan penerimaan dosis interna pekerja Series No. 142, Vienna, 1973.
radiasi dengan memperhatikan pula 2. GW. Dolphin & S. Jackson, "Inter-
parameter dosimetri Iainnya seperti lama pretation of Bioassay Data", Assessment
bekerja, jenis kontaminan dan ukuran of Radioactivity in Man Vol. I, IAEA,
partikel. Vienna, 1964.
3. Penentuan akumulasi radionuklida dalam 3. ICRP, "Limits for Intakes of Radio-
organ dan penentuan dosis interna dengan nuclides by Workers", ICRP Publication
pemantauan WBC memberikan hasil yang 30, Pergamon Press, Oxford, 1978.
lebih akurat dibandingkan dengan hasil 4. Hasil diskusi dengan DR. David L. Swift,
IAEA Expert. Jakarta, Desember 1995.

PSPKR-BATAN 174
Presiding Prescntasi llmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

5. NE 301, SCP Cascade A program for dengan Intake = aktivitas terakumulasi


Calculating Radiation Doses from dalam organ x faktor koreksi.
Gaseous Effluents of NPP, Rev.4, faktor koreksi => dari fungsi retensi
Novemer 1979. radionuklida di organ dan koreksi
6. Radioisotope and Radiopharmaceutical peluruhan => bergantung pada waktu
Plant BATAN, Final Report Vol.7, pemasukkan radionuklida kedalam
Preliminary Design by Bectel National tubuh/organ.
Inc. for Technology, January 1984. 2. Aktivitas terakumulasi melalui perhitungan
7. IAEA, "Atmospheric Dispersion In menggunakan rumus
Nuclear Power Plant Siting", Safety A = C x v x T x FB x FT
Series No. 50-53-56, IAEA, Vienna, Jika lnformasi T (waktu bekerja)
1980. kurang tepat maka kesalahan estimasi
8 NE.318.SCP, Dose Calculation Program volume udara terhirup.
Rev.2, March 1982. Jika FB atau FT yang kurang tepat
maka kesalahan estimasi akumulasi
radionuklida dalam tubuh (bergantung
pada ukuran partikel ).
DISKUSI
Tri Retno D.L - PPkTN
Wibawa Utama - PSPKR 1. Dari hasil pengukuran konsentrasi 1-131
Bagaimana kita mengetahui bahwa estimasi untuk dikonversi menjadi dosis digunakan
menggunakan WBC relatif lebih baik daripada tnetode perhitungan apa jika dikaitkan
perhitungan jika tidak ada pembanding yang dengan sistematika in-take 1-131 yang
lain ? (pembanding ketiga). masuk ke dalam tubuh (model 2
kompartemen atau 3 kompartemen)
R.S. Tedjasari 2. Apakah tidak dicoba perhitungan dosis
Dengan alat WBC dapat diketahui secara dilakukan dengan suatu program
langsung berapa akumulasi radionuklida dalam komputasi untuk pengukuran dosis 1-131
organ pada saat dilakukan pengukuran, dengan dengan memasukkan parameter-parameter
catatan alat cacahnya telah dikalibrasi dengan yang diketahui sebagai input.
baik terlebih dahulu sesuai dengan kondisi
pencacahan pada pekerja. Sedangkan untuk R.S. Tedjasari
estimasi melalui perhitungan atau analisis in- 1. Perhitungan dosis mengacu pada ICRP 54
vitro (pembanding ketiga) banyak parameter dengan Intake dihitung melalui aktivitas
yang mempengaruhi. terdeteksi dikoreksi dengan faktor retensi
radionuklida.
Nasukha -PSPKR 2. Sedang diusahakan pembuatan program
1. Untuk kepentingan proteksi radiasi, satuan perhitungan dosis interna ini, dengan
dosis biasanya dalam mSv. Dapatkah mengumpulkan parameter-parameter yang
saudara mengkonversi hasil saudara dalam diperlukan dalam perhitungan terlebih
mSv ?. Kira-kira berapa mSv dalam suatu dahulu.
periode waktu tertentu.
2. Dikatakan perbedaan perhitungan yang Ermi Juita - PSPKR
diperoleh dikarenakan parameter-parameter 1. 131I yang terpantau tersebut berasal dari
nya. Sejauh mana parameter tersebut mana. Apakah terjadi kebocoran pada
menyumbangkan perbedaan yang terjadi. proses radioisotop ataukah ventilasi
ruangan yang tidak baik.
R.S. Tedjasari 2. Sebelum keluar ke ruangan pekerja radiasi
1. Dosis diperoleh melalui rumus apakah tidak ada detektor yang dapat
menangkap seberapa besar aktivitas 131I
All yang mengakibatkan kontaminasi. Dasar
apa Sdr. menyatakan ruangan tersebut

PSPKR-BATAN 175
Pvosiding Presenlasi Umiah Kcsclamatan Radiasi d a n Lingkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

terkontaminasi apa sudah ada data awal Untuk memantau kondisi daerah kerja
kondisi ruangan. selalu dilakukan pencuplikan udara
sebelum , selama maupun sesudah proses.
R.S. Tedjasari Jika sebelum proses diketahui konsentrasi
1. yang terpantau berasal dan kegiatan proses udara cukup tinggi dengan kondisi
produksi, misalnya pada waktu proses maksimal yang diizinkan di udara, maka
pemisahan 1-13! dari unsur lain, atau pada proses ditunda atau dibatalkan sama sekali.
waktu analisis uji kualitas. Ventilasi
ruangan juga dapat mempengaruhi
masuknva unsur tersebut ke dalam tubuh.

Tabel 1. Data hasil pengukuran konsentrasi 1-131 di udara


Penode Juli 1994-Agustus 1995

Wmxm
iiliiiliiil
l R.03 6,0069E-05 2,9294E-03 Kadar ter .tinggi
2 R.05 7,8943E-06 6,3545E-04 yang dizinkan di
3 R.17 9,0342E-07 5,6554E-05 udara [5]
4 R.54 L6355E-05 4,2298E-03 l,llE-04Bq/cc

Tabel 2. Data pekerja dan daerah kerjanya

i l l llilllllliiiiiiliipil liililllllllll
iiiii
l. P 01 R.05J7 4,95E-05 120
2. P.02 R.05,17 4,95E-05 120
3. P.03 R.05.17 4,95E-05 120
4. P.04 R.05,17 4,95E-05 80
5. P.05 R.05,17 4,95E-05 80

6. Q.01 R.03.54 3,59E-O3 24


7. Q.02 R.03,54 4,81E-04 32
8. Q.03 R.03,5 4 4,81E-04 16

9. KOI R.03,05,17 3,42E-05 42


10. K.02 R.03,05,17 3,42E-05 36
11. K.03 R.03,05,17 3,42E-05 80

12. R.01 R.03,17 5,20E-04 120


13. R.02 R.03,17 5,20E-04 60
14. R.03 R.03,17 5,20E-04 24
15. R.04 R.03,17 5,20E-04 60

PSPKR-BATAN 176
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Aktivitas 1-131, Dosis dan Perbandingan hasil perhitungan dan pemantauan
WBC yang terdeposit dalam kelenjar thyroid.

Aktivitas 1-131 Perbedaan Dosis Perfeedaan


No. NaJD <B {mSv)i (%>
WBC WBC gVfut
1. P.01 1303,00 1402,84 7,66 4,37 4.71 7,78
2. P.02 1602,00 1402,84 12,43 5,37 4,71 12,29
3. P.03 1357,37 1402,84 3,35 4,55 4,71 3,52
4. P.04 869,94 935,23 7,51 2,92 3,14 7,53
5. P.05 816,11 935,23 14,60 2,74 3,14 14,60

6. Q.01 21304,00 20380,82 4,33 36,78 35,19 4,32


7. Q.02 4209,00 3635,57 13,62 8,01 6,92 13,60
8. Q.03 1244,50 1817,79 46,07 1,95 2,85 46,15

9. K.01 347,79 339,57 2,36 0,88 0,86 2,27


10. K.02 250,67 291,06 16,11 0,63 0,74 17,46
11. K.03 843,64 646,79 23,33 2,83 2,17 23,32

12. R.01 21112,00 14735,48 30.20 103,17 72,01 30,20


13. R.02 8009,00 7367,74 8,00 26,87 24,72 8,00
14. R.03 1923,44 2947,09 53,22 3,66 5,61 53,28
15. R.04 6550,00 7367,74 12,48 21,98 24,72 12,46

PSPKR-BATAN 177
Presiding Presentasi Ilmiah Kesclamatan Racliasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996 ID0000078
ISSN : 0854 - 408S

PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA DAN LINGKUNGAN


^3 DI PPBGN

Achmad Sorot Socdiro dan Bambang Punvanto


Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir - BATAN

ABSTRAK
PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA DAN LINGKUNGAN DI PPBGN. Pemantauan ini
bcrtujuan untuk mendeteksi paparan radiasi yang dipancarkan dari scmua aktivitas laboratorium dan
[ingkungan di PPBGN. Aktivitas yang ada di laboratorium dan keberadaan kolam penampungan limbah
padat akan mcnimbulkan radiasi terhadap daerah kerja dan lingkungan PPBGN. Pemantauan daerah
kerja mcnggunakan alat ion chamber Survey meter Model 450 P Victoren, sedangkan di lingkungan Pusat
Pengembangan Bahan Galian Nuklir adalah SPP-2NF. Pemantauan dilakukan masing-masing pada 37
lokasi. Dari data yang diperoleh radiasi pada ruang kerja yang terendah 0,10 nSv/jam atau 0,04
mSv/tahun di ruang tata usaha Evaluasi Teknik Penambangan, sedangkan yang tertinggi 8,79 u.Sv/jam
atau 3,51 mSv/tahun di Koridor atas bidang Eksplorasi.Radiasi di lingkungan PPBGN yang terendah 0,19
u.Sv/jam atau 0,07 mSv/tahun di depan gedung Pusdildat sedangkan yang tertinggi 2,98 fiSWjam atau 1,19
mSv/tahun di lokasi belakang gedung Pilot Plant. Nilai batas dosis yang diperbolehkan adalah 50
mSv/tahun untuk pekerja radiasi. Dari data yang diperoleh radiasi daerah kerja maupun lingkungan di
PPBGN masih dibawah nilai batas dosis, sehingga dapat dinyatakan a man.

ABSTRACT
RADIATION MONITORING OF WORKING AREA AND ENVIRONMENT AT NUCLEAR
MINERAL DEVELOPMENT CENTERThis monitoring was aimed to detect radiation exposure emited
from all laboratory activities and environment at NMDC.Those activity at laboratory and solid waste
pound emit radiation to the working area and environment at NMDC. Ion chamber survey meter model
450P Victoreen was used for monitoring working area, whereas SPP-2NF was used for environment
monitoring. 37 locations have been monitored for radiation exposure at this time. From the data obtained
at working area, the lowest value was 0.10 (xSv/ hour or 0.04 mSv/year at Administration of Division of
Evaluation and Mining Technique, while the highest was 8.79 p.Sv/hour or 3.51 mSv/year at upper corridor
of Exploration Division. Lowest radiation of NMDC environment was in front of Education and Training
Centre Building at 0.19 nSv/hour or 0.07 mSv/year and the highest at 2.98 ^Sv/hour or 1.19 mSv/year in
the background of pilot Plant Building. It was noted that the dose limit is 50 mSv/year for radiation
worker. It can be concluded that all radiation exposure at working area and environment at NMDC were
under the dose limit, therefore it can be said safe for radiation worker.

PENDAHULUAN Eksplorasi, Bidang Teknik Pengolahan


Bahan Nuklir (TPBN) dan Bidang
Kegiatan-kegiatan di laboratorium Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir (KKL). Sedangkan yang terletak di luar
(PPBGN) BATAN yang berupa penelitian ruangan kerja adalah tempat penyimpanan
pengolahan bijih uranium skala limbah padat di belakang gedung Instalasi
laboratorium dan analisis uranium dalam Pengolahan Bijih Uranium, bersebelahan
bijih dari Kalimantan Barat dapat dengan gedung Pusdiklat. Sesuai dengan
meningkatkan paparan radiasi daerah atau Surat Keputusan Dirjen. BATAN No: P.N.
ruangan kerja dan lingkungan PPBGN. 03/160/DJ/1989 tentang keselamatan kerja
Sumber-sumber radiasi lain yang terhadap radiasi, perlu dilakukan
diperkirakan dapat meningkatkan paparan pemantauan paparan radiasi di daerah kerja
radiasi pada daerah kerja adalah contoh dan lingkungan instalasi nuklir dalam hal ini
batu-batuan yang mengandung uranium PPBGN untuk melindungi pekerja radiasi
yang digunakan untuk pameran dan terhadap kemungkinan terjadinya akibat
penelitian serta sumber-sumber yang biologi yang merugikan dari radiasi. Untuk
digunakan untuk kalibrasi alat-alat yang mengantisipasi hal tersebut diatas mutlak
tei dapat pada laboratorium Bidang pedu dilakukan pemantauan radiasi di setiap

PSPKR-BATAN 178
Prosiding Prcsentasi Umiah Kesclamafan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

daerah atau ruangan kerja dan lingkungan mendeteksi dan mengukur sinar gamma.
PPBGN. Tujuan pemantauan paparan Detektor ini menggunakan bahan sintilasi
radiasi daerah kerja dan lingkungan dari Nal(Tl) dan pada kondisi normal
PPBGN adalah : sensitif terhadap energi gamma diatas 30
1. Mendapatkan data tingkat paparan keV [4] .
radiasi pada daerah atau ruangan kerja
dan lingkungan kerja PPBGN.
2. Mengevaluasi data tersebut serta mem-
bandingkan terhadap nilai batas dosis
yang diijinkan, sehingga dapat ditentukan
daerah ainan untuk para pekerja dan
yang tidak aman atau yang harus
mendapat perhatian untuk ditindak
Linjuti.

Menurut teori [1,2] unsur radioaktif


lingkungan dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu unsur radioaktif alam dan unsur
radioaktif buatan. Unsur radioaktif alam
adalah unsur radioaktif yang sudah ada di
alam sejak bumi ini terbentuk. Unsur
radioaktif alam terbentuk dalam deret
radioaktif seperti deret uranium, thorium
dan aktinium. Sedang unsur-unsur yang lain
adalah C-14, K-40. Unsur radioaktif buatan
adalah hasil reaksi fisi dan fusi nuklir serta
hasil aktivasi. Paparan radiasi pada daerah
kerja dan lingkungan PPBGN tersebut
berasal dari unsur radioaktif pemancar
alpha berumur panjang (U-238, Th-230,
Ra-226). Unsur radioaktif pemancar alpha
berumur pendek (radon, thoron) dan
paparan radiasi beta ( Th-234, Pa-234) serta Gambar 1 : Model 450P Ion Chamber
gamma (Pb-214, Bi-214) sebagai hasil Survey Meter
peluruhan dari deret-deret radioaktif
tersebut di atas. Pengukuran radiasi daerah kerja
dilakukan pada 37 tempat di PPBGN seperti
PERALATAN DAN TATA KERJA terlihat pada Gambar 2, dan dilakukan
sebulan sekali setiap tahun. Metode yang
Peralatan digunakan adalah dengan pengukuran
langsung pada daerah kerja yang akan
Peralatan yang dipakai untuk dipantau dengan alat deteksi radiasi
memantau daerah kerja dan lingkungan di Victoreen 450 P. Pengukuran radiasi
PPBGN adalah Ion Chamber Survey Meter lingkungan PPBGN dilakukan pada 37 titik
model 450P Victoreen dan SPP 2NF lokasi lingkungan PPBGN seperti terlihat
Scintillometer. Ion Chamber Survey Meter pada Gambar 3. Metode yang digunakan
(Victoreen 450P) yang merupakan jenis gas adalah pengukuran langsung dengan meng-
detektor bertekanan dirancang untuk gunakan alat ukur radiasi gamma yang
mengukur sinar gamma, sinar-X di atas 25 sensitif yaitu SPP-2NF. Kedua pengukuran
keV dan sinar beta di atas I MeV[3]. pada satu titik dilakukan setiap arah 2 menit
Struktur detektor tersebut dapat dilihat dengan arah mata angin dan vertikal ke
pada Gambar 1. SPP 2 NF Scintillometer bawah setinggi titik pusar badan.
adalah detektor yang di-rancang untuk

PSPKR-BATAN
179
Presiding Presentasi Ibiiiali Kcsclainatan Radiasi dan Lingkuiigan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

HASIL DAN PEMBAHASAN NO.PN.03/160/DJ/89 (5,6] tentang ketentuan


Keselamatan Kerja terhadap radiasi. yaitu
Dari data yang diperoleh, paparan untuk :
radiasi terendah yang dipantau selama satu Untuk pekerja radiasi dosis yang diterima
tahun pada daerah kerja PPBGN 0,10 u.Sv/ maximum 50 mSv dalam satu tahun.
jam atau 0,04 mSv /tahun (Gambar 4 dan Untuk masyarakat dosis yang diterima
Tabel 1). Pada lokasi tertentu, paparan maximum 5 mSv dalam satu tahun.
radiasi yang terdeteksi cukup tinggi Dengan demikian dapat dinyatakan
dibanding dengan Iokasi-lokasi yang lain bahwa radiasi di daerah kerja dan
seperti pada ruang Sub Bidang Geo-kimia, Hngkungan PPBGN belum melampaui nilai
koridor atas Bidang Eksplorasi, batas yang diijinkan baik untuk pekerja
Laboratorium Sub. Bidang Analisa kontrol, radiasi maupun masyarakat.
Laboratorium Sub. Bidang Hydrometallurgi
Bidang TPBN dengan hasil kisaran antara
(0,23-8,79) uSv/jam atau (0,10-3,15)
mSv/tahun. Hal ini disebabkan pada
laboratorium-Iaboratorium di atas
merupakan tempat menyintpan dan
memproses bijih uranium dan atau pada
daerah tersebut ada contoh-contoh batuan
yang mengandung uranium seperti pada
koridor atas Bidang Eksplorasi. Data
pengukuran radiasi di lingkungan PPBGN
dapat di lihat pada Gambar 5 dan Tabel 2. 2A. Denah ruang ETP
Dari data tersebut menunjukkan bahwa
radiasi gamma tertinggi pada lokasi
pengukuran di halaman belakang Instalasi
Teknik Pengolahan Bahan Galian Nuklir
(titik No.16) sebesar 2,98 u.Sv/jam atau 1,43
mSv/tahun. Radiasi gamma terendah
terdapat pada halaman gedung Eksplorasi
(titik No.31 & 37), halaman gedung ETP &
KKL (titik No.l & 7). Radiasi berkisar
(0,19-0,66) u.Sv/jam atau (0,07-0,26)
mSv/tahun. Pada Lokasi titik No. 6, 13 dan
16 radiasi berkisar (0,79-2,98) uSv/jam atau 2B.Denah ruang eksplorasi bawah tan all
(0,31-1,19) mSv/tahun, hal ini terjadi karena
di belakang Instalasi Teknik Pengolahan
Bahan Galian Nuklir terdapat bekas tempat
preparasi bijih dan penyimpanan limbah.
Sedang pada titik lokasi No.6 cukup tinggi 1 9 2 0
yaitu sebesar 0,67uSv/jam atau 0,26 21
mSv/jam. Hal ini disebabkan karena adanya
cerobong buangan debu ke udara dari hasil
22
penggerusan bijih uranium.
2 0
Pengukuran radiasi lingkungan di
PPBGN berubah sangat besar bila ada
aktivitas praktikum dari Pusat Pendidikan
dan Latihan karena menggunakan sumber 2C. Denah IBEM/ITPBGN (pilot plan)
radiasi yang cukup besar. Nilai batas yang
diijinkan untuk pekerja radiasi scsuai
dengan SK. DI R.JEN BAT AN

PSPKR-BATAN 180
Prosiding Prcscntnsi Iliniali Kesclnmatan Undiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Untuk radiasi di lingkungan


PPBGN masih berada di bawah nilai batas
dosis yang diijinkan. Pada tempat

27
L i penyimpanan limbah padat perlu dilakukan
pemantauan secara rutin, walaupun
radiasinya masih di bawah nilai batas dosis
25 yang diijinkan.
26 24

UCAPAN TERIMA KASIH


2D. Denah Ruang TPBN atas
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada staf Bidang Keselamatan Kerja dan
Lingkungan PPBGN dan semua pihak yang
"TT telah membantu dalam pembuatan tulisan
ini.
i -28 ;

DAFTAR PUSTAKA

30 29 1. SOETOMO JATIMAN, Dasar-dasar


Fisika Radiasi (Diklat Proteksi Radiasi
BATAN)
2E. Denah ruang TPBN bawah 2. LAMARS,J.R., Introduction to Nuclear
Enginering, Addison-Wesley Pub. Comp,
2nd edition,(1983)
3. V1CTOREEN, Operation and Instruction
Manual, Ion Chamber Survey Meter
Model 450 P, Inc, (1993).
4. SCINTILLATION METER SPP 2NF
TYPE, Technical Instructions, Saphymo
Stel, Paris, (1969).
5. BATAN, Keputusan Direktur Jenderal
BATAN No. PN. 03/160/DJ/1989.
Tentang Ketentuan Keselamatan Kerja
2F. Denah ruang KRL Terhadap Radiasi.
6. ICRP, Recommendation of The Inter-
Gambar 2 : Denah ruangan national Commmision on Radiological
Protection, Pergammon Press Oxford On
New York - Frankfurt - Seoul - Sydney,
KESIMPULAN Tokyo, November (1990).

Berdasarkan hasil pengukuran


dapat disimpulkan bahwa paparan radiasi di
daerah kerja PPBGN masih berada di DISKUSI
bawah nilai batas dosis yang diijinkan. Pada
tempat yang cukup tinggi radiasinya yaitu Ertni Juita - PSPKR
Koridor atas Bidang Eksplorasi dan ruang 1. Dari hasil pemantauan yang dilakukan,
sub. Bidang Hydrometallurgi Bidang TPBN, apa yang bisa disarankan dengan adanya
perlu dilaku-kan pemantauan secara terus paparan yang tinggi pada daerah kerja
menerus walaupun radiasiiiya masih di Puslit saudara.
bawah nilai batas yang diijinkan.

PSPKR-BATAN 181
Presiding Prcscntasi Ilmiah Kcsclamataii Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

untuk tidak melewati daerah sekitar Achmad Sorot S.


ruangan tersebut. Hasil korelasi hasil pemantauan radiasi
untuk lingkungan kerja di PPBGN daerah kerja PPBGN dengan dosis yang
yaitu dekat kolam limbah padat yang diterima pekerja PPBGN memang belum
berbatasan dengan PUSDIKLAT ada. Akan segera dilakukan. Terima kasih
harus dilakukan dekontaminasi pada atas saran anda.
tanah kolam limbah dan di
sekelilingnya. Kicky LTK - PAIR
2. Pemantauan dilakukan sejak tahun 1993 1. Berapa ketinggian pengukuran
selama 1 tahun (1 bulan sekali) secara 2. Apakah ada perbedaan (terutama
rutin, baik pada daerah kerja (ruang kenaikan) hasil pengukuran/ pemantauan
kerja) maupun lingkungan kerja. dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Sampai sejauh mana pengaruh kegiatan
Nazaroh - PSPKR dari Unit Batan Iainnya (PUSDIKLAT
Kenapa digunakan alat yang berbeda di dan PAIR) terhadap paparan radiasi di
daerah kerja dan di lingkungan kerja. Apa PPBGN, mengingat ada iradiator y,
keistimewaan dan kekurangan ke dua alat elektron (PAIR) dan kegiatan radiografi
tersebut. (PUSDIKLAT).

Achmad Sorot S Achmad Sorot S.


Karena pada daerah kerja atau ruang kerja 1. Ketinggian pengukuran 1 meter di
banyak kemungkinan adanya sinar X, p dan atas tanah.
y. Alat survei meter ion chamber Victoreen 2. Pada umunya tidak banyak berbeda
dapat memantau ketiga jenis radiasi ini. dengan tahun sebelumnya.
Sedangkan SPP2NR hanya sensitif pada 3. Pengaruh dari praktikum Proteksi
sinar y saja dan sinar X tidak ada di Radiasi (PUSDIKLAT) cukup besar,
lingkungan. sehingga dicatat secara khusus. Dan
pengaruh dari kegiatan PAIR ada
Sri Widayati - PTPLR kenaikan 0,01 p.Sv/jam (dari Irradiator
Bagaimana korelasi hasil pemantauan radiasi y). Ini terjadi pada paparan radiasi
daerah kerja PPBGN dengan dosis yang lingkungan.
diterima pekerja PPBGN, apakah sesuai.

Gambar 3 : Lokasi Pengukuran

PSPKR-BATAN
182
Prosidiiig Prcscntasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Paparan Radiasi Ruangan ETP Paparan Radiasi Ruangan


0.15
::111
: 111111111
:;::-:::-:o>i;!

i :::'11 g:
lllll 1
if.
Raparan

4
TPBN Atas

'I WmWmmmxi illiliil


0,10
ii ;;
1 : : :

3,5
II | | | | l | i i | | i | | lllifiilliiii

:;:::::::
ll 1 i X : ".
i E 3
i
lillliiill Illilll
>.:;

re I Paparan
2,5
II
: :
.X

=1 0.05
| |

2
11 1 :| ii iilllllll illlliiiliil
1.5
1 ilillii
I1
:::;

:::

ii 1 iisijiiiiiii illiiililliliilil
1liiiili
: - :

0.5
0.00
0
1 2 3 4 5 6 7
23 24 25 26 27
Kode Lokasi Kode Lokasi

Paparan Radiasi Ruang Paparan Radiasi Ruangan


I Eksplorasi ! TPBN Bawah
3
8
7

TO 5
-5
"5 4 I Paparan
:x 3
2
l
llliililiiiilisjiii
0
10 iil 12 14 16 18

Kode Lokasi

Paparan Radiasi Pilot Plant Paparan Radiasi Ruangan


KKL
0.25
0.14

0.12 0,2

E o.i \
s
3 0.08
I Paparan
CO
0,06
0,04
0,02
0
19 20 21 22 31 32 33 34 35 36 37
Kode Lokasi Kode Lokasi
I

Gambar 4. Paparan radiasi pada daerah


kerja di PPBGN

PSPKR-BATAN 183
Presiding Prescntasi Ilmiah Kcschunatan Kadiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Paparan Radiasi Lingkungan TPB Paparan Radiasi Lingkungan KKL


0,7
0,6 0,25 - Pi
0,5

'4 0,15 - 1III I Paparati


0.3
0,2
0,1
0
Mil fliplHfli
0,1

0,05 -
0-
1
|
23
!;:

25 27 29
1 1
:
4
| Paparan
Kodc lokasi Kodc Lokasi

Paparan Radiasi Lingkungan IB EM Paparan Radiasi Lingkungan


0 25 Eksplorasi

0,2 -

E 0,15 --
I Paparan
3 v\ 0,1 -- Paparan

0,05

11 12 13 14 0 - -t-

Kodc Lokasi 3 1 32 33 34 35 36 37
Kode Lokasi

Paparan Radiasi LingkunganPusdiklat

ill!
2,5 iiiiiiiiiHiiiiii
'^y-vv- : ; :: : : : : : : i : : : : : : : : : : : : ::: : : : : : : - ::::::;: : : :: : : ; : : : ::: : : ; : :o> :: : : : ; -: ''' ^y-yy^-
2

lu. Illilllllllllllllll I Paparan


3
1 -

0,5 -

0-

Kodc Ikasi

Gambar 5. Paparan radiasi lingkungan di


PPBGN

PSPKR-BATAN 184
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085
ID0000079

STANDARDISASI 1 9 2 Ir DENGAN
TEKNIK PREPARASI EVAPORATING DAN ELECTROPLATING
f9 Nazaroh
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN
AS Minister dan Mercer
Radiation Science and Accoustics - NPL, UK.

ABSTRAK
192
STANDARDISASI Ir DENGAN TEKNIK PREPARASI EVAPORATING DAN ELEKTRO-
PLATING. Telah dilakukan standardisasi 192 Ir secara absolut, menggunakan detektor 47t(PC)-[NaI(Tl)+HPGe]
dengan tekiiik preparasi evaporating dan elektroplating di atas penyangga sumber VYNS. Disiapkaii sebanyak
sepuluh cuplikan Ir di atas penyangga sumber VYNS dengan teknik penguapan (Evaporating technique) dan
satu buah cuplikan dengan teknik elcktroplating (electroplating technique) untuk meningkatkan efisiensi detektor
beta. Sampel-sampel tersebut dicacah dengan sistem pencacah absolut, menggunakan detektor 4K(PC)-
[NaI(Tl)+HPGe], Saluran gamma-1 (HPGe) diatur pada energi 201 dan 205 keV dan saluran gamma-2 (Nal(Tl))
dibatasi pada energi 295, 308 dan 316 keV. Untuk mendapatkan variasi efisiensi detektor beta, dua cuplikan
dilakukan penambahan VYNS pada ke dua pennukaannya kemudian dicacah, demikian seterusnya. Hasil rata-rata
dari pengukuran aktivitas l 9 2 Ir adalah (941,04 + 0,67) Bq/mg, dengan teknik penguapan dan (938,31 0,66)
Bq/mg, dengan teknik elektroplating dengan derajat kebebasan 8. Dengan metode uji-t, standardisasi Ir dengan
teknik preparasi elektroplating tidak berbeda nyata dengan teknik penguapan pada suhu kamar.

ABSTRACT
192
STANDARDIZATION OF Ir BY EVAPORATING AND ELECTROPLATING PREPARATION
l92
TECHNIQUES. Absolute standardization of Ir with evaporating and electroplating preparation techniques on
thin VYNS fdm was carried out. Ten samples of ly2Ir were prepared by evaporating technique on thin VYNS film
and one sample was prepared by electroplating technique to increase the efficiency of beta detector. The samples
were counted by the absolute counting system, using 47t(PC)-[NaI(Tl)+HPGe] detectors. Gamma-] channel (HPGe)
was set at gamma energies of 201 and 205 keV and gamma-2 channel (Nal(Tl)) was adjusted at gamma energies
of 295, 308 and 316 keV. To get variation of beta detector efficiencies, two samples of l92Ir were added by
thin VYNS fdm on both side of the surfaces, and then counted. These counting were done several times. The
average result of the activity measurements of l92Ir were (941.04 0.67) Bq/mg by evaporating technique and
(938.31 0.66) Bq/mg, by electroplating technique with degree of freedom 8. Using t-test method, standardization
of Ir using electroplating technique was not significantly different compared to evaporating technique.

PENDAHULUAN cukup kompleks, dengan energi partikel beta


l92
dan sinar-X yang dipancarkan rendah, sehingga
Ir adalah radionuklida penangkap diperlukan kiat khusus dalam melakukan
multi elektron (electron capture) dan standarisasinya.
memancarkan multi beta, serta meluruh dengan Pada percobaan ini dilakukan dua
memancarkan sinar gamma dan sinar-X. macam teknik preparasi cuplikan, yaitu teknik
Bagan peluruhannya disajikan pada Gambar 1 penguapan (evaporating technique) dan teknik
[1]. 192Ir banyak digunakan dalam aplikasi elektroplating (electroplating technique).
teknik nuklir terutama di bidang teknik nuklir Teknik preparasi penguapan sudah lazim
kedokteran untuk terapi penyakit kanker berupa dilakukan di bidang standardisasi radionuklida.
jarum iridium , karena 192Ir mempunyai waktu Biasanya untuk cuplikan pemancar beta energi
paro cukup pendek (73,83 hari) dengan energi cukup tinggi. Karena l92Ir mempunyai energi
gamma yang dipancarkan sebesar 201 -316 keV tangkapan elektron rendah, maka efisiensi
dengan intensitas cukup tinggi, aplikasi detektor beta rendah. Untuk itu dicari kiat
hidrologi untuk menguji kebocoran dam dan khusus untuk meningkatkan efisiensi detektor
pipa-pipa minyak serta untuk penelitian di beta. Tujuan dari preparasi dengan teknik
bidang metrologi radionuklida. Standardisasi elektroplating adalah untuk memperhalus dan
i92
Ir cukup rumit karena bagan peluruhannya menipiskan kristal i92Ir yang terbentuk dalam

PSPKR-BATAN 185
Prosiding l'resentasi Ilmiah KeselamaUui Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
1SSM : 0854-4085

cuplikan sehingga meningkatkan efisiensi Dimana:


detektor beta dalam mendeteksi sinar-X hasil Np,Ny,Nc Laju cacah beta, gamma dan
tangkapan elektron. koinsiden yang telah dikoreksi
Laju cacah beta, gamma dan
Variasi efisiensi di dalam metode Np',NT',Nc' koinsiden yang belum
absolut, dapat diperoleh dengan variasi dikoreksi
swaserap yaitu dengan menambahkan larutan Waktu mati saluran beta,
pengemban zat radioaktif (carrier) dengan gamma dan waktu mati
minimum
metode pencacahan sumber basah (wet source
Waktu resolusi
counting) [5], dengan penambahan seeding
agent "Ludoks" atau wetting agent "Catanac" Background beta, gamma dan
BG(p),BG(Y),BG(c)
koinsiden.
pada konsentrasi tertentu, dengan variasi
tegangan kerja detektor proporsiona! dan
variasi tebal VYNS [6] atau dengan variasi Karena pada percobaan ini digunakan dua buah
diskriminator saluran beta. Variasi efisiensi saluran masing-masing dengan detektor gamma
dapat pula dilakukan dengan kombinasi HPGe dan Nal(Tl), maka terdapat cacah Nyj.
perlakuan di atas. Masing-masing perlakuan di dan Ny2 serta Nci dan Nc2' sehingga efisiensi
atas ada kebaikan dan kelemahannya. detektor beta dapat ditentukan dengan
Pada percobaan ini, variasi efisiensi persamaan :

dilakukan dengan menambahkan lapisan film P1 =NcI/Nyl (4)
tipis VYNS berlapis etnas pada kedua sp2 = Nc2/Ny2 (5)
permukaan cuplikan. Perlakuan ini dapat
meningkatkan kekuatan cuplikan karena Dengan melakukan pencacahan pada
penyangga sumber semakin tebal sehingga berbagai kondisi sampel, artinya dengan tebal
lebih aman, dapat melihat apakah sistem VYNS yang berbeda-beda maka diperoleh data
pencacah stabil atau tidak, tetapi metode ini N(3> B1 dan eB2> YanS berbeda-beda.
kurang praktis karena setiap penambahan Selanjutnya dibuat kurva hubungan
VYNS tegangan detektor proporsional di- antara Np versus (1-spi) dan (1-SR2) dengan
turunkan dan memerlukan waktu cukup lama persamaan sebagai benkut:
(time consuming) untuk melekatkan VYNS
pada kedua permukaan cuplikan serta Np = N 0 + m l ( l p (6)
memerlukan lapisan VYNS yang cukup = N0[l+A(l-8p,)
banyak.
No = N p / [ l + A ( l - s p i ) (7)

TEORI No : aktivitas sumber


Secara umum, metode standardisasi A dan B ; gradien per intersep
absolut telah banyak diuraikan [2,3,4], namun
untuk menstandarkan radionuklida dengan
pancaran khusus dan kompleks memerlukan
cara-cara khusus dalam preparasi cuplikannya " ' l r T | / 2 : 73,8J Iklli

dan setting peralatannya.


Perumusan yang digunakan untuk
menghitung aktivitas 192Ir pada percobaan ini
ditulis oleh Smith [2], yaitu :
Np = N p ' / [ l - T p N p 1 ] - B G ( p ) (1)

Ny = Ny '/ [ 1 -TyNy'] - BG (y) (2)


(Nc'-2TRNp'Ny')(l-Np'TpXl-Ny'Ty)
Nc = BG(c)

i92
Gambar 1. Bagan Peluruhan Ir[I].

PSPKR-BATAN 186
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

TATA KERJA Pencacahan cuplikan


Sebelum dilakukan pengukuran
Bahan dan peralatan aktivitas, cuplikan diperiksa impuritasnya
dengan sistem perangkat spektrometer gamma,
192Ir dalam bentuk larutan (NH4)2lrCl6 yang diagram baloknya disajikan pada Gambar
Carrier (larutan pengemban zat radioaktif) 2. Hasil pemeriksaan impuritas tertera pada
60 ug/g (NH4)2lrCl6 dalam 0,1 N HCI Tabel 1.
Catanac, NH3 dan peralatan preparasi
lainnya
Lapisan tipis VYNS, berlapis emas Spoclroscr*!?-. A : n p ! -

Sistem perangkat spektrometer gamma


Sistem koinsidensi 47t(PC)-[NaI(Tl)+HPGe]
Sistem elektroplating
MCA dan osiloskop
Sistem pengolah data
Gambar 2. Diagram Balok Sistem Pencacah
Spektrometer Gamma
Preparasi cuplikan dengan teknik penguapan
(evaporating)
Cuplikan 192Ir, dengan nomor sampel
Larutan l92Ir dalam bentuk senyawa S127 sampai dengan S136 dicacah satu demi
kimia (NH4)2lrCl6, diteteskan di atas satu dengan Sistem Pencacah Absolut
penyangga sumber film tipis VYNS berlapis menggunakan detektor 47i(PC)-[NaI(Tl)+
emas. VYNS adalah suatu senyawa yang HPGe]. Rangkaian sistem tersebut disajikan
terdiri atas copolimer polyvinyl chlorida dan pada Gambar 3.
polyvinyl acetat yang dilarutkan dengan
menggunakan cyclohexanon dengan komposisi
tertentu.
Jumlah cuplikan l92Ir yang dibuat
sebanyak sepuluh buah dengan berat cuplikan
berkisar antara 27-34 miligram. Masing-
masing cuplikan ditambah wetting agent-
catanac satu tetes. kemudian dikeringkan pada
temperatur kamar.

Preparasi cuplikan dengan teknik Gambar 3. Diagram Balok Sistem Pencacah


elektroplating Absolut 4TC (PC)-[NaI(Tl)+HPGe]
Untuk memperhalus dan menipiskan
Setting peralatan dalam pencacahan
kristal cuplikan, dilakukan preparasi dengan l92
Ir perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil
tenik elektroplating. Larutan l92Ir dalam bentuk
pengukuran yang baik. Saluran gamma-1
kimia (NH4)2lrCl6, diteteskan di atas
(HPGe), dipasang pada energi antara 201 dan
penyangga sumber film tipis VYNS, kemudian
205 keV sedangkan pada saluran gamma-2
cuplikan tersebut diletakkan dalam kotak yang
[Nal(Tl)] dipasang pada energi antara 295 dan
berisi silica gel dan diuapi dengan larutan NH3
316 keV. Kondisi percobaan pada pengukuran
selama 10 menit. Selanjutnya cuplikan tersebut 192
Ir adalah sebagai berikut: Tegangan kerja
diletakkan pada sistem elektroplating,
detektor beta dipasang 2050 V, dengan waktu
kemudian diberi aliran listrik dengan tegangan
mati saluran beta 1,47 mikro-detik. Tegangan
sekitar 5 Volt, selama 30 detik. Untuk meng-
kerja detektor HPGe dipasang 3500 V, dengan
hilangkan garam yang tidak terdeposit, pada
waktu mati saluran gamma-1 : 4,004 mikro
cuplikan ditambahkan akuades beberapa tetes.
detik dan waktu pisah 0,703 mikro detik.
Akuades tersebut kemudian dihisap dengan
Tcgangan kerja detektor Nal(Tl) dipasang 900
menggunakan botol polietilen. Selanjutnya
V. dengan waktu mati saluran gamma"2 : 4,014
cuplikan dikeringkan pada tempcratur kamar.

PSPKR-BATAN 187
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854^085

mikro detik dan waktu pisah 0,706 mikro detik. teknik preparasi penguapan adalah : (941,04
Waktu mati minimum 1,502 mikro detik. 0,67) Bq/mg, dengan derajat kebebasan, u = n
Lama pencacahan cuplikan dan back ground - k = 8, dengan n = jumlah sampel 10, k=2
100 detik, dengan lima kali ulangan. (untuk persamaan linier).
Data yang diperoleh dari pencacahan Demikian pula dilakukan hal yang
192
Ir adalah :Np, N y l , N c , , N y 2 , N c 2 . sama untuk cuplikan 192Ir dengan teknik
Selanjutnya data tersebut disajikan dalam elektroplating. Data pencacahan cuplikan 192Lr
bentuk Np, zn\ dan sp2 setelali dikoreksi dengan teknik preparasi elektroplating pada
dengan cacan latar belakang, waktu mati, Tabel 3, terlihat bahwa efisiensi maksimum
waktu pisah dan peluruhan. Untuk men- detektor beta pada saluran-1 adalah 0,9246 dan
dapatkan kurva ekstrapolasi efisiensi, cuplikan efisiensi pada saluran-2 adalah 0,9864. Dari
192
Ir dengan teknik preparasi evaporating dan data pencacahan ini terlihat bahwa teknik
elektroplating dicacah berulang kali, setelah preparasi elektroplating dapat meningkatkan
sampel tersebut ditambahkan film tipis VYNS efisiensi detektor beta. Dengan adanya
pada kedua permukaannya. Data tersebut tambahan data pada efisiensi 0,9864 maka
disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Hasil penarikan data ekstrapolasi lebih dapat
pengukuran akti vitas 192Ir dengan teknik dipertanggung jawabkan. Dari data tersebut
preparasi penguapan dan elektroplating dibuat persamaan kurva ekstrapolasi efisiensi
disajikan pada Tabel 4. sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN Np= (5269,4124,823) - (460,10413 l,605)[l-


8 p i ] -(4458,45794,835)[l- p 2 ]
Dari data pengukuran 192Ir, dibuat
kurva ekstrapolasi efisiensi hubungan antara : Titik potong dengan sumbu Np = intersep =
Np versus (1-spi) dan (l-sp2) (5269,412N 4,823) ; C = Gradien(l)/intersep
yang dibuat dari persamaan (6) = -(0,0873 0,00593) ; D = Gradien(2)/
intersep = -(0,8461 0,01836)

dengan Np sebagai absis dan (1-pi) serta Dengan memasukkan nilai C dan D
(l-lp2) sebagai ordinat. Dari data pada Tabel 2 serta data Np, (1-spi) dan (l-sp2) pada Tabel
(untuk cuplikan dengan teknik penguapan) 4 ke dalam persamaan (7), maka diperoleh nilai
terlihat bahwa efisiensi maksimum detektor aktivitas (No) i92Ir yang terkoreksi, pada Tabel
beta untuk saluran gamma-1 adalah 0,8175 dan 4, kolom 7. Hasil pengukuran aktivitas rata-
saluran gamma-2 adalah 0,9679. Dari data rata l92Ir yang dipreparasi dengan teknik
berbagai tebal VYNS maka diperoleh elektroplating adalah : (938,310,66) Bq/mg,
persamaan kurva ekstrapolasi efisiensi sebagai dengan derajat kebebasan 8.
berikut: Dengan metode uji-t, ternyata hasil
pengukuran aktivitas l92Ir dengan menggunakan
Np=(30828,48037,326)-(2145,436180,643) kedua metode preparasi tidak berbeda nyata
tetapi metode elektroplating dapat memberikan
[l-e P| ] - (27758,770 265,284) [1-e^] data tambahan pada efisiensi detektor lebih
tinggi sehingga dapat menambah keyakinan
Titik potong dengan sumbu Np = intersep = data ekstrapolasi pada efisiensi beta mendekati
(30828,48037,326); A= Gradien(l)/intersep = satu.
-(0,06959 0,0058); B= Gradien(2)/intersep = Metode preparasi elektroplating di-
-(0.90043 0,0095). Dengan memasukkan anjurkan untuk digunakan pada preparasi
nilai A dan B serta data Np, (1-epj) dan cuplikan zat radioaktif dengan pancaran beta
(1-SR2) pada Tabel 4 ke dalam persamaan (7). dan tangkapan elektron berenergi rendah
maka akan diperoleh nilai aktivitas (N o ) w lr karena dapat meningkatkan efisiensi detektor
(disajikan pada Tabel 4. kolom 6). Hasil beta.
pengukuran aktivitas rata-rata l92Ir dengan

PSPKR-BATAN 188
Prosiding Presentasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

KESIMPULAN DISKUSI
1. Teknik preparasi elektroplating dapat
Gatot Wurdiyanto - PSPKR
meningkatkan efisiensi detektor beta.
Anda mengatakan bahwa Ir-192 yang
2. Hasil pengukuran aktivitas l92Ir dengan
distandarkan tidak ada impuritasnya.
teknik preparasi elektroplating tidak
berbeda nyata dibandingkan dengan teknik
Nazaroh
evaporating.
Dari penelitian yang dilakukan, impuritas Ir-
192 tidak terdeteksi. Memang, dalam
DAFTAR PUSTAKA
pembuatan isotop selalu ada impuritasnya
1. LAGOUTINE, F.,et al, Table de meskipun sangat kecil.
Radionucleides, vol.2, 1984
2. SMITH, D., Interim Report Of High Count Nasukha - PSPKR
Rate Intercomparison Dalam brakiterapi digunakan sumber Ir-192
3. KAWADA, Y., Researches of ETL No: dengan aktivitas sekitar 10 Ci. Bagaimana cara
730,Tsukuba, 1972. standardisasinya, apakah sama seperti yang
4. MIYAHARA, H., et al, International saudara lakukan ?
Journal Appl.Rad. Isotopes, No:37, 1986.
5. PUJADI, dkk, Pengaruh Larutan Pengem- Nazaroh
bang Pada Efisiensi Detektor 4u(PC) dari Kemampuan pengukuran aktivitas secara
Sistem Pencacah Koinsidensi 47c(PC)-y, absolut dengan teknik koinsidensi tidak dapat
Seminar PPI-PDIPTN, Yogyakarta, 1990. mengukur aktivitas sampai 10 Ci. Oleh sebab
6. NAZAROH, Standardisasi 51Cr meng- itu Ir-192 dengan aktivitas 10 Ci dapat diukur
gunakan metode koinsidensi dengan variasi dengan metoda kalorimetri atau dengan dose
tegangan kerja detektor Proporsional dan calibrator yang dikalibrasi dengan sumber
tebal VYNS , Majalah BATAN, vol XXIV, standar.
no: 3/4, 1991.

- P r o y e k s i pd bidang Y-X

t
WOW--

192
Gambar 4. Kurva ekstrapolasi efisiensi Ir dengan teknik preparasi penguapan

PSPKR-BATAN 189
Presiding Presciitasi llmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 AgusUis 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 1. Hasil pengukuran impuritas l92Ir dengan menggunakan sistem pencacah spektrometer gamma,
dcngan kesimpulan tidak ada kontaminasi.

Energi (keV) N y (cps) Probabilitas Pancaran Keterangan


(%)
9,1 - - Ge- X-rav
11,1 - -
23,5 - Cd- X-ray
31,4 - - Ba- X-rav
192
60,8 10,254 1,23 Ir
.92 j
62,4 22.970 2,28 r

192
64,5 24,216 2,70 Ir
192
66,3 64,164 4,90 Ir
192
70,8 10,965 0,78 Ir
192
72,7 0,940 0,20 Ir
192
75,1 23,920 1,68 Ir
192
77,4 4,424 0,44 Ir
84,3 1,362 - Pb X-rav
192
135,8 3,327 0,14 Ir
192
200,8 7,586 0,50 Ir
192
205,3 57,563 3,49 Ir
192
282,9 5,458 0,24 Ir
192
295,5 557,513 30,16 Ir
192
308,0 584,015 31,75 Ir
192
316.1 1635,703 87,04 Ir
192
374,1 15,469 0,735 Ir
192
416,0 13,671 0,75 Ir
192
467,6 1011,326 51,75 Ir
192
484.1 66,793 3,35 Ir
192
488.6 8,973 0,40 Ir
192
588,1 99,561 4,60 Ir
192
603,9 186,136 8,90 Ir
192
612,0 124,522 5,80 Ir
192
624,2 7,377 308,4 + 316,5 Ir
192
632,3 8,783 2x316,5 Ir
192
762,9 1,661 295,9 + 468,1 Ir
192
775,4 1,817 308,4 +468,4 Ir
192
783,7 9,097 316,5+468,4 Ir
192
884,0 8,223 0,29 Ir
192
920,0 1,024 316,5+604,4 Ir
192
935,3 1,600 2x468,1 Ir
192
1060.9 1,113 0,05 Ir

PSPKR-BATAN 190
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2. Data pencacahan cuplikan l92 Ir no: S132, yang dipreparasi dengan teknik penguapan
dengan variasi tebal VYNS.

NR (cps) (1-spi) [HPGe] (1-8R9) [NaI(Tl)l


29527,65 0,1825 0,0331
29156,10 0,2305 0,0422
28947,30 0,2564 0,0479
28681,89 0,2792 0,0550
28543,95 0,2944 0,0595
28392,84 0,3038 0,0639
28254,33 0,3093 0,0685
28190,83 0,3079 0,0712
28084,23 0,3137 0,0749
28006,06 0,3174 0,0771
26197,18 0,3668 0,1385
25933,54 0,3708 0,1466
27279,88 0,3372 0,1018
27641,27 0,3268 0,0901
27571,100 0,3310 0,0926
26596,46 0,3571 0,1256

Tabel 3. Data pencacahan cuplikan Ir, yang dipreparasi dengan teknik elektroplating,
dengan variasi tebal VYNS.

N R (cps) (1-sp,) [HPGe] (1-ER9) [NaI(Tl)l


5174,861 0,0754 0,0136
5025,226 0,2134 0,0326
4979,331 0,2421 0,0397
4940,359 0,2754 0,0465
4905,979 0,2857 0,0505
4880,133 0,3085 0,0553
4860,595 0,3093 0,0604
4841,860 0,3090 0,0638
4824,493 0,3151 0,0677
4809,561 0,3190 0,0713
4786,226 0,3188 0,0744
4774,714 0,3194 0,0777
4754,722 0,3216 0,0823
4740,823 0,3269 0,0844
4726,847 0,3371 0,0880
4710,177 0,3339 0,0903

PSPKR-BATAN 191
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 4. Data Pengukuran aktivitas 192Ir secara absolut menggunakan sistem pencacah
[4pi (PC)-NaI(Tl)+ HPGe]
Dengan Teknik Preparasi: Penguapan (Evaporating) dan Elektroplating

No Np(cps) S E m(mg) No/m (Bq) No/m (Bq)


B1 p2
cuplikan (HPGe) [Nal(Tl)] Evaporating Elektroplating
sl27 24603,56 0,7756 0,9596 27,536 946,88 944,28
sl28 24096,05 0,7750 0,9591 27,165 940,53 937,91
sl29 26281,32 0,7839 0,9592 29,634 939,67 936,88
sl30 27839,14 0,7653 0,9553 31,504 941,16 938,39
sl31 29955,79 0,7811 0,9616 33,667 940,67 938,18
sl32 29527,65 0,8175 0,9669 32,907 941,17 938,55
sl33 28704,21 0,7997 0,9616 32,172 942,02 939,15
sl34 30091,97 0,7922 0,9590 33,866 941,10 938,16
sl35 28250,87 0,8089 0,8089 31,537 941,49 938,87
sl36 27420,31 0,8090 0,9657 30,609 941,32 938,72

Hasil pengukuran aktivitas rata-rata 192Ir:


a.Teknik Evaporating : (941,04 0,67 )Bq/mg,
b.Teknik elektroplating : (938,310,66) Bq/mg, dengan derajat kebebasan 8.

Proyeksi pd bidang Y -X

192
Gambar 5. Kurva ekstrapolasi Ir dengan teknik preparasi elektroplating

PSPKR-BATAN 192
Presiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000080

STUDI METODE ANALITIK PENENTUAN P-32 DALAM RAMBUT


rs)o o DOO go Syaibaini> Envansyah Lubis
Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - B AT AN
Sarwani
Pusat Reaktor Serba Guna - BAT AN

ABSTRAK
STUDI METODE ANALITIK PENENTUAN P-32 DALAM RAMBUT. Dosis neutron pada kecelakaan
kekritisan dapat diduga dengan pengukuran radionuklida hasil aktivasi neutron dalam rambut. Pada penelitian ini,
telah dipelajari metode analitik penentuan P-32 dalam contoh rambut yang diiradiasi pada reaktor G. A.
Siwabessy. Metode analitik ini terdiri dari pelarutan contoh rambut dengan HNO3 10M, pemisahan dan pemurnian
P-32 secara pengendapan sebagai amonium molibdo posfat. Akhirnya, endapan diukur dengan alat cacah berlatar
belakang rcndah sistem a/p. Aktivitas minimum P-32 yang dapat dideteksi adalah 0,05 Bq pada kondisi cacahan
latar 4,6 cpm, efisiensi pencacahan 55 % dan waktu pencacahan 30 menit.

ABSTRACT
STUDY ON THE ANALYTICAL METHOD FOR DETERMINATION OF P-32 IN HUMAN HAIR.
Neutron dosis due to accident criticallity can be estimated by measuring of radionuclide of neutron activation
products in human hair. In this work, the analytical method for the determinaton of P-32 in neutron irradiated hair
sample by G. A. Siwabessy reactor has been studied. This analytical method consists of dissolving of human hair
sample by 10 M HNO3, separation dan purification of P-32 by precipitation as ammonium molibdo phosphat.
Finally, the precipitate was measured by low background a/p counter. The minimum detectable activity of P-32
was 0,05 Bq at a background of 4, 6 cpm and with a counting efficiency of 55 % for a 30 minute counting time.

PENDAHULUAN endapan, cacahan latar, efisiensi alat, rekoveri


dan waktu peluruhan.
Rambut, merupakan jaringan tubuh
yang mempunyai kandungan sulfur cukup TEORI
tinggi disamping kuku. Bila tubuh menerima
penyinaran radiasi neutron dosis tinggi dan Rambut mempunyai kadar sulfur +45
mendadak seperti kondisi kecelakaan mg/g dan hampir sama sekali tidak
kekritisan, maka S-32 yang terdapat dalam mengandung posfor [1]. Isotop sulfur yang
rambut akan teraktivasi menjadi P-32. Kadar mempunyai kelimpahan isotop paling tinggi
P-32 yang terbentuk dalam rambut sebanding adalah S-32 (0,95). Berdasarkan ini, rambut
dengan besarnya dosis neutron yang diterima. dapat dimanfaatkan sebagai indikator neutron
Metoda pengukuran P-32 dalam cepat, karena neutron cepat (energi >2,5 MeV)
matriks rambut masih belum banyak ditemukan dapat mengaktivasi S-32 menjadi P-32 melalui
dalam literatur. Y. Feng dkk. [1] melaporkan reaksi S-32 (n,p) P-32. P-32 adalah unsur
bahwa P-32 dalam contoh rambut dapat diukur radioaktif, meluruh dengan memancarkan P
langsung dengan "Low background liquid murni dengan energi maksimum 1,7 MeV dan
scintillation spectrometer" tanpa dilakukan waktu paruh 14,3 hari. Unsur posfor dalam
pemisahan P-32 terlebih dahulu, karena umura- larutan yang bersifat asam dapat mengendap
nya energi-|3 dari unsur-unsur kontaminan dengan ammonium molibdat membentuk
berada dibawah energi-P P-32. ammonium molibdo posfat [2]. Sifat ini dapat
Pada penelitian ini aktivitas P-32 digunakan untuk memurnikan P-32 dari unsur-
diukur dengan menggunakan "Automatic low unsur pemancar p lainnya dan mengukur
back-ground a/p counting system" setelah P-32 aktivitas P-32 dengan alat a/p counter
dipisahkan terlebih dahulu secara pengendapan (Automatic low background a/p counting
sebagai ammonium molibdo posfat (AMP). system LB 5100) buatan Tennelec.
Efek "self absorption" oleh matriks endapan Alat cacah berlatar belakang rendah
sangat dominan pengaruhnya terhadap hasil sistem a/p model LB 5100 buatan Tennelec ini
cacahan. Pengukuran aktivitas P-32 dengan adalah sistem alat cacah yang dirancang untuk
mctode ini perlu dikoreksi terhadap ketebalan mengukur a dan P atau kedua-duanya yang

PSPKR-BATAN 193
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

memiliki aktivitas sangat rendah. Alat cacah hanya datang dari sampel yang sedang diukur,
tersebut terdiri atas rangkaian yang meliputi sehingga diteruskan oleh rangkaian anti-
detektor proporsional dengaii isian gas P-10 koinsidensi ke penganalisa tinggi pulsa. Dengan
yaitu campuran 90 % argon dan 10 % metan cara ini, laju cacah latar alat cacah dapat
dan komponen-komponen mekanik Iain yang direduksi serendah mungkin, dimana hal ini
dapat bekerja secara otomatik. Sistim alat sangat diperlukan sekali untuk mencacah
cacah mempunyai dua detektor yaitu detektor radionuklida yang energi p-nya sangat lemah.
untuk mencacah contoh berupa detektor Hasil pencacahan dicatat oleh alat pencatat
proporsional dengan aliran gas dan detektor (sealer) A untuk partikel a dan sealer B untuk
pelindung (guard detector) berupa detektor partikel p.
proporsional dengan volume tetap untuk Suatu hal yang perlu sekali
mencacah sinar kosmik [3]. diperhatikan pada pencacahan aktivitas a/b
Detektor proporsional tergolong dengan alat cacah a/p adalah adanya efek "self
kepada jenis detektor isian gas (gas-filled absorption" energi a/p oleh matriks sumber itu
detectors). Detektor jenis ini berupa gas sendiri. Efek ini sangat mempengaruhi efisiensi
tertutup yang diberikan medan listrik. Jika cacahan. Oleh karena itu alat cacah hams
dikenai radiasi nuklir, partikel-partikel ber- dikalibrasi terhadap ketebalan matriks sumber
muatan (partikel a atau p atau elektron- cacahan. Kalibrasi dapat dilakukan dengan
elektron sekunder yang dihasilkan melalui mengukur laju cacah radionuklida standar pada
proses ionisasi oleh radiasi y) akan bergerak di berbagai ketebalan tetapi mengandung aktivitas
dalam gas dan menghasilkan ion-ion positif dan yang sama.
negatif melalui tumbukan tak elastis dengan
atom atau molekul. Dengan adanya medan
BAHAN DAN TATA KERJA
listrik maka ion-ion tersebut akan bergerak ke
arah katoda dan anoda, yang mengakibatkan
terjadi perubahan tegangan dan menghasilkan
BAHAN
pulsa listrik.
Larutan carrier fosfor (5 mg/ml)
Pulsa yang keluar dari detektor relatif Dibuat dengan melarutkan 9,2845 g
rendah maka pulsa listrik tadi diperbesar oleh (NH4)H2PO4 kering (dipanaskan selama 2
sistem penguat yang terdiri atas penguat mula jam pada suhu 105C dalam oven) dalam
(preamplifier) dan penguat akhir (amplifier). air suling dan diencerkan dengan aquades
Penguat mula berfungsi mengirimkan sinyal sampai 500 ml.
dari detektor ke penguat akhir dan penguat Larutan (NH4) 6Mo7O24.4H2O 10 %
akhir berfungsi memperkuat sinyal dari Dibuat dengan melarutkan 50 g kristal
penguat mula. Pulsa listrik dari sistem penguat (NH4)6Mo7024.4H20 dalam air suling dan
tersebut diteruskan ke rangkaian diskriminator diencerkan menjadi 500 ml. Dipanaskan
yang berfungsi menolak semua pulsa di supaya melarut sempurna.
bawah atau di atas ukuran tertentu. Pulsa dari Larutan standar Sr-90/Y-90, Pada
detektor pelindung diteruskan melalui penelitian ini, larutan standar Sr-90/Y-90
diskriminator tingkat bawah (LLD) dan pulsa digunakan untuk mengkalibrasi sistem alat
dari detektor sampel diteruskan melalui cacah LB 5100. P-32 standar tidak ada
diskriminator tingkat atas (ULD). Semua pulsa diperdagangkan karena P-32 berumur
yang lolos dari diskriminator diteruskan ke pendek(14,3hari).
rangkaian anti-koinsidensi. Rangkaian anti- Amonium molibdo posfat Digunakan untuk
koinsidensi berfungsi menyetop pulsa yang mengkalibrasi sistem alat cacah terhadap
masuk bersamaan dan meneruskan pulsa yang ketebalan matriks sumber cacahan.
datang tidak bersamaan. Bila pulsa datang
bersamaan, berarti ada foton yang mengenai PERALATAN
detektor pelindung dan detektor sampel secara
otomatis dihentikan oleh rangkaian anti-
Alat cacah a/p, model LB 5100 buatan
koinsidensi. Akan tetap i bila pulsa hanya
Tennelec.
datang dari detektor sampel, berarti pulsa

PSPKR-BATAN
194
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Alat cacah Gamma, PCA-8000 buatan atau KOH 10 M dapat melarutkan rambut
Nucleus yang dilengkapi dengan perangkat pada suhu yang sama selama 15 menit. Rambut
lunak Gamma Trac untuk analisis jenis dan juga dapat larut sempurna dalam HN0 3 10 M
jumlah radionuklida. setelah dipanaskan pada suhu tersebut selama
10-15 menit. Cara yang terakhir ini dipilih
TATA KERJA untuk melarutkan rambut pada metoda analitik
yang dikembangkan pada penelitian ini, karena
Contoh rambut dicuci dengan deterjen, pengendapan posfor dengan ammonium
air suling dan etanol, dikeringkan dalam oven molibdat adalah dalam larutan bersuasana
dengan temperatur di bawah 80C. Dipotong- asam.
potong dengan gunting stainless steel dan Untuk mengamati pengaruh unsur-
ditimbang, Contoh yang sudah ditimbang, unsur pengganggu terhadap pengukuran
dibungkus dengan alumunium foil, kemudian aktivitas P-32, contoh rambut setelah di-
dimasukan ke dalam ampul polietilen dan irradiasi pada reaktor, dilarutkan dalam HNO3
diirradiasi di reaktor G. A. Siwabessy pada 10M, dikeringkan dalam planset dan dicacah
daya 10 MW. langsung dengan alat cacah a/p LB 5100.
Contoh rambut dikeluarkan dari Pencacahan dilakukan dengan interval waktu
aluminium foil dan dimasukan ke dalam gelas sesuai dengan umur paruh P-32. Kurva
piala. Ditambahkan 2-3 ml HNO3 10 M dan peluruhan P-32 disajikan pada Gambar 1.
1 ml larutan carrier posfor. Dipanaskan sampai Terlihat bahwa kurva peluruhan hasil cacahan
larut semua dan diuapkan larutan sampai jauh menyimpang dari kurva peluruhan P-32
hampir kering, kemudian diencerkan dengan air secara teori (perhitungan). Terjadinya penyim-
suling. Ditambahkan (NHU) 6Mo7O24.4H2O pangan ini adalah karena adanya unsur-unsur
10% sambil diaduk-aduk dan dipanaskan pemancar y yang ikut terbentuk disamping
sampai endapan kuning terbentuk sempurna. P-32. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil
Jika larutan terlalau asam endapan tidak akan pencacahan contoh tersebut dengan spektro-
terbentuk. Maka keasaman disesuaikan dengan meter y seperti pada Gambar 2. Adanya unsur-
penambahan NH4OH 5 M. Larutan didinginkan unsur pemancar y ini memberikan kontribusi
dan endapan disaring. Endapan dilarutkan cacahan pada alat cacah.
dengan NH4OH 8M, dipindahkan ke dalam Selanjutnya contoh rambut setelah
planset dan dikeringkan. Aktivitas P-32 diukur diirradiasi, dianalisis dengan prosedur analitik
dengan pencacah a/p berlatar belakang rendah yang dikembangkan pada penelitian ini.
Nucleus LB 5100. Dengan prosedur ini, P-32 dapat dipisahkan
Prosedur yang sama dilakukan secara dengan baik dari unsur-unsur pengganggu. Hal
paralel terhadap contoh rambut yang tidak ini dapat dilihat dari hasil kurva peluruhan
diirradiasi untuk menentukan besaran rekoveri. seperti pada Gambar 3. Dapat juga dibuktikan
Harga ini dihitung berdasarkan perbandingan dengan hasil pencacahan endapan yang
berat fraksi posfor sebagai ammonium molibdo terbentuk dengan spektrometer y seperti yang
posfat terhadap posfor carrier yang disajikan pada Gambar 4. Rekoveri posfor
ditambahkan. Faktor gravimetric untuk dengan prosedur ini sangat baik sekali berkisar
perubahan berat endapan terhadap posfor 98-100 %.
adalah 0.016. Untuk mengamati cacahan latar,
contoh rambut blanko (rambut tanpa
HASIL DAN PEMBAHASAN diirradiasi) dianalisis dengan prosedur ini, hasil
diperlihatkan pada Tabel 1. Efisiensi cacahan
Dari beberapa pelarut yang telah dihitung dengan menggunakan larutan standar
digunakan untuk preparasi rambut, ditemukan (Sr-90/Y-90) sebagai berikut : 0,2 ml larutan
bahwa rambut dapat larut dalam HC1 6M dan Sr-90/Y-90 (75 mBq/ml) ditambahkan pada 1
H2SO4 8M setelah dipanaskan selama 1 jam g ammonium molibdo fosfat standar dalam
pada suhu 90-100C. Larutan NaOH atau planset. Ditambahkan NH4OH tetes demi tetes
KOH 1 M juga dapat melarutkan rambut pada sampai ammonium molibdo posfat larut secara
suhu 90 - 100C selama 1 jam, tetapi NaOH homogen dan kemudian dikeringkan. Efisiensi

PSPKR-BATAN 195
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

dihitung dengan cara relatif yaitu


membandingkan hasil cacahan sumber standar DAFTAR PUSTAKA
dengan aktivitasnya, rata-rata efisiensi
diperoleh untuk 4 kali perlakuan adalah 55 %. 1. Y. FENG, K. S. BROWN, W. H.
Dengan cara yang sama, 0,2 ml larutan standar CASSON, G. T. MEI, L. F. MILLER and
(Sr-90/Y-90) ditambahkan kepada sederetan M. THEIN, "Determination of Neutron
berat amonium molibdo posfat standar. Laju Dose From Criticality Accidents with
cacah (Sr-90/Y-90) pada ketebalan 1 gram Bioassays for Sodium-24 in Blood and
ammonium molibdo posfat standar dibanding- Phosphorus-32 in Hair", Oak Ridge
kan terhadap laju cacah pada masing masing National Laboratory report, ORNL/TM-
ketebalan. Kurva yang diperoleh diperlihatkan 12028,(1993).
pada Gambar 5. Kurva standar ini digunakan 2. HASL, "Procedures Manual", U.S. Atomic
untuk mengoreksi efisiensi cacahan contoh Energy Commision, New York, (1972).
terhadap ketebalan endapan contoh. 3. Introduction to Tennelec Low Back-ground
Berdasarkan data hasil laju cacahan Counting Systems and Instruction Manual,
latar pada Tabel 1 dan efisiensi pencacahan, "Automatic Low Background a/p Counting
diperoleh harga aktivitas minimum P-32 yang System model LB 5100", Tennelec Inc.,
dapat dideteksi (MDA) untuk prosedur analitik Oak Ridge, USA (1985).
ini = 0,05 Bq. Harga ini diperoleh dengan
menggunakan persamaan berikut:
DISKUSI
4,66.VBg
MDA = Supandi - PPSM
60.E.VT Biasanya untuk penentuan dengan metode
aktivasi neutron digunakan juga dengan
dimana, E=efisiensi, T = waktu cacah (menit), referensi standar. Upaya pendekatan apa dari
Bg = laju cacahan latar (cpm). hasil percobaan tersebut mohon dijelaskan.
Contoh rambut dengan berat dan
waktu iradiasi yang bervariasi dianalisis Syarbaini
dengan metoda analitik ini, hasil disajikan pada Penelitian ini masih penelitian tahap awal.
Gambar 6. Aktivitas P-32 yang terbentuk Selanjutnya memang akan diaplikasikan
bertambah dengan pertambahan berat dan terhadap referensi standar untuk melihat sejauh
waktu iradiasi. Bila fluens dan energi neutron mana ketepatan dan ketelitian metode ini.
diketahui, maka perkiraan dosis kecelakaan
kekritisan melalui analisis P-32 dalam rambut Junaidi - PT. Fajar Mas Murni
dapat dilakukan. 1. Apa pengaruh P-32 dalam rambut
2. Apa alasan Bapak untuk meneliti P-32
KESIMPULAN dalam rambut.

P-32 dalam rambut yang teraktivasi Syarbaini


oleh neutron cepat, dapat dipisahkan dengan 1. Dalam kondisi normal P-32 tidak
baik dari unsur-unsur produk aktivasi lainnya ditemukan dalam rambut. P-32 terbentuk
dengan teknik pengendapan sebagai ammonium dalam rambut apabila seseorang terkena
molibdo posfat. Aktivitas P-32 pada endapan paparan neutron.
dapat diukur dengan alat cacah sistim a/p. 2. yang terbentuk dalam rambut dapat
Pengukuran aktivitas P-32 dengan digunakan sebagai dosimeter neutron cepat.
metoda ini perlu dikoreksi terhadap ketebalan
endapan, cacahan latar, efisiensi alat, rekoveri
dan waktu peluruhan.

PSPKR-BATAN
196
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

30000

Percobaan
Tccrilis
20000 -

10000 -

0 1 2 3 4
xTl/2
Gambar 1 : Kurva peluruhan P-32 dalam rambut
tanpa pemisahan kimia

Gambar 2 : Spektrum gamma contoh rambut tanpa pemisahan

PSPKR-BATAN 197
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854^085

20000

Percobaan
Teorilis

= 10000-

0
1 2 3
xTl/2
Gambar 3 : Kurva peluruhan P-32 dalam rambut
dengan pemisahan kimia

Gambar 4 : Spektrum gamma contoh rambut setelah pemisahan

PSPKR-BATAN 198
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854^*085

13 - 1 - 40000 1

y = 0 54202 9 6864e-3x
1 2 -

30000-
a
2 , i

o
en
1.0 -
s
8
4-1
20000-

0.9 -
<
10000-
0.8

0.7
~i r--> r
10 20 30 40 50 60 70
4 6 8 10
Kctcbalan endapan (mg/cm ) wakoi iradiasi (merit)

Gambar 5 : Kurva koreksi "self absortion" Gambar 6 : Kurva hasil pencacahan P-32 dengan
untuk P-32 variasi berat rambut dan waktu iradiasi

Tabel 1 : Laju cacahan latar contoh rambut blanko

Berat Waktu Cacahan Laju Cacahan


(g) (menit) (cpm)
0,5079 30 4,50
0,5007 30 4,65
0,4955 30 4,52
0,5248 30 4,59
0,5142 30 4,57
0,5014 30 4,30
0,5030 30 5,13
0,5033 30 4,48
0,5029 30 4,50
0,4990 30 4,60
RERATA 4,58

PSPKR-BATAN 199
Presiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN =0854-4085

KELOMPOK B :

KESELAMATAN LINGKUNGAN,

KESEHATAN DAN EFEK RADIASI

PSPKR - BAT AN
Presiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085 ID0000081

PENENTUAN KONSENTRASICEMARAN Pu-239/240


DALAM IKAN DAN UDANG
DI BEBERAPA LOKASI DI SEMENANJUNG MURIA DAN SEKITARNYA
Marzaini Nareh, Asep Warsona, Tutik Indiyati, Yurfida
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENENTUAN KONSENTRASI CEMARAN Pu-239/240 DALAM K A N DAN UDANG DI
BEBERAPA LOKASI DI SEMENANJUNG MURIA DAN SEKITARNYA Telah dilakukan penentuan
konsentrasi cemaran Pu-239/240 dalam ikan dan udang di beberapa lokasi di Semenanjung Muria dan sekitamya.
Contoh dikumpulkan dari 10 lokasi. Setelah contoh diabukan ditambah perunut Pu-242, dan selanjutnya abu
diekstraksi dengan HNO3 8M, filtrat diendapkan melalui penambahan NH4OH, endapan dilarutkan dengan HNO3
8M. Pu dalam larutan diisolasi dari berbagai pengganggu melalui pemisahan dengan penukar anion. Eluen yang
diperoleh dielektrodeposisi pada arus 1 A, tegangan 10 volt dan waktu 1 jam, kemudian dicacah dengan Spek-
trometer alfa. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi Pu-239/240 dalam semua contoh yang diambil
nilainya di bawah batas deteksi terendah (BDT). Kedapat ulangan analisis pemisahan yang diperoleh dari perunut
Pu-242 yang ditambahkan pada setiap contoh berkisar antara 35,17 % - 65,47 % pada ikan dan 30,92 % - 60,39%
pada udang.

ABSTRACT
DETERMINATION OF Pu-239/240 POLLUTAN CONCENTRATION IN FISH AND SHRIMP AT
SEVERAL LOCATIONS IN MURIA PENINSULA AND ITS SURROUNDING. The determination of
Pu-239/240 pollutan concentration in fish and shrimp at several locations in Muria Peninsula and its surrounding
has been carried out. The fish and shrimp samples were collected from 10 locations. After ashing, the samples
were added with Pu-242 tracer, Pu precipitated by addition of NH4OH, the precipitate dissolved by HNO3 8M.
The solution containing Pu was isolated from the impurities by anion exchange. The eluent obtained is
electrodepo-sited at current of 1 ampere and potential of 10 volt and for 1 hour, and then counted using Alpha
Spectrometer. The measurement results show that the concentration of Pu-239/240 in all samples are less than
lowest detection limit (BDT), whereas the recovery of the separation analysis obtained from addition of Pu-242
tracer to each samples are in the range of 35.17 % - 65.47 % for fish and 30.92 - 60.39 %.

PENDAHULUAN dilakukan oleh negara-negara maju seperti


Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggeris dan
Radionuklida Pu-239 merupakan salah Perancis tercatat pada tahun 1954 - 1958,
satu dari unsur transuranium yang ada di 1961-1962 dan 1964. Sebelum tahun 1979
lingkungan. Radionuklida tersebut terutama percobaan nuklir dilakukan diatmosfir, sejak
berasal dari percobaan nuklir dan limbah tahun 1979 percobaan nuklir dilakukan di
instalasi nuklir. Selain itu Pu-239 dapat juga bawah tanah (2), sehingga cemaran radio-
terbentuk dari biji uranium yang menangkap nuklida hasil fisi yang berasal dari atmosfir
netron sebagai hasil fisi spontan uranium di sejak tahun 1979 dapat diabaikan.
alam, Pu-239 yang berasal dari alam sangat Pada umumnya dari suatu reaktor lebih
sedikit, sehingga keberadaannya dapat dari 50% Pu-239 akan mengalami fisi dan
diabaikan. Disamping itu Pu dapat juga sebagian kecil menangkap netron dengan
berasal dari luruhan Cm, tetapi jumlahnya menghasilkan Pu-240, Pu-241, Pu-242 dan
sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Di laut Pu-243.
pergerakan Pu lebih dalam dari pada Cs-137 Pu-239/240 mempunyai radiotoksisitas
dan Sr-90, dan menurut Noshin di Atlantik 2 - sangat tinggi, yaitu termasuk dalam golongan
36 % Pu berada dalam sedimen (1). Ia (4), waktu paronya cukup panjang yaitu
Pada tanggal 16 M i 1945 dilakukan 24110 tahun, dengan organ kritik tulang dan
percobaan nuklir pertama di Gurun New paru-paru. Pu-239/240 dapat masuk ke dalam
Mexico Amerika Serikat, pada tanggal 6 tubuh manusia melalui dua jalur yaitu melalui
Agustus 1945 Bom atom dijatuhkan di pernafasan dan telanan.
Hiroshima, setelah itu dilanjutkan di Nagasaki. Di dalam publikasi Pu-239 dari data
Frekuensi percobaan nuklir tertinggi yang lingkungan biasanya dituliskan bersama dengan

PSPKR-BATAN 200
Prosiding Presentasi Tlmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085

Pu-240, karena energj kedua radionuklida Analisis


tersebut sangat berdekatan, sehingga hasil
Abu yang telah siap untuk dianalisis di
pengukuran merupakan campuran dari kedua
"leaching" dengan HNO3 8M. Filtratnya
radionuklida tersebut, dengan komposisi 60%
ditambah NH4OH, endapan yang terbentuk
Pu-239 dan 40% Pu-240 (2). Pada penelitian
dilarutkan pada HNO3 8M, ditambah air
ini akan ditentukan kandungan Pu-23 9/240
panas, lalu dipanaskan sampai timbul larutan
dalam ikan dan udang. Seperti telah diketaliui
seperti sirup. Ke dalam larutan ditambah
bahwa negara kita adalah negara kepulauan
HNO3 8M dan H2O2, dipanaskan pada
yang sekitar 70% wilayahnya adalah laut. Di
penangas pasir sampai mendidih, didinginkan
laut terdapat kekayan alam yang tak terhingga
pada suhu ruang dan disaring. Larutan
jumlahnya misalnya sumber protein seperti
dilewatkan kolom penukar anion yang telah
ikan dan udang. Sebagian besar masyarakat
dikondisikan dengan laju keluaran 1-2
Indonesia terutama yang berada di daerah
ml/menit. Kolom dicuci dengan HN0 3 8M,
pantai mengkonsumsi sumber protein hewani
eluen dan air cucian dibuang. Setelah kolom
laut seperti ikan dan udang. Data dari
dicuci kembali dengan HCl 8M dan air cucian
penelitian ini dapat digunakan untuk mem-
dibuang, kolom dielusi dengan campuran HJ
perkirakan dosis interna yang diterima oleh
O,1N/HC1 8M. Kemudian eluen dikeringkan
penduduk. Peneltian ini bertujuan untuk
pada penangas pasir. Setelah kering ditambah
mendapatkan data dasar kandungan
HCIO4, disaring, ditambah H2SO4 1,8M, lalu
Pu-23 9/240 dalam biota dan diharapkan data
dipanaskan pada penangas pasir sampai larut
yang diperoleh dapat menunjang data yang
dan timbul uap berwama putih. Ke dalam
diperlukan pada penyusunan Amdal PLTN.
larutan ditambah beberapa tetes timol biru dan
Contoh diambil dari 10 lokasi yang masih
beberapa tetes NEUOHO+l), sehingga
berada dalam ruang lingkup studi amdal untuk
diperoleh larutan berwarna kuning. Kemudian
pendirian PLTN ( Gambar 1 ).
ditambah beberapa tetes H2SO4 1,8M dan
diperoleh larutan berwarna kuning "pink" ( pH
2). Larutan dipindahkan kedalam sel elektro-
deposisi, selanjutnya dielektrodeposisi dengan
kondisi arus 1 amper, tegangan 10 volt, dan
waktu 1 jam. Satu atau dua menit sebelum
elektrodeposisi selesai ditambahkan 0,5 ml
NH4OH(1+1). Planset diambil, kemudian
dicuci berturut turut dengan aquades, NH4OH
1%, dan aquades. Planset dikeringkan pada
lampu IR dan dipanaskan pada hot plate
selama 5 menit. Akhirnya diukur pada
Spektrometer alfa (5,6).

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh


I. Kendal, 2. Demak, 3. Semarang, Pencacahan
4. Jepara, 5. Ujtmg Firing 6. Ujvng Pencacahan dilakukan pada Spektrc-
Palabuhan, 7. Beringin,8. Ujung meter alfa (Tennelec TB 4) dengan Detektor
Watu, 9. Tayu, 10. Rembang
Silikon Sawar Muka. Pencacahan dilakukan
selama 250.000 detik. Efisiensi pencacahan
TATA KERJA untuk standar Am-241 sebesar 19,17%.
Penyiapan contoh
Cara Menghitung
Contoh biota sebanyak 2 kg (ikan dan Konsentrasi cemaran Pu-23 9/240
udang) dibersihkan, lalu dibakar sampai dihitung dengan menggunakan persamaan
menjadi arang. Arang tersebut diabukan pada seperti dibawah ini(6):
suhu 450C, dan selanjutnya ditambah *, / /.N CcxlOOO
pengemban FeClj dan perunut Pu-242 ( 5,6 ). Aktivitas (mBq /1) =
ExRxBx60

PSPKR-BATAN 201
Presiding Presentasi Dtniali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Cc menyatakan laju cacah contoh (cpm), E batas deteksi terendah, yaitu dibawah 2,40
adalah efisiensi pencacahan yang didapat dari 10~^ mBq/l(7). Kemungkinan ini sangat logis
sumber standar Am-241 pada planset produk karena pada lokasi penelitian belum ada
LMRI (fraksi), R kedapat ulangan analisis kegjatan instalasi nuklir dan saat ini percobaan
yang didapat dari perunut Pu-242 (fraksi), B nuklir jarang dilakukan dan walaupun ada
menyatakan berat contoh (kg), 60 adalah faktor percobaan nuklir dilakukan dibawah tanah,
konversi dari dpm menjadi dps, 1000 adalah sehingga kemungkinan adanya jatuhan debu
faktor konversi dari Bq menjadi mBq. radioaktif dapat diabaikan. Seperti telah
Batas deteksi terendah pencacahan diketahui bahwa percobaan nuklir intensif
dengan tingkat kepercayaan 95% ditentukan dilakukan pada dekade enam puluhan dan
melalui persamaan berikut ini: menurun setelah dekade tersebut, sehingga
radionuklida jatuhan sebagai salah satu sumber
BDT - 4,66 ( C t / , b ) x 1000 Pu-239/240 secara global menurun juga.
ExBx60 Pada analisis contoh dalam penelitian ini
digunakan perunut Pu-242. Penggunaan
Cb adalah laju cacah latar belakang (cpm), tb perunut dimaksudkan untuk mengetahui
menyatakan waktu cacah latar belakang kedapat ulangan proses analisis. Dari tabel 1
dan diagram batang pada Gambar 2 terlihat
(menit).
kedapat ulangan pada analisis contoh tersebut
berkisar antara 35,17 dan 65,47 % untuk ikan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
antara 30,92 dan 60,39 % untuk udang.
Tampak bahwa harga kedapat ulangan analisis
Hasil pengukuran kandungan
tidak konstan, sehingga penambahan perunut
Pu-239/240 dicantumkan pada Tabel 1. Dari
perlu dilakukan pada setiap analisis contoh.
tabel tersebut terlihat konsentrasi Pu-239/240
Harga kedapat ulangan yang tidak konstan ini
dalam ikan dan udang pada semua lokasi di
mungkin disebabkan karena ketelitian pada
bawah batas deteksi terendah (BDT).
setiap pengerjaan tidak tetap, walaupun
prosedur yang digunakan sama. Ketidak telitian
Tabel 1 Hasil pengukuran Pu-239/240
dapat terjadi, misalnya pada penambahan
dalam ikan dan udang serta kedapatulangan
pereaksi, pemanasan, pengeringan, elusi,
perunut Pu-242 yang ditambahkan pada awal
pencucian dll. Dari harga kedapat ulangan
analisis contoh.
tersebut tidak ada keraguan bahwa ada kesa-
Ikan Udang lahan pengerjaan yang menyebabkan tidak
No Lokasi Aktivi Kedapat Aktvi Kedapat terdeteksinya Pu-239.
tas ulangan tas ulangan
mBq/kg (%) mBq/kg (%)
1. Keadal <BDT 35,17 <BDT 45,31
2. Demak <BDT 51,41 <BDT 30,92
3. Seinaraug <BDT 40,63 <BDT 48,16
4. Jepara <BDT 46,84 <BDT 49,83 ' : ;

5. U.Piriug <BDT 61,62 - -


6. U.Pelabuh <BDT 37,37 - -
an ^ . _ : ; : :

T
i
! : .

7. Beringjn - - - -
I S :
8. _j U. Wain <BDT 65,47 <BDT 60,39 p :
" '

n i i
9. Tayu <BDT 53,13 <BDT 47,65 " : '
s ;

!
1

10. Rembang <BDT 48,72 <BDT 59,11


j
1
1
Keterangan
i
"
;
:

BDT = batas deteksi terendah = 0,24 mBq/kg


= Tidak ada contoh

Gambar 2. Diagram batang kedapat ulangan


Tidak terdeteksinya Pu-239/240 dalam analisis Pu-239/240
ikan dan udang mungkin disebabkan oleh (1. Kendal, 2. Demak, 3. Semarang, 4. Jepara, 5. Ujung
konsentrasinya rendah sekali. Hal ini dijumpai Piring 6. Ujung Palabuhan, 7. Beringin, 8. Ujung Watu,
9. Tayu, 10. Rembang)
pula pada air laut di lokasi yang sama dimana
konsentrasi Pu-239/240 semuanya dibawah

PSPKR-BATAN 202
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085

KESIMPULAN DISKUSI

Konsentrasi Pu-23 9/240 dalam ikan dan Tur Rahardjo :


udang di Semenanjung Muria semuanya di Apakah telah dilakukan penentuan konsentrasi
bawah batas deteksi pengukuran. Untuk dapat cemaran Pu-23 9/240 dalam air laut pada 10
mengetahui konsentrasinya, mungkin diperlu- lokasi dan berapa batas deteksi terendahnya.
kan jumlali contoh yang lebih besar dari 2 kg Bila di air laut hasilnya rendah BDT-nya
atau dipilih contoh dengan akumulasi/faktor mengapa dilakukan penentuan konsentrasi
konsentrasi yang tinggi sehingga Pu-23 9/240 cemaran Pu-23 9/240 pada ikan dan udang ?.
yang mungkin ada dapat diukur. Harga kedapat
ulangan analisis bervariasi atau tidak konstan, Marzaini Nareh :
sehingga pada setiap analisis perlu Penentuan dalam air di 10 lokasi tsb telah
ditambahkan perunut. dilakukan. BDT-nya 2,4x10-3 mBq/1. Peneliti-
an ini dilakukan untuk mengetahui apakah di
DAFTAR PUSTAKA dalam ikan dan udang konsentrasinya juga di
bawah BTD mengingat ikan dan udang
1. IAEA, Reference Methods for Marine dimakan oleh manusia. Ikan dan udang
Studies II, Technical Report Series No. mempunyai faktor konsentrasi.
169, International Atomic Energy Agency,
Vienna, 1975, pp. 9. Suzie D.- PTPLR:
2. UNSCEAR, Ionizing Radiation: Sources Dari abstrak terlihat rentang kedapat ulangan
And Bilogical Effects, United Nations, untuk Pu-242 sangat besar (sekitar 30%).
New York, 1982, pp. 19. Apakah ini tidak mempengaruhi hasil ?.
3. KUDO A. et. al., Mobil Pu in Reservoir Apakah kira-kira penyebab rentang yang besar
Sediments of Nagasaki, Japan, Health tsb. ?.
Physics Vol. 54, No. 1, 1988,pp. 107-111.
4. BATAN, Ketentuan Keselamatan Kerja Marzaini Nareh :
Terhadap Radiasi, Keputusan Direktur 1. Recoverynya yang rendah akan
Jendral Batan No. PN 03/160/DJ/89, mempengaruhi ketelitian hasil.
BATAN, Jakarta, 1989, pp. 151. 2. Rentang yang besar mungkin disebabkan
5. Prosedur STA Fellow, di Reproccessing karena :
Plan PNC Tokai Work, Jepang, 1991. pengabuan yang sulit dilakukan karena
6. IAEA, Measurement of Radionuclides in tungkunya kecil sehingga contoh di-
Food and the Environments, Technical abukan pada cawan yang kecil (luas
Reports Series No. 295, International permukaan pengabuan rendah).
Atomic Energy Agency, Vienna, 1989, pp. Di samping itu kekonstanan pengerjaan
105-116. sulit (penambahan pereaksi dan per-
7. MARZAINI NAREH, Penentuan lakuan lainnya).
Konsentrasi Pu-23 9/240 Dalam Air Laut
di Beberapa Lokasi Semenanjung Muria M Yazid - PPNY :
dan Sekitarnya, Seminar Kelautan, BPPT, 1. Apakah ikan dan udang dapat dipakai
Jakarta, 1995. sebagai bioindikator pencemaran Pu-
8. JUNICHIRO et. al., Environmental Radio- 23 9/240 dalam air laut ?.
activity Around Tokai-Works after the 2. Apakah pernah diukur konsentrasinya
Reactor Accident at Chernobyl, J. Environ- dalam air laut ?. Kalau di air laut saja
mental Radioactivity 7, England, 1988, pp. tidak terdeteksi kenapa masih dicari di
17-27. udang ?.
3. Apakah tidak perlu dicari jenis bioindikator
lain ?.

PSPKR-BATAN 203
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085

Marzaini Nareh :
1. Ikan dan udang bukan sebagai bioindikator Sofrue M.Ch. - PAIR :
untuk Pu-239/240 tetapi biasannya adalah Dengan adanya kedapat ulangan untuk analisis
ganggang. pemisahan dari perunut Pu-242 sebesar 35,17-
2. Konsentrasi Pu-239/240 dalam air laut 65,47% pada ikan dan 30,92-60,39% pada
pemah diukur. Dilakukan pengukuran udang ini Saudara telah dapat melakukan
dalam ikan dan udang sebagai data dasar, analisis pada contoh ikan dan udang ?. Apakah
ikan dan udang punya faktor konsentrasi Saudara tidak berusaha untuk mencari
dan pihak luar se ring menanyakan tingkat prosedur yang lain sehingga kedapat
pencemaran di Indonesia. ulangannya > 80%. Karena suatu prosedur
3. Bioindikator perlu dicari. dapat dipakai jia kedapat ulangannya >80%.
Dan jika tidak diperoleh >80% maka perlu
Cerdas Tarigan - PTPLR : ditingkatkan untuk menganalisis sampel yang
1. Dalam larutan Pu berada dalam bilangan sebenamya.
oksidasi Pu(m), Pu(TV), Pu(V), Pu(VI)
dan Pu(VII). Plutonium dalam bentuk Marzaini Nareh :
Pu(TV) paling stabil dan terikat kuat Prosedur yang digunakan adalah prosedur
dengan HNO3 8M dan resin penukar IAEA dan digunakan di PNC Tokai Works.
anion. Apakah dilakukan oksidasi/reduksi Jadi prosedur ini baik. Kedapat ulangan yang
untuk membuat Pu(IV) dan menggunakan rendah mungkin disebabkan oleh pengabuan
reduktor/oksidator apa ?. Apakah kedapat yang kurang baik karena tungku yang kecil
ulangannya tinggi ?. sehingga digunakan cawan yang kecil (luas
2. Mengapa digunakan elektrodeposisi 1 A permukaan pembakaran kecil). Masalah
dan tegangan 10 volt ?. kedapat ulangan yang rendah tidak terlalu jadi
masalah karena perunut ditambahkan pada
Marzaini Nareh : setiap contoh, jadi kedapat ulangan terkontrol.
1. Pada analisis dilakukan oksidasi dan Tidak ada batasan harus lebih besar dari 80%.
reduksi. Oksidator yang digunakan H2O2,
sedangkan reduktornya NaNO2 . Syarbaini - PTPLR:
2. Dari hasil uji metode yang digunakan 1. Mengapa perunut Pu-242 ditambahkan
kondisi elektrodeposisi optimal pada 1 A setelah pengabuan. Apakah tidak
dan tegangan 10 volt. dipertimbangkan kemungkinan terlepasnya
Pu saat pengabuan ?.
June Mellawati - PAIR : 2. Berapa nilai batas deteksi terendah untuk
Hasil pengujian dengan penambahan perunut metoda yang digunakan ?.
Pu-242 recovery maksimum hanya 65 dan 60% 3. Berapa kg berat contoh yang dianalisis ?.
dan standard deviasinya cukup besar. Apakah
Saudara pernah membaca atau mendapatkan Marzaini Nareh :
metode pengukuran lain (walaupun belum 1. Penambahan perunut setelah pengabuan
dicoba) mengingat penentuan Pu cukup penting atas pertimbangan masalah kontamiansi
dan safety.
Marzaini Nareh : 2. Batas deteksi terendah pada percobaan ini
Prosedur yang digunakan adalah prosedur 0,24 mBq/kg.
IAEA dan digunakan di PNC Tokai Works jadi 3. Berat contoh antara 2-5 kg.
merupakan prosedur yang dapat dipertanggung
jawabkan. Bisa saja digunakan metode lain
tetapi tidak akan sebaik metode ini. Standar
deviasi yang cukup besar kemungkinan
disebabkan pada pengerjaan.

PSPKR-BATAN 204
Presiding Presentasi Ilmiak Keselamatan Radias dan Lingkungan, 20-21 Agistus 1996
ISSN: 0854-4085
ID0000082

PENENTUAN KONSENTRASI Cs-137 DAN Sr-90 DALAM TANAMAN


PANGAN DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA TIMUR.

Emlinarti, Minarni, Tutik Indiyati, Yurfida.


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN

ABSTRAK
PENENTUAN KONSENTRASI Cs-137 DAN Sr-90 DALAM TANAMAN PANGAN DARI
BEBERAPA DAERAH DI JAWA TIMUR. Telah dilakukan analisis kandungan Cs-137 dan Sr-90 di dalam
beberapa tanaman pangan seperti: bayam, kacang panjang, buncis, wortel, kol, kentang, cabe dan bawang yang
berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur yaitu : Tuban, Bojonegoro, Kediri dan Madiun. Contoh dianalisis
secara radiokimia setelah contoh dijadikan bentuk aba Cs-137 diikat dengan pereaksi ammonium
phospomolibdat, kemudian diukur menggunakan spektrometer gamma dengan detektor semikonduktor
germanium berkemurnian tinggi (HP-Ge). Sr-90 di analisis dengan menggunakan metode HNO3 berasap dimana
pengukuran dilakukan menggunakan pencacah berlatarbelakang sangat rendah sistem alfa/beta. Hasil analisis
menunjukkan bahwa konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 di dalam tanaman pangan yang dikumpulkan dari beberapa
daerah di Jawa Timur bervariasi dari di bawah batas deteksi (0,93 x 10'3)Bq/kg sampai (11,94 1,76) x 10"3
Bq/kg untuk Cs-137 dan dari di bawah batas deteksi (1,44 x 10"3) Bq/kg sampai ( 10,69 2,33) x 10"3 Bq/kg
untuk Sr-90. Hasil analisis ini relatif rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 dalam
beberapa tanaman pangan yang diukur di beberapa daerah Jepang seperti bayam, kol dan bawang.

ABSTRACT
DETERMINATION OF Cs-137 AND Sr-90 CONCENTRATIONS IN FOODSTUFFS FROM
SEVERAL PLACES IN EAST JAVA. Analysis of Cs-137 and Sr-90 concentration in foodstuffs samples such
as : spinach, bean, greenpeas, carrot, cabbage, potato, chili and red onion collected from several places in East
Java i.e., Tuban , Bojonegoro, Kediri, and Madiun had been conducted. After ashed, the samples were analyzed
radiochemically. Cs-137 was reacted with ammonium phosphomolibdate and measured using the Gamma
Spectrometer with the high purity germanium detector (Hp-Ge). Sr-90 was analyzed using fuming HNO3
method and measured by alpha/beta Low Background Counter system. The result showed that Cs-137 and Sr-90
concentration in the foodstuffs were varied from less than minimum detectable concentration (0,93 x 10"3)
Bq/kg to (11,94 1,76) x 10"3 Bq/kg for Cs-137 and less than minimum detectable concentration (1,44 x 10"3)
Bq/kg to (10,69 2,33) x 10'3 Bq/kg for Sr-90. These analysis results were lower than those of Cs-137 and
Sr-90 concentration in foodstuffs collected from several places in Japan i.e. spinach, cabbage and red onion.

PENDAHULUAN dan diawasi secara serius akan dapat


menurunkan kualitas lingkungan.
Dari tahun ke tahun kebutuhan akan Pemantauan adalah salah satu cara
energi listrik terus meningkat terutama untuk pengawasan lingkungan yang dapat dirasakan
daerah Jawa yang merupakan daerah industri, manfaatnya guna mengetahui secara dini
untuk itu pemerintah merencanakan untuk pencemaran lLngkungan oleh zat radioaktif
memanfaatkan energi nuklir sebagai sal ah satu akibat suatu kegiatan instalasi nuklir maupun
sumber energi disamping minyak bumi, percobaan nuklir.
batubara, tenaga air, gas dll. Pada tahun dua Cs-137 dan Sr-90 merupakan radio-
ribuan direncanakan akan dibangun Pem- nuklida hasil fisi yang tersebar di permukaan
bangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di bumi sebagai akibat percobaan nuklir yang
pantai Utara Jawa, Daerah Tingkat II Jepara, dilakukan oleh beberapa negara besar dan
propinsi Jawa Tengah. kecelakaan reaktor yang tidak terkendali.
Dengan meningkatnya penggunaan Kedua radionuklida ini digunakan sebagai indi-
teknologi nuklir di masa mendatang baik di kator ada tidaknya atau tinggi rendahnya
Indonesia maupun manca negara maka cemaran hasil fisi di lingkungan karena
pengawasan terhadap kemungkinan pencemar- mempunyai waktu paro yang panjang, yaitu
an lingkungan oleh zat radioaktif perlu Cs-137 = 28 tahun dan Sr-90 = 30 tahun, dan
dipantau secara terus menerus karena teknologi radiotoksisitas yang tinggi. Bila masuk ke
nuklir juga dapat melepaskan limbah seperti dalam tubuh manusia (melalui rantai makanan)
teknologi lainnya, yang apabila tidak ditangani Cs-137 akan terakumulasi pada hati, limpa dan

PSPKR-BATAN 205
Presiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radias dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

otot karena mempunyai sifat kimia yang (ammoniumphos-pomolibdat), diaduk 1 jam,


menyerupai kalium sedangkan Sr-90 akan didiamkan semalam, dan kemudian disaring.
terakumulasi dalam tulang karena bersifat Untuk menyamakan geometri dengan standar,
seperti kalsium [1]. endapan dilarutkan dengan NaOH 6N,
Pemantauan konsentrasi Cs-137 dan dimasukkan ke dalam tabung marineli dan
Sr-90 di dalam tanaman pangan dilakukan di volume dijadikan 900 ml dengan air suling.
beberapa daerah di sekitar Tuban, Bojonegoro, Contoh diukur dengan spektrometer
Kediri, dan Madiun dimana daerah-daerah ini gamma menggunakan detektor semi konduktor
terletak pada bagian barat Jawa Timur yang germanium dengan kemurnian tinggi (HP-Ge)
berdekatan dengan propinsi Jawa Tengah dengan waktu pecacahan 17 jam untuk
(calon lokasi PLTN). Tujuan pemantauan ini masing-masing contoh [3,4].
untuk mendapatkan data dasar (base-line data) Untuk mendapatkan kedapatulangan,
sebelum PLTN beroperasi serta mengetahui pada saat analisis contoh selalu diikuti dengan
keadaan tingkat radioaktivitas lingkungan. analisis satu contoh yang ditambahkan larutan
standar Cs-137 yang diketahui aktivitasnya dan
METODE diperlakukan sama seperti pada analisis contoh.
Perhitungan konsentrasi Cs-137 pada
Pengambilan Contoh masing-masing contoh dengan cara relatif yaitu
dengan membandingkan luas puncak contoh
Pemantauan konsentrasi Cs-137 dan
dengan luas puncak standar pada geometri
Sr-90 di dalam tanaman pangan dilakukan
yang sama. Kesalahan hasil pengukuran
pada 4 daerah di bagian barat Jawa Timur
dilakukan dengan metode statistik dan
yaitu daerah sekitar Tuban, Bojonegoro, Kediri
dinyatakan dalam bentuk simpangan baku
dan Madiun. Pengambilan contoh dilakukan
(standar deviasi) dimana untuk tingkat
pada bulan September 1993. Contoh diambil
kepercayaan 68 % dinyatakan dengan
dari 4 daerah di Jawa Timur dimana pada
persamaan sebagai berikut [3,4] :
setiap daerah diambil satu contoh untuk setiap
jenis tanaman yang tumbuh pada daerah
tersebut seperti: bayam, kacang panjang, Sd = VCc / tc + Cb / tb
bunds, wortel,kol, kentang, cabe dan bawang.
Semua jenis tanaman ini dijumpai pada daerah Konsentrasi Cs-137 dihitung meng-
sekitar Madiun, sedangkan untuk 3 daerah gunakan persamaan sebagai berikut: [3,4]
lainnya hanya dijumpai 4 jenis tanaman pangan
yaitu : bayam, kacang panjang, cabe dan acVCc/tc + Cb/tb
bawang [2]. A = x As
asxRxW
Penyiapao contoh dimana ;
Semua contoh dengan berat segar masing- A = aktivitas Cs-137 (Bq/kg)
masing 5-10 kg dibakar sampai menjadi a rang, ac = luas puncak contoh yang telah dikurangi
diabukan pada suhu 400C dalam furnace dengan luas puncak latar belakang.
hingga abu berwarna putih dan selanjutnya as= luas puncak standar yang telah dikurangi
siap dianalisis. dengan luas puncak latar belakang.
As = aktivitas standar (Bq)
Analisis Cs-137 Cc = laju cacah contoh (cps)
Cb = laju cacah latar belakang (cps)
Abu dibasahi dengan air suling, tc = waktu pencacahan contoh (detik)
ditambah masing-masing 50 mg pengemban tb = waktu pencacahan latar belakang (detik)
Cs dan Sr, lalu dilarutkan dengan asam nitrat R = kedapatulangan dalam analisis (%)
pekat dan kemudian disaring. Kedalam filtrat W = berat contoh yang dianalisis (kg).
ditambahkan asam fosfat dan ammoniak untuk
mengendapkan unsur-unsur golongan II (Ca,Sr, Konsentrasi terendah yang dapat
Ba dll), endapan ini untuk pemisahan Sr. dideteksi (minimum detectable concentration)
Filtrat dijadikan pH-2, ditambah 1 gram AMP

PSPKR-BATAN 206
Presiding Presentasi Omiah Keselamatan Radias dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

yang disingkat dengan MDC, dinyatakan dalam gunakan persamaan di atas, sama seperti untuk
persamaan berikut [3,4] : Cs-137, begitu juga untuk menghitung
simpangan bakunya.

MDC = HASIL DAN PEMBAHASAN


ExW
Hasil pengukuran konsentrasi Cs-137
dimana : E = efisiensi pencacahan (%)
dan Sr-90 di dalam contoh tanaman pangan
yang dikumpulkan dari beberapa daerah di
Analisis Sr-90 Jawa Timur diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2.
Endapan pada hasil pemisahan di atas Konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 pada
dilarutkan dengan sedikit HNO3, kemudian Tabel 1 dan Tabel 2 bervariasi, dimana untuk
ditambahkan HNO3 berasap untuk memisahkan Cs-137 berkisar antara di bawah batas deteksi
kalsium, sehingga diperoleh Sr dan Ba dalam (< MDC) sampai (11,94 1,76) x 10"3 Bq/kg
endapan. Barium dipisahkan dan Sr dengan di dalam bawang yang berasal dari daerah
cara pengendapan dengan NaCrO4. Larutan Sr sekitar Kediri. Konsentrasi Sr-90 di dalam
ditambah dengan pengemban yitrium dan tanaman pangan pada Tabel 2 juga bervariasi,
didiamkan selama 2 minggu untuk kesetim- mulai dari di bawah batas deteksi sampai
bangan Sr-90 dan Y-90. Setelah 2 minggu (10,692,33) x 10'3 Bq/kg yang dijumpai pada
ditambahkan larutan asam oksalat 8 N bayam dari daerah sekitar Tuban.
sehingga terbentuk endapan yitrium oksalat, Data pada Tabel 1 dan Tabel 2 bila
lalu disaring dan dicacah dengan LBC (Low dibandingkan dengan penelitian yang sama
Background Counter) dengan waktu pada tahun sebelumnya (2 periode) untuk
pencacahan 60 menit untuk masing-masing beberapa daerah di seluruh Jawa Tengah (11
contoh [3,4]. daerah) hampir sama, tidak begitu jauh berbeda
Untuk mendapatkan kedapatulangan dimana konsentrasi rata-rata Cs-137 untuk 8
dilakukan perlakuan yang sama seperti analisis jenis tanaman pangan bervariasi dari (3,89
contoh dengan menambahkan larutan 1,58) x 10"3 Bq/kg di dalam bayam sampai
standar Sr-90 yang diketahui aktivitasnya. (10,74 2,44) x 10"3 Bq/kg di dalam kol dan
Konsentrasi Sr-90 dalam contoh untuk Sr-90 bervariasi dari (2,26 1,00) x 10"3
dihitung dengan menggunakan persamaan Bq/kg di dalam bawang sampai (7,70l,89) x
sebagai berikut [3,4] : 10'3 Bq/kg di dalam bayam. Konsentrasi
rata-rata Cs-137 dan Sr-90 di dalam beberapa
acVCc/tc + Cb/tb tanaman pangan untuk daerah Jawa Tengah
A = Bq / kg dapat dilihat pada Tabel 3 [5,6].
E R Fl F2 W Data yang diperoleh dari penelitian ini
dimana : masih jauh lebih rendah dari di Jepang untuk
A = aktivitas Sr-90 (Bq/kg) beberapa tanaman pangan pada tahun 1991
ac = laju cacah contoh yang telah dikurangi dan 1992 (tabel4) [7,8].
dengan laju cacah latar belakang (cps) Adanya perbedaan konsentrasi Cs-137 dan
Cc = laju cacah contoh (cps) Sr-90 di dalam tanaman pangan ini bisa
Cb = laju cacah latar belakang (cps) disebabkan karena keadaan meteorologi dan
tc = waktu pencacahan contoh (detik) juga letak lintang geografik, dimana dari waktu
tb = waktu pencacahan latar belakang (detik) kewaktu sebaran jatuhan radioaktif dari
E = efisiensi pencacahan (%) atmosfir ke bumi selalu berubah-rubah.
R = kedapatulangan dalam analisis (%) Perbedaan jenis tanah juga berpengaruh pada
Fl = faktor pertumbuhan Y-90 penyerapan Cs-137 dan Sr-90 oleh tiap-tiap
F2 = faktor peluruhan Y-90 individu tanaman. Begitu juga dengan di
W = berat contoh yang dianalisis Jepang, karena letak lintang geografiknya yang
berada di belahan bumi Utara dimana banyak
dilakukan percobaan senjata nuklir sehingga
Konsentrasi terendah yang dapat
konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 dalam tanaman
dideteksi (MDC) dihitung dengan meng-

PSPKR-BATAN 207
Presiding Presentasi Umiak Keselauiatan Radias daa Lingkungan, 20-21 Aguxtus 1996
ISSN: 0854-4085

pangannya lebih tinggi dibandingkan dengan EMLINARTI, YURFIDA, LELI


Indonesia yang berada pada belahan bumi NIRWANNI, BUCHORI, Penentuan
Selatan yang belum mempunyai PLTN. konsentrasi Cs-137 dalam sayuran dari
beberapa daerah di Jawa Tengah,
Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan
KESEMPULAN DAN SARAN Lingkungan, PSPKR - BATAN, 1995.
1. Konsentrasi Cs-137 dan Sr-90 di dalam ANONIM, Radioactivity Survey Data in
tanaman pangan pada beberapa daerah di Japan Part 2, NTRS No.99, Chiba, 1992, p
Jawa Timur hasilnya bervariasi, dimana 14-15.
untuk Cs-137 dari di bawah batas deteksi ANONTJVL Radioactivity Survey Data in
sampai (11,94 1,76) x 10"3 Bq/kg, Japan Part 2, NIRS No. 103, Chiba, 1994,
sedangkan untuk Sr-90 dari di bawah batas p 13-15.
deteksi sampai (10,69 2,33) x 10"3
Bq/kg, data ini jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan data dari beberapa
tanaman pangan yang diukur di Jepang. DISKUSI
2. Didapatkan data konsentrasi Cs-137 dan
Ismanto - PSPKR:
Sr-90 di dalam beberapa tanaman pangan
1. 1 Menurut Anda daerah mana di Indonesia
pada beberapa daerah di bagian barat Jawa
yang diperkirakan paling banyak meng-
Timur yang berguna sebagai data dasar
andung Cs-137 dan Sr-90 ?.
yang menggambarkan tingkat radio-
2. Apa kira-kira peneybabnya ?.
aktivitas ling-kungannya yang nantinya
dapat dibandingkan dengan data yang
Emlinarti:
diperoleh setelah PLTN beroperasi.
1. Dari hasil pemantauan di 27 propinsi
3. Karena penelitian ini dilakukan hanya pada
melalui air hujan yang dilakukan sejak
beberapa daerah bagian barat Jawa Timur,
1982 diketahui konsentrasi Cs-137 dan Sr-
maka perlu dilakukan penelitian serupa
90 berbeda-beda dan umunya kecil dan
untuk daerah lainnya pada bagian tengah
hampir sama background.
dan timur sehingga didapatkan data dasar
2. Adanya Cs-137 dan Sr-90 mungkin
untuk seluruh wilayah Jawa Timur.
disebakan adanya kecelakaan reaktor
nuklir, percobaan senjata nuklir, peng-
DAFTAR PUST AKA
operasian instalasi nuklir ,dll.
1. ANOMM, Keputusan Dirjen BATAN,
tentang Ketentuan Keselamatan Kerja June Mellawati - PAIR :
Terhadap Radiasi, No: 24/DJ/H/1983, 1. Pada penentuan Cs-137 dan Sr-90
Batan, Jakarta, 1983. digunakan metode Amonium pospomolib-
2. SURVEI PERT AM AN, Produksi Tanam- dat. Bagaimana kondisi optimum metode
an Sayuran di Jawa, 1988, BPS, Jakarta. tsb. dan berapa recoverynya ?.
3. ANONEVLProsedur yang digunakan di 2. Hasil yang diperoleh bervariasi, bagaimana
Laboratorium Keselamatan Radiasi tanggapan anda atau mungkin ada
Lingkungan PSPKR-BATAN 1988. penyebabnya?.
4. A GUIDEBOOK, Measurement of Radio-
nuclides in Food and the Environment, Emlinarti :
IAEA Technical Report Series, No. 295, 1. Kondisi optimum dari metode ini adalah
1988. pH=2 dan waktu pengadukan. Recovery
5. EMLINARTI, SUTARMAN, ACHMAD berkisar 70-80%.
CH, TUTIK INDIYATI, Konsentrasi 2. Bervariasinya hasil disebabkan karena
Sr-90 di dalam sayuran di beberapa daerah keadaan meteorologi dan letak lintang
di Jawa Tengah, Presentasi Dmiah geografik, dimana dari waktu ke waktu
Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,
PSPKR-BATAN, 1994

PSPKR-BATAN 208
Presiding Presentasi Drniah Keselamatan Radias dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

Tabel 1. Konsentrasi Cs-137 di dalam tanaman pangan.


No. Asal Aktivitas Cs-137 (x W^ Bq/kg)
sampel
Bayani K. Panjang Bunds Wortcl Kol Kentang Cabe Bawang
l. Tuban 7,672,48 9,781,68 - - - - 9,362,33 3,08l,23
2. Bqjonegoro * 2,27l,00 - - - - 9,332,17 6,881,48
3. Kediri 10,872,43 3,451,44 - - - - 10,272,25 11,94*1,76
4. Madiun * 7,83l,02 7,661,48 6,100,96 11,411,46 8,562,44 *

Tabel 2. Konsentrasi Sr-90 di dalam tanaman pangan


No. Asal Aktivitas Sr90 (x 1 0 J Bqfltg)
sampel
Bayam K. Panjang Buncis Woitel Kol Kentang Cabe Bawang
l. Tubau 10,692,33 * - - - - 10,402,47 7,761,26
2. Bojonegoro 9,332,17 - - - - 9,252,05 2,58l,02
3. Kediri 10,272,25 3,691,63 - - - - 9,ll2,01 6,03l,18
4. Madiun 8,561,14 3,881,95 * * 6,541,64 3,01l,04 * *

Keterangan : * = dibawah batas deteksi (< MDC) = 1,44 x 10"3 Bq/kg


- = tidak ada contoh

Tabel 3. Konsentrasi rata-rata Cs-137 dan Sr-90 Tabel 4. Konsentrasi tertinggi Cs-137 dan Sr-90 di
di dalam beberapa tanaman pangan di Jawa dalam beberapa tanaman pangan di Jepang pada tahun
Tengah. 1991 dan 1992.

Jenis tanaman Jenis tana inau Aktivitas x 10"3 Bq/kg


pangan. Aktivitas x 103 Bq/kg paugau
Cs-137 Sr-90 Cs-137 Sr-90
Bayam 3,89 1,58 7,70 1,89
Bayam 170,0 13,0 180,0 10,0
Buncis 6,10 1,74 4,86 1,07
K. Panjang 7,24 2,08 3,07 0,96 Kol 88,0 7,2 260,0 9,0
Wortel 5,84 1,62 7,30 1,27 Bawang 29,0 7,6 69,0 13,0
Kol 10,74 2,44 6,60 1,64
Kentang 8,54 2,22 7,07 1,23
Cabe 5,12 1,57 6,96 1,78
Bawang 5,64 1,83 2,26 1,00

sebaran jatuhan radioaktif selalu berubah. Emlinarti:


Jenis tanah juga berpengaruh pada Dilakukan tindak lanjut oleh Biro Pengawasan
penyerapan radionuklida oleh tanaman. Tenaga Atom (BPTA) yang berwewenang.

Diah Lestari - BTKL : Syarbaini - PTPLR :


Bagaimana cara mendeteksi adanya cemaran Apakah nisbah aktivitas Cs-137/Sr-90 yang
Cs-137 dan Sr-90 secara morfologi pada diperoleh pada penelitian ini sama dengan
tanaman pangan tersebut ? nisbah untuk contoh sama di daerah Jepang ?.

Emlinarti: Emlinarti :
Secara morfologi pada tanaman pangan, Tidak sama. Untuk Jepang, nisbahnya lebih
cemaran Cs-137 dan Sr-90 tidak dapat besar daripada Indonesia untuk contoh sama
dideteksi.

M. Yazid - PPNY :

Andaikan dijumpai konsentrasi Cs-137 dan Sr-


90 melebihi batas tertinggi yang diijinkan,
bagaimana tindak lanjutnya ?.

PSPKR-BATAN 209
Presiding Presentasi llmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085 ID0000083

EFEKTIVITAS PRUSSIAN BLUE UNTUK


DEKONTAMINASI CESIUM-137 PADA TIKUS PUTIH
Zubaidah Alatas, Mukh Syaifudin, dan Siti Nurhayati
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
EFEKTIVITAS PRUSSIAN BLUE UNTUK DEKONTAMINASI CESIUM-137 PADA TIKUS
PUTIH. Telah dilakukan studi efektivitas Prussian Blue (PB) untuk dekontaminasi Cs-137 pasca kontaminasi
interna cesium nitrat melalui mulut. Cesium nitrat dengan aktivitas 527,97 Bq diberikan melalui mulut dan
diikuti dengan pemberian 25 mg/0,1 ml PB pada 0, 3, 6, 24, 0+24 jam pasca kontaminasi. Pengamatan
kandungan Cs-137 dalam berbagai organ dan jaringan dilakukan pada hari-hari ke 0 (6 jam), 1, 3, 7, dan 14
pasca kontaminasi. Sedangkan ekskresi Cs-137 melalui urin dan feces diamati setiap hari sampai hari ke 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PB segera pasca kontaminasi sangat efektif mengikat
Cs-137 dalam saluran pencernaan dan memperbesar eliminasi radionuklida tersebut dari dalam tubuh yang
mencapai sekitar 84,89% dalam 14 hari. Pemberian PB dua kali (0 dan 24 jam pasca kontaminasi) hanya
mampu mengekskresi Cs-137 sebesar 54,38%. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan sangat
nyata (P<0,0l) antar hari pengamatan dan antar perlakuan PB, dan juga antara hari pengamatan dengan
perlakuan PB.

ABSTRACT
EFFECTWITY OF PRUSSIAN BLUE FOR CESIUM-137 DECONTAMINATION IN WHITE
RAT. A study on the effectivity of Prussian Blue (PB) for Cs-137 decontamination orally post internal
contamination of cesium nitrate in white rat body had been carried out. Cesium nitrate with activity of 527.97
Bq was orally given and followed by oral administration of 25 mg of PB at 0, 3, 6, 24, 0+24 hours post
contamination. The contents of Cs-137 in various organs and tissues were observed on 0, 1, 3, 7 and 14 days
after the contamination. The daily excretions of Cs-137 through urine and faeces were observed for 14 days.
The results showed that the PB administration immediately post contamination was very effective to bind Cs-
137 in gastrointestinal tract and to enhance the elimination of the radionuclide from the body up to about
84.89% within 14 days. Whereas PB adinistration twice (0+24 hours) could only excrete Cs-137 about 54.38%.
From statistical analysis it is known that there is a significant difference (PO.01) among the observation
days and among the PB treatments , and also between observation days and treatments of PB.

PENDAHULUAN seperti waktu paruh biologi dan


metabolismenya di dalam tubuh. Faktor-faktor
Cs-137 yang mempunyai waktu paruh tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya
fisik 30,17 tahun merupakan salah satu [3]-
radionuklida hasil fisi pada percobaan senjata Cs-137 termasuk jenis radionuklida
nuklir di atmosfer yang dapat menimbulkan yang bersifat mudah larut sehingga mudah
kontaminasi lingkungan dan kontaminasi terserap oleh jaringan tubuh. Waktu paruh
interna pada manusia akibat masuk ke dalam biologiknya dalam tubuh mamalia kurang
tubuh baik melalui makanan maupun lebih 110 hari. Hasil penelitian menunjukkan
pernafasan (1). Cs-137 merupakan salah satu bahwa fraksi serapan rata-rata adalah 0,99
hasil fisi bahan bakar uranium atau plutonium untuk senyawa berbentuk klorida dan 0,82
di reaktor nuklir, sehingga kemampuan dalam untuk senyawa oksida [4].
menangani seseorang yang terkontaminasi Distribusi radionuklida dalam tubuh,
radionuklida tersebut sangat diperlukan pada waktu tinggal dalam organ serta laju
suatu kecelakaan instalasi nuklir (2). ekskresinya telah banyak dikemukakan dalam
Kontaminasi interna dapat disebab- berbagai literatur [5-8], akan tetapi informasi
kan karena mengendapnya radionuklida di distribusi untuk Cs-137 masih terbatas pada
dalam tubuh dan hal ini merupakan salah satu otot dan hati. Dalam percobaannya, para
perhatian paling penting dalam mempelajari peneliti memberikan radionuklida cesium
efek radiasi pada kesehatan manusia. Efek secara suntik, dimana hal ini tidak men-
kontaminasi interna dipengaruhi tidak hanya cerminkan kondisi yang terjadi pada suatu
oleh faktor fisik seperti distribusi dosis dan kecelakaan nuklir.
energi radionuklida, tetapi juga si fat biologi

PSPKR-BATAN 210
Prosiding Presentasi Ilmiah ICeselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agnstus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Zat radioaktif yang masuk ke dalam tikus diberi makanan dan minuman
tubuh dapat terendap dalam organ dan secukupnya.
jaringan selama waktu tertentu atau dieliminasi Organ, jaringan, karkas dan feces
secara alamiah dari dalam tubuh [9]. Eliminasi ditempatkan dalam botol 50 ml dan dilarutkan
bahan tersebut dapat dipercepat atau dicegah (didestruksi) dalam 5-10 ml asam nitrat 65%
penyerapan pada dinding usus dengan selama satu malam. Volume urin dan larutan
menggunakan bahan-bahan seperti dietilen- hasil destruksi dibuat sama dengan volume
triaminpentaasetat (DTPA), Prussian Blue, standar dengan menambahkan akuades.
atau isotop stabilnya. Pada 1965, Nigrovic Larutan standar dan sampel masing-masing
[dalam 10] menyatakan bahwa Prussian Blue dicacah dengan detektor Germanium
(ferri ferrosianida), yang merupakan senyawa Kemurnian Tinggi (HPGe) dilengkapi dengan
bersifat tidak larut dan tidak beracun, dapat Multi Channel Analyzer (MCA) pada
mengikat Cs-137 dalam saluran pencernaan tegangan kerja 2500 volt.
dengan cara membentuk kompleks stabil
sehingga mencegah penyerapan Cs-137 serta HASIL DAN PEMBAHASAN
mempercepat pengeluaran dari dalam tubuh
melalui feces. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
Dalam makalah ini disajikan hasil ini ditunjukkan pada Gambar 1 - 1 4 yang
penelitian distribusi Cs-137 dalam tubuh tikus diuraikan untuk setiap organ dan jaringan
pasca pemberian Cs-137 nitrat secara oral, beserta urin dan feses sebagai berikut:
dan efektivitas pemberian Prussian Blue secara
oral untuk mendekontaminasi radionuklida 1. Saluran pencernaan
tersebut. Dengan pemberian secara oral, dapat
Konsentrasi Cs-137 dalam saluran
didekati proses terjadinya kontaminasi interna
pencernaan tikus diberi PB segera setelah
pada suatu kecelakaan nuklir.
kontaminasi (0 jam) sangat tinggi pada hari 0
dan pertama dan menurun drastis pada hari ke
TATA KERJA
3. Hal ini menunjukkan bahwa PB yang
diberikan segera setelah kontaminasi mampu
Sebanyak 30 ekor tikus putih jantan,
mengikat radionuklida Cs-137 dan sangat
yang diperoleh dari Bagian Gizi Puslitbang
efektif mencegah penyerapan Cs-137 melalui
Penyakit Tidak Menular Depkes Salemba,
dinding saluran pencernaan. Rendahnya
dengan berat tubuh rata-rata 150 gram dan
konsentrasi Cs-137 pada hari ke 3 dan
umur 3 bulan, dibagi dalam 6 kelompok
sesudahnya disebabkan karena Cs-137 telah
masing-masing 5 ekor. Semua kelompok tikus
diekskresi melalui feces atau terserap dan
diberi larutan Cs-137 nitrat dengan aktivitas
terendap dalam berbagai organ dan jaringan
527,97Bq secara oral. Pada kelompok pertama
tubuh.
sampai ke lima masing-masing diberi 25 mg/
0,1 ml Prussian Blue (PB) yang dilarutkan Untuk tikus yang tidak diberi PB dan
dalam akuabides steril melalui mulut pada 0, 3, pemberian PB pada 3, 6 dan 24 jam pasca
6, 24, dan 0+24 jam (diberi PB dua kali yakni kontaminasi, konsentrasinya cukup rendah
pada 0 dan 24 jam) pasca kontaminasi. Sebagai karena radionuklida yang bersifat mudah larut
kontrol adalah kelompok ke enam yang tidak ini sangat cepat diserap oleh dinding usus dan
diberi PB. Pada hari ke 0 (6 jam), 1, 3, 7 selanjutnya terendap dalam organ-organ tubuh.
dan 14 pasca kontaminasi, tikus dibius dan Hal ini sesuai dengan pernyataan Swindon [9]
dibedah untuk diamati akti vitas Cs-137 dalam bahwa bahan radioaktif yang masuk melalui
organ jantung (tanpa darah), paru, hati, testis, saluran pencernaan akan terserap melewati
limpa, ginjal, otot, darah dari jantung, saluran dinding usus halus dan selanjutnya masuk ke
pencernaan, dan karkas. Ekskresi Cs-137 cairan tubuh dan akhimya terendap dalam
dalam urin dan feces diamati setiap hari berbagai organ dan jaringan tubuh.
sampai hari ke 14 dengan menempatkan tikus
dalam kandang yang dilengkapi dengan
penampung urin dan feces. Selama penelitian,

PSPKR-BATAN 211
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

3. Otot
Konsentrasi Cs-137 dalam otot tikus
yang tidak diberi PB dan diberi PB pada 3 jam
pasca kontaminasi masih cukup rendah pada
hari ke 0 (6 jam pasca kontaminasi) dan
kemudian naik sampai hari ke 7 dan menurun
landai pada hari berikutnya. Terjadinya
penurunan pada hari pertama dan kemudian
naik cukup tinggi pada hari ke 3 untuk tikus
diberi PB pada 3 jam pasca kontaminasi
menunjukkan bahwa PB hanya efektif menekan
Hari-hari pasca kontaminasi
konsentrasi sampai hari pertama dan kemudian
Gambar 1 : Konsentrasi Cs-137 dalam saluran terjadi translokasi cesium dari organ lain.
pencemaan tikus putih pada hari-hari pasca Dengan demikian diketahui bahwa otot
kontaminasi interna dan diberi berbagai perlakuan merupakan jaringan sasaran radionuklida
dengati Prussian Blue (PB) Cs-137. Richmond dan Bunde [10] menyatakan
bahwa laju sekresi Cs-137 tergantung antara
2. Darah Iain pada laju baliknya dalam jaringan tubuh,
Konsentrasi Cs-137 dalam darah terutama otot yang merupakan tempat terbesar
tampak sangat rendah pada setiap hari mengendapnya aktivitas Cs-137 seluruh tubuh.
pengamatan. Konsentrasi paling tinggi terlihat Pemberian PB sebagai dekontaminan
pada hari pertama untuk tikus tidak diberi PB terlihat sangat efektif karena konsentrasi
(0,9 Bq/g). Rendahnya konsentrasi Cs-137 di Cs-137 dalam otot sebagai jaringan target,
dalam darah disebabkan karena darah hanya sangat rendah terutama pada pemberian PB
merupakan media perpindahan radionuklida segera (0 jam) dan dua kali (pada 0 dan 24
tersebut dari organ/jaringan satu ke organ/ jam pasca kontaminasi). Rendahnya konsen-
jaringan lain. Pemberian PB sangat efektif trasi Cs-137 dalam jaringan ini disebabkan
menghindari penyerapan Cs-137 ke dalam karena Cs-137 telah dapat diikat oleh PB
jaringan ini karena penycrapan radionuklida pada dinding usus sebelum masuk ke dalam
tersebut melalui dinding saluran pencernaan otot. Cs-137 paling banyak mengendap dalam
dapat dicegah. Pemberian PB paling efektif otot karena radionuklida ini mengikuti pola
apabila diberikan segera (0 jam) dan dua kali unsur segolongannya yakni kalium yang paling
(0+24 jam) setelah kontaminasi. banyak ditemukan di dalam otot.

Keturangan :

Hari-hari pasca konlaminasi Hari-hari pasca kontaminasi

Gambar 2 : Konsentrasi Cs-137 dalam darah tikus Gambar 3 : Konsentrasi Cs-137 dalam otot tikus putih
putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan diberi
diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB). berbagai perlakuan dengan Pnissian Blue (PB)

PSPKR-BATAN 212
Presiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 408S

4. Hati tertentu akan meninggalkan organ/jaringan


tersebut, bersirkulasi ke seluruh tubuh dan
Pada hari ke nol (6 jam) pasca
kemudian dieliminasi dari tubuh, diserap
kontaminasi, konsentrasi cesium dalam hati
kembali oleh organ semula atau organ lain yang
tikus yang tidak diberi PB terlihat cukup tinggi.
mampu menyerapnya.
Hal ini disebabkan karena hati merupakan
organ tempat mengendapnya senyawa asing/
logam (racun) yang masuk ke dalam tubuh.
Konsentrasi Cs-137 dalam hati tikus yang 5. Ginjal
diberi PB pada 3 jam pasca kontaminasi lebih Fluktuasi konsentrasi Cs-137 dalam
rendah daripada hati tikus yang diberi PB pada ginjal tikus untuk semua perlakuan dengan PB
6 jam. Hal ini berarti pemberian PB pada 3 jam mirip dengan hati, hanya saja konsentrasi pada
pasca kontaminasi lebih efektif daripada hari 0 (6 jam pasca kontaminasi) untuk tikus
pemberian PB pada 6 jam. Namun demikian tidak diberi PB lebih tinggi daripada hati.
hati bukan merupakan organ sasaran Cs-137, Konsentrasi ini cukup tinggi disebabkan karena
karena pada hari ke 1 sampai 3, konsentrasi ginjal merupakan organ ekskresi bahan-bahan
Cs-137 menurun tajam dan menjadi sangat yang terserap ke dalam organ tubuh seperti
rendah pada 14 hari sesudah kontaminasi. radionuklida Cs-137 yang bersifat sangat
Konsentrasi Cs-137 dalam hati tikus diberi PB mudah terserap oleh tubuh.
segera (pada 0 jam) dan dua kali (pada 0 dan
24 jam) tampak sangat rendah pada setiap hari
pengamatan yang berarti penyerapan Cs-137
ke dalam organ hati dapat dihindari. Keterangan :
Tidafc diberi PB
PB pada o jam
PB pada 3 jam
PB pada 6 jam
PBpada 24 jam
PB pada 0 a 24 jam
lidek d<ben P8
PBpttdao p m
P8 pnda 3 jam
P8 pada 6 jwn
PB pacfci 24 jam
PO pada 0 & 24 p m

Hari-hari pasca kontaminasi

Gambar 5 : Konsentrasi Cs-137 dalam ginjal tikus


putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan
Hari-hari pasca konlaminasi
diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)

Gambar 4 : Konsentrasi Cs-137 dalam hati tikus putih


pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan diberi 6. Limpa dan Paru
berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)
Fluktuasi konsentrasi Cs-137 dalam
Terlihat juga adanya kenaikan pada limpa dan paru hampir sama. Pemberian PB
hari ke 7 pasca kontaminasi untuk tikus diberi segera (0 jam pasca kontaminasi) sangat
PB pada 24 jam pasca kontaminasi. Hal ini efektif mengikat Cs-137 dalam saluran
mungkin berhubungan dengan proses per- pencernaan sehingga dapat mencegah
pindahan radionuklida antara organ tubuh yang penyerapan Cs-137 ke dalam kedua organ.
satu ke organ tubuh yang lain melalui Akan tetapi penyerapan Cs-137 ke dalam
sirkulasi darah. Hal ini didukung oleh limpa dan paru lebih tinggi dibanding organ-
kenyataan terjadinya penurunan konsentrasi organ lain karena konsentrasi Cs-137 pada
Cs-137 dalam organ-organ lain. Seperti hari 0 (6 jam) dalam kedua organ lebih tinggi
dinyatakan oleh Swindon [9] bahwa suatu daripada organ-organ lain.
bahan yang terendap dalam organ/jaringan

PSPKR-BATAN 213
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 408S

Kotorangan :

Tidak dibeii PO
P8 pa da 0 tain
J"B pada 3 jam
PB pada 6 jain
PO pad 24 jam
PO pada O a 24 jam

Hari-hari pasca kontaminasi


Han-hari pasca kontaminasi
Gambar 6 : Konsentrasi Cs-137 dalam limpa darah Gambar 8 : Konsentrasi Cs-137 dalam jantung tikus
tikus putih pada hari-hari pasca kontaminasi internet putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan
dan diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue diberi berbagai perlakuan dengan Prussia?! Blue (PB)
(PB)

8. Tulang
7. Jantung
Konsentrasi Cs-137 di dalam tulang
Konsentrasi Cs-137 dalam jantung tampak cukup rendah pada setiap hari
tikus tidak diberi PB pada hari 0 (6 jam) pengamatan. Konsentrasi cukup tinggi terlihat
tampak sangat tinggi (15 Bq/g) dan paling untuk tikus yang tidak diberi PB. Pemberian
tinggi dibanding organ/jaringan lain. Hal ini PB segera dan dua kali tampak efektif
karena jantung merupakan organ pusat mencegah penyerapan Cs-137 oleh dinding
peredaran darah yang merupakan media saluran pencernaan sehingga Cs-137 yang
peredaran cesium untuk bersirkulasi ke masuk ke dalam tubuh dapat diperkecil. Oleh
seluruh tubuh. Konsentrasi ini menurun karena itu konsentrasinya dalam tulang juga
sangat tajam sampai had ke 3. Pemberian PB sangat rendah. Pemberian PB pada 3 jam
segera dan dua kali tampak sangat efektif pasca kontaminasi relatif Iebih efektif daripada
mencegah penyerapan Cs-137 melalui saluran pemberian pada 6 dan 24 jam, namun tidak
pencernaan sehingga pengendapan Cs-137 seefektif pemberian PB segera dan dua kali.
dalam organ ini tidak terjadi.
9. Karkas
Pemberian PB pada 3 jam sesudah
kontaminasi temyata lebih efektif daripada
Tidak ditwin PC pemberian pada 6 dan 24 jam untuk menekan
TO paida 0 pn
PC paIda 3 p m kandungan radionuklida dalam karkas.
PQ paida G fatn
PO ppida 24 fam
Pemberian PB segera dan dua kali (0+24
PB paids 0 6 24 |
jam) dapat mencegah penyerapan melalui
dinding usus sehingga juga sangat efektif
menghindari penyerapan Cs-137 ke dalam
jaringan karkas yang sebagian besar terdiri dari
otot dan tulang.

Hari-hari pasca kontaminasi

Gambar 7 : Konsentrasi Cs-137 dalam paru tikus putih


pada hari-hari pasca kontaminasi intema dan diberi
berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)

PSPKR-BATAN 214
Prosiding Presenlasi Hmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Ekskresi kumulatif Cs-137 melalui urin


lidak d.bori P8
(Gambar 12) terlihat tinggi untuk tikus tidak
P8 pada 0 j a n
PO pada 3 jam
diberi PB dan diberi PB pada 3, 6 dan 24 jam
PO pada 6 jam pasca kontaminasi, sedangkan tikus diberi PB
CO pada 24 j
PB pada 0 A 24 p i segera dan dua kali terlihat rendah. Hal ini
disebabkan karena dengan tidak adanya
dekontaminan PB, cesium mudah terserap ke
dalam jaringan tubuh dan akan diekskresi
melalui urin. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Korneev [7] bahvva sebagian besar cesium-137
yang masuk ke dalam tubuh akan diekskresi
lewat urin. Disebutkan juga oleh Behne [5] dan
Hari-hari pasca kontaminasi Swindon [9], cesium termasuk dalam radio-
nuklida kelas D (Day) yang berarti waktu paro
Gambar 9 : Kotisentrasi Cs-137 dalam tulang tikus biologik radionuklida itu adalah dalam hari,
putih pada hari-hari pasca kontaminasi intema dan dimana sebagian besar (hampir 100%) diserap
diberi berbagai perlahian dengan Prussian Blue (PB)
oleh saluran pencernaan dan akan terdistribusi
hampir merata di seluruh tubuh sehingga
ekskresi dari dalam tubuh akan lebih banyak
melalui urin. Oleh karena itulah dalam hasil
penelitian ini ginjal, yang merupakan alat
ekskresi bahan yang telah diserap oleh tubuh,
juga mengandung cesium dalam konsentrasi
yang cukup tinggi. Swindon [9] lebih jauh
mengemukakan bahwa bahan radioaktif yang
mudah larut akan diekskresi melalui urin dalam
beberapa jam setelah masuk tubuh dan
jumlahnya bertambah dalam 24 jam pertama.
Schwarz [11] dan Stather [12] juga
menyatakan bahwa cesium dieliminasi dari
Hari-hari pasca kontaminasi tubuh terutama melalui urin, sedangkan lewat
feces dan keringat relatif kecil.
Gambar 10 : Konsentrasi Cs-137 dalam karkas tikus
putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan
diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)

10. Urin
Hasil pengamatan terhadap ekskresi
cesium dalam urin menunjukkan adanya
aktivitas yang tinggi pada hari pertama untuk
tikus yang tidak diberi PB dan diberi PB pada
3, 6 dan 24 jam. Hal ini didukung oleh
kenyataan terjadinya penurunan aktivitas Cs-
137 dalam organ-organ tubuh pada hari-hari
sesudah hari pertama. Sedangkan ekskresi
Hari-hari pasca kontaminasi
cesium oleh tikus yang diberi PB segera dan
diberi dua kali terlihat cukup rendah. Hal ini
berarti tanpa PB dan pemberian PB yang Gambar 11 : Ekskresi Cs-137 melalui urin tikus putih
pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan diberi
tertunda menyebabkan terserapnya cesium ke berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)
dalam organ-organ tubuh yang selanjutnya
diekskresi melalui urin.

PSPKR-BATAN 215
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

11. Feces menunjukkan perbedaan yang sangat nyata


kecuali saluran pencernaan dan darah. Hal ini
Ekskresi Cs-137 melalui feces
menunjukkan bahwa aktivitas Cs-137 dalam
(Gambar 13) tampak sangat tinggi pada
tubuh sangat dipengaruhi oleh hari pengamat-
tikus yang diberi PB segera dan cukup tinggi
an dan oleh perlakuan PB. Sedangkan aktivitas
untuk tikus diberi PB dua kali. Ekskresi
Cs-137 dalam saluran pencernaan dan darah
melalui feces menurun pada hari ke dua dan
pada setiap hari pengamatan tidak dipengaruhi
tidak terjadi ekskresi yang berarti pada hari-
oleh perlakuan PB.
hari berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
dekontaminan PB mampu mengikat Cs-137
dengan membentuk kompleks yang stabil
;

dan menghindari terjadinya penyerapan melalui 3S0


Keteran an
" Tanpa dibori PB
dinding usus sehingga radionuklida tersebut 3OO " A Dibori PB pd 0 (wn

dapat dieksresikan melalui feces. ^ 250


&
d
Dibari P8 pd 3 (*..
Dibori P8 pd 6 pru
O Dibori PB pd 24 poi
e 1 Dibori PB pd 0& 24 fm
ti 200 -

Kelef angai
rnpa drboii PO ibO - , FECES
Oiboti PB pd O jam
Oibaii PB pd 3 jam
100
pibori PO pd 6 jam
Oibori PI! pd 24 fan
so ;
OOwn PB pdO&24

Hari-hari pasca kontaminasi

Gambar 13 : Ekskresi Cs-137 melalui feces tikus putih


pada pada hari-hari pasca kontaminasi interna dan
diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue (PB)

Hari-hari pasca kontaminas


Gambar 12 : Ekskresi kumulatif Cs~137 melalui urin
tikus putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna
dan diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue
(PB) Keterangan :
Tanpa diberi PB
Dfo*fi P6 pd 0 jam

Dari Gambar 12 dan 14 diketahui Diberi P9 pd 3 jam


Dteeri P8 pd 6 jam

bahwa sampai hari ke 14 pasca kontaminasi, Oibori P8 pd 24 Jam


Otoofi PB pd 0*24 ja
33,65% Cs-137 telah diekskresi melalui urin
dan feces oleh tikus yang tidak diberi PB.
Pemberian PB pada 0, 3, 6, 24 dan 0+24 jam
pasca kontaminasi, masing-masing meng-
ekskresi Cs-137 melalui urin dan feces sebesar
84,89%, 42,52%, 28,27%, 34,05% dan Hari-hari pasca kontaminasi
54,38%. Dengan demikian pemberian PB Gambar 14 : Ekskresi kumulatif Cs-137 melaui feces
segera (0 jam) setelah kontaminasi paling tikus putih pada hari-hari pasca kontaminasi interna
efektif mengekskresi Cs-137 dari dalam tubuh dan diberi berbagai perlakuan dengan Prussian Blue
(PB)
tikus dan ternyata lebih efektif daripada
pemberian PB dua kali (0+24 jam).
KESIMPULAN
Hasil analisis statistik terhadap
aktivitas Cs-137 dalam semua organ dan
Dari pembahasan di atas dapat
jaringan tubuh menunjukkan perbedaan yang
disimpulkan bahwa tanpa adanya Prussian
sangat nyata (P<0,001) antar hari-hari
Blue, konsentrasi Cs-137 dalam organ dan
pengamatan dan antar perlakuan PB. Interaksi
jaringan tikus terlihat tinggi terutama dalam
antara hari pengamatan dengan perlakuan PB
otot yang merupakan tempat terbesar
untuk semua organ dan jaringan juga

PSPKR-BATAN 216
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

akumulasi cesium dalam tubuh. Petnberian PB 7. STATHER, J.W. An analysis of t he


melalui mulut segera (0 jam) setelah whole-body retention of cesium-137 in
kontaminasi dan pemberian dua kali (0+24 rats of various ages, Health Physics Vol.
jam) sangat efektif mengikat cesium dalam 13, 1970,43-52.
saluran pencernaan dan mencegah penyerapan 8. BEGOVIC, J., STANKOVIC, S. AND
melalui dinding usus sehingga dapat mencegah MITROWIC, R., Dynamic of Cesium-
penyerapan Cs-137 ke dalam berbagai organ 137 Distribution in the muscle tissue of
dan jaringan tubuh. Pemberian PB pada 3 jam swine by single and repeated
pasca kontaminasi lebih efektif daripada contamination, In Radiation Protection
pemberian pada 6 dan 24 jam, namun tidak Vol. II, Pergamon Press, Oxford, 1980,
seefektif pemberian segera dan dua kali. p. 1029-1032.
Sampai hari ke 14 pasca kontaminasi, pem- 9. SWINDON, T.N., Manual on medical
berian PB segera setelah kontaminasi dapat management of individuals involved in
meningkatkan ekskresi radionuklida Cs-137 radiation accidents, Australian radiation
melalui urin dan feces sampai 84,89%, se- Laboratory, Victoria, 1991, 41-53.
dangkan pemberian PB dua kali hanya 10. MELO, D.R., LIPZSTEIN, J.L.,
mampu mengekskresi cesium sebesar 54,38%. OLIVEIRA, C.A. AND BERTELLI, L.
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya Cesium-137 internal contamination
perbedaan sangat nyata (P<0,001) antar hari involving a Brazillian accident, and the
pengamatan dan antar perlakuan PB, dan juga efficacy of Prussian Blue treatment,
interaksi antara hari pengamatan dengan Health Physics Vol. 66, No. 3, 1994, 245-
perlakuan PB. 252.
11. SCHWARZ, G. AND DUNNING, D.E.
DAFTAR PUSTAKA Imprecision in estimating of dose from
ingested Cs-137 due to variability in
1. CHANG, P.S., LIN, Y.M. AND LIN, human biological characteristics, Health
L.K., Cesium-137 content in blood of Physics vol. 4, No. 5, 1982, 631-645.
Taiwan residents, J. Radioanal .Nucl. 12. STATHER, J.W. Influence of Prussian
Chem., Letters 96,1985,105-110. Blue on metabolism of Cs-137 and Rb-86
2. NCRP REPORT No. 65, Managenent of in rats, Health Physics Vol 2, 1972, p. 1-8.
persons accidentally contaminated with
radionuclides, National Council on
Radiation Protection and Measurement,
Maryland, 1979, p. 23-24 , 77-78. DISKUSI
3. MATSUOKA, O. Biokineticmetabolism of
radionuclides and effects of internal
June Mellawati - PAIR :
exposure: In Health effects of low-dose
Pada pemberian PB segera pasca kontaminasi,
ionizing radiation, IAEA-JAERI, Japan,
kemampuan ekskresi 84,89%. Pemberian 2 kali
1994, p. 1-16.
lebih benyak ekskresinya menurun (54,38%).
4. ICRP PUB. 30, Limit for intakes of
Faktor-faktor apa yang menyebabkan
radionuclides by radiation workers, Vol. 2,
penurunan ekskresi dan mengapa penambahan
Pergamon Press, Oxford, 1979.
PB justru menurunkan daya ekskresinya ?
5. BEHNE, D. AND GEBNER, H.,
Effects of dietary K on the absorption and
Zubaidah Alatas :
excretion of radiocesium in the at, Health
Pemberian PB 2 kali yaitu segera dan 24 jam
Physics Vol. 53 No. 3, 1987, 331-332.
menunjukkan penurunan ekskresi melalui feces,
6. NIKULA, K.J, MUGGENBURG, B.A.,
hal ini mungkin disebabkan karena Cs-137
CHANG, I.Y., GRIFFITH, W.C., HAHN,
yang tidak terikat oleh PB pada pemberian
F.F. AND BOECKER, B.B. Biological
pertama telah diserap oleh sistem pencernaan
effects of Cs-137 chloride injected in
dan masuk ke aliran darah untuk dikeluarkan
beagle dogs, Radiation Research 142,
melalui urin sebelum sempat diikat oleh
1995,347-361.
pemberian PB kedua. Hal ini didukung oleh

PSPKR-BATAN 217
Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

data ekskresi Cs-137 melalui urin pada


pemberian 2 kali yang lebih besar dari
pemberian PB segera (1 kali).

Rochestri Sofyan - PPTN:


Pada penelitian ini kami tidak melihat adanya
tikus putih kontrol (tidak dikontaminasi dengan
Cs-137). Menu rut pendapat kami ini penting
untuk melihat efek pemberian PB pada kontrol.
Mohon penjelasan.

Zubaidah Alatas :
Dalam peneltian ini sebenarnya kami
menggunakan tikus kontrol yang tidak
dikontaminasi dengan Cs-137 tetapi diberi PB
saja. Karena tidak ada data pencacahan maka
data tidak ditampilkan.Tikus kontrol tersebut
menunjukkan kelainan morfologi dan tingkah
laku yang mungkin karena dosis PB yang
diberikan relatif rendah (25 mg/0,1 ml).

Sofriie M.Ch - PAIR :


Apakah dalam penelitian ini Saudara mem-
bedakan antara tikus jantan dengan betina ?.
Jika ya, bagaimana efektivitas PB di kedua
jenis kelamin tsb ?

Zubaidah Alatas :
Kami tidak membedakan tikus jantan dan
betina. Untuk keseragaman pelaksanaan
penelitian sehingga variasi-variasi yang
ditimbulkan dapat diperkecil, kami hanya
menggunakan tikus jantan.

PSPKR-BATAN 218
111111111111
ID0000084
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

137
AKUMULASI DAN PEMBUANGAN RADIONUKLIDA Cs
OLEH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Eri Hiswara, Poppy Intan Tjahaja dan Wahyudi


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
AKUMULASI DAN PEMBUANGAN RADIONUKLIDA 137Cs OLEH IKAN MAS (Cyprinus carpio).
Telah dilakukan penelitian untuk menentukan akumulasi dan pembuangan radionuklida l37Cs oleh ikan mas
(Cyprinus carpio). Percobaan dilakukan dengan menggunakan akuarium sebagai media pemeliharaan. Dean mas
dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi air sebanyak 70 liter dengan konsentrasi i37Cs sebesar 10 Bq/ml.
Dari vvaktu pengamatan 40 hari diketahui bahwa konsentrasi aktivitas pada ikan mengalami kejenuhan pada hari
ke 30. Kejenuhan pada hari ke 30 juga diperkuat oleh peiigamatan tambahan dengan konsentrasi 137Cs sebesar 5
Bq/ml dan 15 Bq/ml. Dean yang telah mengalami kejenuhan konsentrasi selanjutnya dipindahkan ke akuarium
tidak aktif untuk penentuan laju pembuangannya. Faktor transfer, yaitu nisbah konsentrasi pada ikan dengan
pada air pada hari ke 30, diperoleh sebesar (12,99 + 0,28) ml/g, sedang laju pembuangan 137Cs diperoleh sekitar
0,046 per hari, yang saina dengan umur paro biologik sebesar 15 hari.

ABSTRACT
ACCUMULATION AND ELIMINATION OF U7 Cs RADIONUCLIDE BY GOLD FISH {Cyprinus
carpio). A study to estimate accumulation and elimination of 137Cs radionuclide by gold fish (Cyprinus carpio)
has been carried out. The experiment used aquarium as a cultivating media. Gold fish was placed into aquarium
filled with 70 liter of water and 137Cs concentration of 10 Bq/ml. From the observing time of 40 days it was found
that activity concentration in fish became saturated in 30th day. Saturation after the 30th day was confirmed by
additional observation using 137Cs concentration of 5 and 15 Bq/ml. Saturated concentration fish was then
transferred to inactive aquarium to determine its elimination rate. Transfer factor, i.e., the ratio of 137Cs
concentration in fish to that in water, was found to be (l2.990.28) ml/g, whereas the elimination rate of 137Cs
was found to be 0.046 day'1, which correspond to a biological half life of 15 days.

PENDAHULUAN daging pada hewan atau daun, buah dan umbi


pada tanaman. Nisbah secara umum lazim
Dampak radiologik lepasan rutin
disebut sebagai faktor biokonsentrasi.
radionuklida dari suatu fasiiitas nuklir biasanya
' IAEA telah memberikan beberapa
dievaluasi dengan bantuan model matematik.
data faktor transfer baik untuk lingkungan
Dalam model ini jalur (pathway) radionuklida
darat [1,2] maupun laut [3]. Namun demikian,
dari titik lepasan hingga sampai ke manusia
data tersebut hanya berlaku untuk daerah
digambarkan sebagai transfer antara beberapa
dingin sampai sedang, sementara data untuk
kompartemen. Transfer radionuklida antar
daerah tropik belum tersedia.
kompartemen ini biasanya diberikan dalam
parameter transfer, atau faktor transfer. Pada makalah ini dilaporkan
percobaan untuk memperkirakan akumulasi
Dalam model yang sederhana faktor
dan laju pembuangan radionuklida 137Cs
transfer menggambarkan nisbah (ratio) kon-
dengan model sederhana, yaitu antara kom-
sentrasi radionuklida pada dua kompartemen
partemen media pemeliharaan ke ikan mas.
untuk kondisi kesetimbangan. Sedang dalam
Dari data akumulasi kemudian dapat
model yang kompleks diupayakan untuk
ditentukan faktor biokonsentrasi dan faktor
mendapatkan pergerakan radionuklida sebagai
transfernya. Faktor transfer ini dianjurkan oleh
fungsi vvaktu antar berbagai kompartemen
IAEA untuk diperkiraan sendiri mengingat
lingkungan. Model yang terakhir ini dikenal
nilainya sangat bergantung pada kondisi
sebagai model dinamik.
lingkungan masing-masing (site-specific) [1],
Faktor transfer pada dasarnya adalah
Radionuklida 137Cs yang memiliki umur paro
nisbah konsentrasi aktivitas radionuklida pada
30 tahun penting untuk dipelajari mengingat
jaringan suatu komponen lingkungan dengan
sifat fisiologi dan kimianya mirip dengan
konsentrasinya dalam medium setelah
potassium, unsur yang dikandung secara alami
dicapainya kejenuhan konsentrasi pada jaringan
oleh tubuh manusia. Ikan mas dipilih sebagai
tersebut. Faktor transfer biasanya dihitung
obyek penelitian karena ikan air tawar ini
untuk bagian yang dapat dimakan, seperti
banyak dikonsumsi oleh manusia.

PSPKR-BATAN 219
Prosiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

BAHAN DAN TATA KERJA sebagai larutan dengan volume 100 cc.
Pencacahan dilakukan dengan menggunakan
Bahan spekrometer gamma dengan detektor HPGe
Ikan mas dengan waktu pencacahan 30 menit untuk
setiap bagian ikan.
Ikan mas yang digunakan diperoleh
dari pasar lokal di Ciputat dan dipilih yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki berat sekitar 100 g. Untuk
penyesuaian dengan lingkungan percobaan, Percobaan dalam penelitian ini dibagi
ikan mas dimasukkan terlebih dahulu ke dalam atas dua tahap, yaitu tahap akumulasi l37Cs
kolam dengan ukuran 2 m x 1,5 m x 35 cm. oleh ikan dan tahap pembuangannya.
Setelah satu minggu ikan mas dipindahkan ke Parameter yang diamati dalam tahap pertama
tempat pemeliharaan. Makanan berupa pelet adalah faktor biokonsentrasinya, dan tahap
diberikan dua kali setiap hari di waktu pagi dan kedua laju pembuangannya. Faktor bio-
sore masing-masing sekitar 5 g. konsentrasi adalah nisbah konsentrasi B7Cs
dalam bagian tertentu dari ikan dengan
Tempat pemeliharaan konsentrasinya pada air, sedang laju
pembuangan diberikan sebagai persamaan K =
Media pemeliharaan yang digunakan In 2/Tb, dengan Tb adalah umur paro biologik.
adalah akuarium dengan ukuran 50 cm x 40 cm
Gambar 1 memperlihatkan faktor bio-
x 40 cm. Air tawar sebanyak 70 liter yang
konsentrasi radionuklida l37Cs sebagai fungsi
diambil dari air tanah digunakan sebagai media
waktu pengamatan pada ikan mas {Cyprinus
pemeliharaan. Penambahan oksigen ke dalam
carpio) yang dipelihara di dalam akuarium
air dilakukan dengan menggunakan pompa
yang berisi konsentrasi aktivitas 10 Bq/ml.
udara akuarium Turbo-Jet super 7800 yang
tersedia di pasaran.

Tata Kerja
Mengingat ukurannya yang tidak
terlalu besar, ke dalam satu buah akuarium
hanya dimasukkan ikan mas sebanyak 20 ekor
setiap kali percobaan. Tiga buah akuarium
yang digunakan masing-masing berisi 137Cs
dengan konsentrasi 5 Bq/ml, 10 Bq/ml dan 15
Bq/ml. Temperatur selama percobaan
dipertahankan sekitar 271C. Untuk penen-
tuan akumulasi, pencuplikan dilakukan setiap 5
hari untuk waktu pengamatan selama 40 hari
untuk konsentrasi 10 Bq/ml, sementara untuk
konsentrasi 5 dan 15 Bq/ml pengamatan hanya Gambar 1. Faktpr biokonsenirasi Cs-137 len^an aoviias
media 10 Bq/ml sebagai lungsi waktu jengafna-.an
dilakukan selama 30 hari. Sedang untuk
penentuan pembuangan, ikan yang dicuplik
setiap 5 hari selama 30 hari hanya yang berasal
dari akuarium yang berisi konsentrasi 10 Dari gambar terlihat bahwa sampai hari
Bq/ml. Setiap kali pencuplikan diambil tiga pengamatan ke 15, jeroan, yang sebagian besar
ekor ikan dari setiap akuarium. Sebagai kontrol terdiri atas saluran pencernaan makanan, lebih
dicuplik pula ikan yang dipelihara di akuarium banyak mengkonsentrasikan 137Cs daripada
tanpa penambahan radionuklida. organ tubuh yang lain, untuk kemudian
Setelah diambil dari akuarium setiap berangsur-angsur turun dan pada hari
ikan dibedah dan dipisahkan bagian daging, pengamatan ke 40 bahkan paling sedikit dalam
kepala, tulang dan jeroannya, untuk dicacah. mengkonsentrasikan radionuklida ini.
Scbclum dicacah bagian ikan didestruksi Kcnyataan ini sesuai dengan pernyataan
dengan HNO3 65% untuk tnenjadikannya Cember [4] bahwa l37Cs yang masuk ke dalam

PSPKR-BATAN 220
Prosiding Prescnlasi IlmiaJi Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

tubuh ikan pertama kali akan diserap hampir dengan bertambahnya waktu pengamatan.
seluruhnya oleh saluran pencemaan makanan. Untuk konsentrasi aktivitas media 10 Bq/ml,
Setelah hari pengamatan ke 15, radionuklida nisbah mencapai puncak pada hari pengamatan
137
Cs kemudian dipindalikan ke berbagai organ ke 30, yaitu pada nilai 13,11 ml/g. Nilai nisbah
tubuh yang lain. yang relatif konstan pada hari-hari pengamatan
Gambar 2 dan 3 memperlihatkan berikutnya menunjukkan bahwa konsentrasi
faktor biokonsentrasi radionuklida 137Cs pada radionuklida 137Cs di ikan telah menjadi jenuh
ikan yang dipelihara pada akuarium yang sejak hari ke 30 tersebut. Dari hasil
masing-masing berisi konsentrasi aktivitas 5 pengamatan ini dapat dikatakan bahwa faktor
dan 15 Bq/ml. Kedua gambar memperkuat transfer diperoleh setelah hari pengamatan ke
kenyataan bahwa sampai hari pengamatan ke 30. Kenyataan ini sesuai dengan dugaan
15, radionuklida l37Cs paling banyak di- Fujimoto [5].
akumulasi oleh jeroan sebelum didistribusikan Untuk konsentrasi aktivitas media 5
ke organ lain pada hari-hari berikutnya. dan 15 Bq/ml, faktor biokonsentrasi pada hari
pengamatan ke 30 masing-masing adalah 13,19
ml/g dan 12,67 ml/g. Nilai yang berdekatan ini
menunjukkan bahwa faktor transfer tidak
bergantung pada harga konsentrasi radio-
nuklida di dalam media.

*A\
Waklu pengamaia

Gambar 2. Faktor biokonspnuasi Cs-137 dengan aktivitas


media 5 Bo/ml sebagai fungsi waktu pengamatan.

10 Bq/ml + BQ/m * 1 Bq/ml

10 20 30 35 40
Waklu pengamalan (hari)

Gamtjar 4 Fakror biokonsenirasi Cs-137


pada daging sebagai lungsi waklu pengamatan.

Dengan ketiga nilai nisbah konsentrasi


ini, faktor transfer untuk radionuklida 137Cs
dari air ke ikan mas diperoleh sebesar
(12,99+0,28) ml/g.
Secara ekstensif IAEA telah mem-
berikan nilai faktor transfer untuk ikan yang
hidup di air tawar [2]. Nilai faktor transfer
Waktu pengamatan (had) 137
yang diberikan untuk radionuklida Cs
Gambar 3. Faklor biokonsentrasi Cs-137 dengan aktivitas
meaia 15 Bq/rnlsebagai (ungsi waktu pengamatan. bervariasi antara 3 x 101 dan 3 xlO3 L/kg,
dengan nilai yang diharapkan 2 x 103 L/kg.
Nilai-nilai yang diberikan IAEA ini tampak
jauh lebih tinggi dibanding dengan nilai yang
Gambar 4 memperlihatkan faktor diperoleh dari percobaan. Namun demikian
biokonsentrasi l37Cs pada daging untuk ketiga perlu diingat bahwa nilai yang diberikan oleh
jenis konsentrasi aktivitas yang berbeda. IAEA berlaku hanya untuk ikan yang hidup di
Terlihat bahwa faktor biokonsentrasi terus naik daerah yang beriklim dmgin hingga sedang.

PSPKR-BATAN
221
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Srivastava et.al. [6] telah mempelajari KESIMPULAN DAN SARAN


faktor biokonsentrasi ikan zebra (Brachydanio
rerio) yang hidup di iklim tropik. Nilai faktor Dari hasil penelitian ini diperoleh
transfer yang diperoleh setelah hari peng- faktor transfer radionuklida 137Cs dari air ke
amatan ke 60 adalah 14. Nilai ini terlihat ikan mas sebesar (12,99+0,28) ml/g. Selain itu
hampir sama dengan nilai yang diperoleh pada juga diperoleh kesimpulan bahwa nilai faktor
penelitian ini (12,99). Kedekatan ini mem- transfer tidak bergantung pada konsentrasi
berikan dugaan bahwa faktor transfer untuk radionuklida di dalam media dan ada dugaan
ikan air tawar yang hidup di iklim tropik bahwa faktor transfer untuk ikan air tawar
memiliki harga yang hampir sama. Namun yang hidup di iklim tropik memiliki harga yang
demikian dugaan ini perlu dipelajari lebih sama.
lanjut dengan melakukan penelitian terhadap Selain itu diperoleh pula kesimpulan
faktor transfer untuk berbagai jenis ikan tawar bahwa umur paro biologik 137Cs pada ikan mas
lain yang hidup di iklim tropik. adalah sebesar 15 hari, yang sama dengan laju
Gambar 5 memperlihatkan pem- pembuangan sekitar 0,046 per hari. Umur paro
buangan radionuklida l37Cs oleh ikan mas yang biologik ini diperkirakan bergantung pada
dipelihara pada akuarium yang berisi fisiologi masing-masing ikan.
konsentrasi aktivitas 10 Bq/ml. Terlihat bahwa Disarankan untuk melakukan pene-
semua organ membuang 137Cs dengan cepat litian dengan menggunakan berbagai jenis ikan
pada lima hari pertama, jeroan dan kepala air tawar lain yang hidup di iklim tropik
membuang [37Cs lebih cepat daripada tulang sehingga diperoleh nilai faktor transfer yang
dan daging. Dari gambar ini juga dapat lebih representatif untuk seluruh ikan air tawar
diperkirakan uraur paro biologik ikan dari laju tropik ini.
pembuangan di daging, yaitu sekitar 15 hari,
atau laju pembuangan sebesar 0,046 per hari. UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai dengan dana dari


Proyek Pengkajian dan Penelitian Keselamatan
Radiasi dan Keselamatan Lingkungan PSPKR
BATAN dengan nomor kode 21.07.13.95.

DAFTAR PUSTAKA

1. IAEA. Generic Models and Parameters for


Assessing the Environmental Transfer of
Radionuclides from Routine Releases.
Safety Series No. 57. IAEA, Vienna (1982).
2. IAEA. Handbook of Parameter Values for
25 30
pangamaun (na*O the Prediction of Radionuclide Transfer in
Garnbar 5. Pembuanoan rqdionuklida Cs-i37 Temperate Environments. Technical Report
oleh ikan mas sebagai lungsi waMu pengamalan.
Series No. 364. IAEA, Vienna (1994).
3. IAEA. Sedimen KdS and Concentration
Factors for Radionuclides in the Marine
Environment. Technical Report Series No.
Srivastava et.al. [6] melaporkan umur 247. IAEA, Vienna (1985).
paro biologik untuk ikan zebra diperkirakan 4. CEMBER, H. Introduction to Health
sekitar 51 hari dengan kondisi temperatur Physics. Oxford, Pergamon Press (1988)
percobaan yang relatif sama. Perbedaan ini 207.
diduga diakibatkan oleh fisiologi yang berbeda 5. FUJIMOTO, K. General Protocol for
antara ikan mas dengan ikan zebra. Transfer Parameter Measurement. Prepared
at the IAEA Research Coordination Meeting
on Transfer of Radionuclides from air, soil,

5
SPKR-BATAN 222
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

and freshwater to the foodchain of man in seiama proses akumulasi (pada akuarium aktif)
tropical and sub-tropical environment. tidak terjadi proses pembuangan ?. Mohon
Jakarta, November 1993. penjelasan.
6. SRIVASTAVA, A., DENSCHLAG, HO.,
KELBER, O. and URICH, U. Accumu- Eri Hiswara :
lation and Discharge Behavior of Cs-137 by Kami tidak secara kliusus mengamati adanya
Zebra Fish (Brachydanio rerio) in Different proses pembuangan seiama proses akumulasi.
Aquatic Environments. J. Radioanalytical Namun demikian menurut penelitian yang
and Nuclear Chemistry, Vol. 138 No.l dilakukan pada ikan zebra, proses pertukaran
(1990) 165-170. ion seiama proses akumulasi tidak mem-
perngaruhi akumulasi tersebut.
DISKUSI
Diah Lestari - BTKL :
M Yazid - PPNY : Apakah pada penelitian Saudara dilakukan uji
1. Sebelum dilakukan peneltian ini apakah untuk membandingkan pada konsentrasi
sudah pernah dilakukan perhitungan model berapakah akumulasi Cs-137 pada ikan mas
matematis transfer radionuklida dalam dapat menyebabkan kematian ?.
perairan ?.
2. Mingkin dapat dijelaskan model-model Eri Hiswara :
matematis untuk prakiraan dosis radiasi Tidak dilakukan.
pada penduduk berdasarkan data peneltian
ini?.

Eri Hiswara :
1. Belum pernah.
2. Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk
digunakan pada model sederhana, model
dua kompartemen, yaitu antara media
perlakuan dengan ikan mas.

Rochestry Sofyan - PPTN:


1. Dari pengalaman yang Anda peroleh, sejauh
mana pengaruh dari perbandingan jumlah
air (pada akuarium) dengan banyaknya ikan
yang dimasukkan (dalam berat) dan ukuran
ikan ?.
2. Mohon penjelasan bagaimana umur paruh
biologik yang diperoleh dapat diekstra-
polasikan pada manusia ?.

Eri Hiswara :
1. Kami tidak mengamati pengaruh perban-
dingan jumlah air dengan banyak dan
ukuran ikan.
2. Kami tidak bermaksud mengekstrapolasikan
umur paruh biologik yang diperoleh pada
manusia. Kami hanya ingin mengetahui
umur paruh biologik Cs-137 pada ikan.

Sutisna - PPSM:
Anda mengamati proses pembuangan Cs-137
hanya pada akuarium yang tidak aktif. Apakah

PSPKR-BATAN 223
Presiding Presentasi Umiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085 ID0000085

KONSENTRASI Cs-137 DI DALAM TANAH


DI DAERAH LUAR KAWASAN REAKTOR NUKLIR G.A SIWABESSY

O'J O>) d> .> Emlinarti, Sutarman, Leli Nirwani


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN

ABSTRAK
KONSENTRASI Cs-137 DI DALAM TANAH DI DAERAH LUAR KAWASAN REAKTOR NUKLIR
G.A SIWABESSY. Telah dilakukan pengukuran konsentrasi Cs-137 di dalam contoh tanah yang diambil pada
radius 20 - 60 km dari tapak reaktor G.A Siwabessy, dimana pengambilan contoh dilakukan 2 periode yaitu
periode I (1991/1992) pada bulan Oktober dan periode II (1992/1993) pada bulan Agustus. Pengukuran Cs-137
menggunakan alat spektrometer gamma, dimana aktivitas Cs-137 di dalam contoh tanah dari kedua periode
tersebut berkisar dari tidak terdeteksi (<MDC sampai (0,64 + 0,08) Bq/kg pada periode I dan pada periode II
berkisar dari tidak terdeteksi (<MDC) sampai (0,56 + 0,07) Bq/kg.

ABSTRACT
CONCENTRATION OF Cs-137 IN SOIL AT THE OUTSITE AREA OF G.A SIWABESSY
NUCLEAR REACTOR Measurement of Cs-137 concentration in soil were collected in 20 - 60 km radius from
the site G.A Siwabessy reactor had been carried out, the samples were collected during 1991/1992 period I on
October and 1992/1993 period n on August. The activity of Cs-137 in the samples were measured using gamma
spectrometer. The results showed that Cs-137 activity in soil were varied from undetectable (< MDC) to (0.64
0.08) Bq/kg on period I and at period II were varied from undetectable (< MDC) to (0.56 0.07) Bq/kg.

PENDAHWLUAN yang terkandung di dalam tanah. Tanah yang


diambil meliputi tanah persawahan dan tanah
Reaktor Serbaguna G.A Siwabessy perkebunan. Pengambilan contoh tanah hanya
berdaya 30 MW telah mulai dioperasikan sejak pada permukaan saja (0-5 cm), karena di-
tahun 1989. Reaktor tersebut terletak di Pusat perkirakan kandungan Cs-137 cukup banyak
Penelitian Tenaga Atom (PPTA) di kawasan di-endapkan di bagian tanah paling atas (top
Puspiptek Serpong (Jawa Barat). Disamping soil). Perlu diketahui bahwa radionuklida
itu juga telah dioperasikan beberapa labora- Cs-137 adalah pemancar a/(3 hasil belah (fisi),
torium penunjang, antara lain Instalasi berumur panjang (30,16 tahun) dan bersifat
Produksi Radioisotop, Instalasi Fabrikasi toksik
Elemen Bakar dan Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif. TATA KERJA
Demi pengawasan dan peraturan yang
berlaku bahwa di sekitar instalasi nuklir harus Pengambilan contoh
dilakukan pemantauan radioaktivitas ling-
kungan yang akan diperlukan untuk penilaian Contoh tanah diambil menggunakan
interaksi antara kegiatan dari pengoperasian bor tanah dengan diameter 8 cm sebanyak 16
reaktor nuklir dengan komponen lingkungan di lokasi (Gambar 1). Contoh tanah yang diambil
sekitamya. Pemantauan radioaktivitas ling- dipilih bukan tanah urug, di tempat terbuka
kungan yang dilakukan oleh Pusat (jauh dari pepohonan dan bangunan gedung)
Standardisasi dan Penelitian Keselamatan dan harus dibersihkan dari rumput dengan
Radiasi, BAT AN adalah daerah lepas kawasan luasan 1 m pada kedalaman 0 - 5 cm dari
dari radius 20 km sampai 60 km dari tapak permukaan tanah. Pengambilan contoh
reaktor. Daerah pemantauan dibagi dalam 16 dilakukan 2 kali, yaitu periode I (tahun
sektor sesuai dengan arah mata angin, dengan 1991/1992) pada bulan Oktober dan penode II
mempertimbangkan arah angin dominan dan (tahun 1992/1993) pada bulan Agustus.
keadaan lokasi. Pemantauan dilakukan 2
periode yaitu pada musim hujan dan musim Penyiapan contoh
kemarau. Contoh tanah dengan berat masing-
Dalam makalah ini akan dibahas hasil masing sekitar 1 kg dibersihkan dari kotoran.
pengukuran konsentrasi radionuklida Cs-137

PSPKR-BATAN 224
Prosiding Preseatasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingjamgan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085

batu-batuan dan akar-akar tanaman, kemudian


dikeringkan pada temperatur 110C di dalam dimana : E = efisiensi pencacahan (%)
oven selama 24 jam, selanjutnya dihancurkan
sampai halus dan disaring dengan ayakan HASBL DAN PEMBAHASAN
berukuran 200 mesh. Masing-masing contoh
diambil sekitar 400 gram secara statistik, Hasil pengukuran konsentrasi Cs-137
dimasukkan ke dalam beker Marinelli 1 liter di dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
sesuai dengan geometri standar radioaktif yang Konsentrasi jatuhan Cs-137 dalam
digunakan lalu ditutup rapat. tanah di luar kawasan Reaktor Siwabessy
diperlihatkan pada Tabel 1. Hasil pemantauan
Pengukuran contoh yang diperoleh temyata konsentrasi Cs-137 di
dalam tanah kebun berkisar dari (0,15 0,06)
Pengukuran contoh menggunakan
Bq/kg untuk lokasi Taman Mini (D-4) sampai
perangkat spektrometer gamma dengan detektor
(0,64 0,08) Bq/kg untuk lokasi D-9 (daerah
semikonduktor berkemurnian tinggi (HP-Ge)
Jasinga) pada pemantauan periode I, sedang
yang dilengkapi dengan penganalisis salur
pada pemantauan periode II memperlihatkan
ganda (MCA). Masing-masing contoh dicacah
konsentrasi Cs-137, berkisar dari tidak
selama 17 jam. Konsentrasi Cs-137 dihitung
terdeteksi (<MDC) sampai (0,58 0,07) Bq/kg
secara relatif yaitu dengan membandingkan
untuk tanah kebun pada daerah Jasinga (D-9).
luas puncak contoh dengan luas puncak standar
pada geometri yang sama Konsentrasi Cs-137 dalam tanah
sawah berkisar dari tidak terdeteksi (< MDC)
sampai (0,33 0,06) Bq/kg di lokasi D-ll
ac -JCc/tc + Cb/tb (daerah Jasinga) pada pemantauan periode I,
A = x As sedang pada pemantauan periode II,
as x W konsentrasi Cs-137 berkisar dari tidak ter-
dimana : A =aktivitas Cs-137 (Bq/kg) deteksi (<MDC) sampai (0,31+ 0,06) Bq/kg
ac = hasil bersih luas puncak contoh untuk daerah Ciampea (C-8).
as = hasil bersih luas puncak standar Dari Tabel 1 terlihat bahwa pengaruh
As = aktivitas standar (Bq) musim hujan dan musim panas terhadap
Cc = laju cacah contoh (cps) perubahan konsentrasi Cs-137 di dalam tanah
Cb = laju cacah latar belakang (cps) tidak terlihat dengan jelas dimana pada periode
tc = waktu pencacahan contoh (detik) I konsentrasi rata-rata Cs-137 adalah (0,35+
tb = waktu pencacahan latar belakang 0,07) Bq/kg dan periode II adalah (0,310,07)
(detik) Bq/kg dimana hasilnya hampir sama tidak
W = berat contoh (kg) begitu berbeda, hal ini mungkin disebabkan
oleh jarang hujan pada saat itu. Juga terlihat
Kesalahan hasil pengukuran dilakukan
pada periode JJ lebih banyak harganya tidak
dengan metode statistik dan dinyatakan dalam
terdeteksi atau di bawah batas minimum
bentuk simpangan baku (standar deviasi)
pendeteksian (<0,12) Bq/kg.
dengan tingkat kepercayaan 68% dinyatakan
Hasil konsentrasi rata-rata Cs-137
dengan persamaan sebagai berikut:
dalam tanah untuk kedua periode bervariasi
pada setiap radius seperti terlihat pada Gambar
Sd = VCc/tc + Cb/tb 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa konsentrasi
rata-rata Cs-137 pada radius 20 - 30 km :
Konsentrasi terendah yang dapat (0,32+0,08) Bq/kg, radius 30 - 40 km : (0,39+
dideteksi (minimun detectable concentration) 0,07) Bq/kg, radius 40 - 50 km : (0,320,07)
yang disingkat dengan MDC, dinyatakan dalam Bq/kg, dan radius 50 - 60 km : (0,310,06)
persamaan berikut: Bq/kg. Jadi terlihat bahwa mulai dari radius 20
km (jarak terdekat) sampai radius 60 km (jarak
2,33 terjauh) konsentrasi rata-rata Cs-137 di dalam
MDC = tanah bervariasi dan tidak bergantung pada
ExW
jarak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang

PSPKR-BATAN 225
Presiding I'resentasi Ilmiah Kesclamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

didapatkan bukan berasal dari kegiatan reaktor bulan Juli 1989 sampai dengan September
dan laboratorium penunjang di kavvasan 1992 adalah (22,86 0,45) Bq/kg dan juga
Puspiptek Serpong, tetapi berasal dari radiasi untuk daerah Nevada & Utah (AS) didapatkan
latarbelakang atau jatuhan radioaktif dari konsentrasi rata-rata Cs-137 dalam tanah pada
atmosfir ke bumi. tahun 1980 adalah (60,25 18,96) Bq/kg. Hal
Gambar 3 memperlihatkan bahwa ini mungkin disebabkan karena di Indonesia
konsentrasi rata-rata Cs-137 di dalam tanah belum ada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
yang didapatkan relatif lebih rendah (PLTN) sedangkan di daerah tersebut diatas
dibandingkan dengan di Jepang dimana sudah banyak berdiri reaktor nuklir .
konsentrasi rata-rata Cs-137 di dalam tanah
permukaan (0 - 5 cm) pada pemantauan dari

Tabel I : Konsentrasi Cs-137 di dalam tanah

Aktivifas Cs-137 AJktivitas rata-rafa Cs-137


No. Kode Contoli (Bq/kg) (Bq/kg)
Pcriodc I Periode 11 Pcriode I Periode II
A - 6 Sawangan (a) 0,390,08 0,250,07 0,370,08 0,270,07
A - 8 Parung (a) 0,340,07 *
A - 10 Rumpin (a) 0,390,08 0,280.06

B - 2 Kebun Jeruk I (a) * 0,560,07 0,420,08 0,350,06


B - 7 Bojong Gede (a) 0,280,06 0,160?06
B - 14 Cikupa (a) 0,550.09 0,330,06

C-l Cengkareng (a) 0.350,06 0,510,07 0,330,06 0,300,07


(b) 0,270,06 *
C - 3 Kebun Jeruk II (a) 0,490,06 0,320,08
C - 6 Cibinong - -
C - 8 Ciampea (a) 0,270,06 *
(b) 0,320,06 0,310,06
C - 10 Cigudeg (a) 0,220,06 0,160,07
(b) * 0,220,06
C - 15 Pasar Kemis (a) 0,390,06 0,270,06

D-4 Tainan Mini (a) 0,150.06 0,220,06 0.290,06 0,3 I0,06


D-9 Leuwiliang (a) 0,260,06 0,190,06
(b) 0,190,06 *
D - 11 Jasinga (a) 0,640,08 0,580,07
(b) 0,330,06 *
D - 14 Balaraja (a) 0,160,06 *
0,350,07 0,3l0,07

Keterangan :
a = tanah kebun
b = tanah sawah
* = dibawahMDC(< 0,12 Bq/kg)
- = tidak ada contoh

PSPKR-BATAN 226
Prosiding Presenlasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkuiigan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

KESIMPULAN DAN SARAN


0.40- i l:'^::"!vii:

: :

1. Konsentrasi Cs-137 dalam tanah di daerah i >:i-y':x:.:::-:::


m 0.35-
j!
: : . .'':;

: :=: : :-: I ^ J ^ J L J J J L ^

luar kawasan reaktor nuklir G.A


Ill

m,
Siwabessy pada radius 20 - 60 km dari
0.30-
Wm Wi

:::
i ii 1
o
tapak bervariasi, berkisar dari tidak 0.25-
! 1
M M
I
terdeteksi (<MDC) sampai (0,640,08) 0.20- W :
' mm
mm
: : " : ' :

W>
'':

Bq/kg untuk periode I, sedangkan untuk

11
c 0.15- ;i:
periode II berkisar dari tidak terdeteksi
(<MDC) sampai (0,560,07) Bq/kg.
o
0.10- P 1 mm :j^>.j *

t
''::'

Adapun konsentrasi rata-rata Cs-137 0.05-


k
pada periode I adalah (0,350,07) Bq/kg 0.00-
10-30 30-40 40-50 50-60
dan periode II (0,310,07) Bq/kg.
Jarak dari Reaktor (km)
2. Hasil yang didapatkan jauh Iebih rendah
dibandingkan dengan di Jepang dan
Gambar 2. Konsentrasi rata-rata Cs-137 dalam tanah
Nevada & Utah, ini berarti bahwa hasil sebagai fungsi jarak (radius) dari reaktor
yang didapatkan bukan berasal dari
kegiatan reaktor nuklir atau laboratorium
penunjangnya tetapi dari radiasi latar 70- Y.
D"
belakang atan jatuhan radio-aktif dari
60- Y n H :
atmosfir ke bumi.
3. Perlu dilakukan pemantauan untuk
radionuklida lainnya didalam berbagai
50- Y ,; : i i | ,

40- Y ..: .:.; :::- : :-: ':


:
: :: :
.

iiill

contoh lingkungan pada lokasi yang sama c :.:

30- Y
M
sehingga akan didapatkan data yang C
o MM
berguna sebagai data dasar. dp W- i
20-
' ' ' . : .

ffi
DAFTAR PUSTAKA

1. A GUIDE BOOK, Measurement of


Radionuclides in Food and the Environ-
t 10-

0-
Y

Serpong
I
r-.-.T: .! ...:"

Jepang Utah &


Nevada
ment, IAEA, Technical Report Series 295,
Gambar 3. Konsentrasi rata-rata Cs-J37 dalam tanah
1988. di luar kawasan Reaktor Serpong dibandingkan dengan
2. ANONIM, Prosedur yang digunakan di di Jepang dan Nevada&Utah (USA)
Laboratorium Keselamatan Radiasi
Lingkungan PSPKR - BATAN, 1988
3. ANONIM, Radioactivity Survey Data in
Japan Part 1, NIRS No. 94, Chiba, 1991,
p. 19-20.
4. ANONIM, Radioactivity Survey Data in
Japan Part 1, NIRS No. 96, Chiba, 1992,
p. 17- 19
5. ANONIM, Radioactivity Survey Data in
Japan Part 1, NIRS No. 102, Chiba, 1994,
p. 19-22.
6. ROMNEY, E. ML, LINDBERG, R. G.,
KINNEAR, J. E., and WOOD, R.A., Sr-90
and Cs-137 in Soil and Biota of Fallout
Areas in Southern Nevada and Utah,
LBES. University of California, Los
Angeles. 1982, p. 643 -650.

PSPKR-BATAN 227
Presiding Picsentasi [lmiah Kesdamatan Radiasi dan Lingkungan. 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

DISKUSI 2. Sebaran Gauss, misalnya formula Pasquil-


Giffort. Perhitungan tersebut sudah
Cerdas Tarigan - PTPLR : dilakukan oleh instalasi yang berwenang.
1. Dari hasil penelitian Saudara diperoleli Kami tidak menghitungnya.
aktivitasCs-J37 maksinium 0,64 Bq/kg.
Apakah ini benar-benar berasal dari Sutisna - PPSM :
reaktor GAS '.'. Untuk analisis, beberapa teknik (antara lam
2. Setahu saya, Cs-137 dalam aktivitas kecil NAA) menggunakan standard Reference
sangat berbahaya terhadap ekosistem. Methods guna mengontrol validitas hasil
Apakah aktivitas yang Saudara peroleh analisis. Apakah untuk penelitian ini
dalam waktu tertentu dapat menimbulkan menggunakan SRM 9 . Jika mengunakan dari
dampak pada ckosistem ?. lembaga mana ?

Sutarman : Sutarman :
1. Menturut peneliti bukan dari GAS. SRM (Standard Reference Material) dan
2. Masih ditolerir. karena kurang dari 10 kali IAEA.
latar belakang (konscntrasi deteksi terendah
= 0,12 Bq/kg). Gatot Suhariyono - PSPKR :
Bagaimana Bapak bisa membuktikan atau
Warmo S.- BTKL : faktor-faktor apa saja bahwa zat radioaktif
1. Bagaimana pengaruh musim (hujan dan dalam sampel yang diambil itu dari reaktor
kemarau) terhadap penelitian ini ?. atau bukan, sebab jangan-jangan hanya dari
2. Apakah jenis tanah yang dijadikan obyek alam saja atau bagaimana seandainya sampel
penelitian sama atau tidak dari masing- yang Bapak ambil pada saat reaktor shut
masing daerah, jika tidak bagaimana down ?
pengaailinya ?.
Sutarman :
Sutarman : Data konsentrasi maksimum Cs-137 di dalam
1. Musim sangat mempengaruhi penyebaran tanah yang kami peroleh sangat kecil (kurang
zat radioaktif ke lingkungan, misalnya arah dari 10 kali BG) apalagi jika dibandingkan
angin dominan pada musim kemarau dan dengan hasil penelitian manca negara (Jepang
musim hujan berbeda sehingga jatulinya zat dan AS). Kami berpendapat adanya radioaktif
radioaktif di lingkungan berbeda pula. tersebut mungkin berasal dari alam atau
2. Peneliti tidak membedakan jenis tanah. jatuhan (bukan dari reaktor). Tidak dilakukan
pemantauan pada saat reaktor shut down.
M. Yazid - PPNY :
1. l.Mengapa dilakukan pemantauan s/d Budi Dm H.-PTPLR:
radius 20 km?. Apakah telah dilakukan Dari hasil penelitian Saudara dengan jarak 20
perhitungan analisis penyebaran radio- km, daerah mana atau sektor dan radius berapa
nuklida melalui udara ?. yang aktivitasnya paling besar ?.
2. Jika pemah dilakukan menggunakan
formula apa (misal pasquil-giffort, dll) dan Sutarman :
andaikan dicerobong terlepas Cs-137 x Bq Pada radius 50-60 km (D-l 1) daerah Jasinga.
pada radius tersebut diperkirakan berapa.
Titik SKM - RSUD Dr.Soetomo :
Sutarman : Sampai berapa lama pemantauan tentang
1. Karena radius <20 km telah dilakukan oleh kebocoran reaktor itu dilakukan dan dikatakan
instalasi yang benvenang (PTPLR). aman selamanya dan apakah mungkin dengan
Tentunya sudah dilakukan oleh instansi semakin bertambahnya usia operasional terjadi
yang berwenang bahwa sebelum reaktor perubahan-perubahan dari aman menjadi tidak
beroperasi (dengan beberapa asumsi). aman.

PSPKR-BATAN 228
Presiding i'iesenlasi Iliniah Keselamatan Radiasi clan L i n g k u n g a n , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
I S S N : (185-1 - -10X5

Sutarman :
Sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya Sutarman :
tahunan atau setengah tahunan. Mungkin juga Belum dilakukan. Radius kurang dari 20 km
karena setiap reaktor nuklir mempunyai niasa telah dilakukan oleh PTPLR secara berkala.
pascaoperasi.

Sukijo - PSPKR :
Data konsentrasi Cs-137 di dalam tanah diukur
pada tahun 1991-1992 dan 1992-1993.
Bagaimana dengan data yang baru (1995-
1996)?.

Keterangan

Lokasi pengambilan contoh

A-6 : Sawangan B-2 : Kebun Jeruk I C-1 : Cengkareng D-4 : Taman Mini
A-8 : Parung B-7 : Bojong Gede C-3 : Kebun Jeruk II D-9 : Leuwiliang
A-10:Rumpin B-14 : Cikupa C-6 : Cibinong D-11 : Jasinga
C-8 : Ciampea D-14 : Balaraja
C-10: Cigudeg
C-15 : Pasar Kemis
A : Radius 20 - 30 Km
B : Radius 30 - 40 Km
C : Radius 40 - 50 Km
D : Radius 50 - 60 Km

Gambar 1. Peta pengambi! contoh

PSPKR-BATAN 229
Prosiding Presentasi Ilmi.ili Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000086

STUDI ANTROPOMETRIK MANUSIA JAWA


DALAM RANGKA PENYUSUNAN MANUSIA ACUAN INDONESIA
Mukh Syaifudin, Zubaidah Alatas, Tur Rahardjo dan Mugiono
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN

ABSTRAK
STUDI ANTROPOMETRIK MANUSIA JAWA DALAM RANGKA PENYUSUNAN MANUSIA
ACUAN INDONESIA. Telah dilakukan survei antropometrik di lima Daerah Tingkat I di Pulau Jawa. Sebanyak
2.265 orang sehat dari semua umur yang terdiri dari 1.157 laki-laki dan 1.108 wanita telah diukur untuk
memperoleh data antropometrik yang meliputi 25 parameter. Diketahui bahwa ukuran antropometrik laki-laki
relatif lebih besar daripada wanita kecuali ukuran lipatan-lipatan kulit. Berat dan tinggi rata-rata untuk laki-laki
dewasa (21-40 tahun) adalah 55,73 + 2,56 kg dan 160,90 2,97 cm, dan untuk wanita dewasa adalah 49,67 + 2,46
kg dan 151,27 2,01 cm. Berat dan tinggi tubuh laki-laki dan wanita untuk semua umur di daerah urban relatif
lebih besar daripada di daerah pertanian dan nelayan. Berat dan tinggi tubuh manusia Jawa relatif sama dengan
manusia di negara-negara Asia laiimya tetapi cukup berbeda dengan data manusia acuan yang dikemukakan oleh
ICRP 23. Berat dan tinggi tubuh manusia dewasa Jawa masing-masing 1,38-13,65% dan 2,04-7,13% lebih kecil
daripada manusia Jepang, dan 7,10-26,79% dan 6,54-9,25% lebih kecil daripada manusia acuan ICRP.

ABSTRACT
ANTHROPOMETRIC STUDY OF JAVA PEOPLE IN ORDER TO ESTABLISH THE
INDONESIAN REFERENCE MAN. Anthropomelric surveys in five provinces in Java Island had been carried
out. Approximately 2,265 healthy people of all ages consisting of 1,157 males and 1,108 females were measured to
obtain anthropometric data covering 25 parameters. It has been known that the anthropometric data for males are
relatively greater than those of females except the skin folds measurement. The average weight and height body for
adult male (21-40 years) are 55.73 2.56 kg and 160.90 2.97 cm, and that for adult female are 49.67 + 2.46 kg
and 151.27 2.01 cm. The weight and height body of male and female in urban area are greater than those of male
and female in agriculture and fishery areas. The weight and height body of Javanese are relatively similar to those
for other Asian countries, however these data are different enough from the reference man data presented by ICRP
23. The weight and height body of Javanese adults are 1.38-13.65% and 2.04-7.13% less than those of Japanese
people, and are 7.10-26.79% and 6.54-9.25% less than those of ICRP reference man, respectively.

PENDAHULUAN mendasi tentang keselamatan radiasi termasuk


Seiring dengan perkembangan ilmu di dalamnya adalah batasan-batasan dosis yang
pengetahuan dan teknologi, perkembangan di masih dapat ditolerir oleh metabolisme tubuh
bidang tenaga nuklir juga sangat pesat dan baik bagi pekerja maupun masyarakat [1].
luas. Perkembangan ini diikuti pula oleh Dalam penyusunan rekomendasi yang
pemanfaatan tenaga nuklir dalam berbagai dimaksud, deskripsi fisik dan kebiasaan hidup
bidang yang menunjang pembangunan baik kelompok masyarakat merupakan dasarnya.
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu ICRJP [2] telah mengembangkan
Pemanfaatan dalam bidang kedokteran suatu konsep manusia acuan yang didasarkan
misalnya untuk diagnosa atau terapi suatu pada data yang di kumpulkan pada kelompok
penyakit, dalam bidang industri misalnya untuk dari ras Kaukasus. Permasalahan yang timbul
mengetahui kualitas suatu produk, dan dalam adalah adanya perbedaan ukuran antropometrik
bidang sumber energi misalnya untuk antara manusia Indonesia dengan manusia
pembangkit tenaga listrik. acuan dari ras Kaukasus yang dikemukakan
Disadari benar bahwa radiasi, oleh ICRP. Perbedaan ini telah dibuktikan oleh
disamping membenkan berbagai keuntungan, Venkataraman dkk. (1963) dan Narasinga Rao
juga akan menimbulkan dampak negatif baik (1988) untuk penduduk India dan Tanaka dkk.
terhadap para pekerja radiasi maupun anggota (1979) untuk penduduk Jepang dalam laporan
masyarakat. Dalam usaha untuk perlindungan yang dikemukakan oleh Dang dkk. [3] yang
terhadap radiasi tersebut, ICRP (International menyebutkan bahwa berat tubuh penduduk di
Commission on Radiological Protection) dalam kedua negara sangat berbeda dengan Manusia
publikasi-publikasinya telah memberikan reko- Acuan yang dikemukakan oleh ICRP. Hal ini

PSPKR-BATAN 230
Presiding PresenUisi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

antara Iain disebabkan karena perbedaan tinggi tubuh 170 cm dan berat tubuh 70 kg
genetik dan geografi. untuk laki-laki, dan 160 cm dan 58 kg untuk
Agar rekomendasi keselamatan radiasi wanita, serta mempunyai lingkar kepala 57 dan
dapat mencakup seluruh figur manusia di 56 cm masing-masing untuk laki-laki dan
dunia, tennasuk Indonesia, maka ICRP wanita.
bekerjasama dengan negara-negara Asia Pada tahun 1990, ICRP melalui
( 58% populasi dunia berada di beniia ini), Publikasi Nomor 60 telah merevisi konsep
telah sepakat menyusun konsep sendiri dengan tersebut, akan tetapi tidak mengikut sertakan
penyesuaian selayaknya. Dalam makalah ini parameter untuk Asia dan tetap ada perbedaan
akan dilaporkan hasil survei ukuran substansial parameter-parameter biologik
antropometrik penduduk di Pulau Jawa dan antara manusia Kaukasus dan Asia [5].
karena jumlah penduduk di pulau Jawa Dengan demikian, konsep manusia acuan ICRP
mengkontribusi 60% total populasi penduduk pada dasarnya kurang sesuai untuk diterapkan
di Indonesia, maka data antropometrik manusia langsung pada penduduk Asia yang sebagian
Jawa merupakan parameter yang sangat besar berciri khas Mongoloid. Perbedaan
penting dan merupakan dasar dalam antara manusia Asia dengan manusia
penyusunan Manusia Acuan Indonesia. Eropa/Amerika disebabkan karena perbedaan
ras, geografi, aspek kuatitatif dan kualitatif
TEORI konsumsi makanan yang berhubungan dengan
kebiasaan makan, metabolisme, dan retensi
Besarnya efek radiasi pada suatu bahan makanan dalam tubuh.
sistem biologi akan bergantung pada sifat
Data anatomi manusia juga sangat
radiasi dan karakteristik sistemnya. Sifat
penting untuk mengembangkan fantom
radiasi, yang merupakan faktor fisika, meliputi
kalibrasi dan prosedur pengukuran secara in
dosis, laju dan jenis radiasi, sedangkan
vivo kandungan radionuklida dalam tubuh
karakteristik sistem, yang merupakan faktor
untuk menunjang program proteksi radiasi
biologi. meliputi jenis dan jumlah jaringan serta
pada lingkungan kerja.
variasi biologi. Pengaruh radiasi pada sistem
biologi ditentukan oleh besar efektivitas biologi
BAHAN DAN METODE
relatif (Relative Biological Effectiveness, RBE)
yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
1. Lokasi pengumpulan data :
dosis serap radiasi acuan dengan radiasi
tertentu untuk menghasilkan efek biologi yang Propinsi Jawa Barat : Kabupaten Bandung
sama. Untuk menyatakan besarnya energi dan Sukabumi.
radiasi yang diserap oleh tubuh yang Propinsi Jawa Tengah : Kabupaten
mengakibatkan terjadinya perubahan biologi, Semarang, Jepara dan Pati.
digunakan satuan dosis ekivalen yaitu Sievert Propinsi Jawa Timur : Kabupaten Malang.
(Sv) yang menggantikan satuan rem (rontgen DKI Jakarta : Kelurahan Senen, Jakarta
equivalent man) [4]. Pusat.
Beban radiasi yang diterima oleh suatu Yogyakarta : Mahasiswa FK Universitas
kelompok organisme dapat diperkirakan lebih Gadjah Mada.
dari ketentuan atau dalam batas aman,
berdasarkan rujukan baik sifat radiasi dan 2. Obyek sampel:
aspek biologis yang telah ada. Untuk maksud Laki-laki dan wanita berbadan sehat dan
tersebut, ICRP telah memberikan ukuran rata- tidak mempunyai penyakit kronis maupun
rata anatomis, fisiologis dan komposisi tubuh cacat turunan baik fisik maupun mental (hal
serta nilai-nilai rujukannya melalui Konsep ini diketahui dengan menanyakan langsung
Manusia Acuan dalam publikasi ICRP 23 [2]. pada responden). Umur responden dikelom-
Manusia Acuan tersebut didefinisikan sebagai pokkan menjadi 0-12 bulan, 1-5, 6-10,
manusia laki-laki berumur 20-30 tahun yang 11-15, 16-20, 21-30, 31-40 dan 41 tahun ke
hidup di Amerika Utara dan Eropa Barat atas.
dengan suhu lingkungan rata-rata 10-20C.
Manusia ini termasuk ras Kauskasus dengan

PSPKR-BATAN 231
Prosiding Presenlasi Ilmiali Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Suku : diutamakan suku Jawa atau suku wanita, sedangkan tinggi tubuhnya lebih besar
Iain yang telah bermukim lama di Pulau 0,57% sampai 6,76% daripada wanita. Dengan
Jawa. demikian perbedaan berat tubuh lebih besar
daripada perbedaan tinggi tubuh, karena
3. Parameter-parameter antropometrik : banyak faktor yang menentukan berat tubuh
berat badan, tinggi badan, tinggi duduk, seseorang seperti nutrisi, kalori yang masuk,
lingkar kepala, lingkar leher, lingkar dada, aktivitas fisik, keturunan, geografi dan iklim
lingkar dada saat bernafas, lingkar lengan [Roberts dalam 2].
atas, lingkar lengan tengah, lingkar siku, Dari Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa
panjang tangan, lingkar pangkal paha, lipatan kulit perut wanita senantiasa lebih besar
lingkar betis, panjang tungkai, lebar kepala, daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena
panjang kepala, tinggi kepala, tinggi kepala pengurangan endapan lemak di bawah kulit
dan leher, lebar dada, panjang teiapak kaki, pada wanita lebih rendah daripada laki-laki.
lipatan kulit bisep, lipatan kulit trisep, Perbedaan lipatan kulit perut antara laki-laki
lipatan kulit perut, lipatan kulit subscapula dan wanita adalah 9,67% untuk kelompok
dan lipatan kulit suprailiaka. wanita berumur 1-5 tahun dan 56,7% untuk
kelompok wanita berumur 41 tahun ke atas.
4. Metode pengukuran : Sedangkan untuk kelompok umur 0-1 tahun,
Dalam pengukuran, digunakan peralatan lipatan kulit bayi laki-laki justru lebih besar
antropometrik. timbangan badan, alat ukur 6,57% daripada bayi wanita. Dengan
tinggi badan dan meteran dengan cara bertambahnya umur, lipatan kulit laki-laki dan
pengukuran seperti yang telah diuraikan wanita ternyata semakin besar karena
dalam Sugiarto [6], pengendapan lemak akan bertambah sesuai
dengan pertambahan umur.
5. Waktu survei : Pertambahan ukuran antropometrik
bulan Agustus 1994 untuk Propinsi Jawa cukup besar terlihat antara kelompok umur 1-5
Tengah dan bulan September 1995 untuk tahun dan kelompok umur 11-15 tahun. tetapi
Propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk tidak begitu besar antara kelompok umur 16-20
DKI Jakarta dilakukan pada bulan Juni 1990 dan 41 tahun ke atas. Dengan demikian terjadi
dan untuk D.I. Yogyakarta dilakukan pada pertumbuhan secara nyata pada usia anak-
tahun 1993. anak, kemudian terjadi percepatan
pertumbuhan pada peralihan usia pra-pubertas
ke pubertas (remaja) dan akhirnya tumbuh
HASIL DAN PEMBAHASAN relatif konstan sampai usia 20 tahun. Di atas
usia tersebut, pertumbuhan tubuh dapat
Data ukuran antropometrik rata-rata dikatakan berhenti atau sangat lambat.
penduduk laki-laki dan wanita untuk kelompok Pertumbuhan yang besar pada kelompok umur
bayi (0-1 tahun), anak-anak (1-10 tahun) dan kurang dari 13 tahun tersebut didukung oleh
belia (11-15 tahun) di Propinsi Jawa Barat, pernyataan Jahari [9] yang menyebutkan
Jawa Tengah dan Jawa Timur disajikan di bahwa pertumbuhan berat tubuh adalah 0,8
dalam Tabel 1. Ukuran antropometrik untuk kg/bulan untuk laki-laki dan 0,67 kg/bulan
kelompok remaja (16-20 tahun), dewasa (21-40 untuk wanita berumur 0-6 tahun, dan sebesar
tahun) dan tua (41 tahun ke atas) di DKI 0,4 kg/bulan untuk laki-laki dan wanita
Jakarta, DI Yogyakarta dan Propinsi Jawa berumur 6-12 tahun. Untuk umur lebih dari 13
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur disajikan tahun, pertumbuhan tersebut hanya sebesar 0,2
dalam Tabel 2. kg/bulan. Ukuran antropometrik untuk
Dari kedua tabel diketahui bahwa kelompok umur 41 tahun ke atas baik laki-laki
ukuran antropometrik laki-laki pada umumnya maupun wanita pada umumnya lebih kecil
lebih besar daripada wanita kecuali lipatan- daripada kelompok umur lebih muda (Tabel 2)
lipatan kulit (Gambar 9). Untuk kelompok yang berarti terjadinya pergantian generasi
dewasa (21-40 tahun) perbedaan ukuran adalah pada umur 40 tahun. Pada kelompok
tersebut cukup nyata. Berat tubuh laki-laki umur tua (41 tahun ke atas dan merupakan
lebih besar 3,14% sampai 12.55% daripada

PSPKR-BATAN 232
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungati, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

responden terbesar), penurunan ukuran tinggi Gambar 3 terlihat bahwa berat tubuh wanita di
tubuh kemungkinan disebabkan karena degene- daerah urban ternyata lebih tinggi dibanding
rasi alamiah tulang-tulang panjang. wanita di daerah lain. Hal ini didukung oleh
Hasil perhitungan Iuas permukaan data lipatan kulit perutnya yang lebih tinggi di
tubuh dengan rumus Du Bois [dalam 2] (Tabel banding lipatan kulit perut wanita di daerah
I dan 2) menunjukkan bahwa luas permukaan lain (Tabel 2). Pada Gambar 4 terlihat tidak
tubuh laki-laki, untuk semua kelompok umur, ada perbedaan cukup besar antara tinggi tubuh
lebih besar daripada wanita kecuali untuk umur laki-laki dan wanita di tiga macam daerah
11-15 tahun. Dengan bertambalinya umur, luas pemukiman. Namun demikian dapat dikatakan
permukaan tubuh semakin besar karena berat bahwa tinggi tubuh laki-laki dan wanita di
dan tinggi tubuh juga bertambah besar dengan daerah urban relatif lebih besar daripada di
bertambalinya umur. Pertambahan ukuran daerah pertanian dan nelayan. Hal ini didukung
cukup besar mulai terjadi pada umur 6 tahun, oleh data konsumsi makanan harian yang
baik untuk laki-laki maupun wanita. Untuk menunjukkan kuantitas dan kualitas yang lebih
semua umur, luas pennukaan tubuh manusia tinggi untuk wanita di daerah perkotaan / urban
Indonesia lebih rendah 0,13% sampai 12,32% [10].
daripada manusia Kauskasus. Hasil analisis statistik uji beda nyata
Kerapatan tubuh laki-laki lebih besar untuk semua parameter di antara ketiga macam
daripada wanita dan ukuran ini menurun pemukiman menunjukkan bahwa terdapat
dengan bertambahnya umur (Tabel 1 dan 2). perbedaan nyata (p<0,05) berat dan tinggi
Untuk umur 16 tahun ke atas, perbedaan tubuh antara laki-laki berumur 16-20 tahun di
kerapatan tubuh laki-laki dan wanita semakin daerah urban dengan laki-laki berumur sama di
besar. Sebaliknya persentase lemak bertambah daerah nelayan dan pertanian. Demikian juga
dengan bertambahnya umur terutama untuk parameter-parameter tubuh wanita di antara
wanita, bahkan untuk wanita berumur lebih ketiga pemukiman tersebut. Lipatan-lipatan
dari 41 tahun persentase lemaknya lebih dari kulit laki-laki dan wanita pada hampir semua
dua kali lipat wanita berumur 21-40 tahun. kelompok umur di antara ketiga macam
Pertambahan lemak yang besar pada wanita pemukiman juga berbeda nyata satu sama lain
tersebut disebabkan karena laju penimbunan terutama lipatan kulit perut wanita (p<0,05).
lemak yang lebih besar pada wanita. Apabila berat dan tinggi tubuh
Untuk mengantisipasi kemungkinan manusia dewasa Indonesia (Jawa)
adanya pengaruh tempat tinggal/pekerjaan dibandingkan dengan negara-negara Asia
terhadap ukuran antropometrik responden di lainnya (Tabel 3, diarsir), tampak tidak begitu
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, besar perbedaannya. Namun apabila di-
maka pemukiman responden dibedakan menjadi bandingkan dengan manusia acuan ICRJP [2]
tiga macam yakni daerah sub urban atau negara-negara Afrika dan Amerika [19-
(perkotaan), pertanian, dan nelayan/pesisir 23], perbedaan tersebut cukup besar.
pantai. Perbandingan ukuran berat dan tinggi Perbedaan berat tubuh ternyata lebih besar
tubuh di antara tiga macam pemukiman daripada perbedaan tinggi tubuh, baik dengan
tersebut masing-masing disajikan dalam negara-negara Afrika dan Amerika maupun
Gambar 2 dan 4 untuk laki-laki dan Gambar 3 dengan ICRP [2]. Hal ini menunjukkan bahwa
dan 5 untuk wanita. Tampak dalam Gambar 2 terdapat perbedaan ukuran yang mendasar
bahwa berat tubuh laki-laki di daerah urban antara manusia Kaukasus dengan manusia
relatif lebih tinggi daripada di laki-laki di Asia, sehingga penyusunan Manusia Acuan
daerah pertanian dan nelayan kecuali untuk Asia menjadi penting untuk dilakukan karena
kelompok umur 21-30 tahun dimana berat hal ini menyangkut masalah perhitungan dosis
tubuh laki-laki di daerah nelayan paling tinggi radiasi yang nanti akan dibahas lebih lanjut.
di banding daerah lain. Hal ini mungkin
disebabkan karena aktivitas kerja laki-laki di
daerah nelayan lebih berat dan disertai dengan
jumlah/kualitas konsumsi makanan khususnya
protein hewani yang lebih tinggi |i()]. Pada

PSPKR-BATAN 233
Tabel 1. Ukuran rata-rata 25 parameter antropometrik, luas permukaan, kerapatan tubuh dan persentase lemak tubuh laki-laki dan
wanita berumur 0-15 tahun di Pulau Jawa (DKI Jakarta [6], D.I. Yogyakarta [7 dan 8] dan Jawa Barat-JawaTengah-JavvaTimur).

Ukuran antropometrik, luas Bayi Balita Anak- anak Belia


No. permukaan, kerapatan tubuh (0-1 tahun) (1-5 tahun) (6-10 tahun) (11-15 tahun)
to
dan persentase lemak Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
25 1. Berat badan (kg) 7,96 1,57 7,24 1,28 13,39 2,78 12,59 2,12 22,32+4,79 20,57 + 4,70 35,82 9,45 36,98 8,17
2. Tinggi badan (cm) 66,56 7,88 62,26 93,38 11,13 92,85 120,46 115,80 8,70 143,74 + 144,16 8,28
5,40 9,26 10,69 12,70
3. Tinggi duduk (cm) 39,00 5,89 35,98 5,68 51,99 + 5,13 50,60 4,74 63,71 4,87 60,89 5,31 73,08 6,56 73,55 4,64
4. Lingkar kepala (cm) 42,48 + 3,48 42,24 2,79 47,86 + 2,94 47,30 2,11 51,03 2,27 49,53 2,26 52,84 2,12 52,78 2,31
5 Lingkar leher (cm) 23,36 + 2,95 24,75 2,89 23,70 1,81 23,82 2,37 25,56 2,27 24,94 2,05 28,73 3,19 28,56 2,62
6. Lingkar dada (cm) 43,56 3,67 43,28 4,79 50,79 3,82 49,86 2,86 58,05 4,49 55,96 5,44 68,16 7,01 70,57 7,67
7. Lingkar dada bernafas (cm) 44,27 3,57 44,36 + 5,00 52,24+4,39 51,36 3,05 60,79 4,74 57,97 5,24 71,28 6,95 73,00 7,50
8. Lingkar lengan atas (cm) 16,89 2,68 16,77 2,58 18,22 3,07 18,18 2,48 22,73 4,23 21,32 3,89 27,15 5,01 26,43 5,17
9. Lingkar lengan tengah (cm) 14,02 + 1,49 13,66 1,45 15,00 1,21 14,65 1,05 17,04 2,30 16,47 1,88 19,88 2,99 20,31 2,56
10. Lingkar siku: (cm) 13,24 1,37 13,11 + 1,35 14,83 2,48 14,45 1,17 16,72 1,53 15,89 1,56 19,47 2,19 19,40 1,84
11. Panjang tangan (cm) 26,77+4,15 24,52 3,21 39,47 4,72 38,71 4,51 51,90 4,63 49,70 4,25 63,10 5,73 63,28 4,23
12. Lingkar paha (cm) 25,65 4,69 24,44 2,57 28,69 3,78 29,74 3,97 34,81 5,52 34,91 5,07 41,99 6,08 44,09 5,82
13. Lingkar betis (cm) 16,33 2,29 16,46 1,79 19,81 2,32 19,48 1,90 23,89 2,59 23,20 3,04 28,13 3,99 29,05 3,32
14. Panjang tungkai (cm) 29,04 + 4,29 28,48 4,20 47,68 7,06 47,39 5,97 65,71+6,90 62,52 6,68 79,81 8,21 79,41 6,05
15. Lebar kepala- (cm) 13,04 1,32 12,44 0,89 13,90 0,60 13,74 0,64 14,38 0,95 14,17 0,76 14,48 0,69 14,71 0,81
16. Panjang kepala (cm) 14,30 1,20 13,50 1,17 15,62+0,82 15,45 0,84 16,32 0,81 16,15 0,82 16,82 0,86 16,92 0,84
17. Tinggi kepala (cm) 15,51 1,88 14,96 1,67 18,31 + 1,58 18,01 1,41 19,87 1,69 19,07 1,37 21,34 1,53 20,89 1,56
18. Tinggi kepala dan leher (cm) 16,49+1,96 16,30 1,72 20,63+2,35 20,27 1,78 23,12 1,83 22,20 1,86 25,64 2,03 25,60 1,94
19. Lebar dada (cm) 15,02 2,06 14,17 2,07 16,18 1,20 15,82 1,11 19,38 + 2,13 18,15 1,55 21,92 3,05 22,13 1,95
20. Panjang telapak kaki (cm) 10,69 1,28 10,09 1,08 15,28 1,74 14,94 1,58 19,11 1,99 18,16 1,65 22,45 1,92 22,16 1,33
21. Lipatan kulit bisep (cm) 0,69 + 0,38 0,75 0,29 0,56 0,23 0,60 0,30 0,53 0,25 0,56 0,31 0,61 0,38 0,67 0,32
22. Lipatan kulit trisep (cm) 0,91 0,46 0,88 0,36 0,77 0,25 0,88 0,29 0,76 0,26 0,84 0,37 0,81 0,40 0,96 0,42
23. Lipatan kulit perut (cm) 0,77 0,30 0,71 0,37 0,57 0,27 0,63 0,22 0,57 0,24 0,64 0,33 0,81 0,45 1,00 + 0,54
24. Lipatan kulit subskapula (cm) 0,68 0,22 0,65 0,22 0,50 0,21 0,52 0,22 0,54 0,26 0,53 0,21 0,77 0,40 0,83 0,42
25. Lipatan kulit suprailiaka (cm) 0,88 0,25 0,62 0,21 0,57 0,23 0,60 0,28 0,68 0,27 0,61 0,28 0,90 0,44 0,90 0,47
26. Luas permukaan tubuh (cm 2 ):
- Manusia Jawa *) 3.639,85 3.330,86 5.803,39 5.630,14 8.673,06 8.141,03 12.053,51 12.243,76
- Manusia Kauskasus *) 3.925,00 3.655,00 5.982,00 5.710,00 8.720,00 8.420,00 12.948,43 12.550,00
27. Kerapatan tubuh #) TD TD TD TD 0,79 0,79 0,78 0,70
28. Persentase lemak $) TD TD TD TD 1,87 1,84 1,96 2,63
to
*) Menggunakan rumus Du Bois dalam ICRP 23 [2], #) rumus Nagamine dalam Tanaka [5], dan $) rumus Brozek dalam Tanaka [5].
TD = Tidak diketahui.
Tabel 2. Ukuran rata-rata 25 parameter antropometrik, luas permukaan, kerapatan tubuh dan persentase lemak tubuh laki-laki dan
vvanita berumur 16-41 tahun lebih di Pulau Jawa (DKI Jakarta [6], D.I. Yogyakarta [7 dan 8] dan Jawa Barat-JawaTengah-JawaTimur).

do Ukuran antropometrik, luas Remaja Dewasa T ua


permukaan, kerapatan tubuh (16-20 tahun) (21-40 tahun) (41 tahun ke atas)
No.
dan persentase lemak Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1. Berat badan (kg) 54,11 1,89 48,50 1,22 55,73 2,56 49,67 2,46 61,29 + 7,71 55,73 13,57
2. Tinggi badan (cm) 163,05 4,16 153,66 + 2,52 160,90 2,97 151,27 2,01 161,32 13,21 149,3911,72
3. Tinggi duduk (cm) 85,37 1,98 81,31 2,07 83,26 1,81 78,91 1,29 81,15 0,80 77,89 1,56
4. Lingkar kepala (cm) 55,71 0,35 54,37 0,78 55,09 0,52 53,64 0,32 54,64 1,70 54,64 1 0,80
5. Lingkar leher (cm) 33,58 0,58 30,29 0,51 33,85 1,61 30,76 1,21 36,33+3,17 31,62 10,84
6. Lingkar dada (cm) 79,72 0,95 78,69 2.12 83,92 1,99 81,42 4,38 86,82 15,41 84,57 3,28
7. Lingkar dada bernafas (cm) 83,93 6,33 81,59 + 6,59 87,11 7,32 85,69 7,86 88,26 16,55 88,24 + 9,74
8. Lingkar lengan atas (cm) 28,01 2,35 27,06 3,28 31,37 2,55 29,86 + 3,19 30,9012,61 30,60 1,79
9. Lingkar lengan tengah (cm) 24,62 0,54 23,57 0,50 25,68 0,74 24,59 1,22 26,71 l 1,32 26,49 0,66
10. Lingkar siku (cm) 23,33 2,58 21,32 2,06 23,29 2,04 22,31 1,98 23,24 1 1,77 22,54 2,79
11. Panjang tangan (cm) 72,27 1,85 66,05 1,67 71,41 1,66 66,65 0,69 71,0613,67 66,65 4,17
12. Lingkar paha (cm) 49,87 0,75 49,62 0,79 51,02 1,51 52,26 0,82 52,3813,56 52,50 1,99
13. Lingkar betis (cm) 32,54 3,36 31,12 3,21 32,64 3,57 31,8413,10 31,1413,89 31,28 3,84
14. Panjang tungkai (cm) 86,51 0,97 81,39 2,23 85,63 2,02 82,09 1 1,36 87,99 1 5,60 83,2216,12
15. Lebar kepala (cm) 15,54 0,26 15,31 0,31 15,19 + 0,36 14,9410,39 15,34 10,52 14,8410,32
16. Panjang kepala (cm) 17,64 1,08 16,86 1,07 17,58 0,87 17,18 1 1,14 17,61 10,85 17,2110,85
17. Tinggi kepala (cm) 23,05 1,61 21,34 2,54 22,81 2,01 21,5811,67 22,37 1 1,57 21,19+1,74
18. Tinggi kepala dan leher (cm) 31,22 2,65 28,66 2,44 29,55 2,23 27,59 1,84 28,8911,61 26,88 11,22
19. Lebar dada (cm) 26,06 1,91 24,21 1,56 26,45 2,32 25,1012,13 26,23 1 1,95 25,3612,63
20. Panjang telapak kaki (cm) 24,75 0,20 22,83+0,14 24,29 0,37 22,72 10,21 25,15 12^03 22,7910,37
21. Lipatan kulit bisep (cm) 0,58 0,15 0,86 0,16 0,66 0,02 0,79 0,08 0,8610,33 0,9810,12
22. Lipatan kulit trisep (cm) 0,98+0,08 1,43 0,18 0,95 0,12 1,49 + 0,15 1,2410,37 1,8610,16
23. Lipatan kulit pcrul (cm) 0,99 0,28 1,69 0,22 1,24 0,22 1,9910,28 1,7710,48 2,81 0,16
24. Lipatan kulit subskapula (cm) 1,02 0,05 1,35 0,25 1,09 0,13 1,41 10,18 1,48 10,35 2,00 0,28
25. Lipatan kulit suprailiaka (cm) 1,21 0,09 1,64 0,35 1,28 0,18 1,5810,16 1,53 + 0,52 2,50 0,49
2
26. Luas permukaan tubuh (cm ):
- Manusia Jawa *) 15.737,72 14.390,08 15.783,64 14.372,33 16.465,73 14.956,75
- Manusia Kauskasus *) 15.717,00 14.970,00 18.000,00 16.000,00 18.000,00 16.000,00
27. Kerapatan tubuh #) 0,69 0,46 0,76 0,58 0,67 0,38
28. Persentase lemak $) 2,71 6,09 2,15 4,10 2,96 8,38
*) Menggunakan rumus Du Bois dalam ICRP 23 [2], #) rumus Nagamine dalam Tanaka [5], $) rumus Brozek dalam Tanaka [5].
Presiding Prcscntasi llmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Perbandingan ukuran berat dan tinggi badan Manusia Indonesia (Jawa) dengan negara-
negara Asia, Afrika, Amerika Serikat dan ICRP 23 (umur antara 20-30 tahun).

Negara Berat badan (kg) Tinggi tubuh (cm)


(Daftar pustaka) Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1. ICRP 23 12,22] 70 60 170 160
;
: 2ii;Ir0QnesiaiJa^a]i;;i;;;!!:ii5i::::
. ..... : ...y.;Vv. : . . . . . . . . ;

wwmmmi : ::
Ji5:;!Jepahgif5:]: ''.^:[::-^MM'MB !iH::;:?^5:;P:? ;:? :::::::::;5^: ::::;:s i;:::-;:-l:S8:i:I::
;
:6^Bangladesh!p4J];;::::;!:!::;;;:-:; ;:i::lJ5jpi::|
:
;;7.::SriiLanka[l5:]: "B':.\Mt\ :!V'i;.:N:;JT;!!';::.--!:.;n ;:::|;:-;:|-;::;:::
: : 8 . I n d i a : [ 3 ; : 1 : 6 ] . : :::; ::";::.:::;.;; :;:i::;i:;i.5Si::::;;i:;:
iM!!FHipina:f-Ii^j:::.;:i;::i!;::J:F;::i!;ii; ii.l::;!5&lli i i ^ i l S f !:!;;::
;
P@:;iiniailaiid:,[!l?S]J:;:;i:::!:i;;;i!i-:ii:; ^!!:;y.SSii: 1::;;; i:;:;:!!!:i4:8?;;:;-!;i;
I I . Senegal [19,20] 68 63 177 165
12. Zimbabwe [21] 64 64 171 161
13. AS(kulithitam)[10] 80 70 175 162
14. Amerika asli [23] 78,3 68,6 172,1 158,8

Apabila pertambahan berat dan tinggi tubuh Dengan demikian manusia dewasa Jepang
manusia Indonesia (2.181 responden manusia relatif berbeda dengan manusia Indonesia dan
Jawa) menu rut umur dibandingkan dengan hal ini berhubungan dengan jumlah dan
berat dan tinggi manusia acuan yang kualitas gizi yang dikonsumsi oleh manusia
dikemukakan oleh ICRP [2] (13.327 respon- Jepang terutama konsumsi protein hewani di
den) dan Jepang [5] (5.550 responden), maka samping perbedaan tempat tingga! dan kondisi
tampak bahwa ukuran manusia Indonesia lebih lingkungan hidup.
kecil daripada ICRP dan Jepang (Gambar 6-9). Dengan diketahuinya perbedaan antara
Hal ini tampak terlihat jelas untuk umur lebih manusia Indonesia dan manusia Kaukasus,
dari 20 tahun. Berat dan tinggi tubuh manusia maka akan terdapat perbedaan beban radiasi
Jawa lebih kecil masing-masing 1,38-13,65% yang diterima seseorang atau anggota
dan 2,04-7,13% daripada manusia Jepang. masyarakat. Casarett [dalam 7] menyatakan
Perbedaan berat dan tinggi tubuh dengan bahwa untuk dosis radiasi yang sama dengan
manusia acuan ICRP terlihat lebih besar berat tubuh lebih kecil, maka beban radiasi
daripada perbedaannya dengan manusia yang diterima oleh seluruh tubuh menjadi lebih
Jepang. Ukuran manusia Jawa 7,10-26,79% besar. Beban radiasi adalah laju dosis yang
lebih kecil untuk berat tubuh, dan 6,54-9,25% diterima baik dari sumber alamiah maupun
lebih kecil untuk tinggi tubuh manusia acuan sumber buatan manusia. Besar dosis serap
ICRP. Untuk umur di bawah 5 tahun, (terutama radiasi interna) berbanding lurus
perbedaan tersebut tidak terlihat jelas, dengan aktivitas radiasi pada tubuh atau bagian
sedangkan antara 5-20 tahun perbedaannya tubuh dan berbanding terbalik dengan berat
cukup jelas. Perbedaan berat dan tinggi tubuh tubuh atau bagian tubuh. Dengan demikian
laki-laki relatif lebih besar daripada untuk aktivitas radiasi yang sama dengan berat
perbedaannya untuk wanita. Pertambahan tubuh yang lebih kecil akan menerima laju
berat dan tinggi tubuh tampak cukup besar dosis yang lebih besar, dan penerimaan radiasi
pada umur dibawah 20 tahun. Dari keempat yang lebih besar oleh pekerja radiasi maupun
gambar, dapat dikatakan bahwa ukuran berat anggota masyarakat tidak diinginkan.
dan tmggi manusia Jepang icrletak di antara Sedangkan untuk radiasi eksierna. besar dosis
manusia Indonesia dan manusia kaukasus. radiasi adalah berbanding. terbalik dengan

PSPKR-BATAN 236
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan. 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4J1S5

kuadrat jarak dan berbanding lurus dengan 3. DANG, H.S., SUNTA, CM. dan SOMAN,
aktivitas radiasinya [7], S.D. Studies of the Anatomical,
Physiological and Metabolic Characteristics
KESIMPULAN DAN SARAN of Indian Adults for Setting up a Reference
Man-Present Status, Bhabha Atomic
Ukuran antropometrik manusia Jawa Research Centre, Bombay, India, 1988.
laki-laki relatif lebih besar daripada vvanita 4. AMSYARI, F. Radiasi dosis rendah dan
kecuali ukuran lipatan-lipatan kulit. Berat dan pengaruhnya terhadap kesehatan (Suatu
tinggi tubuh rata-rata laki-laki dewasa (21-40 pengantar terhadap upaya proteksi radiasi),
tahun) masing-masing adalah 55,73 2,56 kg Airlangga University Press, Surabaya,
dan 160,90 2,97 cm, sedangkan berat dan 1989.
tinggi tubuh wanita dewasa adalah 49,67 5. TANAKA, G.I., KAWAMURA, H. and
2,46 kg dan 151,27 2,01 cm. Berat dan NAKAHARA Y. Reference Japanese man. -
tinggi tubuh laki-laki dan wanita di daerah 1. Mass of organs and other characteristics
urban relatif lebih besar daripada laki-laki dan of normal Japanese. Health Phys. 36, 1979,
wanita di daerah pertanian dan nelayan. Berat 333-346.
dan tinggi tubuh manusia Jawa relatif sama 6. SUGIARTO, C.J. Report of Survey on
dengan negara-negara Asia lainnya tetapi Anthropological Characteristics, Food
cukup berbeda dengan manusia acuan yang Consumption, and Internal Organ
dikemukakan oleh ICRP 23. Berat dan tinggi Measurement of Samples Drawn from the
tubuh manusia dewasa Jawa masing-masing People of Jakarta, Indonesia, 1989-1990
1,38-13,65% dan 2,04-7,13% lebih kecil (Research Contract No. 5584/JN) National
daripada manusia Jepang, dan 7,10-26,79% Atomic Energy Agency of Indonesia,
dan 6,54-9,25% lebih kecil daripada manusia Jakarta, 1991.
acuan ICRP. Dengan demikian penyusunan 7. ANONIM, Penelitian Antropometrik pada
manusia acuan Asia (khususnya Indonesia) Mahasiswa di Yogyakarta untuk Acuan
sangat penting untuk dilakukan dan karena Dosimetri Radiasi Manusia Indonesia
masih sedikitnya jumlah populasi yang telah (Penelitian Antropomteri untuk Manusia
dijadikan responden dibanding jumlah populasi Acuan Indonesia), FK-UGM, Yogyakarta,
penduduk Indonesia, maka perlu dilakukan 1994.
juga di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. 8. NAWAWI, H. dan WIKAN, B. Deskripsi
berat dan ukuran beberapa organ dalam
UCAPAN TERIMA KASIH tubuh orang dewasa yang diotopsi di
instalasi kedokteran forensik RSUP Dr.
Ucapan terima kasih disampaikan Sarjito tahun 1991-1993, FK-UGM,
kepada Pemda DKI Jakarta, Pemda Tk. II Yogyakarta, 1994.
Kabupaten Bandung dan Sukabumi, Propinsi 9. JAHARI, A.B. dkk. Perbandmgan Baku
Jawa Barat, Pemda Tk. II Kabupaten Harvard dan Baku WHO-NCHS : Suatu
Semarang, Pati dan Jepara, Propinsi Jawa Kajian Aplikasi Analisis Terhadap Sub-set
Tengah, dan Pemda Tk. II Kabupaten Malang, Data PSG, Gizi Indonesia 1990, 14(2), 65-
Propinsi Jawa Timur, serta Fakultas 78.
Kedokteran Universitas Gadjah Mada 10.NURHAYATI, S., INDRAWATI, I. dan
Yogyakarta, atas kerjasama yang diberikan. MASNELLI, L. Pola Konsumsi Makanan
Penduduk di Pulau Jawa , belum terbit.
DAFTAR PUSTAKA ll.YADAV, M. Reference Asian Man Type
Data in Malaysia, University of Malaya,
1. TAYLOR, L.S. Radiation Protection Kuala Lumpur, 1988.
Standards, Butterworth, London, 1971. 12.WANG, J. dkk. Setting of Reference
2. ICRP, Report of the Task Group on Chinese Man. I. Height and Weight of Total
Reference Man, Publication No. 23, Body, Institute of Radiation Medicine,
Pergamon Press, Oxford, United Kingdom, CAMS. Tianjin, 1985.
1975.

237
PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungaii, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

13.CHEN, X.A. An Investigation on Physical America Indians. J. Occup. Med. 30, 1988,
Shape. Function and Quality of Chinese 556-560.
Teen agers and Children, Science and
Technology Literature Press. Beijing. DISKUSI
China, 1982.
14.RAB MOLLA, M.A. dkk., A Study on the Titi Wismawati - PPBGN:
Physical Parameters Relating to Anatomical Faktor-faktor apa yang menyebabkan
Characteristics for a Bangladeshi Reference dipilihnya manusia Jawa sebagai acuan
Man, Bangladesh Atomic Energy- penelitian?.
Commission, Dhaka, 1989.
15.WIMALARATNA, S. Critical Analysis of hd.Syaifudw :
the Concept of "Reference Asian Man" with Karena manusia Jawa mengkontribusi +60%
Reference to "Sri Lankan Man", Sri Lanka, populasi Indonesia dan telah terkumpul data-
1987. data dari 5 Dati I di P. Jawa (DKI, Jabar,
16.KAMAT. S. R., SARMA, B.S., RAJU. V. Jateng, DIY, dan Jatim) sehingga diinginkan
R. K.. VENKATARAMAN, C, untuk mengetahui karakteristik manusia Jawa
BALKHRISNA, M., BHAVSAR, R. C , dan nantinya dibandingkan dengan manusia di
KULKARNI. S. T. and MALHOTRA, M. Pulau lain.
S. Indian norms for pulmonary function :
Observed values prediction equations and Gatot Suhariyono - PSPKR :
intercorrelation. J. Assoc. Physial India 25, 1. Apakah yang dimaksud lipatan kulit dan
1977,531 -540. pengaruh lipatan kulit pada pria dan wanita,
17.NATERA, E.S. A Report on the juga cara mengukurnya ?.
Anatomical. Physiological and Metabolic 2. Apakah yang dimaksud kerapatan, apakah
Characteristics of the Filipino Reference sama dengan density (massa jenis) ?.
Man. Philippine Nuclear Research Institute,
Manila, 1987. M Syaifudin :
18.PONGPAT, P. Anatomical data of Thailand 1. Lipatan kulit adalah tampilan secara fisik
people for Reference Man, Health Physics kandungan lemak tubuh seseorang dan
Division, Office of Atomic Energy for ukuran ini meliputi lipatan kulit bisep, trisep
Peace, Bangkok, Thailand, 1987. (pada lengan), perut, subskapula dan
19.DUF'ETEL. P., PIGEARIAS, B., suprailiaka (pada pinggang dan punggung).
LONSDORFER, J., DEROSSI, G., Lipatan kulit wanita lebih besar daripada
DIAINE, C. and FALTOT, P. J. pria karena laju pengendapan lemak pada
Spirometric reference values in Senegalese wanita lebih besar. Cara mengukurnya
black adults. Eur. Respir. J. 2, 1989, 352- adalah dengan menggunakan alat antro-
358. pometer set.
20.SCHOENBERG, J.B., BECK, G.J. and 2. Kerapatan adalah perbandingan berat
BOUHUIS, A. Growth and decay of dengan volume tubuh. Kerapatan ini sama
pulmonary function in healthy blacks and dengan density/massa jenis dan dapat
whites. Respir. Physiol. 33, 1978, 367-393. dihitung dengan rumus tertentu.
21.COOKSON. J.B.. BLAKE, G.T.W. and
FARANISI, C. Normal Values for Rochestry Sojyan - PPTN :
ventilatory function in Rhodesian Africans. 1. Apakah yang dimaksud dengan manusia
Br. J.Dis. Chest 70, 1976. Jawa (per definisi) dalam penelitian ini?.
22.SLIMAN, N.A., DJAJANI, B.M. and 2. Dan mana angka 60% diperoleh. Apakah
DAJANI, H.M. Ventilator^' function test ini sudah merupakan kesepakatan bersama?.
values of healthy adult Jordians. Thorax 36,
1981,546-549.
23.CRAPO, R. O., LOCKEY, J.. ALDRICH, M Syaifudin :
V.. JENSEN. R. L. and ELLIOTT, G. 1 Manusia Jawa dalam penelitian ini adalah
Normal spirometric values in healthy manusia yang tinggal di lima Dati I di Pulau

^SPKR-BATAN 238
Presiding Presenlasi [Imiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Jawa baik suku Jawa maupun suku lain M.Syaifudin :


yang telah bermukim lama di Pulau Jawa. Saya kira sebaiknya tidak diadopsi langsung
2. Angka ini diperoleh dari BPS dan dan kurang cocok bagi manusia Indonesia.
merupakan kesepakatan peneliti untuk Misalnya untuk aplikasi di bidang kedokteran
mencoba mempelajari karakteristik manusia seperti radioterapi/diagnosa organ tubuh maka
di Pulau Jawa. faktor berat organ tubuh / berat tubuh sangat
penting untuk diperhitungkan dan disesuaikan
Mulyono Hasyim - PSPKR : dengan manusia Indonesia. Rekomendasi ICRP
1. Apakah tujuan akhir/aplikasi dari penelitian seharusnya diperketat.
ini?.
2. Apakah hanya sebatas untuk mengetahui Sanvo D.Danupoyo - PPkTN:
ukuran dan bentuk tubuh masyarakat Jawa Terdapat kecenderungan bahwa anak-anak
atau masyarakat Indonesia umunya ?. muda/remaja saat ini memiliki ukuran badan
yang lebih besar / tinggi daripada orang tua
M Syaifudin : mereka. Bagaimana hal ini diantisipasi dalam
1. Tujuan akhirnya adalah menyusun pembuatan ukuran manusia acuan Indonesia.
karakteristik Manusia Acuan Indonesia
yang dapat diaplikasikan untuk M.Syaifudin :
memperkirakan dosis yang diterima Dapat diantisipasi dengan membagi responden
seseorang karena satu faktor dalam menurut kelompok umurnya dan dalam
penetapan dosis adalah kondisi fisik/ penyusunan MAI nantinya juga dibagi menurut
biologik seseorang. Untuk aplikasi di bidang kelompok umur.
medis data ini juga bisa dipakai.
2. Pada kali ini kami menyusun karakteristik
manusia di P. Jawa dengan menggunakan
data-data dari lima Dati I di Pulau Jawa.
Nantinya akan dilakukan juga pengumpulan
data di daerah luar Pulau Jawa dan
akhirnya disusun Manusia Acuan Indonesia.

Yus Rusdian Akhmad - PRSG :


Jika tujuannya untuk menentukan manusia
acuan Indonesia, maka dapat diatur teknik
samplingnya sehingga representatif mewakili
manusia Indonesia.

M. Syaifudin :
Untuk sementara disusun manusia acuan dari
data manusia di P. Jawa yang nantinya
dibandingkan dan digabungkan dengan
manusia di Pulau lain. Juga dilakukan
perbadingan secara statistik dan apabila tidak
berbeda nyata maka sebaiknya dilakukan di
Pulau Jawa, hanya ditambah respondennya
sehingga lebih representatif.

Jibiin Sembihng - BPTA :


Dalam rangka penyusunan Manusia Acuan
Indonesia, menu rut Anda apakah batasan dosis
yan direkomendasikan ICRP cocok untuk
manusia Jawa ?. Kalau tidak bagaimana
scr.iestinva diperketat atau dipevingan ?.

239
PSJ'KR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854 - 4085

PSPKR-BATAN 240
Prosiding Presentasi Ilmiaii Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

c c c c
C C C C ffl
j ^ J 5 5
* *V 1^ ty ^ ;

" *n O o o ^
i/l O O O

CD i - C\J <n IT
- to to

Kel.
Kel.

Kel.
Kel.
Kel.

Kel.
f*\ rt / * \ yt #t\ rt* /h

a S3 Mi Q Ml

I\\\\\\\\SS\\\\\\S\\SSS\X\\S\\V\\\\\\*

(UID) qnqm

irnitiiiiiutTnimntitiMniirTntniimnniiJiiiinnrniiinJiiirnmHiiunnJ
jiniiraimiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinmuraiiiiniiiiiiiiiraiiiiiimiiiiiiiiiniimiiiiiiiiimnn
^C
s.
ttmuriiunuiiimjiuiiRuiiuiniuiuniiiiiniiiiumuiiiuinit inrnmiggm
^ ._. o ^

iiiniiiiiuiiiiiiiiMiiiiiiiiiimiiiiiinuiniiimiiiiiiiiiiiiiniiNiiniiiiiiuiiiiiiiiiiiotD!

w\\\A\\vs\\\\\\\N\\

1I

(3>i) qnqm i
(UJO) i|nqm

PSPK.R-BATAN 241
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

a:

.H f-

o c
-C CvJ C

(lUD) qnqm |3"SUIJ_


(S^) qnqn] i

o- 5
U g

S1
5 1
E

(2>|) qnqnl
o (UJO) qnqn]

PSPKR-BATAN 242
Presiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085 ID0000087

POLA KONSUMSI MAKANAN PENDUDUK DIPULAU JAWA


Siti Nurhayati, Iwiq Indrawati dan Masnelly Lubis
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN

ABSTRAK
POLA KONSUMSI MAKANAN PENDUDUK DI PULAU JAWA. Survei pola konsumsi makanan
harian, yang berupa sumber-sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur-sayuran serta buah-buahan
untuk penduduk di Pulau Jawa telah dilakukan. Survei dilakukan dengan cara wawancara menggunakan
kuesioner dan model makanan tiruan. Hasil menunjukan bahwa sumber-sumber karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi per hari berturut-turut 631, 34 38,42 g, 136,96
3,36 g, 107,46 7,15 g, 124,33 + 11,29 g dan 136,76 + 3,8 g. Jumlah rata-rata konsumsi makanan harian oleh
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Analisis kandungan gizi menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak
mengkonsumsi protein hewani daripada perempuan yang lebih banyak mengkonsumsi protein nabati. Sumber
vitamin buah-buahan lebih banyak dikonsumsi olek laki-laki dari pada perempuan yang lebih banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran. Jumlah total konsumsi makanan harian perempuan paling tinggi adalah responden
di daerah sub-urban dan untuk laki-laki paling tinggi adalah responden di daerah pertanian. Apabila dikaitkan
dengan pengukuran lingkar lengan atas maksimum dan berat badan maka keadaan gizi seluruh responden
menunjukan gizi normal. Dari hasil survei ini dapat diperkirakan laju intake (masuknya) radionuklida yang
terkandung dalam sumber bahan makanan dan dapat diduga kerentanan penduduk terhadap efek radiasi yang
mengakibatkan gangguan kesehatan.

ABSTRACT
FOOD CONSUMPTION PATTERN OF PEOPLE IN JAVA ISLAND. A survey on daily consumption
pattern, i.e. carbohydrat, animal and plant proteins, vegetables, and fruits for people in Java Island has been done.
The survei was conducted by interviewing using a questionaire and food models. The results showed that the
daily consumption of carbohydrates, animal protein, plant protein, vegetables and fruits sources are 631.34 +
38.42 g, 136.96 3.36 g, 107.46 7.15 g, 124.33 11.29 and 136.76 33.8 g, respectively. The average
amount of daily food consumption for men is higher than those for women. The analysis of nutrition content
showed that animal protein is higher consumed by men than women, whereas plant protein is higher consumed
by women than men. The highest daily consumption for women is in sub-urban area and those for men is in
agricultural area. If it is related to upper arm circumference and body weight, the nutrition grade for all
respondences is in normal range. From this survey the rate of intake of radionuclides contained in foodstuff can
olso be determined and the sensitivity of people to radiation effect that could be resulted the health consequences
can be estimed.

