Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melalui rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain
(jalan air atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984).
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang
suangi/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu
lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektural yang meliputi: Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek
estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Penataan dan Prinsip-prinsip
Perencanaan Bangunan bawah/Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dar 6 bagian pokok, yaitu:
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Banngunan bawah
4. Pondasi
5. Orpit
6. Bangunan pengaman jembatan

Gambar 2.1. Gambar bagian-bagian jembatan


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

6
7

Keterangan gambar:
1. Bangunan atas
2. Landasan (biasanya terletak pada pilar/abutment)
3. Bangunan bawah (fungsinya: memikul beban-beban pada bangunan atas
dan pada bangunan bawah sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudian
dari pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Orpit (terletak dibelakang abutment, oleh karena itu tanah timbunan di
belakang abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan
tanah dibelakang hari)

2.2. BENTUK DAN TIPE JEMBATAN


Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan
strukturnya maupun bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan
cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda sesuai perkembangan, bentuk
jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat komplek. (Satyarno,
2003)
Secara garis besar terdapat sembilan macam perencanaan jenis jembatan yang
dapat digunakan, yaitu :
1. Jembatan Balok (Beam Bridge)
Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang
dapat berupa balok dengan perletakan sederhana (simple spens) maupun
dengan perletakan menerus (continous spens). Jembatan balok terdiri dari
struktur berupa balok yang didukung pada kedua ujungnya, baik langsung
pada tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier.
Jembatan balok tipe simple spans biasa digunakan untuk jembatan dengan
bentang antara 15 meter samapai 30 meter dimana untuk bentang yang
kecil sekitar 15 meter menggunakan baja (rolled-steel) atau beton
bertulang dan bentang yang berkisar sekitar 30 meter menggunakan beton
prategang.
8

2. Jembatan Kantilever (Cantilever Bridge)


Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan jembatan
balok. Tipe jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu tipe cantilever
dan tipe cantilever with suspended. Pada jembatan kantilever, sebuah pilar
atau tower dibuat masing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan
jembatan dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing
tower. Pilar atau tower ini mendukung seluruh beban pada lengan
kantilever. Jembatan kantilever biasanya dipilih apabila situasi atau
keadaan tidak memungkinkan pengguna scaffolding atau
pendukungpendukung sementara yang lain karena sulitnya kondisi
dilapangan. Jembatan kantilever dapat digunakan untuk jembatan
dengan bentang antara 400 m samapai 500 m. Umumnya konstruksi
jembatan kantilever berupa box girder dengan bahan beton presstress
pracetak.

3. Jembatan Lengkung (Arch Bridge)


Jembatan lengkung adalah suatu tipe jembatan yang menggunakan
prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di
transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment. Jembatan
lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja
maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang
kecil maupun bentang yang besar. Jembatan lengkung tipe closed
spandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m
sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang
besar jembatan lengkung dapat digunakan untuk bentang sampai 500
m.

4. Jembatan Rangka (Truss Bridges)


Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat
dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan
las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka
9

biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe


jembatan rangka yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut
seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tipe-tipe Jembatan Rangka


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

5. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)


Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang
menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung kabel
tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton. Dek
jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan kabel-
kabel yang lebih kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton
atau rangka baja. Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja.
Kabel utama mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban
tersebut ke pilar utama dan ke angkur. Jembatan gantung merupakan jenis
jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m
sampai 2000 m atau 2 km.
10

6. Jembatan Kabel (Cable Stayed Bridge)


Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan
gantung dimana terdapat juga dua pilar atau tower. Akan tetapi pada
jembatan kabel dek jembatan langsung dihubungkan ke tower dengan
menggunakan kabel-kabel yang membentuk formasi diagonal Kalau pada
jembatan gantung struktur dek dapat terbuat dari rangka baja maupun
beton, pada jembatan kabel umumnya deknya terbuat dari beton.

7. Jembatan Bergerak (Movable Bridges)


Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal
besar yang lewat memerlukan ketinggian yang cukup tetapi pembuatan
jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak ekonomis.

