Laporan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan dan merupakan

sumber utama protein dan minyak nabati utama dunia. Kedelai merupakan

tanaman pangan utama strategis terpenting setelah padi dan jagung. Begitu

besarnya kontribusi kedelai dalam hal penyediaan bahan pangan bergizi bagi

manusia sehingga kedelai biasa dijuluki sebagai Gold from the Soil, atau sebagai

World’s Miracle mengingat kualitas asam amino proteinnya yang tinggi, seimbang

dan lengkap (Rizma. 2014).

Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus

meningkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti

bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, kesadaran

masyarakat akan gizi makanan. Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi

kedelai nasional menyebabkan impor kedelai yang cukup besar setiap tahunnya,

sehingga program pemerintah untuk mencapai swasembada kedelai tahun 2014

tidak dapat terwujud. Terlepas dari hal tersebut, apakah Indonesia masih memiliki

peluang untuk mencapai swasembada kedelai di tahun yang akan datang,

memerlukan kajian kembali (Mursidah, 2005).

Sayuran merupakan komoditas yang dapat diusahakan pada semua jenis

tipologi lahan rawa, kecuali pada tipologi lahan rawa lebak dalam. Pola usahatani

sayuran di lahan rawa sangat beragam tergantung dengan tipologi lahan dan tipe

luapan pasang. Peluang perkembangan usahatani sayuran di lahan rawa ini ke

depan perlu mendapat perhatian sebagai alternatif atau pengganti lahan subur di

Jawa yang terus mengalami alih fungsi. Peningkatan produksi dan pengembangan
2
agrbisnis sayuran di lahan rawa memerlukan perangkat kelembagaan pemasaran

dan keuangan yang sementara ini masih belum tersedia. Penguatan kelembagaan

di tingkat petani diperlukan untuk meningkatkan daya tawar dan pembagian

keuntungan yang selama ini lebih banyak jatuh ke tangan pedagang. Struktur

agribisnis hortikultura (termasuk sayuran) perlu dikembagkan ke arah terpadu

(integrated) sehingga lebih efisien dan menguntungkan (Alwi. 2006).

Tanah gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari proses dekomposisi

vegetasi pepohonan yang tidak sempurna karena kondisi tanahnya anaerob atau

digenang air. Material organik dari dekomposisi tersebut terus terus menumpuk

dalam waktu lama sehingga membentuk lapisan-lapisan. Biasanya lapisan tersebut

labih dari 50 cm. tanah jenis ini dapat dijumpai di daerah-daerah jeuh air seperti

rawa, cekungan, dan pantai (Purwowidodo, 1991).

Tujuan

Praktikum kesehatan dan kesuburan tanah ini bertujuan :

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori tentang kesuburan dan kesehatan

tanah;

2. Mahasiswa dapat mengetahui kesuburan dan kesehatan setiap jenis tanah

pada perlakuan pemupukan yang berbeda dengan jenis tanaman yang berbeda

pula;

3. Mahasiswa dapat membandingkan dan menyimpulkan hasil dari praktikum

yang telah dilakukan.


TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-

16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,

kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Pada

awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan

Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang

dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi

tanaman kedelai sebagai berikut (Hidayat. 1985) :

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan

merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh

komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga

pertumbuhannya bisa optimal (Hidayat. 1985).

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah,

sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan

tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai

terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang
4
tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar

adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif

terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.

Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah,

jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di

dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m

atau lebih pada kondisi yang optimal (Prasastyawati. 1980).

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini

didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe

determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman

mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila

pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

berbunga. Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang

dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah

buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih

banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat. 1985)..

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu

stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan

dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh

selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat

(oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh factor

genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan

potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan


5
tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun

lebar (Hidayat. 1985)..

Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya

bervariasi. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi

varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong

ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Oleh karena

itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada

pembentukan varietas yang tahan hama harus mempunyai bulu di daun, polong,

maupun batang tanaman kedelai (Hidayat. 1985)..

Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul/tumbuh pada ketiak

daun, yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada

cabang tanaman yang mempunyai daun. Hal ini karena sifat morfologi cabang

tanaman kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi

lingkungan tumbuh dan populasi tanaman yang optimal, bunga akan terbentuk

mulai dari tangkai daun pada buku ke 2-3 paling bawah. Warna bunga kedelai ada

yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung

dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar antara 40-200 bunga/tanaman.

Umumnya di tengah masa pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali

mengalami kerontokan bunga (Rizma. 2014).

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah

munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong

yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah

dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih

dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji
6
akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan

bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini

kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

kecoklatan pada saat masak (Rizma. 2014).

Tanah gambut disebut juga tanah organic atau tanah bistosol adalah tanah

yang bahan induknya berupa sisa-sisa tanaman dari binatang kemudian bercampur

dengan lapisan mineral yang diendapkan. Salah satu ciri tanah gambut, yaitu

warna tanah pada umumnya cokelat tua. Gambut adalah jenis tanah yang

terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh

sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Gambut terjadi pada hutan-hutan

yang pohonnya tumbang dan tenggelam dalam lumpur yang hanya mengandung

sedikit oksigen, sehingga jasad renik tanah sebagai pelaku pembusukan tidak

mampu melakukan tugasnya secara baik. Akhirnya bahan-bahan organik dari

pepohonan yang telah mati dan tumbang tertumpuk dan lambat laun berubah

menjadi gambut yang tebalnya bisa mencapai 20 m (Hanafiah. 2004).

