Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA BERMAIN

“MACEPAT”

OLEH :

KELOMPOK 5

I MADE SARJANA 18.901.1924

NI KOMANG AYU ERATINI 18.901.1929

I.G.A.A PRAMITHA PRADNYA SARI 18.901.1926

NI KOMANG AYU SINTYA PARAMITA 18.901.1930

NI LUH PUTU SHINTA W.G 18.901.1933

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2018
SATUAN ACARA BERMAIN
“MACEPAT”

Pokok bahasan : Terapi bermain teknik MACEPAT


Sub pokok bahasan : Lima Cara Tepat, Keluarga Cermat Anak
Sehat yang memiliki lima pokok kegiatan
yang terdiri dari: 1) Mendongeng, 2)
permainan Ngalih Timpal, 3) foto groufie,
4) penyuluhan “Mari Berbagi”, dan 5)
berdoa
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Kamis, 19 Juli 2018
Tempat : Ruang Cilinaya
Sasaran : Seluruh anak yang dirawat di Ruang
Cilinaya

1. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Kepuasan masyarakat pengguna pelayanan di Ruang Cilinaya masih
tergolong rendah di tahun 2011 terbukti dari catatan di Ruang Cilinaya yang
terekam dalam dokumentasi (selanjutnya disebut “Buku Cinta”), menunjukkan
hanya 60% keluarga yang puas dengan pelayanan di ruangan tersebut. Lamanya
pasien menjalani perawatan (hospitalisasi) di Ruang Cilinaya masih tergolong
panjang yaitu 6-7 hari dan berdampak pada kecemasan anak dan keluarga.
Setidaknya 32% anak dan keluarga mengalami kecemasan berat dan 34% panik
yang terlihat saat anak yang dirawat menangis, menolak untuk masuk ke ruang
perawatan, tidak mau minum obat dan selalu mendekap orang tuanya. Selain itu,
ekspresi keluarga juga menunjukkan ketegangan serta mudah tersinggung,
bersikap individual dengan tidak mengenal dan tidak berkomunikasi antar sesama
keluarga paasien.
Dari uraian tersebut di atas, terdapat dua kelompok masalah pelayanan
yang perlu mendapat penanganan segera. Masalah pertama terkait dengan kualitas
pelayanan, yang terdiri dari: 1. Panjangnya lama hari perawatan pasien (6- 7 hari)
yang melebihi standar Kementerian Kesehatan, 2. Tingginya kecemasan pasien
dan keluarga yang dirawat, 3. Rendahnya kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan.
Masalah kedua terkait dengan perubahan sosio-kultural masyarakat
dimana para keluarga yang menunggu anak yang sedang dirawat menunjukkan
ketidakpedulain dengan sistem perawatan di RS dan tidak saling kenal antar
sesama keluarga pasien. Jika tidak ditangani dengan baik, kedua masalah tersebut
dapat berpengaruh terhadap anak antara lain dapat menghambat proses
penyembuhan anak, mengganggu tumbuh kembang, perkembangan emosi serta
kecerdasan anak. Pengaruhnya terhadap keluarga berupa meningkatnya stress,
pandangan tidak baik terhadap kualitas pelayanan dan biaya perawatan. Oleh
karena itu dipandang perlu untuk membuat program inovasi dalam mengatasi
permasalahan tersebut dengan berfokus pada perbaikan pemberian pelayanan
kepada masyarakat. Program Inovasi yang dibuat oleh RSUD Badung Mangusada
ini disebut “MACEPAT” dengan sasaran utama anak yang sedang dirawat beserta
keluarganya.
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap
perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit.
3. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu :
a. Bisa merasa tenang selama dirawat.
b. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
d. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
e. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
f. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
g. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
h. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
i. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
j. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
Sebagai alat komunikasi antara perawat - klien.
4. Metode
a. Berdoa
b. Mendongeng
c. Foto Grufie
5. Media
a. Buku Dongeng
b. Kamera / handphone
6. Rencana Pembelajaran

