Anda di halaman 1dari 3

Rokok Elektronik

Merokok merupakan suatu masalah kesehatan di indonesia yang masih belum


ditemukan solusinya yang benar benar dapat menanggulangi masalah ini. Hal ini terbukti
sebanyak 57 juta penduduk indonesia merokok secara aktif. Secara nasional, konsumsi rokok
di Indonesia pada tahun 2002 saja mencapai 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5
dunia dengan konsumsi rokok tertinggi.( Setiati Siti. 2014) Jumlah perokok yang sebegitu
tingginya, berdampak postif bagi pendapatan negara, dimana proporsi penerimaan cukai
tembakau terhadap cukai negara mencapai 96,11 %. Namun, dengan tingginya angka
konsumsi rokok, otomatis juga meningkatkan prevalensi penyakit yang disebabkan oleh
rokok.

Belakangan ini muncul suatu alat yang dianggap dapat mengurangi konsumsi rokok
konvensional yaitu rokok elektronik atau biasa disebut vape. Vape merupakan sistem
penghantaran nikotin dalam bentuk campuran aerosol yang mengandung cairan beraroma dan
nikotin yang dihirup oleh pengguna.( Qasim Hanan.2017) Rokok elektronik menggunakan
baterai sebagai sumber energi yang digunakan untuk membentuk uap ( aerosol) dari
pemanasan cairan berisi nikotin dan sedikit pemberi rasa dan aroma ( liquid) . Uap yang
dihasilkan dari rokok elektronik ini lebih banyak dibandingkan dengan rokok konvensional.
Dengan adanya anggapan bahwa rokok elektronik lebih aman dari rokok konvensional
ditambah dengan banyaknya varian rasa yang diberikan membuat para pengguna rokok
konvensional beralih ke rokok elektronik, dibuktikan dengan 22 % perokok konvensional
yang beralih ke rokok elektronik dan sebanyak 3.2% dari orang yang sebelumnya tidak
pernah merokok telah mencoba menggunakan rokok elektrik ini dengan anggapan bahwa
rokok elektronik merupakan pilihan yang lebih sehat dan lebih aman daripada rokok
konvensional. ( Qasim hanan. 2017)

Namun, masih digunakannya nikotin pada liquid nya walaupun dengan konsentrasi
yang lebih rendah dibanding rokok konvensional tetap saja memiliki efek samping bagi tubuh
kita. Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk cairan, tidak berwarna dan mudah untuk
menguap ( Gunawan Sulistia Gan. 2007 ). Inhalasi nikotin melalui asap rokok maupun
aerosol rokok elektronik masuk ke paru, di metabolisme dalam jumlah yang berarti dalam
paru dan diserap dalam sirkulasi vena pulmonalis. Nikotin kemudian memasuki sirkulasi
arterial dari paru menuju otak, berkaitan dengan reseptor kolinergik nikotinik. penggunaan
rokok elektronik yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama akan tetap menimbulkan
kecanduan dan tentunya akan berefek ke penyakit sistemik lainnya.

Rokok elektronik juga dapat memproduksi paparan yang bersifat toksik yang berasal
dari pemberi rasa dan pemberi aroma, logam oxidant, dan aldehid volatile yang terdapat pada
aerosolnya.( Mcconnel rob.2017) Selain itu, rokok elektrik juga menyebabkan stress
oksidative dan kelangsungan hidup dari sel epitelial dari saluran nafas. Hasil penelitian juga
menunjukan bahwa rokok elektronik juga dapat meningkatkan angka kejadian dari gejala
bronkitis dan wheezing. Pada sistem kardiovaskular, rokok elektronik juga dapat
meningkatkan tekanan diastolik dan nadi,namun peningkatanya tidak terlalu signifikan jiga
dibandingkan dengan perokok konvensional dan juga dapat meningkatkan aktivasi dari
platelet, dimana platelet merupakan suatu penyebab dari trombosis dan arteriosklerosis.

Pada rokok elektronik ini juga ditemukan partikel ultrafine yang juga diketahui
dengan nama PM2.5. Partikel ini sangat mudah untuk menembus aliran udara dan menuju
sirkulasi darah dan dapat berpotensi berbahaya bagi sistem respirasi dan kardiovaskular.

Oleh karena berbagai efek yang dimiliki oleh rokok konvensional maupun rokok
elektrik, walaupun efek dari rokok elektrik ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok
konvensional, ada baiknya jika kita menghindari pengkonsumsian dari rokok baik
konvensional maupun elektrik dan lebih dianjurkan untuk melakukan pola hidup yang sehat
seperti berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat serta higienis. Namun, Jika
terlanjur mengalami ketergantungan tembakau ada baiknya melakukan pendekatan seperti
konseling dan farmakoterapi untuk mengurangi ketergantungan tersebut. Konseling bisa
dilakukan dengan langsung maupun melalui telpon yang akan efektif jika dilakukan dengan
konselor yang terlatih. Farmakoterapi yang dianjurkan oleh FDA meliputi : bupropion lepas
lambat, 4 produk pengganti nikotin ( permen karet, transdermal patch, semprotan nasal, dan
inhaler).
Daftar Pustaka

Jurnal

Qasim Hanan, Karim Zubair A. , Rivera Jose O. , Khasawneh Fadi T., Alshbool Fatima
Z.2017. Impact of electronics cigarette on the cardiovascular system

Mcconell Rob, Barrinton –Trimis Jessica L., Wang Kejia, Urman Robert, Hong Hanna.2017.
Electronic Cigarette Use and Respiratory Symptoms in Adolescents

Buku

Gunawan Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi lima. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI

Setiati Siti, Alwi Idrus,Sudoyo Aru W., K Marcellus Simandibrata, Setiyohari Bambang,
Syam Ari Fahrial.2014. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi enam. Jakarat : Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai