Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat, dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Islam
mata kuliah Al-Qur’an Hadits tentang “Tujuan dan Fungsi Manusia”. Semoga dengan
membaca makalah ini, para pembaca akan lebih Tujan dan Fungsi Manusia Menurut
Islam. Kritik dan saran demi kemajuan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam


semesta. Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri
manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam
pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan
tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan
pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manusia dalam Islam?
2. Apa tujuan dan fungsi manusia dalam Islam?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian manusia dalam Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan serta fungsi manusia di muka
bumi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Manuasia merupakan makhluk ciptaan Allah paling sempurna.1


sebagaimana Allah jelaskan dalam surta At-Tin ayat 4:

َ ‫سانَ ِف ْۤ ْيا َ ْح‬


ٍ‫سنِت َ ْق ِويْم‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقن‬
َ ‫َااْل ْن‬
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,"

(QS. At-Tin 95: Ayat 4)

Didalam kesempurnaannya, manusia dibekali potensi potensi oleh Allah


SWT yaitu Akal dan Nafs/hawa nafsu. yang harus didaya gunakan dalam
kehidupan sehari hari untuk berbuat soleh, sehingga menimbulkan suatu
kemaslahatan bagi agama, dirinya maupun lingkungan alam semesta.

Didalam Al-Qur’an, manusia memiliki 3 sebutan, diantaranya insaan, ins,


dan basyar.

a. A-Insan

Kata Insan berasal dari kata annasya yaitu sering lupa, dan yanusu
atau berguncang, kata Al-insan diisyaratkan bahwa manusia itu
berbeda dengan makhluk yang lain yang memiliki akal dan nafs. kata
insan disebut dalam Al-qur’an 65 kali, dan mengisyaratkan bahawa
manusia itu adalah makhluk yang memiliki akal, dan bisa berkembang,
contohnya dalam surat Al-alaq ayat 5.

1
Didiek ahmad, Pengantar Study Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2011). hlm. 10
Tetapi barang siapa yang tidak menggunakan dan mau belajar serta
mengingat Allah maka ia akan di tempatkan kepada orang yang
merugi, karena kebanyakan Al-insan itu sering lupa dan sering berbuat
salah.

b. Al-Ins

Kata Al-Ins berarti jinak dan ramah.2 dengan segala potensi yang
ada pada dirinya yang telah Allah berikan. Allah berfirmsn dalam
suratAl-A’raf ayat:179:

ِ ْ ‫َولَـقَ ْدذَ َرأْنَا ِل َجـ َهنَّ َم َك ِثي ًْر ِامن َْال ِج ِن َو‬
ٍٍٍٍۖ‫اْل ْن ِسٍٍٍٍٍۖلَ ُه ْمقُلُ ْوب ٌََّّل َي ْفقَ ُه ْونَ ِب َها‬
َ َ ‫ام َب ْل ُه ْما‬
ٍٍٍۗ‫ض ُّل‬ َ ْ ‫ولٰٓئِ َك َك‬
ِ ‫اْل ْن َع‬ ٰ ُ ‫ٍٍۖولَ ُه ْم ٰاذَانٌ ََّّل َي ْس َمعُ ْونَ ِب َهاٍٍٍٍٍۗا‬
َ ٍ‫ْص ُر ٍْونَ ِب َها‬ ِ ‫َولَ ُه ْما َ ْعيُنٌ ََّّليُب‬
ٍَ‫ولٰٓئِ َك ُه ُم ْال ٰغ ِفلُ ْون‬
ٰ ُ‫ا‬

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari


kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak,
bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)

Dari ayat ini, mengisyaratkan bahwa manusia itu telah dibekali hati
penglihatan dan telinga. tetapi apabila digunakan maka iya sama
halnya seperti binatang ternak.

c. Al-Basyar

2
A qohar Masjkoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Gunadarma, 2003). hlm. 35
Kata Al-basyar berasal dari kata bhisyar yang artinya kulit. Dari
kata ini mengisyaratkan manusia adalah makhluk biologis yang
perlumakan, minum, berkembang biak, dan lain sebagainya. dalam
aspek biologis tersebut, tentunya manusia secara Fitrah manusia
bergerak dan dinamis dalam memenuhi aspek biologisnya tersebut,
Allah SWT memberikan aturan aturan dalam syariah yang benar(Al-
Qur’an) agar senantiasa mendapay Ridho Allah.