No Terapis Waktu Subjek terapi

1 Persiapan 5 menit Ruangan,alat,anak dan


1. Menyiapkan ruangan. keluarga siap
2. Menyiapkan alat-alat.
3. Menyiapkan anak dan keluarga

2 Proses :
1. Membuka proses terapi bermain 1 menit Menjawab salam,
dengan mengucapkan salam, Memperkenalkan diri,
memperkenalkan diri. Memperhatikan
2. Menjelaskan pada anak dan keluarga 2 menit
tentang tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara permainan.
3. Mengajak anak dan keluarga berdoa
bersama 2 menit Bermain bersama dengan
4. Mengajak anak dan keluarga antusias dan
mendengarkan dongeng. 10 menit mengungkapkan
5. Mengajak anak dan keluarga foto perasaannya
bersama. 5 menit
6. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.

3 Penutup (1 menit). 2 menit Memperhatikan dan


Menyimpulkan, mengucapkan salam menjawab salam

7. Pembagian Tugas
a. Leader : Ni Komang Ayu Sintya Paramita
b. Co Leader : I.G.A.A Pramitha Pradnya Sari
c. Fasilitator : Ni Komang Ayu Eratini
d. Fasilitator : Ni Luh Putu Shinta W.G.
e. Observer : I Made Sarjana

Keterangan pembagian tugas :


a. Leader
1) Memimpin jalannya acara
2) Membuka pertemuan
3) Mengatur setting tempat
4) Menutup kegiatan bermain
b. Co Leader
1) Membantu tugas leader
2) Menggantikan posisi leader bila diperlukan
3) Memimpin doa
c. Fasilitator
1) Sebagai pendamping jalannya acara
2) Sebagai tempat bertanya leader dan co leader tentang kegiatan
yang akan dilakukan
3) Member petunjuk dalam acara agar berlangsung dengan baik
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara
2) Member penilaian
3) Memberi salam dan kritik setelah acara selesai
4) Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co leader

8. Setting Tempat
LEADER
PESERT PESERT
A A
FASILITATOR FASILITATOR

PESERT PESERT
A A

CO LEADER

9. Evaluasi
a. Struktur
1) Persiapan
Alat dan media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya
lengkap
2) Materi disiapkan dalam bentuk makalah
Terapi bermain berjalan dengan lancar
b. Proses
1) Kegiatan terapi bermain macepat yang dilaksanakan berjalan lancar
2) Pada saat terapi bermain terjadi interaksi yang sangat aktif antara
mahasiswa dan peserta terapi bermain
3) Peserta 90% mengikuti terapi bermain dengan baik dan tidak ada yang
meninggalkan tempat sampai kegiatan berakhir
c. Hasil
1) Sasaran 90% mampu megikuti kegiatan terapi bermain dengan
perasaan senang dan bahagia.
Lampiran materi:
TERAPI BERMAIN “MACEPAT”
A. Pengertian MACEPAT
“Macepat, Lima Cara Tepat, Keluarga Cermat Anak Sehat” merupakan
inovasi yang diterapkan di Ruang Cilinaya RSUD Badung Mangusada dari tahun
2012. Dalam budaya Bali, macepat mengandung makna lantunan tembang dari
kisah kehidupan sehari-hari. Istilah macepat juga dapat dilafalkan sebagai “Ma…
cepat…”, yang bisanya diucapkan oleh seorang anak memanggil
Ibunya Mama atauMa dan meminta sesuatu agar si anak mendapatkan apa yang
diinginkannya dengan cepat. Sesuai namanya, inovasi ini memiliki lima pokok
kegiatan yang terdiri dari: 1) mendongeng, 2) permainan Ngalih Timpal, 3)
foto groufie, 4) penyuluhan “Mari Berbagi”, dan 5) berdoa bersama. Inovasi ini
bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan inovatif perawatan anak,
meningkatkan efisiensi pelayanan perawatan anak di ruang rawat inap, meminta
umpan balik secara aktif dari masyarakat, meningkatkan kemudahan akses
pelayanan bagi kelompok rentan yaitu anak yang sakit dan keluarganya dan
membangun kemitraan antara petugas kesehatan dengan masyarakat, kelompok-
kelompok sosial dan para pemangku kebijakan. Inovasi ini dilaksanakan sebagai
tindak lanjut teridentifikasinya beberapa permasalahan di ruang perawatan anak
yaitu lama hari rawat yang panjang, tingginya kecemasan pasien dan keluarga
yang dirawat, ketidakpedulian antar penunggu pasien dan rendahnya kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan.

B. Jenis Kegiatan Inovasi “MACEPAT”


1. Mendongeng
a. Mendongeng (di Bali dikenal dengan mesatua) merupakan budaya yang
mengakar dan patut dipertahankan. Mendongeng adalah menceritakan
sesuatu yang mengandung nilai, nasihat, moral dan ketokohan yang baik
serta mendidik bagi anak-anak. Saat ini budaya mendongeng mulai
ditinggalkan, seiring perkembangan teknologi, kemajuan smartphone dan
tayangan televisi.
b. Sasaran inovasi ini adalah keluarga dan anak yang dirawat di Ruang
Cilinaya. Ketua tim memperkenalkan inovasi mendongeng saat hari
pertama pasien menjalani hospitalisasi. Inovasi mendongeng dilakukan
setiap malam dimana orang tua pasien menjadi penutur sementara tim
akan melaksanakan kegiatan mendongeng setiap hari Selasa dan Jumat
pukul 10.30 WITA setelah pasien diperiksa dokter.
2. Permainan “Ngalih Timpal” (mencari teman)
a. Permainan Ngalih Timpal merupakan upaya untuk memfasilitasi sejumlah
orang dalam proses komunikasi yang sehat, jujur, rileks dan terhindar dari
rasa tegang sehingga tercipta interaksi sosial yang lebih positif dan
berimplikasi pada efektifitas pelayanan yang diberikan.
b. Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali seminggu. Tim mengumpulkan
penunggu pasien dan mengelompokkan dalam 2 grup. Grup A diminta
menuliskan nama, alamat dan pekerjaan pada kertas dalam waktu 15
detik, kemudian kertas digulung dan dimasukkan pada kotak lalu
dikocok. Selanjutnya Grup B dipersilahkan mengambil kertas, membaca
dan pada hitungan ketiga Grup B mencari nama dari grup A sesuai dengan
kertas yang dipegang. Masing-masing diberikan waktu untuk berinteraksi
selama 5 menit kemudian mereka diminta kembali ke kelompoknya.
Ketua tim mempersilahkan kedua grup maju ke depan secara bergantian
menyebutkan identitas yang diajak berinteraksi. Penilaian terletak pada
kemampuan individu menyebutkan identitas peserta permaian.
3. Foto Groufie
Foto groufie merupakan aktifitas berfoto bersama teman, sahabat dan
keluarga termasuk petugas kesehatan. Sasaran inovasi ini adalah pasien dan
keluarga yang sedang dirawat. Dengan kegiatan ini diharapkan anak dan keluarga
yang dirawat lebih mengenal satu dengan lainnya serta untuk mengalihkan
perhatian dari “cemas saat sakit” menjadi “senang meskipun sakit”. Inovasi ini
diselenggarakan saat keadaan umum pasien sudah membaik.
4. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan diberi nama ”Mari Berbagi” dapat dilakukan baik
secara kelompok maupun perorangan. Kegiatan berkelompok dilaksanakan 2
minggu sekali dikoordinir oleh tim Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Sedangkan kegiatan perorangan dilaksanakan setiap pasien pulang atau saat
petugas kesehatan melakukan tindakan. Materi “Mari Berbagi” tidak hanya
terbatas pada penyuluhan di bidang kesehatan, tetapi juga dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan kemampuan keluarga pasien dalam memahami
sistem pelayanan dan administrasi di rumah sakit.
5. Berdoa
Berdoa bersama merupakan wujud kebersamaan dalam memuja Tuhan
yang sangat diperlukan khususnya saat perawatan di rumah sakit, yang oleh
hampir semua orang dianggap sebagai krisis dalam kehidupan. Berdoa
dilaksanakan saat pergantian jaga yang difasilitasi oleh ketua tim jaga melibatkan
semua komponen yang berada di dalam ruang perawatan.

