Diskromatopsia (abnormalitas persepsi warna) biasanya menjadi tanda toksisitas yang paling
awal, secara klasik ditunjukkan dengan penurunan persepsi warna merah-hijau yang dinilai
dengan kartu ishiara. Berlawanan dengan ini, polak dkk melaporkan bahwa defek biru-kuning
adalah defek awal yang paling umum pada pasien tanpa gejala gangguan peglihatan. Namun
defek biru kuning hanya dapat dideteksi menggunakan panel desaturasi Lantony yang jarang
tersedia, bukan menggunakan ishiara. Pada pemeriksaan funduskopi biasanya tidak
ditemukan kelainan.Untuk melihat perubahan nerve fiber layer menggunakan OCT (Optical
Coherence Tomografy). ( Zafar,Aftab,2008)
Gangguan penglihatan jarang terjadi sampai pasien berobat selama 2 bulan. Umumnya gejala
timbul antara 4 bulan sampai 1 tahun setelah pengobatan. Efek samping dapat lebih cepat jika
pasien menderita penyakit ginjal karena berkurangnya ekskresi obat sehingga level serum
obat meningkat. Oleh karena itu dosis yang tepat pada pasien dengan kerusakan ginjal
sangatlah penting. Toksisitas obat ini tergantung pada dosis, pasien yang menerima dosis 25
mg/kgBB/hari atau lebih paling rentan terhadap kehilangan penglihatan. Namun, kasus
gangguan penglihatan dengan dosis yang jauh lebih rendah telah dilaporkan. Perbaikan tajam
penglihatan pada pengguna etambutol umumnya terjadi pada periode beberapa minggu
sampai beberapa bulan setelah obat dihentikan. Beberapa pasien dapat menerima etambutol
hidroklorida kembali setelah penyembuhan tanpa rekurensi dari penurunan tajam
Universitas Sumatera Utara
penglihatan. Follow up tajam penglihatan berkala tetap diperlukan pada setiap pengguna
etambutol ( Schield HS,Fox BC,1991).