B. Tujuan dan fungsi diciptakannya manusia

Allah menciptakan manusia dengan tujuan dan fungsi yang haq, yaitu
menjalankan misi di bumi ini.3 Al-qur’an menegaskan misi yang mesti dipikul
oleh manusia, yaitu ibadah dan khilafah. Inilah amanah yang harus dipikul oleh
manusia. sebagaiman diterangkan dalam surat Adzariyat:6 dan Al-baqoroh 30.

1. Ibadah

ٍ‫سٍٍا َِّْلٍ ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫ٍو‬


َ ‫اْل ْن‬ ْ ُ‫َو َماٍ َخلَ ْقت‬
َ ‫ٍال ِج َّن‬
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

Berdasarkan ayat diatas sudah jelas bahwa tujuan diciptakannya manusia


adalah untuk beribadah. berikut adalah beberapa tafsiran dari beberapa mufassir:4

a. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah di dalam Fath Al-Majid


(hal. 17 cetakan Dar Ibnu Hazm). Beliau memaparkan :Syaikhul Islam
mengatakan, “Ibadah adalah melakukan ketaatan kepada Allah yaitu

3
Abdul Basith, Filsafat Dakwah, (Jakarta:Rajawaly Press, 2005). hlm. 56

4
Anshari Ismail, JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan, (jakarta: An-nur
Books Publishing, 2007). hlm. 18
dengan melaksanakan perintah Allah yang disampaikan melalui lisan para
rasul.” Beliau juga menjelaskan, “Ibadah adalah istilah yang meliputi
segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, berupa ucapan
maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi.”

b. Ibnul Qayyim mengatakan, “Ibadah berporos pada lima belas patokan.


Barangsiapa dapat menyempurnakan itu semua maka dia telah
menyempurnakan tingkatan-tingkatan penghambaan (ubudiyah).
Keterangannya ialah sebagai berikut : Ibadah terbagi menjadi ibadah hati,
lisan, dan anggota badan. Sedangkan hukum-hukum yang berlaku dalam
kerangka ubudiyah itu terbagi lima : wajib, mustahab/sunnah, haram,
makruh, dan mubah. Masing-masing hukum ini berlaku meliputi isi hati,
ucapan lisan, dan perbuatan anggota badan.”

c. Al-Qurthubi mengatakan, “Makna asal dari ibadah adalah perendahan diri


dan ketundukan. Berbagai tugas/beban syari’at yang diberikan kepada
manusia (mukallaf) dinamai dengan ibadah; dikarenakan mereka harus
melaksanakannya dengan penuh ketundukan kepada Allah ta’ala. Makna
ayat tersebut (QS. Adz-Dzariyat : 56) adalah Allah ta’ala memberitakan
bahwa tidaklah Dia menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Nya. Inilah hikmah penciptaan mereka.” Saya katakan (Syaikh
Abdurrahman), “Itulah hikmah yang dikenal dengan nama hikmah
syar’iyah diniyah.”

d. Al-’Imad Ibnu Katsir mengatakan, “Makna beribadah kepada-Nya yaitu


menaati-Nya dengan cara melakukan apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang. Itulah hakikat ajaran agama Islam. Sebab
makna Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah ta’ala yang
mengandung puncak ketundukan, perendahan diri, dan kepatuhan.” Selesai
ucapan Ibnu Katsir.

Beliau (Ibnu Katsir) juga memaparkan tatkala menafsirkan ayat ini (QS.
Adz-Dzariyat : 56), “Makna ayat tersebut; sesungguhnya Allah ta’ala
menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya semata tanpa ada
sekutu bagi-Nya. Barangsiapa yang taat kepada-Nya akan Allah balas
dengan balasan yang sempurna. Sedangkan barangsiapa yang durhaka
kepada-Nya niscaya Allah akan menyiksanya dengan siksaan yang sangat
keras. Allah pun mengabarkan bahwa diri-Nya sama sekali tidak
membutuhkan mereka. Bahkan mereka itulah yang senantiasa
membutuhkan-Nya di setiap kondisi. Allah adalah pencipta dan pemberi
rezeki bagi mereka.”

e. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu mengatakan mengenai ayat ini,


“Maknanya adalah tujuan-Ku (menciptakan mereka) adalah agar mereka
Ku-perintahkan beribadah kepada-Ku.” Sedangkan Mujahid mengatakan,
“Tujuan-Ku (menciptakan mereka) adalah untuk Aku perintah dan Aku
larang.” Tafsiran serupa ini juga dipilih oleh Az-Zajjaj dan Syaikhul Islam.

