Anda di halaman 1dari 4

Masalah

 Bayi bukan minatur orang dewasa


 Ada perbedaan mengenai anatomi, fisiologi, psikologi, farmokologi, dan patologi
 Bayi lebih mudah mengalami hipoglikemi, hipotermi atau hipertemia, bradikardia dll, dengan
segala akibatnya
 Parasimpatis lebih dominan
 Morbiditas dan mortalitas tinggi

Penatalaksanaan anestesi

1. Evaluasi pra anastesi :


- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium seperlunya sesuai dengan jenis operasi
2. Persiapan praanesteia
2.1 Puasa dengan aturan sebagai berikut :
2.2 Premedikasi
Bayi : umur < 12 bulan, berikan atropin 0,01-0,02 mg/kgBB, dosis minimum
0,1mg secara intravena
Anak sehat : umur 1-3 tahun, berikan atropin 0,01 mg/kgBB, dosis minimum 0,1 mg
secara intravena. Umur > 3 tahun, berikan atropin 0,01 – 0,02 mg/kgBB,
dosis minimum 0,1 mg secara intravena
Anak Tenang : Tidak diperlukan sedasi, akan tetapi kalau diperlukan dapat diberikan :
(1) Diazepam peroral 4 mg/kgBB, sampai dosis maximum 20 mg, 10 menit prainduksi atau
dapat diberikan prerektal 0,2 – 0,4 mg/kgBB, 30 m3nit prainduksi
(2) Dapat juga diberikan midazolam dosis 0,1-0,2 mg/kgBB secara intravena

Anak dengan kelainan jantung bawaan, dapat diberikan kombinasi obat :

(1) Atropin 0,01 – 0,02 mg/kgBB intramuskular


(2) Diazepam perrektal 0,02 – 0,04 mg/kgBB, 30 menit prainduksi
(3) Morfin intramuskuler 0,2 mg/kgBB, 45 menit perinduksi

Kalau perlu analgetik narkotik pada anak besar (> 5 tahun) dapat diberikan :

(1) Petidin 1,0 – 2,0 mg/kgBB IM


(2) Morfin 0,1 – 0,2 mg/kgBB IM

Hati-Hati terhadap efk samping berupa depresi nafas, mual muntah dan disforia

Selanjutnya pada kasus-kasus resiko tinggi, pemberian premedikasi ditentukan oleh dokter
spesialis/konsultan anestesiologi yang bertugas pada saat itu.

Suhu kamar operasi

(1) Bayi yang berumur > 12 bulan atau berat badan < 10 kg, suhu ideal 32 -37 C
(2) Pada anak-anak suhu ideal 25 – 28 C
(3) Bila suhu ruangan terlalu dingin pada waktu induksi pasanglah selimut hangat atau
“warm blanket” atau lampu pemanas.
Induksi
Pada neonatus
Induksi dilakukan dikamar operasi dengan cara inhalasi sebagai berikut : Induksi inhalasi
dengan obat inhalasi volatil, misalnya sevofluran dimulai dengan dosis 0,5 vol%, dinaikan
secara bertahap 0,5 vol% tiap 3 – 5 kali nafas sampai pasien tertidur, kemudian dipasang
infus.

Pada umur < 3 tahun


Induksi dilakukan dikamar khusus untuk induksi yang berada dikamar terima atau kamar
persiapan. Pada saat prosedur induksi dilaksanakan, orang tuanya (ayah atau ibu) boleh
menemani, sambil ikut serta melaksanakan prosedur induksi secara inhalasi seperti tersebut
diatas. Selanjutnya setelah pasien tidur, segera dipasang infus dan dibawa ke kamar operasi
untuk tindakan lebih lanjut

Pada anak > 3 tahun


(1) Anak yang tidak kooperatif, induksi dilakukan seperti pada umur < 3 tahun.
(2) Pada anak koperatif pasien boleh ditemani oleh orangtuanya dikamar terima dan segera
dipasang infus dengan fasilitas anestesi lokal. Selanjutnya induksi dapat dilakukan secara
intravena melalui infus yang terpasang dengan obat-obat induksi intravena seperti
ketamin, midazolam atau propofol dengan dosis disesuaikan.

