Cover
Cover
PENDAHULUAN
1
daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat.
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropis dan
subtropis bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian
pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia,
setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi
tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian
sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus terjadi
peningkatan tetapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun
2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan
kematian 1.187 orang dengan case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun
2009 sebanyak 15.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%
Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) pada daerah setempat dari Januari hingga April 2016 ini sudah
2.260 orang. Lebih lanjut, jumlah kasus dan angka kesakitan meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya dengan periode yang sama. Pada 2015 tercatat
1.078 kasus atau 17,4 angka kesakitan per 100.000 penduduk, dan mengalami
kenaikan sebanyak 1182 kasus pada tahun ini atau menjadi 36,5 IR (inciden Rate).
Rincian penderita DBD Provinsi Riau pada 2016 diantaranya, Kabupaten
Bengkalis 544 kasus, Kampar 202 kasus, Rokan Hulu 49, Pelalawan 78, lalu
Kabupaten Inhu 102 kasus, Kuantan Singingi 153 kasus. Kemudian Kabupaten
Indragiri Hilir 55 kasus, Siak 251 kasus, Rokan Hilir 53, Kepulauan Meranti 98
kasus, Kota Dumai 170 kasus, dan Pekanbaru 505 kasus. (Republika,2016)
Sampai saat ini upaya pemberantasan DBD yang telah dilakukan
menitikberatkan pada pemberantasan nyamuk Aedes aegypti melalui kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan grakan 3M (menutup, menguras dan
mengubur) untuk jentik nyamuk serta pengasapan untuk nyamuk dewasa. Selain
itu telah diterapkan pula sistem kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya KLB DBD.
Dalam pemberantasan DBD, seluruh lapisan masyarakat seharusnya ikut
berperan serta aktif. Oleh karena itu, pentingnya dan pemberdayaan masyarakat
dalam pemberantasan penyakit ini. Hal yang diharapkan mengenai pemberdayaan
2
masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah masyarakat diharapkan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai DBD dan cara penanggulangannya;
masyarakat diberikan pembinaan oleh petugas kesehatan atau kader yang terlebih
dahulu sudah mendapatkan pengetahuan atau pelatiahan dari petugas kesehatan;
serta diharapkan masyarakat memiliki kesadaran dalam melakukan
penanggulangan DBD.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah definisi dan gejala dari penyakit DBD ?
1.2.2 Apakah penyebab penyakit DBD ?
1.2.3 Bagaimanakah cara penularan penyakit DBD ?
1.2.4 Bagaimanakah cara pencegahan penyakit DBD ?
1.2.5 Apakah program pencegahan dan penularan DBD di Indonesia ?
1.3.TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dan gejala DBD
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab DBD
1.3.3 Untuk mengetahui cara penularan DBD
1.3.4 Unttuk mengetahui cara pencegahan penyakit DBD
1.3.5Untuk mengetahui program pencegahan dan penularan DBD di Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a. Demam yang timbul secara mendadak, suhu mencapai 39-400 celcius,
dan kadang-kadang disertai menggigil. Demam ini hanya berlangsung 5-
7 hari. Demam sering berakhir dengan mendadak, disertai keringat yang
cukup banyak dan tubuh tampak lemah. Kadang-kadang dikenal degan
istilah demam bipashik, yaitu demam yang berlangsung selama berhari-
hari.
b. Nyeri diseluruh tubuh dan terkadang juga nyeri pada ulu hati karena
terjadi pendarahan dilambung.
c. Ruam yang timbul pada saat awal panas, bentuknya berupa flushing.
d. Pendarahan yang tampak dari luar maupun dari dlam dan Pendarahan
selaput lendir mukosa.
e. Tes Touniquet yang menunjukkan hasil yang positif.
f. Terjadi adanya pendarahan yang petekia, akimosis atau purpura.
g. Apabila tanda demam berdarah sudah mulai parah, penderita akan
mengalami gelisah dengan ujung kaki dan tangan yang mengeluarkan
keringat dingin.
h. Haematemesis atau melena
i. Tes Trombositopenia atau jumlah trombosit yang menunjukkan kurang
dari 100.000 per mm3.
j. Terjadinya pembesaran plasma yang ada hubungan erat dengan kenaikan
permeabilitas di dinding pembuluh darah dalam tubuh, yang ditandai
degan munculnya satu atau lebih dari : Kenaikan nilai 20% haematokrit
atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin. Menurunnya nilai
haematokrit dari nilai dasar 20% atau lebih sesudah pengobatan. Tanda-
tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipoterinaemia.
5
meter, bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan pada ketinggian 2.121 meter
serta di Kolombia pada ketinggia 2.200 meter. Nyamu Aedes berasal dari Brazil
dan Ethiopia, stadium dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-
rata nyamuk lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus banyak berkembang biak di
daerah padat penduduk, misalnya di kota-kota besar beriklim lembap dan hangat.
Masalah penyakit demam dengue biasanya dialami oleh negara-negara subtropis
dan tropis, termasuk Indonesia. Diperkirakan ada seratus juta kasus demam
dengue yang terjadi pada tiap tahunnya di dunia, bahkan ribuan orang di
antaranya terjangkit dalam waktu singkat akibat wabah penyakit ini.
Kedua spesies nyamuk tersebut termasuk ke dalam Genus Aedes dari
Famili Culicidae. Secara morfologis keduanya sangat mirip, namun dapat
dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae.
Aegypty berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah
yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sedangkan skutum Ae.
Albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian
dorsalnya.
Nyamuk Ae.aegypty mempunyai dua subspesies yaitu Ae. Aegypti
queenslandensis dan Ae. Aegypti formosus. Subspesies pertama hidup bebas di
Afrika, sedangkan subspesies kedua hidup di daerah tropis yang dikenal efektif
menularkan DBD. Subspesies kedua lebih berbahaya dibandingkan subspesies
pertama.`
Nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infeksif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus
dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian
menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan
bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur
virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi
6
ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi
tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus
dengue. Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari
pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam
08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai
kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke
individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia
yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif
bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang
sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan
penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
7
tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses oematangan telurnya
(Handinegoro,2005).
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina
Aedes aegypti akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya,
sedikit di atas permukaan air. Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya
berlangsung 6-8 hari, dan pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama
9-10 hari. Umumnya nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Setiap bertelur
nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur ini di tempat
yang kering (tanpa air) dapat berbertahan berbulan-bulan pada suhu -20 C – 20C,
dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembapannya
maka telur dapat menetas lebih cepat.
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya, antara lain : (1) wilayah yang banyak kasus (endemis), (2) tempat-
tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya petukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut atara lain sekolah, rumah sakit,
pertokoan dan lainnya, (3) pemukiman baru di pinggiran kota. Karena di lokasi ini
penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya
terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 00 meter
namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat
berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luar di daerah tropis dan sub tropis.
Di Indonesia nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian
+1000 meter dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1000 meter tidak dapat
berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah,
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut.
8
2.4 CARA PENCEGAHAN DBD
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), bahwa pencegahan dan
pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor
yaitu nyamuk penular Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap jentik-jentiknya,
karena vaksn untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia.
Cara yang paling dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) yang harus didukung oleh peran serta
masyarakat.
Apabila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka populasi
nyamuk Aedes aegypti akan dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga
penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus, karena
keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. Berikut ini
cara-cara menghindari diri dari gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopictus sebagai perantara virus dengue :
9
h. Memasang kelambu di ranjang tidur
i. Memakai lotion antinyamuk, terutama yang mengandung N-
diethylmetatuoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan
gunakan produk ini di sekitar bayi yang masih berusia di bawah dua
tahun. Gunakan lotion di siang hari maupun malam hari
j. Mengenakan pakaian yang cukup bisa melindungi dari gigitan nyamuk
k. Jika ada orang di rumah yang sudah terjangkit penyakit DBD, segera
menutup berbagai kemungkinan untuk terjadinya gigitan nyamuk kedua,
baik dari penderita maupun bagi anggota lain yang belum tergigit.
l. Cara alami untuk menjauhkan nyamuk adalah dengan meletakkan
tanaman tulsi/tulasi di dekatjendela-jendela rumah. Tanaman ini
memiliki beberapa sifat yang mampu mencegah nyamuk berkembang
biak.
10
Jentik (ABJ) setiap kelurahan/desa dapat mencapai lebih dari 95% akan
dapat menekan penyebaran DBD.
d. Penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD, cara yang tepat dalam
pencegahan DBD adalah dengan melaksanakan PSN-DBD, dapat
dilakukan dengan cara antara lain :
1) Fisik, cara ini dikenal dengan “3M” yaitu : menguras dan menyikat
bak mandi secara teratur seminggu sekali, menutup rapat tempat
penampungan air rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain),
mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas
(kaleng, ban dan lain-lain). Berdasarkan fakta ini, Depkes RI telah
menetapkan program PSN-DBD sebagai program prioritas dalam
pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.