8. Jembatan Terapung (Floating Bridges)


Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai
jembatan sementara oleh militer. Akan tetapi kini jembatan terapung
banyak digunakan apabila kedalaman air yang akan dibuat jembatan
cukup dalam dan kondisi tanah dasar sangat jelek sehingga sangat sulit
untuk membuat fondasi jembatan. Saat ini ponton-ponton yang digunakan
pada jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana bentang total
dapat mencapai sebesar 2 km.

9. Jembatan Kombinasi (Combination Bridges)


Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih
dari satu jenis jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan
bentang sangat besar dimana penggunaan satu jenis jembatan tidak
ekonomis.

Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007), jembatan yang berkembang hingga


saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk struktur atas jembatan,
seperti yang diuraikan berikut ini.
11

1. Jembatan lengkung - batu (stone arch bridge)


Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, telah ditemukan
pada masa Babylonia. Pada perkembangannya jembatan jenis ini
semakin banyak ditinggalkan, jadi saat ini hanya berupa sejarah.

Gambar 2.3 Jembatan Pelengkung Dari Batu (Stone Arch Bbridge) Di


Minneapolis
Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

2. Jembatan rangka (truss bridge)


Jembatan rangka dapat terbuat dari bahan kayu atau logam.
Jembatan rangka kayu (wooden truss) termasuk tipe klasik yang sudah
banyak tertinggal mekanika bahannya. Jembatan rangka kayu, hanya
terbatas untuk mendukung beban yang tidak terlalu besar. Pada
perkembangannya setelah ditemukan bahan baja, tipe rangka
menggunakan rangka baja, dan dibuat dengan menyambung beberapa
batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan
rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada
banyak tipe jembatan rangka yang dapat digunakan diantaranya sebagai
berikut :

Gambar 2.4 Jembatan Tipe Rangka Kayu (Wooden Truss)


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf
12

Gambar 2.5 Jembatan rangka baja tipe King-Post


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

Gambar 2.6 Jembatan rangka tipe Prant


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

Gambar 2.7 Jembatan rangka baja tipe Arch


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

3. Jembatan Gantung (Susension Bridge)


Dengan semakin majunya teknologi dan demikian banyak tuntutan
kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe jembatan gantung,
yaitu dengan memanfaatkan kabel-kabel baja. Tipe ini sering digunakan
untuk jembatan bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan
gantung adalah dapat dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar
ditengahnya. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang digunakan
untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
13

Gambar 2.8 Jembatan Gantung


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

4. Jembatan Beton (Concrete Bridge)


Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi. Dewasa ini,
dengan kemajuan teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk
penampang beton yang beragam. Bahkan dalam kenyataan sekarang jembatan
beton ini tidak hanya berupa beton bertulang konvensional saja, tetapi telah
dikembangkan berupa jembatan prategang.

Gambar 2.9 Jembatan Beton Pratgang Napa River


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

5. Jembatan haubans/ cable stayed


Jembatan tipe ini sangat baik dan menguntungkan bila digunakan
untuk jembatan bentang panjang. Kombinasi penggunaan kabel dan dek beton
prategang merupakan keunggulan jembatan tipe ini. Besar bentang maksimum
untuk jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.
14

Gambar 2.10 Jembatan kabel


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

2.3. STRUKTUR BAWAH


Menurut Departemen Pekerjaan Umum (modul Pengantar dan Prinsip-prinsip
Perencanaan Bangunan Bawah/Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama bangunan
bawah adalah memikul beban-beban pada bangunan atas dan pada bangunan
bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban-beban
tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Terdapat dua macam bangunan bawah
jembatan, yaitu kepala jembatan (abutment) dan pilar jembatan.