Intubasi

Intubasi dapat dilakukan dengan cara :

Intubasi dalam keadaan anestesia (‘’asleep’’) dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Induksi dengan anestesi inhalasi


(2) Setelah tidur cukup dalam berikan anestesia topikal atau semprot Xylocaine 10%
(3) Berikan anestesia inhalasi berapa menit lagi sambil menunggu khasiat analgesia topikal
(4) Lakukan laringoskopi dengan laringoskop daun lurus dan kemudian lakukan intubasi
(5) Pada beberapa kasus setelah pasien terinduksi, intubasi dapat dilakukan dengan
bantuan/fasilitas obat pelumpuh

Intubasi dalam keadaan sadar (awake), lakukan pada pasien neonatus yang berusia dibawah
10 hari, pada pasien dengan keadaan umum jelek, hernia diafragmatika fistula trakea,
bronkoesofagus, ileus obstruktif dan pada kasus yang diperkirakan sulit untuk intubasi.

Tatalaksana sebagai berikut :

(1) Berikan oksigen 100% beberapa menit.


(2) Buat posisi kepala dalam keadaan cium (‘’sniffing’’) dan ekstensi sendi atlas
(3) Berikan analgesik topikal 1 kali atau semprot xylokain 10%
(4) Tunggu 2-3 menit (menunggu obat mulai bekerja)
(5) Lakukan laringoskopi dengan laringoskop daun lurus dan segera lakukan intubasi.

Pemeliharaan

Pada umumnya dilakukan anestesia umum inhalasi melalui pipa endotrakea


Pada operasi kecil dengan keadaan umum baik, lokasi dipermukaan tubuh tetspi bukan
daerah kepala/leher, posisi terlentang dan durasinya singkat kurang dari 30 menit dilakukan
melalui sungkup muka

Tranfusi

Pemberian tranfusi darah pada neonatus/bayi, harus disadari oleh indikasi yang jelas,
mempergunakan nilai batas toleransi hematokrit yang optimal sesuai dengan umur pasien.
Hendaknya nilai hematokrit dinilai sebelum operasi dan selanjutnya periksa ulang secara
periodik selama operasi berlangsung, sesuai dengan indikasi.

Secara peraktis dilapangan, pedoman pemberian tranfusi adalah sebagai berikut :

(1) Perdarahan kurang 10% dari perkiraan volume darah, diganti dengan cairan elektrolit
(2) Perdarahan lebih dari 10% dari perkiraan volume darah, dan perdarahan masih
berlangsung selama operasi, segera berikan tranfusi.

Pemulihan anastesi

(1) Segera setelah pembedahan, hentikan aliran gas/uap obat anestesia


(2) Berikan oksigen 100% selama 5-15 menit
(3) Pada pasien tanpa intubasi, apabila pernafasan adekuat, luka operasi baik, pindahkan
keruang pulih diikuti oleh asisten dan diserahkan kepada penanggung jawab ruangan
pulih
(4) Pada pasien yang diintubasi dengan menggunakan obat pelumpuh otot, harus dipulihkan
dengan neostigmin-atropin, selanjutnya dipantau sampai pasien bernafas spontan dan
adekuat, pergerakan ektremitas optimal, timbul refleks batuk dan lain-lainya, segera
dilakukan ektubasi
(5) Ektubasi bisa dilakukan dalam keadaan sadar atau tidak tidur.
a. Ekstubasi sadar, dilakukan apabila pasien telah bernafas spontan dan adekuat.
Cara ini dilakukan pada pasien yang mengalami kesulitan intubasi.
b. Ektubasi tidur bisa dilakukan pada anak-anak pada oprasi selain daerh kepala,
mulut atau leher. Dengan posisi terlentang.

Pasca Anestesia

Pemantauan yang seksama ditujukan pada parameter :

(1) Kesadaran, diawasi sampai sadar baik dan menangis


(2) Pernafasan spontan dan adekuat, bebas dari pengaruh efek sisa obat pelumpuh otot.
(3) Denyut nadi dan tekanan darah
(4) Warna kulit
(5) Sktivitas, awasi dengan baik agar tidak jatuh.
(6) Suhu tubuh
Pasien boleh kembali keruangan apabila nilai aldretenya sudah mencapai 10 dan tidak ada faktor
penyulit lain.

Anda mungkin juga menyukai