Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan
asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi
vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut.
Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi
jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari ASI.
Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah
sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik 3,4.
3.2 Epidemiologi
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima
masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang
Riskesdas 2010 menunjukkan jumlah wilayah yang memiliki persentase penderita gizi
kurang dan buruk, sekitar 8 provinsi telah mencapai presentase kurang dari 15% . Sementara 15
provinsi lainnya memiliki presentase lebih dari 20%. Secara umum, persentase penderita gizi
buruk mengalami penurunan dari 7,2 persen pada tahun 1989 menjadi 4,9 persen pada 2010.
Dengan tren peningkatan tersebut, angkanya dinilai sudah mendekati target yang ditetapkan
13
14
3.3 Etiologi
3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik
1. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI
protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
15
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein
disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare
kronis, kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi saluran
pencernaan, serta kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.
3.4 Patofisiologi
MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan
sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang
pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan
di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti di atas disebabkan karena
adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan
metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan
untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan
16
karbonhidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau
terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat
menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih
malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres
katabolik ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-
kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -3 SD maka
Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan
kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat
terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar baby).
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif. Perubahan mental bisa
menjadi tanda anak mengalami dehidrasi. Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental
anak. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan hal tersebut: karakteristik perilaku anak yang
gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya dan keadaan ini
selanjutnya akan menimbulkan outcome perkembangan yang buruk, hipotesis lain mengatakan
bahwa keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
5. Kelainan Rambut
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut
tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering,
jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut yang
mudah dicabut di daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi karena kurangnya protein
menyebabkan degenerasi pada rambut dan kutikula rambut yang rusak. Rambut terdiri dari
keratin (senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut.
Warna rambut yang merah (seperti jagung) dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C,
E.
19
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena habisnya
cadangan energi maupun protein. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang
khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-
bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh
keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan
sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam
waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan
memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis,
dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat.
Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari
hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.
Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipomagnesemia.
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat
diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi
karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi
akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi
mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk dijadikan
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR
menurun.
22
3.6 Diagnosis
3.6.1 Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit
yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh 6,7.
a. Marasmus
b. Kwashiorkor
c. Marasmus-Kwashiorkor
Tanpa melihat berat badan bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah
2. Anemia
5. Pembesaran hati
7. Atrofi otot
8. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun 4.
2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan
3. Tes mantoux
4. EKG
Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor perlu dibedakan dengan 4:
1. Trauma
2. Sindroma nefrotik
4. Pellagra infantil
3.8 Tatalaksana
MEP berat ditata laksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dengan 10
1. Hipoglikemia
2. Hipotermia
3. Dehidrasi
4. Elektrolit
5. Infeksi
6. Mulai Pemberian
Makanan (F-75)
7. Pemberian
Makanan untuk
Tumbuh Kejar (F-
100)
9. Stimulasi
Tabel 3.2 Komposisi F-75, F-100, dan F-135 beserta nilai gizi masing-masing formula
Bahan makanan Per 1000 ml F-75 F-100 F-135
Formula WHO
Minyak sayur g 30 60 75
Larutan elektrolit ml 20 20 27
Nilai gizi
Protein g 9 29 33
Laktosa g 13 42 48
Kalium mmol 36 59 63
Natrium mmol 6 19 22
Seng mg 20 23 30
% Energi protein - 5 12 10
% Energi lemak - 36 53 57
Formula WHO 75
Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan larutan mineral mix,
kemudian masukkan susu skim sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel.
Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume
menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum. Masak selama 4 menit, bagi anak yang
Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan larutan mineral mix,
kemudian masukkan susu skim sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel.
Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume
menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak dulu selama 4 menit.
3.8.2 Medikamentosa
Rehidrasi secara oral dengan Resomal, secara parenteral hanya pada dehidrasi berat atau
syok
2. Atasi/cegah hipoglikemi
GDA < 50 mg/dl 50 ml D10% bolus IV evaluasi tiap 2 jam beri makanan tiap 2 jam
4. Atasi/cegah dehidrasi
5. Atasi/cegah hipotermi
b. Bila infeksi nyata: Ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai 7
i. Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetracycline, setiap 2-3 jam
ii. Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
iii. Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
b. Dermatosis
Tatalaksana:
c. Parasit/cacing
Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antelmintik.
28
d. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
e. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (seringkali alergi)
dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.
9. Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, >1
tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke-15 atau sebelum pulang
10. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg per hari.
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak akan membaik dengan
Berikan larutan dextrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan ringer dengan kadar
i. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernafasan) dan
ii. Bila tidak ada perbaikan klinis maka anak menderita syok septik. Dalam
b. Anemia berat
i. Hb < 4 g/dl
ii. Hb 4-6 g/dl disertai distress pernafasan atau tanda gagal jantung
Tranfusi darah:
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ‘packed red cells’ untuk transfusi
Perhatikan adanya reaksi tranfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada
anak dengan distres nafas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-
Natrium selenate 10 mg
Kalium iodide 5 mg
1. Oral (enteral): sesuai kebutuhan energi, protein dan cairan sesuai fase-fase tata laksana
gizi buruk
Tabel 3.5 Kebutuhan energi, protein dan cairan sesuai fase-fase tata laksana gizi buruk
Stabilisasi (F75) Transisi (F75 F100) Rehabilitasi (F100)
3.8.3 Kriteria Pemulangan Balita Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap
1. Balita:
c. Balita sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan, sesuai
dengan umurnya
32
g. Terdapat kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr selama 3 hari berturut-turut atau
2. Ibu / Pengasuh:
a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah
b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar kepada balita
3. Institusi Lapangan:
3.8.4 Pemantauan
2. Tumbuh Kembang:
3. Edukasi
a. Pengetahuan gizi
1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB ≥-2 SD dapat dikatakan anak sembuh
33
2. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjukan di rumah setelah
penderita dipulangkan
1. Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat,
Sarankan:
1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak
Bulan I : 1x/minggu
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)
pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka kematian. Oleh karena
ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk
a. Pola Makan
karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)
34
b. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali
c. Faktor sosial
yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP.
d. Faktor ekonomi
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa
persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis
e. Faktor infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam derajat ringan,
3.9 Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor adalah 4,6:
2. Hiperpigmentasi kulit
35
3. Edema anasarka
6. Hipoglikemia, hipomagnesemia
Refeeding syndrome adalah salah satu komplikasi metabolik dari dukungan nutrisi pada
pasien malnutrisi berat yang ditandai oleh hipofosfatemia, hipokalemia, dan hipomagnesemia.
Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan sumber energi utama metabolisme tubuh, dari lemak
pada saat kelaparan menjadi karbonhidrat yang diberikan sebagai bagian dari dukungan nutrisi,
sehingga terjadi peningkatan kadar insulin serta perpindahan elektrolit yang diperlukan untuk
metabolism intraseluler. Secara klinis pasien dapat mengalami disritmia, gagal jantung, gagal
napas akut, koma paralisis, nefropati, dan disfungsi hati. Oleh sebab itu dalam pemberian
dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat perlu diberikan secara bertahap 6.