Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya
peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya
kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi
karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau
lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).
Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya
uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-
ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang
menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan
disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan
menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar
vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan
dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh
ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor
penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause,
persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi
dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi
keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih
tinggi pada wanita 2 yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada
wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih
berpengaruh pada perempuan di negaranegara berkembang yang
perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat
fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan
kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasuskasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky
M, 2001).
Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat
genital bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu
sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali
penyulit pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2005).
Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan,
seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva
insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%,
Roma 6,7%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya
tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang.
Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita
dengan pekerja berat. Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit
Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak
pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita petani,
dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali
prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro,
2005).
Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan
berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada
vagina, low 3 back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus
vagina dan ketika diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau
enterokel (Andra, 2007).
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering
merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang
pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan
empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul
sehingga terjadi penurunan organ panggul (Suryaningdyah, 2011).
Prolapsus uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada
nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang
baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya. Faktor penyebab
lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama
yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,
reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Diprediksi hampir setengah
dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami
penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007).

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari pengkajian buku


register di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh
keseluruhan pasien dari bulan Januari-Desember tahun 2012
berjumlah 279 orang yang terbagi dari 105 orang ibu hamil, 87 orang
ibu bersalin dengan persalinan normal 29 orang dan 58 orang dengan
persalinan sectio sesaria. Survey wawancara yang dilakukan oleh
peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang 4 prolapsus uteri terhadap
10 ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh 7 ibu diantaranya tidak mengetahui tentang
prolapsus uteri dan 3 ibu sudah mengetahui dan pernah mendengar
tentang prolapsus uteri. Berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Prolapsus Uteri Di
Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya
“Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Tentang Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Prolapsus Uteri Di Rumah
Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh usia tentang pengetahuan ibu


tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh. 5
b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan
tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh.

c. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu


tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti Agar dapat menambah wawasan mengenai prolaps


uteri.

2. Bagi tempat penelitian Agar dapat menjadi masukan dan sebagai


pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga
kejadian prolapsus uteri dapat diantisipasi sedini mungkin.

3. Bagi institusi Agar dapat menambah informasi seputar prolapsus


uteri. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Prolaps Uteri


Prolapsus uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke
dalam liang vagina. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang
biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal
menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis. Kelainan dalam letak alat-alat genital sudah dikenal sejak 2000
tahun sebelum masehi. Catatan-catatan yang ditemukan di Mesir mengenai
Ratu Cleopatra, menyatakan prolapsus genitalis merupakan satu ahal yang
aib pada wanita dan menganjurkan pengobatannya dengan penyiraman
dengan larutan Adstringensia. Dalam hal ilmu kedokteran Hindu kuno
menurut Chakraberty, dijumpai keterangan-keterangan mengenai kelainan
dalam letak alat genital, dipakai istilah “Mahati” untuk wanita yang lebar
dengan sistokel, rektokel dan laserasi perineum. Juga di Indonesia sejak
zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranankan
terbalik. Dewasa ini penentuan letak alat genital bertambah penting artinya
bukan saja untuk menangani keluhankeluhan yang ditimbulkan olehnya,
namun juga oleh karena diagnosis letak yang tepat perlu sekali guna
menyelenggarakan berbagai tindakan pada uterus.
Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Kebanyakan
7 terjadi pada usia tua dan pada usia muda. Hal ini dapat disebabkan oleh
kelemahan dari otot dan struktur fascia pada usia yang lebih lanjut(Ifan,
2010)
Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama
pada wanita tua. Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah
melahirkan normal akan mengalami keadaan ini dalam berbagai tingkatan,
namun oleh karena tidak semua diantara mereka mengeluhkan hal ini pada
dokter maka angka kejadian yang pasti sulit ditentukan. Prolapsus organ
panggul disebut pula sebagai prolapsus uteri – prolapsus genitalis –
prolapsus uterovaginal – “pelvic relaxation” – disfungsi dasar panggul –
prolapsus urogenitalis atau prolapsus dinding vagina. Prolapsus organ
panggul terjadi akibat kelemahan atau cedera otot dasar panggul sehingga
tidak mampu lagi menyangga organ panggul (Lazarou, 2000).
Uterus adalah satu satunya organ yang berada diatas vagina. Bila
kandung kemih atau usus bergeser maka keduanya akan mendorong dinding
vagina. Meskipun prolapsus bukan satu keadaan yang bersifat “life
threatening”, namun keadaan ini menimbulkan rasa tak nyaman dan sangat
mengganggu kehidupan penderita.
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga
uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah
dan dapat menonjol keluar dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus
disangga oleh otot panggul dan ligamentum penyangga. Bila otot penyangga
tersebut menjadi lemah atau mengalami cedera akan terjadi prolapsus uteri.
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus
yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vaginae 8 dan
berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan
urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar
dari dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar
dari dinding belakang vagina) (Bambang, 2010).
B. Klasifikasi Prolapsus Uteri Mengenai istilah dan klasifikasi prolapus uteri
terdapat perbedaan pendapat antara ahli ginekologi. Friedman dan Little
(2007)
mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu:
1) Prolapsus uteri tingkat I, dimana servik uteri turun sampai introitus
vaginae; proplasus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari
vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri.
2) Prolapsus uteri tingakat I, serviks masih berada didalam vagina; prolapsus
uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada prosidensia uteri,
uterus seluruhnya keluar dari vagina.
3) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; prolapsus
uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; prlapsus
uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian.
4) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosessus spinosus; prolapsus
uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan 9 introitus
vaginae; prolapsus uteri tingkat III; serviks keluar dari introitus.
5) Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus
uteri tingkat IV (prosidensia uteri) Dianjurkan klasifikasi berikut:
6) Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih didalam vagina.
Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling
rendah sampai introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk
sebagian keluar dari vagina; prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia
uteri, uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio vagina
(Wiknjosastro, 2005).

C. Etiologi Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara


lain (Hanifa, 2007):

1. Faktor bawaan Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam
keluarga mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka
mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak
diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada
peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh
pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka
yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat
seperti protein dan vitamin. 10

2. Exercise Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan


melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang
kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat.
dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika seorang wanita yang melakukan
gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan
lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat
penting untuk mencegah prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise
ini merupakan salah satu yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri.

3. Usia/Menopause Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku


secara natural yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat
pembedahan oleh karena penyakit seperti pengangkatan ovari dapat
menyebabkan hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan
ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang dapat
menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi pada
wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena
menopause. Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul pun akan
semakin melemah.

4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak ) 11 Partus yang berulangkali


dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot-otot maupun saraf-
saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami kelemahan, bila ini
terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.

5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan


tekanan di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-
bulan, adanya tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah
buang air besar berkepanjangan

D. Gejala Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain,
perasaan ada benda mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga
sangat mengganggu ketika berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada
rahim yang menonjol tersebut dikarenakan gesekan celana dalam atau benda
yang diduduki dan dari luka tersebut bisa menimbulkan infeksi.
Gejala lainnya, sering timbul keputihan karena luka tersebut atau karena
sumbatan pembuluh darah di daerah mulut rahim, serta ada keluhan rasa sakit
dan pegal pada pinggang. Keluhan sakit ini akan hilang bila wanita tersebut
berbaring (Praputranto. 2005).

E. Patologi Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa


tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat
persalinan, khususnya persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya
kelemahan-kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia
endopelvik 12 dan otot-otot fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan
intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus, terutamaa apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause. Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian
wanita tersebut, dan lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus
dekubitus (Wiknjosastro.1999).

F. Diagnosa Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan speculum Sim atau


dengan memakai speculum Graves standard dan membuang bilah anterior.
Sementara menekan dinding vagina posterior, pasien diminta untuk mengejan.
Ini akan menunjukkan penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan
kistokel dan pergeseran uretra. Dengan demikian juga, penarikan kembali
dinding vagina anterior selama mengejan menunjukkan suatu enterokel dan
rektokel. Pemeriksaan rectum sering berguna untuk menunjukkan rektokel dan
untuk membedakannya dengan suatu enterokel. Tingkat prolaps rahim yang
kecil hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan servik saat pasien
mengejan. Kadang-kadang prolaps rahim perlu diuji dengan menarik servik
dengan suatu tenakulum. Kalau ada keraguan adanya prolaps pasien diminta
untuk berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan (Neville F.
2001). 13

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut (Hanifa, 2007).


adalah:

1. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri


2. Dekubitus
3. Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli
4. Gangguan miksi dan stress incontinence
5. Infeksi jalan kencing
6. Kemandulan
7. Kesulitan pada waktu partus
8. Hemoroid
9. Inkarserasi usus halus

H. Penanganan Pengobatan Medis Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan


tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa
keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita
menolak untuk dioperasi atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi
(Hanifa, 2007).:

1. Latihan-latihan otot dasar panggul Latihan ini sangat berguna pada prolaps
ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan.
Tujuannya untuk menguatkan otot dasar panggul dan otot-otot yang
mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya
adalah, penderita disuruh 14 menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul
seperti biasanya setelah hajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-
olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan
ini bisa menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut
Kegel. Alat ini terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan
yang dengan satu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan
demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.

2. Stimulasi otot dengan alat listrik Kontraksi otot-otot panggul dapat pula
ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium
yang dimasukkan ke dalam vagina.

3. Pengobatan dengan pesarium Pengobatan dengan pessarium sebenarnya


hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai.
Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip pemakaian
pesarium adalah alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian
atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan
melewati vagian bagian bawah.
4. Pengobatan operatif Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri
tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih
mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus, dan
adanya keluhan 15

I. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini


terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga adalah hasil atau apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu hasil dari kenal, sadar,insaf,
mengerti dan pandai (Bachtiar, 2004). 1. Cara memperoleh pengetahuan Dari
berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian (Notoatmojo, 2005). a. Cara
Tradisional Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum ditemukanya metode ilmiah yaitu: 1. Cara coba salah (Trial And
Error) Cara coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan suatu masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan lain. 2. Cara kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah,otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
16 3. Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali dengan pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
masalah ini yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama
dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. 4. Melalui jalan pikiran Dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan penalaranya
atau jalan pikiranya 5. Cara Modern Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan ini mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut
dengan “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode
penelitian (Research Methodelogi) yang mengembangkamn metode berpikir
induktif dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala alam atau
kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan di
klasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmojo, 2005). b.
Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat (Notoatmojo, 2005). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelunya 17 2.
Memahami (Komprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan meteri yang tela
dipelajari pada situasi atau kondisi rill atau sebenarna. 4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan suatu untuk menjabarkan materi suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lainnya. 5. Sintesis (Syenthesis)
Sintesis menunjuk kepada kemampua untuk meletakkan atau kemampuan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.
Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
cara kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang
pengetahuan ibu 18 dengan prolaps uterin di nilai seberapa luas kedalaman
pengeahuan ibu tentang prolaps uteri dadapat kita ketahui atau kita ukur
melalui persentase yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005). 3. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a.
Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan 19 menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek
tersebut . Untuk mengetahui tingkat pendidikan maka dapat diklasifikasikan
menjadi (Sisdiknakes, 2004). a. Pendidikan Tinggi : DIII/PT b. Pendidikan
Menengah : SLTA c. Pendidikan dasar : SLTP/SD b. Informasi Sesuatu yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 20 c. Sosial
budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal
ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengalaman
sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar
dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang 21 merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya. f. Usia Usia mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.dari beberapa kasus prolaps uteri yang paling
sering terjadi Pada usia tua di atas 60 tahun dan pada usia Muda 20-35 tahun
karna organ reproduksinya belum terlalu sempurna, untuk mempertahankan
kehamilan karna usia ini termasuk terlalu muda dengan keadaan uterus yang
belum matur untuk melahirkan.individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia
muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup (Notoatmodjo, 2007). 22 J.
Kerangka Teoritis Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Untuk memperjelas teori ini dapat
dilihat dalam skema dibawah ini. Gambar 2. 1 Kerangka Teoritis Usia
Pendidikan Informasi Sosial budaya Lingkungan Pengalaman
Pengetahuan ibu tentang prolaps uteri 23

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Menurut penelitian yang dilakukan tentang pola


informasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih
tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh dari pada wanita
yang mempunyai satu atau dua anak. Peneliti menemukan bahwa laporan
kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-kasus yang
dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001). Berdasarkan
teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini dapat
dilihat pada bagian di bawah ini : Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Usia Pengetahuan ibu tentang prolapsus uteri
Pendidikan Informasi 24 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi
Operasional N O Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur Variabel Dependen 1 Pengetahuan Ibu Merupakan hasil dari tahu
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Membagikan kuisioner yang berisi kriteria: - Tahu, x ≥ ̅ - Tidak tahu, x < ̅
Kuesioner Tahu Tidak Tahu Nominal Variabel Independen 1 Usia Suatu
rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, yang terhitung mulai saat
dilahirkan hingga sekarng. Membagikan kuisioner dengan kriteria: - Tua, ≥ 35
tahun - Muda, 20-35 tahun Kuesioner Tua Muda Nominal 2 Pendidikan Suatu
usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan Menyebarkan
kuesioner dengan kriteria: - Tinggi, DIII/ PT - Menengah, SMA - Dasar ,
SLTP/SD Kuesioner Tinggi Menengah Dasar Ordinal 3 Informasi
Keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang
tersirat Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: - Pernah mendapatkan
informasi bila, x ≥ ̅ - Tidak pernah mendapatkan informasi bila, x < ̅ Kuesioner
Pernah Tidak Pernah Ordinal 25 C. Hipotesa Ha : Ada pengaruh Usia Tentang
pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda
Banda Aceh Tahun 2013 Ha : Ada Pengaruh Pendidikan Tentang pengetahuan
ibu tentang Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh
Tahun 2013 Ha : Ada Pengaruh informasi Tentang pengetahuan ibu tentang
Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013 26
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional,
yaitu observasi atau pengumpulan data di lakukan sekaligus pada suatu waktu
(point time approach) (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang berkunjung
ke Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh periode Januari-
Desember tahun 2012 yang berjumlah 279 orang. 2. Sampel Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Kesdam
Iskandar Muda Banda Aceh. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan
rumus slovin (Notoatmodjo, 2005) : n = 1 ( ) N 2 N d ket : N = Besar
populasi n = Besar Sampel d 2 = tingkat kepercayaan/ketepatan yang
diinginkan (0,1) Maka berdasarkan rumus slovin di atas, didapat jumlah
sampel untuk penelitian ini berjumlah: 27 n = 1 ( ) N 2 N d = 1 279(0.1)² 279
 = = 70,27 = 71 orang Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian
ini sebanyak 71 sampel. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda
Aceh. 2. Waktu penelitian Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 25
Agustus s/d 30 Agustus 2013 D. Cara Pengumpulan Data Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner
yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh responden
sesuai denngan petunjuk. Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau
dari laporan kunjungan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
28 E. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan yaitu 5
pertanyaan tentang pengetahuan ibu dengan memberikan alternative jawaban
A, B, C, dan D, jika responden menjawab benar maka di beri skor 1 dan jika
responden menjawab salah maka di beri skor 0. 1 pertanyaan tentang usia, 1
pertanyaan tentang pendidikan ibu, dan 5 pertanyaan tentang informasin
dengan memberikan alternative jawaban Ya dan Tidak. Jika responden
menjawab Ya maka di beri skor 1 dan jika responden menjawab Tidak maka di
beri skor 0. Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda
Banda Aceh Tahun 2013. F. Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara: a. Editing yaitu melakukan
pengecekan kembali semua item pertnyaan telah terisi dan melihat apakah ada
kekeliruan yang mungkin dapat menggangu pengolahan dat selanjutnya. b.
Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk
memudahkan pengolahan data. c. Transferring yaitu data yang telah di berkan
kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden
terkhir untuk dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di
teliti. 29 d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada
tiaptiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi . 2. Analisa data a. Analisa univariat Yaitu untuk
mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang akan dipakai dalam
analisis data univariat diantara adalah (Arikunto, 2006) P= Keterangan: P=
Persentase f 1= Frekuensi n = Sampel b. Analisa Bivariat Merupakan analisa
hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan veriabel
terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan
rumus Chi-Squere pada tingkat kemaknaannya 95% ( P 0,05), sehingga dapat
di ketahui ada tidaknya hubungan yang bernakna secara statistik dengan
menggunakan program komputer SPSS for window. Melalui perhitungan uji
chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari
alpha (

Anda mungkin juga menyukai