2.3.1. Kepala jembatan (abutment)


Abutment/pangkal jembatan adalah bangunan bawah jembatan yang
terletak pada kedua ujung jembatan yang berfungsi sebagai pemikul seluruh
beban pada ujung luar batang, pinggir dan gaya-gaya lainnya, serta
melimpah pada pondasi. Apabila daya dukung tanah yang terdapat di bawah
abutment tidak memenuh syarat maka daya dukungnya harus ditambah
dengan pondasi dalam (pondasi sumuran, pondasi caisson). Abutment dapat
diasumsikan sebagai dinding penahan tanah, yang berfungsi menyalurkan
gaya vertikal dan hoizontal dari bangunan di atas pondasi dengan fungsi
tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari orpit ke bangunan atas
15

jembatan. Adapun tipe-tipe abutment yang umum di bangun di indonesia di


tunjukan pada Gambar 2.2.

(a) Ab. tipe gravitasi (b) Ab. tipe T- terbalik (c) Ab. kantilever dg kanterpot

Gambar 2.11 Tipe abutmen yang umum


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

Keterangan gambar:
(a) Abutment tipe gravitasi mengandalkan beratnya sendiri dalam
mempertahankan stabilitas struktur sehingga terhindar dari bahaya guling
akibat tekanan tanah horizontal.
(b) Abutment tipe T-terbalik terdiri dari bagian toe, heel (tumit), dan stem
(dinding) yang ketiganya menjadi satu kesatuan dalam menahan gaya-gaya
luar. Bagian dinding berupa kantilever yang terjepit pada pangkalnya,
demikian juga bagian toe dan heel.
(c) Abutment kantilever dengan perkuatan berupa counterfort yang berfungsi
untuk memperkuat bagian dinding yang tinggi. Dengan dipakainya
kanterpot ini maka perilaku dinding tidak lagi sebagai kantilever, tetapi
menjadi lebih rumit dengan adanya tumpuan ke arah horisontal dinding.
16

Tabel 2.1. Jenis-jenis abutment menurut BMS Tahun 1992

Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

2.3.2. Pilar jembatan


Pilar atau kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyanggah beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Jika
komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian
tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga disebut pedestal (SNI
03-2847-2002 pasal 3.25 dan 3.26).
Pilar jembatan memiliki dua tugas pokok, yaitu menyalurkan beban
superstruktur (struktur atas) dan menahan beban horizontal yang terjadi
pada struktur jembatan.
Ada beberapa tipe pilar yang bisa digunakan pada jembatan
diantaranya, pilar solid, hollow, pilar bulat, oktagonal, rectangular dan lain-
lain. Setiap perencanaan bentuk pilar memiliki tujuan dan fungsi masing-
17

masing. Perancangan pilar dengan bentuk dan jumlah pilar tertentu memiliki
alasan tersendiri terhadap pemilihan pilar tersebut.

2.4. STRUKTUR ATAS


Menurut (Pranowo dkk, 2007) struktur atas jembatan adalah bagian dari
struktur jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk
selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur
bangunan atas jembatan terdiri dari atas struktur utama, sistem lantai, sistem
perletakan, sambungan siar muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung,
jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.
Menurut (Siswanto, 1993), struktur atas jembatan adalah bagian-bagian
jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan.
Struktur atas terdiri dari: gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan,
struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.

2.4.1. Tiang sandaran


Tiang sandaran digunakan untuk memberikan rasa aman bagi kendaraan
atau orang yang akan melewati jembatan tersebut. Fungsi dari tiang
sanadaran adalah sebagai perletakan dari pipa sandaran. Biasanya dengan
tinggi 125-145 cm dengan lebar 16 cm dan tebal 10 cm.

2.4.2. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan
pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang
lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan
memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari
manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memeriksakan pejalan kaki
dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan
18

yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar (Wikipedia,


2009).

2.4.3. Slab lantai kendaraan


Slab/pelat lantai kendaraan merupakan beton bertulang tebal 20 cm
(khusus untuk lantai jembatan pada gelagar beton pratekan Tipe I dengan
penambahan panel pelat beton dasar sebagai acuan dengan tebal 7-8 cm).
Lantai kendaraan, terletak di atas gelagar melintang, biasanya terbuat dari
kayu atau pasangan beton bertulang dan seluruh lebar bagiannya digunakan
untuk lalulintas kendaraan.

