Anda di halaman 1dari 9

FOREMAN DEVELOPMENT PROGRAM

TERNAK MURAI BATU

DISUSUN OLEH :

NAMA: ABDUL AZIZ

NIK : 9269

DIVISI: MSRM

DINAS: MS AIE
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah berujudul “Ternak
Murai batu” ini dibuat untuk pemenuhan tugas pada pelatihan Foreman Development
Program.

Makalah ini akan berisi mengenai penjelasan tentang ternak murai. Kami
berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya agar para pembaca dapat
memahami bagaimana cara ternak murai yang baik. Disamping itu kami juga
berharap makalah ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan untuk pembaca.

Dalam makalah ini kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menjadi makalah yang dapat menambah pengetahuan para
pembaca.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Serang, 5 Agustus 2018

Penyusun

Abdul Aziz

i
Daftar Isi
BAB I .......................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................ 2
1. Persiapan Lokasi ................................................................. 2
2. Pembuatan kandang ternak ................................................. 2
3. Pemilihan induk .................................................................. 3
4. Penjodohan ......................................................................... 3
5. Pemberian pakan................................................................. 3
6. Proses perkawinan .............................................................. 4
7. Pemeliharaan anak murai ................................................... 4
BAB III ....................................................................................... 5
PENUTUP .................................................................................. 5
A. Kesimpulan ........................................................................ 5
B. Saran .................................................................................. 5

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui sekarang ini, bahwa pengangguran di
Indonesia semakin meningkat setiap harinya. Kesempatan dan lowongan kerja
yang minim, serta pendidikan yang rendah memotivasi setiap orang untuk
mendirikan suatu usaha kecil dan menengah. Berwirausaha kini telah menjadi
“gaya hidup” di kalangan masyarakat Indonesia. Hanya bermodalkan minat,
bakat serta kemampuan dalam mengelolanya mereka bisa mendapatkan profit
yang cukup menjanjikan.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa
sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah usaha ternak murai bisa dijadikan untuk berwirausaha?
2. Bagaimana cara ternak murai?
3. Apa saja resiko yang dihadapi?
C. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk meyakinkan dan membantu pembaca dalam


berwirausaha.

1
BAB II

PEMBAHASAN
Berwirausaha ternak murai mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
dikarenakan nilai jual burung murai ini terbilang sangat mahal dan modal yang
dibutuhkan lumayan cukup besar, adapun cara untuk ternaik murai adalah sebagai
berikut:

1. Persiapan Lokasi

Menentukan lokasi kandang adalah hal pertama yang harus diperhatikan,


supaya burung merasa aman sehingga mudah untuk beradaptasi dan terhindari
dari setres, adapun pemilihan lokasi yang baik seperti:

a. Pilih lokasi kandang yang tenang dan nyaman.


b. Lokasi yang ideal juga harus aman dari gangguan binatang liar
maupun pencuri.
c. Sebaiknya lokasi kandang dekat dengan rumah ataupun di halaman
rumah.
2. Pembuatan kandang ternak
a. Langkah pertama, bentuk kandang sesuai dengan lokasi yang
disiapkan.
b. Ukuran kandang minimal mempunyai panjang 90 cm, lebar 90 cm dan
tinggi 180 cm.
c. Kandang yang baik memiliki dasar tanah atau pasir yang sedikit
dicampur dengan kapur berfungsi untuk mengontrol kotoran yang
dapat mengakibatkan kandang lembab.
d. Dalam pembuatan kandang harus diberikan ruang terbuka supaya
sirkulasi udara dan panas matahri bisa masuk.
e. Atap kandang sebaiknya pakai genteng ,supaya tidak panas dan
kandang di sekat supaya tidak terkena hembusan angin.
f. Sediakan sarang untuk tempat bertelur dengan berbagai model sarang.

2
g. Berikan tenggeran untuk burung dari ranting pohon yang sesuai
dengan kaki burung.
3. Pemilihan induk
a. Indukan pejantan, pilih burung yang sudah jinak supaya tidak takut
dengan kehadiran manusia karena burung yang sudah jinak akan lebih
mudah menangkapnya. Pejantan yang baik mempunyai ciri – ciri
memiliki nafsu makan kuat, bergerak lincah, bulu tidak kusam, sorot
mata tajam dan bentuk kepala yang besar.
b. Indukan betina, pilih indukan yang sudah usianya sekitar 8 bulan – 1
tahun, betina yang sehat, postur tubuh besar, nafsu makan kuat serta
lincah.
4. Penjodohan
a. Dalam tahap penjodohan sediakan dua indukan betina dan jantan
karena terkadang indukan jantan tidak cocok dengan betinanya saat
dijodohkan. Karena waktu penjodohan ada yang cepat makan dalam
waktu seminggu.
b. Adapun tanda – tanda burung sudah jodoh saling bersautan dan ,
berendeng saat tidur, pejantan merayu dengan suara yang indah sambil
menundukan kepalanya, bila tidak jodoh maka penjantan sering
nabrak jeruji.
c. Bila sudah cocok indukan jantan dan betina dimasukan ke dalam
kandang yang besar.
5. Pemberian pakan
a. Dalam pemberian pakan kita sesuaikan pakan yang biasa di alam
bebas seperti jangkrik, kroto ( telur semut ), ulat, cacing dan pur yang
biasa dipakai.
b. Sediakan tempat minum dan mandi yang terbuat plastik supaya mudah
dibersihkan.
c. Air minum dan mandi harus diganti setiap hari, karena bila kotor
burung tidak akan mau mandi dan minum.

3
6. Proses perkawinan
a. Bila burung sudah saling saut menyaut kita masukkan rumput atau
ranting kecil, bila sudah siap kawin biasanya burung akan membuat
sarang ke tempat yang disediakan.
b. Burung akan bertelur selama tiga hari, apabila hari ke empat burung
sudah tidur disarang berarti sudah mulai mengeram.
c. Kita hitung 12 – 14 hari telor akan menetas.
7. Pemeliharaan anak murai
a. Dalam masa ini anakan akan di beri makan oleh indukannya, maka
dari itu harus selalu sediakan kroto ,jangkrik dan cacing yang kecil.
b. Anak burung baru bisa diambil umur 7 – 10 hari dari sangkar, kita
pindahkan ke tempat yang hangat di sangkar yang telah diberikan
lampu pijar 5 watt.
c. Berikan pakan kroto dicampur dengan pur dan air, diberikan 3 suapan
per jam. Dalam 15 hari burung sudah bisa makan sendiri.

8. Resiko ternak murai


a. Dalam masa penjodohan sering terjadi perkelahian yang
mengakibatkan kematian salah satu burung jantan/betinanya.

4
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam mengerjakan apapun kita harus selalu memperhatikan aspek –


aspek yang penting yang dapat menunjang tercapainya keberhasilan. Dalam
hal ini ternai murai batu diperlukan kedisiplinan, ketelitian dan kesabaran.

B. Saran

Dari segi hobi kita bisa juga dapat keuntungan yang lumayan besar, untuk
yang menjelang pensiun bisa kita coba bisnis ternak murai yang mempunyai
nilai bisnis tinggi.

Anda mungkin juga menyukai