Abstrak
Tujuan:
Untuk mengkorelasi derajat keparahan disfungsi glandula meibom (MGD) dengan
kadar serum lipoprotein
Metode:
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi prospektif selama periode 18 bulan.
Sembilan puluh pasien didiagnosa dengan MGD didaftarkan setelah diberi informed
consent menurut kriteria inklusi-eksklusi. Status glandula meibojm dievaluasi dari
kualitas meibum, ekspresibilitas, dan skoring numerik. Profil lipid diperiksa dengan
mengambil sampel darah dari pasien yang berpuasa semalam sebelumnya dan
dilakukan evaluasi kolesterol total, lipoprotein densitas tinggi (HDL), lipoprotein
densitas rendah (LDL), dan trigliserida (TG).
Hasil:
Pasien dengan stadium MGD yang lebih tinggi lebih sering memiliki kadar serum
TG >150 mg/dL, kolesterol total >200mg/dL, LDL >130 mg/dL, dan serum HDL >40
mg/dL, serta adanya asosiasi antara bertambahnya stadium MGD dengan usia, jenis
kelamin perempuan, dan meningkatnya nilai dari semua komponen profil lipid.
Konklusi:
Adanya asosiasi yang sangat kuat antara bertambahnya usia dan semakin berat
stadium daripada MGD. Adanya asosiasi positif antara jenis kelamin perempuan dan
bertambah beratnya stadium daripada MGD. Adanya asosiasi positif antara
bertambahnya derajat keparahan MGD dan meningkatnya tingkat semua komponen
profil lipid yaitu LDL, HDL, kolesterol total, dan trigliserida.
Tim McAvoy pernah berkata :”Hal-hal kecil tersebut dapat membuat perbedaan yang
besar.” Demikian pula, konsep daripada disfungsi glandula meibom (MGD) dapat
terlihat ringan tetapi dapat menjadi salah satu faktor esensial yang mempengaruhi
kinerja penglihatan.
Istilah “disfungsi glandula meibom” pertama kali muncul di literatur pada tahun 1980
dan digunakan secara bergantian dengan kondisi kelopak mata lainnya seperti
blefaritis posterior, meibomitis, meibomianitis, dan keratokonjungtivitis meibomian,1
setidaknya sampai 2011. MGD merupakan salah satu penyakit mata yang paling
kurang dikenal, dianggap remeh, dan kurang penanganan. MGD merupakan
abnormalitas difus kronis dariapada glandula meibom, secara umum berkarakteristik
adanya obstruksi duktus terminalis dan/atau perubahan sekresi glandula secara
kuantitias/kualitas. Hal ini dapat menyebabkan perubahan film air mata, gejala iritasi
mata, inflamasi yang tampak secara klinis, dan penyakit permukaan okular.2 Pasien
dapat merasakan adanya mata kering, kemerahan, iritasi, gatal, rasa terbakar,
ketajaman penglihatan yang berfluktuasi, dan terkadang ada penglihatan buram.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa prevalensi MGD pada populasi general
bervariasi antara 30,5 sampai 54,1%.3,4
MGD diklasifikasikan menjadi bentuk low delivery (hiposekretorik dan obstruktif)
dan bentuk high delivery (hipersekretorik/seboroik). MGD obstruktif merupakan
variasi yang paling sering terjadi.5 MGD tipe hiposekretorik dan hipersekretorik
dipengaruhi oleh faktor endogen seperti usia, jenis kelamin, gangguan hormonal,
begitu juga dengan faktor eksogen seperti obat topikal.2 Proses obstruksi
menyebabkan stagnansi daripada meibum pada duktus, yang dapat mengalami
perubahan mekanis dan kimiawi. Penelitian menunjukkan bahwa hasil sekresi
glandula meibom pada pasien dengan MGD memiliki peningkatan titik leleh dan
perubahan viskositas.6
Karena bahan dasar sekret glandula meibom adalah lipid, mencari adanya hubungan
antara abnormalitas kadar lipid sistemik dengan lipid meibom adalah logis. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah adanya asosiasi antara
dislipidemia dan MGD. Tujuan sekunder daripada penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi asosiasi kedua penyakit ini.
Metode
Hasil positif (abnormal) pada tes 1, 4, 5, dan 6 menyediakan bukti sebagian terhadap
keberadaan mata kering secara umum, tanpa memspesifikasi apakah termasuk
evaporatif atau aqueous defisien. Bukti dariapda mata kering karena defisiensi
aqueous didapatkan dengan mengukur aliran air mata atau dengan penilaian volume
aqueous berdasarkan tinggi meniskus air mata atau tes Schirmer.
Dinilai berdasarkan:
1. Kualitas meibum:
Dinilai pada setiap kelenjar dari 8 buah di sepertiga tengah dari kelopak mata
bawah dengan skala 0-3 untuk setiap kelenjar:
0 = meibum jernih
1 = meibum keruh
2 = keruh dengan debris
3 = kental seperti pasta gigi (range 0-24)
2. Ekspresibiltas meibum, yang dinilai dari 5 kelenjar pada sepertiga tengah dari
kelopak mata bawah dengan skala 1-3
1 = 3 - 4 kelenjar ekspresibel
2 = 1 -2 kelenjar ekspresibel
3 = tidak ada kelenjar yang ekspresibel
3. Pewarnaan numerikal
Skoring mengarah kepada jumlah skor pewarnaan daripada kornea dan
konjungtiva yang terekspos. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan
Fluoresin dan Rose Bengal. Skala Oxford memiliki rentan 0 - 15 dan skala
DEWS memiliki rentan 0 - 33.
Penilaian ini didapatkan dari penekanan digital yang tegas pada sepertiga sentral
kelopak mata atas dan bawah, sambil mengobservasi mudah atau tidaknya proses
ekskresi dan kualitas meibum di bawah biomikroskop lampu slit.
Stadium 1: Tidak ada tanda ketidaknyamanan okular, gatal, atau fotofobia. Tanda
klinis berdasarkan ekspresibilitas kelenjar termasuk:
- Sekresi teralterasi minimal: Lebih dari atau sama dengan derajat 2 sampai
kurang dari derajat 4
- Ekspresibilitas: 1.
Pewarnaan permukaan okular yang terbatas atau tidak ada sama sekali (DEWS derajat
0-7; Oxford derajat 0-3)
Pewarnaan kornea perifer dan konjungtiva ringan sampai sedang, sering pada inferior
(DEWS derajat 8-23; Oxford derajat 4-10)
Analisa Statistik
Hasil Penelitian
Jumlah pasien pada grup usia <30, 31-40, 41-50, >50 adalah sebanyak 28 orang
(31.11%), 25 (27.78%), 24 (26.67%), dan 13 (14.44%), secara berurutan [Tabel 1].
Gambar. 1 merepresentasikan distribusi pasien sesuai usia jika dibandingkan dengan
stadium MGD. Jumlah pasien terbanyak termasuk pada stadium 2, sedangkan
stadium 4 memiliki jumlah pasien paling sedikit. Demikian pula, jumlah pasien
terbanyak termasuk dalam kelompok usia <30 tahun, sedangkan jumlah pasien
paling sedikit termasuk dalam kelompok usia >50 tahun. Karena P value = 0.000002,
menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat antara bertambahnya usia
sehubungan dengan bertambah beratnya stadium MGD.
Diagram sebar pada Gambar 2. merepresentasikan kekuatan korelasi antara
meningkatnya usia sehubungan dengan meningkatnya keparahan MGD. Koefisien
korelasi Spearman 0.582 (0.426 - 0.704), menandakan adanya korelasi positif yang
cukup kuat (P< 0.0001) antara usia dengan keparahan MGD.
Dari 90 pasien yang ikut ke dalam penelitian, 41 (45.56%) merupakan laki - laki
sedangkan perempuan berjumlah 49 (54.44%) [Tabel 2]. Seperti yang terlihat pada
Gambar. 3, jumlah pasien terbanyak termasuk pada stadium 2, sedangkan stadium 4
memiliki jumlah pasien paling sedikit. Tetapi, jumlah pasien perempuan terbanyak
pada penelitian ini ada pada stadium 3, sedangkan jumlah pasien laki - laki
terbanyaka ada pada stadium 2.
Karena P value = 0.023, menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat antara jenis
kelamin perempuan dengan meningkatnya keparahan MGD.
Jumlah pasien MGD dengan TC <200 mg/dL dan >200 mg/dL adalah sebanyak 67
(74.44%) dan 23 (23.56%), secara berurutan seperti yang terlihat pada Gambar. 4,
meskipun jumlah pasien terbanyak ada pada kelompok stadium 2, dan jumlah pasien
paling sedikit ada pada kelompok stadium 4. Jumlah pasien terbanyak dengan TC
<200 mg/dL pada penelitian ini masuk pada kelompok stadium 2, sedangkan jumlah
pasien terbanyak dengan TC >200 mg/dL masuk dalam kelompok stadium 3. Karena
P value < 0.0001, menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat antara
hiperkolesterolemia (kadar >200 mg/dL) dan bertambah parahnya stadium MGD.
Jumlah pasien MGD dengan LDL <130 mg/dL dan >130 mg/dL adalah sebanyak 65
(72.22%) dan 25 (27.78%), secara berurutan. Gambar. 5 menunjukkan meskipun
jumlah pasien terbanyak ada pada kelompok stadium 2, dan jumlah pasien paling
sedikit ada pada kelompok stadium 4. jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol
LDL <130 mg/dL pada penelitian ini masuk ke dalam kelompok stadium 2, sedangkan
jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol LDL >130 mg/dL masuk ke dalam
kelompok stadium 3. Karena P value = <0.0001, menandakan adanya asosiasi yang
sangat kuat antara peningkatan kadar LDL (kadar >130 mg/dL) dan bertambah
parahnya stadium MGD.
Jumlah pasien dengan HDL <40 mg/dL dan >40 mg/dL adalah sebanyak 50 (55.56%)
dan 40 (44.44%) secara berurutan. Gambar. 6 menunjukkan bahwa jumlah pasien
terbanyak dengan kolesterol HDL <40 mg/dL pada penelitian ini masuk ke dalam
kelompok stadium 2, sedangkan jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol HDL >40
mg/dL masuk ke dalam kelompok stadium 3. Karena P value = 0.012 (0.0001),
menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat antara menurunnya kadar HDL (kadar
<40 mg/dL) dengan bertambah beratnya stadium MGD.
TG dan MGD
Jumlah pasien dengan TG <150 mg/dL dan >150 mg/dL adalah 53 (58.89%) dan 37
(41.11%), secara berurutan. Pada Gambar. 7, jumlah pasien terbanyak masuk ke
dalam kelompok stadium 2, sedangkan kelompok stadium 4 memiliki jumlah pasien
paling sedikit. Tetapi, jumlah pasien terbanyak dengan TG <150 mg/dL masuk ke
dalam kelompok stadium 2, sedangkan jumlah pasien terbanyak dengan TG >150
mg/dL masuk ke dalam kelompok stadium 3. Karena P value = 0.006 (<0.0001),
menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat meningkatnya kadar TG (kadar <150
mg/dL) dan bertambah parahnya stadium MGD.
Kontrol
Jumlah pasien kontrol yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin dengan TC <200
mg/dL dan TC >200 mg/dL adalah sebanyak 76 (84.44%) dan 14 (15.56%), secara
berurutan. Jumlah pasien kontrol yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin dengan
LDL <130 mg/dL adalah 74 (82.22%) dan 16 (17.18%), secara berurutan. Jumlah
pasien kontrol sesuai dengan usia dan jenis kelamin dengan HDL <40 mg/dL dan >40
mg/dL adalah 46 (51.11%) dan 44 (48.88%), secara berurutan. Jumlah pasien kontrol
sesuai dengan usia dan jenis kelamin dengan TG <150 mg/dL dan >150 mg/dL adalah
sebanyak 47 (52.23%) dan 43 (47.77%), secara berurutan.
Pembahasan
MGD dapat menyebabkan iritasi okular kronis dan jarang dilaporkan secara akurat.
Beberapa penelitian mengemukakan prevalensi daripada MGD sebesar 70%.11,12
Pada praktik klinis, kasus ringan yang asimtomatik mungkin tidak terdiagnosa.
Penyebab daripada MGD belum dimengerti sepenuhnya, tetapi perubahan
komposisi meibum dan/atau obstruksi pada glandula meibom diperkirakan menjadi
pusat pada proses penyakit ini.[13,14] Penelitian menunjukkan bahwa meibum pada
pasien dengan MGD memiliki komponen dan proporsi kolesterol yang berbeda jika
dibandingkan dengan milik kontrol.[15] Kolesterol ester ada pada kelenjar pasien
dengan MGD, tetapi tidak ada pada kelenjar pasien kontrol.[16] Penilitian terbaru
mengemukakan bahwa peningkatan kolesterol pada meibum dapat berperan secara
patologis pada MGD.[17] Keberadaan kolesterol ester lebih mungkin merupakan
akibat dari disfungsi daripada menjadi penyebab penyakit ini.
Substansi organik dengan jumlah ikatan tersaturasi lebih atau rantai samping yang
lebih besar memiliki titik leleh lebih tinggi.[18] Konsep ini dapat menjelaskan
mengapa titik leleh pada sekret meibom normal memiliki rentan suhu dari 30 sampai
34C, sedangkan kolesterol, dengan memiliki banyak perbedaan struktural, memiliki
titik leleh sebesar 148 C. Secara teori, meibum dengan konsentrasi kolesterol lebih
tinggi akan menjadi lebih kental pada temperatur fisiologis, sehingga dapat
menyumbat glandula meibom. Lapisan lipid film air mata dapat teralterasi sebagai
hasil dari obstruksi, meningkatkan penguapan air mata, dan berakhir ke penyakit
mata kering evaporatif. Banyak penelitian telah dilakukan di masa lampau untuk
mencari asosiasi antara MGD dan profil lipid yang abnormal.
Dislipidemia adalah sebuah istilah yang merepresentasikan nilai abnormal pada satu
atau lebih dari komponen profil lipid. Tipe dislipidemia tertentu, seperti, rendahnya
kadar HDL, peningkatan kadar LDL, dan kadar TC yang tinggi, merupakan faktor risiko
independen untuk terjadinya kelainan vaskular.
Pada penelitian ini, penulis menemukan asosiasi yang kuat antara bertambahnya
usia dan keparahan MGD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Villani et al., [19]
yang mengevaluasi perubahan glandula meibom yang terkait usia menggunakan in
vivo laser scanning confocal microscopy. Penelitian mereka mendemonstrasikan
bahwa densitas dan diameter glandula meibom berkurang secara signifikan dengan
bertambahnya usia. Observasi ini juga konsisten dengan hasil yang didapat oleh
Bukhari et al. [20] dan Punit Briach et al. [21]
Prevalensi dislipidemia pada populasi umum dijelaskan dengan baik oleh literatur saat
ini,[20] yang mengambil data dari National Health and Nutrition Examination Survey.
Prevalensi TC >200 mg/dL adalah 45.1% dan TC >240 mg/dL adalah 15.7%.
Prevalensi LDL >130 mg/dL adalah 32.8%, HDL <40 mg/dL adalah 15.5%, dan
TG >!50 mg/dL adalah 33.1%.[22]
Jumlah pasien MGD dengan TC <200 mg/dL dan >200 mg/dL pada penelitian ini
adalah berjumlah 67 (74.44%) dan 23 (23.56%), secara berurutan. Jumlah pasien
terbanyak dengan TC <200 mg/dL masuk ke dalam kelompok stadium 2, sedangkan
jumlah pasien terbanyak dengan TC >200 mg/dL masuk ke dalam kelompok stadium
3. Dengan P value <0.0001, menandakan adanya asosiasi yang kuat antara
hiperkolesterolemia (kadar >200 mg/dL) dan bertambah parahnya stadium MGD.
Hasil ini konsisten dengan penemuan yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Dao et al.[23] dan Bukhari et al.[20].
Jumlah pasien MGD dengan LDL <130 mg/dL dan >130 mg/dL adalah sebanyak 65
(72.22%) dan 25 (27.78%), secara berurutan. Gambar. 5 menunjukkan meskipun
jumlah pasien terbanyak ada pada kelompok stadium 2, dan jumlah pasien paling
sedikit ada pada kelompok stadium 4. jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol
LDL <130 mg/dL pada penelitian ini masuk ke dalam kelompok stadium 2,
sedangkan jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol LDL >130 mg/dL masuk ke
dalam kelompok stadium 3. Karena P value = <0.0001, menandakan adanya asosiasi
yang sangat kuat antara peningkatan kadar LDL (kadar >130 mg/dL) dan bertambah
parahnya stadium MGD. Hasil observasi ini juga konsisten dengan penemuan -
penemuan yang didapat dari semua penelitian yang sudah disebutka sebelumnya.
Jumlah pasien dengan HDL <40 mg/dL dan >40 mg/dL adalah sebanyak 50 (55.56%)
dan 40 (44.44%) secara berurutan. Gambar. 6 menunjukkan bahwa jumlah pasien
terbanyak dengan kolesterol HDL <40 mg/dL pada penelitian ini masuk ke dalam
kelompok stadium 2, sedangkan jumlah pasien terbanyak dengan kolesterol HDL >40
mg/dL masuk ke dalam kelompok stadium 3. Karena P value = 0.012 (0.0001),
menandakan adanya asosiasi yang sangat kuat antara meningkatnya kadar HDL
(kadar <40 mg/dL) dengan bertambah beratnya stadium MGD. Observasi ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dao et al. pada tahun 2009, dan oleh Pinna et
al. pada tahun 2013. Penelitian yang mereka lakukan disimpulkan dengan observasi
yaitu komponen yang paling berkontribusi terhadap hiperkolesterolemia yang
ditemukan pada pasien MGD sedang sampai berat adalah peningkatan HDL. Hal ini
mengejutkan, karena peningkatan HDL belum pernah diasosiasikan dengan keadaan
patologis apapun. Metabolisme lipid sistemik abnormal mungkin merupakan
penyebab kenaikkan HDL yang belum diketahui secara jelas pada pasien - pasien
seperti ini. Tetapi, semua penelitian lain yang serupa tidak menemukan asosiasi
antara kenaikkan kadar HDL dan bertambah beratnya derajat MGD. Pada penelitian
ini, bahkan peningkatan LDL sekalipun telah menunjukkan asosiasi yang signifikan
dengan bertambah parahnya MGD.
Penelitian ini telah menemukan bahwa pasien dengan derajat MGD yang lebih tinggi
lebih sering memiliki kadar serum TG >150 mg/dL, TC >200 mg/dL, LDL >130 mg/dL,
dan HDL >40 mg/dL, serta adanya asosiasi antara bertambah parahnya stadium MGD
dengan usia, jenis kelamin perempuan, dan meningkatnya nilai daripada semua
komponen profil lipid [Tabel 3.]. Tetapi, sebuah penelitian observasional prospektif,
seperti penelitian ini, tidak dapat menetapkan sebuah hubungan “sebab-akibat”.
Sebuah penelitian prospektif yang lebih besar diperlukan untuk menunjukkan bahwa
kadar serum kolesterol abnormal dapat menyebabkan MGD. Kedua, etiologi MGD
masih belum diketahui dan mungkin bersifat multifaktorial. Ketiga, ukuran sampel
penelitian ini kecil, memperjelas bahwa dibutuhkannya penelitian yang lebih besar
untuk menguatkan observasi ini lebih lanjut. Keempat, semua partisipan dari
penelitian ini adalah orang India, sehingga membatasi generalisasi penelitian ini.
MGD dapat menjadi penanda bagi hiperkolesterolemia yang belum terdiagnosa,
tidak tergantung dari tipe kolesterol yang terlibat, antara “baik” dan “jahat”. Bahkan,
jika hubungan sebab-akibat antara dislipidemia dan MGD telah terbukti oleh
penelitian prospektif, medikasi penurun kadar lipid oral dapat dicoba oleh dokter
untuk menangani MGD. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efek
dari mengendalikan kadar serum trigliserida dan LDL untuk mengontrol MGD.