2.4.4. Gelagar (girder)


Gelagar-gelagar utama (rangka utama) adalah yang terbentang dari titik
tumpu ke titik tumpu lain. Gelagar ini terdiri dari batang diagonal,
horizontal dan vertikal yang membentuk rangka utama dan terletak pada
kedua sisi jembatan. Gelagar melintang berupa baja profil yang terletak di
bawah lantai kendaraan, gunanya sebagai pemikul lantai kendaraan.

2.4.5. Balok diafragma


Balok diafragma merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang
dan tidak memikul beban pelat lantai dan diperhitungkan seperti balok
biasa.

2.4.6. Tumpuan (bearing jembatan)


Bearing pad atau dalam bahasa yang lebih luas adalah Landasan
merupakan sistem keseluruhan dari suatu bagian jembatan yang digunakan
untuk mentransfer tegangan dari struktur bagian atas ke struktur bagian
bawah yang dapat memberikan pergerakan pada bagian atas struktur
jembatan. Bearing juga berfungsi untuk mengakomodasi pergerakan
Translational dan Rotasional.
19

2.5. PONDASI
Pondasi berfungsi menghubungkan suatu struktur dengan tanah yang
mendukung di tempat berdirinya konstruksi tersebut. Pondasi selalu berinteraksi
dengan tanah, jadi sifat-sifat tanah akan sangat mempengaruhi perecanaannya.
Pondasi juga merupakan bagian dari struktur, sehingga pengetahuan tentang
komponen struktur, pembebanan dan bahannya juga sangat diperlukan dalam
perencanaan pondasi.

Pondasi, berdasarkan letaknya (kedalamannya) dari permukaan tanah, dapat


dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu pondasi dangkal, pondasi dalam dan
pondasi peralihan. Pemilihan jenis pondasi sangat bergantung dari kedalaman
tanah yang memberikan daya dukung yang cukup, besar dan sifat beban yang
akan dipikul oleh pondasi, dan hal khusus lain seperti kemudahan bekerja,
teknologi konstruksi dan material yang tersedia serta kekuatan dan nilai
ekonominya. Secara umum jenis-jenis pondasi dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.13.

Pada Gambar 2.13 tidak tampak adanya pondasi peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Dalam hal ini, pondasi sumuran merupakan jenis
pondasi yang biasa dipakai pada kondisi antara tersebut. Pondasi sumuran juga
dapat dipakai sebagai pondasi dalam selama proses pelaksanaannya
memungkinkan. Lebih detail tentang masing-masing jenis pondasi ini dibahas
dalam bagian terpisah.

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan Sungai Cilasa


pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran dengan diameter 120 cm
kedalaman 7 meter dengan campuran beton siklop 60% beton dan 40% batu
belah.
20

Gambar 2.13 Jenis-jenis pondasi tipikal

Sumber: https://www.slideshare.net/uwiqsukacerewet/bab-v-struk-
bawah.

2.5.1 Pondasi dangkal


Pondasi dangkal atau pondasi langsung dipergunakan bila lapisan tanah
pondasi yang telah diperhitungkan mampu memikul beban-beban diatasnya,
terletak pada lokasi yang dangkal dari dasar sungai atau tanah setempat.

2.5.2. Pondasi sumuran

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal


dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada
kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor di tempat
dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton
pracetak, yang umumnya di gunakan pada pekerjaan jembatan.
Pondasi sumuran merupakan pondasi khusus, dimana pondasi jenis ini
harus memiliki daya dukung pondasi yang lebih besar daripada beban yang
dipikul oleh pondasi tersebut dan penurunan yang terjadi harus sesuai
dengan batas yang diijinkan (toleransi) yaitu 1” (2,54 cm), dalam
prakteknya terdapat beberapa kondisi yang di jadikan alasan untuk
penggunaannya, diantaranya sebagai berikut:
21

- Bila air permukaan tanah lebih tinggi, konstruksi plat beton akan
sulit di laksanakan karena air harus dipompa dan dibuanng ke luar
lubang galian
- Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis
pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya
terlalu dalam dan lebar)
Jenis-jenis pondasi sumuran:

1. Open caissons
Open caissons sering juga dinamakan well foundation. Dimaksudkan
pondasi sumuran dimana tidak ada penutup atas maupun bawah
selama dalam pekerjaan. Gambar 2.5 menunjukan salah satu contoh
well foundation yang sering dilaksanakan untuk pondasi-pondasi di
indonesia.

