Anda di halaman 1dari 16

Alasan Perlunya Sistem Pertanian Terpadu

Sekitar 200 tahun yang lalu, Thomas Malthus mengajukan sebuah teori
tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang
masih dipercaya hingga saat ini. Dalam teorinya, Thomas Malthus merumuskan
sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang. Malthus
melukiskan sebuah kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu
negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat geometrik
setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu karena adanya proses pertambahan hasil yang
semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah
maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat
aritmetik (Todaro dan Smith, 2004).

Sebagai gambaran yang bisa mendukung teori Malthus adalah bahwa


populasi penduduk dunia pada tahun 1950 hanya 2,5 milyar dan meningkat
menjadi 5,3 milyar pada 1990 dan pada 2030 akan menjadi 8,9 milyar. Maka
benarlah jika pertumbuhan populasi penduduk mengikuti deret ukur sebagaimana
disampaikan oleh teori Malthus. Besarnya pertumbuhan penduduk selanjutnya
akan meningkatan permintaan akan pangan. The World Food Summit-FAO di
Roma pada 1997 memprediksi bahwa produksi pangan dan pakan di negara
berkembang harus meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Peningkatan
tersebut untuk memenuhi tuntutan populasi manusia yang diperkirakan
meningkat dua kali lipat dan aspirasi mereka untuk standart hidup yang lebih
tinggi. Menurut laporan PBB tahun 2005, permintaan pangan meningkat 70 – 85
% dalam 50 tahun kedepan dan air bersih meningkat antara 30 – 85 %.
Peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan pangan sehingga
terdapat satu disparitas yang tumbuh antara peningkatan populasi dunia dengan
kapasitas produksi pangan dunia yang lajunya lebih rendah dari laju pertumbuhan
penduduk. Disparitas tersebut ditunjukkan oleh penyediaan pangan perkapita terus
menurun di dunia.

Dunia telah berusaha dalam meningkatkan produksi pangan agar sejalan


dengan pertumbuhan penduduk. Revolusi hijau telah berhasil mencukupi pangan
pada era 60 – 80 an melalui penggunaan mesin, pupuk, pestisida dan bibit unggul.
Banyak negara yang menikmati hasil dari revolusi hijau termasuk Indonesia yang
berhasil mencapai swasembada beras pada 1984 melalui program Bimas. Namun
saat ini, revolusi hijau telah terbukti menimbulkan beragam masalah. Tanah
menjadi berkurang kesuburannya akibat penggunaan pupuk yang berlebihan.
Indikator rusaknya tanah akibat pengunnaan pupuk kimia yang berlebihan adalah
tanah pertanian yang teksturnya semakin keras. Selain itu, kenaikan produksi
dapat terjadi jika dibarengi dengan peningkatan penggunaan pupuk. Efek negatif
lainnya adalah degradasi lingkungan akibat penggunaan pestisida yang
berlebihan. Banyak produk pertanian yang terkontaminasi oleh pestisida dan
berakibat buruk pada kesehatan terutama penyebab penyakit degeneratif.
Penggunaan pestisida yang berlebihan juga menimbulkan banyak hama yang
resisten apalagi didukung oleh penanaman yang sejenis (monokultur). Yang
paling penting untuk ditindaklanjuti adalah berkurangnya nilai yang diterima
petani akibat besarnya biaya input dalam pertanian. Revolusi hijau menuntut input
dengan biaya yang besar seperti benih, pupuk, pestisida, energi, pakan, obat-
obatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya input menyebabkan hasil yang diperoleh
petani semakin kecil, terutama petani rakyat yang mempunyai lahan kecil dan
menggantungkan modalnya kepada rentenir. Apalagi nilai hasil pertanian saat ini
secara nominal lebih tinggi namun secara riil semakin berkurang. Data Bank
Dunia dalam “2001 World Development Indicators” memperlihatkan bahwa
secara agregat indeks harga pertanian pada 1960 nilainya 208, dan pada 2000
menjadi 87 sehingga nilai riil pertanian berkurang 2,39 kali. Secara lebih rinci,
dengan menggunakan nilai dolar pada 1990 maka harga riil pada tahun 2000
dibandingkan dengan tahun 1960, beberapa komoditas pertanian penting
semuanya menjadi lebih murah. Harga beras tahun 2000 lebih murah 2,58 dari
tahun 1960. Begitu juga dengan komoditas lain seperti karet, kopi arabika, teh,
kelapa sawit, beras, jagung, dan gula. Maka wajar jika banyak petani
mengeluhkan nilai komoditas pertanian yang semakin murah dan tidak ada
harganya dibandingkan dengan komoditas non pertanian. Jika pada tahun 1980
petani dengan lahan 1 ha saja sudah bisa menjadi saudagar maka saat ini petani
dengan lahan 1 ha hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
saja dengan catatan tidak ada gagal panen. Ketidakadilan yang dialami petani
rakyat dalam skala yang lebih luas juga terjadi karena negara berkembang hanya
dijadikan sebagai pemasok bahan baku dan menjadi pasar dari hasil pengolahan
bahan baku yang dilakukan oleh negara berkembang. Petani menjual produk
dengan harga murah dan terus murah dan membeli hasil olahan yang mahal dan
terus mahal.

