1 1 Bab I Prndahuluan A
1 1 Bab I Prndahuluan A
A. Latar Belakang
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya
peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya
kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi
karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau
lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).
Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya
uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-
ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang
menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan
disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan
menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar
vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan
dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh
ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor
penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause,
persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi
dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi
keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih
tinggi pada wanita 2 yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada
wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih
berpengaruh pada perempuan di negaranegara berkembang yang
perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat
fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan
kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasuskasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky
M, 2001).
Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat
genital bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu
sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali
penyulit pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2005).
Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan,
seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva
insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%,
Roma 6,7%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya
tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang.
Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita
dengan pekerja berat. Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit
Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak
pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita petani,
dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali
prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro,
2005).
Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan
berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada
vagina, low 3 back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus
vagina dan ketika diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau
enterokel (Andra, 2007).
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering
merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang
pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan
empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul
sehingga terjadi penurunan organ panggul (Suryaningdyah, 2011).
Prolapsus uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada
nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang
baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya. Faktor penyebab
lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama
yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,
reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Diprediksi hampir setengah
dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami
penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007).
C. Tujuan Penelitian
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Faktor bawaan Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam
keluarga mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka
mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak
diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada
peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh
pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka
yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat
seperti protein dan vitamin. 10
D. Gejala Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain,
perasaan ada benda mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga
sangat mengganggu ketika berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada
rahim yang menonjol tersebut dikarenakan gesekan celana dalam atau benda
yang diduduki dan dari luka tersebut bisa menimbulkan infeksi.
Gejala lainnya, sering timbul keputihan karena luka tersebut atau karena
sumbatan pembuluh darah di daerah mulut rahim, serta ada keluhan rasa sakit
dan pegal pada pinggang. Keluhan sakit ini akan hilang bila wanita tersebut
berbaring (Praputranto. 2005).
G. Komplikasi
1. Latihan-latihan otot dasar panggul Latihan ini sangat berguna pada prolaps
ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan.
Tujuannya untuk menguatkan otot dasar panggul dan otot-otot yang
mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya
adalah, penderita disuruh 14 menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul
seperti biasanya setelah hajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-
olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan
ini bisa menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut
Kegel. Alat ini terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan
yang dengan satu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan
demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.
2. Stimulasi otot dengan alat listrik Kontraksi otot-otot panggul dapat pula
ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium
yang dimasukkan ke dalam vagina.