“Tafsiran ini didukung oleh makna firman Allah ta’ala, “Apakah manusia
itu mengira dia dibiarkan begitu saja dalam keadaan sia-sia.” (QS. Al-
Qiyamah : 36). Asy-Syafi’i menjelaskan tafsiran ‘sia-sia’ yaitu, “(Apakah
mereka Ku-biarkan) Tanpa diperintah dan tanpa dilarang?!”…

Dengan memperhatikan keterangan beliau di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Pertama; Ibadah adalah tujuan hidup kita

Kedua; Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan
ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah

Ketiga; Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah


dan meninggalkan larangan-Nya

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah


yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah
tujuan hidupnya akan terwujud. Semoga Allah memberikan taufik dan
pertolongan-Nya kepada kita untuk menjadi hamba-Nya yang sejati; yang tunduk
dan patuh kepada Rabb penguasa jagad raya, bukan menjadi budak hawa nafsu
dan ambisi-ambisi dunia.5

Dalam beribadah, manusia terbagi menjadi tiga golongan diantaranya:6

1) Orang yang beribadah kepada Allah secara totalitas (Qs. Al-Baqoroh:207).


Dan mereka inilah disebut dengan Mukmin. yang menjual dirinya untuk
satu tujuan, yaitu beribadah kepada Allah.
2) Orang yang beribadah kepada Allah dengan setengah-setengah (‘ala
harfin) (Qs. al-Hajj:11). Mereka ini adalah golongan orang Munafik. Yang
beribadah Kepada Allah hanya berdasarkan selera saja, bila enak mereka
terus, tapi bila tidak enak mereka mundur.
3) Orang yang beibadah selain Allah. obyek sembahan mereka sangat banyak
contohnya: berhala, setan, hawa nafsu, ideologyv, kemewahan, para nabi,
malaikat, orang soleh, atau ulama diantara mereka. (Qs. 53:19-23, 36:60,
45:23, 2:165, 9:30,31 71:23).

Ibadah juga harus memiliki dasar dasar diantaranya:

1) Mukhlisina lahuddiin “memurnikan ketaatan kepadaNya dalam


menjalankan dienNya” (Qs. Al-Bayyinah:5)
2) Itiba’ Rasul “mengikuti rosul baik dalam tatacara maupun polanya”
(Qs. Al-Imran:31-32)
3) Tauhidullah “Mengesakan Allah” (Qs. At-Taubah:31)
4) Ijtanibut Thaghut “meninggalkan thoghut” (Qs. An-Nahl:36)
5) Hatta ya’tiyaka Al-yakin “sampai akhir hayat” (Qs. Al-Hijr:99)

5
Ummu, Yasmin, Menuju Syakhsiyah Islamiyah, (Solo: Media Insani Press, 2004) hlm. 85

6
Anshari Ismail, JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan, (jakarta: An-nur
Books Publishing, 2007). hlm. 27
2. Khalifah

Tujuan dan fungsi manusia dibumi yang ke 2 adalah Sebagai Khalifah


sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al- baqoroh ayat 36:

ٍُ ‫ضٍ َخ ِل ْيفَةًٍٍٍٍۗقَالُ ْۤ ْواٍاَت َ ْج َعلٍُفِ ْي َهاٍ َم ْنٍيُّ ْف ِس ٍد‬ ْ ِ‫ٍرب َُّكٍ ِل ْل َم ٰلٰٓئِ َك ِةٍاِنِ ْيٍ َجا ِعلٌٍف‬
ِ ‫ىٍاْلَ ْر‬ َ ‫َواِ ْذٍقَا َل‬
ٍَ‫ـكٍٍٍۗقَا َلٍا ِِن ْۤ ْيٍا َ ْعلَ ُمٍ َماٍ َْلٍتَ ْعلَ ُم ْون‬
َ ‫ِسٍ َل‬
ُ ‫ٍونُقَد‬
َ ‫ِك‬ َ ٍ‫ٍالد َما ٰٓ َء‬
َ ُ‫ٍٍۚون َْح ُنٍن‬
َ ‫س ِب ُحٍ ِب َح ْمد‬ ِ ٍُ‫اٍويَ ْس ِفك‬
َ ‫فِ ْي َه‬
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh,
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Qs.Al-Baqoroh:30).