PENDAHULUAN dapat berlaku untuk manusia Asia, pada tahun


1990 telah disepakati bersama oleh negara-
ICRP (International Commission on negara Asia, termasuk Indonesia, untuk
Radiological Protection), yakni badan inter- mengumpulkan data parameter manusia Ras
national yang menangani masalah proteksi Asia yang meliputi antara lain ukuran antro-
radiasi, telah mengembangkan suatu konsep pometrik, dimensi dan berat organ, kesetim-
Manusia Acuan (Reference Man) dalam bangan udara dan air dalam tubuh, kandungan
kaitannya dengan penggunaan radiasi untuk unsur-unsur dalam organ/jaringan tubuh
kesejahteraan umat manusia terutama dalam manusia dan pola konsumsi makanan harian,
bidang kesehatan dan keselamatan radiasi. mingguan, dan bulanan.
Selama ini, konsep manusia acuan yang Kebiasaan makan adalah parameter
dipergunakan untuk keperluan proteksi radiasi penting yang diperlukan dalam penentuan dosis
menggunakan manusia acuan dengan radiasi interna, karena lepasnya radionuklida ke
parameter-parameter psikologis dan anatomis lingkungan dapat menyebabkannya konta-
yang diambil dari manusia Ras Kaukasus minasi air dan bahan makanan. Dengan
(Eropa Barat dan Amerika Utara). Konsep mengetahui makanan yang dikonsumsi, dapat
manusia acuan yang demikian pada dasarnya diperkirakan kontaminasi interna radionuklida
kurang sesuai untuk diterapkan pada penduduk pada seseorang. Konsumsi makanan juga
Asia. Oleh karena itu, dalam rangka koreksi bcrpcngaruh pada karakieiistik fisik dan
dan mdengkapi konsep manusia acuan yang kondisi fisiologis seseorang. Ukuran fisik tubuh

PSPKR-BATAN 243
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

dan pernafasan serta laju metabolisme sangat Sumber Manjing Wetan Kecamatan Sumber
dipengaruhi oleh kondisi makanannya. Oleh Manjing (Kabupaten Malang, Jawa timur).
karena itu perlu untuk ditentukan baik secara Responden harus penduduk asli
kualitatif maupun kuantitatif masukan setempat atau yang telah lama bermukim di
makanan harian penduduk. daerah penelitian. Jumlah responden yang
Selain untuk tujuan proteksi radiasi, diwawancarai dari ketiga propinsi adalah 1166
Manusia Acuan Indonesia, dimana data diambil orang laki-laki dan wanita, berumur antara 0
dari setiap suku yang kemudian meng- sampai 70 tahun. Responden dipilih yang
implikasikan budaya, dapat dijadikan sebagai berbadan sehat, tidak mempunyai penyakit
acuan dalam mengkaji tingkat pertumbuhan kronis maupun cacat turunan baik fisik
fisik manusia dalam lingkup suatu suku yang maupun mental. Untuk menghindari subyek-
terkait di dalamnya kualitas gizi dan kebiasaan tivitas, responden dalam survei konsumsi
dalam hal makanan. Data manusia acuan juga makanan ini adalah orang dewasa berumur 15 -
sangat bermanfaat untuk dijadikan acuan 70 tahun atau yang sudah berkeluarga, dengan
peningkatan kualitas makanan yang karakte- harapan bahwa konsumsi makanan keluarga
ristik dengan kebiasaan suku maupun keadaan lainnya (anak-anaknya) tidak akan jauh
dacrah setempat. Dari data pola konsumsi berbeda dengan apa yang dimakan oleh kedua
makanan harian diharapkan akan diketahui: (1) orang tuanya. Untuk itu kepada setiap res-
ragam makanan dan proporsi kandungannya ponden diwawancarai makanan apa saja yang
dan (2) nilai gizinya. Berdasarkan kedua dimakan, jumlah dan frekuensinya setiap hari,
parameter pola makanan ini akan diperoleh atau setiap minggunya bahkan setiap bulannya.
hubungan antara ukuran antropometrik dengan Wawancara dilakukan dengan meng-
tingkat kesehatan serta prognose kualitatif dan gunakan daftar pertanyaan. Daftar ini
kuantitatif dari kandungan radionuklida dalam dilengkapi dengan model makanan tiruan yang
tubuh yang masuk melalui makanan. Dalam dibuat dari gips dan makanan asli yang telah
makalah ini dilaporkan hasil pengumpulan data dikonversi beratnya (gram) untuk setiap jenis
pola konsumsi makanan di Pulau Jawa. makanan. Kemudian dengan menggunakan
model makanan tiruan tersebut dapat dihitung
BAHAN DAN CARA KERJA jumlah makanan yang dimakan (gram) dalam
setiap harinya.
Survei dilakukan di 3 daerah demografi Survei konsumsi makanan ini meliputi
yaitu daerah sub urban, daerah pertanian dan sumber karbohidrat (nasi, lontong, bubur nasi,
daerah pantai (nelayan) untuk setiap propinsi di kentang, talas, ubi jalar, singkong, mi putih, mi
Pulau Jawa. Untuk daerah sub urban dipilih kuning dan roti); sumber protein hewani
Kecamatan Cimahi (Kotip Bandung, Propinsi (susu, daging sapi, ayam atau kambing, hati,
Jawa Barat), Desa Randusari dan Sampangan, jenis-jenis ikan laut seperti : bandeng, tongkol,
Kecamatan Semarang Selatan (Kodya tengiri, kembung, kepiting, rajungan, udang
Semarang, Propinsi Jawa Tengah), dan desa dan jenis-jenis ikan air tawar seperti : mas,
Kepanjen, kecamatan Kepanjen (Kodya mujaher, tawes, lele dll.); sumber utama protein
Malang, Propinsi Jawa Timur). Daerah nabati (kacang-kacangan); sayur-sayuran
pertanian yang dipilih adalah Kecamatan (buncis, wortel, kacang panjang, oyong,
Ciwidey (Kabupaten Bandung, Jawa Barat), kangkung, daun singkong, bayam, labu dll.)
Desa Puncel Kecamatan Dukuhseti dan Desa dan dari buah-buahan (alpokat, apel,
Plaosan Kecamatan Cluwak (Kabupaten Pati, belimbing, jeruk, mangga, sawo, pisang,
Jawa Tengah), dan desa Batu Kecamatan Batu jambu, nanas, nangka, pepaya, semangka dll.)
(Kabupaten Malang, Jawa Timur). Sedang sebagai sumber vitamin.
untuk sampel daerah nelayan dipilih lokasi
Kecamatan Cisolok (Kabupaten Sukabumi, HASIL DAN PEMBAHASAN
Jawa Barat), Desa Mororejo Kecamatan
Mloggo dan desa Bondo Kecamatan Bangsri Hasil survei jumlah konsumsi makanan
(Kabupaten Jepara, Jawa tengah) dan Desa harian penduduk Pulau Jawa dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Gambar 1.

PSPKR-BATA 244
Presiding Presenlasi Ilniiah Keselamatan Radiasi don Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Bila dilihat dari konsumsi sumber Untuk responden perempuan konsumsi makan
makanan utama, umumnya karbohidrat adalah harian paling tinggi ada di daerah sub-urban,
sumber makanan yang paling banyak hal ini mungkin selain kesadaran masyarakat
dikonsumsi dibanding sumber utama lainnya perkotaan untuk mengkonsumsi makanan lebih
baik oleh Iaki-Iaki maupun perempuan yaitu baik juga disebabkan karena keadaan
sebesar 55,54%. Responden laki-laki mengkon- ekonominya relatif lebih baik.
sumsi protein hewani lebih banyak dari pada Untuk mengetahui status gizi
responden perempuan, sedangkan responden responden dilakukan pengukuran lingkar lengan
perempuan lebih banyak mengkonsumsi protein atas (LLA) tangan kiri dengan menggunakan
nabati. Hal ini sesuai dengan kebudayaan jawa meteran. LLA diukur tepat di pertengahan
dimana perempuan (istri) lebih mendahulukan antara siku dengan pangkal lengan bagian atas.
laki-laki (suami) dari pada dirinya sendiri. Pengukuran berat badan dilakukan dengan
menggunakan timbangan.
Untuk bayi ditimbang bersama ibu-
nya, kemudian dikurangi dengan berat badan
ibunya. Dari hasil pengukuran antropometri ini,
khususnya ukuran berat badan dan lingkar
lengan atas, diketahui seluruh responden di
semua daerah penelitian termasuk kategori gizi
normal (Tabel 2 dan 3). Terlihat bahwa dari
penilaian status gizi dan berat badan responden
ini, tidak menunjukan perbedaan yang nyata,
K.H PH PN Buah- Siyuian Tolal yaitu sama-sama menunjukan gizi normal.
Ganibar !. Jumlah ninkaiian Italian (g) laki-laki dan percmptian dcwasa Pemenuhan kebutuhan gizi yang berada pada
tingkatan normal menunjukan bahwa tingkat
Hal ini selaras dengan falsafah Jawa yaitu kesadaran terhadap kualitas hidup masyarakat
"nrimo ing pandum," dimana laki-laki sebagai sudah cukup baik.
kepala rumah tangga dan pencari nafkah, menu Bila hasil survei konsumsi makanan
makanannya harus lebih baik dari pada yang dikaitkan dengan kandungan radionuklida
lain. Untuk sumber utama vitamin laki-laki tertentu dalam bahan makanan, maka dapat
lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dari diperkirakan dosis interna dari radionuklida
pada perempuan, dan perempuan lebih banyak tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Emlinarti
mengkonsumsi sayur-sayuran dari pada (9,10) diketahui radionuklida yang terdapat
responden laki-laki. Secara keseluruhan total pada beberapa sayur-mayur yang dikonsumsi
konsumsi laki-laki adalah 1178,99 155,31 di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
g/hari, lebih banyak dari total konsumsi ternyata sangat kecil yaitu dalam orde mBq,
yaitu untuk radionuklida Sr-90 adalah 4,75
responden wanita yaitu 1094,73+155,31 g/hari
1,66 mBq/kg dan radionuklida Cs-137
atau 7,15 % lebih tinggi.
sejumlah 13,12 2,31 mBq/kg. Jumlah ini
Jumlah konsumsi makan total laki-laki
hanya kira-kira sepertujuh dari kandungan
tertinggi adalah responden di daerah pertanian
radionuklida pada sayur-mayur di Jepang.
(Ciwidey, Pati dan Batu), yaitu masing-masing
1264,04263,98 g/hari, 1563,53+203,13 g/hari
dan 1224,79259,82 g/hari, sedang untuk Tabel 2. Lingkar Lengan Atas menu rut
responden perempuan konsumsi tertinggi kelompok umur dikaitkan dengan status gizi.
adalah daerah sub-urban (Cimahi, Semarang
dan Kepanjen), yaitu masing-masing 1116,66 Umur Laki-laki Perempuan Ket.
219,15 g/hari, 1440,78 371,66 g/hari dan (tahun)
951,38 249,45 g/liari. Dari data tersebut
tampak balivva responden laki-laki di daerah 16-20 31,08 5,70 31,36 5,81 Normal
pertanian memerlukan energi paling banyak 21 -30 31,56 5,89 31,07 5,26 Normal
untuk mcngolah lahan mereka, seh.ingga juga 31 -40 33,82 5,84 32,28 4,65 Normal
diperlukan masukan makanan paling banyak. >40 33,14 + 5,15 32,51 5.29 Normal

PSPKR-BATAN 245
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel L. Jumlah konsumsi makanan harian laki-laki dan wanita dewasa di tiga
Propinsi di Pulau Jawa.

JAWA BARAT
KONSUMSI JENIS CIMAHI CIWIDEY CISOLOK RATA-RATA
UTAMA(g) KELAMIN (Sub Urban) (Pertanian) (Nelayan)
1. Karbohidrat Laki-laki 742,37 95,89 721,07 + 175,97 606,55 132,29 689,99 59,64
Perempuan 612,93161,35 627,21 179,81 564,47149,60 604,53 128,41
2. Protein hewani Laki-laki 114,81 17,89 180,40 131,18 147,47 1 26,78 147,56 +26,78
Perempuan 150,94 51,52 153,94 47,84 147,47 126,78 150,78 2,64
3. Protein nabati Laki-laki 98,13 10,58 105,75 25,35 92,67 1 8,40 98,85 1 5,36
Perempuan 97,68 + 12,99 88,47 114,58 74,23 1 17,64 86,79 + 9,64
4. Buah-buahan Laki-laki 122,77140,25 151,39 + 65,59 134,07+6,36 136,071 11,77
Percmpuan 149,23 39,12 119,86136,69 175,02 189,30 148,03 +22,78
5. Sayur-sayuran Laki-laki 117,75 45,23 103,44 1 3,75 106,50 1 14,85 109,23 16,15
Perempuan 105,89 10,32 113,201 12,54 106,701 17,74 108,60 1 3,37
TOTAL Laki-laki 1195,82+281,45 1262,041263,98 1087,26+218,59 1181,71 172,05
Perempuan 1116,66+219,15 1102,04+228,54 1073,831199,41 1097,51 117,77
JAWA TENGAH
KONSUMSI JENIS SEMARANG PATI JEPARA RATA-RATA
UTAMA (g) KELAMIN (Sub Urban) (Pertanian) (Nelayan)
1. Karbohidrat Laki-laki 648,07172,70 773,401112,11 649,48181,12 690,32 58,75
Perempuan 611,071204,86 662,66 1 144,64 549,40+ 157,29 607,71 46,30
2. Protein hewani Laki-laki 228,01 1 120,69 197,76188,76 118,52 182,78 181,43146,17
Perempuan 207,16 1102,79 191,52190,14 98,16+67,49 165,61148,12
3. Protein nabati Laki-laki 84,17 87,17 127,241 137,08 75,39 1 54,37 95,60 22,66
Perempuan 246,67+ 114,42 137,60148,18 68,16 142,66 150,74 + 73,38
4. Buah-buahan Laki-Iaki 115,61 +94,21 287,50 186,02 152,84+81,12 185,31 73,83
Perempuan 143,89164,66 137,60177,36 132,83 181,41 138,11 +4,53
5. Sayur-sayuran Laki-laki 224,97 1 69,75 174,13 163,94 174,45 + 100,86 191,18123,89
Perempuan 234,75 90,27 242,89191,34 187,981 101,92 221,87124,19
TOTAL Laki-laki 1436,74+279,12 1563,53+203,13 1173,33+ 185,43 1391,201 162,52
Perempuan 1440,78+371,66 1368,181256,06 1037,581240,94 1282,18+ 175,48
JAWA TIMUR
KONSUMSI JENIS KEPANJEN BATU SB. MANJTNG RATA-RATA
UTAMA (g) KELAMIN (Sub Urban) (Pertanian) (Nelayan)
1. Karbohidral Laki-laki 582,11 38,74 705,41 +97,80 599,52 124,78 629,01 54,49
Perempuan 635,59+47,98 514,60 + 27,12 549,41 133,20 566,53 150,85
2. Protein hewani Laki-laki 71,56 + 50,81 83,36129,90 121,05 1 16,60 91,99 121,10
Pereinpuan 69,80121,67 51,66114,15 131,77119,51 84,41 134,30
3. Protein nabati Laki-laki 100,54 + 21,61 146,49 1 59,62 72,38 1 10,32 106,47 130,54
Perempuan 106,48+18,34 117,65+42,95 94,76 1 18,86 106,30 9,34
4. Buah-buahan Laki-laki 87,35 1 36,40 112,17162,20 56,95 1 13,91 85,49 122,58
Pereinpuan 66,40 + 17,10 49,681 12,00 42,85+9,58 52,98 19,89
5. Sayur-sayuran Laki-laki 59,43 1 7,72 177,34158,99 58,68 1 3,72 98,48 55,76
Perempuan 73,121 11,04 136,39122,64 64,11 1 11,80 91,21 132,16
TOTAL Laki-laki 900,99 1225,21 1224,791 259,82 908,58 1 234,99 1011,951150,88
Perempuan 951,38 1249,45 869,961 194,31 882,901211,09 901,41 35,72

PSPKR-BATAN 246
Prosiding I'resentasi Ilmiah Kesclamalan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 3. Berat Badan menurut kelompok umur 2. Gizi Indonesia. Journal of the Indonesian
dikaitkan dengan status gizi. Nutrition Association. Bogor. 1990; 14(2).
3. DANUSUPADMO, S. Antropological
Umur Laki-laki Perempuan Ket. Characteristic, Food Consumption and
(tahun
Internal Organ Measurement of Samples
16-20 53,70 8,61 46,95 7,00 Normal
21 -30 54,37 9,03 50,87 9,05 Normal Drawn from the People of Jakarta,
31-40 59,13 10,53 53,62 8,58 Normal Indonesia. National Atomic Energy Agency
>40 54,99 9,07 52,81 11,02 Normal of Indonesia in Cooperation With College
of Medicine, University of Indonesia,
KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta. 1989- 1990.
4. KRiSDINAMURTIRIN; dkk. Konversi
Dari hasil survei di tiga propinsi di Berat Bahan Makanan. Balai Penelitian
Pulau Jawa ini, dapat disimpulkan bahwa Gizi - Bogor. 1974.
konsumsi total makanan harian laki-laki lebih 5. DIREKTORAT GIZI-DEPKES RI. Daftar
banyak daripada perempuan. Sumber makanan Komposisi Bahan Makanan. Bharata
karbohidrat paling banyak dikonsumsi baik Karya Aksara. Jakarta. 1981.
oleh laki-laki maupun perempuan yaitu 6. DARMONO, SS., SULCHAN, M. dan
55,54%. Responden laki-laki lebih banyak Haryoko, W. Pengukuran Antropometri
mengkonsumsi protein hewani dibanding Sebagai Cara Penentuan Status Gizi. Balai
responden perempuan yang lebih banyak Penelitian Gizi, Bogor.
mengkonsumsi protein nabati. Sumber utama 7. WA'ID, A., SYAIFUDIN, M. dan
vitamin, yaitu buah-buahan lebih banyak SUPRIHADI, T. Karakteristik Antro-
dikonsumsi oleh laki-laki sedangkan sayur- pometrik Manusia Acuan Indonesia (MAI).
sayuran lebih banyak dikonsumsi oleh Data Untuk Suku Jawa Tengah (Yogya-
perempuan. Dilihat dari wilayah penelitian, karta, Semarang, Jepara dan Pati). Proc.
konsumsi total laki-laki tertinggi di ketiga KRL. PSPKR - BATAN, Jakarta 2 1 - 2 2
propinsi adalah responden di daerali pertanian September 1995.
yaitu daerah Ciwidey, Pati dan Batu sedang 8. NURHAYATI, S., dan LUSIYANTI, Y.
untuk responden perempuan konsumsi tertinggi Pola Konsumsi Makanan Penduduk
adalah daerah sub-urban, yaitu daerah Cimahi, Semarang, Jepara dan Pati. Proc. KRL.
Semarang dan Kepanjen. Keadaan gizi seluruh PSPKR - BATAN, Jakarta 21-22
responden berdasarkan berat badan dan ukuran September 1995.
lingkar lengan atas menunjukkan status gizi 9. EMLINARTI, SUTARMAN, CHAE-
normal. RUDIN, A. dan INDIYATI, T.
Konsentrasi Sr-90 di Dalam Sayuran di
UCAPAN TERIMA KASIH Beberapa Daerah di Jawa Tengah. Pros.
KRL, PSPKR - BATAN, Jakarta 23 - 24
Terima kasih yang sebesar-besarnya Agustus 1994.
disampaikan kepada Pimpinan dan seluruh staf 10. EMLINARTI, YURFIDA, NIRWANI, L.
Lemlit Universitas Diponegoro Semarang, dan BUCHORI. Penentuan Konsentrasi
Pimpinan beserta jajaran Pemda dan Dinas Cs-137 dalam sayuran di beberapa daerah
Kesehatan Provinsi Javva Barat, Jawa Tengah di Jawa Tengah. Pro. KRL. PSPKR-
dan Jawa Timur, serta pihak-pihak lain yang BATAN. Jakarta, 21- 22 September 1995.
terkait.
DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA
Warmo S.-BTKL :
1. ABUNAIN, D., dkk. Pedoman Ringkas Penyaji menyatakan pola konsumsi makanan
Cara Pengukuran Antropometri dan mengenai karbohidrat, protein, lemak dll,
Penentuan Keadaan Gizi. Puslitbang Gizi- bagaimana pengaruh nilai kalori dari makanan
Balitbang Keschatan-DEPKES RI, Bogor. tersebut untuk studi antropometrik manusia 9.
1980.

PSPKR-BATAN 247
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Siti Nurhayati : hamburger/pizza dapat dikonversikan dari


Kalori dihitung dari sumber karbohidrat dan kandungan daging dan sayurannya (gram).
proteinnya dan untuk pengukuran ini kami 2. Dari data konsumsi makanan ini, dapat
bekerjasama dengan Lemlit Undip dalam diperkirakan laju intake radionuklida ke
menghitung sumber karbohidrat dan protein dalam tubuh (dosis radaisi dalam tubuh)
menjadi kandungan kalorinya. Pengaruh yakni dengan mengetahui kandungan
terhadap ukuran antropometrik adalah untuk radionuklida dalam bahan makanan dan
masukan kalori yang baik maka ukuran juga dapat diperkirakan apakah masih di
antropometriknya juga tinggi / besar. bawah ambang batas yang diperbolehkan.

June Mellawati - PAIR : M. Fathony - PSPKR :


Kerentanan penduduk terhadap efek radiasi 1. Menurut anda laki-laki lebih banyak
mengakibatkan gangguan kesehatan, apakah konsumsi protein hewaninya sementara
diukur berdasarkan usia, jenis makanan, perempuan lebih banyak mengkonsumsi
tingkat ekonomi, radiasi alam di sekitar tempat nabati. Mengapa?.
tinggalnya, dan faktor apa saja yang mem- 2. Bagaimanan jika dibandingkan dengan data-
pengaaihi kerentanan tersebut ?. data dari negara lain ?. Apakah bisa
dijelaskan secara ilmiah (fisis) ?.
Siti Nurhayati :
Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis Siti Nurhayati :
kelamin dan jenis makanan, sedangkan tingkat 1. Data yang diperoleh dari responden
ekonomi dan tingkat radiasi alam tidak (questioner) memang demikian. Hal ini
dilakukan. Kerentanan penduduk terhadap mungkin disebabkan budaya Jawa (terumata
radiasi tergantung pada daya tahan tubuh, pola Jawa Tengah) dimana perempuan biasanya
hidup. pola makan dan umur responden. mengutamakan konsumsi untuk suaminya
yang pencari nafkali (istilah Jawanya
Erham - PSPKR : "nrimo ing pandum").
Mengapa pengukuran pola konsumsi makanan 2. Belum bisa dibandingkan sebab data dari
penduduk di Pulau Jawa di tiap daerah dibagi negara lain belum lengkap.
menjadi sub urban, pertanian dan nelayan ?.
Eri Hiswara - PSPKR :
Siti Nurhayati : 1. Apakah ada data terinci tentang konsumsi
Sebab penduduk di masing-masing daerah masing-masing jenis bahan makanan ?.
tersebut pola hidupnya berbeda baik pola 2. Kenapa data hanya menyebutkan sumber
makanan, aktivitas hidup maupun kebiasaan karbohidrat, protein hewani dan protein
lain sehari-hari sehingga dapat diperoleh data nabati ?. Untuk keperluan perkiraan dosis
yang cukup bervariasi dan responden sampel yang diterima penduduk, data seperti ini
diharapkan dapat mewakili semua lapisan tidak dapat digunakan karena yang
masyarakat di tempat tinggalnya. diperlukan adalah data konsumsi tiap jenis
bahan makanan seperti daging sapi, daging
Mulyono Hasyim - PSPKR : ayam, telur ayam, dsb.
1. Apakah pola konsumsi/jenis makanan yang
dimakan oleh masyarakat Jawa sekarang Siti Nurhayati:
yang saudara teliti belum dipengaruhi oleh 1. Ada data lengkapnya untuk masing-masing
makanan asing (hamburger, pizza, dll) ?. responden serta nilai mg/gramnya.
2. Apakah tujuan akhir dari penelitian ini yang 2. Pengelompokan sumber-sumber bahan
ada korelasinya dengan efek radiasi ? makanan ini merupakan kumpulan data
yang tercantum pada questioner misalnya
Siti Nurhayati : untuk daging sapi, ayam, telur ikan (air laut
1. Sebagian sudah. terutama di lokasi sub dan tawar) dan disini dijadikan satu sebagai
urban, sedang di lokasi lain sama sekali sumber protein hewani. Demikian juga
belum dan kandungan kalori dalam sumber-sumber yang Iain.

PSPKR-BATAN 248
Presiding Presenlasi Ilniiah Kcsclamalan Radiasi da Lingkungaii, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000088

KONSENTRASI TRITIUM DALAM BENTUK MOLEKUL AIR (FWT)


DI DALAM HUMUS

Poppy Intan Tjahaja


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-Batan

ABSTRAK
KONSENTRASI TRITIUM DALAM BENTUK MOLEKUL AIR (FWT) DI DALAM HUMUS.
Tritium dalam molekul air (FWT) di dalam humus dianalisis uiituk mengetahui konsentrasi dan fluktuasinya.
Sampel humus dikoleksi di sebuah hutan pinus di kota Toki, Jepang, selama tahun 1991 dan 1992. FWT
diperoleh dengaii cara pengembunan pada proses pengeringan sampel dengan metode freeze drying. Konsentrasi
FWT kemudian diukur dengan menggunakan pencacah sintilasi caii. Dari hasil pengukuran diperoleh konsentrasi
FWT di dalam humus berkisar antara 0,51 0,06 Bq/1 sampai 1,03 + 0,06 Bq/1 dengan rata-rata 0,83 0,17
Bq/1. Konsentrasi FWT dalam humus bervariasi tergantung kepada waktu pcngambilan sampel. Curah hujan
mempengaruhi konsentrasi FWT dalam humus berupa efek pengenceran.

ABSTRACT
CONCENTRATION OF FREE WATER TRITIUM (FWT) IN HUMUS LAYER. The free water
tritium (FWT) in humus layer has been analyzed to evaluate its concentration and fluctuation. Humus sampel was
collected in a pine stand in Toki City, Japan, during 1991 and 1992. The FWT was obtained by condensation
during the freeze drying process of sampel. FWT concentration was then measured using a liquid scintillation
counter. The concentration of FWT ranged from 0.51 0.06 Bq/1 to 1.03 0.06 Bq/1 with average 0.83 0.17
Bq/1. The FWT concentration in humus layer varied depending on sampling time. The amount of precipitation
seems to influence the concentration of FWT in humus layer as a dilution effect.

PENDAHULUAN Tritium yang terlepas ke lingkungan


kemudian akan masuk ke dalam materi
Tritium merupakan isotop hidrogen lingkungan yang mengandung hidrogen, dan
yang bersifat radioaktif, memancarkan sinar p terdapat dalam bentuk senyawa molekul air,
lemah dengan energi maksimum 18,6 keV. Di disebut dengan free water tritium (FWT), atau
alam terdapat lebih kurang 1,0 - 1,3 x 1018 Bq bersenyawa dengan molekul organik, disebut
tritium yang terjadi secara alami [1], yaitu dengan organically bound tritium (OBT).
melalui interaksi netron atau proton dari luar Di dalam tanah tritium terdapat dalam
angkasa dengan inti atom nitrogen atau bentuk terikat pada molekul air (FWT) dan
oksigen. dalam bentuk ikatan senyawa organik (OBT).
Tahun 60-an jumlah tritium di alam Tritium masuk dan bergerak di dalam tanah
meningkat karena adanya percobaan senjata melalui proses difiisi gas (HT, HTO, dan
nuklir, dan sekarang ini kegiatan di bidang CH3T), atau melalui pergerakan air karena
nuklir juga turut meningkatkan jumlah tritium proses grafitasi dan kapilaritas. HT yang
di alam. Diperkirakan setiap tahunnya lebih berdifusi ke dalam tanah akan dioksidasi
kurang 2 x 1016 Bq tritium terlepas ke menjadi HTO dengan bantuan mikroorganisme
lingkungan [2]. tanah penghasil enzim hydrogenase dan akan
Tritium yang terlepas ke lingkungan terikat pada partikel tanah sebagai FWT [3].
dari suatu instalasi nuklir sebagian besar Pada pengukuran konsentrasi tritium di dalam
berbentuk tritiated hydrogen (HT), tritiated serasah, lapisan atas tanah yang terdiri dari
water (HTO) dan tritiated methane (CH3T). jatuhan daun yang sudah kering diketahui
HT yang terlepas ke lingkungan akan konsentrasi FWT dipengaruhi oleh faktor
teroksidasi menjadi HTO melalui proses reaksi Hngkungan lainnya, yaitu curah hujan [4].
dengan radikal OH di udara atau akan Konsentrasi FWT di dalam serasah cenderung
teroksidasi pada pennukaan tanah dengan menu run pada saat curah hujan tinggi dan
perantaraan mikroorganisme tanah. HTO akan sebaliknya meningkat pada saat curah hujan
menjalani siklus seperti air biasa, sedangkan sedikit.
tritium dalam bentuk CH-,T sebagian besar Pada penelitian ini dilakukan analisis
akan bereaksi dengan radikal OH di udara. tritium (FWT) di dalam humus, lapisan tanah

PSPKR-BATAN 249
Presiding Presentasi llmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

bagian bawah yang sebagian besar berupa telah dielektrolisa dinetralkan dengan PbCb dan
bahan organik hasil dekomposisi tanaman didestilasi secara sempurna.
ataupun hewan yang sudah mati, untuk Sebanyak 10 ml sampel FWT yang
mengetahui konsentrasi dan fluktuasinya di telah didestilasi dicampur dengan sintilator
dalam humus yang dapat dipakai sebagai data Picofluor LLT, Packard, dengan perbandingan
dasar untuk mengevaluasi konsentrasi tritium 1: 1 di dalam botol teflon 20 ml. Kemudian
di alam. akti vitas tritium di dalam sampel FWT diukur
dengan pencacah sintilasi cair latar rendah
BAHAN DAN METODE Aloka LB II selama 1000 menit. Laju cacah
latar ditentukan dengan mengukur aktivitas
Sampel humus dikoleksi dari sebuah tritium di dalam air bebas tritium yang diambil
hutan pinus yang terletak di sebelah timur dan dari sumur sedalam 350 m.
barat sebuah instalasi pcnclitian reaksi fusi, di
kota Toki, propinsi Gifu. Jepang. Pengambilan HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel dilakukan 4 kali selama tahun 1991,
yaitu tanggal 23 Januari, 5 Mei, 6 Agustus, Hasil pengukuran konsentrasi FWT di
dan 30 Oktober; dan 3 kali selama tahun 1992, dalam sampel humus disajikan dalam Tabel 1.
yaitu tanggal 5 Febuari, 23 Maret, dan 12 Juni. Konsentrasi FWT dalam humus bervariasi
Sampel humus sebanyak lebih kurang 1500 g selama tahun 1991 dan 1992, yaitu berkisar
dimasukkan ke dalam kantung plastik antara 0,51 0,06 Bq/1 sampai 1,03 0,06
kemudian disimpan di dalam lemari pendingin, Bq/1 dengan konsentrasi rata-rata 0,83 0,17
pada suhu 10C, sampai waktu pemrosesan. Bq/1. Konsentrasi FWT dalam lapisan humus
Sampel humus diletakkan di dalam tidak berbeda dengan konsentrasinya dalam
desikator plastik dan dikeringkan selama serasah yang terdapat di atasnya, yaitu 0,83
beberapa hari dengan metode freeze drying. 0,26 Bq/1 [4].
FWT dalam humus dikondensasikan pada suhu Humus yang terdapat di bawah lapisan
es kering dalam tabung gelas yang dipasang di serasah terdiri dari materi organik yang berasal
antara desikator dan alat freeze drying dari dekomposisi serasah, sehingga ada
(Gambar 1). kemungkinan tritium dalam bentuk FWT yang
FWT yang tertampung di dalam terikat pada serasah masih tetap ada pada
tabung pengembunan kemudian didestilasi dan humus yang mengakibatkan konsentrasi FWT
dikonsentrasikan dengan metode elektrolisa dalam humus tidak berbeda dengan kon-
pengayaan. Sebanyak 200 ml sampel FWT sentrasinya dalam serasah. Selain itu karena
dimasukkan ke dalam sel elektrolisa setelah bentuknya yang terikat pada molekul air
ditambah dengan sedikit Na2O2 sehingga menyebabkan konsentrasinya sangat dipenga-
diperoleh larutan alkali 0,5 %. Proses ruhi oleh tritium dalam air yang bersirkulasi di
elektrolisa dilakukan dengan densitas arus dalam tanah, yang konsentrasinya sama baik
listrik 75 mA/cm2 sampai volume sampel dalam lapisan serasah maupun humus.
berkurang menjadi sekitar 15 ml. Sampel yang
Tabung pengembunan
Desikator plastik

reeze drying

sampel humus
Gambar 1. Rangkaian alat untuk mengisolasi FWT dari sampel humus.

PSPKR-BATAN 250
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 1. Konsentrasi tritium (FWT) di dalani humus dibandingkan dengan konsentrasinya di dalam
serasah

Konsentrasi FWT Konsentrasi FWT


Sampel dalam humus dalam serasah [4]
(Bq/1) (Bq/1)
2 3 - 1-1991 0,74 0,06* 0,82 0,06*
9 - 5 - 1991 0,84 + 0,06 0,61 0,07
6 - 8 - 1991 0,97 0,06 1,13 0,06
3 0 - 1 0 - 1991 0,51 0,06 0,48 0,06
5 - 2 - 1992 0,77 0,06 0,74 0,06
23 - 3 - 1992 0,97 0,06 0,74 0,06
1 2 - 6 - 1992 1,03 0,06 1,28 0,07
Rata-rata 0,83 0,17** 0,83 0,26**
= kcsalahan pencacahan
= sunpangan baku

Konsentrasi FWT dalam humus atau- Bq/1. Konsentrasi FWT terendah (0,51 Bq/1)
pun mated lingkungan lainnya sebanding terdapat pada sampel humus yang dikoleksi
konsentrasi HTO di lingkungan, karena tritium, pada tanggal 30 Oktober 1991, pada saat curah
baik dalam bentuk FWT maupun HTO, terikat hujan sangat tinggi, yaitu 57 mm. Konsentrasi
pada molekul air yang bersirkulasi di FWT pada saat curah hujan relatif tinggi
lingkungan. Kandungan tritium dalam bentuk mendekati atau hampir sama dengan
FWT, baik dalam humus maupun dalam konsentrasi tritium dalam air hujan pada tahun
serasah sebanding dengan konsentrasi tritium 1990, yaitu 0,73 Bq/1 [7].
dalam air di Jepang, yaitu 0,71 Bq/1 untuk air
laut di daerah pantai pada tahun 1983 [5],
1,00 Bq/l untuk air sungai di Pulau Kyushu
VT (Bq/1)

pada tahun 1989 [6] dan 0,73 Bq/1 untuk air 1,00- - :-

hujan di Fukuoka, Pulau Kyushu [7]. 0,80-

Fluktuasi konsentrasi FWT dalam 0,60


humus yang dikoleksi selama tahun 1991 dan
1992 diperlihatkan pada Gambar 2. Kon-
sentrasi FWT dalam sampel humus yang
lVI
a
o
0,40-

0,20-
dikoleksi pada tanggal 30 Oktober 1991
terlihat paling rendah, yaitu 0,5 1 Bq/1, sedang 0,00 4

yang dikoleksi pada tanggal 12 Juni 1992


terlihat paling tinggi, yaitu 1,03 Bq/1.
Waktu peagambilan sampel
Fluktuasi konsentrasi FWT dalam
humus diduga ada hubungannya dengan jumlah Gambar 2. Variasi konsentrasi FWT dalam
curah hujan, seperti halnya dengan serasah, humus selama tahun 1991 dan 1992.
yaitu Iapisan yang terdapat di atasnya,
(Gambar 3). Dari Gambar 3 terlihat bahwa KESIMPULAN
konsentrasi FWT dalam humus cenderung
menurun dengan bertambah tingginya curah Dari hasil analisis tritium dalam bentuk
hujan. Untuk sampel yang dikoleksi pada FWT di dalam humus diketahui bahwa
tanggal 6 Agustus 1991. 23 Maret 1992, dan konsentrasi FWT dalam humus berkisar antara
tanggal 12 Juni 1992. pada saat curah hujan 0,51 Bq/1 sampai 1,03 Bq/1 dengan rata-rata
rendah, yaitu 5 mm, 8 mm, dan 7 mm, 0.83 0,17 Bq/1. Konsentrasi FWT dalam
konsentrasi FWT terlihat relatii' tinggi, yaitu humus sama dengan konsentrasinya dalam
masing-masing 0,97 Bq/1: 0.97 Bq/1; dan 1,03

PSPKR-BATAN 251
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

serasah, yaitu 0,83 + 0,26 Bq/1, yang 4. TJAHAJA, P. I. Fluktuasi Konsentrasi


menunjukkan bahwa tritium dalam bentuk Tritium dalam Serasah di Hutan Pinus,
FWT terdistribusi secara merata dalam tanah. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan
Konsentrasi tritium dalam bentuk FWT Radiasi dan Lingkungan, BATAN, 209
bervariasi menurut waktu pengambilan sampel. (1995).
Sampel yang dikoleksi pada saat atau sesudah 5. MOMOSHIMA, N., INOUE, M.,
curah hujan yang tinggi mengandung FWT NAKAMURA, Y., KAJI, T., and
dengan konsentrasi rendah dan sebaliknya TAKASHIMA, Y., J. Radioanal. Nucl.
untuk sampel yang dikoleksi pada saat atau Chem., Letters, 104, 141 (1988).
sesudah curah hujan rendah konsentrasinya 6. MOMOSHIMA, N., KAJI, T., TJAHAJA,
tinggi. Hal ini menunjukkan adanya efek P. I., INOUE, N., and TAKASHIMA, Y.,
pengenceran tritium dalam humus oleh air Tritium Concentration of River Water on
hujan yang mempunyai konsentrasi tritium Northern and Southern Islands of Japan, J.
relatif rendah. Radioanal. Nucl. Chem., Articles, 150, 163
(1991).
7. MOMOSHIMA,N. and TAKASHIMA, Y.,
Memoirs of the Faculty of Science, Kyushu
University Seri C, 18, 21 (1991).

DISKUSI

Rochestry Sofyan - PPTN:


Untuk mendesain penelitian serupa dengan
yang Anda lakukan di Jepang, kira-kira
modifikasi apa yang perlu dilakukan untuk
daerah tropis seperti Indonesia (misal sampel
yang dipilih dsb.).

Poppy lntan T. :
Modifikasi yang perlu dilakukan hanyalah
Gambar 3. Hubungan antara jumlah curah teknik sampling, sedang preparasi dan
hujan dengan konsentrasi FWT di pengukuran dilakukan dengan cara sama.
dalam humus. Untuk sampling mungkin dipilih lokasi yang
() adalah persamaan least square berdekatan dengan instalasi nuklir dan waktu
polynomial untuk mempermudah melihat sampling tidak empat kali tetapi cukup dua kali
kecenderungan data. setahun disesuaikan kondisi iklim di Indonesia
yang mengenal dua musim yang cukup ekstrim
DAFTAR PUSTAKA (kering dan hujan). Di Indonesia yang beriklim
tropis diketahui kandungan mikroba tanah dan
1. MOMOSHIMA, N., OKAL T , KAJI, T., kelembaban cukup tinggi, jadi lapisan humus
and TAKASHIMA, Y., Radiochimica Acta, lebih tebal. Jadi perlu dipertimbangkan pada
54, 129,(1991). saat sampling agar diperhatikan supaya seluruh
2. United Nation Scientific Comitee on the lapisan humus dapat terambil.
Effects of Atomic Radiation, UNCEAR,
Report to the General Assembly, with Leli Nirwani - PSPKR :
Annexes, New York (1988). Penelitian ini dilakukan di Jepang dengan
3. MOMOSHIMA, N., TJAHAJA, P.I., and menggunakan sampel humus Jepang. Apa
TAKASHIMA, Y.. H T Oxidation manfaatnya bagi kita di Indonesia dan apakah
Activity of Soil Irradiated with Gamma hal serupa sudah dilakukan di Indonesia ?.
Radiation, J. Nucl. Sci. Technol., 29, 1101
(1992).

PSPKR-BATAN 252
Presiding Prescntasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Poppy Intan T:
Penelitian ini bertujuan untuk mencari/
menentukan data dasar kandungan tritium
(FWT) dalam humus. Manfaatnya bagi kita di
Indonesia secara langsung memang tidak
terlihat tetapi dapat diambil sebagai tambahan
informasi. Hal serupa memang belum
dilakukan di Indonesia dan kami rasa perlu
untuk dilakukan sebagai data dasar lingkungan
terutama pada calon tapak PLTN.

Diah Lestari - BTKL :


Mengapa konsentrasi tritium dalam humus
lebih tinggi dibandingkan pada serasah?.

Poppy Intan T. :
Dalam transparan, konsentrasi tritium dalam
humus relatif sama dengan dalam serasah
sebab humus berasal dari serasah dan air tanah
yang bersirkulasi dalam tanah yang mempunyai
FWT adalah sama antara lapisan serasah dan
humus.

PSPKR-BATAN 253
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN:0854 4085
- ID0000089
SURVEY KAPASITAS PARU-PARU
MANUSIA ACUAN INDONESIA PADA SUKU J A W A

~~ ' Iin K u m i a , Sugiyana, Pudjadi dan Syahman Thalib


Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - Batan

ABSTRAK
SURVEY KAPASITAS PARU-PARU MANUSIA ACUAN INDONESIA DARI SUKU JAWA. Telah
dilakukan survey kapasitas paru-paru manusia Jawa melalui pengukuran kapasitas vital (VC) dan kapasitas vital
menggunakan tenaga (FVC). Studi dilakukan pada tiga populasi masing-masing urban, pertanian dan nelayan di
Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada Tahun 1994 dan 1995 dengan menggunakan peralatan
"Microspiro H3-501 Spirometric Diagnostic System". Hasil yang dipcroleh menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kapasitas vital paru-paru untuk masing-masing populasi yang berbeda. Perbedaan ini diduga disebabkan
oleh perbedaan aktivitas yang menunjang perkembangan otot yang mcnunjang pernafasan dan kemungkinan
terjadinya gangguan sistem pernafasan sehingga mempengaruhi nilai kapasitas paru-paru. Pada selanjutnya
terlihat VC manusia Jawa lebih kecil dari VC menurut ICRP yang diambil dari manusia Kaukasian. Pcrbedaan ini
mengakibatkan perkiraan radionuklida yang dihirup dalam waktu yang sama oleh manusia Jawa lebih kecil
daripada yang dihirup manusia Kaukasian yang menjadi acuan ICRP. Dari studi ini terbukti bahwa pcngadopsian
dari data ICRP untuk manusia Indonesia tidak dapat dilakukan secara langsung

ABSTRACT
A SURVEY OF LUNG CAPACITY OF INDONESIAN REFERENCE MAN FROM JAVANESE. A
survey lung capacity of Javenese References Man had been done by measuring the vital capacity (VC) and
forced vital capacity (FVC). This measurement was carried out on urban, agriculture and fisherman population in
West Java, East Java and Middle Java Province and conducted from 1994 to 1995 by using Microspiro HJ-501
Spirometric Diagnostic System. From this study it was found a difference of lung capacity from each population.
This difference caused by different of daily activity that could influent muscular that support and also disturb
of respiration. The value of lung vital capacity of Javanese Reference Man was less than ICRP recomendation
that is adopted from caukasian ethnic. This difference could consequent that accumulation of radionuclides
absorbed by Javanese reference man less than reference man from ICRP recomendation. This study proved that
adoption from ICRP recomendation data to Indonesian Reference Man could not be done directly.

PENDAHULUAN sebagainya [1]. Dalam hal perhitungan


batasan-batasan yang menyangkut proses
Saat ini pemakaian teknologi nuklir di paparan radiasi dari radionuklida yang
Indonesia sudah semakin luas, mulai dari sumbernya berada di dalam tubuh atau organ,
bidang kedokteran dan pertanian sampai yang mengendap pengendapan itu melalui
bidang industri. Selain, manfaat yang diperoleh pernafasan maka dipergunakan parameter
terkandung pula resiko bagi kesehatan bagi ukuran fisiologi paru-paru.
pekerja radiasi dan masyarakat umum. Oleh Konsep manusia acuan ini oleh ICRP
karena itu setiap kegiatan yang berhubunngan diambil dari populasi manusia kaukasian
dengan aplikasi teknologi nuklir harus selalu yang tersebar di wilayah Eropa Barat dan
diterapkan aturan-aturan keselamatan radiasi Amerika Utara yang populasinya hanya 13%
secara benar. Aturan-aturan tentang kese- dari total populasi dunia [2]. Kalau
lamatan radiasi tersebut biasanya diadopsi dari dibandingkan dengan manusia Indonesia,
rekomendasi keselamatan radiasi yang maka pada manusia Kaukasian tersebut
dipublikasikan oleh ICRP (International Com- mempunyai perbedaan habitat, ras, ukuran
mission on Radiological Protection) suatu tubuh, kebiasaan dan pola makan. Perbedaan-
komisi internasional yang menangani perbedaan ini akan mempengaruhi parameter
keselamatan radiasi. fisiologi dan metabolisme sehingga diskripsi
Dalam rangka penyusunan rekomen- kuantitatif manusia acuan yang bersumber dari
dasi keselamatan radiasi, ICRP memperguna- manusia kaukasian tidak dapat diadopsi
kan konsep Manusia Acuan sebagai dasar langsung untuk manusia Indonesia.
perhitungan batasan-batasan keselamatan, Dalam makalah ini akan dibahas hasil
kisaran dosis, ALI (Annual Limited Intake) dan studi kapasitas paru-paru manusia suku Jawa

PSPKR-BATAN 254
Prosiding Presenlasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

yang merupakan salah satu parameter bagi volume udara yang dikeluarkan dengan
penyusunan Manusia Acuan Indonesia. menggunakan tenaga setelah melakukan
inspirasi pernafasan maksimal. Kapasitas vital
TEORI paru-paru ini mewakili volume udara yang
dapat dikeluarkan dari paru-paru, sedangkan
Pada dasarnya masuknya zat radioaktif volume total paru-paru merupakan kapasitas
ke dalam tubuh manusia dapat melalui mulut vital ditambah dengan udara yang tertinggal
(ingesti) akibat adanya kontaminasi makanan, (residu) yang tidak dapat dikeluarkan dari
melalui luka dan melalui inhalasi akibat adanya dalam paru-paru [7].
kontaminasi partikel radioaktif di udara [3]. Sekitar 2/3 bagian dari kapasitas vital
Partikel-partikel radioaktif pemancar sinar paru-paru merupakan volume udara yang
alpha dan beta khususnya yang mempunyai dihirup selama 1 nienit dan kurang dari 1/3
waktu paro panjang apabila terakumulasi dari udara yang dihirup dikeluarkan kembali
dalam saluran pernafasan khususnya paru-paru sehingga sisanya 2/3 bagian tinggal pada
dapat menginduksi kebolehjadian timbulnya sistem pernafasan [7,8]. Dari sini dapat
kanker paru-paru, seperti yang ditemukan pada diperkirakan volume partikel udara yang
pekerja tambang pitchblende dan uranium di mengandung radioaktif tertentu yang terdapat
Saxoni dan Colorado USA. Kedua kasus ini dalam paru-paru yang terhirup dalam jangka
kemungkinan terjadi akibat penumpukan materi waktu tertentu apabila konsentrasi partikel
radioaktif yang bermuatan alpha dan beta pada radioaktif di udara diketahui. Selanjutnya
paru-paru pekerja tersebut [4] berdasarkan percobaan sekitar 90% dan
Deposisi dan retensi radionuklida partikel dengan diameter 0,5 um yang dihirup
dalam saluran pernafasan menimbulkan pada pernafasan secara normal dapat
permasalahan yang unik dalam kaitannya dikeluarkan kembali dan dengan ekshalasi yang
dengan proteksi radiasi. Partikel-partikel yang lebih kuat partikel yang dapat dikeluarkan ini
tidak dapat larut dalam air dalam jangka vvaktu lebihbanyak[9].
yang kemungkinan akan menumpuk dalam Selanjutnya FVC merupakan volume
paru-paru. Sedangkan bagian lain dengan udara maksimum yang dapat dikeluarkan
konsentrasi yang lebih besar akan terakumulasi dengan menggunakan energi maksimal setelah
dalam nodus limpa. Selanjutnya di kedua melakukan inspirasi maksimal. Pada peng-
tempat penumpukan ini akan membentuk lokus ukuran FVC ini udara ditiupkan dengan
dengan dosis radiasi yang lebih tinggi. Dengan kecepatan penuh [10]. Sebagaimana VC juga
tingginya dosis radiasi dari radionuklida yang besar kecilnya FVC bergantung pada usia,
mengalami penumpukan ini akan menimbulkan jenis kelamin dan tinggi tubuh, namun dapat
permasalahan terhadap kesehatan [3]. berkurang seandainya timbul gangguan pada
Dosis radiasi yang diterima oleh saluran pernafasan [11].
jaringan dan sel-sel paru-paru ditentukan oleh Selanjutnya melalui respirasi kimiawi
karakteristik pernafasan dan parameter- dapat dipelajari kandungan zat terlarut dari
parameter pernafasan tertentu. Selanjutnya udara yang dihirup dan yang dilepaskan oleh
pengaruh volume dan kecepatan udara yang paru-paru [8]. Dengan demikian dapat
dihirup oleh paru-paru akan sebanding dengan diperkirakan kandungan radioaktif yang
udara yang masuk melalui hidung dan mulut tertinggal dalam paru-paru dengan menghitung
[5] selisih antara dari selisih kosentrasi radioaktif
Nilai VC (Kapasitas Vital Paru-Paru) yang dihirup dikurangi dengan yang
dan FVC (Kapasitas Vital Paru-paru dengan dilepaskan. Metode ini digunakan dalam
tenaga maksimal) dari paru-paru adalah salah menentukan konsentrasi oksigen dan
satu cara untuk memprediksi volume paru- karbondioksida pada udara yang dihirup dan
paru. Kapasitas vital paru-paru ini sangat dilepaskan pada waktu pernafasan seperti
bergantung pada umur, jenis kelamin dan berat terlihat pada Tabel 1 berikut.
tubuh dan kapasitas paru-paru ini akan
bekurang dengan adanya gangguan kronis
paru-paru [6]. VC paru-paru merupakan

PSPKR-BATAN 255
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel I. Volume dan tekanan gas pada populasi nelayan, pertanian dan urban yang
pemafasan udara kering [7] ditampilkan berdasarkan kelompok umur di
Vol. Tekanan Vol. Tekanan Vol. N 2 pulau Jawa dalam bentuk grafik.
o2 CO2
Udara Pada Gambar 1 dan 2 terhhat bahwa
yg 21 160 0,04 0,3 79 VC dari ke tiga populasi terlihat bahwa pada
dihirup kelompok umur 16 - 20 tahun jauh lebih besar
Udara
ygdilo- 16 120 4,0 32 - dibanding dengan kelompok umur 6 - 1 5 tahun.
paskan Perbedaan antara VC paru-paru 16-20 tahun
keterangan : dengan VC paru-paru kelompok umur 6 - 1 5
* = ml/100 ml
** = mmHg
tahun pada laki-laki lebih besar dibanding
perbedaan VC pada kelompok usia yang sama
BAHAN DAN METODE pada perempuan.

1. Lokasi pengumpulan data :


a) Propinsi Jawa Barat : Kabupaten Bandung
dan Sukabumi.
Kol. 6-15 Th.
b) Propinsi Jawa Tengah : Kabupaten EJ K[. 16-20 Th.

Semarang, Jepara dan Pati.


0
KM. 21-30 Th.
Kttf. 31-40 Th.

c) Propinsi Jawa Timur : Kabupaten Malang. @ Kel. 41 Th. ke 8

2. Obyek sampel
a) Laki-Iaki dan wanita berbadan sehat dan
tidak mempunyai penyakit kronis maupun Oambv 1. Kapistus vita) pani-pani/VC Izki-lah" di tiga populist
cacat turunan baik fisik maupun mental
(hal ini diketahui dengan menanyakan
Gambar 1 : Kapasitas vital paru-paru/VC laki-
langsung pada responden). Umur
laki di tiga populasi.
responden dikelompokkan menjadi 6 - 1 0 ,
11-15, 16-20, 21 -30, dan 41 tahun ke
atas.
b) Suku : diutamakan suku Jawa atau suku
lain yang telah bermukim lama di Pulau
Jawa. E 2000 "

s' Kef. 6-15 Th.

3. Parameter-parameter kapasitas vital paru- 0



K<H. 1620
Ke. 21-30
Th.
Th.
^ Kol. 31-40 Th,
paru (VC) dan kapasitas paru-paru dengan I S Kei. 41 Th. keal
j. 1000 "
tenaga maksimal (FVC).
4. Metode pengukuran
Pengukuran VC dan FVC dilakukan
dengan menggunakan alat Mikrospiro HI-
501 Spirometric Diagnostic System Ouiibar 2. K*psjts v&il piru-p*tu/VC (ml) wtnit* di tiga populta

produksi Chest M.I Inc, Tokyo, Japan.


Peralatan ini didisain untuk memeriksa
fungsi paru-paru dengan cepat [11]. Gambar 2 : Kapasitas vital paru-paru/VC
5. Waktu survey : bulan Agustus 1994 untuk wanita di tiga populasi
Propinsi Jawa Tengah dan bulan Sept.- Kapasitas vital paru-paru laki-laki
Okt. 1995 untuk Propinsi Jawa Barat dan (Vcp) terbesar pada kelompok umur laki-laki
Jawa Timur populasi pada daerah pertanian dan urban
terdapat pada kelompok umur 2 1 - 3 0 tahun,
HASIL sedangkan pada populasi nelayan pada
kelompok umur 16-20 tahun. Kapasitas vital
a. VC paru-paru perempuan (Vcp) terbesar dari
Pada Gambar I dan 2 disajikan hasi! masing-masing pupolasi terdapat pada
pengukuran kapasitas vital paru-paru dari kelompok umui yang berbeda. Pada dacrah
nelayan pada kelompok umur 31 - 40 tahun,

PSPKR-BATAN 256
Presiding Presentasi IimiaJi Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 40SS

pertanian 2 1 - 3 0 tahun dan urban 16 - 20 terbesar dijumpai pada kelompok umur 16 - 20


tahun. Vcp terbesar justru pada kelompok tahun pada populasi pertanian dan urban
umur 1 6 - 2 0 tahun dan kelompok umur 31 - sedangkan pada populasi nelayan pada
40 tahun. kelompok umur 31 - 40 tahun.

b. FVC PEMBAHASAN
Gambar 3 dan 4 merupakan hasil dari
pengukuran terhadap FVC pada populasi a. VC
pemukiman nelayan, pertanian dan urban Lebih tingginya VC i pada usia 16-20
berdasarkan kelompok umur dari pemukiman tahun ini kemungkinan pada usia ini pada
di pulau Javva. daerah nelayan sedang mengalami per-
tumbuhan dan belum melakukan aktivitas
melaut sehingga kcmampuan otot-otot pada
sistem pernafasannya lebih besar untuk dapat
menghirup udara lebih banyak, sedangkan pada
Koloianynn : kelompok umur 2 1 - 3 0 tahun nilainya lebih

0
Kel. 015 Th.
Kol. 16-20 Hi
kecil. Pupulasi pada kelompok umur ini diduga
Kel. 21 30 Hi. sudah banyak aktif di laut yang sebagian besar
E3 Kol. 31 40 II.
g Kol. 4 1 Tli. ko a pada waktu malam hari yang pada umumnya
dalam kondisi lebih lembab. Aktivitas ini
diduga akan mempercepat terjadinya kerusakan
pada sistem pernafasan, khususnya paru-paru.
NoUyan Penanwi Urban Rala-rata
Gambar 3. Kapasitas viia] deng.au tenaga (FVC) pada liga populasi Di daerah pertanian maupun daerah urban
aktivitas seperti halnya pada daerah nelayan
Gambar 3 : Kapasitas vital dengan tenaga relatif rendah frekuensinya sehingga kerusakan
(FVC) pada tiga populasi pada paru-paru seperti pada daerah nelayan
tidak terjadi.
Selanjutnya aktivitas pekerjaan juga
dapat menunjang perkembangan otot
khususnya otot dada yang berperan dalam
pernafasan. Adanya perkembangan otot dada
Kol. 6.15 11).
dapat menunjang perkembangan paru-paru
Kol.
Kol.
16-20 Th.
21-30 Th.
yang dapat lebih membesar sehingga udara
Kd.
Kal.
31-40 Th.
41 Th. ke a
yang dapat dihirup akan lebih besar [11].
Lebih kecilnya kapasitas vital paru-
paru pada anak berusia 6 - 15 tahun
disebabkan oleh ukuran fisik yang masih kecil
Gambar 4. Kajtasilas vital pani-pam deiigan lenaga (FVC) pada 3 jiopidasi
daripada kelompok umur yang lain. Selanjut-
nya pada kelompok umur 41 tahun ke atas
Gambar 4 : Kapasitas vital paru-paru dengan diduga telah terjadi degenerasi pada saluran
tenaga (PVC) pada tiga populasi sistem pernafasan akibat pertambahan umur
dan kemungkinan penyakit yang dapat
Pada Gambar 3 FVC pada kelompok menggerogoti saluran pernafasan yang dapat
umur 21 sampai 30 tahun laki-laki pada ke mengurangi perbesaran lingkar saluran
tiga opulasi lebih besar dibandingkan dengan pernafasan [4, 7, 6, 10].
kelompok umur 6 - 15, 16 - 20, 31 - 40 dan 41
ke atas. Sedangkan pada kelompok umur 6 - b. FVC
15 tahun paling kecil dan kelompok umur 41 Lebih tingginya FVC paru-paru laki-
tahun ke atas lebih kecil dibanding 16 - 20, 21 laki pada kelompok umur 2 1 - 3 0 tahun pada
- 30 dan 3 1 - 40 tahun. kelompok petani ,daerah urban dan daerah
Selanjutnya pada Gambar 4, nelayan kemungkinan dapat dikaitkan dengan
kapasitas vital dengan tenaga pereinpuan ukuran paru-paru yang sudah optimal serta

PSPKR-RATAN 257
Presiding Presenlasi [lmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

kelompok umur tersebut merupakan usia yang Jawa maka dapat diperkirakan bahwa sekitar
lebih banyak aktif bekerja dalam kondisi 2,2 liter udara dihirup oleh manusia Jawa laki-
lingkungan yang relatif tidak lembab sehingga laki setiap menit dan sekitar 1,45 liter tinggal
tidak mendukung timbulnya gangguan pada dalam sistem pernafasan. Sedangkan pada
paru-paru sehingga dapat meningkatkan wanita sekitar 1,45 liter udara dihirup tiap
aktivitas otot yang mendukung lebih banyaknya menit dan sekitar 0,95 liter tertinggal dalam
udara yang dapat ditiupkan [10]. Sedangkan sistem pernafasan.
nilai FVC laki-laki populasi daerah pertanian Selanjutnya kalau dikaitkan dengan
dan urban lebih tinggi dari populasi nelayan jumlah udara yang mengandung radioaktif
diduga disebabkan kondisi dan waktu bekerja maka dapat diperkirakan yang terhisap dalam
aktif penduduk peitanian dan urban yang relatif jangka waktu tertentu dengan cara [7, 8] :
tidak pada kondisi udara lembab(malam ban)
seperti pada nelayan sehingga tidak begitu a = bed (1)
mendukung timbulnya gangguan pada paru-
paru yang dapat menurunkan nilai FVC. dengan :
Adanya perbedaan nilai FVC paru- a = volume udara yang mengandung
paru tertinggi perempuan dengan laki-laki zat radioaktif yang terakumulasi
diduga disebabkan oleh perbedaan aktivitas pada sistem pernafasan dalam
yang mendorong proses pernafasan dalain waktu tertentu (ml)
menghirup udara antara laki-laki dan wanita. b = volume udara yang tertinggal
Kondisi ini ini juga akan mengakibatkan dalam sistem pernafasan (ml)
adanya perbedaan kemampuan otot yang c = waktu menghirup udara yang
menunjang pernafasan sehingga terjadi terkontaminasi radioaktif (dt)
perbedaan volume optimal paru-paru dalam d = konsentrasi radioaktif dalam udara
bernafas. Sedangkan tingginya FVC pada (beq/ml))
wanita kelompok umur 3 1 - 4 0 tahun daerah
nelayan diduga berkaitan dengan aktivitas pada Selanjutnya apabila diketahui ukuran
kondisi menghirup udara lebih dalam yang partikel yang mengandung radioaktif di udara
dapat meningkatkan kemampuan sistem (a) maka perkiraan partikel radioaktif yang
pernafasan dalam rangka meningkatkan FVC. berukuran 0,5 urn yang tinggal dalam sistem
Kalau hasil pengukuran dari ketiga pernafasan adalah :
kelompok populasi tersebut pada usia 2 1 - 3 0
tahun direratakan maka akan didapat hasil e = 10%.a
kapasitas vital paru-paru manusia Jawa
dewasa. Kemudian pada Tabel 2 akan terlihat Dari rumus pendekatan di atas terlihat
perbandingannya dengan VC manusia Jawa bahwa jumlah radioaktif yang terakumulasi
dan VC yang direkomendasikan oleh ICRP. di dalam sistem pernafasan dipengaruhi oleh
volume udara yang tertinggal dalam sistem
Tabel : Perbandingan Kapasitas Paru-paru pernafasan. Volume udara yang tertinggal
Manusia Jawa dan yang direkomendasikan dalam sistem pernafasan ini dipengaruhi oleh
ICRP [10]. kapasitas vital paru-paru. Selanjutnya dari sini
jelas jumlah radioaktif yang terakumulasi
Kap. VPC Tinggi Berat dalam sistem pernafasan manusia Kaukasian
Negara Vital (1) badan badan dalam jangka waktu yang sama akan lebih
(1) (cm) (kg) besar dibanding dengan radioaktif yang
Jawa-lk 3,4 3,3 163 57 terakumulasi pada manusia etnik Jawa. Maka
pr 2,2 2,1 151 51 dengan demikian nilai kapasitas paru-paru
ICRP-lk 5,2 - 176 73 yang dikeluarkan oleh ICRP tidak dapat
pr 3,6 - 163 60 langsung diadopsi untuk penyusuanan manusia
acuan Jawa khususnya dan Indonesia
Dengan diketahuinya kapasitas vital umumnya. Dari hasil penelitian ini terlihat jelas
paru-puni laki-laki dan perempuan manusia bahwa nilai kapasitas paru-paru yang

PSPKR-BATAN 258
Prosiding Presentasi [lmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

dikeluarkan oleh ICRP tidak dapat diadopsi No. 1/2, Pergamon Press, Oxford, New-
langsung untuk nilai kapasitas paru-paru York 1980
manusia Indonesia. Maka oleh itu nilai yang 2. ICRP. Report of the Task Group on
dikeluarkan oleh ICRP untuk keperluan Reference Man, ICRP Publication 23,
proteksi radiasi di Indonesia belum dapat Pergamon Press, New York, Hal 1-7.
digunakan secara langsung karena ukuran fisik 3. ANONIM, An Introduction to Radiation
khususnya dan faktor-faktor yang lainnya Protection Hal 104 - 1073
manusia tidak sama dengan manusia acuan 4. DOUGLAS, J. CRAWFORD-BROWN.
yang ditetapkan oleh ICRP. Age Dependent Lung Doses From Ingested
222RJ, in Drinking Water, Health Physics
KESIMPULAN Vol. 52. No. 2 Pergamon Press, New-
York. 1987
Dari pembahasan di atas dapat ditarik 5. ICRP Pub 66. Human Respiratory Tract
kesimpulan sebagai berikuf. Model For Radiological Protection,
1. Pada populasi pertanian dan urban Pergamon Press, Oxford - New York. 1993
kapasitas vital paru-para laki-laki terbesar Hal 22-25.
didapatkan pada kelompok umur 2 1 - 3 0 6. DURKIN, N., An Introduction to Medical
tahun, sedangkan pada pupasi nelayan Sciences, A Comprehensive Guide to
kapasitas vital paru-paru terbesar pada Anatomy, Biochemistry and Physiology,
kelompok umur 16-20 tahun. Selanjutnya MTP, Press Limited, International
pada perempuan kapasitas terbesar terdapat Medical Publishers, Lancaster, England,.
pada kelompok umur yang berbeda untuk 1979.
masing-masing populasi. 7. WIDDICOMBE, ANDREW,D. Respira-
2. Kapasitas vital paru-paru dengan tenaga tory Physiology, Edward Arnold, 1983,
maksimal laki-laki terbesar pada ke tiga London.
populsi terdapat pada kelompok umur 21 - 8. SCHOTTELIUS, B.,A, DOROTTHY,
30 tahun. Sedangkan pada perempuan D.S. Textbook of Physiology, 7th ed.,
populasi pertanian dan urban terdapat pada Toppan Printing, Singapore, 1973. Hal
kelompok umur 1 6 - 2 0 tahun dan pada 318-353.
populasi nelayan pada kelompok umur 31 - 9. CLARKE, S.W. and PAVIA, D. Aerosol
40 tahun. and the lung: Clinical and experimental
3. Kapasitas vital paru-paru rata-rata laki-laki aspect, Butterwotrhs, London. 1984
dan perempuan manusia Jawa adalah 3,4 10. ANONIM, Lecture Notes of Human
dan 2,2 llebih kecil dari kapasitas vital Physiology, English Languange Book
paru-paru yang direkomendasikan oleh Society, Blackwell Scientific Publication,
ICRP masing masing adalah 5,2 dan 3,6 1. OsneyMead, Oxford. 1988., Hal 424..
11. ANONIM, Microspiro HI-501 Spiro-
UCAPAN TERIMA KASIH metric Diagnostic System : Operation
Manual, Chest M.I Inc., Tokyo, Japan,
Penelitian ini dibiayai melaiui Proyek 1994 Hal 1 -24.
Penelitian Keselamatan Radiasi dan Ling-
kungan PSPKR-Batan No Kode 09.07.13.95.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada DISKUSI
saudara Mugiono, Suryadi dan saudari Kasirah
yang telah berpartisipasi pada waktu penelitian Bunawas - PSPKR :
di lapangan dan penyiapan makalah ini. 1. Apakah ada korelasi antara kapasitas paru-
paru dengan lokasi dan kondisi polusi
DAFTAR PUSTAKA lingkungan ?.
2. Kalau tidak salah, tim faal paru-paru UI
1. ICRP. Biological Effect of Inhaled Radio- dan Unair pernah melakukan studi faal
nuclides, Annal of the ICRJP, Vol 4. paru-paai yang meliputi kapasitas paru-
pam unusk bcberapa daerah pedesaan dan

PSPKR-BATAN 259
Presiding Prescntasi tlmiah Kesclamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 085-1 - 4085

industri (perkotaan). Apakah hasil yang Iin Kurnia :


diperoleh tim PSPKR sesuai dengan hasil Data ICRP diambil dari manusia Kauskasus
Tim UI dan Unair ?. dan tidak dibedakan menjadi daerah nelayan,
pertanian dan urban. Kami hanya ingin
Iin Kurnia : membandingkan apakah ada perbedaan tempat
1. Secara teroritis ada korelasi. tinggal dengan VC atau FVC.
2. Terima kasih atas masukannya. Karena
penelitian ini untuk mencari konsep untuk M. Yazid-PPNY:
MAI maka didasarkan atas bermacam- 1. Apakah telah dipertimbangkan prinsip-
macam faktor diantaranya keragaman prinsip teori evolusi bahwa makhluk
sampel. hidup/manusia akan berubah secara gradien
dari bentuk sederhana menuju lebih
Sutarmcm - PSPKR : sempurna ?.
1. Berdasarkan apakah pengelompokan umur 2. Kalau sudah, menurut Anda, bentuk/
pada penelitian Saudara ?. kapasitas pulmo akan berkembang kemana.
2. Apakah tujuan dari survei ini ?. Dan faktor apa saja yang mempengaruhinya

Iin Kurnia : Iin Kurnia :


1. Sesuai dengan data Manusia Acuan ICRP. 1. Tidak dipertimbangkan.
2. Mengetahui pcrkiraan akumulasi zat radio- 2. Saya kira akan berkembang sesuai
aktif dalam paru-paru melalui pernafasan. perkembangan jaman serta kualitas hidup.
Faktor yang mempengaruhi misalnya
Gatot Suhahyono - PSPKR : kebiasaan hidup/makan, lingkungan tempat
1. Mengapa VC manusia Jawa lebih kecil dari tinggal dan aktivitas seseorang.
VC ICRP sehingga radionuklida yang
dihirup lebih kecil dari ICRP. Bukankah Warmo S. - BTKL :
pemasukan radionuklida dipengaruhi Kapasitas paru-paru manusia dipengaruhi oleh
banyak faktor ?. tempat tinggal. Bagaimana pengaruh daerah
2. Mengapa adopsi ICRP tidak dapat pegunungan dan dataran rendah terhadap
dilakukan Iangsung ?. Bukankah ICRP kapasitas paru-paru tersebut ?.
standard internasional ?.
Iin Kurnia :
Iin Kurnia Daerah pertanian disini juga meliputi
1. Masuknya radionuklida melalui inhalasi pegunungan dan dataran tinggi, sedangkan
tergantung pada pernafasan. Parameter dataran rendah meliputi perkotaan dan nelayan.
yang digunakan adalah VC dan karakteristik Kapasitas paru-paru tergantung aktivitas
pernafasan. sehari-hari.
2. Karena untuk keselamatan radiasi kita tidak
bisa begitu saja menerimanya karena Eh Hiswara - PSPKR :
kondisi fisik dan lingkungan Indonesia 1. Disebutkan bahwa responden adalah
berbeda dengan manusia Kaukasian. manusia Jawa yang terdiri atas suku Jawa
Meskipun merupakan standard internasional dan suku lain yang telah lama bermukim di
tetapi kurang sesuai untuk kondisi Pulau Jawa. Berapa persentase manusia
Indonesia. suku Jawa sendiri yang menjadi responden
sehingga judul makalahnya yakni pada suku
Sarwo D. Danupoyo - PPkTN: Jawa dan bukan pada manusia di Pulau
Apakah data ICRP meaipakan nilai rata-rata Jawa ?.
untuk berbagai kegiatan hidup ras Kauskasus 2. Apakah diperoleh laju pernafasan untuk
(nelayan, pertanian, dll) ?. masing-masing kelompok umur ?.

PSPKR-BATAN 260
Presiding Prcsentasi Iltniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Iin Kurnia :
1. Sebagian besar (hampir 90%) responden
adalah suku Jawa sehingga kami
menyimpulkan bahwa data yang diperoleh
dapat dikatakan dari suku Jawa.
2. Yang diukur adalah VC dan FVC pada
masing-masing kelompok umur. Dalam
makalah ini lebih ditekankan pada umur
dewasa.

Abbas Ras - PAIR :


Menurut saya, bila paru-paru orang Jawa lebih
kecil daripada orang Kaukasian, maka udara
yang dihirup lebih kecil sehingga bahaya intake
radionuklida (Pb) lebih kecil pula. Mohon
penjelasan tentang pengadopsian data ICRP
untuk paru-paru, dalam hal ini jumlah Pb yang
terhirup/masuk ke paru-paru dan batas minimal
Pb dalam paru-paru yang dapat mengakibatkan
gangguan pernafasan.

Iin Kurnia :
Jumlah radionuklida mungkin lebih kecil tetapi
efeknya belum tentu lebih kecil sehingga perlu
dilanjutkan dengan studi epidemiologi. Kami
sarankan untuk tidak mengadopsi langsung
data ICRP.

PSPKR-BATAN 261
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085 ID0000090

RADON DIKOMPLEKS PERUMAHAN BATAN


Minarni A, Dadong I, Bunawas
Pusal Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

ABSTRAK
RADON DI KOMPLEKS PERUMAHAN BATAN. Telah dilakukan pengukuran konsentrasi radon di
dalam ruangan komplek pemmahan Batan yang ada di Pasar Minggu, Pasar Jumat dan Batan - Indah
menggunakan dosimeter radon pasif dengan detektor jejak nuklir CR-39 (Baryotrack). Hasil pengukuran
menunjukkan , konsentrasi radon antara 5,5 dan 55,5 Bq/m3 di Batan-Indah, antara 8,8 dan 54,0 Bq/m3 di Pasar
Jumat dan di komplek Pasar Minggu antara 10,3 dan 52,5 Bq/m3 . Konsentrasi radon tinggi pada ruangan
dengan dinding tidak diplester dan lantai dari tegel yang porositasnya tinggi, sehingga radon dari dinding dan
tanah mudah berdifusi ke ruangan. Juga didiskusikan dosis efektif yang diterima oleh penduduk yang tinggal di
kompleks tersebut.

ABSTRACT
RADON IN BATAN HOUSING COMPLEX. Indoor measurement of radon concentration in Batan
housing complex in Pasar Minggu, Pasar Jumat and Batan Indah has been carried out using passive radon
dosimeter with CR-39 (Baryotrack) nuclear track detector. Result of measurement shows that, radon
concentration was between 5,5 - 55,5 Bq/m3 in Batan Indah, between 8,8 - 54,0 Bq/m3 in Pasar Jumat and Pasar
Minggu complex, between 10,3 - 52,5 Bq/m3. The highest Radon concentration was found in the room with
uncemented and floor from tegel with highest porosity, so that radon from the wall and can easily duffuse into
the room. Also the effective dose which was received by the people who lived in the complex has been
discussed.

PENDAHULUAN masyarakat akibat menghirup gas radon dan


hasil luruhnya
Paparan radiasi alam yang berasal dari
gas radon (Rn-222) dan hasil luruhnya yang Eternit
berumur pendek di lingkungan tempat tinggal, Air
memberikan kontribusi terbesar (sekitar 50%) Gas alam (LPG)
dari dosis efektif rata-rata yang diterima oleh Briket Batubara
V
manusia [1].
Gas Radon di dalam ruangan tempat Dinding
tinggal (rumah), berasal dari tiga sumber
utama, yaitu tanah (tempat bangunan berdiri), Pondasi
bahan bangunan (tembok, lantai, atap ) dan air
[2], sedangkan cara masuk gas radon adalah
secara difusi melalui retakan lantai, dinding
dan jamban yang tidak sempurna (Gambar 1).
Beberapa negara telah melakukan Pipa jamban
pengukuran tingkat radon di dalam ruangan
tempat tinggal maupun perkantoran, untuk Gambar 1. Sumber dan jalan masuk gas radon
mengidentifikasi ruangan yang berkonsentrasi ke dalam ruangan
radon melebihi 200 Bq/m3 .Angka tersebut
adalah batas intervensi yang di rekomendasikan TATA KERJA
oleh Komisi Proteksi Radiasi Internasional
(ICRP) [3]. Metode Pengukuran Radon di Dalam
Pengukuran gas radon di beberapa Ruangan
komplek perumahan Batan yang ada di Pasar Dosimeter radon pasif dengan detektor
Minggu, Pasar Jumat dan Batan Indah, jejak Baryotrack buatan Fukuvi - Jepang, di
dilakukan untuk mengetahui distribusi gas pasang di dalam rumah (kamar keluarga dan
radon di dalam ruangan, guna memperkirakan kamar tidur) dengan cara digantung di bawah
dosis radiasi interna yang diterima oleh atap selama 60 hari. Kemudian detektor dietsa

PSPKR-BATAN 262
Prosiding Presentasi llmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

menggunakan larutan NaOH 6,25 N pada Minggu dan Batan Indah, walaupun usia
suhu 70 C selama 6 jam di dalam inkubator bangunan di Pasar Jumat lebih tua. Hal ini
buatan Memmert-Jerman, dan dicuci dengan dapat terjadi karena kualitas bangunan dan laju
pembersih ultrasonik buatan Branson-Jerman ventilasi lebih baik. Perlu diketahui bahvva laju
yang berisi aquades dan kemudian dikeringkan. ventilasi sangat memegang peranan dalam hal
Langkah selanjutnya, jejak laten pada pengenceran gas radon di dalam ruangan [6].
Baryotrack akibat radiasi alpha, dihitung Fungsi dan letak ruangan (kamar) di
menggunakan mikroskop Optiphot-2 buatan dalam rumah akan mempengaruhi konsentrasi
Nikon-Jepang pada perbesaran 400 kali [4], radon di udara. Hal ini teramati pada 86 rumah
Konsentrasi radon dapat diperkirakan, dari 100 rumah yang di survei, yaitu
menggunakan persamaan sebagai berikut [5] konsentrasi radon di kamar tidur relatif lebih
tinggi dengan perbedaan sekitar 16 % daripada
NT-NB di kamar keluarga (ruang tamu). Hal ini
Bq / m3 (1) diperkirakan karena kamar tidur lebih sering
E . T dalam kondisi tertutup (terutama malam hari),
sehingga akumulasi gas radon lebih besar.
dengan NT dan NB adalah jumlah jejak total Konsentrasi radon terendah di ketiga
dan jejak latar ( jejak / 7,09 mm"), E adalah komplek perumahan, teramati pada ruangan
efisiensi detektor [(jejak/7,09mm2)/Bq/m3 hari] (kamar) tamu yang terletak di lantai 2. Hal ini
dan T adalah waktu pemaparan (hari). Angka menunjukkan bahwa sumber radon terbesar
7,09 mm2 adalah 50 kali pandang pembacaan berasal dari tanah [2]. Konsentrasi radon
di bawah mikroskop pada perbesaran 400 kali. tertinggi terdapat pada ruangan (kamar) tidur
Bila konsentrasi radon berdasarkan pengukuran yang menggunakan AC (khusus untuk di Pasar
diketahui, maka dapat diperkirakan dosis Jumat dan Pasar Minggu).
efektif yang diterima oleh penduduk di ketiga Proses "finishing" suatu bangunan
komplek perumahan Batan menggunakan seperti pemlesteran yang dilanjutkan dengan
Persamaan [6] : pengecatan, dapat mempengaruhi konsentrasi
radon di dalam ruangan, karena laju lepasan
DE = FKD. F.T.Cim (mSv/tahun) (2) radon dari dinding menurun [7]. Ini teramati di
beberapa rumah di Batan Indah dengan tipe
dengan, sama yaitu tipe 36 yang masih asli belum
DE = dosis efektif akibat menghirup dirombak. Selain itu jenis penutup lantai
radon dan luruhannya yang (tegel, keramik atau manner) dapat mem-
berumur pendek (mSv / th) pengaruhi radon di ruangan yang berasal dari
FKD = faktor konversi dosis(mSvAVML) tanah. Hal ini karena radon di tanah akan
= (mSv/Bqrrf3 jam) terhalang oleh lantai yang mempunyai
F = faktor kesetimbangan antara radon kerapatan tinggi, misalnya keramik untuk
dan hasil luruhannya masuk ke dalam ruangan. Ini terjadi sebaliknya
T = waktu tinggal di dalam rumah untuk lantai dari tegel yang mempunyai
(jam/tahun) kerapatan rendah (porositas tinggi). Sebagai
CRU = konsentrasi radon (Bq /m 3 ). contoh ditemukan sebuah rumah di Batan Indah
yang masih asli dengan konsentrasi radon
HASIL DAN PEMBAHASAN cukup tinggi yaitu 55,5 Bq /m3.
Bila diasumsikan bahwa waktu tinggal
Dari hasil survei terhadap 200 ruangan penghuni di dalam rumah ~ 7000 jam/tahun,
(kamar) pada 100 rumah di komplek dan faktor kesetimbangan antara radon dan
perumahan Batan yang ada di Pasar Minggu, hasil luruhannya, F, sebesar 0,4 [3], serta
Pasar Jumat dan Batan Indah, konsentrasi faktor konversi dosis FKD sekitar 10 - 13,4
radon berkisar antara 5,5 - 55,5 Bq /m3 (Tabel mSv/WLM [8,9], maka dosis efektif penghuni
1). Pada Tabel tersebut terlihat baliwa akibat menghirup gas radon dan hasil
konsentrasi radon rata-rata di Pasar Jumat luruhannya berkisar antara 0,28-2,86
lebih rendah dibandingkan dengan di Pasar mSv/tahun. (Tabel 2).

PSPKR-BATAN 263
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Menurut ketentuan BATAN, dosis 7. BUNAWAS, EMLINARTI, MINARNI.


maksimum yang boleh diterima oleh penduduk A., Penentuan laju lepasan Radon dari
sebesar 5 mSv/tahun (berasal dari semua bahan Bangunan menggunakan Metode
komponen), sedangkan dosis radiasi alamiah Pasif dengan Detektor CR-39. (Belum
selain radon sebesar 1,15 mSv/ tahun [1]. Jadi diterbitkan).
kalau dosis radon tersebut ditambahkan, maka 8. BIRCHALL. A., and JAMES. A. C ,
ada beberapa penduduk yang menerima dosis Uncertainly analysis of the Effective Dose
mendekati dosis maksimum yang direko- per Unit Exposure from Radon Progency
mendasikan oleh BATAN. and Implication for ICRP Risk-Weighting
Factors Rad. Prot. Dos.53 (1994) 133-140.
KESIMPULAN DAN SARAN 9. ZOCK. C , PORSTENDORFER. J., and
REINERKING. A., The Influence of
1. Konsentrasi radon di komplek perumahan Biological and Aerosol Parameter of
Batan berkisar antara 5,5 - 55,5 Bq/m3, Inhaled Short-lived Radon Progeny
tinggi untuk ventilasi udara buruk dan Products on Human Lung Dose. Rad. Prot.
kualitas bangunan rendah, dan sebaliknya. Dosimetry 63 (1996 ) 197 - 206.
2. Dosis efektif yang diterima oleh penduduk
yang tinggal di ketiga komplek Batan
Tabel 1. Konsentrasi radon <li komplek perumahan Batan
adalah antara 0,28 dan 2,86 mSv/th, masih
di bawah batas maksimum yang direko- :j:|:j:j:::|JutriiaK:i;:::::::j mmmm
mendasikan oleh Batan sebesar 5 mSv/th. mmm
Ps. Minggu 60 30 52,5 10,3 27,4
3. Perlu dilakukan survei lanjutan, pada Ps. Jumat 60 30 54,0 8,8 20,3
perumahan yang banyak menggunakan Batan Indah 80 40 55,5 5,5 28,2

penyedot niangan dan plafon dari gip.


Tabel 2. Perkiraan Dosis efektif yang diterima oleh
penduduk di komplek perumahan Batan,
DAFTAR PUSTAKA akibat menghirup radon dan hasil luruhnya.

1. ERI HISWARA, Status Mutakhir Sumber


Paparan Radias Prosiding Presentasi
mmmmmm
Pasar Minggu 0,53 2,70 1,41
Ilmiah KRL PSPKR - Jakarta, 21-22 Pasar Jum'at 0,45 2,78 1,04
September 1995. Batan Indah 0,28 2,86 1,45
2. BUNAWAS, Diktat Pengukuran radon
di Udara. Belum diterbitkan (1996).
3. ICRP, Protection Against Radon -222 at DISKUSI
home and at work. ICRP Pub. 65 (1993).
4. M.THOYIB THAMRIN., BUNAWAS Rofiq Syctifudin - PSPKR :
dan ABUBAKAR RAMAIN., Optimasi 1. Mengapa pada kamar ber-AC konsentrasi
Etsa Detektor Jejak Nuklir CR-39. radon lebih besar ?.
Prosiding Seminar Reaktor Nuklir 2. Bagaimana komposisi bahan bangunan yang
Dalam Penelitian Sains dan Teknologi sebaiknya digunakan untuk memperkecil
Menuju Era Tinggal Landas. PPTN - konsentrasi radon, khususnya pada ruang
Bandung, 8-10 Oktoberl991. tidur ?.
5. BUNAWAS dan ABUBAKAR RAMAIN.,
Dosimeter Radon Pasif dengan Detektor Minarni Affandi:
Jejak Nuklir CR-39. Simposium Fisika, 1. Karena ruang ber-AC biasanya selalu
Jakarta, UI - Depok , 28 Februari 1990. tertutup sehingga konsentrasi radon
6. DADONG.L, BUNAWAS, dan bertambah karena tidak ada ventilasi.
VERONIKA. P. Pengukuran radon di 2. Yaitu bahan bangunan yang kualitasnya
dalam gedung PPTA Pasar Jumat dengan baik seperti pemlesteran, pengecatan,
Detektor Jejak Nuklir CR-39. Prosiding ventilasi yang baik dan dibuka lebar kalau
Presentasi Ilmiah KRL, PSPKR - Jakarta, tidak sedang untuk tidur.
23 - 24 Agustus 1994.

PSPKR-BATAN 264
Presiding Presentasi Hmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Warmo S. - BTKL : tinggi, demikian pula untuk tegel dengan


Bagaimana pengaruh radon (Rii) terhadap porositas tinggi. Sedang untuk ruangan ber-
kesehatan dan bagian organ tubuh mana yang AC terjadi akumulasi radon.
daya afmitasnya tinggi terhadap Rn dan
bagaimana pencegahan masalah ini ?. Sri Sordini - PSPKR :
Apa yang dilakukan oleh BATAN terhadap
Minorni Affandi : penduduk dan rumahnya yang konsentrasi
Biasanya kanker paru-paru. Terapinya adalah radonnya mendekati nilai maksimum.
konsultasi ke dokter atau RS. Minarni Affandi :
Memberi saran/petunjuk untuk mengurangi
Zubaidah A. - PSPKR : konsentrasi radon dalam beberapa bulan.
Apakah konsentrasi radon di BI, Pasar Jum'at
dan Pasar Minggu berbeda nyata secara M. Syaifudin - PSPKR :
statistik ?. Bila berbeda, pada tingkat 1. Bagaimana caranya memperkecil paparan/
kepercayaan berapa ?. konsentrasi radon di udara di dalam rumah
Minarni Affandi : tinggal ?.
Kami tidak membandingkannya dan kami 2. Apa akibatnya apabila kita menghirup
hanya mengukur dan mengamati parameter apa radon berlebihan dan apakah ada senyawa
saja yang mempengaruhi radon di ruangan. kimia tertentu untuk mengeluarkan radon
dari tubuh ?.
Gatot suhahyono - PSPKR :
Bagaimana tanda-tanda orang terkena paparan Minarni Affandi :
radon yang tinggi ?. Memperbesar laju ventilasi udara dan
menutup retakan-retakan dinding dan lantai.
Minarni Afandi : 2. Akan menaikan risiko terkena kanker paru-
Tidak ada tanda-tanda karena timbulnya efek paru. Tidak ada senyawa kimia untuk
memerlukan waktu lama. mengeluarkan radon dari tubuh dan itu tidak
perlu karena yang berbahaya bagi kesehatan
Herwinarni S. - PAIR : bukan radon (berupa gas mulia) tetapi hasil
1. Berapa konsentrasi radon yang dapat luruhannya yang berupa partikel padat
mencemari udara terbuka ?. dengan diameter aerodinamis 0,13 um.
2. Mengapa radon di ruangan dengan dinding
yang tidak diplester dan tegel dengan June Mellawati - PAIR :
porositas tinggi mengandung konsentrasi Bagaimana saran Anda agar rumah saya bebas
radon tinggi serta di atas atap ruangan ber- radon (konsentrasinya rendah sekali) ?.
AC, bagaimana kronologinya.
Minarni Affandi :
Minarni Affandi : Digunakan kualitas bahan bangunan yang baik,
1. Jauh lebih rendah dibanding di dalam laju ventilasi yang baik, sehingga tidak ada
ruangan sekitarnya (1-3,7 Bq/m3). radon yang menumpuk di dalam ruangan.
2. Pada dinding yang tidak diplester lepasan
radon dari bahan bangunan (dinding) akan

PSPKR-BATAN 265
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000091

HUBUNGAN DOSIS-RESPON ABERASI KROMOSOM YANG DIINDUKSI


OLEH SINAR GAMMA DOSIS RENDAH
.. :*> :

Iwiq Indrawati, Abdul Wa'id, Yanti Lusiyanti, Masnelly L., dan C. Tuti Budiantari
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
HUBUNGAN DOSIS-RESPON ABERASI KROMOSOM YANG DIINDUKSI OLEH SINAR
GAMMA DOSIS RENDAH. Metode deteksi aberasi kromosom sangat berguna sebagai dosimeter biologi
untuk melengkapi dosimeter fisika. Bentuk disentrik merupakan aberasi kromosom yang spesifik akibat paparan
radiasi pengion yang sudah teramati pada dosis radiasi 0,2 Gy. Uiituk membuktikan hal tersebut telah dilakukan
penelitian dengan meradiasi sel darah limfosit perifer dari empat orang donor pria terhadap sinar gamma Co-60
pada dosis 0 (kontrol); 0,2 ; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 Gy. Sampel darah dibiakkan dengan prosedur baku. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa bentuk disentrik dapat teramati mulai dosis 0,2 Gy yakni sebanyak 0,002
0,001/sel. Semakin besar dosis radiasi semakin banyak disentrik yang dtimbulkan. Persamaan kurva respon
dosis yang diperoleh dengan model tinier kuadratik adalah Y = 0,678.10'3 - 0,166.10'" X + 0,147.10 "5 X2
dengan nilai korelasi R= 0,969.

ABSTRACT
DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP OF CHROMOSOME ABERRATION INDUCED BY LOW
DOSES GAMMA RAYS. The detection method of chromosome aberration is highly valuable as a biological
dosimeter to support physical dosimeter. Dicentric is a specific type of chromosome aberration caused by
ionizing radiation exposure that can be detected from a radiation dose of 0.2 Gy. To prove this presumption, a
research had been conducted by exposing lymphocyte cell of peripheral blood taken from four male donors to Co-
60 gamma rays at doses of 0 (control), 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, and 1 Gy. The blood samples were cultured with
standard procedures. The results showed that dicentric type can be detected starting from 0.2 Gy dose, i.e. 0.002
0.001 /cell. The higher radiation dose the higher dicentric chromosome induced. The equation of dose-response
curve obtained with linier quadratic model is Y = 0.678 x 10"3 - 0.166 x 10"1 X + 0.147 x 10 with
corellation value R of 0.969.

PENDAHULUAN suatu teknik sederhana dengan melihat


kerusakan kromosom dalam stadium metafase
Seiring dengan meningkatnya peng-
sel limfosit darah perifer yang dibiakkan yang
gunaan teknologi nuklir dalam berbagai bidang
dikenal sebagai teknik aberasi kromosom.
kehidupan maka akan meningkat pula per-
Aberasi kromosom akibat radiasi pengion
masalahan yang menyangkut aspek-aspek ke-
sangat spesifik yaitu bentuk disentrik, dan
selamatan para pekerja radiasi dan anggota
dapat diamati pada dosis radiasi sinar gamma
masyarakat. Untuk mengantisipasi kemung-
serendah 0,2 Gy. Bentuk kerusakan kromosom
kinan terjadinya suatu kasus kedaruratan nuklir
ini dapat digunakan sebagai dosimeter biologi
dalam penggunaan teknologi ini, sangat
[3,4].
diperlukan penetapan dosis secara cepat dan
Beberapa laboratorium di manca
akurat yang diterima seseorang terutama
negara yang menangani masalah proteksi
apabila tidak memakai dosimeter fisika.
radiasi pada umumnya sudah mempunyai
Pengukuran dosis radiasi secara
kurva kalibrasi secara in vitro dari paparan
biologi telah banyak dilakukan dan dipelajari,
radiasi berlebih dengan LET rendah seperti
seperti perubahan kadar komponen biokimia
sinar-X dan sinar gamma. Laboratorium
dalam darah yaitu glikoprotein, kreatinin,
National Radiological Protection Board
taurin dan juga melalui pengamatan meta-
(NRPB) di Inggris misalnya, telah mempuyai
bolisme keluaran dalam urin. Akan tetapi
kurva kalibrasi aberasi kromosom untuk semua
metode ini belum memberikan hasil deteksi
jenis radiasi eksterna yang berkaitan dengan
yang memuaskan karena parameter-parameter
suatu kecelakaan radiasi. Dalam makalah ini
tersebut tidak memperlihatkan hasil yang tetap
disampaikan hasil penelitian mengenai
terhadap dosis radiasi [1,2].
hubungan dosis radiasi dengan aberasi
Teknik pemantauan dosis secara kromosom pada sel limfosit untuk sinar gamma
biologi telah dikembangkan lebih lanjut dengan dosis < 1 Gy.
menggunakan teknik analisa sitogenetik yaitu

PSPKR-BATAN 266
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

TEORI yang berasal dari patahan ujung


lengan kromosom tersebut.
Tingkat kerusakan akibat radiasi
b]. Kromosom disentrik terjadi bila dua
kromosom dapat diamati melalui pengamatan
lengan kromosom yang patah dari dua
kerasakan kromosom pada sel limfosit darah
kromosom yang berbeda, bergabung
perifer dengan cara membiakan sel tersebut.
membentuk sebuah kromosom dengan
Sel limfosit dalam biakan dirangsang dengan
dua sentromer. Dari proses ini juga
suatu bahan stimulir yang disebut
dihasilkan fragmen asentrik.
phytohemaglutinin (PHA) untuk melakukan
proliferasi menjadi sel limfoblast (sel limfosit
muda) [2]. Dengan pemberian kolkhisin, sel Hasil percobaan dengan hewan dan
akan berhenti pada stadium metafase dalam studi data pasien yang diiradiasi pengion
proses mitosis. Pada stadium ini, kelainan- memperlihatkan bahwa hasil aberasi sel
kelainan pada kromosom dapat dengan jelas limfosit yang diberi perlakuan iradiasi in vivo
diamati setelah proses pewarnaan. Teknik seluruh tubuh memberikan hasil yang sama
tersebut sangat berguna untuk mempelajari dengan aberasi limfosit yang diperoleh secara
hubungan respon kromosom manusia terhadap in vitro [6].
kualitas radiasi, tingkat radiasi dan waktu Untuk memperkirakan besarnya dosis
paparan radiasi [5]. radiasi dengan menggunakan teknik aberasi
kromosom khususnya ditentukan melalui
Aberasi kromosom yang terjadi akibat
pengamatan terhadap jumlah kromosom untuk
radiasi pengion dapat dibedakan menjadi dua
setiap dosis penyinaran. Terbentuknya aberasi
jenis yaitu aberasi jenis kromoatid dan aberasi
jenis kromosom. Aberasi jenis kromatid kromosom dalam suatu penyerapan dosis
dihasilkan apabila terjadi patahan setelah merupakan suatu proses probabilistik. Karena
duplikasi (penggandaan) sel (fase sintesa probabilitas terbentuknya aberasi kromosom
DNA pada siklus sel) , sedangkan aberasi relatif kecil maka diperlukan sampel metafase
jenis kromosom dihasilkan apabila terjadi yang banyak . Untuk dosis > 1 Gy diperlukan
patahan sebelum duplikasi sel. Jenis aberasi sampel metafase sekitar 200 sel, sedangkan
yang terbentuk akan bergantung pada stadium untuk dosis yang lebih rendah diperlukan
kromosom dari siklus sel. jumlah sampel sel metafase sekitar lOOOsel [3].
Pada umumnya kerusakan kromosom Hubungan antara aberasi kromosom
yang terjadi adalah aberasi jenis kromosom (Y) dengan dosis radiasi (D) LET (Linear
sebab pada waktu pengambilan darah perifer Energy Transfer) rendah dapat digambarkan
yang dibiakkan, sel darah berada pada stadium dengan suatu fungsi matematik yaitu Y = aD
Go (fase pra sintesa DNA). Aberasi jenis + pD2, dimana a dan p adalah suatu konstanta.
kromosom yang sering terjadi adalah bentuk Fungsi ini relatif tetap untuk aberasi yang
disentrik dan cincin. Bentuk disentrik dihasilkan ionisasi tunggal yang hasilnya
merupakan bentuk spesifik dari kerusakan sebanding dengan dosis (aD) dan aberasi
kromosom akibat radiasi pengion dalam sel akibat dua hantaman radiasi yang terpisah
[1,2,3]. Iwiq dkk. [7] melaporkan bahwa yang hasilnya sebanding dengan kwadrat dosis
bentuk aberasi kromosom akibat irradiasi Co- (PD2). Dua luka diperlukan untuk membentuk
60 adalah bentuk disentrik, cincin, dan fragmen kromosom disentrik sebagai hasil dari satu atau
asentrik. Aberasi jenis kromosom terutama dua hantaman ionisasi. Hasil penelitian meng-
terdiri dari 2 bentuk yaitu : gunakan sinar gamma Co-60 dengan dosis
1. Delesi terminal dan deles i interstitial, radiasi 1-4 Gy yang dilakukan oleh Iwiq, dkk
dimana setiap delesi kromosom disertai oleh [8] menghasilkan persamaan aberasi kromosom
suatu patahan ganda. disentrik Y = 0,0048 + 0,0037 D + 0,0063 D2
2. Pertukaran asimetris, terdiri dari bentuk : dan hubungan respon aberasi kromosom bentuk
a]. Kromosom cincin terjadi bila kedua cincin Y = -0,00095 + 0,0012 D + 0,0017 D2.
lengan dari sebuah kromosom yang
bagian ujungnya patah akibat radiasi,
bergabung membentuk cincin, selain
itu juga dihasilkan fragmen asentrik

PSPKR-BATAN 267
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

TATA KERJA dalam larutan Carnoy diulang 2 - 3 kali sampai


didapatkan endapan limfosit putihjernih.
1. Iradiasi
Sebanyak 20 ml darah diambil dari 4 4. Pembuatan preparat dan pengamatan.
donor pria sehat menggunakan alat suntik
Endapan sel limfosit diambil dengan pipet
sekali pakai, dan ditambah 0,4 ml heparin.
pasteur, diteteskan diatas gelas objek pada
Kemudian sebanyak 3 ml darah dimasukkan
tiga tempat berbeda dan dilakukan peniupan
ke dalam 6 tabling sentrifus steril masing-
pada tetasan sel limfosit agar sel menyebar rata
masing untuk setiap dosis. Tabung direndam
dipermukaan gelas objek. Setelah kering,
dalam penangas air dengan temperatur 37C
preparat diwarnai dengan larutan Giemsa 4%
dan selanjutnya diiradiasi dengan dosis 0
(100 ml buffer fosfat pH 6,8 : 4 ml larutan
(kontrol), 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 Gy pada
Giemsa) selama 10 menit. Preparat yang baik
pesawat teleterapi Co-60 Model PICKER V4M
ditutup dengan cover gelas, dan diamati
dengan laju dosis 11,49 rad /menit.
dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000
kali untuk melihat jenis-jenis kromosom yang
2. Pembiakan darah. ada.
Darah dalam tabung yang telah
diiradiasi direndam kembali dalam penangas air HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 1 jam. Sebelum dibiakkan pada
flask/botol biakan dimasukkan 7,5 ml RPMI- Kerusakan kromosom bentuk disentrik,
1640 (GIBCO), 1,5ml Fetal Bovine Serum fragmen dan cincin akibat paparan irradiasi
(GIBCO), antibiotik 0,1 ml Penstrep (GIBCO), sinar gamma < lGy disajikan dalam Tabel 1.
1 ml darah yang telah diiradiasi dan 0,1 ml Sedangkan kerusakan kromosom akibat radiasi
phytohemaglutinin (MUREX). Botol biakan sinar gamma dosis 1-4 Gy telah dilaporkan
ditutup rapat dan disimpan dalam inkubator [7,8].
pada temperatur 37 C selama 53 jam. Setelah
24 jam pengeraman (inkubasi), tutup botol Tabel 1. Frekuensi aberasi kromosom limfosit darah
biakan dilonggarkan sedikit dan biakan dikocok perifer pasca irradiasi sinar gamma.
perlahan, kemudian tutup botol dirapatkan
kembali. IP!!! Ililliilll
3. Pemanenan. 0 0,000 0,000 0,000

0,2 0,20 0,10 0,52 0,18 0,000


Pada 3 jam sebelum panen, ke dalam
biakan darah ditambah 0,1 ml kolkhisin 0,1 0,4 0,30 0,10 0,54 0,32 0,000
mg/ml (BDH). Pada akhir pembiakan (53 jam), 0,6 0,35 0,26 0,98 0,91 0,11 0,02
biakan darah dipindahkan ke dalam botol
sentrifus dan disentrifus dengan kecepatan 0,8 0,90 0,60 2,25 2,15 0,000
1500 rpm selama 10 menit. Supernatan 1 0,20 0,14
1,40+ 1,00 4,62+1,20
dibuang dan endapan darah diaduk, kemudian
ditambahkan 8-10 ml KC1 0,56%, dikocok
dengan pipet pasteur lalu direndam dalam Dalam penelitian ini, pengamatan
penangas air selama 20 menit. Selanjutnya aberasi kromosom untuk dosis rendah dimulai
pada biakan ditambahkan 8 tetes larutan pada dosis 0,2 Gy sampai dosis 1 Gy.
Carnoy (metanol : asam asetat = 3:1), dikocok Frekuensi aberasi kromosom bentuk disentrik
dan didiamkan selama 10 menit. Supensi per sel untuk dosis 0,2 Gy adalah 0,002
disentrifus 1500 rpm selama 10 menit, 0,001 dan jumlahnya meningkat sampai
kemudian supernatan dibuang dan pada 0,0140,01 untuk dosis 1 Gy. Frekuensi
endapan ditambah 8 - 10 ml larutan Carnoy, disentrik untuk dosis 1 Gy ini sama dengan
dikocok dan didiamkan selama 10 menit, untuk hasil penelitian sebelumnya [8]. Hasil
selanjutnya disentrifus kembali. Perlakuan penelitian ini juga sesuai dengan pemyataan
Hall [9] bahwa dosis ambang keboleh jadian

PSPKR-BATAN 268
Presiding Presentasi [Imiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungaii , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ditemukannya aberasi kromosom bentuk dosimeter biologi, sehingga beberapa peneliti


disentrik adalah 0,2 Gy. menggabungkannya dengan data disentrik jika
Untuk pembuatan kurva dosis respon, ditemui adanya aberasi kromosom [6].
bentuk aberasi yang sering digunakan adalah Menurut LLOYD dan PURROT [6]
disentrik karena merupakan bentuk spesifik bahwa indeks bentuk disentrik akibat radiasi
akibat radiasi. Dalam penelitian ini hubungan akut akan muncul 60%, sedangkan bentuk
respon aberasi disentrik terhadap dosis < 1 Gy cincin merupakan aberasi yang sangat jarang
berdasarkan analisis grafik diperoleh dalam limfosit manusia dan dihasilkan hanya
persamaan Y = 0,678.10"3 - 0,166. lO^X + 5% dari jumlah disentrik. Dengan demikian
0,147.10 "5 X2 yang ditampilkan pada Gambar perbandingan frekuensi antara bentuk disentrik
(1) dimana Y adalah fraksi disentrik per sel dengan bentuk cincin adalah 12 : 1. Dalam
dan X adalah dosis radiasi (rad) dengan nilai penelitian ini, diperoleh perbandingan bentuk
korelasi R = 0,969. disentrik dan cincin 14 : 1. Kurva hubungan
dosis respon untuk bentuk cincin tidak dapat
dibuat karena aberasi kromosom bentuk cincin
1 = 0 , 6 7 S 1 Q " 5 - O , 1 6 6 . 1 0 ~ ' 1 X t O . I 4-7 1 0 ~
0.016-
R 2 ~ O 969
tidak teramati pada semua perlakuan dosis
radiasi.
C/> 0.01 2 -

KESIMPULAN
z Hasil penelitian ini menunjukkan
LJ
bahwa frekuensi aberasi kromosom disentrik
Q 0.0O4--
dapat diamati mulai dosis radiasi gamma 0,2
Gy. Persamaan kurva respon dosis akibat
0.000
50 75 paparan radiasi gamma dengan dosis < 1 Gy
DOSIS / RAD yang diperoleh dengan persamaan linier
Gambar 1. Kurva respon dosis aberasi kromosom kuadratik adalah Y = 0,678.10"3-0,166. W4 X
bentuk disentrik untuk sinar gamma. + 0,147.10 s X2 dengan koefisien korelasi R
sebesar 0,969.
Aberasi kromosom bentuk disentrik
dan cincin senantiasa diikuti oleh bentuk UCAPAN TERIMA KASIH
fragmen [6], Dalam penelitian ini, bentuk
fragmen asentrik juga mulai dapat teramati Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pada dosis 0,2 Gy dan frekuensinya bertambah proyek PPKRKL -PSPKR sebagai pemberi
sesuai dengan bertambahnya dosis radiasi. dana, para donor darah yang telah banyak
Frekuensi fragmen ternyata lebih tinggi 2 - 4 membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
kali daripada frekuensi disentrik untuk semua
dosis radiasi, karena pada setiap kejadian satu DAFTAR PUSTAKA
disentrik akan dihasilkan dua fragmen asentrik.
Tetapi mengingat bahwa bentuk fragmen bukan 1. SASAKI, M.S., Use of lymphocyte
merupakan bentuk spesifik akibat serapan chromosome aberrations in biological
radiasi pengion, maka bentuk ini tidak dapat dosimetry : possibilities and limitations, in
dijadikan sebagai kurva standar. radiation-induced chromosom damage in
Frekuensi aberasi kromosom bentuk man (Ed. Alan, R.L.), New York, (1983)
cincin ditemukan sangat rendah dan mulai pp. 585-586.
muncul pada dosis 0,6 Gy. Untuk dosis 0,8 2. BUCKTON, K.E. and EVANS, H.J.,
Gy, tidak teramati adanya bentuk cincin tetapi Methods for the analysis of human
teramati untuk dosis 1 Gy. Penelitian Iwiq dkk chromosome aberrations, WHO, Geneva,
(8) pada dosis > 1 Gy menyatakan bahwa (1973), pp. 109,136.
bentuk cincin yang teramati jumlahnya 3. IAEA., Technical Reports Series No 260,
meningkat sesuai dengan meningkatnya dosis Biological : chromosomal aberrations
radiasi. Bentuk cincin mempunyai kontribusi analysis for dose assessment, IAEA, Viena
yang sangat kecil untuk dijadikan sebagai (1986). pp. 16-18

PSPKR-BATAN 269
Presiding Presentasi Iiiniah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

4. UNSCEAR, Annex II : Early effects in Iwiq Indrawati :


man of high doses of radiation, IAEA, Kelainan kromosom sel limfosit akibat radiasi
Austria, (1988), pp. 9 2 - 9 3 . masih dapat terdeteksi selama 30 hari (selama
5. HIRAI, M., Chromosome analysis, IAEA satu siklus sel limfosit dlam darah).
Regional Training Course Tokyo Japan,
Januan 1993. Sulisna - PPSM:
6. LLOYD, D.C. and PURROTT, RJ, 1. Mengamati data hasil percobaan untuk
Chromosome aberration analysis in radio- bentuk disentrik mempunyai simpangan
logical protection dosimetry, Rad. Prot. deviasi di atas 50%. Apakah angka ini tidak
Dosimetry, Vol. I. No. 2 (1981), pp. 19- bisa ditekan lebih kecil ?.
28. 2. Apakah sudah ada kajian mengenai
7. IWIQ I., YANTI L., dan MASNELLY L., hubungan jumlah disentrik dengan ke-
Aberasi kromosom limfosit dengan sinar sehatan manusia, baik secara deterministik
gamma Co-60, Prosiding Presentasi Ilmiah maupun stokastik ?.
Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,
Jakarta, Agustus 1993. Iwiq Indrawati :
8. IWIQ I., YANTI L., dan MASNELLY L., 1. Untuk menekan angka tersebut dapat
Hubungan respon-dosis aberasi kromosom dilakukan dengan selalu memperbaiki dan
yang diinduksi oleh sinar gamma, Prosiding lebih teliti dalam preparasi sampel dan
Presentasi Ilmiah KRL, Jakarta, Agustus pengamatan yang dilakukan secara
1994. konvensional dapat diganti dengan sistem
9. HALL, E.J., Radiobiology for the mikroskop otomatis yang saat ini sedang
Radiologist. 3nd.J.B Lippincott Company, direncanakan.
Philadelphia (1987) pp. 33 - 35. 2. Bila kita melihat data dari korban bom atom
di Jepang, setelah 40 tahun bantuk ini masih
bisa diamati dan ternyata mereka tetap sehat
DISKUSI karena bentuk disentrik dan cincin pada
perkembangan siklus sel akan mati.
Rochestry Sofyan - PPTN : Kelainan kromosom yang dapat mem-
Persyaratan dari suatu dosimeter harus dapat pengaruhi kesehatan manusia adalah
mengungkapkan hubungan yang Iinier antara terjadinya translokasi kromosom dan dapat
dosis dan suatu perubahan. Dari pengalaman diwariskan ke keturunannya.
yang Anda peroleh selama ini, sejauh mana
keandalan dari metode ini seperti kedapat M. Darussalam - PPTN :
ulangan dan limit deteksinya ?. 1. Dari berbagai bentuk aberasi yang terjadi
akibat radiasi, jenis aberasi yang mana yang
Iwiq Indrawati : lebih mampu untuk melakukan recovery
Pada penelitian kami dengan menggunakan (dengan tingkat recovery tertinggi) ?.
dosis radiasi 1-4 Gy hasil hubungan dosis- 2. Apakah persentase aberasi disentrik pada
respon aberasi kromosom disentrik merupakan kontrol (0 Gy) cukup besar ?.
persamaan linier sedangkan pada dosis sinar
gamma < 1 Gy diperoleh persamaan yang tidak Iwiq Indrawati :
linier. Untuk memperoleh persamaan linier 1. Yang lebih mampu melakukan recovery
diperlukan donor darah yang lebih banyak adalah bentuk "delesi terminal" (patahan
karena pada dosis rendah (< IGy) ujung).
kebolehjadian bentuk disentrik jarang. 2. Selama penelitian di Bidang kami, pada 0
Gy belum pernah ditemukan adanya bentuk
Zubaidah Alatas - PSPKR : disentrik meskipun probabilitasnya setiap
Kira-kira dalam jangka waktu berapa lama 1000 sel metafase akan ditemukan 1
kelainan kromosom sel limfosit akibat radiasi disentrik.
masih dapat didetcksi/diamati dalam
peranannya sebagai dosimeter biologi

PSPKR-BATAN 270
Presiding Presentasi Ilmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085
ID0000092

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR BERACUN DALAM ASAP ROKOK


DENGAN METODE PENGAKTIFAN NEUTRON
June Mellawati
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi - BAT AN
David Chichester
Nuclear Enginering Department, Urbana Illinois USA

ABSTRAK
PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR BERACUN DALAM ASAP ROKOK DENGAN METODE
PENGAKTIFAN NEUTRON. Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan informasi kandungan unsur
beracun dalam asap rokok sehmgga dapat diperkirakan kontribusinya pada pencemaran udara. Contoh adalah
asap rokok dari campuran rokok terkenal dipasaran Atnerika, yang dikumpulkan oleh Pusat Penelitian Rokok
Universitas Kentucky Amerika Serikat. Pengaktifan neutron dilakukan di reaktor HOR (Hoger Onderwijs
Reactor) IRI Delft Belanda, dengan neutron tennal yang mempunyai fluks 4,8xlO16 n cm"2 detik"1, selama 4 jam.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada asap rokok ditemukan unsur beracun Cd, As, Sb, dan Br.

ABSTRACT
DETERMINATION OF TOXIC ELEMENTS IN CIGARETTES SMOKE, USING NEUTRON
ACTIVATION METHOD. The purpose of the experiments was to get information of the toxic elements
content in cigarettes smoke which could be used to estimate the cigarettes smoke contribution in air pollution.
The sample were cigarette smoke from the mixture of 7 popular brand cigarettes collected by The Centre
Cigarettes Research, University of Kentucky, USA. Neutron activation was done in the Hoger Onderwijs
Reactor, 1RI Delft Netherlands, using thermal neutron flux 4.8x10l6n cm"2 second"' for 4 hours. Result of the
analysis showed that the cigarettes smoke contained Cd, As, Sb, and Br which are toxic elements.

PENDAHULUAN dapat membahayakan lingkungannya, yaitu


orang-orang yang berada disekitarnya. Menu-
Dewasa ini pencemaran udara meru-
rut hasil penelitian, asap rokok mengandung
pakan masalah penting, baik dinegara yang
senyawa racun organoklorin seperti : metil-
tnaju maupun di negara berkembang. Hal ini
klorida, metilen-klorida, kloroform, tri-
berkaitan. dengan makin banyaknya daerali
kloroetilen, tetrakloro-etilen, dan vinil
industri. Penyebab pencemaran udara ialah
klorida. [2]
buangan gas-gas beracun dari berbagai
Hasil penelitian di beberapa negara
industri, kendaraan bermotor serta kegiatan
menunjukkan bahwa tembakau rokok dan
manusia lainnya, terutama yang membuang
asapnya mengandung berbagai unsur, dan
limbahnya ke atmosfir (udara). [1]
sebagian diantaranya merupakan unsur
Secara tidak langsung perokok juga
beracun, misalnya dari Iran ditemukan unsur
dapat memberikan kontribusi yang nyata
beracun Hg, Sb, dan Br, dari India ditemukan
terhadap polusi udara, terutama di ruangan
unsur Sb dan Br, dari Pakistan unsur As, Br,
tertutup, karena banyaknya asap rokok yang
Hg, dan Sb, sedang dari Turki unsur As, Br,
dihembuskan ke udara. Seperti diketahui, lebih
dan Hg. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
dari 3800 senyawa kimia ditemukan dalam
bahwa jenis unsur beracun dan tidak beracun
tembakau rokok, dan kelompok terbesar adalah
yang ditemukan sangat bervariasi. Hal tersebut
senyawa nitrogen, yaitu 24%, serta hidro-
berkaitan dengan jenis tanah perkebunan
karbon 15%. Komponen utamanya adalah
tembakau, kondisi penanaman, serta
karbon monoksida (CO), yaitu 5-23 mg/batang
penggunaan bahan penyubur tanaman dan
rokok, asam nitrat: 0,1-1,6 mg/batang rokok,
pembasmi hama yang berbeda.[3,6]
asetaldehid: 0,2-1,3 mg/batang rokok, asam
format: 0,1-1,1 mg/batang rokok, metil klorida Dari berbagai alasan tersebut, penulis
0,1-0,8 mg/batang rokok, asam sianida: 0,03 - mencoba menganalisis kandungan unsur dalam
0,7 mg/batang rokok, serta 50 macam senyawa contoh asap rokok, dengan metode pengaktifan
karsinogen lainnya. Asap rokok selain dapat neutron. Seperti diketahui, metode pengaktifan
membahayakan kesehatan perokok sendiri. juga neutron mempunyai beberapa kelebihan.

PSPKR-BATAN 271
Presiding PresenUasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

diantaranya yaitu: sistem analisis serentak dari laboratorium Pusat Penelitian Rokok
(semua kandungan imsurnya terdeteksi Universitas Kentucky, Oak Ridge, Amerika
bersama-sama), relatif cepat, dan mempunyai Serikat (tiap batang rokok 10 kali hisap, 30
kepekaan tinggi. [7,8] ml/hisapan, 1 hisap/menit, pembakaran rokok
Tujuan percobaan adalah untuk dan penyedotan asapnya menggunakan
mengembangkan metode analisis pengaktifan smoking machine. Masing-masing contoh
neutron dan untuk mengetahui berapa banyak ditimbang dengan seksama dan dimasukkan ke
dalam asap rokok terkandung unsur beracun, dalam vial polietilen. Standar dibuat dengan
sehingga diperoleh gambaran kontribusi asap cara memipet masing-masing larutan standar
rokok pada pencemaran udara. sebanyak 50 ul larutan Cd ( 100 |a.g), larutan
As ( 5 jxg), larutan Cr ( 25 ug), larutan Zn
( 650 u.g), dan larutan Fe ( 1500 jig).
BAHAN DAN METODE Kemudian larutan tersebut diteteskan pada
kertas whatman-41 yang terdapat dalam vial
Bahan
polietilen secara bergantian, dan dikeringkan
pada suhu 30 - 40C selama 2 jam. Proses ini
Contoh yaitu 7 macam asap rokok
diulangi untuk unsur berikutnya. Bahan standar
merupakan campuran asap rokok terkenal di
pasaran Amerika. Pengumpulan rokok dan acuan coal dari NBS, yaitu SRM-1632A
pengambilan asapnya dilakukan oleh Pusat dikeringkan dalam oven pada suhu 85C
Penelitian Rokok Universitas Kentucky selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam
Amerika Serikat. Sebagai standar digunakan eksikator, diambil secara acak dan ditimbang
bahan acuan "Coal" yang diperoleh dari NBS dengan seksama sejumlah 200 mg. Lalu
(National Bureau Standard) Amerika, yaitu dimasukkan dalam vial.[10]
SRM-1632 A. [9] Selain itu juga digunakan
bahan-bahan penunjang seperti plastik, kertas Iradiasi
saring tak berabu, yaitu millipore berdiameter
0,8 urn (No.Seri 0877) buatan Amerika, vial Contoh, blanko (kertas saring
polietilen (tinggi 10 mm dan 5 mm, dengan millipore), bahan standar acuan, dan standar
diameter 7 mm) buatan Belanda, aseton, dan pembanding, diiradiasi di reaktor HOR (Hoger
HNO3dari Merck Jerman. Onderwijs Reactor) IRI Delft, dengan fluks
neutron termal 4,8 x 1016 cm"2 detik"1, selama
15 menit dan 4 jam, tergantung pada waktu
Peralatan
paruh radionuklida yang dihasilkan. Kemudian
setelah selesai iradiasi, secara otomatis contoh-
Dalam penelitian ini digunakan alat
contoh tersebut dikirim ke laboratorium untuk
Spektrometer gamma Pencacah Salur Ganda
dilakukan pendinginan selama 4 hari sampai 1
(Multi Channel Analyzer) yang mempunyai
bulan, serta preparasi lainnya sebelum
4096 saluran, yang dirangkaikan dengan
dilakukan pengukuran, diantaranya pembersih-
detektor semikonduktor Gemianium murni tipe
an permukaan vial dengan HNO3 encer untuk
sumur (well type) buatan Canberra Belgia,
menghilangkan zat-zat kontaminan.
dengan efisiensi absolut 5%. Untuk analisis
data digunakan perangkat lunak "Apollo".
Selain itu juga digunakan alat penunjang Pencacahan
seperti: penahan radiasi (shielding) disekeliling
detektor, alat pengering (oven dan freeze Mas ing-mas ing vial berisi contoh yang
dryer), penyimpan contoh (eksikator), sudah diiradiasi (asap rokok, standar, dan
pemindah contoh (sample changer), dan blanko), diletakkan pada alat pemindah contoh
timbangan analitik (Mettler). (sample changer) secara berurutan. Lalu
dicacah dengan alat Spektrometer gamma
yang dirangkaikan dengan detektor Ge murni,
Penyiapan Contoh dan Standar
selama 1 jam per contoh.
Contoh yaitu kertas saring millipore
mengandung asap rokok, yang telah diterima

PSPKR-BATAN 272
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Hasil analisis kandungan unsur dalam


contoh asap rokok, dengan metode pengaktifan
Hasil pengukuran unsur dengan metode neutron, masing-masing 5 kali ulangan.
pengaktifan neutron pada bahan standar acuan
dari NBS (National Bureau Standard) yaitu: Konsentrasi unsur ( u.g/g):
Kode
coal (SRM-1632 A) dan standar pembanding Contoh Cd As Br Sb* Cs
(campuran Cr, Cd, As, Fe, dan Zn) terlihat
A 1,250,44 0,560,21 I0,903,l tt tt
pada Tabel 1 dan 2. 2
B 5,4Ol,78 l,55l,22 8,281,96 tt tt
C 1.430,27 0,720,36 8,652,68 tt tt
Tabel 1. Hasil analisis unsur dalam bahan standar D 0,590,18 0,OS0,02 2,121,33 tt tt
acuan "Coal" (SRM-1632) dari NBS, masing- E 5,18l,90 O,23O,1I 5,70l,84 31 tt
masing 5 kali ulangan percobaan. F O,13O,O8 0,020,0l 0,550,49 31 21 tt
G tt tt tt u 0,11
Konsentrasi ( ug/g): 0,02
Unsur Sertifikal Hasil analisis Penyimpang-
an (%)
Sc 6,23 0,07 6,30 0,30 1 Konsentrasi unsur (ug/g) :
Cr 32.66 1,34 34,30 1.50 5 Kode Au* Fe Na** K** La
Fe 10720 203 11100 200 3,5 Contoh
A tt tt 1134 1,13 = 0,05 tt
Co 6,63 2,05 6,70 0,40 1
B tt 99,4O3,65 44 6 0,50 0.02 It
Zn 22,71 3,63 23 2 I
C 6 1 tt 27317 ,14 0,07 tt
As 9,18 0,20 9,30 1,02 1 D tt tt 11713 0,27 0,03 tt
Se 2,50 0,60 2,60 0,70 4 E tl tl 63 8 0,35 = 0,11 tt
Rb 25,43 2,21 24 2 5,6 F 0,640,07 tt 14 9 0,11=0,07 tt
Sb 0,55 0,03 0,58 0,04 5 G tl tt tt 0.030.02 0,14
Cs 2,27 1,65 2,40 0,20 6 0,06
Ce 30,01 1,65 30 2 1
Keterangan:
Dengan membandingkan konsentrasi yang tertera * = ng/g = mg/g
dalam sertifikat dan hasil analisis maka terlihat
besarnya penyimpangan antara 1 dan 5,6 % (dari Diantara unsur-unsur yang terdeteksi, kadmium
11 unsur yang dianalisis). Hasil tersebut inasih (Cd), arsen (As), antimoni (Sb), dan brom (Br),
dalam batasan cukup baik, yaitu 5 %, sehingga termasuk kelompok unsur beracun.
metode pengaktifan neutron memenuhi syarat Kandungan unsur kadmium (Cd)
untuk digunakan pada analisis kuantitatif .[11] dalam contoh asap rokok yang dianalisis
ditemukan sangat bervariasi, yaitu antara 0,13
Tabel 2. Hasil analisis unsur Cr, Cd, As, Fe, dan dan 5,40 ppm. Menurut pustaka, perokok yang
Zn dalam standar pembanding masing-masing 14 menghabiskan 2 pak rokok sehari berturut-
kali ulangan.
turut, dalam 20 tahun dapat menambah
Konsentrasi ( ug)
Unsur Perhitungan Hasil analisis Penyimpang-
akumulasi unsur Cd dalam tubuhnya sebanyak
teoritis an (%) 15 mg. [12]
Unsur 25,50 0,11 26, 80 0,61 4
Kandungan unsur arsen (As) dalam
Cd 105,61 0,40 101,01 2,69 4
As 4,30 0,09 4.42 0 , 1 1 3 contoh asap rokok yang dianalisis adalah
Fe 1456.89 3,54 1424,44 34,67 2 antara 0,02 dan 1,55 ppm. Unsur tersebut
Zn 641,11 4,58 665,89 12,03 3
tergolong beracun karena dapat menyebabkan
miokardial nekrosis. Menurut FRIBERG(12),
Demikian juga hasil analisis standar 10-20% dari jumlah As total dalam rokok
pembanding yang bisa digunakan sebagai menguap pada proses pembakaran rokok. Data
pengganti standar acuan, dengan membanding- yang diperoleh SMITH dan LENfflAN [5],
kan hasil analisis yang diperoleh dengan nilai 5% dari jumlah As total dalam rokok terhisap
secara teoritis maka diperoleh penyimpangan oleh siperokok dan tertinggal dalam paru-paru.
antara 2 dan 4 % (dari 5 unsur yang dianalisis). Keberadaan unsur As dalam asap rokok
Hal ini menunjukkan bahwa standar tersebut berkaitan dengan peng-gunaan insektisida Pb-
juga cukup memenuhi persyaratan untuk arsenat yang diberikan pada tanaman
digunakan sebagai standar alternatif. tembakau.[12]
Hasil analisis kandungan unsur dalam Kandungan brom (Br) dalam contoh
contoh asap rokok terlihat pada Tabel 3, ditemukan bervariasi, yaitu antara 0,55 dan
10,90 ppm. Menurut AHMAD, S., dkk.

PSPKR-BATAN 273
Prosiding Presentasi Ihniah KeselamaUn Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Mengutip dari WHO (Tech. Rep. Ser. 502, adanya unsur beracun: Cd, As, dan Br pada 6
1972), batas maksimum yang diperbolehkan contoh, dan Sb pada 2 contoh yang dianalisis.
adalah 1 mg/kg berat badan per hari, karena Selain unsur-unsur tersebut juga ditemukan
dalam jumlah cukup tinggi unsur Br dapat unsur: Cs, Au, Fe, Na, K, dan La.
menyebabkan gangguan pada jaringan hati. [5] Dengan demikian dapat diketahui
Kandungan unsur antimoni (Sb) bahwa asap rokok mempunyai kontribusi
ditemukan hanya pada 2 contoh dan 7 contoh dalam peningkatan kandungan unsur-unsur
yang dianalisis, dengan konsentrasi antara 3 tersebut dalam udara.
dan 31 ppb. Unsur tersebut tergolong beracun
karena dapat mengganggu sistem metabolisme UCAPAN TERIMA KASIH
tubuh, dan menu rut FRIBERG [12], 20 %
dari jumlah Sb dalam rokok terhisap si Ucapan terima kasih kami sampaikan
perokok. kepada Ibu Ir. Surtipanti yang telah
Selain unsur-unsur yang tergolong memberikan kesempatan mengikuti pelatihan di
beracun, juga ditemukan unsur-unsur lain, Belanda. Selain itu terima kasih kami
yaitu Na, K, Fe, Au, Cs, dan La. Sifat-sifat sampaikan kepada Dr. Menno Blauw dan Dr.
radionuklida yang terbentuk dari hasil Peter Bode dari IRI Delft yang telah
pengaktifan neutron untuk pengukuran unsur- membimbing percobaan pengaktifan neutron.
unsur tersebut dalam contoh asap rokok terlihat
pada Tabel 4. DAFTAR PUSTAKA

Tabel 4. Sifat-sifat radionuklida (hasil aktifasi 1. ELSON, Atmospheric pollution, Basil


neutron) dalam contoh asap rokok yang digunakan Blackwell Ltd A Oxford (1987).
pada penentuan kuantitatif.(7) 2. HASANIEN, E., MANNINEN, P. K. G.,
HIMBERG, K., And VAATAINEN, V.,
Unsur/ Waklu Energi - Intensitas
nuklida: paruh: a (fceV)
Chlorine and bromine content in tobacco
(%)
sl
Br(n,g)82Br 35,30 jam 554 dan 776 71 dan 84
smoke, Journal Radioanalytical and Nuclear
75 Chem. Letters 144, 5 (1990) 367.
As(n,g)7<iAs 26.32 jam 559 45
3. ABENDINZADEH, Z., RAZEGHI, M.,
""Cd^gy^Cd 53,46 jam 527 28
and PARS A, B., Neutron activation
"Na(n,gf Na 14.96 jam 1368 100
analysis of Iranian cigarette and its smoke,
''Ktn.g^K 12.35 jam 1524 18
58 M
J. Radioanalytical Nuclear Chem. 3_5
Fe(n,g) Fe 44.50 hari 1099 dan 56 dan 43
(1977)373.
1291
m
4. MISHRA, U. C , SHAIKH, G.N., and
Sb(n,g) l22 Sb 2,70 liari 564 69
7 8
SADASHIVAN, S., Trace elements in
" Au(n,g)" Au 2,70 liari 411 95
tobacco smoke by X-ray fluorescence
'35Cs(n,g)IMCs 2.06 tahun 604 dan 795 97 dan 85
technique, Journal Radioanalytical and
139
U(n,g)l40La 40,27 jam 487 dan 44 dan 95 nuclear Chemistry,Articles, K)2, 1(1986)
1596 27.
5. AHMAD, S., CHAUDARI, M. S., and
KESIMPULAN QURESHE, I. H., Determination of toxic
elements in tobacco product y instrumental
Bahan standar acuan "coal" SRM- activation analysis Journal of
1632A dari NBS dapat digunakan untuk Radioanalytical Chemistry 54, 1-2 (1979)
analisis kuantitatif unsur-unsur dalam contoh 331.
asap rokok, dan hasil analisis pengaktifan GULOVALI, M , and GUNDUZ, G.,
neutron memberikan penyimpangan sebesar 1 -5 Trace elements in Turkish tobacco
%. Begitu juga dengan standar pembanding determined by instrumental neutron
menggunakan larutan standar, hasil percobaan activation analysis, Journal of Radio-
memberikan penyimpangan sebesar 2 - 4 %. analytical and Nuclear Chemistry, 7JS, 1
Dari hasil analisis kandungan unsur (1983) 189.
dalam 7 macam contoh asap rokok, ditemukan

PSPKR-BATAN 274
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20 -21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

6. IAEA, Practical Aspect of Operating A 3. Mohon penjelasan mengenai konfigurasi


Neutron Activation Analysis Laboratory, target yang anda gunakan, khususnya untuk
A Technical Document Issued by The SRM, Blank, Cuplikan dan Standard Lab.
IAEA, Vienna 1990.
7. LANDSBERGER, S., Neutron acti- June Mellawati :
vation Analysis Introduction Theory On 1. Coal SRM 1632A mengandung beberapa
Interregional Training Course, February unsur yang lebih rendah dari Coal Fly Ash
1991, University Illinois 1991 Illinois USA' SRM 1633A sehingga Coal SRM 1632A
8. IAEA, Analytical Quality Control Services dianggap lebih tepat digunakan, mengingat
Intercomparison Reference Material, kandungan logam berat dalam rokok tidak
Vienna, Austria (1992). begitu tinggi.
9. IAEA, Elemental Analysis of Biologycal 2. Dari hasil yang diperoleh telah
Material (Technical Report Series No. dibandingkan antara standar SRM dengan
197), IAEA, Vienna (1980). standar pembanding dan secara teoritis
10.GREENBERG, R.R., Accuracy in standard tidak memberikan perbedaan yang jauh
preparation for neutron activation analysis (<5%) sehingga dianggap cukup relevan.
analysis, J. of Radioanalytical and Nuclear 3. Konfigurasinya adalah contoh diletakkan di
Chemistry Articles,79, 1 (1994) 17. antara fluks neutron monitor, SRM,
ll.FRIBERG, I., GUNNAR, F., NORDBERG Blangko, Standar pembanding.
and VELIMIR. B. VOUM, Handbook on
Toxicology of Metals, Elsevier/North Titik Wahyudiyati - RS. Soetomo :
Holland Biomedical Press (1979). 1. Dalam penelitian ini, rokok yang dipakai
adalah rokok tanpa atau dengan filter ?.
2. Untuk jenis rokok dengan filter, seberapa
DISKUSI jauh nilai kemampuannya bagi si perokok
sendiri dibanding yang tanpa filter atau
Joesran Zoebar - PSPKR : filter tidak ada gunanya ?.
1. Darimanakah dipcrkirakan unsur-unsur
beracun tersebut (Cd, As, Sb dan Br) June Mellawati:
berasal, apakah dari aktivasinya atau bahan 1. Tidak dibedakan antara rokok dengan dan
tambahan yang dicampurkan ke rokok tanpa filter.
tersebut ?. 2. Bagi si perokok dengan filter sedikit lebih
2. Sebagai senyawa apakah unsur-unsur aman, namun justru memberikan kontribusi
tersebut dalam asap rokok ?. ke udara.

June Mellawali : Minarni Affandi - PSPKR :


1. Unsur-unsur tersebut diduga dari aktivasi 1. Penelitian ini dilekukan di luar negeri yang
karena dalam analisis digunakan rokok berarti rokoknya berbeda dengan rokok di
putih (tanpa cengkeh). Indonesia. Apakah sudah dicoba dengan
2. Sebagai contoh As dilepaskan ke udara rokok Indonesia ?.
sebagai AsH3 (arsin), Cd sebagai CdO, dsb. 2. Kalau sudah, apakah ada perbedaan dari
hasil analisisnya ?.
Sutisna - PPSM:
1. Apakah penggunaan SRM Coal 1632A June Mellawati :
sudah memenuhi persyaratan yakni 1. Sudah dicoba analisis kandungan logam
matrikjiya sama dengan matrik cuplikan ?. berat dalam tembakau, kertas pembungkus
Mengapa tidak menggunakan SRM 1633A dan abu beberapa rokok Indonesia.
Coal Fly Ash ?. 2. Beberapa rokok di Indonesia, tembakaunya
2. Apakah perbedaan bentuk cuplikan antara mengandung Hg sedang asap yang
sampel (filter tnilipore) dan SRM (powder) dianalisis tidak mengandung Hg.
cukup relcvan ?.

PSPKR-BATAN 275
Presiding Prescnlasi Ilmiah Kesclamatan Rndiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Zubaidah Alalas - PSPKR : June Mellawati :


1. Bila mengacu pada bahan penyusun rokok Memang demikian dan tujuan studi ini adalah
maka unsur-unsur beracun seperti Cd. As mempelajari apakah asap rokok ikut meng-
dll diperkirakan berasal dari bahan apa ?. kontribusi pencemaran udara serta teknik
2. Bagaimana menurut Anda risiko yang penentuannya. Sudah tetapi jenisnya tidak
ditanggung oleh perokok pasif bila banyak.
dibandingkan dengan risiko yang diterima
oleh perokok aktif ?. Rochestry Sofyan - PPTN :
1. Apakah teknik pengambilan sampel ini bisa
June Mellawati : untuk pengambilan gas buang dari
1. Sebagian besar adalah tembakau. kendaraan bermotor ?.
2. Perokok aktif berisiko terkena kanker paru- 2. Apakah akan ada perbedaan kualitatif dan
paru "7 kali lebih besar" dari perokok pasif. kuantitatif unbsur beracun dari asap rokok
kretek dibanding rokok sebagai sampel
Ermi Juita - PSPKR : dalam penelitian ini ?.
Dalam sampling asap rokok, vvadah apa yang
digunakan dan bagaimana caranya ?. Apakah June Mellawati :
semua unsur yang berbahaya dalam asap rokok 1. Tidak karena sampling asap rokok
bisa tertangkap?. Bagaimana dengan abu menggunakan "smoking machine" yang
rokok yang dihasilkan dari pembakaran rokok relatif kecil bila dibanding sampling gas
tsb. ?. buang yang besar dan tinggi.
2. Ya karena rokok kretek menggunakan
June Mellawati : cengkeh selain tembakau sedang rokok
Asap ditampung dalam alat kaca, sehingga disini adalah rokok putih (tanpa cengkeh).
tidak ada yang keluar dan langsung disedot
dengan smoking machine yang sudah dirangkai Diah Lestari - BTKL :
bersama alat kaca. Saya tidak menganalisis 1. Unsur-unsur organik apakah dalam asap
unsur-unsur dalam abu rokoknya (hanya asap). rokok ?.
2. Berasal dari mana unsur-unsur beracun
SofiiieM. Ch-PAIR: dalam asap rokok ?.
Seberapa jauh unsur-unsur yang terdapat
dalam asap rokok tersebut dapat terkontribusi June Mellawati:
pada lingkungan ?. Apakah kandungan unsur- 1. Banyak sekali seperti nikotin, tar, HCN,
unsur tsb. masih berada di bawah ambang benzopiren, CO, naftalen, toluidin, uretan,
batas ?. dibenzuridin, fenol, dsb.
2. Berasal dari tembakau dan kertas pem-
June Mellawati : bungkus seperti Cd dan Sb berasal dari
Per batang rokok asap yang didapatkan 0,0332 impuritis pupuk dan tanah, As dan Br dari
0,0029 g (3% rokok). Semakin banyak pestisida misalnya Pb arsenat,
perokok, makin banyak asap sehingga makin metilbromida, bromopropilat.
banyak kontribusi unsur-unsur ke lingkungan.
Tidak ada ambang batas, yang ada adalah Sri Sordini - PSPKR :
"acceptable average concentration" (mikrogram Apakah mungkin dilakukan penentuan
/m3). kandungan unsur beracun dalam berbagai jenis
Warmo S. - BTKL : merek di pasaran di Indonesia dengan metode
Saya kira rokok di luar negeri berupa sigaret lain selain metode pengaktifan neutron ?.
(putih) sedang di Indonesia adalah campuran
sigaret dan kretek yang tentunya komposisinya June Mellawati :
berlainan. Kami mohon penjelasan unsur Kemungkinan ada. Sudah pernah dilakukan di
beracun dari asap rokok yang beredar di tahun 80-an dan 90-an. Perkembangan industri
Indonesia. rokok yang demikian pesat menyebabkan
berbagai merck rokok bermunculan lagi

PSPKR-BATAN 276
Presiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Rndiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Aguslus 1996
ISSN : 08S4-4085

sehingga PAIR akan menganalisis semua rokok


kretek dan rokok putih dengan metode yang
lebih baik.

Asep Warsona - PSPKR :


Apakah tidak ditentukan kandungan Cd, As, Sb
dan Sr dalam satu batang rokok ?. Apa
bahayanya'?.

June Mellawati :
Satu batang rokok mengandung Cd = 0,0043-
0,1793 ug, As = 0,0006-0,0515 ug, Br =
0,0183-0,3619 u.g, dan Sb = 0,0996-1,0292
|iig. Bahayanya akan memberikan kontribusi
yang nyata kandungan unsur-unsur di udara.

Roftq Syaifiidin - PSPKR :


Apakah ada perbedaan komposisi rokok yang
digunakan dalam penelitian ini dengan rokok di
Indonesia dan apakah sudah dilakukan untuk
rokok Indonesia ?. Berapa hasilnya ?.

June Mellawati :
Komposisinya berbeda karena berbeda
kandungan cengkehnya. Sudah tetapi bukan
dalam asap rokok. Hasilnya dapat dilihat
dalam Presiding PPNY.

Sutarman - PSPKR :
Berapa banyak rokok yang dicampur?. Apakah
unsur-unsur radioaktif juga diukur ?. Karena
menurut literatur rokok (tembakau)
mengandung unsur Po-210.

June Mellawati :
Digunakan 7 macam rokok di pasaran lalu
dibongkar bungkusnya, diaduk dan dicampur
kemudian disampling kembali masing-masing
jenis rokok 5 dus. Tidak dilakukan.

Abbas Ras _ PAIR :


Apakah bisa dilanjutkan untuk meneliti unsur-
unsur berbahaya dalam asap rokok merk
terkenal di Indonesia mengingat kita sudah
memiliki reaktor riset ?.

June Mellawati :
Akan dilanjutkan dan tidak hanya unsur-unsur
anorganik tetapi juga unsur-unsur organik.

PSPKR-BATAN 277
Prosiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854^085 ID0000093

STUDI AWAL MIKRONUKLEI PADA SEL LIMFOSIT PERIFER


Q'O
Yanti Lusiyanti, Iwiq Indrawati, Abdul Wa'id dan Masnelly Lubis.
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselatnatan Radiasi - Batan

ABSTRAK
STUDI AWAL MIKRONUKLEI PADA SEL LIMFOSIT PERIFER. Mikronuklei adalali salah satu
indikasi kerusakan pada kromosom selain aberasi kromosom, sehingga mikronuklei dapat dijadikan altematif
indikator penyerapan dosis serap. Keboleh jadian terbentuknya mikronuklei lebih besar dibandingkan aberasi
kromosom. Mikronuklei adalah gambaran fragmen kromosom atau bagian dari kromosom yang tidak dapat
bergabung dengan nukleus (inti) pada saat terjadi pembelahan sel. Telah dilakukan studi preparasi dan penetapan
prosedur baku untuk pengkulturan sel darah limfosit perifer untuk pengamatan mikronuklei dengan metode
konvensional dan dengan metode pengeblokan sitokinesis dengan sitokalasin B pada biakan sel. Hasil menunjukkan
balivva dengan metode pengeblokan dengan sitokalasin B mikronuklei dapat dengan mudah diamati pada sel
binukleat (sel dengan dua inti), sehingga dapat diterapkan untuk pembuatan kurva respon dosis untuk mikronuklei
dengan berbagai kualitas radiasi.

ABSTRACT
PRELIMINARY STUDY ON PERIFER LIMPHOCYTE CELL. The indication of cromosomal damage
beside cromosomal aberation is micronucleus, so that micronucleus can preserve as indicator of dose absorbed. The
probability occurence of micronucleus higher than cromosomal aberation. Micronucleus represent as cromosomal
fragmen or whole chromosom that have not been incorporated in the main nuklei at cell division. The preparation
and determine procedure had been done for cell culture limphocyte perifer for identification micronuclei both
konvensional method and cytokinesis blok with cytokhalasin B. The result swhowed that cytokinesis block method
was more easier for identificaton on binucleat cell, furtheremore this method aplicable for dose respon curve
micronuclei.

PENDAHULUAN dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada


analisa aberasi kromosom pengamatannya
Sejalan dengan meningkatnya hanya dapat dilakukan pada sel yang
penggunaan radiasi pengion di berbagai bidang mengalami metafase.
dan kesadaran akan efek yang ditimbulkannya, Mikronuklei dapat diamati pada saat
maka tidaklah diragukan bahwa dosimeter sel membelah setelah dikultur selama 72 jam
biologi merupakan hal yang sangat penting baik dengan metode konvensional yaitu dengan
sebagai pendukung dosimeter fisik terutama membiakan sel limfosit dalam medium biakan
dalam kasus kedaruratan nuklir. Aberasi atau dengan metode pengeblokan sitokenesis,
kromosom telah dikenal secara luas sebagai dengan menambahkan zat sitokalasin B pada
dosimeter yang menggambarkan tingkat 44 jam masa inkubasi. Dalam rangka
kerusakan kromosom pada seseorang yang pemantapan teknik pengamatan mikronuklei
terpapar radiasi pengion. Penentuan mikro- sebagai dosimeter biologi maka dilakukan studi
nuklei sebagai indikator penyerapan dosis pendekatan preparasi dan pemantapan
menarik perhatian peneliti karena mempunyai prosedur baku untuk pengkulturan sel darah
hubungan yang erat antara aberasi kromosom limfosit perifer untuk pengamatan mikronuklei
dengan mikronuklei, dan terdapat korelasi yang dengan membandingkan kedua metode diatas.
posirif dengan dosis. Dengan demikian teknik
pengamatan mikronuklei pada limfosit yang TEORI
telah dikultur selama 72 jam dapat dijadikan
metoda alternatif sebagai indikator penyerapan Mikronukleus adalah nukleus kecil
dosis untuk memantau kerusakan kromosom. yang merupakan materi nukleus (DNA),
Mikronuklei terbentuk dari fragmen ukurannya kecil apabila dibandingkan dengan
asentris atau berbagai patahan kromosom. nukleusnya. Kriteria mikronuklei menurut
Diduga bahwa semakin banyak aberasi Lasne et.al (1) adalah diameter kurang dari 1/5
kromosom yang timbul semakin banyak pula diameter nukleus, lokasinya didalam sitoplasma
mikronuklei yang didapatkan. Keunggulan, dari diluar nukleus, tidak ada kontak dengan
analisa mikronuklei dapat diamati pada seluruh nukleus dan Intensitas pewarnaan sama dengan
siklus sel sehingga dapat dihitung dengan cepat nukleus. Pada individu normal frekuensi

PSPKR-BATAN 278
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

micronuklei untuk 500 cell binucleat adalah 4,4 Keuntungan yang diperoleh dengan
2,6 (2) metode analisa mikronukleus adalah : Mikro-
Penelitian mengenai tes mikronuklei ini nukleus dapat diamati dengan mudah dan
telah banyak dilakukan misalnya pada preparat cepat, tidak memerlukan kariotif yang baik,
sumsum tulang mencit untuk mengetahui ada mikronukleus terbentuk pada waktu pembelah-
tidaknya kerusakan in-vivo yang disebabkan an sel dan tetap ada selama interfase Jadi
oleh mutagen kimia. Hogsted (3) meneliti pengamatannya lebih leluasa dan kemungkinan
pengaruh styrine dan sinar-X terhadap kultur terbentuknya artefak (kesalahan teknis) kecil.
darah limfosit hasilnya memperlihatkan bahwa
jumlah mikronukleus pada kultur yang berasal BAHAN DAN TATA KERJA
dari pekerja pabrik plastik yang terpapar
dengan styrine memperlihatkan jumlah mikro- I. Metoda I (Konvensional)
nukleus yang terbanyak ditemukan jika dipanen
selama 92 jam dibandingkan dengan yang Pembiakan
dipanen 72 jam. Sedangkan yang terpapar oleh
sinar-X jumlah mikronukleus terbanyak ter- Darah perifer sebanyak 0,3 ml dalam
dapat pada kultur yang dipanen antara 80-88 heparin dimasukkan kedalam 5 ml media yang
jam. berisi 3 ml larutan Ham' F-10 , 15 % Fetal
bovin serum L-Glutamin, PHA dan penstrep.
Penyempurnaan kultur limfosit Media selanjutnya diinkubasi selama 72 jam
manusia dalam rangka penggunaan analisa pada suhu 37 C.
mikronuklei telah banyak dilakukan misalnya
Fenech dan Morley (2) telah menambahkan
Panenan
sitokalasin B yang berguna untuk memblokir
proses sitokenesis setelah dikultur selama 44 Kultur darah dipindahkan kedalam
jam, kemudian panenan dilakukan pada kultur tabung sentrifuse dan diputar pada 800 rpm
72 jam. Dengan teknik ini ditemukan bahwa selama 8 menit. Supernatan dibuang dan
kultur linifosit yang diiradiasi sinar-X terdapat suspensi kembali endapan dengan 5 ml larutan
hubungan antara jumlah mikronuklei dengan Hank's sambil dikocok (agar menyebar)
dosis radiasi. Disamping itu dengan teknik perlahan dengan stirer Vorteks. Tabung diputar
pengeblokan sitokinesis kerusakan kromosom kembali pada 800 rpm selama 8 menit sampai
dapat terdeteksi pada dosis 5 rad paparan didapatkan endapan putih. Supernatan dibuang
tunggal sinar-X secara invitro (4). dan endapan disuspensi kembali dalam 5 ml
Sensitifitas dari metode pengeblokan larutan hipotonik (KC1 0.075 M) dan kembali
telah diuji dengan mempelajari efek dosis diputar pada 800 rpm selama 8 menit.
rendah mikronuklei yang diinduksi sinar-X Supernatan dituang lagi dan endapan disupensi
paparan tunggal invitro yang menunjukkan dalam 5 ml larutan fiksatif karnoy 3 : 1
respon dosis linier (5) seperti terlihat pada (metanol : asam asetat) dan putar kembali pada
Gambar 1. 1000 rpm selama 10 menit dilakukan berulang-
Pada sel yang telah mengalami ulang sampai didapatkan endapan putih.
pemblokan sitokenesis maka sel yang Selanjutnya endapan dibuat preparat dalam
mempunyai mikronukleus akan lebih mudah objek glass, diwarnai dengan pewama giemsa
teramati dengan kenampakan sel dengan dua 4% dan diamati dibawah mikroskop dengan
inti (binukleat) atau yang sedang mengalami perbesaran 1000 kali.
pembelahan yang hampir dilengkapi inti tapi
belum sampai ke pembelahan sitoplasma (2). II. Metode II (Pengeblokan sitokinesis)
Kebolehjadian munculnya mikronuklei
pada limfosit yang telah dikultur bergantung Pembiakan
kepada. banyaknya sel yang telah dirangsang
Sebanyak 0,3 ml sampel darah dalam
oleh mitogen, banyaknya sel yang telah
heparin dibiakkan dalam media biakan yang
dirangsang dan mampu membelah dan laju
telah diperkaya dengan 5 ml RPMI + 0,1
mikronuklei pada sel yang telah membelah
Heppes buffer + 15 % FBS + Penstrep dan
lebih dari satu (1,6).
PHA 0.1 ml media sclanjutnya dibiakkan

PSPKR-BATAN 279
Prosidiiig I'rescntasi [Imiah keselamatan Radiasi dan Lingkungiin. 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

selama 72 jam pada suhu 37 C. Pada saat saat pembelahan sehingga mikronuklei muncul
umur biakan 44 jam pada biakan ditambahkan pada sel yang telah mengalami pembelahan inti.
zat sitokalasin 3 yi gr. Akan tetapi dengan teknik ini kurang
menunjukkan hasil yang baik karena antara sel
Panenan yang telah membelah dan tidak membelah
sukar dibedakan.
Setelah 72 jam biakan dipanen, sampel
darah disentrifuse dengan kecepatan 800 rpm
selama 8 menit dan ditambahkan larutan
hipotoruk (0,075 M KC1) selama 6 menit.
Suspensi sclanjutnya disentrifuse ulang dengan
kecepatan yang sama. Supematan dibuang dan
pada endapan ditambahkan larutan fiksatif
karnoy 3 : 1 (metanol : asam asetat) setelah
diaduk menggunakan pipet selanjutnya
disentrifus kembali dengan keccpatan yang
sama. Hal tersebut diatas diulang kembali
dengan larutan fiksatif karnoy 6 : 1 (metanol :
asam asetat) disentrifuse dengan kecepatan Gambar 2. Sel mononukleat tanpa mikronuklei
yang sama sampai didapatkan endapan limfosit
yang benvarna putih. Selanjutnya endapan
dibuat preparat dalam objek glass, diwarnai
dengan pewarna giemsa 4 % dan diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000
kali.

PEMBAHASAN

Pengamatan mikronukei diperoleh pada


saat pembelahan sel pertama. yang dapat
diperoleh dengan teknik konvensional yaitu
membiakkan sel limfosit darah perifer selama
72 jam yang telah diiradiasi dengan sinar
Gambar 3. Sel mononukleat dengan satu
Gamma Co-60 dosis 2 Gy. Pemberian dosis
mikronuklei (tanda panah) .
tunggal 2 Gy dimaksudkan untuk menginduksi
mikronuklei lebih banyak sehingga dapat
Teknik yang kedua adalah teknik
memudahkan dalam pengamatan.
pengeblokan sitokinesis yaitu dengan menam-
Gambaran mikronuklei pada sel
bahkan zat sitokalasin B pada biakan sel
mononukleat (sel dengan satu inti) yang
limfosit memblok proses sitokinesis. sehingga
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.
sel berada pada tingkat pembelahan binukleat
Sedangkan sel mononukleat yang tidak
(sel dengan dua inti) seperti terlihat pada Gb 4.
mengandung mikronuklei setelah dikultur
Sitokalasin B berfungsi sebagai perangsang
selama 72 jam ditunjukkan pada Gambar 3.
pembentukan mikrofilamen untuk memper-
Intensitas warna yang terserap oleh mikro-
tahankan pembelahan sitoplasma setelah
nuklei sama dengan intensitas yang terserap
terbentuknya pembelahan inti.
oleh nukleus dan letaknya berada di dalam
Sel yang telah terblokir dapat dengan
sitoplasma dekat nukleus pada sel
mudah dikenali karena mempunyai 2 inti yang
mononukleat.
besar dan masih dilengkapi sitoplasma dan
Seperti yang telah dilaporkan oleh
mikronuklei terletak didekat nukleus (5).
Fencch dan Morley (2) bahwa mikronuklei
Sedangkan sel binukleat yang tidak
merupakan gambaran fragmen kromosom atau
mengandung mikronuklei yang berasal dari sel
bagian dari kromosom yang tidak dapat
beigabung dengan nuklevis (inti utama) pada

PSPKR-BATAN 280
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

normal limfosit tanpa irradiasi ditunjukan pada pembelahan sel pada kultur berbeda pula.
Gambar 5. Bahkan pada kultur 1 individu proporsi limfosit
yang sedang mengalami pembelahan pertama
sangat tergantung pada kondisi (misalnya suhu)
dan lamanya waktu kultur. Meskipun sebagian
besar dari mikronuklei teramati pada sel
binukleat, akan tetapi sebagian lagi dapat
teramati pada sel mononucleat. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena sebagian sel
membelah sebelum penambahan sitokalasin-B
atau sel tersebut tidak terblok oleh sitokalasin-
B. Keboleh jadian pengeblokan sel oleh
sitokalasin- B akan bergantung pada proporsi
sel pada saat pengkulturan sel yang telah
Gatnbar 4. Sel Binukleat dengan 1 mikronuklei distimulasi oleh mitogen.
(tanda panah) Dari kedua metode yang telah dicoba
maka metode pengeblokan dengan sitokalasin
selanjutnya akan diterapkan dalam penelitian
mengenai respon mikronuklei terhadap dosis
untuk berbagai kualitas radiasi.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan


bahwa untuk pengamatan mikronuklei,
metoda pengeblokan sitokinesis dengan
sitokalasin B konsentrasi 3 figr lebih
Gambar 4. Sel binukleat tanpa mikronuklei .
sederhana, mudah dan cepat dibanding
dengan metode konvensional.
Selanjutnya dikatakan bahwa apabila
pengujian mikronuklei akan digunakan sebagai Sel yang telah terblokir oleh Sitokalasin B
indikator penyerapan dosis untuk kerusakan akan tampak sebagai sel yang mempunyai 2
kromosom maka pengamatan mikronuklei inti besar (telah mengalami pembelahan
harus berpatokan pada sel yang telah inti), tapi belum mencapai pembelahan
mengalami pembelahan inti. Pada metode sitoplasma.
pengeblokan sitokinesis, pengamatan mikro- Metoda pengeblokan sitokinesis ini dapat
nuklei hanya dibatasi pada sel yang telah diterapkan untuk mempelajari hubungan
diblokir pada saat proses sitokinesis sehingga respon mikronuklei terhadap dosis pada
sel dapat mudah diamati sebagai sel yang berbagai kualitas radiasi.
mempunyai 2 inti yang besar. Jumlah sel
binukleat antar individu sangat bervariasi DAFTAR PUSTAKA
biasanya antara 5 sampai 50 %. Sedangkan sel
dengan tiga inti (Trinukleat) dan 4 inti kadang- 1. LASNE, C , Gu., Z. W., VENEGAS, W.
kadang teramati tetapi frekwensinya hanya and CHOUROULINCOV, I. The invitro
0,3 %, dalam hal ini mikronuklei diamati hanya Sister-Chromatic Exchange Assay,
pada sel dengan dua initi (binukleat). Menurut Mutation Research, 130, 273-282.
Iskandar (7) kebanyakan sel yang terinduksi 2. FENECH, M and MARLEY, A.A.
oleh radiasi dan mutagen hanya mengandung 1 Measurement Of Micronuclei in Limpho-
mikronuklei prosentasenya 90-100%, sedang- cytes. Mutation Research Vol 147 (1985)
kan sel dengan 2-3 mikronuklei prosentasenya hal 29-36.
hanya 0-10 %. 3. HOGSTED. Micronuclei in Limphocytes
Respon limfosit terhadap pH pada with Preserved Cytoplasm, A Method For
setiap iiidividu berbeda-beda sehingga proporsi Assesment Of Cytogenetic Damage in

PSPKR-BATAN 281
Presiding Presentasi Ilmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Man. 1984 Mutation Research Vol 130 hal


62-72. Siti Nurhayati - PSPKR :
4. FENECH, M. And MARLEY, A.A . Menurut Anda mengapa hasil pengamatan
Cytokinesis Block Mikrooucleus Method In mekronuklei metoda I sebagai pengukur
Human Limphocytes Mutation Research indikator dosis serap kurang bisa diper-
Vol 161. (1986) hal 193-195. tanggung jawabkan/kurang valid, apakah
5. MILL, AJ. , WELL, J.,<HALL,C.S. and karena dosis radiasi yang diberikan terlalu
BUTLER, A. Mikronucleus Induction in rendah ?. Bagaimana kira-kira hasilnya apabila
Human Lymphocytes Comparative Effects dosisnya lebih tinggi ?.
Of X Rays, Alpha Particles, Betha
Perticles And Neutrons and Implications Yanti Lusiyanti:
For Biological Dosimetry. Mutation Karena mikronuklei tidak spesifik untuk radiasi
Research No. 145 (1996) p 575-576 pengion dan selain dapat disebabkan oleh
6. VERHAEGEN,F. and VRAL, A. radiasi juga dapat disebabkan oleh mutagen
Sensitivity of Micronucleus Induction in kimia. Pada metoda I (konvensional) antara sel
Human Lymphocytes to Low LET yang membelah dan belum/tidak membelah
Radiation Qualities : RBE and Corelation sulit untuk dibedakan sehingga menyulitkan
of RBE and LET., Radiation Research no dalam pengamatan mikronuklei.
139, 1994
7. ISKANDAR. U., Disertasi : Micronucleus
Test (Methode and Its Application In
Detecting Chromosomal Aberations In
Human Cell In Culture As Well As
Diagnosis Of Patients With Chromosome
Breakage Diseases. Disertasi pada
Universitas Percetakan Mega Jakarta. 1981
8. THIERENS, H., VRAL, A. and RIDDER,
Ld. Biological Dosimetry Using The
Mikronukleus Assay For Limphocyter:
Interindividual Differences in Dose
respons, Health Physics Vol. 61. (1991)

DISKUSI

Poppy Man T. - PSPKR :


Dibandingkan dengan aberasi kromosom, mana
yang lebih baik digunakan sebagai dosimeter
biologi pada saat terjadi kedaruratan nuklir
yang tentunya memerlukan penyiapan/
preparasi yang sederhana dan cepat ?.

Yanti Lusiyanti:
Kedua metoda dapat saling mendukung karena
ada kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Untuk mengantisipasi pada saat
kedaruratan nuklir sebaiknya analisa mikro-
nuklei dilakukan terlebih dahulu, baru diikuti
dengan anlisa aberasi kromosom sebab dosis
ambang mikronuklei lebih rendah (5 rad)
danpada aberasi kromosom bentuk disentrik
(25 rad).

PSPKR-BATAN 282
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000094

PROSPER PENGGUNAAN TEKNIK SPEKTROMETRI MUTASI


UNTUK MEMPELAJARI HUBUNGAN ANTARA ECANKER DAN RADIASI
Rochestri Sofyan
Pusat Penelitian Teknik Nuklir - BAT AN

^ ABSTRAK
PROSPEK PENGGUNAAN TEKNIK SPEKTROMETRI MUTASI UNTUK MEMPELAJARI
HUBUNGAN ANTARA KANKER DAN RADIASI. Hingga saat ini, adanya anggapan bahwa berbagai polutan
yang tersebar di lingkungan tennasuk radiasi merupakan salah satu penyebab kanker, masih terus berkembang.
Kemajuan di bidang biologi molekuler dan biokimia telah membuka peluang untuk dapat meneliti ada tidaknya
hubungan tersebut. Bukti bahwa radiasi dapat berakibat karsinogenik pada manusia, dapat ditelusuri dengan cara
membuktikan secara eksperimental bahwa radiasi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan/kelainan pada gen.
Peristiwa tersebut dapat diamati dengan teknik terbaru yaitu spektrometri mutasi. Pertama sekumpulan sel yang
mengandung lokus HPRT diiradiasi, kemudian sel mutan diseleksi dan DNA-nya diisolasi. DNA hasil isolasi
diamplifikasi dengan teknik PCR, lalu divisualisasi dengan teknik gel elektroforesis. Mutan yang spesifik akan
muncul sebagai pita yang jelas pada gel. Seri dari pita yang teramati yang disebut sebagai spektra mutasi,
merupakan ciri karakteristik dari mutagen tertentu. Teknik spektrometri mutasi tersebut akan dibahas lebih lanjut
pada tinjauan ini.

ABSTRACT
USE PROSPECT OF MUTATIONAL SPECTROMETRY TECHNIQUE IN STUDYING THE
RELATIONSHIP BETWEEN CANCER AND RADIATION. Assumption that environ-mental agents
including radiation are responsible for a large percentage of cancer remains widespread. The development achieved
in molecular biology and biochemistry makes possible to assess the existance of this relationships. The finding that
radiation could be carcinogenic in humans, can be followed by the demonstration that radiation is capable for
cousing the kind of genetic damage, that coud be investigated by the emerging tecnique of mutational spectrometry.
Firstly, hypoxanthine - guanine phosphoribosyl transferase (HPRT) gene is irradiated, followed by selection of
mutant cells and the isolation of DNA. Finally the DNA was amplified by PCR technique and characterized by
electrophoresis thereafter. The specific mutants will be present as sharp "bands" on the gel. Mutational spectra of
the specific mutagen will be observed as a series of characteristic bands. In this review the mutational spectrometry
technique will be described more detail.

PENDAHULUAN Hingga saat ini, adanya anggapan


bahwa berbagai polutan yang tersebar di
Perkembangan teknologi yang pesat lingkungan termasuk radiasi merupakan salah
dewasa ini, telah mengakibatkan terjadinya satu penyebab kanker, masih terus
pencemaran lingkungan yang makin berat. berkembang, Situasi tersebut menyebabkan
Timbullah berbagai kasus gangguan kesehatan penelitian di bidang lingkungan mulai banyak
yang terjadi akibat tercemarnya lingkungan diminati. Sementara itu, para ahli mulai yakin
hidup oleh berbagai zat pencemar yang bahwa kanker timbul sebagai akibat dari
berbahaya seperti antara lain senyawa karbon perubahan genetik yang didukung oleh berbagai
terklorinasi pada limbah industri plastik dan bukti secara eksperimental bahwa (1) :
tekstil, serta gas buang pada pembangkit listrik 1. Kanker mempunyai pengaruh yang luas
batu-bara, pembakaran minyak bumi dan pada sel dan biokimia tubuh.
kendaraan bermotor. 2. Sel kanker adalah monoklonal, serta dalam
Sejalan dengan makin meningkatnya tubuh terdapat onkogen-onkogen dan gen
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penekan/suppressor tumor.
perlunya lingkungan yang sehat dalam Sehubungan dengan kedua hal
menunjang hidup yang sehat, menyusul tersebut, untuk membuktikan bahwa radiasi
teknologi yang dikenal lebih belakangan yaitu dapat menjadi karsinogenik pada manusia,
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dapat ditelusuri dengan cara membuktikan
berbagai proses dengan radiasi, dan bahwa radiasi sebagai salah satu penyebab
penggunaan radioisotop sebagai perunut, terjadinya kerusakan gen. Oleh sebab itu , perlu
kemunculan teknologi ini mendapat sorotan dicarikan suatu metode yang cukup handal
lebih tajani daripada teknologi sebelumnya. untuk mengamati perubahan tersebut.

PSPKR - BAT AN
283
Presiding Presentasi Iliniah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Makalah ini merupakan suatu tinjauan yang terikat antara basa dan gula deoksiribosa
yang membahas peristiwa terjadinya kanker fosfat pada untai DNA. Selanjutnya enzim
sebagai akibat dari tekanan polutan-polutan DNA polimerase memungut basa (nukleotida)
yang ada di lingkungan termasuk radiasi, yang tepat. Tentunya kesanggupan tubuh
teknik spektrometri mutasi, serta prospek peng- dalam mengeliminasi tekanan dari luar ada
gunaannya untuk mempelajari hubungan antara batasnya, dalam arti kata tidak setiap
radiasi dan kanker. kerusakan/kesalahan dapat diperbaiki. Dalam
hal ini ujung atau bagian tertentu yang tidak
TEORI terkoreksi akan bertindak sebagai pemicu
terjadinya mutasi.(2)
Hipotesis bahwa mutagen-mutagen
Banyak penelitian efek radiasi pada
yang terdapat di lingkungan diduga merupakan
DNA yang telah difakukan dr masa lalu
penyebab utama timbulnya kanker, masih
terutama yang menyangkut biologi radiasi.
belum terbukti. Sebagai contoh belum ada yang
Kerusakan utama yang terjadi pada DNA
dapat membuktikan bahwa efek karsinogenik
adalah kerusakan yang disebabkan oleh
dari sinar Ultra Violet pada kulit atau dari
perubahan pada basa purin dan pirimidin, serta
rokok pada epitelium paru-paru terjadi melalui
pecahnya untaian baik tunggal maupun ganda
adanya induksi onkomutasi. Mengingat jalan
DNA, yang terutama disebabkan oleh putusnya
utama untuk terjadinya kanker tidak pasti,
ikatan-ikatan hidrogen dan kovalen. Peristiwa
maka tidaklah mungkin mendapat jawaban
ini sebagai awal dari kemungkinan terjadinya
yang pasti tentang hubungan antara setiap
kesalahan pada replikasi DNA (3).
mutasi tertentu dengan senyawa kimia tertentu.
Masalah ini bahkan menjadi lebih rumit apabiJa Ketidak pastian ini, sekarang telah
ditinjau lebih jauh bahwa dalam kejadian dapat diungkapkan dengan teknik terbaru ialah
sehari-hari terdapat banyak penyebab mutasi spektrometri mutasi, yaitu suatu pendekatan
pada manusia, bahkan sesuatu yang tidak yang didasarkan atas pengamatan bahwa pada
pernah terkena senyawa pencemar yang populasi sel yang homogen yang terkena zat
terdapat di lingkungan pun dapat mengalami mutagen pada kondisi tertentu akan terjadi
mutasi. Sebagai contoh, perubahan pada suatu perubahan pola genetik yang berulang
susunan basa DNA dapat saja terjadi karena yang kemudian disebut sebagai spektra mutasi.
kesalahan yang dibuat oleh sel pada waktu Spektra mutasi pertama kali dilaporkan oleh
replikasi DNA secara enzimatik. Misalnya BENZER dan FREEZE pada tahun 1958 yang
pada waktu mensintesis untai DNA, bisa saja menemukan adanya perbedaan pada genome
enzim DNA polimerase salah mengambil basa virus Ty yang mengalami perlakuan dengan
yang cocok dengan basa yang akan menjadi senyawa kimia dan tidak(4). Gagasan ini baru
pasangannya di untai DNA pencetak. Enzim ini berkembang setelah diperoleh penemuan-
seharusnya mengambil basa T, ternyata yang penemuan baru di bidang biologi molekuler
diambil basa C, sehingga pasangan basa yang antara lain tehnik PCR.
seharusnya A dan T menjadi A dan C. TATA KERJA
Kesalahan ini secara teoritis dapat menjadi
penyebab terjadinya mutasi sepanjang perjalan- Metode yang digunakan dalam
an dari keadaan normal ke keadaan spektrometri mutasi merupakan perpaduan
tumorogenik (1). antara teknik biokimia biologi molekuler dan
teknik nuklir, yaitu penggunaan perunut 32P.
Dinamika metabolisme yang ber- Pelaksanaannya dilakukan melalui pendekatan
langsung dalam tubuh manusia sangatlah dan metode sebagai berikut:
komplek. Ternyata tidak semudah itu
1. Dari sel B manusia diambil gen yang
perubahan bisa terjadi. Tubuh manusia
mengandung lokus yang dapat mengkode
dilengkapi oleh enzim-enzim yang unik yang
sejenis enzim yang memegang peranan
sanggup memperbaiki kesalahan cetak/
penting pada replikasi DNA, yang dikenal
kerusakan pada DNA. Pcrtama-tama kelainan
sebagai lokus Hipoxantin guanin
akan dikenali oleh enzim DNA glikosilase.
fosforibosil transferase (HPRT). Gen
Enzim ini akan memutus basa yang rusak/salah
HPRT ini diperolch dengan cara

PSPKR-BATAN
284
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

menumbuhkan sel B manusia pada kultur menjadi jutaan DNA lain yang identik
media HPRT (5). secara in vitro, dikenai dengan teknik
2. Langkah selanjutnya, setelah sel dikenai Polymerase Chain Reaction (PCR) atau
radiasi atau mutagen, untuk mendapatkan reaksi rantai polimerase (6).Prinsip PCR
spektra mutasi yang jelas, dilakukan seleksi adalah mengamplifikasi suatu segmen
dengan cara memisahkan sel mutan dari DNA tertentu yang diapit oleh dua daerah
non mutan. Metode yang digunakan adalah yang diketahui urutan basa-basa nukleo-
dengan cara membunuh semua sel non tidanya, dengan menggunakan dua untai
mutan dengan penambahan 6-thioguanin oligonukleotida sebagai primer, yang akan
(6-TG) atau 8-azaguanin (8-AG) lalu sel mengawali suatu reaksi sintesis DNA yang
mutan diperbanyak melalui pembiakan. dikatalis oleh DNA Polymerase Primer
Setelah 6-TG ditambahkan pada biakan oligonukleotida ini akan mengenali segmen
dalam waktu 16 jam 6-TG akan membunuh DNA tersebut sebab memiliki urutan yang
semua sel non mutan, dan sel mutan komplemen dengan sebagian daerah yang
bereplikasi. Dalam waktu 10 hari, mutan akan diamplifikasi. Primer ini terletak pada
HPRT akan bereplikasi dari 10 sel/ml daerah yang berseberangan dan mengapit
menjadi sekitar 3 x 105 sel/ml. Sel ini dapat daerah DNA yang akan diamplifikasi.
dibekukan untuk penelitian selanjutnya. Dengan menggunakan primer-primer yang
Sekitar 106 sel diperlukan untuk isolasi pada bagian ujungnya dilabel dengan 32P,
DNA dan analisis berikutnya. maka akan diperoleh DNA bertanda 32P.
3. Setelah DNA mutan diisolasi, langkah Secara garis besar, seluruh rangkaian
selanjutnya yang perlu diambil adalah eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.
bagaimana cara memvisualisasikan Hasil fraksinasi dengan EGGT dapat dibaca
karakteristik dari DNA tersebut. Untuk itu, baik melalui bantuan pewarnaan maupun
DNA perlu difraksinasi untuk memperoleh dengan menggunakan film sinar-X (untuk DNA
pipa-pita yang karakteristik dari DNA bertanda). Spektra mutasi akan muncul sebagai
mutan yang berbeda. Teknik terbaru yang pita-pita yang jelas. Sen dari pita-pita yang
sanggup memecahkan masalah ini adalah teramati merupakan ciri karakteristik dari
teknik elektroforesis gel gradien terdena- mutagen-mutagen tertentu seperti kode dari
turasi (EGGT). Gel yang digunakan adalah suatu produk di supermarket.
gel poliakrilamid yang mengandung suatu
gradien konsentrasi dari urea formamid HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu suatu senyawa kimia yang dapat
berfungsi seperti panas mendenaturasi Teknik spektrometri mutasi merupakan
DNA. Untaian DNA yang berbeda dalam penemuan yang cukup penting dan telah
urutannya akan bermigrasi pada posisi- menarik banyak perhatian para ilmuwan yang
posisi tertentu, pada gradien urea formamid ingin memanfaatkannya untuk mempelajari
berdasarkan pada perbedaan suhu leleh. sifat karsinogenik dari senyawa tertentu.
Mutan-mutan yang spesifik akan muncul Rangkaian prosedur yang terdiri dari :
sebagai pita-pita yang jelas pada gradien perlakuan dari sel, seleksi dengan 6-TG, PCR
gel yang terdenaturasi. dan EGGT telah dicoba oleh KEOHAVONG,
4. Agar DNA dapat dianalisis secara visual dkk. (7), untuk mempelajari spektra mutasi dari
dengan teknik EGGT, diperlukan paling benzo(a)piren diol epoksid (BPDE). Percobaan
sedikit 10.000 - 100.000 pasangan basa ini dikatakan cukup berhasil karena pita-pita
mutan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan yang muncul cukup jelas serta kedapat
elektroforesis perlu dilakukan amplifikasi ulangannya tinggi, seperti dapat dilihat pada
dari DNA mutan, serta untuk pembacaan Gambar 2. Gel nomor 3, 4, 6 dan 7
pada gradien gel perlu penandaan agar memperlihatkan spektra-spektra terpisah dari
dapat dideteksi secara mudah. Dewasa ini, mutasi yang disebabkan oleh BPDE yang
perkembangan yang pesat di bidang biologi berasal dari 4 kultur yang terpisah yang
molekuler telah membuka peluang untuk mengalami perlakuan yang sama. Terlihat
dapat memperbanyak satu untai DNA bahwa spektra mutasi identik satu dengan yang

PSPKR-BATAN
285
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Iain. Seperti telah disebutkan dalam Bab dapat mempelajari efek radiasi, dari
sebelumnya, pemisahan DNA pada gradien berbagai jenis dan tingkatan dosis terhadap
DNA formamid ini berdasarkan pada kemungkinan timbulnya kanker.
perbedaan suhu leleh dari rendah ke tinggi 3. Penemuan ini dapat dianggap penting
yaitu dari gradien kadar urea formamid rendah karena spektrometri mutasi dapat dengan
ke tinggi. Dalam hal ini menanjak dari bawah jelas menerangkan hubungan antara sebab
ke atas. Yang dimaksud dengan suhu leleh dan akibat, yaitu antara sebab dan efek
adalah suhu di mana DNA pita ganda (double yang timbul. Khusus untuk radiasi, yaitu
strand DNA/ds DNA) berada dalam keadaan antara paparan radiasi dan perubahan
kesetimbangan dengan keadaan terdenaturasi. genetik. Apabila hubungan ini muncul,
Seperti diketahui, suhu denaturasi DNA maka informasi tersebut dapat digunakan
bergantung pada jumlah ikatan hidrogen yang lebih lanjut untuk mendukung penyusunan
dimiliki DNA. Kestabilan ikatan antara basa peraturan/perundangan di bidang proteksi
sitosin dan guanin (C-G) diperkuat oleh 3 radiasi.
ikatan hidrogen, sedang ikatan antara basa
adenin dan timin (A-T) hanya diperkuat oleh 2 DAFTAR PUSTAKA
ikatan hidrogen. Dapat diperkirakan bahwa,
segmen DNA yang memiliki banyak kandungan 1. COLLER, H.A. and THILLY, W.G.,
G dan C memerlukan suhu denaturasi yang Development and application of mutational
lebih tinggi daripada segmen DNA yang spectra technology. Environ. Sci. Techno!..
memiliki kandungan G dan C rendah. 28(11)(1994)478-487.
Dengan munculnya spektra mutasi 2. CLAVER, J.E and KARENTZ, D., DNA
seperti terlihat pada Gambar 2 berarti bahwa repair in man : Regulation by a multigene
senyawa yang diperiksa yang diduga family and association with human disease.
mutagenik, terbukti memang bersifat mutagenik Bio Essays 8 (6) (1988) 120-122.
bagi manusia. Spektra ini merupakan spektra 3. TURNER, J.E., et. al., Radiation damage
mutasi yang khas untuk senyawa BPDE. to biomolecule : New physical model
Melalui pengulangan-pengulangan eksperimen, successfully traces molecular events. Appl.
frekuensi kemunculan pita spektra dapat Radiat. Isot. 42 (10) (1991) 995-1001.
dianalisis lebih lanjut. Hasil penelitian 4. OLLER, A. and THILLY, W.G.,
KEOHAVONG, dkk.(7), ditampilkan pada Mutational spectra in the genome of the T4
Gambar 3 yang dibandingkan dengan spektra bacterial virus. J. Mol. Biol. 228 (1992)
mutasi akibat paparan sinar Ultra Violet. 813-826.
Penemuan dari spektra mutasi ini dapat 5. KENT, C.R.H., et.al., Mutation induction
diteliti lebih lanjut, dengan bantuan teknik by ionizing radiation in three human
"DNA sequencing" yaitu untuk melihat urutan bladder tumour cell lines. Int. J. Radiat.
basa-basa DNA. Dengan demikian penghilang- Biol. 63(1) (1993) 1-5.
an, penggantian atau penambahan basa-basa 6. ERLICH, H.A., GELFAND, D.H., and
tertentu seperti antara lain adanya transfersi SAIKI, R.K., Specific DNA amplification.
dari basa G > T, atau transisi dari AT ke GC Nature 33J. (1988) 461-462.
setelah mutasi, dapat diamati. 7. KEOHAVONG,P., LIU,.V., and THILLY,
W.G., Denaturing gradient gel electro-
KESIMPULAN phoresis analysis of cells treated with
benzo(a)pyrene diol epoxide. Mutant. Res.
1. Aplikasi spektrometri mutasi dapat 249(1991) 147-59.
digunakan untuk meneliti atau mengamati
perubahan yang terjadi pada manusia,
ditinjau dari kelainan atau kerusakan pada
bagian yang paling komplementer pada
manusia yaitu DNA.
2. Kehandalan teknik spektrometri mutasi
membuka pcluang pada para pencliti untuk

PSPKR-BATAN
286
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Sel

Pcrlakuan dengan
mutagen

Seleksi
Mutan

Isolasi, amplifikasi
dan pcnandaan DNA
dengan P-32

Elektroforesis gradien
gel terdenaturasi

"Bar code"

Spcktra mutasi
to
C

.3

Urutan

Gambar 1. Tahapan cksperimen pada penentuan spektra mutasi melalui


perlakuan dengan mutagen; selcksi mutan; isolasi, amplifikasi
dan pcnandaan DNA dengan P-32; analisis spektra

PSPKR-BATAN 287
Presiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Gambar 2. Hlektroibresis giadien gel terdenaturasi dari gen


hipoxantin-guanin fosforibosil uasferase (HPRT)
yang dibcri mutagen bcnzo (a) pircn diol epoksid
(BPDE), yaitu pada gel nomor 3, 4, 6 dan 7.
Tanda panah menunjukkan pita-pita yang muncul
denganjelas sccara bciulang.

1 1 L. J1J
Urutan

Gambar 3. Hasil analisis dari pita-pita spektra yaitu


antara frekuensi dan urutan spektra.

PSPKR-BATAN 288
Presiding Presentasi Ilmiali Keselainatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

DISKUSI Nasukha - PSPKR :


Dari perkembangan batas dosis (ICRP 26 ke
Zubaidah Alatas - PSPKR : ICRP 60) terjadi penurunan dari 5 mSv ke
1. Mengingat kanker merupakan hasil dari 2 mSv. Linearitas antara dosis dan efek telah
multistage process yang melibatkan banyak banyak dibahas. Teori hormesis pun
mutagen selain radiasi dalam menginisiasi berkembang. Dari tiga kenyataan tersebut,
proses tersebut, apakali dengan spektra prospek spektrometri mutasi yang Ibu bahas,
mutasi ini dapat dibedakan fragmentasi apakah kecenderungan penurunan batas dosis
pada DNA akibat radiasi atau mutagen- akan terjadi lagi ?
mutagen lain ?
2. Bagaimana gambaran mekanisme ampli- Rochestri Sofyan :
fikasi DNA dengan PCR ? Bisa ya dan bisa tidak bergantung dari hasil
3. Dalam rangkaian kerja yang dilakukan, yang diperoleh.
apakah perlu dilakukan cloning potongan
(fragmen) DNA ? Berapa kilobase DNA Sutisna - PPSM:
yang dapat diclone pada plasmid atau 1. Dari uraian, apakah spektrometri mutasi ini
cosmid untuk mendapatkan gambaran/hasil dapat digunakan untuk "maping" (pemeta-
spektra mutasi yang baik ? an) DNA dari orang yang menderita kanker
2. Jika nomor 1 di atas dapat dilakukan,
Rocheslh Sofyan : mungkinkah spektrometri mutasi ini
1. Ya, karena spektra mutasi yang diperoleh digunakan untuk diagnosis kanker (tahap
dengan teknik ini karakteristik untuk setiap perkembangan dan jenis kanker, misalnya) ?
mutagen.
2. Teknik PCR baru diperkenalkan pada tahun Rochestri Sofyan :
1985 yang memungkinkan para peneliti 1. Ya, tetapi tidak seluruh rangkaian
untuk memperbanyak satu rantai DNA percobaan.
menjadi jutaan DNA lain yang identik 2. Secara teoritis mungkin, tetapi teknik tidak
secara in vitro. Amplifikasi dilakukan dirancang untuk keperluan tersebut. Untuk
dengan mcnggunakan "primer". Jadi pada diagnosis kanker ada cara-cara lain yang
pengerjaannya harus mempunyai peralatan lebih baik dan cocok antara lain dengan
DNA sintesizer. teknik Imaging Nuklir (in vivo) dan RIA-
3. Tidak, karena perbanyakan dilakukan IRMA (in vitro).
dengan teknik PCR. Sebagai gambaran
agar dapat divisualisasikan dengan teknik Rofiq Syaifudin - PSPKR :
elektroforesis diperlukan sekitar 100.000 Dari anggapan bahwa polutan dan radiasi
pasangan basa. dapat menyebabkan kanker dan dari penelitian
terbukti radiasi dapat menyebabkan terjadinya
Envansyah Lubis - PTPLR : kerusakan/kelainan gen, apakah polutan juga
1. Apakah kondisi gen seseorang setiap saat dapat menyebabkan kerusakan pada gen ?
selalu berubah sesuai dengan aktivitas/
kegiatan yang dilakukannya ? Rochestri Sofyan :
2. Apakah teknik ini dapat digunakan untuk Ya, dapat.
memantau kesehatan pekerja radiasi ? Bila
dapat, apa sampel yang digunakan. Etty - PSPKR :
1. Pada dosis radiasi berapa yang akan
Rocheslh Sofyan : menyebabkan kanker ?
1. Gen tidak berubah, tetapi lokus-lokus yang 2. Pada penelitian yang Anda kerjakan,
aktif berubah tergantung pada keperluan dimana ada hubungannya antara kanker dan
sintesis protein pada saat-saat tertentu. radiasi, maka kemungkinan pekerja radiasi
2. Kurang tepat. terkena kanker dan bagaimana tindakan
Anda selanjutnya ?

PSPKR-BATAN
289
Presiding Prcsentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungati, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Rochesiri Sofyan :
1. Pertanyaan ini diluar lingkup bahasan kami, Rochestri Sofyan :
akan tetapi untuk sampai ke kesimpulan Seperti telah kami utarakan spektrometri
tersebut tentunya perlu dilakukan mutasi yang diperoleh dengan teknik ini
serangkaian penelitian dengan sampel- karakteristik untuk setiap mutagen.
sampel yang representatif.
2. Diatur melalui batasan-batasan dan
pemandangan yang didukung oleh hasil
penelitian.

He>-winarni - PAIR :
1. Berapa ketelitian alat spektrometri mutasi ?
2. Apakah sel kanker misalnya hati dengan
paru-paru sama bentuk pita-pita pada
selnya.
3. Dari anggapan bahwa radiasi menyebabkan
timbulnya kanker, mengapa pengobatan
untuk membunuh atau supaya sel kanker
tidak menyebar dibutuhkan sinar-X
misalnya. Bagaimana kronologis anggapan
ini ?

Rochesiri Sofyan :
1. Sejauh yang pernah kami baca, belum ada
yang mengemukakan secara persis
ketelitiannya karena teknik spektrometri
mutasi bukan suatu alat analisis ?
2. Secara teoritis bisa berbeda, akan tetapi
teknik ini tidak ditujukan untuk kerperluan
tersebut.
3. Pada radioterapi, radiasi digunakan secara
terkendali yang tujuannya adalah untuk
membunuh sel kanker. Perlu diingat bahwa
pada waktu penyinaran, sel/jaringan sehat
harus benar-benar terlindungi.

SofnieM.Ch.- PAIR :
Pada dosis radiasi berapakah dapat berakibat
karsinogenik pada manusia dan terjadi kerusak-
an/ kelainan pada gen ?

Rochetri Sofyan :
Masih perlu diteliti.

Suzie D. - PTPLR :
Apakah bedanya kelainan/perubahan DNA
pada kanker yang disebabkan oleh radiasi dan
oleh penyebab lain ?

PSPKR-BATAN
290
Presiding Presentasi [lmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085 ID0000095

PENENTUAN VOLUME KELENJAR TIROID


DENGAN TEKNIK SINTIGRAFI DAN ULTRASONOGRAFI
Sarsono, Ismanto, Kunto W., Nurul Hayati, Irma S. Hapsari
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENENTUAN VOLUME KELENJAR TIROID DENGAN TEKNIK SINTIGRAFI DAN
ULTRASONOGRAFI. Telah dilakukan penelitian penentuan volume kelenjar tiroid dengan teknik sintigrafi dan
ultrasonografi pada 7 orang pasien yang terdiri dari 1 pasien wanita normal, 5 pasien wanita dan I pasien pria
dengan kelainan kelenjar tiroid. Pemeriksaan sintigrafi pada setiap pasien dilakukan dengan menggunakan kamera
gamma, 20 menit setelah diinjeksi 55,5 MBq (1,5 mCi) Tc-99m pertecnetat. Kamera gamma dengan fasilitas
komputer yang telah diprogram dengan perhitungan volume kelenjar tiroid digunakan untuk mengukur volume
kelenjar liroid pada pasien-pasien tersebul. Setelah itu dilakukan pengukuran volume kelenjar tiroid pada pasien
dengan menggunakan Ultrasonografi. Dari hasil pengukuran kedua teknik tersebut dilakukan uji korelasi dan
didapatkan hasil yang sangat baik dengan koefisien korelasi R = 0,99. Hal ini menunjukan adanya kesesuaian yang
sangat baik antara hasil penentuan volume kelenjar tiroid dengan teknik sintigrafi maupun dengan teknik teknik
ultrasonografi.

ABSTRACT
SCINTIGRAPHIC AND ULTRASONIC DETERMINATIONS OF THYROID VOLUME A study has
been done on the determination of thyroid volume by scintigraphic method in comparison to ultrasonographic
technique, which involved a healthy woman volunteer, 5 women patients and a man patient with thyroid diseases.
Scintigraphic examination upon the patient's thyroid was performed using a gamma camera 20 minutes following the
injection of 55.5 Mbq (1.5 mCi) Tc-99m pertechnetate. A computer, with a dedicated program, coupled to the
gamma camera was employed in the calculation of thyroid volume based on the scintigraphic data. Subsequent to the
scintigraphic study, ultrasonographic determination of thyroid volume was then carried out. Correlation test that was
applied to the outcome of the two different methods of thyroid volume determination resulted in an excellent
coeficient of correlation, R, which was 0.99. This showed a very good correlation between these two different
techniques of thyroid volume determination.

PENDAHULUAN dievaluasi untuk memperkirakan volume/berat


kelenjar tiroid dengan rumusan yang ada.
Penentuan volume kelenjar tiroid pada
pasien yang normal maupun dengan kelainan a. M = 0,86 x A1'26 M = masa dalam gram
tiroid, saat ini dapat dilakukan dengan berbagai A = luas kelenjar tiroid [4]
teknik maupun alat. Diantaranya dengan teknik b. Rumus Ellips
V = 4/3 Tta.b.c a = panjang;
palpasi, sintigrafi, ultrasonografi, PET, b = lebar ; c = tebal
M = 1 gr/cm3 x V
SPECT [1].
c. Rumus Ellens V = a.b. 0,323
Dengan teknik palpasi perkiraan d. Rumus Okubo V = a.b. 0,280
volume kelenjar tiroid sangatlah sulit dan e. Rumus Kezuka V = a.b. 0,280 - 12
kesalahan pengukuran sangatlah besar. Hal ini
juga tergantung dari pengalaman dengan Dengan teknik ultrasonografi, dapat
membandingkan hasil pengukuran pada pe- diperoleh gambaran kelenjar tiroid yang cukup
meriksaan patologi anatomi. Dengan cara ini baik dan dapat ditentukan panjang, lebar
ketepatan pengukuran berkisar 20 - 30% pada maupun ketebalannya, sehingga dapat meng-
kelenjar tiroid yang relatif kecil dan pada hitung volume, tetapi tidak dapat menilai
kelenjar yang lebih besar akan semakin besar volume kelenjar tiroid yang fungsional.
pula kesalahan pengukurannya [2,3]. Pemeriksaan kelenjar tiroid dengan
Penggunaan radionuklida untuk pen- teknik SPECT maupun PET, merupakan
citraan/sintigrafi dapat membantu menentukan pemeriksaan yang sangat canggih dan dengan
volume kelenjar tiroid secara lebih tepat. sensitivitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat
Beberapa rumusan telah didapat dengan dibuat gambaran dari kelenjar tiroid secara 3
menggunakan penampang depan/frontal tiroid dimensi dan dapat ditentukan volumenya lebih
scan dalam ukuran sebenarnva. Saat ini telah akurat lagi [5].

PSPKR-BATAN 291
Prosiding Presentasi Ilmiali KeseJamaUui Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 ] Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Penentuan volume maupun berat sebanyak 1,5 mCi. Pemeriksaan dilakukan


kelenjar tiroid ini sangatlah penting dalam pada posisi terlentang dari arah anterior,
membantu diagnosis maupun terapi pada ekstensi, dengan jarak 8 cm dari kolimator
pasien-pasien dengan kelainan tiroid. gamma kamera (LEGP, 150 Kcount, matrix
Penelitian ini didahului dengan 512). Selanjutnya dengan menggunakan
pemeriksaan sintigrafi terhadap 5 buah fantom hubungan antara volume sesungguhnya dengan
tiroid dengan bentuk yang sesuai dengan volume terukur (Y = aX + b) dapat diperoleh
kelenjar tiroid sesungguhnya dan dengan volume "sesungguhnya" atau lebih tepat
ukuran yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan volume terestimasi kelenjar tiroid dengan teknik
untuk mendapatkan rumusan volume yang sintigrafi.
tepat dalam pengukuran selanjutnya. Pada Pada ketujuh orang pasien tersebut
pasien normal maupun dengan kelainan dilakukan juga pemeriksaan kelenjar tiroid
dilakukan pengukuran kelenjar tiroid dengan dengan menggunakan ultrasonografi meng-
teknik sintigrafi dan ultrasonografi. Dari hasil gunakan alat USG Sonoace 1500 yang
pengukuran kedua teknik tersebut dihitung dilengkapi pula dengan sarana perhitungan
koefisien korelasinya. volume kelenjar tiroid. Pemeriksaan dilakukan
pada posisi terlentang dari arah anterior,
TATA KERJA ekstensi. Dari pemeriksaan ini didapatkan
volume terestimasi kelenjar tiroid dengan teknik
1. Pengukuran fantom kelenjar tiroid sintigrafi dan ultrasonografi.
Dilakukan perhitungan koefisien
Dilakukan pengukuran dengan teknik korelasi antara hasil pemeriksaan dengan teknik
sintigrafi terhadap 5 buah fantom tiroid dengan sintigrafi dan ultrasonografi.
volume yang berbeda-beda dengan cara
mengisi isotop Tc-99m pertechnetat sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN
6-10 (j.Ci yang ditambahkan larutan NaCl
0,9% sampai fantom tersebut terisi penuh. Pada saat ini pemeriksaan-pemeriksaan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan yang berhubungan dengan pencitraan kelenjar
kamera gamma Toshiba GCA 605 (LEGP, 150 tiroid, banyak menggunakan metode/teknik
Kcount, matrix 512) dengan jarak 8 cm dari maupun alat-alat yang dapat memberikan
permukaan kolimator. Kamera gamma ini telah informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai
dilengkapi dengan perangkat komputer untuk kelenjar tiroid, termasuk informasi mengenai
penghitungan volume kelenjar tiroid. volume kelenjar tiroid. Untuk kebutuhan
Pengukuran volume fantom sesungguh- tersebut dapat digunakan beberapa teknik
nya diukur dari volume isotop yang ada pada pemeriksaan dengan palpasi sampai dengan
fantom tersebut dengan menggunakan gelas menggunakan alat-alat canggih seperti ultra-
ukur. Sehingga dapat dibuat rumusan peng- sonografi, sintigrafi, SPECT maupun PET [I].
ukuran volume yang sebenarnya dengan Teknik yang paling sering digunakan adalah
menggunakan rumus persamaan garis Y = a X teknik sintigrafi dan ultrasonografi.
+ b, dimana Y = volume sesungguhnya, X = Pemeriksaan sintigrafi mempunyai
volume yang terukur dengan menggunakan peranan yang sangat penting untuk me-
rumus elips pada alat kamera gamma. Dari nunjukkan fungsi dari kelenjar tiroid, nodule,
hubungan ini diperoleh harga a dan b. mendeteksi lesi tiroid, lokalisasi jaringan tiroid
ektopik dan evaluasi metastasis dari karsinoma
2. Pengukuran kelenjar tiroid tiroid papiler dan folikuler [6], Pemeriksaan
sintigrafi kelenjar tiroid menggunakan zat
Pengukuran dilakukan terhadap 7 radioaktif, seperti 1-131, telah digunakan
orang pasien dengan kelenjar tiroid normal bertahun-tahun untuk menilai fungsi tiroid.
maupun dengan kelainan yang terlebih dahulu Saat ini Tc-99m pertechnetat ("mTc04") telah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. dibuktikan akan terkonsentrasi pada kelenjar
Pemeriksaan dilakukan 20 menit setelah injeksi tiroid, tetapi tidak diorganifikasi kedalam
intravena dengan Tc-99m pertcdmetat hormon-honnon tiroid. Bila sintigrafi kelenjar

PSPKR-BATAN 292
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Aguslus 1996
ISSN : 0854^085

tiroid dilakukan dengan 99mTc04", gambaran Tabel 2. Hasil pengukuran kelenjar tiroid
scan menunjukkan hasil dari penangkapan dengan teknik sintigrafi dan ultrasonografi
radioaktif yang tergantung dari mekanisme (USG)
"trapping" dari kelenjar tiroid. Hasil sintigrafi
dengan menggunakan 99mTc04" memberikan VOLUME TIROID
SINTIGRAFI ULTRASONOGARFI
visualisasi yang sangat baik pada alat kamera PASIEN (Vs) (Vu)
gamma dibandingkan dengan menggunakan lobus lobus lobus lobus kiri
1-131, dikarenakan 99mTc04" mempunyai karak- kanan kiri kanan
1 20,3 4,5 21,0 2,7
teristik fisik yang ideal untuk pemeriksaan
2 6,0 4,8 3,5 2,9
tersebut [7,8]. 3 2,9 3,4 1,7 39,5
Hasil pengukuran pada 5 buah fantom 4 4,7 7,4 5,0 7,2
dan 7 orang pasien beserta perhitungan 5 8,4 2,9 j 6,3 2,1
koefisien korelasinya ditunjukkan pada Tabel 1 6 1,7 20,0 0,5 20,9
dan Tabel 2. 7 4,1 10,7 1,7 10,5

Tabel 1. Volume terukur kelenjar tiroid fantom Korelasi: Vs = A Vu + B


dan volume sesungguhnya. Vs lobus kanan = 0,88 Vu - 1,9
Vs lobus kiri = 0,89 Vu + 8,9
VOLUME (=X) VOLUME (=Y) Koefisien korelasi :
FANTOM SESUNGGUHNYA TERUKUR R lobus kanan = 0,99
(cm3) (cm3)
lobus lobus lobus lobus R lobus kiri = 0,99
kanan kin kanan kiri
1 4,2 3,2 7,4 5,4 Dari hasil yang didapatkan dalam
2 5,2 2,6 10,5 4,1
pengukuran volume kelenjar tiroid tersebut
3 5,4 4,1 9,9 6,6
4 4,2 3,1 7,5 5,4 dengan teknik sintigrafi dan teknik ultra-
5 5,4 3,9 10,3 6,3 sonografi, didapat hasil-hasil dengan perbedaan
0,2 cm3 sampai 2,52 cm3, dimana pemeriksaan
Korelasi : Y = a X + b dengan teknik sintigrafi rata-rata lebih besar
hasilnya dibandingkan dengan teknik ultra-
sonografi. Nilai korelasi yang didapatkan dari
O ^z.
penentuan volume kelenjar tiroid dengan kedua
pengukuran tersebut sangatlah baik, didapat-
kan nilai R = 0,99.
a lobus kanan = 0,39 : a lobus kiri = 0,604 Problem utama dalam pengukuran
dengan teknik sintigrafi adalah [9] :
1. Penentuan batas tepi kelenjar tiroid dalam
membuat ROI (Region Of Interest)
2. Ketebalan kelenjar
3. Jumlah aktivitas radiofarmaka pada
b lobus kanan = 1,32 : b lobus kiri = 0,22 kelenjar tiroid (Up-take).
Y lobus kanan - 0,39 X + 1,32 4. Intensitas gambar pada layar monitor
Y lobus kiri = 0,60 X + 0,22 5. Pergerakan dari pasien.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan
Koefisien korelasi : pemerikasaan non-invasif, menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi,
sehingga dapat digunakan berulang-ulang.
Pemeriksaan ini relatif mudah dan cepat serta
nilai akurasi diagnostik yang cukup tinggi dan
sering digunakan untuk sarana penunjang
R lobus kanan = 0,97 : R lobus kiri = 0,98 diagnostik termasuk pemeriksaan kelenjar
tiroid [10].
Problem yang dihadapi pada peng-
ukuran dengan teknik ultrasonografi :

PSPKR-BATAN 293
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

1. Penentuan batas tepi kelenjar tiroid. Scintigraphy, Journal of Nucl. Med. Biol.
2. Bentuk probe yang datar sehingga sulit 2. p. 185, 1975.
menentukan volume kelenjar tiroid yang 5. LANGAN,B.C, Nuclear Medicine,
menonjol kepermukaan kulit. Technology and Tehnique, 3 rd ed, Mosby,
Kedua pemeriksaan tersebut merupa- 225-226 1994.
kan pemeriksaan penunjang diagnostik yang 6. ALEXANDER^., PAUL,B.H., JAMES
sangat menentukan pada kasus-kasus kelainan P. , Invivo Thyroid Studies, by Wilhop and
kelenjar tiroid, dan keduanya saling mendukung Wills, USA p. 756-759,1988.
serta tidak dapat dipisahkan satu dengan yang 7. FOGELMAN,I., MAISEY,M.N., and
lainnya dalam penanganan kelainan kelenjar CLARKE,S.E.M., An Arts of Clinical
tiroid. Nuclear Medicine, 2nd ed, Mexthin Denite,
Pada penelitian penentuan volume p. I l l , 1994.
kelenjar tiroid ini digunakan pendekatan rumus 8. SUZUKLK.H., Radio Pharmaceuticals,
volume clips, dikarenakan : Text Book of Nuclear Medicine, NIRS -
1. Merupakan rumus yang paling mendekati NSRA, Japan, p. 121-122, 1991.
bentuk tiroid sesungguhnya. 9. GOTTSCHALK,A. HOFFER.P.B., and
2. Perhitungan volume kelenjar tiroid yang POTCHE,E.J., Diagnostic Nuclear
dipakai pada alat ultrasonografi. Medicine, Vol. 2, p. 784-785, 1979.
3. Dasar perhitungan yang sudah ada pada 10. MAKES, D., Ultrasonografi Thyroid,
program komputer gamma kamera untuk Radiologi diagnostik, Cetakan ke-2, Gaya
mcnghitung volume kelenjar tiroid dengan Baru, Jakarta, 1992.
Metode Aliens, Okubo dan Kezuka.

KESIMPULAN DISKUSI

Penentuan volume kelenjar tiroid Erwamyah Lubis - PTPLR :


dengan teknik sintigrafi maupun dengan teknik Apakah dari hasil penelitian Saudara dapat
ultrasonografi mempunyai korelasi yang sangat ditarik kesimpulan mengenai volume kelenjar
baik, R = 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa tiroid penduduk Indonesia sebagai fungsi
pengukuran volume kelenjar tiroid dengan kelompok umur ?
kedua pemeriksaan tersebut mempunyai nilai
yang sangat baik. Ismanto :
Tidak dapat.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari W.-PSPKR:
1. MAISEY,M.N., BR1TTON,K.E. and 1. Berapa hertz kekuatan USG probe
GILDEY,D.L., Clinical Nuclear Medicine, (transducer) yang dipakai ?
Capman & Hall Medical 2nd ed, London- 2. Apakah keunggulan pemeriksaan kelenjar
New York-Tokyo-Melbourne-Madras, p. tiroid dengan PET dibanding dengan
210-212, 1991. sintigrafi ?
2. BECKER,D.V. and HURLEY, Jr.,
Complication Radio Iodine Treatment of Ismanto :
Hyperthyroidism, Semin, Nucl.Med, I, p. 1. Berkekuatan 5 MHz.
442, 1971. 2. Lebih baik PET karena dapat mencitrakan 3
3. TANNAHIL, A. J., HOOPER, M J., dimensi sedang sintigrafi hanya 2 dimensi.
ENGLAND, M., FERRISJ.B. and
WILS0N,G.M., Measurement of Thyroid Suzie D. - PTPLR :
Size by Ultrasound, Palpation and Dari persamaan Y=AX + B, apakah arti x dan
Scintiscan, Clin. Endocrinol. 8, p. 483, B. Apakah artinya bila X=0 dan Y=0 ?
1978. Apakah A dan B suatu konstanta ?
4. MANDERT,G. and ERBSMEN,F.,
Estimation of Thyroid Weight bv

PSPKR-BATAN ")<).)
Prosiding Prescntasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
rSSN : 0854-4085

hmanto :
X adaiah volume yang didapatkan dari
perhitungan kamera gamma. B adaiah
konstanta. Bila X=0 maka Y tidak nol, yang
berarti volume Y sangat kecil.

Sutisna - PPSM:
1. Beberapa literatur menggunakan 1-131
untuk mempelajari kelenjar tiroid. Disini
Anda menggunakan Tc-99m, apakah
alasan/pertimbangannya memilih Tc-99m.
2. Dari dua teknik, yaitu teknik sintigrafi dan
ultrasonografi, teknik mana yang lebih baik
dan menguntungkan ?

lsmanto :
1. Karena telah terbukti bahwa Tc-99m akan
terkonsentrasi ke tiroid tetapi tidak ter-
organisifikasi oleh hormon-hormon tiroid
dan Tc-99m mempunyai energi gamma 140
keV sedang 1-131 360 keV serta vvaktu
paruh Tc-99m pendek yaitu 6 jam sedang
1-131 panjang yaitu 8 hari.
2. Kedua teknik ini saling menunjang dan
semuanya baik.

Sri Wahyuni - PPkTN :


Saya hanya memberi informasi bahwa PET
adaiah Positron Emission Topography. Jadi
radioisotop yang digunakan adaiah pemacar
positron dan bukan pemancar gamma tinggi
seperti yang Saudara katakan. Apabila positron
tersebut bertemu dengan elektron maka
positron akan teranihilasi menjadi 2 buah sinar
gamma yang membentuk sudut 180, dan
besarnya energi gamma tersebut masing-
masing 511 keV. Radioisotop pemancar
positron umumnya diproduksi oleh siklotron
dan waktu paruhnya relatif pendek, contohnya
F-18 = 110 menit dan C-l 1 = 25 menit.

lsmanto :
Memang benar bahwa energi gamma sebesar
511 keV termasuk energi medium. Terima
kasih atas koreksi dan informasinya.

PSPKR-BATAN 295
Presiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000096

FAKTOR PERPINDAHAN Co-60 DAN Cs-137 DARI TANAH PERTANIAN


KE HASIL PERTANIAN PADI DAN KACANG-KACANGAN
'^ Suzie D., Cerdas T., Sri Susilah, Heru Umbara
Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - BAT AN

ABSTRAK
FAKTOR PERPINDAHAN Co-60 DAN Cs-137 DARI TANAH PERTANIAN KE HASH. PERTANIAN
PADI DAN KACANG-KACANGAN. Telah dilakukan studi untuk memperkirakan faktor perpindahan Co-60 dan
Cs-137 dari tanah pertanian ke hasil pertanian padi dan kacang-kacangan di daerah PPTA Serpong. Tanah yang digunakan
adalah tanah pertanian daerah lepas kawasan PPTA Serpong, tanaman pertanian yang ditanam adalah padi dengan varietas
Cisadane, Situgintung, Seratus Malam dan Atomita 4, untuk kacang-kacangan adalah kacang tanah varietas AH 1781 SI
(induk) dan A 20 psj (mutan), kacang kedelai varietas Kerinci (induk) dan K 76 A (mutan) dan kacang hijau varictas
Manyar (induk) dan Camar (mutan) yang didapat dari PAIR-BATAN Pasar Jumat. Sebanyak 10 kg tanah dimasukkan ke
dalam wadah yang dilapisi plastik. Tanah dikontaminasi dengan Co-60 dan Cs-137 dengan konsentrasi 10 Bq/kg. Sainpcl
dicacah dengan spektrometer gamma. Nilai faktor peqjindahan didapat dari perbandingan konsentrasi radionuklida dalam
hasil pertanian dengan konsentrasi radionuklida yang sama yang terdapat dalam tanah pertanian. Nilai faktor perpindahan
Co-60 untuk padi dan kacang-kacangan masing-masing adalah 0,12 x 10"2 dan 1,05 x 10"2 sedangkan untuk Cs-137 adalah
0,83 x 10"2 unluk padi dan 2,09 x 10"2 untuk kacang-kacangan. Radionuklida pemancar gama yang tercacah di dalam tanah
daerah PPTA Serpong adalah Th-228, U-235, Ra-226, Ac-228 dan K-40, sedang aktivitas jenis sebagai aktivitas latar
belakang masing-masing berkisar antara 35,39 - 101,60; 32,14 - 74,50; 23,37-28,57; 20,90 - 31,28 dan 5,97-8,13 Bq/kg

ABSTRACT
TRANSFER FACTOR OF Co-60 AND Cs-137 FROM AGRICULTURAL SOIL TO AGRICULTURAL
PLANTS OF RICE AND BEANS. A study to estimate transfer factor of Co-60 and Cs-137 radionuclides from
agricultural soil to agricultural plant of beans and rice in Serpong Nuclear Research Center Complex has been carried out.
The soil used was that from off site Sepong Nuclear Research Center Complex, the agricultural plant samples were rice
with variety of Cisadane, Situgintung, Seratus Malam, and Atomita 4, and for beans were peanut with variety of AH 1781
SI (parent) and A 20 psj (daughter), soybean with variety of Kerinci (parent) and Camar (daughter), and greenbean with
variety of Manyar (parent) and Camar (daughter), which obtained from PAIR BAT AN Pasar Jumat. 10 kg of soil was put
on the container which layered with plastic. The soil was contaminated with Co-60 and Cs-137 with activity
concentration of 10 Bq/kg. Samples were counted with gamma spectrometer. The value of transfer factor was obtained
by comparing activity concentration of agricultural plant with that of agricultural soil. The results of transfer factor of Co-
60 for rice and beans were 0.12 x 10"2 and 1.05 x 10"2, respectively and the transfer factor of Cs-137 for rice and beans
were 0.83 x 10"2 and 2.09 x IO"2, respectively. The gamma emmitter radionuclides counted from the soil of Serpong
Nuclear Research Center Complex were Th-228, U-235, Ra-226, Ac-228 and K-40, with activities concentration as
background were 35.39 - 101.60; 32.14 - 74.50; 23.37 - 28.57; 20.90 - 31.28 and 5.97 - 8.13 Bq/kg, respectively.

pemantauan lingkungan secara rutin. Untuk


PENDAHULUAN
pemantauan hasil pertanian diperlukan nilai
faktor perpindahan radionuklida dari tanah ke
Kurang lebih tujuh puluh persen
hasil pertanian, hal ini berguna untuk
penduduk Indonesia hidup dari bertani dan
mengestimasi dosis yang diterima oleh anggota
bercocok tanam. Dalam upaya mensejahtera-
masyarakat dari berbagai daur parameter.
kan masyarakat, pemerintah telah menetapkan
Faktor perpindahan adalah nisbah dari kon-
kebijaksanaan dalam sektor pertanian, antara
sentrasi suatu radionuklida yang terkandung
lain agar diutamakan penanaman jenis tanaman
dalam dua kompartemen pada kondisi
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi,
kesetimbangan. Nilai faktor perpindahan untuk
mempunyai kandungan gizi yang tinggi, serta
berbagai komponen lingkungan masih sedikit,
mempunyai prospek pemasaran yang baik.
sehingga masih perlu dilakukan penelitian-
Kiranya padi, kacang tanah, kacang kedelai
penelitian yang lain untuk mendapatkan nilai
dan kacang hijau merupakan sebagian komoditi
faktor perpindahan dalam komponen ling-
tanaman pangan yang memenuhi ketiga syarat
kungan keseluruhan.
diatas fl],
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
Dalam segi keselamatan radiasi
model kontak dua kompartemen. yaitu dari
lingkungan terhadap manusia perlu dilakukan
tanah pertanian ke hasil pertanian padi dan
kacang-kacangan. Aktivitas radionuklida

PSPKR-BATAN 296
Presiding Pfesentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Aguslus 1996
ISSN : 08S4-40S5

Co-60 dan Cs-137 yang terdapat dalam tiap (induk) dan A 20 psj (mutan), kacang kedelai
kompartemen diukur berdasarkan flingsi waktu varietas Kerinci (induk) dan K 76 A (mutan)
(dalam hal ini adalah waktu panen) untuk dan kacang hijau varietas Manyar (induk) dan
mendapatkan informasi besarnya penyerapan Camar (mutan) yang didapat dari PAIR-
radionuklida. BATAN Pasar Jumat.
Radionuklida Co-60 adalah pctnancar
gama yang merupakan hasil fisi bahan bakar Wadah Tanaman
nuklir yang mempunyai waktu paro 5,272 Wadah yang digunakan untuk
tahun mempunyai nomor massa 60, besar menanarn adalah ember plastik yang
energi gama 1173,238 keV pada kelimpahan berkapasitas 20 It. yang dilapisi dengan
adalah 99,906 % dan 1332,502 keV pada kantong plastik untuk menjaga agar wadah
kelimpahan 99,9824 % serta mempunyai sifat ember terhindar dari kontaminasi radionuklida
toksik yang tinggi. yang digunakan.
Radionuklida Cs-137 adalah pemancar
gama yang merupakan hasil fisi bahan bakar Medium Tanaman
nukhr dengan waktu paro 30,2 tahun, Mediun tanaman yang digunakan
mempunyai nomor atom 55 dan nomor massa adalah tanah yang diambil di daerah PPTA
137, besar energi gama 661 keV pada Serpong, tanah tersebut dibersihkan dahulu
kelimpahan adalah 85,1 % dan mempunyai dari rumput-rumputan, daun-daunan dan batu-
sifat toksik yang tinggi. batuan.
Nilai faktor perpindahan dihitung
berdasarkan, Isotop
Isotop yang digunakan untuk
Fp = mengkontaminasi medium tanah adalah Co-W
C
dan Cs-137 dengan aktivitas jcnisnya masing-
Dimana C/Jp adalah konsentrasi masing 10 Bq/kg.
radionuklida (Bq/kg) dari hasil pertanian padi
dan kacang-kacangan, sedangkan Cmt adalah Percobaan
konsentrasi radionuklida (Bq/kg) dari medium Penelitian ini dilakukan dalam 3
tanah. kelompok percobaan. Tiap kelompok terdiri
dari 10 jenis tanaman, setiap ember ditanami
satu jenis tanaman sebanyak 4-5 pohon untuk
TATA KERJA
mendapatkan hasil panen yang cukup banyak,
Bahan/Peralatan waktu panen kira-kira 3 bulan.
Kelompok 1 adalah sebagai latar
Bahan/peralatan yang digunakan belakang, tanah tidak dikontaminasi dengan
adalah labu takar 100 ml, erlemeyer 250 ml, Co-60 maupun Cs-137. Sedangkan kelompok
pipet ukur 1 dan 5 ml, gelas ukur 100 ml, 2, tanah dikontaminasi dengan radionuklida
ember berkapasitas 20 1, kantong plastik Co-60 dengan aktivitas jenis 10 Bq/kg dan
berkapasitas 30 kg, alat cacah gama buatan kelompok 3 tanah dikontaminasi dengan
nucleus model PCA-8000 yang dilengkapi radionuklida Cs-137 dengan aktivitas jenis 10
dengan perangkat lunak gama tract untuk Bq/kg.
analisis jenis dan aktivitas contoh, radionuklida Diambil tanah permukaan di daerah
Co-60 dan Cs-137. PPTA Serpong sebanyak 10 kg untuk tiap
wadah ember. Tanah tersebut diukur pH dan
Metode Kerja aktivitas jenis gama sebagai radiasi latar
belakang. Tanah tersebut masing-masing
Jenis Tanaman dimasukkan kedalam wadah ember ber-
Tanaman yang ditanam adalah padi kapasitas 20 It., lalu diberi pupuk cair urea.
(varietas Cisadane, Situgintung, Seratus TSP, dan KC1 sebanyak berturut-turut 0,4 g,
Malam dan Atomitn 4) dan kacang-kacangan 0,5 g dan 0,6 g kemudian didiamkan selama
yaitu kacang tanah varietas Ah 1781 SI satu minggu untu!. mendapatkan penyerapa:

PSPKR-BATAN
Presiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan,20-2I Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

yang sempurna dan merata. Tanah tersebut penelitian nilai faktor perpindahan sangat
kemudian dikontaminasi dengan radionuklida dipengaruhi oleh jenis tanah dan pH juga
Co-60 cair dengan aktivitas 10 Bq/kg sebagai keadaan lingkungan sekitamya.
kelompok 2 dan radionuklida Cs-137 cair
dengan aktivitas 10 Bq/kg sebagai kelompok 3 KESIMPULAN
dan kemudian didiamkan lagi selama 2 minggu
untuk mendapatkan penyebaran yang Dari hasil pembahasan diatas dapat
sempurna. Sebelumya bibit padi dan kacang- disimpulkan bahwa, faktor perpindahan pada
kacangan dibenihkan dahulu dalam wadah padi adalah lebih kecil bila dibandingkan
petri, setelah tumbuh baru dipindahkan dengan faktor perpindahan pada kacang-
kedalam wadah ember yang sudah kacangan baik untuk radionuklida Co-60
dikontaminasi dengan Co-60 maupun Cs-137, maupun untuk radio-nuklida Cs-137. Bila
dimana tiap ember berisi satu jenis tanaman dilihat antara radionuklida Co-60 dengan Cs-
dengan jumlah kira-kira 4-5 benih. Semua 137 dapat dinyatakan faktor perpindahan untuk
tanaman dalam ember diletakkan dalam rumah radionuklida Co-60 adalah sangat kecil bila
kaca untuk menghindari dari hama tikus. dibandingkan dengan radio-nuklida Cs-137
Ember kelompok 2 dan 3 diberi lebel baik untuk tanaman padi maupun untuk
radioaktif. tanaman kacang-kacangan. Dan yang juga
Penyiraman tanaman dilakukan setiap dapat disimpulkan adalah jenis tanah, pH dan
hari kira-kira sebanyak 200 ml setiap ember. keadaan lingkungan juga mempengaruhi
Pada ke 3 kelompok percobaan diamati besarnya faktor perpindahan.
pertumbuhan panjang batang dan juga jumlah
daun. Setelah panen contoh dicacah dengan DAFTAR PUSTAKA
gama spektrometer.
1. A.A.K., Kedelai, IKAPI(1991)
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. H.S. SOEPRAPTO., Bertanam Kacang
Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta (1992)
Tanah di daerah PPTA Serpong 3. JENSAN; B:S: Migration Phenomena of
mempunyai nilai pH berkisar antara 5,26 s/d Radionuclide Into The Geosphere, Harwood
6,85, ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tanah Acad.Publ.Chur. (1982)
yang mempunyai nilai pH 5,8 s/d 6,9 paling 4. IAEA., Generic Model and Parameters For
ideal untuk pertumbuhan tanaman palawija. Assesing The Environmental Transfer of
Tanah yang sangat asam tidak baik, karena Radionuclides From Routine Release,
akan menghambat dalam penyedian makanan Safety Series No.57 IAEA, Vienna (1982)
bagi tanaman. Tanaman palawija menghendaki 5. D.DWIJOSEPUTRO, Pengantar Fisiologi
tanah yang mempunyai kandungan tanaman Tumbuhan, Gramedia, Jakarta (1980)
cukup; pospor, kalium, kalsium, magnesium 6. ICRP., Radionuclide Release Into The
. dan belerang. Environment, Assessment of Dose to Man,
Aktivitas jenis gama dalam tanah di ICRP No. 26(1979)
daerah PPTA Serpong sebagai aktivitas latar 7. IAEA., Handbook of Parameter Values For
belakang dapat dilihat pada Tabel 2, nilai ini The Prediction of Radionuclide Transfer in
masih dibawah batas yang diizinkan dalam Temperate Environment, Technical Reports
keselamatan lingkungan. Series No.364 IAEA, Vienna (1994).
Nilai faktor perpindahan untuk radio-
nuklida Co-60 pada tanaman padi dan kacang-
kacangan hasil percobaan adalah berturut-turut
0,12 x 10"2 dan 1,05 x 10~2 sedangkan untuk DISKUSI
radionuklida Cs-137 adalah 0,83 x 10'2 dan
2,09 xlO"2, nilai ini adalah lebih kecil bila Emlinarti - PSPKR :
dibandingkan dengan yang ditampilkan oleh 1. Mengapa faktor perpindahan Co-60 lebih
IAEA dan yang dilakukan di Prancis (lihat kecil daripada Cs-137 ?
Tabel 3), mungkin ini disobabkan karena dalam

PSPKR-BATAN 298
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamataii Radiasi dan Lingkuiigan,20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

2. pH tanah mempengaruhi faktor perpindahan Suzie D. :


radionuklida. berapa pH yang baik untuk 1. Sampel tanah kurang lebih 1 kg atau 20 x
faktor perpindahanini ? 20 x 10 cm2.
3. Selain hasil pertanian, apakah pada batang 2. Belum dilakukan.
dan daun juga dicacah ?
Fransisca AE - PAIR :
Suzie D : 1. Apa alasannya Anda meneliti faktor
1. Disebabkan karena perbedaan karakteristik perpindahan Co-60 dan Cs-137 dari tanah
kedua radionuklida. pertanian ke padi-padi dan kacang-
2. pH yang terbaik tergantung pada jenis kacangan ?
tanaman yang digunakan. 2. Bagaimana dengan unsur-unsur lain yang
3. Batang dan daun tidak dicacah. juga merupakan polutan ?

Leli Nirwcmi - PSPKR : Suzie D. :


1. Jenis tanah apakah yang digunakan ?. Hal 1. Memang banyak nuklida yang harus diteliti
ini sangat berpcngaruh pada faktor pindali tetapi saat ini bam Co-60 dan Cs-137.
radionuklida dari tanah ke tanaman. 2. Akan dilakukan juga terhadap nuklida lain
2. Kacang-kacangan jenis apayang dipakai ? selama memungkinkan.

Suzie D. : Gatot Suhariyono - PSPKR :


1. Jenis tanah merah kehitam-hitaman. 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
2. Kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. perpindahan Co-60 dan Cs-137 pada suatu
tanaman ?
Joesran Z. - PSPKR :
1. Apakah konsentrasi radionuklida yang Suzie D.
ditambahkan tidak terlalu rendah mengingat 1. Faktor
rctKiui yang
viing mempengaruhi air hujan, jenis
contoh yang diukur dan latar belakang tanah tanah, penycrapan, dll.
yang digunakan cukup tinggi ?
2. Apakah tanah yang digunakan kemungkinan Asep Warsona - PSPKR :
telah terkontaminasi karena dari data 1. Metode apa yang digunakan untuk
konsentrasi U-235 jauh lebih tinggi kontaminasi radionuklida pada tanah media
daripada K-40 ? Biasanya di alam sehingga benar-benar homogen ?
konsentrasi K-40 jauh lebih tinggi daripada 2. Apakah ditentukan kedalaman untuk
U-235. pengambilan tanah media untuk contoh
yang diukur ?
Suzie D. :
1. Konsentrasi Co-60 dan Cs-137 memang Suzie D. :
terlalu rendah tetapi sepanjang dapat 1. Ada dua metode yaitu dengan menyuntikkan
dicacah dan masih diatas latar belakang, hal di beberapa titik dan dengan menuang
ini tidak menjadi masalah. langsung lalu diaduk.
2. Tanah yang digunakan tidak terkontaminasi 2. Tidak perlu karena dalam pengadukan
karena radionuklida alam yang dikandung sudah dianggap homogen.
nilainya sama dengan BG.

Mulyono H. - PSPKR :
1. Berapa luas tanah yang digunakan sehingga
sampel tanah yang diambil cukup
representatif ?
2. Apakah sudah ada rencana interkomparasi
dengan pihak lain seperti Perancis, AS atau
Thailand ?

PSPKR-BATAN 299
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselaniatan Radiasi dan Lingkungan,20-21 Agustus 1996
fSSN : 0854-4085

Tabel 1. pH tanah di daerah PPTA Serpong

Stasiun PH
1 5,26
2 5,47
3 5,87
4 5,42
5 6,85

Tabel 2. Aktivitas jenis gama pada tanah di daerah


PPTA Serpong, sebagai radiasi Iatar

Stasiun Gamma (Bq/kg)


Th-228 U-235 Ra-226 Ac-228 K-40
1 86,00 54,70 25,00 20,90 8,13
2 101,60 32,14 23,37 23,05 7,79
3 59,40 49,96 25,64 31,28 6,12
4 101,30 37,34 27,92 27,59 6,17
5 35,39 74,50 28,57 22,63 5,97

Tabel 3. Nilai faktor perpidahan (Fp)

Fp x 10"
Sumbcr Padi-padian Kacang- kacangan
Co-60 Cs-137 Co-60 Cs-137
pH S-6 pH5-6
IAEA 0,37 1-2,6 3 1,7-9,4
Prancis 1,01 1,06- 4,32 4,07 - 8,37
1,55
Penelitian 0,12 0,83 1,05 2,09

Aktivitas jenis (Bq/kg) untuk padi dan


kacang-kacangan

No Jenis tanaman Aktivitas


jenis
(Bq/kg)
Co-60 Cs-137
1. Kacang tanah 0,095 0,200
2. Kacang kedelai 0,110 0,215
3. Kacang hijau 0,110 0,212
4. Padi 0,012 0,083

PSPKR-BATAN 300
Prosiding Prcsentasi Ilmiali Kesclaniatan Radiasi dan Linglaingan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 1D0000097

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS


GAS BUANG REAKTOR KARTINI KE LINGKUNGAN
Suratman, Purwanto dan Sukarman Aminjoyo
Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta - BATAN

ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS GAS BUANG REAKTOR KARTINI KE
LINGKUNGAN. Analisis tingkat pencemaran radioaktivitas gas buang reaktor Kartini ke lingkungan telah
dilakukan pada 13-10-'95 s/d 8-2-'96. Tujuan penelitian ini untuk menentukan tingkat pencemaran
radioaktivitas lingkungan, yang diakibatkan oleh pelepasan radioaktivitas gas buang dari reaktor Kartini
dan fasilitas lainnya di Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta lewat cerobong. Dalam penelitian ini metoda
yang digunakan adalah uji t-student, uji faktor cacah pertama dan spektrometri garna. Pada penelitian ini
pengambilan cuplikan udara dilakukan di dalam cerobong, ruang reaktor, lingkungan dan ruang lain
sebagai pembanding. Udara disedot lewat filter dengan pompa hisap volume tinggi, filter dicacah
radioaktivitas beta, gama dan alfanya. Tingkat pencemaran radioaktivitas gas buang lewat cerobong ke
lingkungan antara 0,57 - 1,34 Bq/m3, tidak berbeda dengan radioaktivitas udara di lingkungan antara 0,69 -
1,12 Bq/m3 dan radioaktivitas berasal dari radioaktivitas anak turun radon, hasil peluruhan dari derct
uranium dan tori um di alam, yang ada dalam I) ah an bangunan gedung.

ABSTRACT
ANALYSIS OF RADIOACTIVITY CONTAMINATION LEVEL OF KARTINI REACTOR EFLUEN
GAS TO THE ENVIRONMENT. The analysis of radioactivity contamination level of Kartini reactor efluen
gas to the environment has been done from 13-10-'95 until 8-2-'96. The aim of this research is to determine
the radioactivity contamination level on the environment resulted from the release of Kartini reactor efluen
gas and other fasilities at Yogyakarta Nuclear Research Centre through stack. The analysis methods is the
student t-test, the first count factor test and the gamma spectrometry. The gas sampling were carried out in
the stack reactor, reactor room, environment and in other room for comparison. Efluen gas was sucked
through a filter by a high volume vacuum pump. The filter was counted for beta, gamma and alpha
activities. The radioactivity contamination level of the efluen gas passing through the stack to the
environment was measured between 0.57-1.34 Bq/m3, which was equal to the airborne radioactivity in
environment between 0.69-1.12 Bq/m3. This radioactivity comes from radon daughter, decay products result
from the natural uranium and thorium series of the materials of the building.

PENDAHULUAN buang yang dilepaskan lewat cerobong


reaktor Kartini ke Hngkungan.
Pelepasan gas buang ke lingkungan Secara praktis tidak mungkin untuk
dari fasilitas nuklir Pusat Penelitian Nuklir meniadakan sama sekali suatu instalasi
Yogyakarta dilakukan dengan peng- nuklir dari pelepasan limbah radioaktif ke
hembusan ke udara menggunakan blower lingkungan. Beberapa zat radioaktif dalam
dengan debit 24,64 m3/detik, lewat cerobong bentuk gas atau partikel dalam jumlah kecil
tinggi 30 m, diameter 1,4 m, setelah melewati dan dalam batas yang tidak membahayakan,
filter. [1] akan terlepas ke Hngkungan. Pengaturan dan
Gas buang selain dari reaktor pengawasan limbah yang dilepaskan ke
Kartini, juga berasal dari laboratorium lingkungan ditetapkan dan diawasi melalui
Instalasi Teknologi Proses dan Pengelolaan pemantauan pada titik lepasan, dalam hal
Limbah. limbah cair di bak penampungan dan aliran
Pemantauan radioaktivitas udara gas buang di cerobong. Pada pemantauan
rutin telah dilakukan pada tiap laboratorium yang dilakukan di lingkungan, maka bila
dan ruang reaktor Kartini serta lingkungan. terjadi pelepasan ke lingkungan dengan
Akan tetapi pemantauan radioaktivitas gas aktivitas rendah, penyebarannya terlalu kecil
buang yang dilepaskan ke lingkungan lewat untuk dapat dideteksi, tetapi bila
cerobong belum dilakukan. Sehingga belum aktivitasnya tinggi akan terlambat untuk
ada data rutin berapa tingkat pencemaran mengontrolnya. Oleh sebab itu buangan ke
radioaktivitas gas buang yang dilepas ke lingkungan perlu diukur pada sumbernya
lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan dan dibandingkan dengan batas-batas yang
penumtauan dan analisis radioaktivitas gas diijinkan.[2]

PSPKR-BATAN 301
Prosiding Prescntasi Ilmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Pada penelitian ini dilakukan TATA KERJA


pengukuran dan analisis radioaktivitas gas
buang lewat cerobong yang tersebar ke Pada penelitian ini dilakukan
lingkungan. pengukuran radioaktivitas udara buang
Tujuan penelitian ini untuk menentu- lewat cerobong, reaktor Kartini, ruang yang
kan dan mendapatkan data tingkat tidak untuk bekerja dengan zat radioaktif
pencemaran radioaktivitas gas buang yang dan Hngkungan. Hasil pengukuran
diiepas ke lingkungan lewat cerobong radioaktivitas ditentukan ada tidaknya
reaktor Kartini serta penggunaan metode kontaminasi dan tingkat pencemarannya ke
nantinya untuk pemantauan rutin. lingkungan, dengan analisis faktor cacah
Pada penelitian ini digunakan pertama, uji t-student dan analisis
metode analisis faktor cacah pertama, untuk spektrometri gama.
penentuan ada tidaknya kontaminasi udara,
metode analisis uji t-student untuk Alat Yang Digunakan
penentuan ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara radioaktivitas gas buang Alat cacah beta ORTEC (efisiensi 20 %)
yang diiepas ke lingkungan, dengan Pompa hisap Staplex model TFIA
radioaktivitas udara di lingkungan, serta Alat cacah alfa Technical Associates
metode spektrometri gama. model TS-8 (efisiensi 45,3 %)
Salah satu cara untuk mengetahui Spektrometer gama latar rendah
apakah ada kontaminasi udara dalam ruang (efisiensi 1,7 %)
yang fluktuasi tinggi rendahnya Pencatat waktu
radioaktivitas latarnya besar, digunakan
metoda penentuan faktor cacah pertama (F). Bahan Yang Digunakan
Faktor cacah pertama adalah perbandingan
antara peluruhan per menit radioaktivitas Kertas filter fibre glass
beta, gama dan radioaktivitas alfa udara per K-40 baku dalam KC1
meter kubik. Harga perbandingan (F) ini Am-241 baku
konstan bila radioaktivitas udara hanya
Eu-152 baku.
berasal dari anak turun radon dan toron
hasil peluruhan deret uranium dan torium di
Cara Kerja
alam [3]. Sehingga bila terjadi kontaminasi
pemancar beta, gama, maka harga akan
Pengukuran Radioaktivitas Udara
lebih besar, sebaliknya bila terjadi
kontaminasi pemancar alfa maka harga Udara dihisap dengan pompa hisap
akan menjadi lebih kecil. Untuk mengetahui volume tinggi lewat filter selama 20 menit,
apakah fluktuasi tinggi rendahnya radio- filter digunting sesuai diameter detektor dan
aktivitas udara di dalam ruang disebabkan dicacah aktivitas alfa, beta dan gamanya.
oleh adanya kontaminasi beta, gama atau Pencacahan dilakukan setelah waktu tunda
alfa, maka perlu dilakukan penentuan harga. 10 menit (lama persiapan pencacahan),
Untuk menentukan harga, udara disedot waktu pencacahan selama 10 menit dan
lewat filter, filter dicacah aktivitas beta, dilakukan pada saat bersamaan [4].
gama dan alfanya pada saat yang Pengambilan cuplikan udara
bersamaan. Dengan alat cacah beta, alfa, dilakukan di dalam cerobong reaktor Kartini
pompa hisap, filter yang sania dan udara yang merupakan titik pelepasan, ruang
hanya mengandung anak turun radon dan reaktor Kartini, ruang yang tidak digunakan
toron, maka harga akan konstan, menurut untuk bekerja dengan zat radioaktif dan di
persamaan (1). lingkungan.

Dpm P, y/m3 Cara Perhitungan


Harga F = (1)
Dpm a/m3 1. Perhitungan radioaktivitas udara

SPKR-BATAN 302
Presiding Prescntasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Cpm 100 100 1


Radioaktivitas B, v = t = (X - Y)/SV(l/Nx) + (1/Ny) = 0,109
60 E 90 V
100 Dari tabel harga t Fisher [6], untuk
6,25. Bq/m 3
99
keboleh jadian p = 0,05 dan derajat
= Cpm . 0,043 Bq/m 3 .... (2) kebebasan DK = 15+17-2 = 30, harga t =
dimana: 2,04, maka harga t perhitungan < harga t
Cpm = Cacah filter permenit setelah tabel.
dikurangi latar
60 = Konversi menit menjadi detik HASIL DAN PEMBAHASAN
E = Efisiensi alat cacah, fi, y = 20%,
a = 45,3 %
100/90 = Faktor korcksi waktu tunda Hasil pengukuran radioaktivitas
pencacahan udara lingkungan dan udara yang lewat
6,25 = Faktor koreksi luasan filter cerobong pada Tabel 1 dan 2, terlihat sangat
V = Volume udara yang lewat filter 13,59 m3 kecil, antara 0,57-1,34 Bq/m3.
100/99 = Faktor koreksi efisiensi filter.
Dari hasil analisis uji t-student
2. Analisis harga faktor cacah pertama antara hasil pengukuran radioaktivitas
udara lewat cerobong dan udara lingkungan,
Hasil pengukuran radioaktivitas teryata harga t perhitungan = 0,109 lebih
beta, gama dan alfa dalam ruang reaktor kecil dari pada t tabel fisher = 2,04, untuk
ditentukan harga faktor cacah pertamanya, keboleh jadian p = 0,05 dan derajat
kemudian dibandingkan dengan harga faktor kebebasan DK = 15+17-2 = 30. Hal ini
cacah pertama ruang yang lain. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara grup data
Dpm/m3 (3, Y radioaktivitas udara lewat cerobong dengan
Faktor cacah = grup data radioaktivitas udara di
pertama (F) Dpm/m3 a lingkungan. Sehingga radioaktivitas udara
lewat cerobong yang dilepas ke lingkungan
Cpm. 100.6,25 tingkat pencemarannya sama dengan
Dpm/m 3 p,y = = Cpm . 2,299 (3) radioaktivitas di lingkungan.
2 0 . 13,59
Dari hasil pengukuran radioaktivitas
beta, gama dan alfa di dalam ruang reaktor,
Cpm.100.6,25
Dpm/m 3 = = Cpm . 1,015 . (4)
ruang yang tidak menggunakan zat
45,3.13,59 radioaktif pada Tabel 3, radioaktivitas
berfluktuasi antara 2,17-34,50 Bq/m3.
3. Analisis uji t-student Untuk ruang reaktor sendiri pada saat
reaktor beroperasi dengan ventilasi baik,
Hasil pengukuran radioaktivitas blower dijalankan, maka radioaktivitas
beta, gama di dalam cerobong yang dilepas cukup rendah, lebih kecil dari pada 10,4
ke lingkungan dibandingkan dengan radio- Bq/m3.
aktivitas di lingkungan dengan meng- Dengan analisis faktor cacah
gunakan uji t-student. [5] pertama untuk data-data radioaktivitas
ruang-ruang tersebut, harga faktor cacah
Udara lingkungan Udara lewat cerobong pertama ruang reaktor pada saat operasi
Jumlahdata N w = 15 NM = 17
Rata-rata data X = 0,91 Y = 0,884 antara 4,0 - 5,0, sama dengan harga faktor
Jumlah aktivitas Ex = 13,65 y = 15,03 cacah pertama ruang-ruang lain yang tidak
Jumlah kuacfrat menggunakan zat radioaktif sebagai
aktivitas Sx2 = 12,696 /=14,229
pembanding. Sehingga radioaktivitas di
dalam ruang reaktor yang berfluktuasi pada
Simpangan = x 2 - (Zx)2/Nx + Sy2 - (Sy)2/Ny saat reaktor beroperasi, terbukti tidak ada
baku S Nx + Ny - 2 kontaminasi radioaktivitas yang berasal dari
aktivitas reaktor. Radioaktivitas udara di
S = 0,6722
ruang reaktor hanyalah berasai dari anak

PSPKR-IJATAN 303
Presiding Prescntasi Ilniiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

turun radon dari deret uranium dan torium KESIMPULAN


alam yang ada dalam bahan bangunan
gedung [7]. Sehingga radioaktivitas udara Dari analisis uji t-student, faktor
yang dikeluarkan lewat cerobong dari ruang cacah pertama dan analisis spektrometri
reaktor hanyalah radioaktivitas anak turun gama, radioaktivitas udara lewat cerobong
radon alamiah. Hal ini dibuktikan pula yang dilepas ke Hngkungan, tingkat
dengan hasil analisis spektrometri gamma pencemarannya antara 0,57-1,34 Bq/m3,
udara lewat cerobong dan udara di dalam tidak berbeda dengan radioaktivitas udara
ruang reaktor. di lingkungan antara 0,69-1,12 Bq/m3 dan
radioaktivitas hanyalah berasal dari
Tabcl 1. Radioaktivitas gross beta dan gamma di radioaktivitas anak turun radon hasil
lingkungan PPNY saat reaktor Kartini peluruhan deret uranium dan torium di alam
yang ada dalam bahan bangunan gedung.
Cacah Cacah Radioaktivita
Tanggal latar (cpm) s (Bq/m3) UCAPAN TERIMA KASIH
P,Y
(cpm)
13-10-'95 38,4 20,5 0,770,08 Terima kasih diucapkan kepada Sdr.
16-10-'95 40,5 21,5 0,820,08 Agnes Murwanti yang telah membantu
17-10-'95 46,6 20,6 1,120,09 dalam menyelesaikan penelitian ini.
30-10-'95 43,5 19,8 l,020,09
02-ll-'95 41,4 19,5 0,710,08
14-11-195 44,1 19,4 l,060,09
DAFTAR PUSTAKA
23-ll-'9S 41,4 19,8 0,93O,09
13-12-'95 40,3 19,7 0,89*0,09 1. EKO EDY KARMANTO, SYARIF,
15-12-'95 35,9 18,3 0,760,08 PURWANTO, "Pengukuran dan
19-12-'95 37,1 21,1 0,690,08 Analisis Pola Plum Stack Reaktor
26-12-'95 41,3 18,4 O,98O,O9 Kartini", Prosiding Pertemuan dan
30-01-'96 41,2 20,2 0,910,09
Presentasi Ilmiah, PPNY-BATAN,
02-02-'9G 40,0 19,9 0,860,08
08-02-'96 44,4 20,4 l,O4O,09
Yogyakarta 21-22 Maret 1990.
2. SYAHR1R, ERWANSYAH LUBIS.,
Jumlah cuplikan (N,) = 15 Keselamatan Lingkungan, Diklat
Radioaktivitas rata-rata (x) = 0,91 Bq/m3 Petugas Proteksi Radiasi, BATAN,
Jumlah radioaktivitas (x) = 13,65 Jakarta Nopember 1994.
Jumlah kuadrat radioaktivitas (Ex2) = 12,696 3. MOE. H.J. et al., Radiation Safety
Technician Training Course, Argonen
Dari Tabel 4 terlihat hasil analisis National Laboratory, U.S. Atomic
spektrometri gama udara lewat cerobong Energy Commission.
dan udara di dalam ruang reaktor, 4. SURATMAN, PURWANTO, "Indikasi
menunjukkan bahwa puncak-puncak tenaga Kontaminasi Udara Dalam Ruangan
gama yang muncul adalah tenaga gama dari Kerja Dengan Faktor Cacah Pertama",
anak turun radon alamiah. Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Dengan selalu memantau radio- Ilmiah, PPNY-BATAN, Yogyakarta,
aktivitas udara yang dilepas ke lingkungan April 1985.
lewat cerobong dan udara di ruang reaktor, 5. SURYATNA RAFF I, "Metode
pada saat reaktor Kartini beroperasi pada Statistika Analisis", 1983.
tiap 1 jam selama operasi dengan metode 6. SUSETYA.W.,Diklat Instrumentasi
tersebut diatas, maka akan dapat segera Kimia, PPBMI-BATAN Yogyakarta,
diketahui ada tidaknya kontaminasi udara 1977.
yang diakibatkan oleh ketidak normalan 7. MURSID.D, SUHARTONO, SURAT-
operasi reaktor. Sehingga segera dapat MAN, MULYADI. R, "Pengukuran
diambil tindakan pencegahan terhadap Radioaktivitas Radon-222 Dan Turunan-
kemungkinan pencemaran radioaktivitas ke nya Dalam Ruangan", Majalah BATAN,
linpkungan. Vol. X, No. 4, Januari 1978.

PSPKR-BATAN 304
Prosiding Presenfasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkimgan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 2. Radioaktivitas gross beta dan gamma udara buang lewat cerobong reaktor Kartini.

Tanggal Cacah filter p,y Cacah latar p,y Radioaktivitas Aktivitas rata-
(Cpm) (Cpm) (Bq/m3) rata (Bq/m3)
13-10-'95
RTO 37,2 20,5 0,720,10 0,72
16-10-'95
RO. ljam 45,4 21,5 1,03*0,11 0,73
2.jam 36,8 21,5 0,660,10
3 jam 36,6 21,5 0,650,10
4 jam 35,9 21,5 0,620,10
5 jam 38,1 21,5 0,710,10
17-10-'95
RO. ljam 44,7 20,6 l,030,ll 0,76
2 jam 36,2 20,6 0,670,10
3 jam 36,4 20,6 0,680,10
4 jam 36,2 20,6 0,670,10
19-10-'95
RTO. 36,9 18,8 0,780,10 0,78
23-10-'95
RTO. 44,1 19,2 l,070,ll 1,07
30-10-'95
RO. ljam 44,6 19,8 l,070,ll 0,98
2 jam 42,4 19,8 0,970,ll
3 jam 40,5 19,8 0,890,10
2-ll-'95
RO. ljam 46,6 19,5 l,160,ll 1,15
46,2 19,5 l,150,ll
16-ll-'95
RTO 41,7 19,8 0,94fl,ll 0,94
23-ll-'95
RO. ljam 40,7 19,8 0,900,10 0,86
2 jam 45,4 19,8 l,100,ll
3 jam 38,2 19,8 0,790,10
4 jam 35,1 19,8 0,660,10
12-12-'95
RTO 50,0 19,8 l,300,ll 1,30
13-12-'95
RTO 46,2 19,7 l,140,ll 1,14
15-12-'95
RTO 32,6 18,3 0,610,10 0,61
19-12-'95
RTO 52,5 22,1 l,340,12 1,34
30- l-'96
RO. 1 jam 35,4 22,0 0,580,10 0,61
2 jam 35,7 21,1 0,630,10
8-2-'96
RO. 1 jam 32,5 19,2 0,570,10 0,57

RTO = Reaktor tidak operasi.


RO = Reaktor operasi.
Jumlah Cuplikan (Ny) =17
Radioaktivitas rata-rata (y) = 0,884
Jumlah radioaktivitas (Ey) = 15,03
Jumlah kuadrat radioaktivitas (Ey2) = 14,229

PSPKR-BATAN 305
Prosiding Prcscntasi Dniiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Radioaktivitas gross beta, gamma dan alfa udara ruang gudang kimia,
ruang kalibrasi BKKK dan reaktor.

Tempat Cacah p,y Cacah a Radioaktivitas r


pengambilan (Cpm) (Cpm) (Bq/m3)
cupIikan/Tgl.
Gudang
Kimia
27-06-'95 388,9 197,9 16,72 0,27 4,48
12-07-'95 802,3 380,4 34,50 0,39 4,80
13-07-'95 370,6 190,3 15,93 0,27 4,44
12-10-'95 668,4 313,8 28,74 0,36 4,94
13-10-'95 768,0 368,9 33,02 0,38 4,83

R.Kalibrasi
12-07-'95 50,4 24,2 2,17 0,11 4,83
27-06-'95 264,0 124,7 11,35 0,23 4,82
25-09-'95 286,8 138,8 12,33 0,24 4,78
06-10-'95 182,3 90,9 7,83 0,19 4,65

R.Reaktor
16-10-'95
RO. 1 jam 142,0 70,6 6,11 0,18 4,6
2.jam 121,6 58,6 5,23 0,17 4,7
3 jam 117,2 59,4 5,04 0,17 4,5
4 jam 116,8 65,2 5,02 0,17 4,0
5 jam 121,1 63,2 5,21 0,17 4,3
17-10-'95
RO. 1 jam 181,6 82,0 7,81 0,20 5,0
2 jam 131,3 66,7 5,64 0,18 4,5
3 jam 122,4 56,9 5,26 0,17 4,9
4 jam 119,0 53,1 5,12 0,17 5,0
30-10-'95
RO. 1 jam 242,2 109,1 10,41 0,23 5,0
2 jam 168,2 60,0 7,23 0,20 4,8
3 jam 142,7 67,6 6,14 0,18 4,8
4 jam 143,1 71,8 6,15 0,18 4,5
02-ll-'95
RO. 1 jam 136,8 74,5 5,87 0,18 4,1
2 jam 118,4 63,2 5,09 0,17 4,2
23-ll-'95
RO. 1 jam 163,4 74,5 7,03 0,19 4,9
2 jam 138,6 66,2 5,96 0,18 4,7
3 jam 127,2 62,1 5,47 0,17 4,5
4 jam 112,3 57,1 4,83 0,17 4,4
5 jam 102,7 45,5 4,41 0,16 4,9

PSPKR-BATAN 306
Presiding Presenfasi Ilniiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 4. Hasil pengukuran kualitatif spektrometri gamma cuplikan udara dalam


cerobong dan ruang reaktor Kartini.

Cuplikan Tenagay (keV) Cacah netto (Cpm) Jenis radionuklida


Udara dalam 75,7 126 -
cerobong 238,4 31 Pb-214
295,5 26 Pb-214
351,4 50 Pb-214
609,0 23 Bi-214

Udara dalam ruang 75,7 305 -


reaktor 87,5 112 Pb-214
242,3 58 Pb-214
295,5 151 Pb-214
352,0 216 Pb-214
609,0 115 Bi-214
1120,9 27 Bi-214

Purwanto :
DISKUSI Standard K-40 berupa serbuk KCL Standar
untuk alfa dan gamma berbentuk keping.
Warmo S.- BTKL : Hasilnya masih di bawah batas yang
1. Bagaimana memantau paparan radiasi diijinkan.
sinar alfa, beta dan gamma di lingkungan,
apakah juga dipengaruhi oleh arah, Fransisca - PAIR:
kecepatan angin dan kondisi Hngkungan Apakah hasil tingkat pencemaran
Iain? radioaktivitas gas buang yang diperoleh
2. Apakah Model Gauss bisa digunakan melebihi batas yang diijinkan ? Seandainya
untuk menentukan paparan radiasi melewati, apakah tindak lanjut untuk
seperti terhadap partikel dan gas-gas mengatasinya ?
beracun lainnya ?
Purwanto :
Purwanto : Radioaktivitas gas buang pada waktu
1. Paparan radiasi alfa, beta dan gamma reaktor beroperasi tidak melebihi batas yang
yang diakibatkan oleh partikel/debu diijinkan. Apabila radioaktivitas melebihi
radioaktif yang terlepas dari cerobong batas maka dilaporkan kepada supervisor
dipengaruhi oleh arah dan kecepatan reaktor untuk menghentikan operasi
angin, tinggi cerobong, cuaca (stabilitas reaktor.
udara), umur paruh.
2. Model Gauss bisa digunakan untuk
menentukan lokasi penyebaran zat radio- Gatot Suhariyono - PSPKR :
aktif baik partikel maupun gas dari 1. Bagaimana penerapan dalam rumus uji
lepasan lewat cerobong. t-student dan faktor cacah pertama ?
2. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan
Sutarman - PSPKR : seperti penyebaran radioaktivitas pada
Dalam hal menghitung aktivitas beta, gamma saat hujan atau perubahan arah angin ?
dan alfa, sumber standard apa yang
digunakan dan berbentuk apa ? Apakah
hasil yang Saudara peroleli masih di bawah
MPC untuk gas buangan ?

PSPKR-BATAN 307
1'rosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Purwanto:
1. Uji t-student digunakan untuk menguji Mulyono Hasyim - PSPKR :
apakah ada perbedaan signifikan antara Reaktor Kartini berdiri sejak + 15 tahun
radioaktivitas gas buang dan udara yang lalu. Penelitian yang Bapak lakukan ini
Hngkungan. Faktor cacah pertama untuk apakah hasil laporan "monitoring berkala"
udara yang berisi anak turun radon dan atau baru kali ini dianalisa/diamati tingkat
toron adalah terukur antara 4 dan 5. Bila pencemaran gas buang dari reaktor
faktor cacah pertama melebihi harga tersebut?
tersebut berarti ada kontaminasi beta-
gamma di udara, bila harganya kurang Purwanto :
dari harga tersebut berarti ada Pengukuran baru sekali ini dilakukan.
kontaminasi alfa. Pengukuran radioaktivitas dalam gedung
2. Hujan menyebabkan debu radioaktif di reaktor dan lingkungan telah dilakukan
udara segera terdeposisi ke tanah. Zat secara rutin. Data disini adalah data baru
radioaktif akan tersebar sesuai arah dan bukan hasil pemantauan rutin.
angin.

Erwansyah Lubis - PTPLR :


1. Apakah dalam pengambilan contoh udara
memperhatikan arah dan kecepatan
angin ?
2. Untuk pemantauan cerobong mengapa
tidak menggunakan isokinetik sampling
untuk pengambilan contoh ?

Purwanto :
1. Di PPNY telah ada pos-pos tetap untuk
mengambil sampel di sekitar PPNY.
2. Kami tidak menggunakan isokinetik
sampling karena pengambilan sampel
tidak secara kontinyu.

Rofiq Syaifudin - PSPKR :


1. Hingga radius berapa yang telah Anda
analisis di luar kawasan reaktor ?
2. Dari data yang diperoleh 0,57-1,34
Bq/m3. Data ini diperoleh pada radius
berapa, apakah merata pada semua arah
angin ?

Purwanto :
1. Pada radius 100 meter, namun secara
rutin sampai 5000 meter.
2. Data diambil dari semua arah mata angin.

PSPKR-BATAN 308
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
Ill
ISSN : 0854-4085 1D0000098

60 137
MIGRASI Co dan Cs DALAM TANAH JENUH DAN TAK JENUH
DI PPTA SERPONG
Erwansyah Lubis, Untara
Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif - BAT AN

ABSTRAK
MIGRASI *Co dan 137Cs DALAM TANAH JENUH DAN TAK JENUH DI PPTA SERPONG.
Migrasi 60Co dan l37Cs dalam tanah jenuh dan tak-jenuh di PPTA Serpong telah diteliti. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh nilai berbagai parameter geologi dan hidrogeologi untuk desain sistem Penyimpanan
Limbah Tanah Dangkal (PLTD), khususnya untuk perkiraan perpindahan radionuklida berdasarkan persamaan
advections-dispertions. Hasil percobaan menunjukkan bahwa porositas (n) dan densitas (p) dari tanah jenuh
adalah 27,6 % dan 1,35 g/cm3, dan untuk tanah tak jenuh masing-masing adalah 18,9 % dan 1,41 g/cm3. Nilai
koefisien distribusi (K,-n untuk 60Co dan 137Cs dalam tanah jenuh dan tak jenuh masing-masing adalah 1,6 - 8,9
dan 3,2 - 7,7. Nilai koefisien hidrodinamis (Dx) dan dispersivitas (a x \ untuk 60Co dalam tanah jenuh dan tak
jenuh masing-masing adalah 0,85 cmVdetik dan 2,40xlO3 cm, dan untuk 137Cs masing-masing adalah 0,91
cmVdetik dan 2,54+103 cm.

ABSTRACT
MIGRATIONS OF 60Co AND 137Cs IN SATURATED AND UNSATURATED SOIL AT SERPONG
NUCLEAR RESEARCH CENTER. The migrations of 60Co and I37Cs in saturated and unsaturated soil at
Serpong nuclear research center was investigated. The objectives of this investigation are to find the geological
and hidrogeological parametres, especially for estimating the migrations of radionuclides in porous media with
advection-dispersion equations. The results showed that the porosity (n) and density (p) of saturated soil are
27.6 % and 1.35 g/cm3, and in the unsaturated soil are 18.9 % and 1.41 g/cm3. The coeficients distributions (K^)
of 60Co and l37Cs in saturated and unsaturated soils are 1.6 - 8.9 and 3.2 - 7.7 respectively. The hydrodinamic
coeficients (Dx) and dispersivity (a x ) of Co60 in saturated and unsaturated soils are 0.85 cmVsecond and 2.4 x 103
cm, and for l37Cs are 0.91 cnrVsecond and 2.54 x 103 cm.

PENDAHULUAN ke lingkungan hidup. Tahap ketiga adalah


mengembangkan metodologi pengkajian
Penyimpanan limbah hasil olahan keselamatan yang meliputi skenario pengkajian,
untuk limbah aktivitas rendah dan menengah model dan code serta pangkalan data (data
umumnya adalah di dalam lapisan tanah base). Tahap berikutnya adalah mengevalusi
dangkal (Shallow Land Burial). Fasilitas sistem PLTD, pada tahapan ini seluruh aspek
Penyimpanan Limbah Tanah Dangkal (PLTD) dikaji untuk mendapatkan informasi mengenai
ini harus didesain sedemikian rupa agar kemungkinan dan probabilitas potensi dampak
memenuhi kriteria keamanan dan keselamatan, radiologi yang dapat terjadi dan tahap terakhir
sehingga setelah pasca-operasi upaya pe- adalah membandingkan hasil pengkajian
meliharaan ataupun perbaikan tidak perlu dengan kriteria keselamatan sebagai jaminan
dilakukan dan dampak radiologi yang bahwa sistem PLTD yang akan dibangun
diakibatkannya jauh di bawah batasan dosis berada di bawah batas keamanan dan
yang direkomendasikan untuk anggota keselamatan yang direkomendasikan [2].
masyarakat [1]. Pada tahap ketiga untuk perhitungan
Pengkajian keselamatan suatu sistem kuantitatif potensi dampak radiologi
PLTD meliputi beberapa tahapan. Pertama memerlukan skenario, model dan data dari
adalah menetapkan persyaratan sistem PLTD parameter yang terdapat dalam model. Dampak
yang akan dibangun. Persyaratan ini erat radiologi diperkirakan berdasarkan analisis
kaitannya dengan kondisi alam daerah calon pelepasan, penyebaran dan perpindahan
lokasi, seperti halnya kondisi geologi, hidro- radionuklida dalam berbagai komponen.
geologi, geokimia, klimatologi, sifat fisika- Analisis dan interpretasi data perpindahan
kimia dari penahan teknis (engineered barrier), radionuklida setelah ke luar dari sistem PLTD
bentuk limbah dan kontainer, buffer material dapat dilakukan dengan berbagai model
serta struktur sistem PLTD itu sendiri. Kedua matematika. Model matematika yang umum
adalah mengindentifikasi jalur perpindahan digunakan untuk tujuan ini adalah persamaan
radionuklida yang tcrlcpas dari sistem hingga advection-dispersion. Persamaan ini diperoleh

PSPKR-BATAN 309
Presiding Presenlasi Umiali Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

dengan mengasumsikan bahwa perpindahan Penyebaran radionuklida yang disebab-


radionuklida dalam media berpori merupakan kan oleh difusi molekuler relatif sangat kecil
jumlah dari proses dispersi hidrodinamika dan dibandingkan dengan dispersi mekanik
advection. Dispersi hidrodinamika meng- sehingga (D*) dapat diabaikan [3],
gambarkan penyebaran radionuklida yang
ditentukan oleh dispersi mekanik dan difusi D
molokuler. Adveksi merupakan perpindahan
radionuklida oleh sistem aliran. Bila persamaan Persamaan (I) untuk kasus 1 dimensi
advection-dispersion dipilih sebagai model adalah.
perpindahan radionuklida, maka nilai terbaik
yang dapat mewakili tiap parameter yang dC
digunakan dalam model seperti kecepatan -Dxd-C VdC (2)
aliran air tanah rata-rata dan koefisien dispersi d.t fry} dX
hidrodinamik harus ditetapkan. Solusi Persamaan (2) untuk masukan
Penelitian ini bertujuan selain untuk berupa fungsi O(t), untuk kondisi awal C(x.t) =
melengkapi pangkalan data, juga untuk 0 pada saat t=0 dan C(x,t) = 0 pada saat x=oo
memperoleh nilai yang dapat mewakili adalah [3],
parameter-parameter geologi dan hidrogeologi
yang berperan dalam perpindahan radionuklida
dalam tanah jenuh dan tak jenuh untuk
kawasan Pusat Pengembangan Tenaga Atom
(PPTA) Serpong.

MODEL PERPINDAHAN BAHAN DAN TATA KERJA.

Persamaan advection-dispertion BAHAN DAN ALAT


adalah model deterministik yang digunakan
Tanah tak jenuh dan tanah jenuh
untuk mempcrkirakan perpindahan/migrasi
radionuklida dalam media berpori. Persamaan Tanah tak jenuh dan tanah jenuh
ini adalah berdasarkan asumsi bahwa aliran kawasan PPTA Serpong yang digunakan dalam
bergerak ke satu arah dengan kecepatan tetap penelitian ini diambil pada saat penggalian
dimana media berpori adalah isotropik dan fondasi pembuatan tempat penyimpanan
homogen, sehingga interaksi antara masa limbah aktivitas tinggi (tgl. 23 Mei '95), lokasi
terlarut (solute) dengan fasa padat adalah sama pengambilan ditunjukkan Gambar 1. Tanah tak
untuk semua titik [2, 3]. jenuh diambil pada kedalaman 0 s/d 2 meter.
o.C /7C ^ /7C Contoh tanah ini langsung dimasukkan ke
-V (0 dalam pipa pralon dengan diameter (O) dalam
d.t c)- c?.V ^^ 7,6 cm panjang (L) 150 cm, yang kedua
ujungnya kemudian ditutup dengan "dop" dan
C = aktivitas jenis radionuklida, selanjutnya dibawa ke laboratorium. Tanah
Bq/ml. jenuh diambil dari lokasi yang sama pada
Dx, Dy, Dz = koefisien difusi hidrodinamik, kedalaman 8 s/d 10 meter. Contoh tanah ini
nr/t. langsung dimasukkan ke dalam pipa paralon
dengan O dalam 7,6 cm, L= 150 cm, yang
Koefisien hidrodinamik untuk media kedua ujungnya kemudian ditutup dengan
yang homogen dan isotropik adalah sama "dop" dan selanjutnya dibawa ke laboratorium.
(Dx=Dy=Dz), koefisien ini merupakan jumlah 60
dari dispersi mekanik (ccjj dan dispersi Larutan Co dan 137Cs
molekular (D*), Larutan 60Co dan 137Cs yang digunakan
diperoleh dari PSKR dalam bentuk senyawa
c ^ V + D* klorida dengan konsentrasi jcms (C o ) masing-
V kecepatan aliran air tanah, m2/t. mrising adalah 0,41 Bq/1.

PSPKR-BATAN 310
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-2! Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Alat cacah Penentuan V dilakukan dengan mengisi bak air


I sampai pada batas tertentu, ketinggian
Aktivitas Co dan Cs dicacah permukaan air dari dasar kolam diukur (H^.
dengan spektrometer-y, yang dilengkapi dengan Selanjutnya kran air (Ki) dibuka dan
detektor HPGe dan perangkat lunak Gamma ketinggian permukaan air pada bak I
track untuk analisis jenis dan jumlali tiap dipertahankan dengan penambahan air dari
radionuklida pemancar y. reservoar. Air yang tumpah dari bak II
ditampung dan tiap interval waktu 1 jam diukur
TATA KERJA volumenya (Va, ml/jam). Percobaan ini
diulangi untuk beda ketinggian (AH) : 80, 100
Penentuan kerapatan tanah tak jenuh dan dan 140 cm. (V) untuk tiap (AH) dihitung
tanah jenuh dengan persamaan,
Densitas tanah (p) jenuh dan tak jenuh
ditentukan secara langsung, yaitu dengan
mengambil contoh tanah tersebut masing- V= (6)
masing sebanyak 1 liter. Contoh tanah ini n. A
kemudian ditimbang dan kerapatannya dihitung
dengan persamaan, Q = volume air yang keluar dari kolom
(cm3/jam).
Wt A = luas penampang kolom (cm2)
P = (4)
Koefisien permeabilitas (k, cm/det.) lapisan
tanah tersebut dihitung dengan persamaan ,
= berat tanah, g.
wt = volume tanah. cm3 Q.L
k = (7)
AH. A
Penentuan porositas tanah tak jenuh dan
tanah jenuh L = panjang kolom (cm)
Porositas (n) ditentukan dengan AH = beda permukaan air (cm)
memotong lapisan tanah jenuh dan tak jenuh
setebal 5 cm, dalam pipa pralon O dalam 7,6 Penentuan kecepatan aliran air dalam tanah
cm. Selanjutnya lapisan tanah ini direndam tak jenuh
dalam air selama 24 jam, dibiarkan dalam
udara terbuka (30C) selama 24 jam, Kecepatan aliran air dalam tanah tak
kemudian ditimbang (W o ) dan dikeringkan jenuh (infiltrasi) dilakukan dengan rancangan
dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam percobaan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
dan ditimbang kembali (W,). Porositas (n) Kecepatan aliran air dalam tanah tak jenuh
ditentukan dengan persamaan; dilakukan dengan mengalirkan air dari
reservoar, ketinggian permukaan air dalam
Wo-W, pipa paralon dipertahankan tetap dengan cara
x 100 % mengatur aliran air dari reservoar. Air yans
n = tumpah ditampung dan tiap interval waktu 1
w0 jam diukur volumenya. Dari percobaan ini
= berat basah (g.). diperoleh data kecepatan aliran air dalam tanah
Wj = berat kering (g). tak jenuh sebagai fungsi perbedaan tinggi muka
air (AH) yang dihitung dengan Persamaan (3).
Penentuan kecepatan aliran air dalam tanah Koefisien permeabilitas dihitung dengan
jenuh Persamaan (4).
Penentuan kecepatan aliran air (V)
dalam tanah jenuh dilakukan dengan rancangan
percobaan sepcrti ditunjukkan pada Gambar 2.

PSPKR-BATAN Sll
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Percobaan penyerapan 60Co dan 137Cs dalam Data densitas dan porositas lapisan
tanah jenuh tanah jenuh dan tak jenuh di PPTA Serpong
ditampilkan dalam Tabel 1. Densitas (p) dan
Percobaan ini seperti pada percobaan
porositas (n) dan lapisan tanah jenuh masing-
kecepatan aliran air dalam tanah jenuh, akan
masing adalah l,350,05 g/cm3 dan 27,6
tetapi air yang dialirkan mengandung 60Co dan
137
Cs dengan konsentrasi awal (Co) 0,40 Bq/1. 0,9%. (p) dan (n) lapisan tanah tak jenuh
Air keluaran yang terdapat dalam bak II di masing-masing adalah l,410,02 g/cm3 dan
sampling tiap interval waktu 24 jam dan 18,91,3%. Hasil pengukuran ini menunjukkan
dicacah aktivitasnya untuk mengetahui bahwa (p) tanah jenuh dan tanah tak jenuh
konsentrasi 60Co dan l37Cs. Data ini dapat tidak berbeda nyata dalam tingkat kepercayaan
menggambarkan konsentrasi 60Co dan I37Cs 95%, sedangkan nilai (n) menunjukkan
yang terserap (Ca) dalam tanah jenuh sebagai perbedaan yang nyata. Tanah jenuh
fungsi waktu. Setetelah percobaan selesai mempunyai (n) lebih besar dari tanah tak
kolom percobaan (pipa paralon) dipotong- jenuh. Hal ini disebabkan pada lapisan tanah
potong dengan interval 5 cm dan selanjutnya jenuh banyak mengandung air yang ter-
dicacah. Data ini dapat menggambarkan perangkap dalam rongga-rongga diantara butir-
distribusi penyerapan 60Co dan 137Cs dalam butir tanah, sehingga memperbesar nilai (n).
tanah jenuh. Kecepatan air (V) dalam tanah jenuh
dan tanah tak jenuh ditampilkan dalam Tabel 2
dan Gambar 4. Hasil yang diperoleh
Percobaan penyerapan 60Co dan 137Cs
menunjukkan bahwa (V) dalam tanah jenuh
dalam tanah tak jenuh
dipengaruhi oleh tinggi muka air (AH). (V)
Percobaan ini sama seperti pada dalam tanah jenuh untuk AH=1.4 m, AH= 1,0
percobaan kecepatan aliran air dalam tanah tak m dan AH=0,8 m masing-masing adalah 0,40
jenuh, akan tetapi air yang dialirkan 0,04 m/hari, 0,31 0,01 m/hari dan 0,24
mengandung 60Co dan 137Cs dengan konsentrasi 0,01 m/hari, data hasil percobaan ini memenuhi
(Co) 0,40 Bq/1. Air keluaran yang terdapat persamaan V = 0,253 AH + 0,587 dengan
dalam bak di sampling tiap interval waktu 24 R2=0,93. (V) dalam tanah tak jenuh untuk AH=
jam dan dicacah aktivitasnya untuk mengetahui 1,0 m adalah 0,66 0,03 m/hari. Data (V) di
konsentrasi 60Co dan 137Cs. Data ini dapat dalam tanah jenuh dan tak jenuh untuk
menggambarkan besarnya 60Co dan 137Cs yang kawasan PPTA Serpong terlihat mempunyai
terserap dalam tanah tak jenuh sebagai fungsi nilai relatif cukup besar. Koefisien
waktu. Setelah percobaan selesai kolom permeabilitas (k) dari tanah jenuh dan tak-
percobaan (pipa pralon) dipotong-potong jenuh masing-masing adalah 2,05 x 10"4
dengan interval 5 cm dan selanjutnya dicacah. m/detik dan 7,00 xlO"6 m/detik.
Data ini dapat menggambarkan distribusi
Konsentrasi 60Co dan 137Cs dalam air
penyerapan 60Co dan 137Cs dalam tanah tak
umpan (C/Co) setelah dilewatkan ke dalam
jenuh.
kolom yang berisi tanah jenuh dan tak jenuh
ditunjukkan dalam Gambar 5 dan Gambar 6.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 5 menampilkan (C/Co, %) 60Co dan
137
Cs yang terkandung dalam air umpan setelah
Lapisan tanah disekitar sumur pantau
dilewatkan dalam kolom berisi tanah jenuh.
(SP.4), pada kedalaman 0 - 2,0 m adalah
Data ini menunjukkan bahwa selama 1 - 7 hari
lapisan laterit yang berwarna coklat dengan
pertama penyerapan 60Co dan 137Cs oleh tanah
porositas sedang. Kedalaman 2,0 - 4,0 m
jenuh mendekati 100 %. Setelah waktu > 7 hari
adalah lempung laterit yang berwarna
C/Co terns meningkat dan mencapai maksimal
kemerahan dengan porositas sedang.
Kedalaman 4,0 - 11,8 m adalah lempung setelah pengaliran selama 23 hari. Data ini
pasiran yang berwarna abu-abu keputihan dan memberikan informasi bahwa tanah jenuh
pada kedalaman 11,8 - 17.9 m adalah lapisan tersebut telah menyerap C0Co dan 137Cs secara
pasir yang berwarna abu-abu kehitaman yang maksimal setelah pens: aliran umpan selama + 7
mengandung bahan-bahan vulkanik [4]. hari. Total 60Co dan ' Cs yang diserap selama
7 hari relatif sama yaitti 4132,8 Bq dan total

PSPKR-BATAN 312
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

tanah jenuh yang terdapat dalam kolom adalah yang digunakan adalah untuk AH = lm, hal ini
6126,7 g. Konsentrasi 60Co dan 137Cs dalam berdasarkan data lapangan untuk kali Cisalak
tanah jenuh masing-masing adalah 0,67 Bq/g, dengan muka air di daerah PPTA Serpong.
koefisien distribusi (Kd) masing-masing adalah Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai
sebesar 1,6. (Dx) dalam tanah jenuh dan tak jenuh untuk
Gambar 6 menampilkan 60Co dan Co-60 masing-masing adalah 0,84 cm2/detik
137
Cs dalam air umpan setelah dilewatkan dan 0,86 cm2/detik, sedangkan (a^) masing-
dalam kolom yang berisi tanah tak-jenuh. Data masing adalah 2,33 E+03 cm dan 2,40 E+03
ini menunjukkan bahwa penyerapan selama 1 - cm. Nilai (D x ) dalam tanah jenuh dan tak jenuh
7 hari meningkat dengan slope yang kecil, untuk Cs-137 masing-masing adalah 0,93 cm2/
namun setelah > 7 hari meningkat dengan tajam detik dan 0,89 cm2/detik, sedangkan nilai (o^)
dan mencapai maksimal setelah 23 hari. Data masing-masing adalah 2,5 9 E+03 cm dan
ini menunjukkan bahwa selama pengaliran 2,48E+03 cm. Data ini menunjukkan bahwa
umpan 1 - 7 hari penyerapan e0Co dan 137Cs > nilai (D x ) dan (ccj,) untuk radionuklida yang
97 %. Total 60Co dan 137Cs yang terserap berbeda dalam tanah jenuh dan tak jenuh
8351,7 Bq. Aktivitas jenis 60Co dan 137Cs menunjukkan perbedaan yang nyata.
dalam tanah tak-jenuh masing-masing adalah
1,3 Bq/g setara dengan nilai Kd sebesar 3,2. KESIMPULAN
Nilai Kd 60Co dan 137Cs dalam tanah tak-jenuh
2 kali relatif lebih besar dibandingkan dalam Porositas (n) dan densitas (p) tanah
tanahjenuh. jenuh dan tak jenuh PPTA Serpong masing-
Distribusi penyerapan 60Co dan 137Cs masing adalah 27,6 % dan 1,35 g/cm3 serta
dalam tanah jenuh dan tak jenuh setelah 18,9% dan 1,41 g/cm3. Permeabilitas (k) dan
pengaliran umpan selama 23 hari ditunjukkan kecepatan aliran air tanah (U) tanah jenuh dan
dalam Gambar 7 dan 8. Gambar 7 tak jenuh PPTA Serpong masing-masing
menampilkan penyerapan Co dan 37Cs dalam adalah 2,1 E-04 m/detik dan 0,31 m /hari serta
tiap interval 5 cm (306 g) kolom yang berisi 7,0E-06 dan 0,66 m/hari. Koefisien distribusi
tanah jenuh setelah pengaliran umpan selama (Kd) dari 60Co dan 137Cs dalam tanah jenuh
23 hari. Data ini menunjukkan bahwa PPTA Serpong masing-masing adalah 1,6 -
konsentrasi 60Co dan 137Cs menurun secara 8,9 dan 3,2 - 7,7. Nilai koefisien difiisi hidro-
eksponensial terhadap panjang kolom/ dinamis (Dx) dan dipersivitas (cc^) untuk tanah
ketebalan. Pada ketebalan 35 - 60 Cm serapan jenuh dan tak jenuh untuk 60Co masing-masing
menunjukkan konstan, pada kondisi ini nilai Kd adalah 0,85 enr/detik dan 2,40 E+03 cm. Nilai
rata-rata masing-masing adalah 6,4 untuk 60Co koefisien difusi hidrodinamis (Dx) dan diper-
dan 9,9 untuk 137Cs. sivitas (a^) untuk tanah jenuh dan tak jenuh
Gambar 8 menampilkan penyerapan untuk l37Cs masing-masing adalah 0,91 cm2/
60
Co dan I37Cs dalam tiap interval 5 cm (320 g) detik dan 2,54 E+03 cm.
kolom yang berisi tanah tak-jenuh setelah
pengaliran umpan selama 23 hari. Data ini DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa konsentrasi 60Co dan 137Cs
menurun secara eksponensial terhadap 1. LUBIS E., Analisis Pendahuluan Kese-
ketebalan. Pada ketebalan 55 - 75 cm lamatan Fasilitas Penyimpanan Limbah
konsentrasi relatif konstan. Nilai K^ rata-rata Tanah Dangkal di PPTA Serpong,
masing-masing adalah 8,9 untuk 60Co dan 7,7 Prosiding Seminar III Teknologi Dan
untuk 137Cs. Keselamatan PLTN Serta Fasilitas
Data hasil percobaan yang terdapat Nuklir, PPTA Serpong, 5-6 September
dalam Gambar 7 dan Gambar 8 selanjutnya 1995.
digunakan untuk mendapatkan nilai koefisien 2. G.L. MOLTYANER., C. PANICONL,
hidrodinamis (D x ) dan dispersivitas (a x ) dalam Migration Of Radionuclides In Porous
tanah jenuh dan tak jenuh berdasarkan Media: Analysis Of Experimental Data,
Persamaan (4) dengan metode iterasi. CRNL April 1984, AECL-8254.
Kecepatan aliran air tanah untuk tanah jenuh

PSPKR-BA i'AN 313


Prosiding Prescnlasi llmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085

3. CHAMP, D.R., MOTYANER,G.L, A 2. Ya. Kandungan unsur makro dan mikro


Down-hole Column Technique For Field serta pH berkaitan erat dengan mekanisme
Measurement Of Transport Parameters, perpindalian zat radioaktif/radionuklida
CRNL Octobre 1985, AECL-8905. dalam tanah.
4. Penelitian Air Tanali Dangkal dan
Pembuatan Sumur Pantau Disekitar Rofiq Syaifudin - PSPKR :
Reaktor Serbaguna Puspitek, Serpong, 1. Apakah perbedaan tanah jenuh dan tak
Fakultas Teknologi Mineral, ITB, 1987. jenuh , apakah hanya dari konsentrasi air
5. MATSUZURU, H., KIMURA.H. saja ?
Methodology Of Safety Assessment For 2. Apakah parameter lain yang membedakan
Radioactive Waste Disposal, JAERI, tanah jenuh dan tak jenuh.
Tokai, Naka, Ibaraki, 319-11, Japan.
6. MATSUZURU,R WAKABAYASHI,N, Erwansyah Lubis :
Development of Safety Assessment 1. Sama dengan pertanyaan Bapak Mulyono.
Methodology For Shallow-Land Disposal 2. Jenuh dengan kandungan air.
Of Low-Level Radioactive Waste, Low
and Intermediate Level Radioactive
Waste Management Vol. 1, 1989.
7. JOSEPH E. DOWLES., Physical and
geotechnical properties of soils, second
Tabel 1 : Densitas (p) dan porosilas (n) tanah jenuh dan
editions, Me. Graw Hill. Inc, 1984. tanah tak jenuh di PPTA Serpong

Percoba Tanah jenuh Tanah tak jenuh


an p(gr/cm3) n(%) p(gr/cm3) n(%)
DISKUSI 1 1,39 27,6 1,41 17,7
2 1,44 27,7 1,38 18,9
3 1,39 28,9 1,39 20,1
Fransisca - PAIR : 4 1,32 28.9 1,39 17,3
Apakah hasil penelitian ini sudah diaplikasikan 5 1,30 26,7 1,44 19,4
untuk mendesain PLTD ?. Sejauh mana 6 1,35 28,8 1,42 21,0
7 1,30 26,8 1,43 19,8
penerapannya ? 8 1,35 26,0 1,37 17,6
Erwansyah Lubis : 9 1,29 27,2 1,39 17,3
PTPLR saat ini (khususnya Bidang 10 1,35 27,8 1,43 20,4
Rerata l,35O,O5 27,60,9 1,41+0,02 18,91,3
Keselamatan Kerja dan Lingkungan) sedang
melakukan studi yang terintegrasi untuk desain
PLTD dan data yang diperoleh akan
diimplementasikan dalam desain PLTD tsb.
Sebagian besar data yang diperoleh akan Tabel 2 : Kecepatan aliran air (v) dalam tanah jenuh dan
tanah tak jenuh di PPTA Serpong
diadopsi dalam desain karena merupakan "site
specific data". v(m/hari)
Percoba Lapisan tanah jenuh Tanah
Mulyono Hasyim - PSPKR : an tak jenuh
1. Apakah maksud/definisi/kriteria "tanah AH=140 AH=100 AH=80 AH=100
1 0,42 0,34 0,25 0,688
jenuh dan tanah tak jenuh" ? 2 0,40 0,31 0,31 0,640
2. Apakah kriteria tanah ada hubungannya 3 0,40 0,30 0,22 0,611
dengan kandungan unsur makro dan mikro, 4 0,38 0,30 0,23 0,682
5 0,37 0,32 0,24 0,680
atau dengan pH tanah dan struktur tanah ? 6 0,42 0,31 0,24 0,662
Rerata 0,400,04 0,310,01 0,240,01 0,660,03

Erwansyah Lubis :
1. Tanah jenuh adalah tanah yang terdapat
dalam lapisan akuiver pertama. Jadi tanah
tersebut selalu jenuh oleh air.

PSPKR-BATAN 314
Prosidiiig Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

0.7

0.6
Lokasi peng-
fi-robllan suropol
J= o.s
tanab SP.4
V = 0,253 AH + 0,587
>' 0.4

0.3

0.2

0.1

0 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6

AH,m
Gambar 4 : Kurva regresi kecepatan aliran air tanah di
PPTA Serpong

Gambar 1 : Peta aliran air tanah dangkal di PPTA


Serpong (Laporan ITB, tahun 1978)

V = 3,59x lO"4 cm/det.


p = 1,35 g/cm3
o k = 2,1 x lO^m/det. / Co"0
O n =27,6% y
BAK : 0 = 45.4 cm2 /
60

BAK II

Tonah jenuh
(
9 ] I 13 16 17 10 21 23 26
Wafclu (hafl)
K
Gambar 5 : Konsentrasi Co-60 dan Cs-137 dalam air
Gambar 2 : Rancangan penelitian kecepatan aliran air setelah melewati kolam tanah jenulT
dalam tanah jenuh di PPTA Serpong.
00
V = 7,64 x lO^cnv'det.
3
P = 1,41 g/cm H^-i^
80 6
- k = 7,0 x 10- in/det /J^Co"
n ~ 18,9 % / /
2
0 = 45,4 cm / /
60

40
1
/
20

A
/
0 - -(r
3 5 7
i i

9
i i i i i

Jl 13 J6 17 19 21 23 2
i i

Wolrlu (horl)
Gambar 3 : Rancangan penelitian kecepatan aliran air Gambar 6 : Konsentrasi Co-60 dan Cs-137 dalam air
dalam tanah tidak jenuh di PPTA Serpong setelah melewati kolam tanah tak jenuh

PSPKR-BATAN 315
Presiding Prescntasi Iimiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

C 50
O
W +6
I\ = 0,86 cm2/deL
aL = 2 , 4 0 x 10 3 cm.
t,
= data perhitungan
C
2 36 = data penelitian tanah jenuh
4 = data penelitian tanah tak jenuh
a 3o

0 10 30 30 *0 60 60 70 60 90 100
Panjang kolom (cm)
Gambar 7 : Konsentrasi Co-60 dalam tanahjenuh dan
tak jenuh setelah 23 hari percobaan

DL = 0,93 cni2/det.
aL =2,59xl03cm.
= data perhitungan
= data penelitian tanahjenuh
= data penelitian tanah tak jenuh

0 10 20 30 +0 60 60 70 80 0 100
PanJajH kolom (cm)

Gambar 8 : Konsentrasi Cs-137 dalam tanah jenuh dan


tak jenuh setelah 23 hari percobaan

PSPKR-BATAN 316
Presiding Presentasi Hmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0S54 - 4085 ID0000099

PENGKAJIAN DAMPAK PLTN TERHADAP LINGKUNGAN:


PENGARUH KENAIKAN SUHU AIR LAUT TERHADAP POPULASI
PLANKTON
Poppy Intan Tjahaja, Pujadi,
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN
Supriharyono, Nonna Aviati, Ruswahyuni, Hen Busono
Lembaga Penelitian-UNDIP

ABSTRAK
PENGKAJIAN DAMPAK PLTN TERHADAP LINGKUNGAN: PENGARUH KENAIKAN SUHU
AER LAUT TERHADAP POPULASI PLANKTON. Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh
kenaikan suhu air laut terhadap populasi plankton, untuk memprakirakan dampak PLTN terhadap lingkungan.
Plankton yang diambil dari perairan Jepara, Semenanjung Muria, ditumbuhkan pada medium pertumbuhan, yaitu
air laut yang diperkaya dengan pupuk silikat. Pemeliharaan dilakukan pada suhu yang bervariasi dari 34 C sampai
46 C dan dilakukan penghitungan jumlah individu plankton dua kali sehari sampai jumlah plankton berkurang
95%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi pengurangan jumlali individu plankton pada medium
pertumbuhan yang diberi suhu di atas sului nonnal (34 C). Laju pengurangan jumlah individu plankton berbanding
lurus dengan kenaikan suhu. Pada suhu di atas 40 C tidak ada plankton yang mampu bertahan hidup lebih dari 24
jam.

ABSTRACT
ASSESSMENT OF NUCLEAR POWER PLANT IMPACT TO THE ENVIRONMENT. EFFECT OF
SEA WATER TEMPERATURE INCREASE ON PLANKTON POPULATION. Research to study the effect of
sea water temperature increase on plankton population had been carried out to predict nuclear power plant impact
to the environment. Plankton collected from Jepara waters, Muria Peninsula, was grown on growth medium i.e. sea
water enriched with silicate fertilizer. Plankton growth was maintained at temperature varied from 34 C to 46 CC
and the amount of plankton individu was counted twice a day until it was reduced about 95%. The results showed
that the reduction of amount of plankton individu occured on the medium with temperature above the ambient
temperature (34 C). The rate of reduction is linear to the temperature increase. There is no plankton survived at
temperature above 40 C for more than 24 hours.

PENDAHULUAN
panas pada garis pantai [1J. Hal ini perlu
Peningkatan kebutuhan listrik di mendapat perhatian yang cukup serius
Indonesia tercermin dari rencana pemerintah mengingat PLTN mempunyai efisiensi termis
untuk mendirikan berbagai jenis pembangkit yang rendah bila dibandingkan dengan
listrik di berbagai tempat di Indonesia. Di pembangkit listrik konvensional, yang berarti
samping pembangkit listrik konvensional yang panas buangan yang dihasilkan oleh PLTN
sudah ada, sedang atau yang akan dibangun, untuk setiap satuan MW daya listrik yang
pemerintah juga merencanakan membangun dihasilkan lebih besar dari pada yang
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) untuk dihasilkan pembangkit listrik konvensional.
memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia di Sebagai gambaran, Soegiarto (1975) [2]
masa datang. PLTN ini rencananya akan menyebutkan bahwa pembangkit listrik dengan
dibangun di daerah Semenanjung Muria, atau bahan bakar minyak dengan kapasitas 1 juta
tepatnya di Ujung Lemahabang, yang terdapat kW dan efisiensi 40% akan membuang air
di desa Balong, Kecamatan Bangsri, sebanyak 110 juta liter per jam dan menaikkan
Kabtipaten Jepara, Jawa Tengah. suhu air laut sebesar 8,3 C, sedang PLTN
PLTN yang nantinya terletak di tepi dengan kapasitas sama dengan efisiensi 30%
pantai ini direncanakan akan memanfaatkan akan membuang air sebanyak 190 juta liter per
sejumlah besar air laut untuk pendingin jam dan menaikkan suhu 8,3 C. Sebagai
reaktor. Air laut pada jarak 10 km dari pantai contoh, PLTU Priok unit III dan IV yang
akan dihisap ke instalasi PLTN dan akan beroperasi saat ini menyebabkan kenaikan suhu
dtkeluarkan kembali kc laut dalam bentuk air air laut di sekitar tempat. pembuangan air panas

PSPKR-BATAN 317
Presiding Presentnsi Ilmiali Kcselamataii Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

sebesar 2 - 4C [3], sedang PLTN di Amerika, jaring plankton yang dilengkapi dengan "flow
mengakibatkan kenaikan suhu air di tempat meter" untuk mengetahui volume air laut yang
pelepasan berkisar antara 6,3C - 19C [4]. melewati jaring. Plankton yang tersaring
Kenaikan suhu air laut yang cukup kemudian dihitung dan diidentifikasi jenisnya
besar yang mungkin diakibatkan oleh peng- (genera) dengan bantuan mikroskop binokuler
operasian PLTN nantinya, diduga akan dan gelas objek "sagewitch" bervolume 1 ml
menimbulkan danipak terhadap lingkungan laut (1000 kotak). Pengambilan sampe! dilakukan 4
di sekitar lokasi PLTN. Hal ini sangat mungkin kali pada bulan November dan Desember 1995.
terjadi berkaitan dengan toleransi biota laut
yang hidup di dalainnya terhadap perubahan 2. Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap
suhu lingkungan hidupnya. Biota akuatik yang populasi plankton
hidup di daerah beriklim sedang dan dingin
umumnya toleran terhadap perubahan suhu Dari sampel plankton yang tersaring,
yang besar. Namun sebaliknya, biota akuatik diambil sebanyak 25 ml dan diinokulasikan ke
yang hidup di perairan tropik yang suhu dalam labu kultur dengan volume 1000 ml
lingkungan hidupnya hampir konstan sepanjang yang telah berisi air laut dan diletakkan di
tahun (suhu perairan pantai berkisar antara dalam "water bath" dengan suhu 34C (sebagai
27C dan 31C), biasanya tidak cukup toleran kontrol), 36C, 38C, 40C, 42C, dan 46C.
terhadap perubahan suhu yang besar. Hal ini Sebagai nutrien digunakan pupuk silikat.
juga diperkuat dengan keadaan suhu perairan Populasi plankton diamati setiap hari
yang relatif tinggi, yang menjadikan biota yaitu pagi dan sore sampai jumlah populasinya
akuatik di daerah tropis hidup pada suhu hanya menurun sebanyak 95% dari populasi semula.
beberapa derajat di bawah batas suhu letalnya, Plankton yang akan diamtai diambil dari labu
sehingga kenaikan suhu sedikit saja sudah kultur sebanyak 1 ml, kemudian dihitung
dapat menyebabkan kematian [5]. jumlahnya dengan bantuan miroskop binokuler
dan gelas objek "segewitch".
Dalam penelitian ini akan diteliti pe-
Penelitian ini dilakukan dalain dua
ngaruh kenaikan suhu air laut terhadap popu-
tahap karena keterbatasan alat, tahap pertama
lasi plankton, untuk mengkaji dampak lepasan
adalah perlakuan dengan variasi suhu 34C
air panas dari PLTN yang direncanakan akan
sampai 40C dan tahap berikutnya dari 40C
dibangun terhadap lingkungan. Plankton dipilih
sampai 46C.
sebagai biota air yang diteliti karena dalain
ekosistem laut plankton merupakan produsen
primer, yang apabila keberadaannya terganggu HASIL DAN PEMBAHASAN
akan menyebabkan terganggunya kehidupan
biota lainnya yang berada di tingkat tropik di Dari hasil pengamatan sampel
atasnya pada piramida makanan. plankton di perairan Jepara pada bulan
November 1995 teramti ada 30 jenis plankton,
seperti yang didaftar dalam Tabel 1.
TATA KERJA
Kepadatan plankton di perairan tempat
pengambilan sampel bervariasi menurut waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium
pengambilan sampel. Hal ini berkaitan dengan
Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas
jumlah curah hujan. Dalam Tabel 2
Diponegoro, Jepara, dan meliputi dua kegiatan
diperlihatkan variasi kepadatan plankton
penelitian, yaitu studi kepadatan plankton di
berdasarkan waktu pengambilan sampel,
perairan Pantai Kartini, Jepara dan studi
jumlah curah hujan, salinitas dan pH. Suhu air
pengaruh suhu air laut terhadap populasi
laut pada saat pengambilan sampel tidak
plankton.
berubah, yaitu 34C.
Banyaknya jumlah curah hujan pada
1. Kepadatan plankton di perairan Pantai
tanggal 14 Desember 1995 (82 mm) telah
Kartini, Jepara
mengakibatkan terjadinya pengenceran air laut
Studi kepadatan plankton dilakukan di lokasi tempat pengambilan sampel, yang
dengan mengambil sampel plankton di perairan mengakibatkan trjadinya penumnan salinitas,
Pantai Kartini, Jepara, dengan mcnggunakan pH, dan kepadatan plankton.

PSPKR-BATAN 318
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Tabel 1. Jenis plankton yang ditemui di lokasi


pengambilan sampel di pantai Kartini, Jepara, Hasil penelitian pengaruh kenaikan
pada bulan November 1995. suhu terhadap populasi plankton ditampilkan
dalam Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa
No. Genera No. Genera dalam kondisi suhu normal jumlah plankton
1. Aulacantha 16. Net fin m relatif konstan sampai 57 jam setelah plankton
2. Chaetoceros 17. Nitschia diinokulasikan ke dalam medium percobaan,
dan jumlahnya terlihat berkurang pada jam ke
3. Chtorella 18. Nodulaha
72. Berkurangnya jumlah plankton pada
4. Chrysococcus 19. Nostoc medium kontrol mungkin disebabkan karena
5. Coccus 20. Oscillatoria umur plankton relatif pendek dan keterbatasan
6. Coscinodiscus 21. Pleurotaenium unsur hara dalam medium pertumbuhan,
7. Dactyliosolen 22. Prorocentrum
sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidup plankton untuk berkembang biak. Jumlah
8. Euglena 23. Rhizosolenia
plankton dalam medium pertumbuhan dengan
9. Eupo discus 24. Scenedesmus suhu 36C sampai 46C, mengalami penurunan
10. Glenodium 25. Schroederia dengan berjalannya waktu. Perbandingan
11. Gloeotrichia 26. Skletonema kecepatan penurunan jumlah individu plankton
pada medium pertumbuhan dengan variasi suhu
12. Gymnodium 27. Spirogyra
dapat dilihat pada Gambar 1.
13. Holopedium 28. Spirulina
14. Mougeotia 29. Synedra
15. Nephrocytium 30. Volvox

Tabel 2. Kepadatan plankton di lokasi pengambilan sampel di pantai Kartini, Jepara, pada bulan
November dan Desember 1995
Waktu Kepadatan Jumlah curali Suhu air laut Salinitas pH
pengambilan plankton hujan
sampel (individu /1) (mm) (C) (7oo)
19Nov'95 4.060.000 - 34 33 8,0
23 Nov '95 6.527.000 - 34 33 8,0
14Des '95 567.000 82 34 25 7,5
19 Des '95 1.555.000 8 34 25 7,5

Tabel 3. Jumlah individu plankton per 0,01 ml media pertumbuhan


Waktu Jumlah individu /0,01ml
(jam)
34 C 36 C 38 C 40 C L 42 C 44 C 46 C
0 24 23 19 16 18 14 10
9 24 22 18 15 14 10 6
15 - - - - 10 6 2
24 23 19 16 13 5 2 0
33 23 18 13 9
39 - - - -
48 23 17 12 7
57 21 13 9 4
72 17 10 6 0
- = tidak dilakukan petigamatan

PSPKR-BATAN 319
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Pada Gambar 1 terlihat bahwa dengan tempat hidupnya lebih atau kurang dari suhu
semakin tingginya suhu medium pertumbuhan, optimum untuk proses reproduksi, yang
penurunan jumlah individu plankton semakin spesifik untuk setiap jenis biota, maka akan
cepat. Pada medium pertumbuhan dengan suhu menyebabkan gangguan pada proses
36C dan 38C atau 2C dan 4C di atas suhu pertumbuhan atau reproduksi biota tersebut.
normal jumlah individu berkurang separulmya Penelitian lapangan yang dilakukan di
setelah 72 jam, sedang pada medium perairan di lokasi lepasan air pendingin reaktor
pertumbuhan dengan suhu 40C jumlahnya di Amerika Serikat menunjukkan adanya
berkurang separuhnya setelah 48 jam. Pada kenaikan mortalitas phytoplankton dengan
medium pertumbuhan dengan suhu lebih dari meningkatnya suhu air laut di atas normal [6],
40C plankton tidak dapat bertahan hidup lebih Mortalitas phytoplankton mencapai hampir
dari 24 jam. Hanya ada beberapa jenis 60% pada kenaikan suhu air laut antara 10C
plankton yang masih ditemukan dalam medium dan i r e . Dari hasil penelitian di lapangan
pertumbuhan dengan suhu 40C atau lebih, diketahui bahwa beberapa jenis biota laut
yaitu Coccus, Coscinodiscus, Nitschia, berkurang populasinya akibat terjadinya
Rhizosolenia, dan Skletonema. kenaikan suhu air laut di sekitar tempat lepasan
Meningkatnya suhu medium tempat air pendingin reaktor. Sebagai contoh adalah
hidup biota biasanya membawa pengaruh bagi bentos, yaitu hewan laut yang hidupnya
kehidupan biota yang hidup di dalamnya. menempel pada substrat di laut. Pada saat suhu
Kenaikan suhu dapat menyebabkan penurunan air laut di dekat reaktor di Florida, Amerika
daya larut oksigen dalam air yang meng- Serikat, naik sebesar 5C sampai 7C di musim
akibatkan kemampuan oksidasi air terhadap panas, terjadi kenaikan mortalitas biota ini [5].
bahan-bahan organik menurun, sehingga proses Biota lain yang mungkin akan terkena dampak
pembusukan menjadi lambat. Hal ini akan kenaikan suhu air laut adalah ikan, seperti yang
mengakibatkan penurunan kualitas air. Selain terjadi di beberapa perairan di Amerika Serikat
itu, secara biologik kenaikan suhu medium [6,7].
tempat hidup plankton mempengaruhi repro-
duksi dan pertumbuhan plankton. Apabila suhu

120

e< 100
- -Q Q..

T = 34 C
P 80 - Vvi, "-.-...
v

'...<""

60 -
n v... = 36^0

\ q ' ... ""


ft 40 - V.
o> t \
co
d T = 42 C
a
T = 38*0
20 i T = 40C
co T = 46 c b
T == 44C
PL,
_I L i i , i
0 i

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Waktu (jam)

Gambar I. Laju penurunan popuiasi plankton pada suhu medium bcrvariasi antara 34C dan 46C.

PSPKR-BATAN 320
Prosiding Presentasi Ilmiah Keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN : 0854 - 4085

Dari hasil penelitian laboratoris ini biota laut lain yang berada di tingkat tropik di
terlihat bahwa kenaikan suhu air laut sebesar atasnya, yang akhirnya dapat menyebabkan
2C sampai 12C telah mempengaruhi populasi terganggunya ekosistem laut di tempat itu.
plankton melalui reduksi populasi plankton Lepasan air panas dari instalasi PLTN
dengan meningkatnya suhu. Namun demikian di negara-negara yang beriklim sedang
hal ini belum tentu terjadi dalam keadaan yang mempunyai dampak positif, yaitu pada musim
sebenaraya di lapangan, mcngingat kondisi di dingin dapat mempercepat penetasan dan
lapangan sangat komplek. Akibat jangka pertumbuhan telur ikan, serta dapat
pendek dari kenaikan suhu seperti yang dimanfaatkan untuk pemanas lingkungan
diperoleh dari penelitian secara laboratoris ini pantai tempat rekreasi pada musim dingin.
yang kelihatannya membahayakan, pada Mengingat di Indonesia yang beriklim tropis
kenyataannya mungkin jadi kurang berbahaya. dimana suhu udara cukup panas sepanjang
Hasil penelitian ini nantinya dimaksud- tahun, kenaikan suhu air akibat lepasan air
kan untuk mengkaji dampak pengoperasian pendingin PLTN perlu diwaspadai, karena
PLTN di Semenanjung Muria, yang dikhawatirkan akan menaikkan suhu air laut di
direncanakan akan berkapasitas 7200 MWe. sekitarnya sampai batas toleransi kehidupan
Menurut pengalaman Amerika Serikat yang biota laut, yang dari hasil penelitian ini
telah mengoperasikan PLTN untuk memenuhi diketahui sebesar 40C.
kebutuhan listriknya, lepasan air pendingin Oleh karena itu apabila rencana
reaktor akan mengakibatkan kenaik-an suhu pembangunan PLTN akan direalisasikan perlu
berkisar antara 6,3C dan 19C. Pada musim dipikirkan suatu teknologi atau disain sistem
dingin dimana suhu udara rendah maka pendinginan reaktor yang air lepasannya tidak
kenaikan suhu yang cukup besar tidak akan akan mengakibatkan kenaikan suhu air laut
mempengaruhi kehidupan biota, bahkan di sampai batas toleransi kehidupan biota laut di
beberapa wilayah beriklim sedang justru akan perairan Semenanjung Muria.
meningkatkan produktivitas primer phyto-
plankton. Sebaliknya pada musim panas, KESIMPULAN
kenaikan suhu badan air akan menyebabkan
berkurangnya produktivitas phytoplankton Dari uraian di atas diketahui bahwa
akibat panas [4]. Dari hasil penelitian kenaikan suhu medium percobaan (air laut
phytoplankton laut di selatan California [6] yang diperkaya dengan pupuk silikat) telah
diketahui bahwa tidak terlihat adanya efek dari mengakibatkan penurunan populasi plankton.
lepasan panas terhadap populasi algae apabila Laju penurunan populasi ini berbanding lurus
suhu normal air kurang dari 15 C. Akan tetapi dengan besarnya suhu medium, yaitu terjadi
jika suhu normal air laut berkisar antara 17C penurunan yang cepat dengan semakin
dan 20C dan terjadi kenaikan suhu sebesar tingginya suhu. Diketahui pula bahwa batas
9C sampai 11 C, maka terlihat kenaikan yang toleransi kehidupan plankton adalah pada suhu
nyata tingkat mortalitas algae. 40C, dimana di atas suhu tersebut (42C,
Melihat pengalaman di atas, apabila 44C, dan 46C) plankton tidak dapat bertahan
nanti PLTN di Semenanjung Muria beroperasi hidup lebih dari 24 jam. Dari lebih kurang 30
dan terjadi kenaikan suhu sebesar 10C jenis plankton yang ditemukan di perairan
(kenaikan suhu rata-rata akibat lepasan air Jepara, hanya jenis-jenis tertentu saja yang
pendingin reaktor di Amerika Serikat), yang mampu bertahan hidup pada suhu lebih dari
berarti suhu air laut akan mencapau 44C, 40C.
maka sangatlah mungkin akan terjadi Hasil penelitian ini dipadukan dengan
penurunan populasi plankton di perairan hasil penelitian lapangan lainnya diharapkan
Semenanjung Muria, mengingat dari hasil dapat dijadikan dasar untuk mengkaji dampak
percobaan ini terlihat bahwa di atas suhu 40 C yang mungkin ditimbulkan oleh pengoperasian
plankton tidak dapat bertahan hidup lebih dari PLTN di masa datang, sehingga kerusakan
24 jam. Penurunan populasi plankton yang ekosistem laut di sekitar Semenanjung Muria
dalam ekosistem laut merupakan produsen dapat dihindari.
primer tentm:va akan mengganggu kchidupan

PSPKR-BAT .* \' 321


Presiding I'resentasi Ihniali keseiamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0S54 - 4085

DAFTAR PUSTAKA dimungkinkan oleh struktur/bentuk sel


plankton, seperti ketebalan dinding sel.
1. NEWJEC, Kerangka Acuan Analisis 2. Keniakan suhu kurang dari 6 C (kurang
Mengenai Dampak Lingkungan, 1996. dari 40 C).
2. 2.SOEGIARTO, A. dan KASIJAN, R., 3. Bisa dibuat korelasi/hubungan antara
Pencemaran Air Panas Terhadap Laut Perlu kenaikan suhu dengan jumlah/populasi
Mendapat Pcrhatian KJiusus Dalam plankton.
Pembangunan PLTN, Presiding Lokakarya
Keselamatan Reaktor dan Segi Humasnya, Gatot Suhariyono - PSPKR :
BAT AN, Semarang (1976). 1. Bagaimana cara mengukur banyaknya
3. MARTONO, I. A., Kemungkinan Pen- plankton sebab setahu saya plankton itu
cemaran Karena Pembangkitan Tenaga kecil-kecil ?.
Listrik di Jakaita, Publikasi Lembaga 2. Apa dampaknya terhadap PLTN tcrutama
Masalah Ketenagaan 05-ER-75 (1975). buangan air pendingin ke laut (menurut
4. IAEA, Environmental Effects of Cooling USA naik 10 C) karena menu rut penclitian
Systems, Technical Report Series No.202, Saudari makin naik suhunya makin ber-
Vienna (1980). kurang jumlah plankton ?. Apakah bisa
5. GLASSTONE, S. and JORDAN, W. H., disimpulkan buangan air pendingin
Nuclear Power and Its Environmental membahayakan ekosistem air laut terutama
Effects, American Nuclear Society, Illinois makhluk hidup seperti plankton, ikan dll. ?.
(1981).
6. BRIAND, F. J. P., Effects of Power-Plant Poppy Intern T. :
Cooling Systems on Marine Phytoplankton, 1. Plankton dihitung dengan bantuan
Marine Biology, 33 (1975). mikroskop dengan perbesaran 40-100 kali.
7. BECKER, C. D., Aquatic Bioenvironmental 2. Dari hasil penelitian di laboratorium,
Studies : The Hanford Experience 1944 - mcmang terlihat jumlah plankton menurun
84, Elsvicr, Amsterdam (1990). dengan bertambahnya suhu. Namun
keadaan di lapangan belum tentu demikian
mengingat banyak faktor-faktor lain. Di
DISKUSI negara dengan 4 musim kenaikan suhu air
laut akibat PLTN pada musim dingin justru
Warmo S. - BTKL : memberi dampak positif bagi kehidupan
1. Mohon dijelaskan hubungan kenaikan suhu ikan. Tetapi perlu diingat bahwa di
34C - 46C terhadap populasi plankton Indonesia yang suhu air lautnya tinggi
baik jumlah dan jenisnya ?. kemungkinan yang timbul adalah dampak
2. Pada suhu berapa yang masih aman bagi negatifnya.
plankton ?.
3. Apakah bisa dibuat koreksi dari kenaikan Rofiq Syaifudin - PSPKR :
suhu (1C, 2 C, dst.) dengan kematian 1. Apakah yang menyebabkan berkurangnya
plankton baik jumlah dan jenisnya ?. jumlah plankton pada suhu normal (34 C) ?
2. Dampak apa yang timbul bila jumlah
Poppy Intern T. : plankton berkurang drastis akibat suhu naik
1. Kenaikan suhu akan mengakibatkan daya akibat operasi PLTN ?.
larut O2 dalam air menurun sehingga proses
degradasi bahan organik terhambat Poppy In tan T. :
akibatnya kualitas menurun dan jumlah 1. Mungkin disebabkan karena berkurangnya
plankton menurun. Kenaikan suhu juga jumlah nutrisi dan menurunnya kualitas air
menyebabkan terganggunya reproduksi mengingat sistem yang digunakan adalah
plankton yang membutuhkan suhu tertentu. tertutup yang berbeda dengan kondisi di laut
Mcmang ada jenis plankton tertentu yang yang selalu berubah karena adanya arus.
tahan terhadap suhu tinggi yang 2. Seperti diketahui plankton merupakan
produsen primer dalam ekosistem laut, yang

PSPKR-BATAN 322
P r o s i d i n p IVesentasi llmi.ih Kosolam;it;m R;idi:isi d a n f,ingkunt;;in. 2 0 - 2 1 Agusius
ISSN : ( I N 5 4 - 4 0 8 5

artinya merupakan bahan makanan bagi 2. Apa yang menyebabkan jumlah plankton
biota laut lainnya. Sehingga apabila berkurang pada suhu normal ?.
populasinya berkurang, akan mengganggu 3. Jika pada suhu di atas 40 C semua plankton
kehidupan biota Iain seperti kerang dan mati, bagaimana saran Anda terhadap
ikan. STSK karena masalah ini akan menjadi
penghambat pembangunan PLTN ?.
An fin S. Kustiono - PSPKR :
1. Berapa suhu air laut di lokasi ?. Bagaimana Poppy Intan T. :
variasinya terhadap waktu misalnya pada 1. Penurunan plankton sampai 95% memang
siang dan malam hari ? Juga variasinya tidak diharuskan demikian, tetapi untuk
terhadap kedalaman ?. lebih memastikan dan melihat laju
2. Ditinjau dari dampak termal, PLTN penurunannya.
tentunya tidak jauh berbeda dengan PLT 2. S udah terj awab.
konvensional laninnya. Saya mengusulkan 3. Disarankan agar disain struktur pendingin
untuk melakukan survei/pengamatan PLTN agar sedemikian rupa sehingga
dampak di PLT konvensional misalnya lepasannya tidak menaikkan suhu lebih dari
PLTU Suralaya. Air pendingin tentunya 6C.
tidak Iangsung dibuang tetapi dialirkan
dahulu supaya suhunya turun. Jibun Sembiring - BPTA :
Apa yang Anda sarankan pada pengoperasian
Poppy Intern T. : PLTN sehingga pembuangan panas oleh air
1. Suhu air laut di lokasi adalah 34 C. pendingin ke lingkungan tidak akan meng-
Variasi terhadap siang dan malam tentu saja ganggu populasi plankton ?.
ada tetapi tidak begitu besar, demikian pula
kedalaman. Poppy Intan T. :
2. Terima kasih atas usulnya. Dari acuan Sudah terjawab.
yang kami baca, kenaikan suhu rata-rata 10
C adalah di laut di tempat lepasan, setelah Abbas Ras - PAIR :
air pendingin dialirkan untuk menurunkan 1. Berapa meter dari garis pantai, air panas
suhunya. buangan reaktor tersebut dapat berpengaruh
terhadap air laut ?.
Syahnr - PTPLR : 2. Bagaimana cara pengambilan air laut dan
Dari pengalaman bahwa PLTN di luar negeri plankton, dalam hal ini variasi jarak dari
yang sudah operasi, berapa kenaikan suhu dan pantai dan kedalaman ?.
luas persebarannya. Apakah ini akan
memberikan dampak yang berarti ?. Poppy Intan T. :
1. Dari pengalaman negara lain yang
Poppy In tan 7. : melepaskan air pendingin di lepas pantai
Kenaikan suhu bervariaisi yaitu berkisar antara (beberapa km) dari garis pantai terjadi
6-14 C atau rata-rata 10 C, dan luas dampak/pengaruh terhadap kenaikan air
persebarannya memang hanya beberapa km laut.
dari tempat lepasan. Tetapi dari hasil 2. Air laut dan plankton diambil di lepas
survei/penelitian lapangan keadaan tersebut pantai + 1 km dari garis pantai. Pada
tetap memberikan dampak bagi ekosistem laut kedalaman tidak lebih dari 5 m. Plankton
di sekitar tempat lepasan. Terutama pada diambil pada permukaan laut + 20-30 cm di
musim panas, tingkat mortalitas dari biota laut permukaan.
cukup tinggi (ada yang mencapai 60%).

Sahala Lumbanraja - PPkTN :


1. Mengapa jumlah plankton harus bcrkurang
95%. ap,'all penelitian ini mcngh.iu.skan
demikian

PSPKR-BATAN 323
Presiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungaii , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085 ID0000100

PENGARUH BUANGAN PABRIK TERHADAP KANDUNGAN PESTISIDA


DAN LOGAM BERAT AIR KALI CIPINANG - SUNTER JAKARTA

XX) OoOOtOO Ulfa, T. Syahrir, June Mellawati, dan Sofnie, M. Chairul


Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
PENGAJRUH BUANGAN PABRIK TERHADAP KANDUNGAN PESTISIDA DAN LOGAM
BERAT AIR KALI CEPINANG-SUNTER JAKARTA. Telali dilakukan pemeriksaan kandungan pestisida
dan logam berat pada hulu sungai (sekitar pabrik), dan hilir sungai (daerah pemukiman) sepanjang kali
Cipinang-Sunter Jakarta, pada bulan Februari-Juni 1996. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh buangan pabrik terhadap kandungan pestisida dan logam berat air kali Cipinang-
Sunter Jakarta. Metode pengukuran pestisida dilakukan dengan kromatografi gas dan cair, sedang logam berat
dengan spektrometri pendar sinar-X. Hasil pemeriksaan menunjukkan baliwa pada air kali Cipinang - Sunler
telah ditemukan insektisida jenis organoklorin yaitu: BHC, endosulfan a dan b, dieldrin, pp-DDE, dan
logam berat Ti, V, Cr, Fe, Ni, Cu, Hg, Zn, dan Pb.

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INDUSTRIAL WASTE ON PESTICIDE AND HEAVY METAL
CONTENTS IN CEPINANG-SUNTER RIVER WATER JAKARTA. The measurement of pesticide and
heavy metal contents of river water in upperstream (around some factories), and downstream (housing area),
along Cipinang - Sunter river Jakarta, on February-June 1996 had been done. The aim of the measurement
was to get information about the influence of the factories wastes on pesticide and heavy metal contents in
the Cipinang river water. Gas and liquid chromatograpis were used to measure the pesticide content and
X-ray fluorescence spectrometry was used to measure the heavy metals content. Result of the measurements
showed that Cipinang river water has contained some organochlorin pesticides, i.e., BHC, a and b
endosulfan, dieldrin, pp-DDE, and heavy metals, i.e., Ti, V, Cr, Fe, Ni, Cu, Zn, and Pb.

PENDAHULUAN yaitu paralel dengan jalan raya Bogor


terdapat banyak industri, diantaranya
Berbagai industri di Jakarta ber- industri tekstil, cat, susu, logam, plastik, dan
kembang sangat pesat, seining dengan bahan kimia. Pada bagian hilir sungai, anak-
pertambahan jumlah penduduk. Hal tersebut anak sungai tersebut seperti sungai Sunter,
diantaranya dapat memberikan dampak Sentiong dan lain-lainnya, melalui daerah
negatif, yaitu beban terhadap Hngkungan. pemukiman, perkantoran, pertokoan, (Dewi
Salah satu beban lingkungan yang cukup Sartika, Jatinegara, Kramat Pulo, Kalipasir,
menonjol ialah pencemaran air sungai, Podomoro), dan berakhir di laut. Pemantauan
sebagai akibat berbagai kegiatan manusia secara umum guna memperoleh gambaran
yang sangat bervariasi[l]. tentang kualitas seluruh air sungai yang
Seperti diketahui, air sungai mengalir di Jakarta sudah dan terus dilakukan
merupakan sumber daya alam untuk oleh pemerintah DKI Jakarta secara periodik.
memenuhi hajat hidup orang banyak, Dalam penelitian ini penulis mencoba
sehingga perlu diupayakan pemeliharaan melakukan pengujian kimiawi mutu air sungai
kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi Cipinang-Sunter, khususnya kandungan
kehidupan manusia serta makhluk hidup pestisida dan logam berat, baik jenis maupun
lainnya[2]. Kenyataan menunjukkan bahwa jumlahnya. Lokasi yang disampling ada-lah
air sungai mendapat beban pencemaran bagian hulu sungai Cipinang-Sunter, dimana
sangat berat dari berbagai kegiatan manusia, terdapat beberapa industri, serta bagian hilir
seperti : limbah rumah tangga, kegiatan yaitu daerah pemukiman. Tujuan percobaan
pertanian, peternakan, ekonomi dan Iain-lain, ini ialah untuk mengetahui seberapa jauh
sehingga mengakibatkan penurunan kualitas pengaruh buangan limbah pabrik terhadap
air sungai. kandungan pestisida dan logam berat '*.ir
Jakarta dilewati olch beberapa sungai, sungai, karena sebagian penduduk kelas
dan salah satu sungai tcrsebut adalah sungai bawah masih memanfaatkan air sungai
Cipinang - Sunter. Pada bagian hulu sungai, tcrscbut untuk keperluan rumah tangganya.

^SPKR -BATAN 324


Presiding Prcscntasi Iliniali Kesclamalan Radiasi dan Lingkungan . 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Kemudian hasil pengujian di-evaluasi dan disaring ulang dengan kertas whatman-41,
dibandingkan dengan Baku mutu air sungai sehingga contoh air jernih dan siap untuk
DKI Jakarta (SK. Gub. KDKI Jakarta No. analisis.
582Tahun 1995). [3]
Penentuan kandungan pestisida dilaku- Penentuan Kandungan Pestisida
kan dengan kromatografi gas dan cair, sedang
a. Penentuan pestisida golongan organo-
kandungan logam berat dengan spektrometri
klorin.
pendar sinar-X. [4,5]
Pada percobaan ini digunakan seppak
cartridge Ci8. Mula-mula seppak cartridge
BAHAN DAN METODE
dicuci dengan 2 ml metanol dan kemudian
dibilas dengan 2 ml aquabidest. Sebanyak
Bahan
300 ml contoh air dilewatkan kedalam
Dalam percobaan ini digunakan seppak cartridge tersebut dan dibilas
contoh air sungai yang diambil di sepanjang dengan 1 ml, campuran metanol dan air
sungai Cipinang - Suntcr, yaitu bagian hulu (1:1). Kemudian elusi dilanjutkan dengan
adalah daerah buangan limbali beberapa 1 ml campuran metanol dan air (1:1) dan
pabrik (pabrik tekstil, cat, pralon plastik tetesan ditampung sebagai fraksi ke 1.
PVC, logam, obat, dan susu), sedang bagian Elusi dilanjutkan dengan 1 ml metanol dan
hilir adalah daerah perumahan (Dewi Sartika, tetesan ditampung sebagai fraksi ke 2.
Jatinegara, Salemba. Kramat Pulo, Kali pasir, Kemudian kedua fraksi tersebut
Podomoro, dan danau Sunter Jakarta. Selain disuntikkan pada kromatografi gas yang
itu juga digunakan beberapa pereaksi kimia, dirangkaikan dengan detektor penangkap
yaitu HNO3 pekat. HN0 3 encer, NH4OH, elektron 53Ni. Jenis pestisida golongan
APDC (amonium pirolidin ditiokarbamat), organoklorin yang ditentukan adalah:
metanol, diklonnetan. n-heksan. aseton. BHC, endosulfan - a, endosulfan - b.
florisil, dan Na2SC>4 anhidrat, semuanya dieldrin, pp - DDE, dan pp-DT.
berkualitas pro analisis buatan Merck, dan
kertas saring whatman-41 serta milipore. b. Penentuan pestisida golongan organo-
fosfat dan karbamat.
Peralatan Sebanyak 300 ml contoh air dimasukkan
ke dalam labu ekstraksi, kemudian
Penentuan pestisida menggunakan
diekstraksi dengan 50 ml diklormetan
Kromatografi Gas merk Shimadzu, seppak
(CH2C12) selama 5 menit. Fase organik
cartridge Ci8, dan Kromatografi kinerja
dipisahkan, dan dilewatkan melalui corong
tinggi. Penentuan logam berat menggunakan
yang per-mukaannya dilapisi kertas saring
Spektro-meter pendar sinar - x yang
whatman-41 dan berisi Na2SO4 anhidrat.
dirangkaikan dengan detektor Si(Li), dan
Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3
sebagai sumber pengeksitasi adalah 109Cd
kali. Fase organik hasil ekstraksi
dan 55Fe. Selain itu juga digunakan pH meter,
dipisahkan, dan ditampung dalam labu,
alat penyaring bertekanan, botol polipropilen,
lalu diuapkan. Kemudian ditambah 5 ml
dan beberapa alat gelas.
diklormetan (CH2CI2), dipindahkan ke
dalam tabung reaksi dan diuapkan dengan
Pengambilan Contoh gas N2. Setelah pelarut CH2C12 habis
Contoh diambil secara periodik, pada menguap, ditambah-kan 1 ml metanol, dan
bulan Februari-Juni 1996, dan masing- larutan tersebut disuntikkan pada
masing lokasi 3 kali pengambilan. Contoh kromatografi gas, untuk analisis kualitatif
dikumpul-kan pada botol polipropilen dan kuantitatif. Untuk penentuan pestisida
(volume 2 1), kemudian diberi asam nitrat golongan organofosfat digunakan
pekat bebcrapa ml hingga pH 2, untuk kromatografi gas detektor nyala (flame
pengawet. Setclah sampai di laboratorium ionization detector), sedang untuk pestisida
laboratorium. contoh disanng untuk jenis karbamat digunakan kromatografi
memisahk.in kotoran yang tcrapimg. dan cair kincrja tinggi. Jenis pestisida golongan

PSPKR-BATAN 325
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatmi Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
TSSN : 0854-4085

organofosfat yang ditentukan adalah: Pada Tabel 1 terlihat jenis insektisida


metidation, fenitration, klorpirifos, dan golongan organofosfat yaitu: metidation,
diazinon. Sedang golongan karbamat fenitration, klorpirifos, dan diazinon tidak
adalah". karbaril dan karbofuran. ditemukan dalam semua contoh air sungai
yang dianalisis. Pada Tabel 2 terlihat bahwa
Penentuan Kandungan Logam Berat jenis insektisida golongan organoklorin yaitu
BHC, endosulfan - a dan b, dieldrin, dan pp-
Pada percobaan ini digunakan APDC DDE ditemukan pada beberapa contoh air
(amonium pirolidin ditiokarbamat) 1% sungai, yaitu pada lokasi I, II, HI, IV, VI, dan
sebagai pengompleks logam-logam dalam VII. Lokasi I dekat pabrik tekstil, yang
contoh, dan terbentuknya senyawa khelat biasanya menggunakan pestisida sebagai
kompleks tersebut pada pH 4. Larutan APDC bahan anti rayap untuk penyimpanan tekstil,
yang digunakan adalah larutan segar, dan pada lokasi II terdapat pabrik cat dan
untuk penepatan pH digunakan larutan asam pestisida, sedang pada lokasi III, IV, VI dan
atau basa yang murni. VII terdapat pabrik logam, susu, bahan kimia
Mula-mula sebanyak 500 ml contoh dan plastik, yang kecil kemungkinan
air dimasukkan ke dalam gelas piala, lalu menggunakan pestisida. Relatif kecilnya
ditambahkan larutan APDC 1 % sebanyak jumlah insektisida yang ditemukan
10 ml, dan ditepatkan keasamannya pada pH menunjukkan bahwa zat-zat tersebut bukan
4 dengan pH-meter. Larutan campuran berasal dari pabrik dekat air sungai yang
tersebut dikocok selama 30-60 menit, hingga disampling, melainkan dari hulu sungai yang
terlihat endapan khelat. Endapan disaring melewati daerah pertanian (padi dan sayuran)
(dengan bantuan pompa bettekanan) dan yaitu daerah pertanian di Bogor. Seperti
ditampung pada kertas saring milipor diketahui bahwa sebagian besar pemakaian
(ukuran pori < 0,4 |j.m). Demikian juga insektisida jenis organoklorin pada pertanian
larutan standar campuran, diperlakukan sama sudah dilarang. Jadi kemungkinan zat tersebut
dengan contoh. Kertas saring yang berisi masih ditemukan karena sisa-sisa dalam
endapan khelat standar dan contoh tanah dari pemakaian terdahulu. Pada Tabel 3
dikeringkan dibawah lampu IR, lalu terlihat bahwa jenis insektisida golongan
dilanjutkan pengukuran dengan spektrometer karbamat, yaitu karbaril dan karbofuran tidak
pendar sinar-X. Unsur Ti (titan) diukur ditemukan dalam semua contoh air sungai
sebagai TiKa pada energi 4,51 keV, V yang dianalisis. Seperti diketahui bahwa
(vanadium) sebagai Vka pada energi 4,95 insektisida jenis tersebut bersifat mudah
keV, Cr (krom) sebagai CrKa pada energi terurai oleh sinar matahari, sehingga
5,41, Fe (besi) sebagai FeKa pada energi kemungkinan ditemukan adalah kecil.
6,40 keV, Ni (nikel) sebagai NiKa pada
energi 7,47 keV, Cu (tembaga) sebagai CuKa Hasil penentuan kandungan logam
pada energi 8,05 keV, Zn (seng) sebagai berat dalam contoh air sungai terlihat pada
ZnKa pada energi 8,63 keV, Hg (merkuri) Tabel 4 a dan 4 b, sedang gambar spektra
sebagai HgLa pada energi 9,98 keV, dan Pb logam berat salah satu contoh air yang
(timbal) sebagai PbLa pada energi 10,55 keV. dianalisis terlihat pada Gambar 3 dan 4.
Eksitasi unsur-unsur tersebut menggunakan Terlihat bahwa baik pada contoh air daerah
sumber pengeksitasi l09Cd dan 55Fe dengan industri maupun daerah pemukiman telah
aktivitas masing-masing adalah 740 MBq ditemukan logam berat Ti, V, Cr, Fe, Ni, Cu,
(30/8/1994). Zn, Hg, dan Pb. Jumlah kandungan logam
berat dalam contoh air yang disampling dari
daerah industri lebih besar dari daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN pemukiman. Seperti diketahui bahwa industri
cat, tekstil, dan logam, menggunakan bahan
Hasil penentuan kandungan pestisida yang mengandung logam-logam, sehingga
dalam contoh air sungai terlihat pada Tabel 1, pada limbah buangan pabrik ditemukan relatif
2, dan 3, dan kromatogram beberapa jenis lebih besar daripada limbah daerah
insektisida yang diperiksa terlihat pada pemukiman. Pada daerah pemukiman
Gambar 1 dan 2.

-BATAN 326
Prosidtng Presentasi Ilmiah Keselama(an Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

ditemukan kadamya relatif lebih rendah, DAFTAR PUSTAKA


karena pengaruh pengenceran air sungai oleh 1. DUAH ASANTE KOFI, D., Hazardous
air hujan atau air buangan lainnya. Waste Risk Assessment California Lewis
Publisher London, Tokyo (1993).
KESIMPULAN 2. PALAR, H., Pencemaran dan Toksikologi
Dari hasil pemeriksaan air sungai Sunter Logam Berat, Penerbit Rineka Cipta,
bagian hulu (daeiah industri) dan bagian hilir Jakarta (1994)
(daerah pemukiman), terhadap kandungan 3. HARAHAP, J . T., LILIAN SARI, dan
pestisida dan logam berat, dapat disimpulkan YUNANI, Pemantauan kualitas kimiawi air
sebagai berikut: sungai di wilayah DKI Jakarta 1995-1996
Kantor Pengkajian Perkotaan dan
Telah ditemukan insektisida golongan lingkungan DKI Jakarta.
organoklorin, yaitu BHC, endosulfan - a 4. SUMATRA, M , Metode yang telah
dan b, dieldrin, dan pp - DDE, sedang dikembangkan dilaboratorium kimia, PAIR
golongan organofosfat dan karbamat tidak BATAN (1990).
ditemukan. Jumlah insektisida tersebut 5. JENKINS, R., GOULD X R. W., and
masih dalam batas yang diperbolehkan, GEDKE, D., Quantitative X-ray Spectro-
yaitu BHC < 40 ppb, endosulfan - a dan b metry, Marcel Dekker Inc., New York
< 100 ppb, dieldrin < 0,70 ppb, dan pp - (1981).
DDE < 100 ppb. [6] 6. DEPKES., Persyaratan kualitas air minum,
Telah ditemukan beberapa macam logam Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/
berat yaitu: Ti, V, Cr, Fe, Ni, Cu, Zn, Hg, 1990.
dan Pb dalam air kali Cipinang - Sunter.
Konsentrasi logam-logam dalam contoh air Tabel 1. Hasil pengukuran kandungan pestisida
di daerah industri lebih besar danpada di golongan organofosfat dalam contoh
daerah pemukiman. Walaupun demikian, air kali Cipinang-Sunter Jakarta, pada
evaluasi terhadap mutu baku air sungai bulan Februari - Juni 1996.
Lokasi Mctidation Fenitration Klorpirifos Diazinon
menunjukkan masih dalam batas yang (PP^ (PPb) (PPb) (PPb)
diperbolehkan.[3] I tt tt tt tt
II tt tt tt tt
III tt tt tt tt
UCAPAN TERIMA KASIH IV tt tt tt tt
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu V tt tt tt tt
VI tt tt tt tt
Ir. Surtipanti, S., yang telah membimbing VII tt tt tt tt
dalam penelitian ini, dan juga saudara Suripto VIII tt tt tt tt
dan Christina Tri Suharni yang telah IX tt tt tt tt
X tt tt tt tt
membantu preparasi contoh. XI tt tt tt tt

Keterangan: tt = tak terdeteksi

Tabel 2. Hasil pengukuran kandungan pestisida golongan organoklorin dalam contoh air kali Cipinang
Sunter Jakarta, pada bulan Februari - Juni 1996. (tt = tidak terdeteksi)

Lokasi BHC (ppb) Endosulfan - a (ppb) Endosulfan - b (ppb) Dieldrin (ppb) pp-DDE (ppb) pp-DDT (ppb)
I tt 0,29 0,03 0,75 0,22 tt 0,640,17 tt
[I tt 1,0 0,02 0,27 0,05 tt 0,29 0,05 tt
III tt 0,820,10 0,53 0,11 tt 0,230,ll tt
IV tt 0,79 0,02 0,62 0,20 tt 0,370,13 tt
V tt tt tt tt tt tt
VI 0,430,10 tt tt 0,200,40 tt tt
VII tt tt tt 1,0 0,54 tt tt
VIII tt tl tt tt tt tt
IX tt tt tt tt tt tt
X tt tt tt tt tt tt
XI tt tt tt tt tt tt

PSPKR -BATAN 327


Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 3. Hasil pengukuran kandungan pestisida golongan karbamat dalam contoh air kali
Cipinang-Sunter Jakarta,pada bulan Feb.-Juni 1996. (tt = tidak terdeteksi)
Lokasi Karbaril (ppb) Karbofuran (ppb)
I tt tt
n tt tt
m tt tt
rv tt tt
V tt tt
VI tt tt
vn tt tt
vm tt tt
EX tt tt
X tt tt
XI tt tt

Tabel 4a. Hasil pengukuran kandungan logam berat dalam contoh air Kali Cipinang - Sunter
Jakarta, pada bulan Feb.-Juni 1996,
Lokasi Ti V Cr Fe Ni
(ppb) (PPb) (PPb) (PPb) (PPb)
I 5,6 0,5 2,9 0,5 15 5,8 1170 76 4,4 1,6
II 3,5 0,3 4,1 0,3 10 3,2 1030 67 9,3 2,1
m 27,7 2,2 9,7 1,7 12,7 5,2 1300 67 4,8 2
IV 9,6 1,8 10,8 4,1 13,3 6,6 673 65 6,4 1,3
V 9,0 3,2 3,1 1,4 8,7 4,1 582 60 7,1 2,4
VI 9,3 0,9 2,3 1.0 12,9 2,7 914 38 13,5 3,6
vn 3,1 2,6 1,7 0,8 1,8 0,5 149 50 5,1 1.2
vni 1,2 1,1 3,9 1,4 4,1 2,1 303 25 1,7 0,5
IX 2,3 0,9 1,5 0,3 4,0 1,2 359 33 1,0 0,5
X 1,4 0,4 3,8 1,7 5,8 1,8 177 30 1,6 0,5
XI 2,0 1,3 2,5 0,9 3,8 0,5 121 24 3,9 0,4

Kctcrangan: tt = tak terdeteksi


Tabel 5. Batas kandungan pestisida dan logam
Tabel 4b. Hasil pengukuran kandungan logam berat yang diizinkan dalam air minum
berat dalam contoh air kali Cipinang - (Permenkes RI No.46/MENKES/PER/ IX/1990)
Sunter Jakarta, pada bulan Feb. - Juni 1996. Konsentrasi (ppb)
Lokasi Cu Zn Hg Pb a. Pestisida (kimia organik)
(PPb) (PPb) (PPb) (PPb)
I 7,31,2 59,0 4,0 12,61,7 9,0l,4 Organofosfat:
II 7,61,4 29,0 8,0 14,92,1 15,82,6 1. Metidation 100
III 14,9=fcl,7 43,0 5,0 17,52,3 22 2,3 2. Fenitration 100
IV 15,50,6 63,010,0 13,92,7 11,53,1 3. Klorpirifos 100
V 6,91,3 28,04,0 14,33,5 11,42,8 4. Diazinon 100
VI 17,22,6 18,03,0 10 1,4 16,92,4
VII 3,81,1 6,71,3 2,40,7 3,21,1 Karbamat:
VIII 2,71,4 4,80,5 l,80,4 2,3 0,9 1. Karbaril 100
2. Karbofiiran 100
IX l,70,9 5,5O,5 1,5 0,4 2,3*1,6
X 0,90,l 0,90,2 1,3 0,3 0,90,3
Organoklorin:
XI 1,5 0,3 l,70,4 l,80,4 l,l0,4 1. Dieldrin 0,70
2. Endosulfan - a dan b 100
Keterangan: tt = tak terdeteksi 3. BHC 100
4. pp - DDE 40
5. pp - DDT 100
b. Logam berat (kimia anorganik):
1
era

2. Fe 300
3. Cd 5
4. Cr(VI) 50
5. Mn 100
6. Zn 5000
7. Cu 1000
8. Pb 50

PSPKR -BATAN 328


Presiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Tabel 6. Baku mutu air sungai di DKI Jakarta (SK.Gub. KDKI Jakarta No. 582 1995)
Peruntukan air sungai : Jcnis Logam
Fe(ppm) Cu (ppm) I'b(ppm) Cd(ppm) Ni(ppm) Zn(ppm) Mn(ppm) Cr(ppm)
Air baku air minum 2 0.10 0.10 0.10 0.1 1 0.50 -

Pcrikanan 0.02 0.03 001 0.10 0.05


Pertanian 0.10 0.10 0.01 - 1 1

Usaha Perkotaan - 0.10 0.10 0.01 - 1 1

Metidation 1,2 ng

F e n i t r a t i o n 1,6 ng
K L o r p i r i f o s 0 , 8 ng
D i a z i n o n 0 , 4 ng

Gambar 1 : Kromatogram insektisida organofosfat menggunakan GC-shimadzu, kondisi pengukuran


isi kolom CHDMS suhu 190C, kecepatan aliran 70 mM/menit.

FP-DDT' 1,8 ng

FP-DDE 0,9 ng
ldrin 0,3 ng
E n d o s u l f a n ^~ 0 , 6 ng
fan > 0,6 ng
3HC 0 , 3 ng

Gambar 2 : Kromatogram insektisida organoklorin menggunakan GC-shimadzu, kondisi pengukuran


isi kolom 2% DC 200 suhu 200C, kecepatan aliran 70 mM/menit.

Karbofuran 1OO ng
_Karbaril 50 ng

Gambar 3 : Kromatogram insektisida karbamat menggunakan kromatografi kinerja tinggi merek


Shimadzu, kondisi pengukuran : isi kolom phenomenek 10-C18, pelarut metanol dan air
(8:2), X, 254 nM, keccpatan aliran 1,5 mM/menit.

PSPKR-iiATAN 329
Presiding Preseiitasi llmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

C
o
u
n
1868
C
t,
31
n
n
316
Pb Pb

108

108 208 300 469 580 683 700 880


Channel Member

Gambar 4 : Spektra logam berat dalam contoh air kali, pengukuran dengan Spektrometer pendar
sinar-X, sumber pengeksitasi Cd-109

c 1000
o
u
n
s
C Ti
h 100 V
a.
n
e

10

80 100 120 140 160 180 200 220


Chan nel Nunbe r>
Gambar 5 : Spektra logam berat dalam contoh air kali, pengukuran dengan Spektrometer pendar
sinar-X, sumber pengeksitasi Fe-55

DISKUSI mendekati nilai ambang tersebut. Karena itu


tindak lanjut apa yang diusulkan untuk
mengurangi kandungan pencemar tersebuit ?
Eri Hiswara - PSPKR
Walaupun sampai saat penelitian kandungan Ulfa T. Syahrir:
pencemar yang diperoleh masih di bawah nilai Setiap industri harus mentaati peraturan yang
yang diperbolehkan, namun akibat akumulasi dikeluarkan pemerintah yaitu mengelola
pada saat Ibu berbicara mungkin telah limbahnya (water treatment). Dilakukai1

PSPKR -BATAN
Presiding Presentasi Ilmiali Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan , 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

pemantauan secara berkala untuk menentukan


air sungai Cipinang-Sunter tercemar atau tidak. Rofiq Syaefudin - PSPKR :
Kalau besar pencemaran air sungai disekitar 1. Dari abstrak, yang ditentukan kandungan
pabrik tersebut, pabrik di sekitar perairan pestisida atau insektisida. Apakah
tersebut akan diperiksa pembuangan limbahnya perbedaan antara keduanya.
dan akan diberikan sanksi sesuai peraturan 2. Apakah hasil kandungan yang ditemukan
yang berlaku. bergantung pada jenis buangan pabrik atau
jumlah pabrik ?
Sahala - PPkTN:
1. Apakah sepanjang aliran sungai Cipinang- Ulfa T. Syahrir :
Sunter terdapat pabrik pestisida, kalau 1. Pestisida adalah senyawa organik yang
tidak, dari mana sumber pestisida yang digunakan untuk membasmi hama,
terdapat dalam aliran sungai tersebut ? sedangkan insektisida adalah salah satu
2. Apakah limbah pestisida telah melewati bagian dari pestisida tersebut.
ambang batas ? 2. Tergantung dari buangan pabrik yang
memproduksi bahan kimia, cat, pestisida
Ulfa T. Syahrir : atau barang yang menggunakan campuran
1. Sepanjang aliran sungai Cipinang-Sunter pestisida atau logam berat, dan bukan dan
terdapat pabrik pestisida yaitu pabrik cat jumlahnya.
dan pestisida. Kemungkinan lain berasal
dari industri tekstil yang menggunakan
pestisida sebagai obat anti rayap pada
penyimpanan tekstil. Mungkin juga berasal
dari hulu sungai yang melewati daerah
pertanian (padi dan sayuran) yaitu daerah
pertanian Bogor.
2. Limbah pestisida belum melewati ambang
batas yang dikeluarkan oleh PERMENKES
RI No. 416/MENKES/PER/H/1990.

Mulyono Hasyim - PSPKR :


1. Apakah yang Anda teliti unsur-unsur stabil
atau radionuklidanya ?
2. Jika unsur stabil, tentunya harus dilakukan
proses aktivasi sebelum diukur dengan
spektrometer pendar sinar-X, apakah Ibu
melakukannya ?
3. Atau penelitian yang dilakukan ini sebatas
pengukuran unsur stabil, kalau ya, tentunya
penelitian ini dilakukan oleh BAPEDAL.
Mohon penjelasan.

Ulfa T. Syahrir:
1. Yang diteliti unsur-unsur stabil.
2. Ya, kami melakukannya.
3. Kami terbuka untuk bekerjasama sehingga
memberikan masukan yang baik untuk
pemerintah dalam masalah mengatasi
pencemaran dari industri.

PSHkR-BATAN 331
Presiding Prescntasi Ilmiah Kesclainalan Radiasi dan Lingkuiigau, 20 - 21 Agustus 1996 ID0000101
ISSN : 0854 - 4085

KONSENTRASI CEMARAN Cs-137 DALAM AIR POMPA


DI BEBERAPA KOTA PULAU JAWA
Marzaini Nareh, Asep Warsona, Tutik Indiyati, Yurfida dan Buchari
Pusat Penelitian Keselamatan Radiasi dan Lingkungan - BAT AN

ABSTRAK
KONSENTRASI CEMARAN Cs-137 DALAM AIR POMPA DI BEBERAPA KOTA PULAU JAWA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kandungan Cs-137 dalam air pompa. Konsentrasi cemaran
Cs-137 dalam air pompa dari 10 kota di Pulau Jawa telah ditentukan. Cs-137 yang ada dalam sejumlah besar
volume air pompa dikumpulkan pada penukar kation, dan dielusi dengan larutan HC1 6N. Cs-137 yang ada dalam
eluen diendapkan dengan amoniumfosfomolibdat (AMP), selanjutnya dilarutkan dengan larutan NaOH dan diukur
pada Spektrometer Gama Canberra 35 Plus dengan detektor germanium kemurnian tinggi (HPGe). Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi Cs-137 dalam air pompa yang diteliti berkisar antara dibawah batas
deteksi terendah (BDT) dan 2,06 0,79 mBq/1.

ABSTRACT
THE CONCENTRATION OF Cs-137 POLLUTAN IN WATER PUMPS IN SEVERAL CITIES OF
JAVA ISLAND. The aim of this research is to know the concentration of Cs-137 in the water pumps. The
concentration of Cs-137 pollutan in the water pumps from 10 cities in Java Island had been determined. Cs-137 in
big volume of water was collected in cation exchanger and eluted with 6N HC1 solution. Cs-137 in the eluen was
precipitated by ammoniumphosphomolybdate (AMP), soluted using NaOH solution and finally measured using
Spectrometer Gamma Canberra 35 Plus with high pure germanium detector (HPGe). The results of
measurement indicate that the concentration of Cs-137 in the tested water pumps are in the range of under
minimum detectable (BDT) to 2,06 0,79 mBq/1.

PENDAHULUAN PLTN. Menurut UU No. 31 tahun 1964


tentang UU Pokok Tenaga Atom dan UU No. 4
Pencemaran radionuklida dalam tahun 1982 tentang pengelolaan lingkungan
lingkungan dapat berasal dari alam dan buatan. hidup, pemantauan tingkat radioaktivitas dan
Manusia menerima radiasi sebagian besar radiasi dalam lingkungan perlu dilakukan [2].
berasal dari radionuklida alam. Unscear [1] Air pompa bagi masyarakat Indonesia
menyatakan bahwa sekitar 70% radiasi disamping digunakan untuk memenuhi
merupakan radiasi alam, yaitu dari radon dan berbagai kebutuhan rumah tangga, juga
anak luruhnya. Pencemaran dari radionuklida digunakan sebagai sumber air rrunum.
buatan dalam lingkungan saat ini banyak Penggunaan air pompa sebagai sumber air
ditentukan oleh teknologi yang digunakan oleh minum dilakukan oleh sebagian besar rakyat
suatu negara, karena cemaran global dari Indonesia. Penggunaan air PAM sebagai
percobaan nuklir dari waktu ke waktu sumber air minum ditemukan hanya di
mengalami penurunan. Penurunan tersebut kota-kota besar saja dan hanya sebagian kecil
dapat disebabkan oleh semakin berkurang-nya rumah-rumah dikota-kota besar yang dapat
percobaan nuklir, terdeposisinya radionuklida mengkonsumsi air PAM.
jatuhan ke dasar laut, peluruhan. dari Cs-137 adalah radionuklida hasil fisi,
radionuklida tersebut secara alami dll. mempunyai waktu paro cukup panjang yaitu
Indonesia saat ini memasuki era 30,16 tahun. Daya rusak biologis Cs-137
industrialisasi, dalam hal ini termasuk industri relatif cukup tinggi yaitu termasuk golongan
nuklir. Dalam rangka diversifikasi sumber Da. Oleh karena itu disamping Sr-90,
energi dan kebutuhan energi yang semakin radionuklida tersebut biasanya digunakan
mendesak tampaknya, penggunaan energi sebagai indikator cemaran radionuklida hasil
nuklir sebagai sumber energi tidak dapat fisi dalam lingkungan [2,3]. Pada kesempatan
dihindari. Untuk menghadapi keadaan tersebut ini akan dilaporkan hasil penentuan kandungan
perlu dipersiapkan berbagai hal, misalnya cemaran radionuklida Cs-137 dalam air pompa
mengetahui tingkat cemaran radionuklida pada dari beberapa kota besar di Pulau Jawa.
berbagrr. komponen lingkungrn! sebelum
beroperasinya suatu instalasi nuklir, niisalnya

PSPKR-BATAN 332
Presiding Presaitasi Hmiali Keselaiualau Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

TATA KERJA dikurangi dengan luas puncak latar belakang, R


menyatakan kedapat ulangan Cs-137 pada
Pengambilan contoh proses analisis (fraksi), V menyatakan volume
contoh yang dianalisis (liter); Cc menyatakan
Dalam rangka optimalisasi dana dan
laju cacah kotor contoh (cpm), Cb adalah Iaju
sarana, pengambilan contoh dilakukan
cacah latar belakang (cpm), tc adalah waktu
sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada
cacah contoh (menit), tb menyatakan waktu
buian Juli dan Januari 1990. Sampel
cacah latar belakang (menit) dan (Cc/tc+
sebanyak 60 liter diambil hanya dari beberapa
Cb/tb) adalah simpangan baku dengan selang
kota besar di Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Bogor,
kepercayaan 68%.
Bandung, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta,
Semarang, Madiun, Malang, dan Surabaya.
Lokasi pengambilan contoh terlihat pada HASH, DAN PEMBAHASAN
Gambar 1.
Pada tabel 1 terlihat hasil pengukuran
Cs-137 dalam air pompa berkisar antara
Penyiapan contoh
dibawah batas deteksi terendah ( < DBT ) dan
Segera setelah sampling contoh 2,06 0,79 mBq/liter, dengan harga tertinggi
diasamkan dengan HN0 3 pekat (lmg/liter ditemukan di Surabaya pada periode kel.
contoh), ditambah masing-masing 1 ml pen-
gemban Cs (10 mg/ml), dan dilewatkan melalui Tabel. 1 Hasil pengukuran konsentrasi Cs-137
kolom penukar kation yang berisi resin penukar dalam air pompa
kation dalam bentuk Na (Dowex 50W x 8, 50 - Aktivitas mBq/liter
100 mesh), dengan laju 1-2 ml/menit (4). No. Lokasi Periode I Periode II
Selanjutnya eluen siap untuk dianalisis. 1. Jakarta 1,75 0,59
2. Bogor
Analisis Cs-137 3. Bandung
4. Cirebon 1,46 0,49 1,31 0,60
Eluen dari penyiapan contoh dianalisis
5. Purwokerto
dengan menggunakan prosedur yang digunakan
6. Yogyakarta 1,56 0,69
di Laboratorium Keselamatan Radiasi
7. Semarang - 1,85 0,61
Lingkungan PSPKR [5]. Eluen diasamkan
8. Madiun
pada pH 1-2 dan ditambah amonium fosfo-
9. Surabaya 2,06 1,01
molibdat. Endapan Cs-fosfo-molibdat yang
10. Malang - 1,64 0,72
diperoleh dilarutkan dengan NaOH 4N dan
diukur pada spektrometer gamma, Canberra 35 Keterangan,
Plus, dengan detektor Germanium kemurnian - = dibawah batas deteksi
tinggi (HPGe). Batas deteksi terendah = 1,07 mBq/liter

Penghitungan Aktivitas Cs-137 Data yang didapat pada penelitian ini


masih jauh dibawah nilai batas tertinggi yang
Aktivitas Cs-137 dihitung secara relatif
ditetapkan oleh BATAN [2], yaitu 700.000
[3,5], yaitu dengan membandingkan luas
mBq/1. Nilai ini sedikit lebih rendah dari pada
puncak contoh dengan luas puncak standar
yang ditemukan dalam air PAM dibeberapa
pada geometri yang sama. Persamaan yang
kota besar pulau Jawa, yaitu antara dibawah
digunakan adalah sebagai berikut.
batas deteksi terendah ( <BDT ) dan 2,70
0,39 mBq/1 [6]. Bila dibandingkan dengan data
(ac x As) (Cc/tc + Cb/tb)
Aktivitas (mBq/1): dari Jepang hasil yang didapat pada penelitian
as x R x V ini juga lebih rendah. Pada tahun 1988
konsentrasi Cs-137 berkisar antara 0,00 dan
As adalah aktivitas standar (niBq), ac 4,29 mBq/1 [4], tahun 1989 antara 0,00 dan
menyatakan luas puncak contoh yang telah 3,98 mBq/1 [7], tahun 1990 antara 0,00 dan
dikurangi d.::gan luas puncak latar b.-hkang, 3,17 mBq/1 18] dan tahun 1991 antara 0.10 dan
as menyatak;in luas puncak standar yang telah 3,5 mBq/i [9]. Bila dibandingkan dengan

PSPKR-BA'i AN 333
Presiding Presentasi Ihuiah Kcsclamatau Radiasi dau Liagkuiigan, 20-21 Agustus ] 996
ISSN : 0854 - 4085

konsentrasi Cs-137 dalam air permukaan di 2. BATAN, Nilai Batas Radioaktivitas di


Finlandia pada tahun 1985, hasil penelitian ini Lingkungan, Keputusan Dirjen BATAN
juga masih dibawahnya, yaitu antara 1,3 - 4,2 No. 294/DJ/TX/1992.
mBq/1 [10]. Harga yang didapat juga lebih 3. IAEA, Measurement of Radionuclides in
rendah dari pada yang ditemukan di Rhone Food and The Environment, Technical
River 1984, yaitu antara 3,9 - 101 mBq/1 [11]. Reports Series No. 295, International
Percobaan nuklir scring dilakukan pada Atomic Energy Agency, Vienna, 1989, pp.
tahun 1954 - 1958 dan 1961 - 1962, tetapi 1-10.
setelah itu frekuensi percobaan nuklir menurun. 4. MRS, Radioactivity Survey Data in Japan
Semenjak tahun delapan puluhan percobaan Part. 1, National Institute Radiological
nuklir dilakukan dibawah tanah, sehingga Science, No.82, Chiba, 1988, pp. 2-14.
cemaran global radionuklida hasil fisi menurun. 5. PSPKR, Prosedur yang digunakan di
Cemaran radionuklida jatuhan hasil fisi di Laboratonum KRL-PSPKR, BATAN,
Indonesia dapat dikatakan hanya berasal dari Jakarta, 1988.
percobaan-percobaan nuklir yang dilakukan 6. MARZAIM NAREH dkk., Konsentrasi
oleh negara-negara maju. Cemaran Cs-137 Dalam Air Pompa di
Dari hasil perbandingan diatas tampak Beberapa Kota Pulau Jawa, Presentasi
bahwa konsentrasi cemaran Cs-137 di Dmiah Keselamatan Radiasi dan
Indonesia lebih rendah dari pada di Jepang dan Lingkungan, PPTA Ps. Jumat, Jakarta,
Finlandia. Hal ini sesuai dengan suatu 1995.
pernyataan yang menyatakan bahwa dosis 7. NIRS, Radioactivity Survey Data in Japan
efektif terikat yang berasal dari percobaan Part. 1, National Insititute Radiological
nuklir dibelahan bumi seiatan lebih rendah dari Science, 84, Chiba, 1989, pp. 12-14.
pada belahan bumi utara [11]. Dosis efektif 8. NIRS, Radioactivity Survey Data in Japan
terikat ini berasal dari radionuklida- Part. 1, National Insititute Radiological
radionuklida jatuhan hasil fisi termasuk Science, 92, Chiba, 1991, pp. 15 -18.
Cs-137. 9. INSTITUTE OF RADIATION PRO-
Pengaruh musini terhadap konsentrasi TECTION, Studies On Environmental
Cs-137 belum begitu jelas, bila dilihat dari Radioactivity in Finland, Annual Report,
faktor kesalahan data pada musim kemarau STL-A49, Helsinki, 1985, pp. 74.
dapat dikatakan sama dengan data pada musim 10.MARTIN et. al., Origin, Concentration and
hujan. Hal ini mungkin disebabkan oleh hujan Distribution of Artificial Radionuclides
yang turun pada musim hujan pada tahun Discharged by the Rhone River to the
penelitian ini dilakukan masih jarang. Mediterranean Sea, J. Environ. Radio-
activity 11, Elsevier Science Publisher Ltd.,
KESIMPULAN DAN SARAN England. 1990, pp. 105-139.

Dari data yang diperoleh konsentrasi


Cs-137 dalam air pompa di beberapa kota
besar di Pulau Jawa masih rendah, masih jauh
dibawah nilai batas tertinggi di lingkungan
yang ditetapkan oleh BAT AN. Penelitian ini
perlu dilanjutkan diberbagai tempat sehingga
diperoleh data untuk seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. UNSCEAR, Ionizing Radiation : Sources


And Biological Effects, United Nations
Scientific Committe On The Effects OF
Atomic Radiation, New York, 1982.

PSPKR-HAT AN 334
Prosiding Prcsentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

i A U T J A W A

L A U T A N H I N D I A

Gambar 1 : Tempat pengambilan contoh air pompa


(I = Jakarta, II = Bogor, III = Bandung, IV = Cirebon, V = Purwokerto, VI = Yogyakarta,
VII = Semarang, VIII = Madiun, IX. Surabaya, X = Malang)

DISKUSI Marzaini Nareh :


1. Volumenya 60 liter, yang diukur setelah
Kunto Wiharto - PSPKR : dilewatkan melalui kolom (eluennya)
1. Apakah ada perbedaan bermakna dalam hal 900 ml. Waktu pencacahan 17 jam.
konsentrasi Cs-137 antara kota yang satu 2. Jumlah sampel yang dicacah pada setiap
dengan lain ? Bila ada kira-kira apa periode sebanyak 1 buah.
sebabnya ?
2. Sumur yang diteliti berapa kedalamannya ? Purwanto - PPNY:
Apakah air permukaan atau air dalam Mengapa sampel diambil dari kota dan bukan
(sumur artesis) ? desa. Orang kota banyak meminum air PAM,
3. Kalau misalnya konsentarsi Cs-137 berada sedangkan orang desa banyak minum air
di atas Nilai Batas Radioaktivitas sumur. Dan apakah data yang diperoleh akan
Lingkungan (SK Dirjen) maka apakah digunakan untuk mewakili data seluruh Pulau
semua orang dilarang minum air sumur ? Jawa ?
atau harus minum aqua saja ?
Marzaini Nareh :
Marzaini Nareh : Contoh diambil dari kota besar dengan
1. Konsentarsi Cs-137 rendah sekali dan tidak pertimbangan kepadatan penduduk. Sebagian
terlihat perbedaan yang bermakna. besar penduduk di kota masih menggunakan air
2. Pada penelitian ini kedalaman sumur pompa pompa/sumur sebagai sumber air minum. Data
antara 10-20 meter, jadi pengaruh air tersebut belum mewakili P. Jawa karena
permukaan masih besar. Jadi bukan sumur samplingnya masih sedikit.
artesis.
3. Bila konsentrasi Cs-137 berada di atas nilai Cerdas Tarigan - PTPLR :
batas tertinggi yang ditetapkan BATAN Dari penelitian diperoleh aktivitas 2,06 mBq/1
maka setiap orang yang berada di sekitar yang setahu saya cukup tinggi apalagi dalam
wilayah yang terkontaminasi dilarang untuk air pompa yang langsung diminum. Dalam
meminumnya. waktu setahun akan menumpuk aktivitas Cs-
137 + 700 mBq/1 dalam tubuh yang sangat
Arifin S. Kustiono - BPTA : berbahaya. Mohon penjelasan.
1. Berapa volume sampel yang dicacah dan
berapa lama waktu pencacahannya ? Marzaini Nareh :
2. Untuk lokasi yang sama, berapa jumlah Kalau menurut saya aktivitas Cs-137 2,06
sampel yang dicacah ? mBq/1 rendah sokali karena nilai batas tcnir.ggi

PSPKR-BATAN 335
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854 - 4085

yang ditetapkan BATAN adalah 700.000


mBq/1. Untuk waktu 1 tahun maka nilai
batasnya juga harus dikalikan 365 bila 1 hari
dianggap meminum 1 liter.

Gatot Suhariyono - PSPKR :


1. Kandungan Cs-137 sebesar 2,06 mBq/1
berasal dari alam atau dari kontaminasi ?
2. Bagaimana mengatasi air pompa benar-
benar bebas Cs-137 sehingga semula 2,06
mBq/l menjadi 0 mBq/1 ?

Marzaini Nareh :
1. Cs-137 adalah radionuklida jatuhan hasil
fisi, jadi bukan dari alam.
2. Cara mengatasi agar Cs-137 0 Bq/1 : tidak
ada percobaan nuklir, bom nuklir, memilih
PLTN dan instalasi nuklir yang teknologi
safetynya tinggi.

PSPKR-BATAN 336
Presiding Presentasi llniiah Keselamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996 ID0000102
ISSN: 0854-4085

DISTRIBUSI DAN EKSKRESI Am-241 PADA TIKUS PUTIH


'2. Zubaidah Alatas, Siti Nurhayati dan Tur Rahardjo
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK
DISTRIBUSI DAN EKSKRESI Am-241 PADA TIKUS PUTIH. Telah dilakukan pengukuran kandungan
aktivitas amerisium-241 yang diberikan secara oral dalam berbagai organ dan jaringan tubuh tikus putih serta
ekskresinya. Pengamatan untuk mengetahui kandungan amerisium dilakukan melalui pembedahan dan untuk
mengetahui ekskresi amerisium melalui penampungan urin dan feses. Pembedahan dilakukan pada hari ke 0
(6jam), 1, 2, 3, 4, 5, 15 dan 30 setelah pemberian Am-241 dengan aktivitas 2,956 kBq, sedangkan penampungan
urin dan ekskresi dilakukan setiap dua hari selama 30 hari dengan sangkar metabolisme. Diketahui bahwa
distribusi Am-241 yang terdapat dalam semua organ/jaringan utama yang diamati dengan fraksi kandungan yang
berbcda merupakan distribusi avval. Aktivitas amerisium relatif tinggi dalam saluran pencernaan dan paru-paru
pada minggu pertama setelah kotUaininasi. Sedangkan kandungan amerisium dalam organ/jaringan lainnya
bervariasi sebagai fungsi waktu. Ekskresi Am-241 lebih banyak melalui feses dari pada urin, yaitu mencapai
sekitar 20% dalam waktu 30 hari.

ABSTRACT
DISTRIBUTION AND EXCRETION OF Am-241 IN RATS. Determination of the activity content of
Am-241 administered oraly in several organs and tissues of white rats including the excretion had been carried
out. The observation of Am-241 activity was carried out through surgery and for the excretion of the radionuclide
by collecting urine and feces. The surgeries were conducted on the 0 (6 hours), 1, 2, 3, 4, 5, 15 and 30th day post
administration of 2.965 kBq Am-241, whereas the urine and feces collections were done every other day for 30
days using metabolism cage. The result indicated that the distribution of Am-241 which found in all tested
organs/tissues with various fraction is considered as the initial distribution of Am-241 in rats. The content of
americium in gastrointestinal tract and lung is relatively high within the first week post contamination. And,
amerisium activities in other organs/tissues are various with time. The excretion of Am-241 is higher via feces than
that of urin, i.e. up to 20% in 30 days

PENDAHULUAN bergantung pada bentuk kimia, tingkat


kelarutan dan ukuran partikel. Sedangkan
Amerisium-241 merupakan anak luruh lamanya suatu unsur baik radioaktif maupun
dari plutonium-241 yang dihasilkan pada tidak menetap dalam suatu organ/jaringan,
reaktor nuklir sebagai hasil produk fisi yang disebut dengan waktu paro biologis,
uranium. Am-241 adalah radionuklida peman- bergantung pada organ/jaringan yang
car alfa dengan waktu paro fisik yang sangat bersangkutan, bentuk kimia unsur dan
lama yaitu 432 tahun [1]. Unsur ini bila masuk karakteristik individual [4].
ke dalam tubuh selain dapat menimbulkan efek Berdasarkan model metabolisme
deterministik seperti gangguan pada sistem Am-241 dalam tubuh diduga bahwa 10% dari
haemapoetik dan kataraktogenesis, juga dapat Am-241 yang masuk ke dalam sirkulasi darah
menimbulkan efek stokastik induksi kanker. akan diekskresikan sedangkan sisanya masing-
Gangguan pada sistem haemapoetik antara lain masing 45% akan menetap di dalam tulang
limfopenia, neutropenia dan thrombositopenia dan hati [5]. Dari data yang diperoleh dari
yang terjadi dalam waktu 5 tahun setelah kasus kecelakaan di Plutonium Finishing Plant
paparan. Dari hasil penelitian menggunakan di Hanford, Amerika Serikat (1976), me-
hewan percobaan dan studi epidemiologi nunjukkan bahwa tidak lebih 1% dari Am-241
diketahui bahwa sejumlah kecil Am-241 dapat yang ada dalam darah akan menetap dalam
menginduksi terjadinya kanker tulang, hati dan tulang dan hati setelah 5,3 tahun [6]. Melalui
paru-paru [2,3]. pengukuran eksternal diketahui waktu paro
Biokinetika unsur aktinida dan juga biologis Am-241 dalam tulang dan hati masing-
efek biologisnya perlu diketahui dengan baik masing sekitar 100 tahun dan 40 tahun [4].
untuk kepentingan proteksi radiasi, khususnya Informasi mengenai penyebaran
dalam hal yang berhubungan dengan limbah amerisium dan kandungannya dalam berbagai
radioaktif yang berumur panjang, dosimetri organ dan jaringan tubuh yang lain belum
radiasi dan juga untn; cvaluasi data bioassay. banyak diketahui. !\-nelitian ini bertujuan
S'ergerakan suatu unsur dalam tubuh untuk mengetahui chstribusi Am-241 dalam

PSPKR-BATAN 337
Presiding Prescntasi llmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

organ dan jaringan tubuh tikus putih yang tulang, darah (dari jantung), karkas dan juga
diberikan melalui mulut. feses terlebih dahulu didestruksi dengan asam
nitrat sebelum dicacah. Pencacahan dilakukan
TATA KERJA dengan menggunakan spektrometri gamma
dengan detektor Nal(Tl) terhadap energi
Tikus putih (Rattus norvegiats L.) gamma 59,6 kcV. Penelitian dilakukan dengan
yang digunakan adalah tikus betina yang tiga ulangan.
berumur sekitar 3 bulan dengan berat rata-rata
sekitar 200 gr. Tikus ini diperoleh dari Pusat HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dan Pengembangan Penyakit Tidak
Menular, Departemen Kesehatan. Tikus Data kandungan Am-241 dalam
dipelihara di kandang hewan PSPKR selama 1 berbagai organ yang diamati dalam penelitian
minggu sebelum penelitian dimulai untuk ini ditampilkan pada Tabel di bawah ini.
penyesuaian diri. Selama pemeliharaan tikus Aktivitas amerisium dalam saluran
diberi makanan baku dan minuman pencernaan, paru-paru dan karkas ditunjukkan
secukupnya. pada Gambar 1. Pada hari ke 0 (6 jam),
Sekitar 2,956 kBq Am-241 dalam aktivitas Am-241 paling tinggi dalam saluran
bentuk amerisium nitrat diberikan pada tikus pencernaan yaitu sekitar 25,96% dari
melalui mulut. Pengamatan terhadap kandung- aktivitas yang diberikan dan mengalami
an unsur amerisium dalam berbagai organ dan penurunan sangat tajam pada hari pertama
jaringan dilakukan melalui pembedahan pada (2,86%) yang diikuti pada hari-hari berikutnya.
hari ke 0 (6 jam), 1, 2, 3, 4, 5, 15 dan 30 Keadaan ini bisa dimengerti mengingat
setelah pemberian Am-241. Sedangkan pemberian radionuklida dilakukan melalui
pengamatan terhadap ekskrcsi Am-241 mulut yang akan langsung menuju saluran
dilakukan dengan menggunakan sangkar pencernaan. Dalam waktu sekitar 5 - 6 jam,
metabolisme untuk menampung urin dan feses radionuklida telah sampai pada usus halus
secara terpisah setiap hari selama 30 hari. untuk kemudian diserap dan masuk ke dalam
Organ paru, hati, ginjal, limpa, darah [4].
jantung, saluran pencernaan, jaringan otot,

Tabel I. Aktivitas Am-241 dalam berbagai organ dan jaringan sebagai fiingsi hari pengamatan
Hari pengamatan

Aktivitas Berat
organ 0 (6jam) 1 2 3 4 5 IS 30 rata2
(Bq) (g)
S.Penceniaan 767,5270,7 84.6+29.7 55.119.5 33,226,9 13,1+ 7,2 16,79,0 7,32,7 10,7l,7 11,4
Paru-paru 72,5 95, 2 35, 235,0 13,7[ 9,3 11,3[ 6,8 11,2+ 5,1 13,9+6,5 8,8+0,7 33,91,9 0,9

Karkas 201,4174,5 68,5+31,5 69,226,0 75,214,4 55,1+20,0 4,529,7 17,53,2 5,0+0,7 95,5
Ginjal 6,51,6 8,5+0,5 9,83,9 9,91,1 10,42,9 9,50,9 8,52,5 8,6l,0 1,0
Hati 4,60,7 5,1 4,4 6,92,6 4,8l,0 3,72,2 5,71,3 5,11.3 4,53,9 5,0
Limpa 3,80,9 4,53,1 5,72,0 3.72,5 6,74,1 7,0l,5 9,20,2 3,6+1,9 0,4

Jantung 6,5+0,7 7,6+0,7 3,96,0 5.03,8 5,O3,3 5,94,1 3,20,6 4,2+2,2 0,6

Darah 5,0l,7 5,81,9 5,52,0 8,51,8 8,22,4 6,73,4 7,31,3 5,93,1 2,5

Otot 7,95,8 5,1 4,6 7,82,8 16.113,1 10,25,l 7,26,0 5,85,4 5,33,5 3,9

Tulang 4,9l,0 4,61,3 6,51,1 4.7+1,0 6,86,1 6,2l,0 10,9+4,1 3,92,4 Ul

PSPKR-BATAN 338
Presiding Prcsenla.si Ilmiah Kesclamalan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

10 15 2O 26 30

Gunbir 2. AWvkM Am-241 (Bl) JJam or%m pnjil. juituug. luti dan t

Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan olch Inaba dkk. [7] diketahui bahwa
penyerapaii Am-241 dalam saluran pencernaan Gambaran aktivitas amerisium dalam
tikus cukup tinggi, yaitu sekitar 10% dari darah, tulang dan otot seperti yang ditunjukkan
aktivitas yang diberikan. Sedangkan penelitian- pada Gambar 3 tidak memberikan informasi
penelitian lainnya menunjukkan bahwa fraksi mengenai kandungan Am-241 yang
amerisium yang diserap hanya 0,003 - 0,06% sesungguhnya. Hal ini terjadi karena dalam
[8,9] dan pada manusia sekitar 0,003 - 0,04% penelitian ini volume darah dari jantung
[10]. Waktu transit radionuklida secara (sekitar 2 ml), sampel tulang dan sampel otot
alamiah di dalam saluran pencernaan sangat yang diambil untuk pengamatan sangat
bervariasi dengan kisaran waktu antara 24 jam kecil/sedikit, sedangkan sisa darah, tulang dan '
sampai 5 hari atau lebih. Radionuklida yang otot lainnya dari tubuh tikus masuk ke dalam
telah masuk ke dalam darah akan disir- kelompok karkas. Pengambilan darah, tulang
kulasikan ke seluruh tubuh dan masuk ke dan otot secara keseluruhan sangat sulit
dalam organ dan jaringan dengan fraksi yang dilakukan. Dengan demikian aktivitas
berbeda-beda [4]. amerisium dalam karkas merupakan pen-
Pola penurunan aktivitas amerisium jumlahan dari aktivitas sisa darah, tulang, otot
yang relatif sama terjadi pula pada organ paru- dan organ/jaringan tubuh tikus lainnya. Dari
paru. Pada organ ini kandungannya mencapai data yang diperoleh ternyata tidak ada
sekitar 2,45% pada hari ke 0 (6 jam) dan perbedaan yang nyata antara tulang dan otot
menurun terus sampai mencapai 0,30% pada pada semua hari pengamatan.
hari ke 15. Sedangkan pada karkas kandungan
Am-241 mencapai 6,81% pada hari ke 0 dan
terus mengalami penurunan aktivitas sampai
hari ke 30 dengan kandungan sekitar 0,17%
dari aktivitas semula. Aktivitas amerisium yang
relatif tinggi dalam karkas merupakan aktivitas
gabungan dari berbagai organ dan jaringan
selain organ/jaringan utama yang diambil.
Kandungan amerisium dalam organ
lainnya seperti ginjal, hati, limpa dan jantung
ditunjukkan pada Gambar 2 yang menunjukkan
pola pengurangan aktivitas yang berbeda.
0 5 10 15 JO
Semua organ menunjukkan penurunan setelah Hari pengamatan
hari ke 15 dan aktivitas Am-241 pada ke empat Gambar 3. Atuivit.is Am-241 (Bq) dalam darah, otot dan lulang.

organ tersebut relatif rcndah bila dibandingkan Pola distribusi amerisium dalam organ
dengan paru-paru pada semua hari dan jaringan tubuh tikus serta penurunannya
pensamatan. yang diperoleh dari penelitian ini berbeda
dengan hasil yang pemah diperoleh dari

PSPKR-BATAN 339
Prosiding Presentasi Ilmiah KeselamaUm Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN: 0854-4(185

penelitian-penelitian Iain yang menggunakan


hewan percobaan lainnya [8,9,10,11]. Hal ini Urin (Bql

dapat disebabkan karena adanya perbedaan FeaestBa)

dalam hal jalur pemberian radionuklida, hewan


percobaan yang digunakan, umur hewan dan
perbedaan dalam hal teknis pelaksanaan
penelitian sepcrti teknik pengukuran.
Diketahui bahwa distribusi radio-
nuklida amerisium dan fraksi yang diserap oleh
organ target, dalam hal ini tulang, tidak lepas
dari pengaruh umur [11]. Selain itu 0 5 10 15 20 25 30

pengamatan yang dilakukan hanya sampai hari Hari paigartiafaji

ke 30 bisa dianggap sangat pcndek bila Gambar 4. Ekskresi Am-241 mclalui urin ddii it^us sd)af3i fungsi wakLu.

dibandingkan dengan baik waktu paro fisik


maupun biologis amerisium sehingga data
distribusi yang diperoleh merupakan distribusi Pengeluaran amerisium dari tubuh
awal/inisial dari Am-241. Pemikiran ini timbul melalui feses berasal dari dua jalur. Pertama,
karena ternyata masih akan terjadi sirkulasi melalui sekresi biliari dari hati ke dalam
ulang Am-241 dari organ-organ tubuh tertentu saluran pencernaan yang dapat mencapai 2,6%
ke dalam sirkulasi darah dalam waktu yang dari aktivitas yang meninggalkan hati. Kedua,
lama, seperti meninggalkan hati untuk kembali sekresi dari darah ke dalam saluran pencernaan
masuk ke dalam darah dengan waktu paro 1 yang mencapai sekitar 1,3% dari aktivitas
tahun dan hanya sebagian kecil saja yang amerisium yang meninggalkan sirkulasi [11].
masuk ke dalam saluran pencernaan untuk
diekskresikan melalui sekresi biliari. Waktu
paro amerisium untuk meninggalkan tulang dan
masuk ke dalam darah dikctahui sekitar 3
bulan[ll].
Pengeluaran Am-241 dari tubuh tikus
secara alamiah yang diamati melalui urin dan
feses dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Karena radionuklida yang telah bersikulasi
dalam tubuh belum dikeluarkan melalui feses
dalam waktu kurang dari satu hari pasca
kontaminasi maka pengamatan terhadap urin
dan feses dilakukan pada hari kedua.
0 5 10 15 20 25
Ekskresi amerisium melalui urin dari Hari pengamalan
hari pertama sampai hari ke 30 tidak Ganibar S. Ekskresi kumulalif Am-241 dalam urindan feses.
menunjukkan perbedaan yang berarti, yaitu
tidak lebih dari 0,1% dari aktivitas yang
diberikan. Ternyata ekskresi amerisium lebih KESIMPULAN
tinggi melalui feses. Pada hari kedua setelah
pemberian radionuklida sebagai hari pertama Penelitian ini menunjukkan bahwa
untuk pengamatan pengeluaran amerisium amerisium tersebar di semua organ/jaringan
melalui feses mencapai 12,65% dan mengalami yang diamati dengan fraksi aktivitas yang
penurunan pada hari-hari pengamatan berbeda dan data yang diperoleh merupakan
berikutnya. Secara kumulatif (seperti yang distribusi awal dari Am-241 dalam tubuh tikus.
ditunjukkan pada Gambar 5), dalam waktu 30 Kandungan amerisium relatif tinggi pada
hari, amerisium yang dikeluarkan melalui urin saluran pencernaan dan paru-paru pada minggu
hanya mencapai 1,61% sedangkan yang pertama setelah tcrkontaminasi. Sedangkan
dikeluarkan melalui feses mencapai 20,03%. kandungan amerisium dalam organ/jaringan
tubuh tikus lainnva sans.\at bervariasi sebaa;

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

flingsi waktu. Ekskresi Am-241 lebih banyak gut: a second study. Sci. Total Environ.
melalui feses daripada urin yang mencapai 90. pp. 273-282. 1990.
sekitar 20% selama 30 hari. 11. LEGGETT, R.W. A retention-excretion
model for amerisium in humans. Health
DAFTAR PUSTAKA Physics. 62 (4). pp. 288-310. 1992.

1. MENOT, J.C. AND STATHER, J.W.


(EDS). The toxicity of plutonium, DISKUSI
amerisium and curium. CEC Report.
Pergamon Press: Oxford. 1979. Arifin S.Kustiono - BPTA :
2. FILIPY, R.E., TOOHEY, RE., 1. Apakah tujuan peneltian ini ?. Mengapa
KATHREN, R.L. AND DIETERT, S.E. dipilih radionuklida Am-241 ?.
Deterministic effects of 241Am exposure in 2. Apakah Am-241 ada di lingkungan ? Bila
the Hanford Amerisium Accident Case. ada, darimana asalnya ?.
Health Physics. 69(3). pp.338-345. 1995.
3 SCHOETERS, G. AND VANDER- Zubaidah Alatas :
BORGHT, O. The comparative 1. Tujuannya untuk mengctahui biokinetika
carcinogenicity of 241Am versus 226Ra in Am-241 dalam tubuh untuk menambah
various mouse strains. In Low dose informasi mengenai model metabolisme
radiation, K. Baverstock and Stather, Am-241. Sampai saat ini telah banyak
J.W.(eds.). Taylor and Frncis: London.pp. radionuklida yang digunakan untuk
503-513. 1989. "scientific devices" termasuk Am-241 yang
4. SWINDON, T.N. Manual on the medical dapat mempertinggi risiko kontaminasi pada
management of individuals involved in pekerja radiasi maupun lingkungan.
radiation accidents. Department of Health, 2. Am-241 yang ada dalam lingkungan dapat
Housing and Community Service:Victoria , berasal dari perembesan limbah radioaktif
Australia. 1991. dalam tanah atau dari kebocoran/kecelakaan
5. ICRP PUB. 30. Limits for intakes of radio- pada plutonium finishing plant dan industri
nuclides by workers. Pergamon Press: nuklir lainnya.
Oxford: Ann ICRP 2 (3/4). 1979.
6. TOOHEY, R.E. AND KATHREN, R.L. Jibun Sembiring - BPTA :
Overview and dosimetry of the Hanford Mengapa dipilih tikus putih sebagai media
amerisium accident case. Health Physics. percobaan dan Am-241 sebagai radionuklida
69(3). pp 310-317. 1995. dalam penelitian ini ?.
7. INABA, J., ISHIGURE, N., OGHISO, Y.
AND SATO,H. Gastrointestinal absorption Zubaidah Alatas :
of amerisium in rats: effect of citrate Diketahui bahwa tikus putih masuk dalam
concentration. Rad. Protection Dosimetry. kelas mamalia yang sama dengan manusia
53 (l-4).pp. 335-337. 1994. secara umum, seperti pula halnya hewan-
8. STATHER, J.W., HARRISON, J.D., hewan percobaan lain yang sering digunakan
RODWELL, P. AND DAVID, A.J. The seperti anjng, monyet/kera dll. Am-241 dipilih
gastrointestinal absorption of plutonium karena pada saat ini semakin luas
and amerisium in the hamster. Phys. Med. penggunaannya dalam bidang industri dan
Biol. 24.pp. 396-407. 1979. lainnya yang memperbesar risiko paparan
9. SULLIVAN, M.F. Absorption of actinide radiasi.
elements from the gastrointestinal tract of
rats, guinea pigs and dogs. Health Physics. Syahrir - PTPLR :
38. pp 159-171. 1980. Apakah diamati transfer Am-241 dan organ
10. HUNT, G.J., LEONARD, D.R.P. AND satu ke organ lain ?. Apakah kemungkinan
LOVETT, M.B. Transfer to environmental suatu organ mengakumulasi Am-241 dari
plutonium and amerisium across the human banyak organ dan belum mencapai puncak
pada 30 hari pertama ?.

PSPKR-BATAN
Presiding Presenlasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN: 0854-4085

Zubaidah Alalas : waktu pengamatan yang singkat ini Am-241


Tidak diamati karena akan membutuhkan yang telah terserap dalam darah lebih
waktu lama sekali. Dari literatur diketahui, banyak terendap pada paru-paru dibanding
sebagai contoh, perpindahan Am dari hati ke organ lain pada distribusi awal Am-241.
sirkulasi darah dengan 11/2 biologis sekitar 1 Keadaan ini mirip dengan hasil penelitian
tahun. Terdapat kemungkinan suatu organ dengan hewan percobaan lain yang
mcngakumulasi Am-241 dari organ lain dalam menunjukkan bahwa pada distribusi awal
waktu 30 hari setelah kontaminasi. Pada jangka Am-241 kandungannya tinggi tidak hanya
waktu yang singkat tersebut masih terus terjadi pada hati dan tulang, tetapi juga pada paru-
sirkulasi ulang Am-241 dalam tubuh dari paru. Faktor yang menyebabkan pola
organ/jaringan ke darah dan masuk/diserap distribusi seperti ini belum diketahui.
oleh organ lain atau organ yang sama selain 2. Karena pola distribusi Am-241 akan sesuai
diekskresikan. Pada saat ini masih merupakan dengan senyawa stabilnya yang serupa yaitu
"initial distribution" dari Am-241. kalium yang akan mengendap pada tulang,
maka pada distribusi akhir nanti diharapkan
Asep Warsona - PSPKR : akan lebih besar fraksi Am-241 yang
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mengendap dalam tulang daripada dalam
ekskresi melalui feccs lebih tinggi daripada organ lain.
melalui urin ?. Apakah pengaruhnya bila
pemasukan radionuklida Am-241 pada tikus M Darussalam - PPTN :
dengan cara suntik ?. 1. Dengan unsur stabil apa, Am-241 memiliki
sifat / perilaku biologinya ?.
Zubaidah Alatas : 2. Am-241 mengeluarkan sinar apa saja yang
Eksresi Am-241 lebih banyak melalui feccs potensial berbahaya terhadap kesehatan ?.
karena pengeluaran Am-241 dari tubuh melalui
dua jalur yaitu sistem biliari dari hati ke Zubaidah Alatas :
saluran pencernaan dan dari darah ke sahiran 1. Kalium.
pencernaan. Bila diberikan secara suntik maka 2. Sinar alfa.
akan memberikan pola distribusi yang sedikit
berbeda. Wahyudi - PSPKR :
1. Bagiamana sistem pencacahan/pengukuran
Poppy Man T. - PSPKR : sampel. Dicacah langsung atau dengan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preparasi khusus ?.
aktivitas Am-241 cukup tinggi di saluran 2. Standard yang digunakan dalam bentuk apa
pencernaan dan paru-paru. Tingginya Am-
241 di saluran pencernan dapat dimengerti Zubaidah Alatas :
karena pemberiannya melalui oral. 1. Sampel dicacah dengan menggunakan
Bagaimana dengan yang di paru-paru ?. spektrometer gamma Nal(Tl) dilengkapi
2. Seperti disebutkan bahwa organ target dengan MCA terhadap sinar gamma yang
Am-241 adalah tulang. Apakah akan dipancarkan Am-241 dengan energi 60 keV.
terjadi perubahan distribusi Am-241 dengan Sebelum pencacahan, sampel didestruksi
berjalannya waktu ?. terlebih daliulu dengan asam nitrat 65%
selama satu hari.
Zubaidah Alatas : 2. Standard Am-241 yang digunakan dalam
1. Tingginya aktivitas Am-241 di paru-paru bentuk cair.
mungkin disebabkan karena dalam jangka

PSPKR- \i AT AN 342
Presiding Prcsmtasi Ilmiah Kesclamatan Radiasi dan I jngkungan, 20-21 Aguslus 1996
ISSN : 0854-4085
1D0000103

PENYEBARAN DAN BIOAKUMULASI1-131 PADA SISTIM AIR-IKAN


M. Darussalam
Pusat Penelitian Teknik Nuklir-Batan
D.G.O. Wijaya dan Sutrisno
Teknik Lingkungan-ITB, Bandung

ABSTRAK
PENYEBARAN DAN BIOAKUMULASI 1-131 PADA SISTIM AIR-IKAN. Sebagai suatu produk fisi
radioyodium 1-131 sangat berpotensi menjadi unsur pencemar baLk berasal dari jatuhan maupun sebagai limbah
radioaktif Oleh karena itu perhatian khusus telah diberikan kepada unsur 1-131 dalam menangani dan
mengamankannya sejak awal pembentukan, implementasi dan pengelolaan limbahnya. Dalam penelitian ini,
penyebaran dan bioakumulasi I-13 I pada sistim air-ikan menjadi fokus pengamatan. Kedalam akuarium dengan
air yang tercemar 1-131 pada tingkal kandungan keradioaktifan terientu, telah dimasukkan sejumlah ikan mujair
percobaan. Pada interval waktu tertentu 0, 6, 24, 48 dan 72 jam pasca pendedahan dilakukan pencacahan pada
badan air, serta tubuli ikan dan organ-organnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentasi
keradioaktifan badan air memijiki gambaran yang serupa untuk semua kandungan I-131 yang berbeda.
Sementara gambaran keradioaktifan pada organ atau bagian tubiili ikan mujair tampak bervariasi dengan bentuk
yang hampir sebangun untuk semua tingkat kandungan 1-131 pada media air.

ABSTRACT
DISTRIBUTION AND BIO ACCUMULATION OF 1-131 WITHIN THE WATER-FISH SYSTEM.
As one of fission pproducts, radio iodine 1-131 has potentially become a pollutant either resulted from fallout or
radioactive waste. Therefore, special interest has been given to handle 1-131 starting from its production,
implementation and its waste management. The observations in this research have been focussed on distribution
and bio accumulation of 1-131 within the water-fish systems. Some number of Tilapia fish were put in aquaria
containing 1-131 contamined water with certain radioactivity concentration. Within time interval of 0, 6, 24, 48
and 72 hours after treatment the radioactivities of water media, fish and their organs have been measured. The
results show that the radioactivity percentage different water media containing different 1-131 concentration tend
to have similar patterns. Meanwhile, the 1-131 concentrations offish and their organs were varied with similar
patterns for different 1-131 content in water media.

PENDAHULUAN tercemar oleh 1-131, jika unsur tersebut


mencapai suatu ekosistem perairan [HIYAMA
Yodium (I) stabil termasuk unsur yang dkk., 1964; IAEA, 1979; PATZER, 1979].
essensial pada tubuh hewan dan organisme Mengingat bahwa ikan merupakan
dengan peran fisiologinya yang cukup nyata. salah satu mata rantai makanan, maka
Dalam penggunaannya sebagai perunut hubungan antara retensi 1-131 pada tubuh ikan
radioaktif 1-131 sangat membantu dalam dan habitat air yang telah tercemar selalu
mengungkapkan berbagai proses hayati dalam mendapat perhatian para ahli lingkungan
tubuh. Afinitas yang tinggi 1-131 terhadap [COUGHTREY, 1983], Dalam penelitian ini,
jaringan kritik seperti organ kelenjar tiroid, penyebaran dan bioakumulasi 1-131 pada
ovarium dan Iain-lain akan membawa sistim air-ikan telah menjadi fokus
konsekuensi yang tidak diinginkan bila pengamatan.
keberadaannya sebagai suatu unsur pencemar
(polution). Oleh karena itu sebagai fall-out BAHAJV DAN TATA KERJA
ataupun pembuangan limbah radioaktif, 1-131
akan memberikan dampak yang merugikan BAHAN
bagi kesehatan akibat sinar beta dan gamma
yang dipancarkan [DARUSSALAM, dkk., A. Hewan Percobaan
1995] Radioyodium 1-131 dapat mencapai Sebagai hewan percobaan, telah
tubuh manusia melalui berbagai macam cara digunakan sejumlah ikan mujair dengan ukuran
seperti rantai makanan, permukaan kulit, berat dan panjang tubuh masing-masing
pernafasan dan t ?vnkumulasi pada organ kririk 120 gr dan + S cm
[GLASSTON, c:,k., 1980; DARUSSALAVl,
1982]. Hampir sc.nua organisme perairan aknn

PSPKR-BATAN J-to
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

B. Makanan Ikan
Sebagai makanan ikan telah digunakan C. Pencacahan
pelet makanan ikan yang tersedia dipasaran. Cacahan cuplikan menggunakan rumus
"Statistical Counting" :
C. Bahan Kimia
1. Air kolam tempat pemeliharaan ikan
2. Larutan Nal, digunakan sebagai pencuci S=
cuplikan ts tb \\ ts tb
3. Radioisotop 1-131
Radioisotop 1-131 yang digunakan dimana :
berada dalam bentuk senyawa Na-I-131 hasil Ns = Cacahan cuplikan dalam waktu ts
produksi PPTN-BATAN. Nb = Cacahan bakcground waktu tb

D. Peralatan Dari persamaan :


1. Akuarium
Akuarium berukuran (30x30x30) cm3 ts
digunakan sebagai wadah pendadahan ikan (2)
mujair percobaan yang berjumlah 6 buah tb
unsur setiap seri perlakuan.
2. Alat pencacah Laju cacahan cuplikan
Sebagai alat pencacah, digunakan dengan k
pencacah Sintilasi Saluran Tunggal (SCA) Laju cacahan bakcground
dengan spesifikasi tipe sumur (well type).
Model 802, Kristal Na-I. Penentuan cacahan 1-131, dapat dihitung
3. Alat Diseksi Hewan
Seperangkat (KIT) alat-alat pembedahan Cacahan bersih 1
hewan : gunting, pisau, planset, spatel dari rumus t = x (3)
dsb.) 2,22 x 106 Cf

TATA KERJA dimana


t = keradioaktifan saat pencacahan
A. Pendedahan Ikan Mujair ef = efisiensi alat
Kedalam setiap akuarium kecuali
kontrol telah dimasukkan larutan Na-I-131 Secara teoritis keradioaktifan suatu cuplikan
sesuai tingkat keradioaktifan air yang radionuklida mengikuti rumus :
ditentukan. Ke dalam setiap 20 1 air akuarium
dimasukkan masing-masing 1 ml larutan 1-131 At = Ao.e-Xt (4)
dengan variasi aktivasi 100^ 200, 300 dan 400
uCi yang sekaligus merupakan konsentrasi dimana :
1-131 yang ditentukan Cl, C2, C3 dan C4. Ao = keradioaktifan saat sampling
Cuplikan air yang telah dicemari 1-131 e = konstanta peluruhan 2,7182 (uCi)
dicacah terlebih dahulu sebelum diberi ikan X = konstanta peluruhan yang besarnya
percobaan. Pendedahan ikan berlangsung 0,693/T1/2; Tm (1-131) = 8,04 han
selama jam-jam ke-0, ke-6, ke-24, ke-48 dan Dari persamaan 3 dan 4 diperoleh Ao untuk
ke-72. penentuan keradioaktifan 1-131 pada air dan
ikan digunakan rumus :
B. Pengambilan Cuplikan
Cuplikan dicacah terdiri dari media air Ao
akuarium, tubuh ikan berikut 8 macam organ (5)
atau bagian tubuh yaitu sisik, sirip, insang, V
daging, rangka/tulang, saluran pencernaan, dimana :
otak dan organ bagian tiroid. C ~ keradioaktifan 1-1 3 ! pada cuplikan (uCi)

PSPKR-BATAN 344
IVosiding Presealasi Ilmiah Kesclamataii Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

V = Volume cuplikan (air) atau berat cuplikan perlakuan. Hal ini ditunjang oleh beberapa
ikan masing-masing dalam cm3 dan gram faktor seperti :
a. Terjadinya peningkatan uptake 1-131 oleh
Untuk cuplikan air dalam ui/cm3 diubah ke tubuh ikan mujair dan organ-organnya.
dalam ui/gram agar dapat diseragamkan. b. Terlepasnya 1-131 keluar sistim seperti
penguapan air yang terjadi akibat kenaikan
HASBL PERCOBAAN DAN DISKUSI suhu.
c. Terjadinya peluruhan 1-131.
Gambaran penyebaran dan bio- d. Terjadinya proses pengendapan 1-131 di
akumulasi 1-131 baik pada ikan maupun badan dasar akuarium dan tertahan oleh kotoran
air dalam sistim air-ikan dapat disaksikan pada ikan yang ada.
Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar
4. Pada Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7 dan Sebaliknya gambaran persentasi (%)
Gambar 8, juga terlihat pada Tabel 1, Tabel 2, keradioaktifan 1-131 pada tubuh ikan mujair
Tabel 3 dan Tabel 4. menunjukkan kecendemngan semakin mening-
Dari Gambar 1 sampai Gambar 4, kat dari awal pengamatan 0 jam sampai ke 6,
tampak jelas bahwa gambaran keradioaktifan 24 dan 48 jam pasca pendedahan. Kemudian
1-131 pada organ dan bagian tubuh ikan terjadi penurunan yang nyata pada 72 jam
memiliki bentuk yang hampir serupa pada pasca pendedahan.
semua tingkat kandungan keradioaktifan media
air yang berbeda Cl, C2, C3 dan C4. Organ KESIMPULAN
insang dan saluran pencernaan ikan
menunjukkan harga retensi 1-131 yang paling Dalam hasil penelitian dapat ditarik
tinggi dibandingkan dengan organ atau bagian beberapa kesimpulan sebagai berikut:
tubuh latnnya, selama pengamatan 0, 6, 24, 48 Tingkat kontaminasi 1-131 pada media air
dan 72 jam pasca pendedahan. Kenaikan tajam akuarium, hampir tidak mempengaruru
terjadi sejak 6 jam pasca pendedahan untuk gambaran retensi 1-131 pada tubuh dan
kemudian menurun pada jam ke-72 pasca organ tubuh lkan mujair selama
pendedahan. Kedua organ insang dan saluran pengamatan 0, 6, 24, 48 dan 72 jam pasca
pencernaan memang merupakan pintu masuk pendedahan.
utama air ke tubuh ikan [ACHYAR, 1986]. Organ dalam kelenjar tiroid ikan mujair
Sekalipun demikian kedua organ tersebut merupakan organ kritik untuk 1-131
bukan berarti merupakan organ kritik bagi dengan tingkat retensi 1-131 jauh diatas
1-131. Hal ini akibat kemungkinan 1-131 akan organ tubuh ikan yang lain seperti sisik,
cepat diekskresikan. Sebaliknya organ dalam sirip, daging, otak dan rangka (tulang).
yang merupakan lokasi kelenjar tiroid ikan Jika gambaran persentasi (%) keradio-
memang benar-benar organ kritik bagi 1-131, aktifan 1-131 pada tubuh ikan cenderung
karena pada kelenjar ini unsur I mengalami semakin meningkat, maka sebaliknya
metabolisme. Jadi kelenjar tiroid ikan yang gambaran persentasi (%) keradioaktifan
disini dinyatakan sebagai organ dalam (interna) 1-131 pada media air akuarium cenderung
memiliki tingkat akumulasi dan retensi 1-131 semakin menurun selama pengamatan
jauh di atas bagian tubuh yang lain seperti berlangsung 0, 6, 24, 48 dan 72 jam pasca
sisik, si rip, daging, otak dan rangka (tulang). kontaminasi.
Hubungan persentasi (%) radio-aktivitas 1-131
pada badan air dan pada tubuh ikan, terlihat UCAPAN TEREVLA KASIH
memiliki pola yang hampir sama pada semua
tingkat kandungan keradioaktifan media air Cl, Atas bantuan dan kerjasamanya
C2, C3 dan C4 [Gambar 5, Gambar 6, Gambar penulis mengucapkan terima kasih kepada staf
7 dan Gambar 8]. Kecenderungan penurunan Bidang K-3 Sdr. Y. Sumpena dan Ruchiyat.
persentasi (%) keradioaktifan 1-131 pada media Ucapan yang sama penulis tujukan kepada
air terjadi sejalan dengan lama waktu kelompok produksi isotop Bidang Kimia
pengamat;:-.i 0, 6, 24, 48 dan 72 j;:ni pasca PPTN.

PSPKR-BATAN 345
Prosiding Presentasi Dniiah Keselamatan Radiasi dan Liugkungaii, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

DAFTAR PUSTAKA 4. GLASSTONE, S., W.H. JORDAN,


Nuclear Power and Its Environmental
1. COUGHTREY, P.J., Radionuclide Effects, ANS, La Grange Park, Illinois,
Distribution and Transport in Terrestrial (1980).
and Aquatic Eco System Associated 5. HIYAMA Y., M. SHIMIZU, Uptake of
Nuclear Service, Epson UK., Vol. 1, Radioactive Nuclides by Aquatic
Bekema-Rotterdam, 51-62 (1983). Organisms : The Application of The
2. DARUSSALAM, M., Radiasi dan Exponential Model Depart of Fiherics
Radioisotop, Prinsip Penggunaannya dalam Faculty of Agriculture, Univ. of Tokyo,
Biologi, Kedokteran dan Pertanian, Hongo, Tokyo (1964).
Tarsito-Bandung (1982). 6. IAEA, Methodology for Assessing Impacts
3. DARUSSALAM, M., K. LARAS, A.A. of Radioactivity on Aquatic Ecosystem,
BARADJANAGARA, Y. SUMPENA, IAEA Technical Report Series No. 190,
Tingkat Frequensi Aberasi Kromosom Sel STI/DOC) 10/190 (1979).
Sumsum Tulang Mencit Pasca Perlakuan 7. PATZER, R.S., Concentration Factor and
Dengan Pemancar Radiasi Intema, Proc. Transport Model for Radioactive Nuclides
Sem. Sains dan Teknologi Nuklir, PPTN- in Aquatic Environment A Literature
BATAN, Bandung : 217 (1995). Report, PB. 255-097/8.ST. (1979).

t>OOt>t> Sirip
s}*}*j*&-D cging
Mill Otok
xxxxx Rongka
xxxxx Salurar, pencernoan
1.00 - <|><<H Organ dalam

o
o
o

^ 0.50

t i 1 1 t t ( | i l_]__l__t__l_| L I 1 1 1 I 1 1 I I 1
0.00$ 80
20 40 60
Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 1 : Distribusi Radioyodium-131 (relatif keradioaktifan) dqalam organ/jaringan ikan mujair


pada konsentrasi keradioaktifan air Cl

PSPKR-BATAN 346
Presiding Prescntasi Ilmiah Keselamalan Rndiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN : 0854-4085

Sisik
_ t>C>t>t>> Scrip
oeeeo-lnsang
* * & Daging
Otok
x x x x x Rangka
1.00 - KKXX Saluran pencernaan
* * * * * Orgon dolam

o
o
o

-Si
D
0.50 -

0.00 i i i i t i i I i i i i i i i i i
40 60
Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 2 : Distribusi Radioyodium-131 (relatif keradioaktifan) dqalam organ/jaringan ikan mujair


pada konsentrasi keradioaktifan air C2

Sisik
[>c>t>C>t> Sirip
oooooinsang
g
H i l l Otok
x x x x x Rongka
xxxxx Saluran pencernaan
Organ dalam

0.00

Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 3 : Distribusi Radioyodium-131 (relatif keradioaktifan) dqalam organ/jaringan ikan mujair


pada konsentrasi keradic kufan air C3

PSPKR-BATAN 347
Prosiding Presaitasi Umiah Keselamatan Radiasi dau Lmgkungan, 20 - 1 1 AgusLus 1996
ISSN: 0854-4085

sirip
eeeo-lnsang
g
Ofcok
xxxxx Rongka
1.00 xxxxx Saluran pencernaan
* * * * * * Organ dalam

0.0C IB ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 4 : Distribusi Radioyodium-131 (relatif keradioaktifan) dqalam organ/jaringan ikan mujair


pada konsentrasi keradioaktifan air C4

20 40 60 80
Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 5 : Hubungan antara % radioaktivitas 1-131 di dalam air dengan % radioaktivitas 1-131 di
dalam tubuh lkan mujair pada selang waktu kontaminasi 0 jam hingga 72 jam
(Penelithn pada konsentrasi keradio^ktifan air Cl)

PSPKR-BATAN
Presiding Presaitasi Hmiah Keselauialau Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
I S S N : 0854-4085

I.. i .] I i I I l 1 I i i I i I i i i 1 i i i i i
80
Waktu kontaminasi (Jam)
Gambar 6 : Hubungan antara % radioaktivitas 1-131 di dalam air dengan % radioaktivitas 1-131 di
dalam tubuh ikan mujair pada selang waktu kontaminasi 0 jam hingga 72 jam
(Penelitian pada konsentrasi keradioaktifan air C2)

20 40 60 80
Waktu kontaminosi (Jam)

Gambar 7 : Hubungan antara % radioaktivitas 1-131 di dalam air dengan % radioaktivitas 1-131 di
dalam tubuh ikan mujair pada selang waktu kontaminasi 0 jam hingga 72 jam
(Penelitian pada k. isentrasi keradioaktifan ai; ^3)

PSPKR-BATAN 349
Presiding fresentasi Hmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Aguslus 1996
ISSN: 0854-4085

L.J, i, i. JJ Air

I ' I I 1 I I I I I I I 1 I I I 1 I I I 1 I I I < I I I I I I I I I I I 1 1
~D 20 40 60 80
Waktu kontaminasi (Jam)

Gambar 8 : Hubungan antara % radioakti vitas 1-131 di dalam air dengan % radioakti vitas 1-131 di
dalam tubuh ikan mujair pada selang waktu kontaminasi 0 jam hingga 72 jam
(Penelitian pada konsentrasi keradioaktifan air C4)

DISKUSI informasi tentang perilaku biologis 1-131


pada tubuh ikan sebagai teknik perunut.
Mulyono Hasyim - PSPKR : 4. Disini lebih ditekankan pada pencacahan
1. Alat cacah apa yang Bapak pergunakan ? statistik dari sampel sekalipun jumlah rata-
2. Berapa Minimum Detectable Amount rata sampel 5 buah.
(MDA) yang dicapai oleh alat cacah yang
Bapak pergunakan ? Poppy Intan T. - PSPKR :
3. Apakah tujuan utama dari penelitian ini 1. Berapa variasi konsentrasi 1-131 yang
yang bermanfaat untuk masyarakat ? digunakan ?
4. Pola statistik apa yang dipakai untuk 2. Apakah dilakukan juga penghitungan
mengambil kesimpulan akhir ? faktor transfer 1-131 dari air ke ikan yang
diperlukan untuk memprakirakan dosis
M. Darussalam : yang diterima masyarakat yang
1. Alat Pencacah Sintilasi Saluran Tunggal mengkonsumsi ikan ? Berapa faktor
(SCA) tipe sumur. transfernya ?
2. Telah dicek efisiensinya sebelum dipakai 3. Berapa waktu paruh biologis 1-131 dalam
tetapi belum dicatat. ikan?
3. Memberi informasi sejauh mana 1-131
dapat mengkontaminasi tubuh dan organ M. Darussalam :
ikan sampai dengan 72 jam pasca 1. Variasi konsentrasi 1-131 yang digunakan
pendedahan. Seberapa lama ikan tersebut berkisar spesifik aktivitas 100, 200, 300
aman untuk dikonsumsi. Menambah dan 400 uCi/ml, masing-masing sejumlah
3 mi ':!an:tkan ke dalam 6 'her air

PSPKR-BATAN 350
ProsidingPrescutasi Ilniiah Kcsclauialan Radiasi dau Lingkungaii, 20 -21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

akuarium (C1,C2,C3,C4 = konsentrasi ke


1 sampai 4).
2. Tidak dilakukan. Sama dengan di atas.
3. Kami belum sempat menghitung waktu
paruh biologj 1-131 yang tentunya jauh
lebih pendek daripada waktu paruh
fisiknya yang 8 hari.
Asep Warsona - PSPKR :
1. Bagaimana sistem pencacahan sampel or-
gan ikan, apakah bentuk abu, organ men-
tah atau dilarutkan dalam bahan kimia ?
2. Bagaimana bentuk standard yang di-
gunakan 9
3. Berapa liter air untuk pemeliharaan di
akuarium ?

M. Danissalam :
1. Pencacahan dilakukan secara langsung dari
sampel dan tidak melalui pengabuan
maupun wet ashing.
2. Kami bandingkan langsung antara keradio-
aktifan habitat air (dianggap sebagai
standard yang diencerkan) dengan keradio-
aktifan sampel ikan.
3. Sistem air dalam akuarium adalah statis
(tidak bersirkulasi/tertutup).

Erwansyah Lubis - PTPLR :


1. Apakah penelitian yang Bapak lakukan
bertujuan untuk memperoleh nilai faktor
pemekatan/faktor perpindahan 1-131 dari
air ke ikan. Bila demikian bagaimana
hubungan antara nilai (C/Co) sebagai
fungsi konsentrasi radionuklida dalam
habitat ikan (air) ?

M. Danissalam :
1. Penelitian kami tidak sampai ke sana dan
akan dilanjutkan pengamatan dengan
metode sistem kompartemen hingga
diperoleh harga-harga penyebaran 1-131
secara teoritis/perhitungan.

PS!JKR-BATAN 351

Anda mungkin juga menyukai