Peran Peternakan dalam Sub Sektor Pertanian

Peternakan adalah salah satu bagian dari pertanian yang memiliki nilai
strategis tersendiri. Dalam kehidupan sehari-hari peternakan dapat digambarkan
melalui pemanfaatan produk-produknya. Produk peternakan diasosiasikan dengan
standart hidup yang tinggi dimana ketika standart hidup meningkat maka
konsumsi produk ternak meningkat. Daging, telur dan susu berikut produk
olahannya selalu dijadikan standart kecukupan protein. Dan konsumsi produk
peternakan di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara lain
khususnya negara maju atau dengan kata lain standart kehidupan di Indonesia
cukup rendah.
Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah
persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan
menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia
dan tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi
oleh manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi
ternak. Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja
maka akan cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia pada
titik mana populasi dunia diharapkan akan stabil. Oleh karena itu, pemecahan
terhadap masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah
mengembangkan sistem produksi ternak yang tidak tergantung pada biji-bijian
serealia.

Keuntungan lain dari alternatif sistem pakan bukan biji-bijian akan


membawa kepada pengurangan kontaminasi lingkungan, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan keragaman hayati dan produk ternak yang
lebih baik mutunya. Karenanya tiap intervensi yang melibatkan ternak harus
didasarkan pada peran sinergis mereka dalam manfaat sistem pertanian
keseluruhan ketimbang sebagai penghasil daging, susu atau telur yang
menggunakan pakan bersaing dengan kebutuhan manusia. Sistem peternakan
yang menggunakan pakan sama dengan pangan hanya akan mengakumulasi
masalah dimasa mendatang, apalagi sekarang pangan tidak hanya digunakan
sebagai pakan tetapi juga energi. Tentu diperlukan terobosan dalam bidang
peternakan untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian secara keseluruhan.

Pernyataan Ahli tentang Pertanian Terpadu dan Keberlanjutan

Berikut ini adalah pernyataan para ahli mengenai pertanian terpadu dan
keberlanjutan yang sangat relevan untuk dikembangkan lebih lanjut. Prof Chan
menyatakan bahwa tidak dibenarkan untuk berharap pembangunan berkelanjutan
bila tetap menghambur-hamburkan sumber daya alam. Hari dimana orang
menyadari bahwa limbah sekali waktu adalah makanan dan ilmu dan teknologi
bergandengan dengan akal budi manusia merubah limbah menjadi sumber daya,
baru kita bicara mengenai keberlanjutan. Selain itu, Preston dan Murgueitio
(1994) juga menyatakan bahwa penggunaan yang berkelanjutan dari sumber daya
alam terbarukan akan difasilitasi ketika pakan ditanam, hewan diberi pakan dan
kotoran didaur ulang pada lahan yang dapat mengurangi penggunaan input impor
termasuk energi.

Definisi Sistem Pertanian Terpadu

Sistem pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan
mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan
suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Satu praktek budidaya aneka
tanaman/aneka kultur yang beragam dimana output dari salah satu budidaya
menjadi input kultur lainnya sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan
tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya
membuka jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga
keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan
energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif
dan efisien.

Cakupan pertanian sendiri sangat luas, namun sesunguhnya pertanian


merupakan interaksi dalam suatu ekosistem yang membentuk pertanian secara
keseluruhan. Contohnya adalah suatu kawasan yang ditanami jagung. Apa yang
terjadi bila di kawasan tersebut tidak tersedia ternak ruminansia? Hubungan
timbal balik akan terjadi bila ada ternak di kawasan tersebut. Apabila pertanian
dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman atau kotoran dari ternak
merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya
memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha
pertanian. Ekspedisi Sungai Citarum yang dilakukan oleh Kompas menunjukkan
bagaimana limbah peternakan di daerah Lembang mencemari sungai dari hulu
hingga hilir padahal banyak orang yang bergantung pada keberlangsungan sungai
Citarum.