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang

mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Kapur dolomit adalah

mineral yang mengandung unsur hara kalsium (CaO) dan juga Magnesium (MgO)

dengan kadar yang cukup tinggi sehingga dapat menetralkan pH tanah. Jika tanah

kekurangan hara kalsium dan magnesium, maka otomatis tanaman menjadi

kurang maksimal dalam berproduksi (Lingga. 2004).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat


7
Bahan

Tanah. Tanah yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah gambut.

Tanaman kedelai. Digunakan sebagai indicator.

Urea, TSP, KCL dan kapur dolomit. Digunakan sebagai perlakuan.

Air. Digunakan untuk menyiram tanaman.

Kertas label. Digunakan untuk menandai kode perlakuan.

Alat

Polybag. Digunakan untuk menaruh media tanam. Polybag yang

digunakan ukuran 30 x 30 cm.

Timbangan. Digunakan untuk menimbang bahan praktikum.

Gembor. Digunakan untuk menyiram tanaman.

Cangkul. Digunakan untuk mengambil tanah di lapangan.

Penggaris. Digunakan untuk memgukur tinggi tanaman.

Metode Percobaan

Percobaan dalam praktikum ini disusun menggunakna Rancangan Acak

Lengkap (RAL) 1 Faktor. Faktor yang diteliti adalah Kombinasi Pupuk yang

terdiri dari 6 taraf, yakni :

(1) Konrol/Tanpa pemberian pupuk (a1)

(2) Kapur Dolomit (a2)

(3) N, P, K (a3)

(4) N, P, K + Kapur Dolomit (a4)

(5) N, P + Kapur Dolomit (a4)


8
(6) N, K + Kapur Dolomit (a4)

Diulangi sebanyak empat ulangan, sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.

Pelaksanaan Praktikum

Waktu dan Tempat

Praktikm ini akan dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan

November sampai Desember 2017. Bertempat di halaman Rumah Kaca Jurusan

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UNiversitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru.

Pelaksanaan

a. Persiapan bibit

Persiapan bibit diawali dengan menyediakan media semai untuk benih-

benih tanaman yang akan ditanam. Media yang digunakan dibuat dari pupuk

organik kotoran sapi terfermentasi dari tanah yang telah dihaluskan dengan

perbandingan 1:1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai

selanjutnya ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari

sambil dilakukan penyiraman.

b. Pengambilan tanah

tanah yang digunakan yaitu tanah gambut, pengambilan tanah gambut

diambil dari Kecamatan Landasan Ulin. Tanah tersebut diambil menggunakna

cangkul sebanyak 10 kg per polybag (masing-masing kelompok sebanyak 360

kg tanah)

c. Persiapan media tanam


9
Persiapan media tanam dilakukan dengan membersihkan tanah dari sisa-

sisa tanaman, kemudian tanah dicmapur hingga homogen, ditimbang masing-

masing seberat 10 kg tanah dan dimasukkan ke dalam polybag percobaan.

Polybag percobaan tersebut kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan

masing-masing kolompok.

d. Penetapam media tanam

Penempatan media tanam ditempatkan di halaman rumah kaca Jurusan

Agroekoteknologi. Dilakukan pengacakan bebas pada 36 polybag percobaan

sesuai dengan rancangna percobaan yang digunakan.

e. Penanaman bibit

Bibit yang sudah berumur ±2 MSS (minggu setelah semai) dipindahkan ke

polybag percobaan. Masing-masing tanaman ditanam sebanyak satu tanaman

untuk setiap polybag.

f. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan dua kali (pagi dan sore) atau sesuaikan dengan

kondisi cuaca (bila hujan cukup satu kali penyiraman saja). Penyiangan

dilakukan dua kali atau disesuaikan dengan kondisi gulma.

g. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan, yaitu :

a.Tinggi tanaman (cm). tinggi tanaman diukur seitap minggu. Tinggi tanaman

diukur dari permukaan tanah didalam polybag sampai dengan bagian

tertinggi tanaman setelah ditegakkan menggunakan penggaris.

b.Jumlah daun (helai). Jumlah daun dihitung setiap minggu.

Analisis Data
10
Untuk meliat pengaruh perlakuan variable-variabel yang akan diamati,

dilakukan analisis ragam (analysis of variance) menggunakna SPSS 21ed. Sebelum

dilakukan analisis ragam, terlebih dahulu dilakukan uji kehomogenan ragam

Bertlett. Jika analisis ragam berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap variabel-

variabel yang diamati, maka dilakukan analisis atau uji beda perlakuan

menggunakan Uji LSD (Least Significan Difference) pada taraf nyata α 5%.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW.

Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.


Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Redaksi Agromedia.


Jakarta.

Mursidah. 2005. Perkembangan Produksi Kedelai Nasional dan Upaya


Pengembangannya di Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan: LIPI.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/ admin/jurnal/21054146.pdf(28 November
2013).

Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium


javonicum pada kedelai. Bul. Agron. 21(1): 4.

Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta: Rajawali.

Rizma, A. 2014. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Indonesia. Pusat


Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementrian Pertanian
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai