Anda di halaman 1dari 8

Kombinasi Terapi dari Terapi Intense Pulsed Light dan Meibomian Gland Expression (IPL /

MGX) Dapat Memperbaiki Gejala Dry Eye dan Fungsi Kelenjar Meibomian pada Pasien
dengan Refractory Dry Eye: Analisis Retrospektif

Tujuan: Untuk menilai perubahan dari fungsi kelenjar meibomian dan gejala dry eye pada pasien
dengan refractory dry eye yang diterapi dengan terapi kombinasi Intense Pulsed Light (IPL) dan
Meibomian Gland Expression (MGX).

Metode: Rekam medis dari 81 pasien dengan dry eye yang diobati dengan serial IPL / MGX yang
diteliti dengan menggunakan analisis retrospektif. Semua pasien di follow-up minimal 6 bulan
setelah perawatan IPL / MGX pertama. Pasien biasanya menerima 1 sampai 4 kali perawatan IPL
dengan jarak waktu 4 sampai 6 minggu. Setiap follow up dilakukan IPL dan juga MGX. 35 data
memiliki data lengkap untuk dimasukkan ke dalam analisis. Kemudian ditinjau secara demografi,
riwayat penyakit mata, Standard Patient Evaluation of Dryness 2 (SPEED2), pemeriksaan slit-lamp,
dan Meibomian Gland Evaluations (MGE) pada pertama kunjungan dan pada setiap kunjungan
sebelum perawatan IPL / MGX.

Hasil: Uji t berpasangan menunjukkan penurunan yang signifikan (P, 0,0001) pada SPEED2
dengan terapi IPL / MGX. Dari 35 pasien, 8 (23%) mengalami penurunan ≥50% dalam skor
SPEED2, 23 (66%) mengalami penurunan 1% hingga 49% pada SPEED2, 1 (3%) tidak mengalami
perubahan dalam SPEED2, dan 3 (9) %) mengalami peningkatan SPEED2. Uji t berpasangan
menunjukkan perbaikan yang signifikan pada MGE pada mata kiri tetapi tidak pada mata kanan
(OD P = 0,163 dan OS P = 0,0002). Tiga belas pasien (37%) mengalami perbaikan MGE secara
bilateral. Delapan pasien (23%) mengalami penurunan MGE secara bilateral atau penurunan 1 mata
tanpa perubahan pada mata yang lain.

Kesimpulan: Analisis retrospektif ini menunjukkan bahwa kombinasi IPL dan MGX dapat secara
signifikan memperbaiki gejala dry eye (pada 89% pasien) dan fungsi kelenjar meibom (pada 77%
pasien setidaknya pada 1 mata).

Dry eye merupakan suatu penyakit mata yang pada umunya menyebabkan ocular discomfort
dan penunurunan dari tajam penglihatan. Dua kategori dari dry eye, evaporative dry eye dan
aqueous deficient dry eye. Kedua kondisi ini dapat melibatkan patologi dari kelenjar meibom,
kelenjar lakrimal, kelopak mata, tear film, dan surface cells. Meibomian gland dysfunction (MGD)
merupakan penyebab utama dari kategori “evaporative dry eye” dan juga berkontribusi terhadap
kategori dry eye yang “aqueous deficient dry eye”.
Kelenjar Meibom merupakan kelenjar sebasea termodifikasi yang terletak di sepanjang
kelopak mata atas dan bawah. Dua puluh hingga 40 kelenjar terletak di sepanjang kelopak mata dan
mensekresikan meibum, komponen lipid dari air mata. MGD didefinisikan oleh International
Workshop on Meibomian Gland Dysfunction sebagai “ kelainan abnormal dan difus dari kelenjar
meibom, umumnya ditandai dengan obstruksi duktus terminal dan / atau perubahan secara kualitatif
/ kuantitatif dalam sekresi kelenjar. ”Pasien mungkin mengalami gejala iritasi mata dan secara klinis
seperti ocular surface disease dan peradangan yang diakibatkan karena perubahan pada tear film.

MGD merupakan penyakit mata yang umum dijumpai oleh ophthalmologists. Dampak dari
dry eye pada kualitas hidup sebanding dengan efek dari moderate/severe angina atau pada pasien
dengan perawatan dialisis. Tujuan terapi MGD adalah untuk memberikan perbaikan gejala jangka
panjang pada pasien dengan meningkatkan kualitas meibum, meningkatkan aliran meibum,
meningkatkan stabilitas dari tear film, dan mengurangi peradangan. Terapi yang umum digunakan
termasuk preservative-free drops, suplementasi asam lemak omega-3, siklosporin topikal, serum air
mata, azitromisin topikal, doksisiklin oral, moisture chambers, intraductal probing, lid margin
exfoliation, automated thermal pulsation, kompres hangat, dan lain-lain. Meskipun berbagai pilihan
pengobatan tersedia, pasien sering tidak mengalami perbaikan gejala yang complete atau jangka
panjang.

Meibomian gland expression (MGX) pertama kali dikembangkan oleh Gifford pada tahun
1921 sebagai metode efektif untuk merehabilitasi kelenjar meibom dan memperbaiki gejala dari dry
eye. Margin kelopak mata dikompresi secara paksa untuk mengekspresikan isi kelenjar. Korb dan
Greine mendeskripsikan perubahan dari ketebalan lipid layer dan gejala pada 10 pasien dengan
MGD yang diobati dengan MGX. Ekspresi yang kuat menyakitkan bagi pasien, dan beberapa
pasien tidak dapat mentoleransi rasa sakit yang terjadi.

INTENSE PULSED LIGHT

Intense pulsed light (IPL) telah lama digunakan di bidang dermatologi untuk mengobati
acne rosacea, acne vulgaris, hiperpigmentasi, essential telangiektasis, unwated hair, dan
photodamage skin. IPL adalah sumber cahaya yang berintensitas tinggi yang terdiri dari visible light
dalam rentang panjang gelombang 515 hingga 1200 nm. Cahayanya polikromatik dan incoherent.
Kebanyakan pasien dengan dry eye yang menjalani terapi IPL menggunakan terapi ini sebagai
upaya terakhir setelah mencoba beberapa terapi lainnya. Mereka sering mengalami severe MGD
dan kelenjer yang sudah tidak terlihat. Mekanisme spesifik dari terapi IPL dalam memperbaiki
gejala dry eye belum diketahui secara pasti. Diketahui bahwa oksihemoglobin dalam pembuluh
darah yang terletak di permukaan kulit menyerap cahaya yang dipancarkan dari lampu flash.
Penyerapan menghasilkan panas yang mengkoagulasi sel darah merah, yang mengarah ke trombosis
pembuluh darah. Mengingat mekanisme dari IPL ini, pasien dengan ocular rosacea okular dan
associated lid margin telangiectasias merupakan pilihan yang terbaik untuk pengobatannya.
Perawatan diberi jarak 4 hingga 6 minggu secara terpisah, dan pasien biasanya menerima 1 sampai
4 kali perawatan tanpa batasan yang ditetapkan pada jumlah perawatan.

Ada sekitar 40 pusat yang melakukan IPL secara nasional; namun, panduan khusus untuk
memilih terapi IPL yang ideal belum dipublikasikan. Dua studi peer-review telah dilaporkan hingga
saat ini mengenai kemanjuran kombinasi terapi IPL / MGX untuk mengobati MGD, yaitu Dr
Rolando Toyos, dokter mata yang memperkenalkan IPL pada pasien dengan dry eye, telah
dijelaskan, Dalam tinjauan retrospektif 3 tahun dari 91 catatan pasien, Toyos et al menemukan
peningkatan yang signifikan secara statistik dalam waktu perbaikan tear film breakup time (P,
0,001). Physician-judged menilai adanya perbaikan dalam kelenjar meibum dan lid margins sekitar
94% dan 98% pada semua pasien. Delapan puluh tujuh persen pasien menunjukkan perbaikan
dalam tanda-tanda klinis, dan 93% mengalami perbaikan subyektif dari evaporative dre eye. Tiga
belas persen pasien mengalami efek samping. Vora dan Gupta melakukan tinjauan retrospektif dari
37 catatan pasien dan menemukan penurunan signifikan secara statistik dalam skor edema dari lid
margin, facial telangiektasia, dan vaskularisasi lid margin dan peningkatan skor kualitas meibum (P,
0,001). Mereka juga menemukan peningkatan yang signifikan dalam oil flow score dan tear film
breakup time skor (P, 0,001) dan penurunan yang signifikan dalam ocular surface disease index
scoring (P, 0,001). Satu percobaan prospektif telah dilakukan pada efektivitas IPL (tanpa MGX)
untuk mengobati MGD. Dalam penelitian mereka, Craig et al melaporkan bahwa IPL sendiri efektif
dalam perubahan pada lipid layer dan symptoms pasien. Fungsi kelenjar diukur secara tidak
langsung menggunakan lipid layer grading.

MATERI DAN METODE


Mayo Clinic dipilih menjadi tempat dilakukannya penelitian. Dalam prakteknya di Clinic
Mayo,Arizona, pasien yang menjalani IPL / MGX adalah pasien yang kebanyakan sudah gagal atau
menolak (karena efek samping / biaya) dalam melakukan perawatan secara konvensional seperti
preservative-free drops, suplementasi asam lemak omega-3, siklosporin topikal, serum air mata,
azitromisin topikal, doksisiklin oral, moisture chambers, intraductal probing, lid margin exfoliation,
automated thermal pulsation, kompres hangat, dan lain-lain. Pasien diSeleksi dan dipilih untuk
dilakukan pengobatan IPL sesuai dengan teknik yang telah dikembangkan oleh Toyos dkk.
Singkatnya, terapi IPL dilakukan pada pasien sebelumnya harus menjalani pemeriksaan kulit
Fitzpatrick untuk mengklasifikasikan respons kulit pasien terhadap paparan ultraviolet dengan
degree of burning and tanning. Jenis kulit Fitzpatrick I, II, III, dan IV dimasukkan kedalam
penelitian, dan V dan VI dikeluarkan. Mesin Quadra Q4 IPL (DermaMed Solutions, LLC, Lenni,
PA) digunakan untuk semua pasien. Pasien yang masuk dalam penelitian ialah yang tidak memiliki
lesi aktif, kanker kulit, atau specific skin pathology.
Pasien akan mendapat 1 hingga 4 kali perawatan IPL, masing-masingnya berjarak 4 hingga
6 minggu. Pada pengobatan pertama setiap pasien akan menjalani pemeriksaan Fitzpatrick kulit,
dan mesin IPL akan diatur sesuai dengan pengaturan yang ditetapkan ditetapkan -1D, 2D, atau 4A.
Pada setiap perlakuan, kedua kelopak mata tertutup dan disegel dengan IPL-Aid dengan
menggunakan eye shields (Honeywell Safety Product, Smith-field, RI). Setelah itu diaplikasikan gel
ultrasonik yang banyak pada kulit yang diobati, pasien menerima sekitar 30 pulses (dengan slight
overlapping applications) dari area preauricular kanan, melintasi pipi dan hidung ke area
preauricular kiri, diaplikasikan hingga batas inferior dari eye shield. Setiap perawatan diikuti
dengan pengobatan MGX dengan cotton tip applicator dan digital pressure untuk mengosongkan
kelenjar meibum dari atas dan bawah kedua kelopak mata. Setiap pasien diberikan ketorolac dua
kali sehari selama 2 hari setelah pengobatan IPL. Pemeriksaan Slit-lamp dilakukan sebelum setiap
perawatan. Pasien menjalani 4 kali pemeriksaan dan terapi IPL / MGX atau sampai pasien sudah
merasa puas dengan pengobatan, atau perawatan menjadi tidak dapat ditoleransi, jika pasien tidak
dapat melanjutkan protokol pengobatan.
Rekam medis dari 81 pasien dengan dry eye diobati dengan IPL / MGX tercatat antara
Januari 2013 dan Desember 2014 secara retrospektif diperiksa untuk menentukan hasil dari
pengobatan. Tiga puluh lima diantaranya memiliki catatan yang memadai untuk dimasukkan dalam
data analisis. Pasien dikeluarkan dari penelitian jika catatan tidak ada data MGD dan Standar
Patient Evaluation of Eye Dryness 2 (SPEED2) atau jika pasien mengundurkan diri dari terapi
setelah 1 kali perawatan IPL. Demographics, ocular histories , skor SPEED2, pemeriksaan slit-
lamp, dan evaluasi kelenjar meibom (MGE) pada awal dan 6 hingga 20 bulan setelah dimulainya
perawatan IPL akan dilakukan peninjauan. SPEED2 adalah kuesioner 14 item yang divalidasi untuk
mengevaluasi tingkat keparahan dan frekuensi gejala dry eye, penggunaan tetes atau salep, dan
frekuensi masalah penglihatan yang dialami pasien secara subjektif. MGE adalah jumlah kelenjar
meibomian pada kelopak mata bawah yang diamati dengan menilai sekresi cairan yang dihasilkan
dengan application of consistent gentle pressurenya antara 0,8 g / mm2 dan 1,2 g / mm2 ke
extrernal eyelid margin. Nilai MGE selalu berkorelasi dengan gejala dry eye.
Pasien menyelesaikan kuesioner SPEED2 14-item sebelum perawatan dimulai dan hingga 6
- 20 bulan setelah dimulainya pengobatan. Kemudian dibandingkan dengan estabileshed ocular
surface disease index. SPEED2 adalah kuesioner yang divalidasi dan lebih pendek dan lebih mudah
diinterpretasikan. Tujuan SPEED2 adalah untuk mengevaluasi tingkat keparahan dan frekuensi
gejala dry eye, penggunaan tetes atau salep mata, dan frekuensi masalah penglihatan dialami pasien
secara subjektif. Skornya bisa berkisar dari 0 hingga 28; skor yang lebih tinggi menunjukkan gejala
yang lebih parah.
ANALISIS
Sofware Statistik GraphPad Prism (GraphPad Software, Inc, La Jolla, CA) digunakan untuk
menganalisis data. t Tes berpasangan digunakan untuk membandingkan mean sebelum dan sesudah
pengobatan MGE dan SPEED2 skor. Regresi linier dan korelasi Pearson analisis digunakan untuk
mengevaluasi korelasi antara perubahan dalam SPEED2 dan perubahan dalam MGE. Hasil itu
dianggap signifikan jika P≤ 0,05.
HASIL
Tabel 1 menggambarkan demografi dari pasien. Usia pasien rata-rata adalah 61 (median, 64;
kisaran 20-84) tahun, (Craig et al, = 45 tahun, Korb dan Greiner rentang = 25-35 tahun). Mayoritas
(77%) dari pasien adalah wanita. Lebih dari setengah (63%) dari pasien telah menjalani operasi
mata sebelumnya dan / atau blepharoplasty. Durasi rata-rata dry eye adalah 4 tahun (kisaran, 0-30).
Jumlah rata-rata perawatan IPL yang diterima adalah 4 (kisaran, 2-6).
Tabel 2 menguraikan tentang operasi sebelumnya dan komorbid kondisi yang dapat
menyebabkan gejala dry eye pada populasi pasien. Banyak pasien yang telah menjalani operasi
mata sebelumnya dan mengonsumsi obat sistemik yang dapat berdampak pada dry eye. Tabel 3
menunjukkan frekuensi dry eye lainnya yang telah dilakukan terapi sebelumnya. Sebagian besar
pasien telah diobati dengan air mata buatan, suplemen asam lemak omega-3, dan doksisiklin oral.
Beberapa pasien memiliki penyebab spesifik dari dry eye seperti penyakit graft-versus-host atau
sindrom Sjögren. Dalam waktu 3 bulan dimulai terapi IPL, 11 pasien (31%) telah memulai terapi
bersamaan dengan azitromisin topikal, punctal occlusion for aqueous deficiency, doxycycline, dan /
atau suplemen asam lemak omega-3 oral. Tabel 4 rincian dari nilai pre- IPL dan post-IPL SPEED2
dan MGE dari populasi pasien.
Setelah serangkaian perawatan IPL / MGX, pasien yang menunjukkan statistik signifikan (P,
0,0001) penurunan nilai skor SPEED2 (uji t-test berpasangan). Pasien menunjukkan berbagai
tingkat perbaikan gejala dan jarang mengalami perburukan gejala. Dari 35 pasien, 8 (23%)
mengalami penurunan ≥50% dalam skor SPEED2, 23 (66%) mengalami penurunan 1% hingga 49%
pada SPEED2, 1 (3%) tidak mengalami perubahan dalam SPEED2, dan 3 (9) %) mengalami
peningkatan SPEED2 (Tabel 2).
Setelah 1 kali perawatan IPL / MGX, 71% pasien merasakan perbaikan gejala. Setelah
perawatan ketiga, tambahan 12% pasien mencatat penurunan dari gejala dry eye. Setelah perawatan
ketiga, sisanya 12% dari pasien, tercatat penurunan dari gejala dry eye. ini Hasil diatas memandu
pasien untuk mengenai respon IPL / MGX. Jika tidak ada respon setelah IPL / MGX ketiga,
pengobatan dengan IPL / MGX tidak dilakukan atau dilanjutkan lagi untuk pasien.
Secara klinis, MGE secara signifikan mengalami perbaikan pada mata kiri dan mata kanan
tidak begitu mengalami perbaikan yang signifikan dengan pengobatan IPL/MGX (OD P = 0,163
dan OS P =0,0002, uji t-test berpasangan). Empat belas pasien (40%) perbaikan pada MGE secara
bilateral. Dua puluh tujuh (77%) pasien mengalami perbaikan MGE pada 1 atau kedua mata.
Delapan pasien (23%) mengalami penurunan MGE secara bilateral atau penurunan 1 mata tanpa
perubahan pada mata yang lain. The Pearson korelasi koefisien antara perubahan SPEED2 dan
perubahan MGE berbanding terbalik tetapi secara statistik tidak signifikan (OD 0,039, P = 0,825
dan OS 0,057, P = 0,745). Pasien yang merespon dengan baik tetapi dengan peningkatan SPEED2
atau penurunan MGE tidak menunjukkan adanya kelainan kulit atau abnormalitas okular pada
pemeriksaan slit-lamp.
Pada penelitian ini pada pasien yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi, kebanyakan
karena kombinasi dari pasien yang sudah memiliki riwayat MGD ditambah dengan keadaan iklim
gurun yang gersang. Empat puluh tiga persen (15/35) pasien pada saat pre-treatment nilai SPEED 2-
nya ≥20 (Tabel 1). Seratus persen dari subyek yang parah tadi mengalami perbaikan dalam skor
SPEED2 (mulai dari 5% sampai 65%), yang merupakan persentase perbaikan yang paling besar
dibandingkan dari semua total populasi penelitian. Peningkatan MGE pada 1 atau kedua mata ada
pada 80% (12/15) dari pasien-pasien ini, yang juga merupakan persentase yang lebih tinggi
daripada semua total populasi penelitian.
Menariknya, 22 pasien (63%) dalam penelitian ini telah menjalani pengobatan thermal
pulsation sebelumnya (Lipi-Flow ; TearScience, Inc, Morrisville, NC) tanpa perbaikan gejala
setelah 3 bulan. Subanalysis menunjukkan bahwa mayoritas dari pasien yang sebelumnya diterapi
dengan thermal pulsation yang perbaikan SPEED 2nya akan respone dengan pengobatan IPL (86%,
19/22). Dalam kelompok pasien ini yang memiliki perbaikan skor SPEED2, 21% (4/19 ) mengalami
penurunan ≥50% dalam skor SPEED2 mereka setelah diterapi dengan IPL.
DISKUSI
Evaporative dry eye merupakan penyebab paling umum dari dry eye. Quality of life secara
signifikan akan terpengaruh oleh dry eye. Klinik mata yang merupakan rujukan khusus untuk
merawat pasien yang sudah bertahun-tahun menderita dry eye, tetapi masih saja banyak pasien
tersebut yang gagal dalam pengobatan walaupun sudah banyak modalitas yang digunakan. Dalam
hal ini, penelitian yang telah dilakukan, perbaikan skor SPEED2 dalam 89% pasien ialah yang
respone terhadap terapi IPL / MGX. Perbaikan MGE pada satu mata setidaknya terlihat pada 77%
pasien.
Meskipun MGE diketahui berkorelasi dengan gejala dry eye, namun pada penelitian ini
perbaikan subjektif (SPEED2) tidak selalu berkorelasi dengan perbaikan secara fisik pada MGE.
Kami menduga bahwa ada jalur alternatif perubahan gejala melalui penurunan proses inflammation
yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. Mekanisme aksi IPL / MGX pada gejala dry eye
tidak diketahui pasti pada saat ini. Hal yang diketahui adalah oksihemoglobin dari pembuluh darah
superfisial dikulit menyerap panjang gelombang kuning yang dipancarkan pada IPL, dan kemudian
akan mengubah energi cahaya menjadi energi panas yang nantinya menyebabkan trombosis pada
pembuluh tersebut, yang kemudian menyebabkan penurunan aliran darah pada daerah superfisial
tersebut, yang akhirnya akan menurukan proses peradangan pada lid margin. Namun, yang kita
ketahui panas yang dihasilkan dari cahaya lampu itu sendiri tidak akan mencairkan kelenjar
meibum, karena energi panas tadi tidak langsung dipaparkan pada kelenjar tersebut dan juga suhu
kulit hanya meningkat sebesar 1 ° C. Jadi berdasarkan penelitian tersebut, mendukung untuk
pengobatan ocular rosacea dengan menggunakan IPL / MGX dapat memperbaiki gejala dry eye.
Ada kemungkinan bahwa pasien mengalami perbaikan gejala karena efek dari MGX atau
faktor lainnya yang bukan dari IPL. Namun, pada penggunaan IPL saja, Craig et al menemukan
manfaat dari pengobatan dengan IPL pengobatan tanpa MGX dalam sebuah penelitian prospektif,
double-masked, plasebo-controlled, penelitian dilakukan pada kedua mata dengan populasi pasien
yang lebih muda (usia rata-rata 45 tahun) dari 28 subjek. Subyek mengalami perbaikan pada lipid
layer grade (P, 0,001), non-invasif tear film breakup time (P, 0,001), dan visual analog score
symptom scores (P = 0,015) tetapi secara keilmuan mata, tidak mengubah tear meniscus height atau
tear evaporation rate. Craig dkk menemukan perbaikan gejala setelah menggunakan IPL, sama
seperti penelitian yang telah dilakukan.
Dalam penelitian kami, IPL / MGX tidak menunjukkan perbaikan pada beberapa pasien
dengan dry eye. Satu nonresponder memiliki kondisi seperti lagophthalmos mungkin terkait dengan
prosedur face-lift kosmetik, yang tidak dapat diharapkan dengan penggunaan IPL / MGX. Faktor
tambahan yang mungkin dapat menyebabkan dry eye di antara nonresponder ini adalah
blepharoplasty, keratomileusis laser in situ keratomileusis, pemakaian lensa kontak, penggunaan
benzodiazepine, penggunaan antidepresan trisiklik, dan penggunaan diuretik. Meibography tidak
tersedia pada penelitian ini yang bisa digunakan untuk mengevaluasi pasien, yang dapat
mendeteksi end stage gland atrophy. Kami akan berhipotesis bahwa, seperti dalam kasus penyakit
periodontal, mungkin ada beberapa pasien yang MGD denga nstadium akhir dan atrofi tidak bisa
secara signifikan diterapi dengan IPL / MGX. Mungkin, ada jendela terapi peluang pengobatan
untuk pasien dengan MGD.
Terapi IPL / MGX merupakan pilihan alternatif untuk pasien yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan terapi autommated thermal pulsation. Enam puluh tiga persen dari pasien
penelitian ini sebelumnya telah mencoba pulsasi termal tapi tanpa adanya perbaikan gejala. Namun,
pasien yang mempertimbangkan terapi IPL / MGX akan diberikan penjelasan terlebih dahulu bahwa
rasa sakit yang terkait dengan MGX tidak dapat ditoleransi untuk beberapa orang, tidak seperti
termal otomatis pulsasi, yang sebagian besar dapat ditoleransi dengan baik. Dari data yang kami
kumpulkan sejauh ini, itu merupakan hal yang sulit untuk menentukan karakteristik ideal pasien
yang dapat diterapi dengan IPL / MGX. Dalam penelitian ini tidak ada pembahasan atau penelitian
khusus mengenai karakteristik pasien yang cocok dengan pengobatan IPL/MGX seperti ocular
factors, komorbiditas, derajat keparahan MGD, dan usia. Namun, pada penelitian ini menunjukkan
bahwa jika pasien tidak merespon setelah 3 kali perawatan, pengobatan keempat tidak akan jauh
lebih menguntungkan.
Singkatnya, pengobatan IPL untuk MGD dapat memperbaiki gejala dry eye dan merupakan
pilihan yang reasonable untuk pasien yang belum menunjukkan perbaikan dengan terapi lain.
Penelitian ini dibatasi oleh sifat retrospektif dan sampel yang sedikit. Data awal ini memungkinkan
kami untuk merencanakan penelitian yang lebih lanjut dan dengan follow up jangka panjang bagi
pasien yang telah diterapi. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menentukan mekanisme terapi
IPL dan pemilihan pasien dry eye yang ideal yang bisa diterapi dengan IPL.

Anda mungkin juga menyukai