Bagaimana Produksi dalam Sistem Pertanian Terpadu

Produksi dalam pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan


seluruh potensi energi yang terdapat dalam pertanian sehingga dapat dipanen
secara seimbang dan berkesinambungan. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat
terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu
berada dalam suatu kawasan yang terdiri atas minimal produksi tanaman dan
peternakan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan
menjadi limbah karena pasti dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Di samping
itu akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Model Sistem Pertanian Terpadu di Pedesaan

1. Sistem pertanian terpadu konvensional Sistem pertanian terpadu


konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani kita pada masa
lalu,namun sekarang sudah banyak ditinggalkan.
2. Sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (effective micro-
organisme).
1. Sistem pertanian terpadu sekaligus manajemen limbah terpadu (IF-IWM)
2. Sistem Pertanian Organik

Sistem Pertanian Terpadu Konvensional

Sistem pertanian terpadu konvensional sudah banyak diterapkan oleh


petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak ditinggalkan. Tumpang sari
antara peternakan ayam dan balong ikan dimana kotoran ayam yang terbuang
dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Tumpang sari antara tanaman palawija dan
peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing
atau sapi dan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman
berikutnya. Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum
mencerminkan siklus yang berkelanjutan.

a) Model pertanian terpadu konvensional


b) Tumpang sari antara petemakan ayam dan balong ikan (longyam) di mana
kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagal pakan lkan
c) Tumpang sari antara tanaman palawija dan petemakan, di mana sisa-sisa
tanaman digunakan sebagai pakan temak kambing atau sapi dan kotoran
temak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya.
Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum tentu
merupakan siklus yang berkelanjutan.
d) Cina tradisional, kandang hewan dibangun di atas kolam sehingga limbah
hewan jatuh langsung ke dalam air memberi bahan bakar kepada
ekosistem kolam. Atau di Jawa Barat MCK dibangun di atas kolam ikan.
Diperoleh ikan dan air kolam dengan ekstra unsur hara untuk mengairi
tanaman. Sisa-sisa tanaman dibuang balik kedalam kolam untuk
menciptakan satu “sistem tertutup”
e) Sistem kuno yang menggunakan limbah manusia dan hewan (night soil)
untuk menyuburkan kolam ikan direintroduksi dengan simpul baru: satu
bioreaktor yang memungkinkan bakteri anaerobik memroses limbah lebih
cepat dan lebih aman menjadi sumberdaya pertanian yang bermanfaat.
f) Sistem Terpadu dengan Teknologi EM (effective micro-organisme).

Sistem Pertanian Terpadu Modern

Sistem pertanian terpadu modern memadukan pertanian dan peternakan


dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem. Petani bisa
menanam padi, jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga
beternak sapi, kambing, ayam atau hewan ternak lainnya. Hasil yang bisa
diperoleh petani dari pertanian adalah hasil utama seperti beras, jagung, kedele,
dll. Dari hasil utama ini maka petani bisa menjualnya atau dikonsumsi sendiri
untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil sampingnya adalah limbah pertanian yang
berupa jerami padi, dedak, bekatul, jerami jagung. Limbah pertanian tersebut bisa
digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan lama.
Caranya adalah mencampur limbah pertanian dengan mikroorganisme
dekomposisi dan ditambah urea plus tetes. Hasilnya adalah pakan ternak yang
bergizi dan mampu tahan hingga 1 tahun lamanya. Bayangkan jika seluruh limbah
pertanian diolah dan digunakan sebagai pakan ternak. Tentu para petani tidak
akan kekurangan pakan ternak yang pada musim kemarau sulit di dapat. Selain itu
akan menurunkan biaya produksi karena rendahnya biaya pakan. Bekatul, dedak,
limbah kacang, limbah kedele, ampas tahu dan ampas tempe bisa digunakan
sebagai pakan konsentrat untuk meningkatkan pertumbuhan ternak.

Hasil utama yang didapat petani dari peternakan adalah daging, susu, telur
dan bibit (anakan). Hasil utama tersebut sudah biasa dalam sistem peternakan
karena memang hasil tersebutlan yang ingin didapatkan. Hasil samping dari
peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah terutama ternak
ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat tersebut Pertama adalah
kompos. Kompos diperoleh dari kotoran ternak yang difermentasi dan dicampur
dengan dedak selama 3-5 hari. Kompos digunakan sebagai pupuk untuk tanaman
yang bisa memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation,
meningkatkan kemampuan kemampuan menahan air, meningkatkan aktivitas
biologi tanah, meningkatkan pH tanah, dll. Bila satu hari saja kotoran yang
didapat dari satu ekor sapi sebanyak 25 kg, bisa dibayangkan berapa banyak
kompos yang bisa dihasilkan. Banyaknya kompos yang dihasilkan bisa dijadikan
substitusi bagi pupuk kimia yang mengurangi biaya input bagi petani. Potensi
pengembangannyapun semakin besar karena nilai hasil pertanian organik jauh
lebih besar dibandingkan dengan pertanian biasa. Selain itu, pemasok pertanian
organik masih sedikit sehingga ada peluang besar bagi yang memanfaatkannya.

Manfaat ketiga adalah bokhasi. Bokashi mirip dengan kompos, namun


komponen utamanya adalah jerami padi atau limbah pertanian lainnya yang diolah
menjadi pupuk. Penggunaanya pun mirip dengan kompos namun cara
membuatnya sedikit lebih lama daripada kompos. Keempat adalah biogas. Biogas
adalah sebuah sistem dari bakteri pembentuk gas metan secara anaerob dengan
memanfaatkan bahan-bahan organik. Sumber utama bakteri pembentuk gas metan
adalah hewan ruminansia. Dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber
bakteri gas metan maka akan didapatkan sumber energi yang murah, ramah
lingkungan dan terbarukan. Dari 1 ekor sapi maka energi biogas yang diperoleh
setara dengan memasak 2-3 jam penuh. Bisa dibayangkan jika sapi di Indonesia
yang jumlahnya 10 juta bisa digunakan sebagai sumber energi biogas? Akan
banyak manfaat yang bisa diperoleh darinya. Selain menghasilkan biogas, reaktor
biogas juga menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat organik yang siap
digunakan. Pupuk organik yang dihasilkan dari reaktor biogas memiliki nilai yang
lebih tinggi karena manfaatnya lebih tinggi dibandingkan dengan kompos. Biogas
juga berperan dalam memutus siklus penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena kotoran ternak yang mengandung
penyakit akan masuk ke dalam reaktor yang anaerob. Hanya bakteri penghasil gas
metanlah yang mampu hidup di dalamnya dan hampir semua organisme aerob
termasuk mikroorganisme penyakit akan mati. Oleh karena wajar jika biogas
dapat dijadikan pemutus rantai penyakit.

Kelima adalah urine ternak dan limbah cair lainnya dari yang bisa
dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Limbah cair paling banyak dihasilkan dari
peternakan sapi perah, namun peternakan yang lain juga menghasilkan limbah cair
yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Kegunaan pupuk cair banyak untuk pupuk
tanaman hias yang diberikan secara semprot atau kegunaan lainnya. Manfaat
terakhir adalah kotoran ternak sebagai pakan ternak. Kotoran ternak yang bisa
digunakan sebagai pakan ternak adalah kotoran ayam karena kandungan protein
kotoran ayam yang masih tinggi. Begitu juga kotoran kambing juga layak
dijadikan pakan ternak. Cara pemanfaatannya adalah kotoran ternak diberikan
mikroorganisme dekomposisi dan di simpan selama waktu tertentu yang
kemudian ditepungkan untuk siap digunakan. Karena nilai proteinnya masih
tinggi maka tepung kotoran ternak bisa dijadikan substitusi jagung, kedele atau
sumber protein lainnya yang biasa digunakan sebagai pakan ternak. Namun
pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan masih belum banyak dilakukan karena
adanya nilai kepantasan bagi yang mengkonsumsi.

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan bagaimana sistem pertanian


terpadu bekerja. Pertanian menghasilkan hasil utama yang bisa dimanfaatkan
langsung oleh petani. Namun hasil samping pertanian menjadi input bagi
peternakan. Petani juga bisa mendapatkan hasil utama peternakan dan hasil
samping peternakan menjadi input bagi pertanian. Ketersediaan input dari dalam
sistem pertanian terpadu sangat memberikan manfaat bagi petani dan lingkungan.
Dan alamlah yang memberikan contoh dalam menerapkan keseimbangan sistem
pertanian terpadu.

Model sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM telah dikembangkan


dengan cukup baik oleh Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di
Bali serta beberapa wilayah sentra pertanian di Indonesia. Memadukan budl.daya
tanaman, perkebunan,petemakan, perikanan, dan pengolahan daur limbah secara
selaras, serasi, dan berkesinambungan. Budi daya tanaman yang dipilih adalah
tanaman semusim dan tahunan, misalnya padi, palawija, buah-buahan, sayur-
sayuran, cengkeh, kopi, kelapa, dan sebagainya. Kebutuhan input budi daya
tanaman menggunakan prinsip penggunaan masukan luar rendah (low external
input), misalnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida seminimal mungkin atau
bahkan tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida sama sekali. Limbah
organik dari kotoran temak dan sisa-sisa tanaman difermentasikan dengan
teknologi EM menjadi pupuk organik terfermentasi atau bokhasi dalam waktu
yang cepat.

Bokhasi dapat digunakan sebagal pupuk pertanian dan pakan ternak atau
ikan. Kotoran ayam dan kotoran kambing juga dapat difermentasi dengan
teknologi EM menjadi pakan temak (bokhasi pakan temak) ayam, babi, dan itik.

