Sekitar 200 tahun yang lalu, Thomas Malthus mengajukan sebuah teori
tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang
masih dipercaya hingga saat ini. Dalam teorinya, Thomas Malthus merumuskan
sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang. Malthus
melukiskan sebuah kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu
negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat geometrik
setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu karena adanya proses pertambahan hasil yang
semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah
maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat
aritmetik (Todaro dan Smith, 2004).
Peternakan adalah salah satu bagian dari pertanian yang memiliki nilai
strategis tersendiri. Dalam kehidupan sehari-hari peternakan dapat digambarkan
melalui pemanfaatan produk-produknya. Produk peternakan diasosiasikan dengan
standart hidup yang tinggi dimana ketika standart hidup meningkat maka
konsumsi produk ternak meningkat. Daging, telur dan susu berikut produk
olahannya selalu dijadikan standart kecukupan protein. Dan konsumsi produk
peternakan di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara lain
khususnya negara maju atau dengan kata lain standart kehidupan di Indonesia
cukup rendah.
Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah
persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan
menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia
dan tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi
oleh manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi
ternak. Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja
maka akan cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia pada
titik mana populasi dunia diharapkan akan stabil. Oleh karena itu, pemecahan
terhadap masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah
mengembangkan sistem produksi ternak yang tidak tergantung pada biji-bijian
serealia.
Berikut ini adalah pernyataan para ahli mengenai pertanian terpadu dan
keberlanjutan yang sangat relevan untuk dikembangkan lebih lanjut. Prof Chan
menyatakan bahwa tidak dibenarkan untuk berharap pembangunan berkelanjutan
bila tetap menghambur-hamburkan sumber daya alam. Hari dimana orang
menyadari bahwa limbah sekali waktu adalah makanan dan ilmu dan teknologi
bergandengan dengan akal budi manusia merubah limbah menjadi sumber daya,
baru kita bicara mengenai keberlanjutan. Selain itu, Preston dan Murgueitio
(1994) juga menyatakan bahwa penggunaan yang berkelanjutan dari sumber daya
alam terbarukan akan difasilitasi ketika pakan ditanam, hewan diberi pakan dan
kotoran didaur ulang pada lahan yang dapat mengurangi penggunaan input impor
termasuk energi.
Sistem pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan
mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan
suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Satu praktek budidaya aneka
tanaman/aneka kultur yang beragam dimana output dari salah satu budidaya
menjadi input kultur lainnya sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan
tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya
membuka jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga
keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan
energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif
dan efisien.
Hasil utama yang didapat petani dari peternakan adalah daging, susu, telur
dan bibit (anakan). Hasil utama tersebut sudah biasa dalam sistem peternakan
karena memang hasil tersebutlan yang ingin didapatkan. Hasil samping dari
peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah terutama ternak
ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat tersebut Pertama adalah
kompos. Kompos diperoleh dari kotoran ternak yang difermentasi dan dicampur
dengan dedak selama 3-5 hari. Kompos digunakan sebagai pupuk untuk tanaman
yang bisa memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation,
meningkatkan kemampuan kemampuan menahan air, meningkatkan aktivitas
biologi tanah, meningkatkan pH tanah, dll. Bila satu hari saja kotoran yang
didapat dari satu ekor sapi sebanyak 25 kg, bisa dibayangkan berapa banyak
kompos yang bisa dihasilkan. Banyaknya kompos yang dihasilkan bisa dijadikan
substitusi bagi pupuk kimia yang mengurangi biaya input bagi petani. Potensi
pengembangannyapun semakin besar karena nilai hasil pertanian organik jauh
lebih besar dibandingkan dengan pertanian biasa. Selain itu, pemasok pertanian
organik masih sedikit sehingga ada peluang besar bagi yang memanfaatkannya.
Kelima adalah urine ternak dan limbah cair lainnya dari yang bisa
dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Limbah cair paling banyak dihasilkan dari
peternakan sapi perah, namun peternakan yang lain juga menghasilkan limbah cair
yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Kegunaan pupuk cair banyak untuk pupuk
tanaman hias yang diberikan secara semprot atau kegunaan lainnya. Manfaat
terakhir adalah kotoran ternak sebagai pakan ternak. Kotoran ternak yang bisa
digunakan sebagai pakan ternak adalah kotoran ayam karena kandungan protein
kotoran ayam yang masih tinggi. Begitu juga kotoran kambing juga layak
dijadikan pakan ternak. Cara pemanfaatannya adalah kotoran ternak diberikan
mikroorganisme dekomposisi dan di simpan selama waktu tertentu yang
kemudian ditepungkan untuk siap digunakan. Karena nilai proteinnya masih
tinggi maka tepung kotoran ternak bisa dijadikan substitusi jagung, kedele atau
sumber protein lainnya yang biasa digunakan sebagai pakan ternak. Namun
pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan masih belum banyak dilakukan karena
adanya nilai kepantasan bagi yang mengkonsumsi.
Bokhasi dapat digunakan sebagal pupuk pertanian dan pakan ternak atau
ikan. Kotoran ayam dan kotoran kambing juga dapat difermentasi dengan
teknologi EM menjadi pakan temak (bokhasi pakan temak) ayam, babi, dan itik.
Ide dasar pemanfaatan kotoran temak sebagai bokhasi pakan temak adalah
karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran
kambing masih mengandung protein sebesar 12% dan serat kasar sebesar 80%,
jika dibandingkan dengan hijauan pakan ternak (Wididana, 1999).
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
alam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Bahan organik yang dihasilkan dalam sistem pertanian terpadu
ini memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Analisis output dari peternakan berupa pupuk kandang berupa urin dan
feces yang dihasilkan oleh sapi. Dalam satu tahun sapi dapat menghasilkan pupuk
kandang sekitar 5,4 ton dengan rincian tiap hari menghasilkan 15 kilogram
kotoran. Dikaitkan dengan kebutuhan lahan, informasi yang didapat bahwa
sejumlah lima ekor sapi mampu mencukupi kebutuhan pupuk organik selama satu
tahun. Agar kotoran dapat menjadi pupuk kandang biasanya diakukan
dekomposisi selama 4 bulan agar pupuk kandang dapat langsung digunakan pada
lahan pertanian. Selain output dari hasil pupuk kandang, peternakan tersebut juga
mendapatkan output dari hasil penjualan ternak. Pemilihan sapi sebagai subsistem
utama pertanian terpadu tersebut sangat tepat. Sapi dapat digunakan sebagai
sumber pemenuh kebutuhan hara bagi pertanian lain. Sebagai pertimbangan
bahwa pada tahun pertama pertanian tersebut memiliki 5 ekor sapi, kemudian
pada tahun kedua dan ketiga berturut-turut sebanyak 10 dan 15 ekor. Meningkat
di tahun ke 4 berjumlah 17 ekor. Dari ke 17 ekor sapi itu terdiri dari jenis
Simental, Limousin dan Berangus. Dari jumlah tersebut sapi dapat dijual sebagian
untuk membantu pemasukan petani. Sisanya berjumlah 8 ekor sapi tetap
dipertahankan untuk pemenuhan kebutuhan hara dan investasi petani ke depan.
Keunggulan lainnya adalah sapi dapat berkembang biak dalam waktu yang
singkat. Pemeliharaan sapi dengan penggemukan hanya dengan waktu
pemeliharaan 8-12 bulan. Hasil pupuk kandang dari peternakan yaitu dalam satu
hektar lahan pertanian tersebut dapat dicukupi kebtutuhan haranya oleh lima ekor
sapi. Satu ekor sapi dapat memproduksi 15 kilogram kotoran tiap hari sehingga
dalam setahun dapat mencapai 5, 4 ton kotoran yang dimanfaatkan sebagai pupuk.
Pertanian Terpadu
Tidak ada keraguan mengenai manfaat dari Sistem Pertanian Terpadu baik
bagi petani, lingkungan maupun negara
Sistem Pertanian Terpadu merupakan strategi terbaik mengatasi
kelangkaan sumberdaya pertanian baik modal, pupuk, pestisida untuk
meningkatkan produksi agar dapat mencukupi kebutuhan pangan yang
terus meningkat.
Dengan Pertanian terpadu, hampir semua aktivitas pertanian secara
ekonomi dapat menguntungkan dan secara ekologi berkelanjutan
Dengan Sitem Pertanian Terpadu dapat menjawab tuntutan kosnumen
yang sadar mengenai pentingnya kelstarian lingkungan, kesehatan dan
keamanan pangan, dan kesejahteraan tenaga kerja
Pengabaian konsep sistem pertanian terpadu, baik karena kedunguan atau
karena prasangka bodoh akan menyebabkan kebanyaka petani tetap miskin
dan kehilangan semua manfaat yang semestinya diperoleh dari
sumberdaya alam yang sebenarnya lebih dari cukup untuk memenuhi hak-
hak sasai mereka.
2) Oleh karena tingkat persediaan bahan baku serta penyediaan barang dalam
proses relatif rendah, maka terdapat penghematan dana didalam persediaan-
persediaan tersebut.
4) Biaya pemindahan bahan dalam proses adalah relatif rendah karena jarak
antara satu mesin dengan mesin yang lain adalah pendek.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani
akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu
memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa
menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran.
Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga
petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa
mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk
mendapatkan penghasilan.