2) Kimia, cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasida.
Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos formulasi yang
digunakan adalah dalam bentuk granule (sand granulue), dengan
dosis 1 ppm atau 100 gram (+ 1 sendok makan rata) untuk setiap 100
liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3
bulan. Larvasida uang lain yang dapat digunakan adalah golongan
insect growth regulato.
3) Biologi, pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi
adalah dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain).
Sampai saat ini pemberantasan vektor masih merupakan pilihan terbaik
untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini pada
prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan
mengadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi
tersebut terdiri atas perlindungan perseoragan, pemberantasan vektor dalam
wabah dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan
penyebaran penyakit DBD.
Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD
melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut
11
diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan kemudian
pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena
fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering. Upaya lain untuk
memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat beberapa cara sederhana dan hanya
diperlukan kepedulian, ketelitian dan keuletan setiap penghuni rumah akan
keadaan lingkungan. Cara paling efektif untuk mencegah penularan DBD adalah
dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi populasi nyamuk
penular, dan mengenali cara hidup nyamuk. Hal ini karena seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD di gigit nyamuk penular, maka
virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk di dalam kelenjar liurnya (Rahayu,2012).
Satu minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah
akan mengeluarkan air liur melalui saluran tusuknya (proboscis), agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain (Kementerian Kesehatan RI,2010).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
(petechie),lebam (echymosis), atau ruam (purpura),kadang-kadang
mimisan, faeces darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan
(shock).
3.1.2 Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Ae. Aegypty yang
menjadi vektor utama serta Ae. Albopictus yang menajdi vektor
pendamping. Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayan
Indonesia, hidup optimal pada ketinggian di atas 1000 meter di atas
permukaan laut. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus banyak
berkembang biak di daerah padat penduduk, misalnya di kota-kota besar
beriklim lembap dan hangat. Masalah penyakit demam dengue biasanya
dialami oleh negara-negara subtropis dan tropis, termasuk Indonesia.
3.1.3 Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), terdapat tiga faktor yang
memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus,
dan vektor perantara.
3.1.4 Pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini
adalah memberantas vektor yaitu nyamuk penular Aedes aegypti dan
pemberantasan terhadap jentik-jentiknya, karena vaksn untuk mencegah
dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara yang paling
dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN-DBD) yang harus didukung oleh peran serta
masyarakat.
3.1.5 Peran aktif serta masyarakat dalam pemberantasan jentik adalah hal yang
paling penting, karena berkaitan langsung dengan tempat tinggal dan
13
lingkungan masyrakat.Cara paling efektif untuk mencegah penularan
DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi
populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuk.
3.1.6 Pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah masyarakat
diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai DBD dan cara
penanggulangannya; masyarakat diberikan pembinaan oleh petugas
kesehatan atau kader yang terlebih dahulu sudah mendapatkan
pengetahuan atau pelatiahan dari petugas kesehatan; serta diharapkan
masyarakat memiliki kesadaran dalam melakukan penanggulangan DBD.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, masalah penyakit menular yang
sering dihadapi oleh Indonesia yaitu DBD dapat dikendalikan dan dikurangi
angka kesakitan dan kematian akibat kejadian DBD. Partisipasi masyarakat sangat
diharapkan dalam pemberantasan vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti, karena
berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat. Dalam membina
masyarakat untuk tanggap dengan DBD, petugas kesehatan harus berperan aktif
dalam memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat dalam
penanggulangan DBD.
14
DAFTAR PUSTAKA
Public Health,2013
Surveilans Epidemiologi DBD, internet: http://www.indonesian-
publichealth.com/surveilans-epidemiologi-dbd/ diakses tanggal 01
November 2016 Pukul 12.30WIB
Republika Nasional,2016
2.260 kasus DBD Terjadi dalam Empat Bulan di Riau, internet :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/05/26/o7sfos284-
2260-kasus-dbd-terjadi-dalam-empat-bulan-di-riau diakses tanggal 01
November 2016 pukul 16.30 WIB
Alodokter,2016
Demam Berdarah, internet : http://www.alodokter.com/demam-berdarah di
akses tanggal 01 November 2016 pukul 16.30 WIB
Candra, Ayu, 2010
Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko
Penularan, internet : http://ejournal.litbang.depkes.go.id di akses tanggal 01
November 2016 pukul 17.00 WIB
15