Ide dasar pemanfaatan kotoran temak sebagai bokhasi pakan temak adalah
karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran
kambing masih mengandung protein sebesar 12% dan serat kasar sebesar 80%,
jika dibandingkan dengan hijauan pakan ternak (Wididana, 1999).

Model pertanian terpadu dengan teknologi EM dapat mengurangi masukan


energi darl luar sistern pertanian untuk menghasilkan produk pertanian. Proses
fermentasi dapat menaikkan kandungan nutrisi pakan temak yang berasal dari
kotoran temak. Sehingga masukan energi dari luar sistem pertanian dapat
diperkecil atau ditiadakan sama sekali. Demikian juga dalam bidang budi daya
tanaman, limbah tanaman yang terbuang dapat dimanfaatkan kemball sebagai
pupuk melalui proses fermentasi.

Hakekat Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi


energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk
hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan
itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu
ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah
dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya.
Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka
sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan
tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun
perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan
menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.
Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan
memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan
diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa
juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan
oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli
pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa mengandalkan daging atau telur
ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan penghasilan.

Pengertian Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan


cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat Indonesia. Dalam segi ekonomi
pertanian terpadu sangat menguntungkan bagi masyarakat karena output yang
dihasilkan lebih tinggi dan sistem pertanian terpadu ini tidak merusak lingkungan
karena sistem ini ramah terhadap lingkungan. Output dari pertanian terpadu juga
bisa digunakan Selain itu limbah pertanian juga dapat dimanfaatkan dengan
mengolahnya menjadi biomassa. Bekas jerami, batang jagung dan tebu memiliki
potensi biomas yang besar.

Pertanian terpadu merupakan konsep pemanfaatan lahan yang tersedia


semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk pertanian yang beraneka ragam
dengan kualitas tinggi. Hasil yang beragam dari tiap komoditas pertanian tersebut
diolah kembali untuk sumber masukan energi dalam melakukan aktivitas
pertanian lainnya. Pemanfaatan komponen-komponen pertanian yang saling
terkait antara satu dengan yang lainnya akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi produksi yaitu berupa peningkatan hasil produksi yang bersifat ramah
lingkungan. Konsep pertanian terpadu ini juga merupakan upaya petani dalam
memperbaiki sifat tanah dengan penambahan input bahan organik dari dalam
sistem pertanian itu sendiri.

Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
alam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Bahan organik yang dihasilkan dalam sistem pertanian terpadu
ini memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur


mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara
menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur
mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran. Membentuk agregat
tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga
aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya
tahan tanah terhadap erosi akan meningkat. Meningkatkan retensi air yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Meningkatkan retensi unsur hara melalui
peningkatan muatan di dalam tanah. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik
maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah. Meningkatkan kapasitas sangga
tanah.

Penerapan Pertanian Terpadu

Usaha yang dipakai dalam menerapkan pertanian terpadu adalah dengan


menggabungkan dua subsistem utama yaitu peternakan dan pertanian. Ternak
dapat dipelihara sebagai bagaian yang integral dalam system pertanian tersebut.
Analisis input pada peternakan ini adalah kebutuhan pakan sapi sebanyak 50
kilogram per hari. Pakan yang diberikan pada sapi peternakan tersebut adalah
jerami dan shorgum. Terkadang untuk menambah nutrisi pakan jerami biasanya
ditambah dengan pakan konsentrat berupa campuran jagung giling dan katul.
Jagung giling dapat di ganti dengan ubi kayu. Pemberian konsentrat tersebut
sebanyak 1% dari berat bobot pakan. Karena kebutuhan pakan yang cukup
banyak, terkadang input dari dalam belum mampu memenuhi sehingga sebagian
kebutuhan mendatangkan pakan dari luar. Sedangkan air tidak terlalu
diperhitungkan karena sapi biasanya mendapatkan air dari campuran pakan yang
telah diberikan.

Analisis output dari peternakan berupa pupuk kandang berupa urin dan
feces yang dihasilkan oleh sapi. Dalam satu tahun sapi dapat menghasilkan pupuk
kandang sekitar 5,4 ton dengan rincian tiap hari menghasilkan 15 kilogram
kotoran. Dikaitkan dengan kebutuhan lahan, informasi yang didapat bahwa
sejumlah lima ekor sapi mampu mencukupi kebutuhan pupuk organik selama satu
tahun. Agar kotoran dapat menjadi pupuk kandang biasanya diakukan
dekomposisi selama 4 bulan agar pupuk kandang dapat langsung digunakan pada
lahan pertanian. Selain output dari hasil pupuk kandang, peternakan tersebut juga
mendapatkan output dari hasil penjualan ternak. Pemilihan sapi sebagai subsistem
utama pertanian terpadu tersebut sangat tepat. Sapi dapat digunakan sebagai
sumber pemenuh kebutuhan hara bagi pertanian lain. Sebagai pertimbangan
bahwa pada tahun pertama pertanian tersebut memiliki 5 ekor sapi, kemudian
pada tahun kedua dan ketiga berturut-turut sebanyak 10 dan 15 ekor. Meningkat
di tahun ke 4 berjumlah 17 ekor. Dari ke 17 ekor sapi itu terdiri dari jenis
Simental, Limousin dan Berangus. Dari jumlah tersebut sapi dapat dijual sebagian
untuk membantu pemasukan petani. Sisanya berjumlah 8 ekor sapi tetap
dipertahankan untuk pemenuhan kebutuhan hara dan investasi petani ke depan.
Keunggulan lainnya adalah sapi dapat berkembang biak dalam waktu yang
singkat. Pemeliharaan sapi dengan penggemukan hanya dengan waktu
pemeliharaan 8-12 bulan. Hasil pupuk kandang dari peternakan yaitu dalam satu
hektar lahan pertanian tersebut dapat dicukupi kebtutuhan haranya oleh lima ekor
sapi. Satu ekor sapi dapat memproduksi 15 kilogram kotoran tiap hari sehingga
dalam setahun dapat mencapai 5, 4 ton kotoran yang dimanfaatkan sebagai pupuk.

Sistem pertanian dalam sistem pertanian terpadu berupa penanaman secara


multiple cropping. Jenis pertanian yang diusahakan adalah penanaman tanaman
musiman jagung, ketela pohon, cabai, kacang tanah dan sawi serta tanaman keras
berupa jati dan sengon. Sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya
banyak dipraktekkan dengan tanaman perkebunan. Tujuan sistem ini adalah untuk
pemanfaatan lahan secara optimal, namun belum banyak mendapat perhatian. Di
dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan
tanaman rumput dan ternak yang merumput diatasnya merupakan komponen
kedua. Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa integrasi antara tanaman
perkebunan dan peternakan dapat

meningkatkan kualitas tanah, produksi kelapa, produksi kopra, hasil buah


sawit segar dan keuntungan ekonomis serta meningkatkan hasil ternak,
menurunkan biaya penyiangan dan mempermudah pengumpulan buah kelapa.

Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain : (1) tersedianya


tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat mengurangi stress karena panas, (2)
meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan feces ke
dalam tanah, (3) meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi pertumbuhan
gulma, (4) mengurangi penggunaan herbisida, (5) meningkatkan hasil tanaman
perkebunan dan (6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil
ternaknya. Input yang diberikan pada pertanian ini adalah bahan organik yang
berasal dari seresah daun, jerami, atau hasil sampingan peternakan sapi yang telah
terdekomposisi. Pengolahan feses dan urin sapi masih dengan bantuan petani,
biasanya dilakukan penambahan MARROS Bio-Activa yang berfungsi sebagai
akselerator pematangan feses dan urin agar dapat dijadikan pupuk bagi tanaman.

Jerami juga dapat dikomposkan menjadi pupuk kompos bagi tanaman.


Meskipun jerami tersebut tidak diberi biodekomposer, tetapi telah ada
biodekomposer alami (pelaku/aktor yang merombak bahan organik secara alami).
Bedanya dengan biodekomposer yang ditambahkan, kemampuannya sudah lebih
terseleksi akan lebih cepat terurai. Pada prinsipnya proses pelapukan adalah suatu
proses alamiah dlm rangka mikroba(dekomposer) memanfaatkan jerami sebagai
sumber energinya, untuk membangun biomassa. Untuk pertumbuhan dan
perkembangan butuh rasio C, N, P. Input lain yaitu berkaitan dengan
pengendalian hama dan penyakit digunakan taktik pengendalian hayati.
Pengendalian ini dengan menggunakan senyawa atraktan, berupa metyl eugenol.
Taktik ini berfungsi untuk menarik serangga lalat buah jantan melalui aromanya.
Sehingga lalat akan terkecoh dan masuk dalam perangkap.

Output yang dihasilkan adalah hasil pertanian utama seperti untuk


tanaman jagung dapat menghasilkan kira–kira 4-5 ton selama 3 tahun, dengan
harga jual Rp 2000/kilogram. Ketela pohon dapat menghasilkan lebih dari 9 kg/
batang. Cabe merah dapat menghasilkan ½ kg satu tanaman dengan harga Rp
2000/kg. Sawi dapat menghasilkan 3 kg / m3 dengan luas lahan 8000 m3 dan
harga jual Rp 1000/ kg. Selain itu terdapat hasil sampingan berupa seresah daun,
rumput, dan brangkasan yang berguna untuk pakan sapi pada peternakan disana,
atau dimanfaatkan untuk cadangan pupuk musim tanam berikutnya.

Pertanian Terpadu

 Tidak ada keraguan mengenai manfaat dari Sistem Pertanian Terpadu baik
bagi petani, lingkungan maupun negara
 Sistem Pertanian Terpadu merupakan strategi terbaik mengatasi
kelangkaan sumberdaya pertanian baik modal, pupuk, pestisida untuk
meningkatkan produksi agar dapat mencukupi kebutuhan pangan yang
terus meningkat.
 Dengan Pertanian terpadu, hampir semua aktivitas pertanian secara
ekonomi dapat menguntungkan dan secara ekologi berkelanjutan
 Dengan Sitem Pertanian Terpadu dapat menjawab tuntutan kosnumen
yang sadar mengenai pentingnya kelstarian lingkungan, kesehatan dan
keamanan pangan, dan kesejahteraan tenaga kerja
 Pengabaian konsep sistem pertanian terpadu, baik karena kedunguan atau
karena prasangka bodoh akan menyebabkan kebanyaka petani tetap miskin
dan kehilangan semua manfaat yang semestinya diperoleh dari
sumberdaya alam yang sebenarnya lebih dari cukup untuk memenuhi hak-
hak sasai mereka.

Konsep Pertanian Terpadu Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani


Lahan Sawah Irigasi

Kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia sejak PELITA I telah berhasil


meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Kalau pada awal pelita I (1968)
pendapatan per kapita bangsa Indonesia hanya US$ 70, maka tahun ketiga pelita
IV (1997) telah melebihi US$ 1150. Akan tetapi krisis ekonomi dan moneter pada
1998 mengakibatkan pendapatan per kapita turun lagi menjadi US$ 735. Krisis
juga mengakibatkan jumlah penduduk miskin kembali meningkat pada tahun
1999 (Sinukaban, 2008). Faktor-faktor yang menyebabkan mereka ini miskin dan
kekurangan makanan antara lain karena produktivitas lahan yang rendah, lahan
pertanian yang semakin sempit, harga hasil pertanian yang rendah, kesempatan
kerja di luar usaha tani atau pendapatan di luar usaha tani sangat terbatas dan
pengelolaan lahan kering yang kurang sesuai dimana tidak hanya menurunkan
produktivitas lahan tetapi juga meningkatkan erosi yang pada akhirnya
menyebabkan lahan tidak produktif atau lahan kritis.

Penduduk Indonesia yang secara langsung penghasilannya dari kegiatan


usaha tani pertanian sebesar 48,5% yang tersesebar di lebih kurang 76.000 desa.
Petani yang mempunyai lahan sendiri sebanyak 70%, sedangkan yang tidak
mempunyai lahan sendiri sebanyak 30%. Petani yang mempunyai lahan sendiri
sebagian besar (51%) luas lahannya di bawah 0,5 hektar (Anonim, 2009).
Pendekatan sistem pertanian berkelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian
yang mengintegrasikan agrotekhnologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah
ada dengan tujuan untuk meningkatkan. Kualitas kehidupan (quality of life).
Dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pendekatan pertanian
berkelanjutan yang bersifat pro aktif, berdasarkan pengalaman dan partisipatif.

Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan


empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian
terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama
terpadu (Salikin, 2003). Konsep sistem pertanian terpadu adalah
mengkombinasikan berbagai macam spesies tanaman dan hewan dan penerapan
beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok untuk melindungi
lingkungan juga membantu petani menjaga produktivitas lahan mereka dan
meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani.
Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam,
yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu
pola relasi yang saling menguntungkan dan

berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat,


dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan
limbah organik.

Peningkatan keanekaragaman hayati merupakan hal penting dalam


menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan
limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi (terutama
unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan air.
Salah satu konsep penerapan pertanian terpadu yang dapat meningkatkan
pendapatan usaha tani petani pada lahan sawah irigasi adalah konsep integrasi
tanaman padi, perikanan dan peternakan (integrasi Padi, Ikan, Itik, Azolla dan
Sapi), integrasi ini disamping mendatangkan pendapatan sampingan,
penggabungan usaha tani terpadu yang berpijak pada pemanfaatan hubungan
saling menguntungan antara satu sama lain ini (simbiosis mutualisme) juga
memberikan dampak lingkungan yang positif bagi pertanian berkelanjutan. Hanya
saja, mindazbesi ini baru bisa dilaksanakan pada sawah yang airnya lancar
Integrasi Tanaman Padi, Ikan, Itik, Azolla Dan Sapi.