LAPORAN HASIL KEGIATAN BERMAIN “MACEPAT”


DI RUANG CILINAYA RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA
PADA TANGGAL 19 JULI 2018

Acara : Terapi Bermain


Hari/tanggal : Kamis , 19 Juli 2018
Waktu : 10.00 Wita – 10.30 Wita
Tempat :Di Ruang Cilinaya RSUD Kabupaten Badung
Mangusada

A. TAHAP PERSIAPAN

1. Tahap persiapan dari kebijakan ini sesuai dengan pre planing yang telah
dikonsulkan pada pembimbing di ruangan Cilinaya RSUD Kabupaten
Badung Mangusada
2. Mahasiswa menyiapkan tempat, anak dan kelurga, alat-alat bermain, alat
tulis dan kamera yang akan dipakai untuk terapi bermain.

B. TAHAP PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan pada pukul 10.00 Wita sampai dengan 10.30 Wita,
kegiatan berlangsung selama 30 menit untuk penyuluhan. Jumlah anak beserta
keluarga sebanyak 15 orang namun yang hadir hanya 10 orang karena ada anak
yang kondisi tidak memungkinkan untuk mengikuti terapi bermain.

Setelah semua selesai dipersiapkan, leader mulai memperkenalkan diri


untuk menarik perhatian anak, dimana leader sudah menjelaskan dan
mendemonstrasikan aturan permainan. Terapi diawali dengan berdoa bersama
yang dipimpin oleh co leader dan dilanjutkan membacakan dongeng cinderela
kepada anak-anak didampingi oleh fasilitator. Selama dilakukan terapi bermain
kendala yang dialami adalah anak lebih ingin bermain permainan yang disediakan
oleh RS seperti perosotan sehingga kelompok harus memiliki cara agar anak lebih
antusias dalam mengikuti kegiatan yang telah direncanakan. Setelah kegiatan
mendongeng selesai, selanjutnya leader mengajak anak-anak beserta orang tuanya
untuk foto groufie untuk menghilangkan kebosanan anak. Terapi ini diakhiri
dengan pemberian snack dan reward kepada seluruh anak yang mengikuti terapi
maupun yang tidak mengikuti terapi bermain agar tidak terjadi kecemburuan
social. Setelah itu leader menutup kegiatan terapi bermain.

E. TAHAP EVALUASI

Adapun evaluasi hasil yang diamati oleh observer selama kegiatan terapi
bermain macepat berlangsung yaitu :

a. Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai, walau kadang


ada anak yang ingin bermain perosotan.
b. Anak merasa senang saat terapi bermain
c. Anak kooperatif saat diberikan terapi bermain
d. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
e. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
f. Anak dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain
yang tepat
g. Anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
h. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah sebagai alat komunikasi antara perawat - klien.

F. LAMPIRAN
Gambar 1. Kegiatan berdoa bersama

Gambar 2. Kegiatan mendongeng


Gambar 3. Kegiatan foto bersama
Gambar 4. Anak sedang bermain perosotan

Gambar 5. Kegiatan groufie


Gambar 6. Kegiatan groufie setelah mendapatkan
reward
Gambar 7. Kegiatan groufie setelah mendapatkan
reward
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESI NERS
“KEGIATAN TERAPI BERMAIN DI RUANG CILINAYA
RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA
PADA TANGGAL 19 JULI 2018”

Mengetahui Mangupura, 20 Juli 2018


Pembimbing Klinik Ketua Kelompok 5

(Ns. I Nengah Suarmayasa,S.Kep) (I Made Sarjana)


NIP. 197706132003121008 NIM.18.901.1924

Pembimbing Akademik (CT)

(Ns.I Gst. Ayu Pt. Satya Laksmi, S,Kep., M,Kep)


NIK. 2.04.10.348

Anda mungkin juga menyukai