Dalam Tafsir jalalain kalimat “khilafah” diartikan pengganti


“menggantikan-Ku dalam melaksanakan hukum-Ku diatasnya (bumi), yang
dimaksud adalah Adam AS dan keturunannya”

Sedangkan menurut tafsir Wal Bayan dairtikan “Khalifah adalah wakil


Allah dalam melaksanakan hukum-hukum dan kehendak kehendaknya-Nya dalam
memakmurkan dan mengelola Bumi ini”7

Tentunya Khalifah memiliki tugas, diantaranya:

1) Menegakkan Hukum-hukum Allah dimuka Bumi (Qs. As-shad 26)

ٍَ َّ‫ُضل‬
ٍ‫ك‬ ِ ‫ٍال َه ٰوىٍفَي‬ ْ ‫ٍو َْلٍتَت َّ ِبع‬ َ ‫ق‬ِ ‫اسٍ ِب ْال َح‬ ِ َّ‫اح ُك ْمٍ َبيْنَ ٍالن‬
ْ َ‫ضٍف‬ ْ ‫ٰيدَ ٗاود ٍُاِنَّاٍ َج َع ْل ٰن َكٍ َخ ِل ْيفَةًٍ ِف‬
ِ ‫ىٍاْلَ ْر‬
ِ
ُ َ‫ش ِد ْي ٌۢد ٌٍ ِب َماٍن‬
ٍ‫س ْواٍ َي ْو َم‬ ٌ َ ‫عذ‬
َ ٍ‫اب‬ َ ٍ‫ٍّٰللاٍِ َل ُه ْم‬
ٍ‫س ِب ْي ِل ه‬ َ ٍ َ‫ضلُّ ْون‬
َ ٍ‫ع ْن‬ ِ ‫ٍّٰللاٍٍٍٍِۗا َِّنٍالَّ ِذيْنَ ٍ َي‬ َ ٍ‫ع ْن‬
‫س ِب ْي ِل ه‬ َ
ٍِ ‫سا‬
‫ب‬ َ ‫ْال ِح‬

7
Anshari Ismail, JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan, (jakarta: An-nur
Books Publishing, 2007). hlm. 19
"(Allah berfirman), Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan
adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan
engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."(QS. Sad
38: Ayat 26)

Dalam tafsir jalalain “Hai daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu


khalifah dimuka bumi yaitu sebagai penguasa yang mengatur perkara manusia
makalah berliah keputusan perkara diantara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah,
dan bukti bukti yang menunjukkan keesaanya. sesungguhnya mereka yang sesat
dijalan Allah, mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka melupakan.
artinya disebabkan karena mereka melupakan hari perhitungan halun ini di
tunjukkan oleh sikap mereka yang tidak beriman, seandainya mereka beriman
dengan adanya hari perhitungan itu, niscaya mereka beriman sewaktu mereka
didunia.

2) Mengelola dan memakmurkan Bumi8 (Qs. Hud:61)

ٍ‫شا َ ُك ْم‬ َ ٍ‫ٍم ْنٍا ِٰله‬


َ ‫غي ُْر ٗهٍٍٍٍٍۗ ُه َوٍا َ ْن‬ ‫َوا ِٰلىٍثَ ُم ْودٍَاَخَا ُه ْمٍصٰ ِل ًحاٍٍٍۘقَا َل ٍٰي َق ْو ِمٍا ْعبُد ه‬
ِ ‫ُواٍّٰللاٍَ َماٍلَـ ُك ْم‬
ٍ‫ْب‬ َ ‫ٍوا ْست َ ْع َم َر ُك ْمٍفِ ْي َهاٍفَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهٍُث ُ َّمٍت ُ ْوب ْۤ ُْواٍ ِالَ ْي ِهٍٍٍٍۗا َِّن‬
ٌ ‫ٍر ِب ْيٍقَ ِري‬
ٌ ‫ْبٍ ُّم ِجي‬ َ ‫ض‬ ْ َ‫ِمن‬
ِ ‫ٍاْلَ ْر‬

"dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia.
Dia telah menciptakanmu dari Bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa
hamba-Nya)."(QS. Hud 11: Ayat 61)

8
Anshari Ismail, JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan, (jakarta: An-nur
Books Publishing, 2007). hlm. 20
Dalam tafsir jalain

(Dan) Kami utus (kepada Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah
(Saleh. Saleh berkata, "Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Dia
(sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kalian)
Dialah yang mula-mula menciptakan kalian (dari bumi) yaitu dengan menciptakan
bapak moyang kalian, Adam, dari tanah (dan menjadikan kalian pemakmurnya)
Dia menjadikan kalian sebagai para penghuni bumi (karena itu mohonlah
ampunan-Nya) dari kemusyrikan (kemudian bertobatlah) kembali kalian (kepada-
Nya) dengan menjalankan ketaatan. (Sesungguhnya Rabbku amat dekat) kepada
makhluk-Nya melalui pengetahuan-Nya (lagi memperkenankan.") doa orang yang
meminta kepada-Nya.

Kami telah mengutus kepada kaum Tsamûd seseorang yang memiliki


hubungan kerabat dan persaudaraan dengan mereka, yaitu Shâlih. Dia berkata
kepada mereka, "Wahai kaumku, sembahlah Allah semata. Tidak ada Tuhan yang
patut kalian sembah kecuali Dia. Allah telah menciptakan kalian dari tanah dan
menjadikan kalian mampu memakmurkan, mengembangkan dan mengeksploitasi
kekayaan alamnya. Maka memohonlah kepada-Nya agar Dia mengampuni dosa-
dosa kalian yang telah lalu. Bertobatlah kepada- Nya setiap kali kalian berbuat
dosa dengan menyesali perbuatan maksiat yang telah kalian lakukan dan selalu
taat kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat rahmat-Nya dan
memperkenankan doa hamba- Nya yang memohon ampunan."
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia adalah manusia yang paling sempurna dengan segala potensi


yang ia miliki, baik akal jasad hati dan sebagainya.

manusia diciptakan tidak hanya untuk bersenang senang dan memuaskan


hawa naffsu belak, tetapi manusia memiliki tugas dan fungsinya di muka bumi
yaitu untuk beribadah dan menjadi khalifah (pengganti Allah di muka bumi) yang
diharuskan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah
kepada para nabi, untuk mengatur alam raya ini, agar terciptanya kemaslahatan.

B. KRITIK DAN SARAN

Manusia sekarang telah lupa apa tujuan diciptakannya dimuka bumi,


mereka terlena dengan kesenangan dunia yang semu, sehingga lupa dengan
ibadah.

Manusia sekarang juga meresa lebih pintar dari Allah, mereka lebih
menganggap bahwa hukum yang Allah berikan itu tidak sesuai dengan mereka,
dan membuat aturan aturan baru diantara mereka sera meninggalkan petunjuk dari
Allah.,

Sudah sepatutnya kita kembali pada Allah, giat dalam beribadah dan
menegakkan ayat ayat Allah di muka bumi, berawal dari diri sendiri keluarga dan
masyarakat ekitar, agar terciptanya kemaslahatan bagi seluruh alam dan
terciptanya Baldatun toyyibatun warobbun ghofur.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Didiek, dkk. 2011. Pengantar Study Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Masjkoery, A Qohar. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gunadarma.

Basit, Abdul. 2005. Filsafat Dakwah. Jakarta: Rajawaly Press.

Ismail, Anshari. 2007. JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan.


Jakarta:An-nur Books Publishing.

Yasmin, Ummu. 2004. Menuju Syakhsiyah Islamiyah.Solo: Media Insani Press.


Didiek ahmad, Pengantar Study Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2011). hlm.

A qohar Masjkoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Gunadarma, 2003). hlm.

Abdul Basith, Filsafat Dakwah, (Jakarta:Rajawaly Press, 2005). hlm.

Anshari Ismail, JALAN ISLAM:Transformasi Aqidah Dalam Kehidupan, (jakarta: An-nur Books
Publishing, 2007). hlm.

Ummu, Yasmin, Menuju Syakhsiyah Islamiyah, (Solo: Media Insani Press, 2004) hlm.

Anda mungkin juga menyukai