Gambar 2.14 Well foundation


Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/2575/3/2TS11921.pdf

2. Pneumatic caisson
Pneumatic caisson adalah caisson dimana dilengkapi dengan
konstruksi penutup didekat dasar caisson yang dapat diatur
sedemikian rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan dapat melaksanakan
penggalian tanah didasar sumuran dibawah konstruksi penutup
tersebut.
22

Pondasi ini kebanyakan dilaksanakan pada jembatan dimana kondisi


air sungai sangat tinggi sehingga tidak mungkin bisa dibuat
pembendung air (kistdam) secara tersendiri.

2.5.3. Pondasi dalam


Pondasi dalam sering juga dinamakan pondasi tidak langsung,
alasannya ialah karena beban-beban yang akan diteruskan kelapisan tanah
yang mampu memikulnya, letaknya dalam dari tanah setempat, sehingga
pondasi dalam sering diidentikkan dengan pondasi tiang, baik tiang pancang
maupun tiang bor.
2.5.3.1. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang yang cara instalasinya dilakukan dengan
pemancangan atau driving disebut dengan pondasi tiang
pancang. Pondasi ini dapat dibuat dari baja, beton maupun
kayu. Pondasi tiang pancang biasanya dibuat dalam satu
kelompok tiang dimana kepala tiang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan satu pelat pengaku yang disebut Poer
atau pile cap.
Tiang pancang banyak dimanfaatkan untuk pondasi
jembatan dengan panjang bentang menengah sampai
panjang. Pada umumnya tiang pancang direncanakan
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
- Penyelidikan tanah untuk mengetahui daya dukung,
penyelidikan terhadap keadaan bangunan di sekitar
lokasi pemancangan, diameter tiang, dan bahan tiang.
- Daya dukung tiang tunggal dan kelompok tiang yang
telah dihitung dengan berbagai kondisi yang paling
kritis (beban gempa, gerusan tanah pada selimut tiang,
dsb.)
- Penurunan tiang dan kelompok tiang yang diijinkan.
23

Gambar 2.4 menunjukkan model pondasi tiang digunakan


pada struktur pilar jembatan dimana sekelompok tiang
terdiri dari 12 buah tiang disatukan dengan pelat poer
sebagai kepala tiang.

Gambar 2.15 Pondasi tiang pada struktur pilar jembatan.


Sumber: https://www.slideshare.net/uwiqsukacerewet/bab-
v-struk-bawah.

Dalam melaksanakan pekerjaan pemancangan tiang


(instalasi), perubahan kerapatan tanah tidak dapat
dihindari. Ini berarti ada perubahan parameter-parameter
tanah yang menyebabkan turunnya daya dukung atau
secara umum membuat perubahan sifat tanah pendukung
pondasi.

2.5.3.2. Pondasi tiang bor


Pondasi tiang bor adalah pondasi tiang yang dibuat/dicor
langsung di tempat dimana sebelumnya telah dilakukan
pengeboran yang dilengkapi selimut (Casing) ataupun
tidak dan pemasangan tulangan. Pondasi tiang bor
memepunyai fungsi yang sama dengan pondasi tiang
pancang. Alasan pemilihan pondasi tiang bor antara lain:
24

- Tidak tersedianya ruang yang cukup untuk pekerjaan


pemancangan,
- Lokasi di sekitar tempat dibangunnya pondasi tidak
memungkinkan dilakukan pemancangan (bising,
getaran yang ditimbulkan), dan
- Keadaan tanah yang rentan terhadap getaran (tanah
cadas yang mudah retak akibat getaran), dll.

Gambar 2.16 Pondasi tiang bor pada struktur jembatan


Sumber: http://4.bp.blogspot.com
25

2.6. OPRIT
Oprit Jembatan adalah bangunan yang terletak dibelakang abutment, sebagai
penghubung antara jalan dengan jembatan. Oprit juga dikenal sebagai timbunan
tanah yang berada dibelakang abutment. Oprit bisa terdiri atas timbunan pilihan
dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah
tembok penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut.

2.7. BAJA TULANGAN


Baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang penampang bulat (polos)
dan ulir (deform) yang digunakan untuk penulangan beton.Penggunaan baja
tulangan pada beton dimaksudkan untuk menahan gaya tarik dan tekan yang
ditimbulkan oleh perilaku elemen struktur akibat memikul beban bangunan.
Dimana beton hanya kuat menahan gaya tekan sehingga perlu dibantu dengan
material yang kuat menahan gaya tarik, yaitu besi baja. Berdasarkan bentuknya,
baja tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Baja Tulangan Polos (BJTP)


Baja tulangan polos adalah baja tulangan beton berpenampang bulat
dengan permukaan rata tidak bersirip. Dengan Ø menyatakan symbol
diameter polos. Biasanya digunakan untuk tulangan
geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal
sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10,
Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan Ø menyatakan simbol diameter polos).

b. Baja Tulangan Ulir (Deform) (BJTD)


Baja Tulangan Ulir adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus, yang permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk
memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan
gerakan membujur dari batang secara relative terhadap beton.
Permukaan batangnya mempunyai sirip yang teratur serta
mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu
26

batang. digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan


memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa
(disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan ulir yang
umumnya tersedia di pasaran dapat dilihat di bawah:

Tabel 2.2 Dimensi tulangan ulir

Sumber: https://tgbsmkn1jakarta.wordpress.com/2011/03/page/2/

2.8. BAHAN KONSTRUKSI


2.8.1. Air
Air dalam suatu proyek sebagai bahan pembantu dalam konstruksi
bangunan sipil, pada bangunan sipil air memiliki kegunaan antara lain :
a. Air sebagai bahan pembuatan campuran dan perawatannya tidak
boleh mengandung minyak, zat asam alkali dan bahan-bahan organik
lainnya.
b. Apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengambi sample air untuk diteliti di lembaga pemeriksaan bahan-
bahan, agar mengetahui apakah air mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton dan tulangan.
c. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat.
27

d. Untuk melakukan pembersihan dilokasi proyek.

Air yang digunakan harus memenuhi syarat yang ditentukan antara lain:
a. Tidak berwarna
b. Tidak berasa
c. Tidak mengandung lumpur
d. Tidak berbau
e. Tidak boleh mengandung kadar organik lebih dari 5% dikarenakan
apabila mengandung hal-hal tersebut maka kualitas bangunan baik
struktur ataupun finishing tidak akan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan perencana dalam spesifikasi teknis.

2.8.2. Semen
Semen adalah satu bahan campuran dari bahan bangunan yang
berfungsi sebagai pengikat agregat, pada konstruksi beton bertulang dapat
berbagai jenis semen produksi dalam negeri yang mana sudah dapat
memenuhi syarat. Pada proyek pembuatan jembatan sungai cilasa ini
menggunakan semen PPC (Portland Pozzoland Cement). PPC merupakan
semen hidrolis yang terbuat dari penggilingan terak (clinker) semen portland
dengan gipsum dan bahan pozzolan, untuk bangunan umum dan bangunan
yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang seperti
jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan dan
bangunan irigasi.

2.8.3. Agregat halus


Agregat halus merupakan salah satu bahan isian pada suatu adukan
campuran beton.Bahan tersebut dapat berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Pasir yang digunakan dalam suatu konstruksi harus
pasir yang memiliki kualitas yang baik, karena pasir disini adalah sebagai
bahan pengisi beton. Pasir yang digunakan tersebut telah memenuhi
persyaratan seperti yang disyaratkan dibawah ini.
28

Adapun syarat-syarat nya adalah sebagai berikut:


a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pecah batu.
b. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-
butir agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur, apabila mengandung
lumpur maka agregat halus tersebut harus dicuci.
d. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu
banyak.
e. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

2.8.4. Agregat kasar


Split atau batu pecah adalah agregat dengan butir lebih dari 3 cm. split
yang digunakan terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori.
Besar butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya
seperti halnya dengan semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai
campuran beton mempunyai kualitas yang baik. Berarti telah memenuhi
persyaratan yang tertera dalam spesifikasi teknik, untuk mendapatkan suatu
hasil beton yang baik, maka agregat kasar yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat agregat kasar yang digunakan
sebagai campuran beton bertulang adalah :
a. Harus tediri dari butir-butir keras, tajam, dan tidak berpori
b. Butir-butir split harus bersifat kekal
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering
29

d. Agregat kasar yang digunakan dalam proyek ini adalah terbuat dari
batu pecah hasil dari batu alam yang dipecah dengan alat berat

2.8.5. Kawat bendrat


Kawat bendrat ini digunakan dalam pemasangan tulangan untuk
mengikat antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu struktur yang
dikehendaki. Kawat ini mempunyai diameter 1 mm dan dalam
penggunaannya dipakai tiga lapis kawat supaya kuat. Dengan adanya
pengikat ini, maka besi tulangan dapat menahan beban yang direncanakan
dengan optimal.Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat
bendrat dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

2.8.6. Beton ready mix


Beton mutu tinggi merupakan alternatif untuk digunakan pada
komponen struktur yang mengalami pembebanan besar.Untuk mendapatkan
beton mutu tinggi perlu diperhatikan komponen penyusunnya. Beton mutu
tinggi mempunyai kekuatan sekitar 500-800 kg/cm2. Beton mutu tinggi
sering dipakai pada pembangunan jembatan. Pada dasarnya, beton mutu
tinggi bahannya adalah pasir, semen, batu pecah dan air, tetapi untuk
meningkatkan kemudahan pekerjaan dan membatasi jumlah volume rongga
digunakan bahan adiktif serta admixture dalam campuan beton. Keunggulan
menggunakan beton ready mix antara lain :
a. Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi
ukuran kolom dan meningkatkan luasan ruang yang tersedia.

b. Untuk memenuhi dan meningkatkan khusus dari aplikasi tertentu


seperti durabilitas, modulus elastisitas dan kekuatan lentur

Beton mutu tinggi lebih getas dibandingkan dengan beton mutu


rendah, artinya beton mutu rendah akan mengalami keruntuhan pada
regangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu tinggi.
Pembangunan Jembatan Sunngai Cilasa ini menggunakan mutu beton K250
30

untuk abutment dan pilar serta bangunan atas seperti untuk Balok Gelagar,
Balok Diafragma, plat lantai dan plat injang menggunakan mutu beton
K250.

2.9. PERALATAN KONSTRUKSI


2.9.1. Mixer truck
Mixer Truck merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete
mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 7 m3. Truck ini
mengangkut beton siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton
(batching plan) sampai ke lokasi pengecoran.Selama pengangkutan, truk ini
terus berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit
agar adukan beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras.
Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila
terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan
kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanaan pengecoran.

2.9.2. Concrete vibrator


Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak langsung
akan mengurangi mutu dan kekuatan beton tersebut. Untuk menghindari hal
ini, maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan adanya rongga udara
yang seminimal mungkin.
Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan
untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras, dengan harapan
dapat menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat
dihasilkan beton yang padat dan bermutu tinggi.Cara operasionalnya adalah
dengan memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah
dituang ke dalam bekisting, sehingga beton cair dapat memadat dan
meminimalkan terjadinya rongga pada beton yang dapat mengurangi
kekuatan. Concrete vibrator ini biasa digunakan untuk pengecoran kolom
balok dan pengecoran plat.
31

2.9.3. Molen beton


Molen beton atau disebut juga mixer beton adalah media untuk
mencampur pasir, air, dan kerikil untuk membentuk beton. Mesin molen
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen-komponen
tersebut. Pada umumnya mixer beton di bedakan menjadi dua tipe, yaitu
kontinu dan tidak kontinu. Mixer beton kontinu bekerja terus menerusm
pemuatan isi, pencampuran material merupakan proses yang
berkesinambungan dan berlangsung untuk waktu yang tidak terbatas.
Sedangkan mixer beton tidak kontinu, pemuatan dan pencampran muatan
dapat dilakukan hanya untuk jangka waktu tertentu.

2.9.4. Bekisting
Bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak beton baik
ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus
mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat
sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja. Persyaratan umum
dalam mendisain suatu struktur, baik struktur permanen maupun sementara
seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok
kayu tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak
mengalami perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga
tidak berpengaruh terhadap dimensi beton bertulang.
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan
tiang/perancah tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.

Berikut ada beberapa jenis bekisting :


1. Bekisting tradisional
Bekisting ini dibuat dari kayu dan triplek atau papan yang tahan
terhadap kelembaban. Proses pengerjaannya dipasang dan
dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan.
32

Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian


bekisting satu persatu setelah beton mencapai kekuatan yang
cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai
untuk sekali pengerjaan, namun jika material kayu masih
memungkinkan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali
untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.

2. Bekisting Knock Down


Bekisting knock down ini terbuat dari plat baja dan besi hollow.
Untuk 1 unit bekisting knock downi ini memang biayanya jauh
lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu. Namun
bekistingini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan
syang terdiri dari batang, tongkat dan eterusnya sampai pekerjaan
selesai.

Tahap pembukaan bekisting setelah beton baru berusia 7 hari,


bekisting yang umenempel pada beton dibuka.Walaupun beton
matang pada hari ke 28 tetapi bekisting beton dapat dibuka pada
hari 7 hari.

2.9.5. Excavator
Alat ini biasa disebut sebagi mesin pengeruk yang terdiri dari mesin di
atas roda khusus tang di lengkapi dengan lengan, alat pengeruk, keranjang
dan rumah-rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan untuk
penggalian. Biasanya digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat
berupa penggalian tanah yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh
tangan manusia. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan jembatan sungai
cilasa ini menggunakan jenis excavator standar.

2.9.6. Bar bender


33

Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja


tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Bar
bender dapat mengatur sudut pembengkokkan tulangan dengan mudah dan
rapi. Pada proyek ini digunakan jenis bar bender dengan tenaga listrik.

2.9.7. Cutting whell


Cutting wheel merupakan sebuah alat potong yang sudah biasa di
gunakan pada industri pemotongan logam. Proses kerja pemotongan pada
cutting wheel dilakukan dengan menjepit material pada ragum mesin
gerinda, selanjutnya batu gerinda dengan putaran tinggi digesekan ke
material. Kapasitas pemotongan yang dapat dilakukan pada mesin gerinda
ini hanya terbatas pada pemotongan profil-profil tertentu, seperti pipa, pelat
strip besi siku, pipa dan sebaganya. Digerinda dengan putarantertentu akan
menimbulkan panas pada mata potong sehingga menghasilkan percikan
bunga api yang dikasrenakan benda yang akan dipotong lebih lunak dari
batu gerinda. Oleh karena itu beram hasil potongan benda uji terlempar ke
udara bebas dan terbakar akibat terjadinya oksidasi dengan udara luar.

2.9.8. Pompa air


Pompa air berfungsi memindahkan air yang menggenang di area yang
akan dilakukan pekerjaan konstruksi. Pada beberapa kasus seperti air hujan
atau air yang keluar dari dalam tanah yang menggenang digalian untuk pile
cap dan ground water tank.

2.9.9. Cangkul
Cangkul dalam pekerjaan sebuah proyek digunakan untuk penggalian
tanah menyesuaikan ukuran dimeter pipa beton di lokasi yang akan
dibangun pondasi.Pemakaian alat tersebut digunakan pada tanah yang tidak
terlalu keras atau tidak berlumpur.
34

2.9.10. Tackle
Tackle berfungsi seperti sebuah katrol yang digunakan secara manual
dengan mengaitkan objek yang akan d angkut dan di pindahkan. Biasanya
takcle digunakan pada objek yang tidak trlalu besar dan tidak terlalu berat.

Anda mungkin juga menyukai