Manfaat dan Keunggulan Pertanian Terpadu

Ada banyak manfaat dan keunggulan dari penerapan sistem pertanian


terpadu khususnya bagi para petani rakyat di pedesaan. Sistem pertanian terpadu
adalah sebuah sistem penyedia pangan yang paling efektif dan efisien karena
Pertama, siklus dan keseimbangan nutrien serta energi yang akan membentuk
suatu ekosistem yang mirip dengan cara alam bekerja. Sebagaimana diketahui
bersama bahwa hanya bencana alamlah yang menyebabkan terjadi keusakan
lingkungan pada masa lampau. Gempa, tsunami, gunung meletus dan tabrakan
meteor adalah faktor-faktor yang dicatat dalam sejarah yang banyak membuat
kerusakan seperti meletusnya gunung toba dan krakatau yang menyebabkan
bencana di Sumatra dan Jawa serta punahnya dinosaurus akibat efek dari
bertabrakannya bumi dengan meteor. Namun, akhir-akhir ini banyak kerusakan
lingkungan akibat ulah manusia yang memanfaatkan alam dengan tidak
memperhatikan keseimbangan ekosistem. Penggunaan energi yang polutif
berperan dalam meningkatkan suhu bumi dan pencairan es di kutub. Penggunaan
bahan kimia seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan menyebabkan
lingkungan tercemar dan banyak penyakit yang bermunculan.

Kedua, secara deduktif pertanian terpadu akan meningkatkan efektifitas


dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan
biaya produksi. Peningkatan hasil produksi karena semakin banyak hasil produksi
yang diperoleh. Hasil-hasil dari sistem pertanian terpadu adalah hasil harian yaitu
susu, telur dan biogas; hasil mingguan yaitu kompos, bio urine, pakan ternak;
hasil bulanan yaitu padi daging dan hasil tahunan yaitu anak sapi, anak kambing,
dll. Banyaknya ragam hasil yang diperoleh menyebabkan ada semacam asuransi
jika salah satu hasil gagal panen. Penurunan biaya produksi terjadi karena hampir
semua input pertanian diambil dari sistem yang ada. Pakan ternak dari budidaya
tanaman atau pengolahan limbah ternak dan pupuk pertanian dari limbah
peternakan yang telah diolah. Memperlakukan limbah tanaman dan ternak dalam
sistem yang sama juga dapat menjaga lingkungan tetap bersih tanpa ekstra
pengeluaran sehingga mengurangi kebutuhan pelayanan pengumpulan sampah.
Oleh karenanya secara empiris, sistem pertanian terpadu merupakan bentuk
pertanian yang paling baik karena hampir tidak ada komponen yang terbuang.
Sistem pertanian terpadu juga dapat dijadikan sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan energi terutama kebutuhan energi baru terbarukan. Dengan cara yang
sederhana maka akan diperoleh energi dari biogas terutama dari kotoran ternak
ruminansia seperti sapi, kambing dan kerbau. Energi yang dihasilkannya rendah
polusi karena karbon terbakar secara sempurna sehingga tidak menghasilkan CO2
dan bisa mengurangi efek rumah kaca. Selain itu, biogas juga berperan dalam
mengurangi efek penipisan ozon karena gas CH4 dari limbah ternak yang tidak
digunakan semakin berkurang. Salah satu efek negatif dari CH4 yang terbuang
adalah terurainya ozon (O3) menjadi gas H2O dan CO2. Pengunaanya biogaspun
beraneka ragam mulai dari kompor gas sampai dikonversi menjadi listrik untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pertanian terpadu adalah perpaduan antara bidang pertanian dengan bidang


lain misalnya peternakan dan perkebunan. Beberapa keunggulannya adalah
sebagai berikut :

1) Proses produksi semacam ini biasanya bersifat ajeg/stabil dari waktu ke


waktu, sehingga perencanaan produksinya relatif mudah, pengawasan
produksinya juga relatif mudah.

2) Oleh karena tingkat persediaan bahan baku serta penyediaan barang dalam
proses relatif rendah, maka terdapat penghematan dana didalam persediaan-
persediaan tersebut.

3) Dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia,


terutama karena sistem pemindahan barang yang menggunakan tenaga mesin.

4) Biaya pemindahan bahan dalam proses adalah relatif rendah karena jarak
antara satu mesin dengan mesin yang lain adalah pendek.

5) Oleh karena keadaan mesin-mesinnya yang khusus, maka akan dapat


diperoleh penghematan didalam biaya tenaga kerja.

Defenisi Pertanian Terpadu

Sistem pertanian Terpadu

Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan


kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait
dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu
solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan
konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Diharapkan
kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan, sandang
dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini.
Atau dapat juga di artikan bahwa Sistem pertanian terpadu merupakan satu
sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan
hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam
bekerja.Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga
keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan
energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif
dan efisien.

Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi


energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk
hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan
itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu
ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah
dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya.
Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka
sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan
tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun
perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan
menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.
Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani
akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu
memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa
menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran.
Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga
petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa
mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk
mendapatkan penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai