Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEKS


DAN STATUS GIZI BAIK

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
\

Pembimbing:

dr. Slamet Widi Saptadi, Sp.A

dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A

dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A

dr. Neni Sumarni, Sp.A

Disusun Oleh :

Sahmia (01.211.6522)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. SA

Umur : 3 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Bugen Utara RT 07/03, Kota Semarang

Bangsal : Nakula

Tanggal masuk RS : 5 Januari 2016

Ayah : Tn. R Ibu : Ny. S

Umur : 35 tahun Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

2
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 6 Januari 2016
pukul 14.00 WIB di Bangsal Nakula dan didukung catatan medis.

a. Keluhan Utama
Kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
3 hari pasien batuk berdahak disertai pilek. Batuk tidak ngekel
tetapi berdahak dan dahak susah dikeluarkan. Pilek awalnya cair tidak
berwarna, lama kelaamaan berwarna kekuningan dan agak kental. Berak
dan kencing seperti biasa. Makan dan minum seperti biasa.
1 hari sebelum masuk RS, selain batuk dan pilek, pasien juga
panas semlenget. Tidak sesak, tidak mual dan tidak muntah. Berak dan
kencing seperti biasa. Makan dan minum seperti biasa.
Pagi hari sebelum masuk RS, sejak pagi demam dirasa meningkat
secara mendadak, dirasakan terus menerus. Karena khawatir, ibu pasien
membawa pasien ke mantri dan diberi obat, tetapi demam tetap tinggi.
Siang hari pasien mengalami kejang sebanyak 3 kali. Lama setiap
serangan berkisar ± 3 menit. Saat kejang mata melotot serta kedua tangan
kaku dan menggenggam. Sebelum kejang pasien sadar, dan setelah kejang
sadar dan menangis. Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)
tidak ada keluhan. Karena kejang tersebut, orang tua pasien kemudian
membawa anaknya ke IGD RSUD Semarang dan oleh dokter jaga IGD
pasien disarankan untuk mondok.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mimisan, tidak
pernah mengalami gusi berdarah dan tidak pernah BAB bercampur darah
atau berwarna hitam. Pasien dan anggota keluarga lainnya tidak berasal
dari daerah endemis malaria dan tidak pernah berpergian ke daerah
endemis malaria. Ibu pasien mengaku, anaknya kencing seperti biasa,
warna kuning jernih dan jumlah cukup.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang demam saat usia 1 tahun
dan 2 tahun. Pasien kejang disertai demam. Saat kejang seluruh tubuh
kaku. Sebelum dan setelah demam anak menangis.
Pasien tidak pernah kejang tanpa disertai dengan demam.
Anak pernah dirawat di Rumah Sakit karena sakit yang sama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya. Pasien anak
ketiga dari 3 bersaudara. Ayah pasien bekerja swasta, ibu pasien sebagai
ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Air untuk minum
dan keperluan sehari-hari berasal dari PDAM. Rumah dengan 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi di dalam rumah terletak dekat dengan
dapur. Dinding rumah dari tembok. Rumah saling berdampingan dengan
tetangga lainnya.

Kesan : Sosial ekonomi cukup

f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Anak perempuan lahir dari ibu G2P1A0, usia kehamilan 39 minggu, lahir
secara normal di bidan, langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram,
panjang badan saat lahir 48 cm, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir
ibu lupa.
Kesan: neonatus aterm, vigorous baby, lahir normal pervaginam.

g. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal


Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan 1x setiap bulan
sampai usia kehamilan 7 bulan. Saat usia kehamilan memasuki 8 bulan,
ibu memeriksakan kehamilan di bidan 2x setiap bulan hingga lahir. Ibu
juga mengaku mendapat suntikan TT 1x. Ibu mengaku tidak pernah
menderita penyakit selama kehamilan, riwayat perdarahan selama
kehamilan disangkal, riwayat trauma selama kehamilan disangkal,
riwayat minum obat tanpa resep dokter dan jamu disangkal. Obat–obatan
yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat
penambah darah.
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.
h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat
imunisasi dasar lengkap.
Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik.
i. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
i. Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gram. Panjang badan 48 cm.
Berat badan sekarang 11 kg. Tinggi badan 86 cm.
Kesan: Pertumbuhan normal
ii. Perkembangan
1. Anak mulai tersenyum spontan umur 1 bulan
2. Anak mulai tengkurap umur 4 bulan
3. Anak mulai duduk dengan bantuan ibu lupa
4. Anak mulai merangkak umur 9 bulan
5. Anak mulai belajar berjalan umur 13 bulan
6. Anak mulai berbicara saat umur 19 bulan
7. Anak mulai belajar makan sendiri ibu lupa
8. Anak dapat berinteraksi dengan lingkungan ibu lupa
Saat ini anak berusia 3 tahun, anak belum bersekolah, mudah bergaul dan
bermain dengan teman-teman sebayanya di lingkungan rumah.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur
j. Riwayat Makan dan Minum Anak
 ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun, ASI ekslusif sampai 6
bulan.
 Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur susu.
 Mulai usia 10 bulan, anak diberi nasi lunak.
Jenis Makanan Frekuensi

Nasi 3x sehari @ 1 piring

Tahu / tempe 2x sehari porsi tidak teratur

Telur Frekuensi dan porsi tidak teratur

Ayam 1x sehari, porsi tidak teratur

Ikan 1x sehari porsi tidak teratur

Sayur 2x sehari, porsi tidak teratur

Buah Frekuensi dan porsi tidak teratur

Susu Frekuensi dan porsi tidak teratur

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik


k. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (1 bulan), scar (+) di lengan kanan atas

Hepatitis B : 3x (0, 1, 6 bulan)


DPT : 3x ( 2, 4, 6 bulan)

Polio : 4x (0, 2, 4, 6 bulan)

Campak : 1x (9 bulan)

Kesan : imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 6 Januari 2016, pukul 14.30 WIB

Anak perempuan usia 3 tahun, berat badan 11 kg, panjang badan 86 cm.
Kesan Umum : composmentis, tampak sakit ringan, gizi baik, ikterik (-),
perdarahan (-), tanda-tanda dehidrasi (-)
a. Tanda Vital
i. Tekanan darah : -
ii. Nadi : 130 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
iii. Suhu : 37,4 0C
iv. Pernapasan : 28 x/menit

b. Status Generalis
i. Kepala : kesan mesocephal
ii. Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
iii. Telinga : discharge (-)
iv. Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
v. Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-), lidah
tremor, pernapasan mulut (-)
vi. Kulit : hipopogmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
vii. Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
viii. Thorax
 Jantung
Inspeksi : ictus codis tampak
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5 linea
midclavikula 2 cm ke medial, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrium (-)
Perkusi :
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan: Normal
 Paru
Inspeksi : Pengembangan hemithoraks simetris
Palpasi : Sterm fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+), Ronki basah (-),
Wheezing(-)
ix. Abdomen
Inspeksi : Datar, gerakan peristaltik (+)
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : Tymphani di seluruh kuadran
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba besar
x. Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Pelebaran vena -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”

xi. Status Neurologis


Rangsang Meningeal:
a. Kaku kuduk : negatif
b. Brudzinsky I – IV
- Neck sign : negatif
- Cheek sign : negatif
- Symphisis sign : negatif
- Leg sign : negatif
c. Kernig sign : negatif

Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Refleks fisiologis (+) N / (+) N (+) N / (+) N
Refleks patologis (-) / (-) (-) / (-)
Tonus Normotonus/ Normotonus Normotonus/ Normotonus
Klonus (-)/(-) (-) / (-)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin dan Elektrolit

Hasil Lab Nilai normal


Darah rutin
(tanggal 6/1/16)
Hb 10,9 gr% 11,5-13

Ht 30 34-39

Leukosit 11.400 u/l 5.500-15.500

Trombosit 505.000 u/l 250.000-550.000

GDS dan Elektrolit Hasil Lab


(tanggal 6/1/16)
GDS 71
Na 133,5
K 4,50
Ca 10,57
Mg 2,0
Cl 99,7
Kesan : gambaran darah rutin normal,
GDS normal,
elektrolit normal,

4. Pemeriksaan Khusus
Data Antopometri
Anak perempuan, usia 3 tahun
Berat Badan : 11 kg
Tinggi Badan : 86 cm

Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :

WAZ = BB – median = 11-13,0= -1,4 ( berat badan normal )

SD 1,40

HAZ = TB – median = 86 – 90,0 = -1,1 ( normal )

SD 3,60

WHZ = BB – median = 11 – 11,4 = -1 ( Normal )

SD 1

Kesan : Status gizi baik

IV. RESUME
Data Anamnesis
 1 hari panas semlenget
 1 hari ini panas tinggi
 Kejang 3x di rumah
 Kejang 1 x di RS
 Batuk berdahak
 Pilek
Data Pemeriksaan Fisik
 Kesan Umum: tampak lemah
 Suhu tertinggi 39,6 0C
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi Kejang
DD:
i. Kejang serebral
a. Akut
- Infeksi
Infeksi intrakranial: meningitis, ensefalitis,
meningioensefalitis, abses otak
Infeksi ekstrakranial: kejang demam
- Gangguan metabolik
- Gangguan elektrolit
b. Kronik berulang: epilepsi
ii. Kejang non-serebral: tetanus
2. Observasi Febris

VI. DIAGNOSIS SEMENTARA


Kejang Demam Kompleks
Status gizi baik

VII. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
Infus RL 15 tpm
Inj. Ampicilin 3x300
Diazepam* 4 mg iv pelan (*bila kejang)
PO. Paracetamol syr 3x1 cth
Fenobarbital 3x10mg
Program: Evaluasi KU dan TTV

VIII. USULAN
Pungsi lumbal
Elektroensefalografi (EEG)

IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam = ad bonam
Qua ad sanam = dubia ad bonam
Qua ad fungsional = dubia ad bonam

X. EDUKASI
a. Menjelaskan pada orang tua tentang bagaimana tahapan penanganan
pertama kejang demam di rumah, yaitu:
- Saat anak kejang, dibawa ke tempat yang aman
- Longgarkan pakaian
- Kompres dengan air hangat seluruh badan untuk menurunkan panas
- Jika anak sadar, beri penurun panas
- Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat
b. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali jika anak
mengalami demam. Dan diberikan paracetamol jika panas.
c. Menjelaskan kepada orang tua efek samping dari terapi seperti
mengantuk, depresi pernapasan.
d. Menjelaskan kepada orang tua untuk tidak memberikan makanan yang
merangsang seperti berpengawet, berpemanis
e. Kompres hangat apabila anak panas
f. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
g. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM
a. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan-5 tahun. Anak pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam. Apabila kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam.

b. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi dua golongan.
Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat
perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut. Livingston membagi
kejang demam menjadi dua golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhana
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat
sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu kejang
demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 – 4 kali dalam satu
tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri
tersebut oleh Livingston disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh
demam.
Menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi semua kriteria
berikut yaitu :
1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6
tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang
demam komplek.
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
 Berlangsung singkat (< 15 menit)
 Umumnya akan berhenti sendiri
 Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan
fokal
 Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
 Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam
2. Kejang demam komplek (complex fibrile seizure)
 Kejang lama > 15 menit
 Kejang fokal satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 x dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung > 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang dalah kejang 2 kali atau lebih dalam
1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada
16% di antara anak yang mengalami kejang demam
Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam (Proses intrakranial)
Kejang demam Kejang disertai demam
Faktor predisposisi genetik Besar Kecil / tidak bermakna
Lama kejang 1-3 min, jarang kejang lama > 10 mnt
Manifestasi klinis pada saat Pada saat demam, Infeksi SSP
kejang sebagian besar krn ISPA (ensefalitis,meningitis)

Kelainan patologi yang Tidak ada Perubahan vaskular dan


mendasari edema

Status neurologi Post-iktal Jarang Sering


(paralisis Todds)

c. Insiden
 2-4% dari populasi anak 6 bulan - 4 tahun
 80 – 90% merupakan kejang demam sederhana
 20% kasus kejang demam kompleks
 8% berlangsung > 15’
 16% berulang dalam waktu 24 jam
 2 – 4% berkembang menjadi epilepsy

d. Penyebab Kejang Demam


Anak-anak pada usia kurang dari 6 tahun mempunyai ambang batas
terhadap kejang yang relatif lebih rendah. Sehingga apabila terjadi demam,
anak-anak mudah terjadi kejang. Risiko terjadinya kejang demam meningkat
apabila terdapat anggota keluarga (orang tua atau saudara) yang pernah kejang
demam.
Sedangkan demam pada anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi
virus atau bakteri. Sebagian besar demam pada anak-anak disebabkan infeksi
saluran napas atas, diare, otitis media, dan infeksi saluran kemih.

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%.Pada bayi kecil sering manifestasi
meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih
dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti
a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b. parese nervus VI
c. papiledema

f. Penatalaksanaan
Bagan Penghentian Kejang Demam
Antikonvulsan pada saat kejang demam
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat kejang
berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal yang dianjurkan
adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat digunakan dosis: 5 mg
untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg untuk berat badan lebih dari 10
kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali
dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-05 mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit
atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah
4-8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang intensif (ICU).

Pemberian obat pada saat demam


Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan
bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang
demam. Antipiretik diberikan setelah kejang teratasi. Dosis acetaminofen
adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x sehari dan max pemberian 5x. Dosis
ibuprofen adalah 5-10 mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari
Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB
setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu
pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >
38,5⁰ C.

Pemberian obat rumatan


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis namun insidennya kecil.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4
mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang
demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :
- Kejang lama lebih dari 15 menit
- Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosephalus
- Kejang fokal
- Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
* Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
* Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
* Kejang demam 4x atau lebih per tahun.
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan.
Obat untuk menghentikan kejang akut dan mencegah kejang berikutnya.

Anti Konvulsan Dengan Masa Kerja Singkat,


Penghentian Kejang Akut
Obat Pemberian Dosis Ulangan Kecepatan komentar
pemberian
Diazepam IV,IO 0,3 mg/kg 5 menit < 2mg/menit Tanpa
Maks 10 mg dilarutkan
Diazepam Rectal 0,5 Tiap 5- <2mg/menit

mg/kg 10menit

Maks 10
mg
Lorazepa IV, SL, 0,1 mg/kg 2x tiap 10 Harus

m IO Max 4mg menit dilarutkan


Hipotensi,
depresi nafas
midazolam IM 0,2 mg/kg 2x tiap 5- Hipotensi,de
max 10mg 10menit presi nafas
fenitoin IV,IO 20mg/kg Tambahkan 1 mg/menit Hipotensi,
max 100mg 5mg/kg iv aritmia, harus
(30 mg/kg) bila kejang larut non
glukosa
fenobarbital IV 20mg/kg Pilihan utama
max 600mg neonatus
(30mg/kg depresi nafas
terutama
setelah
diazepam
 Bila telah dengan fenitoin dan fenobarbital dapat diberika lagi 5 mg/kg. Dosis
berikutnya berdasarkan kadar antikonvulsan darah
• Iv = intravena, im = intramuskular, SL = sublingual, PR per rektum, IO = intraoseus

g. Edukasi
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi
- Memberikan cara penanganan kejang
* Tetap tenang dan tidak panik
* Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher
* Bila tidak sadar posisikan terlentang dengan kepala miring, bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung, jangan masukkan sesuatu ke
dalam mulut
* Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang
* Tetap bersama pasien selama kejang
* Beri diazepam rektal hanya saat kejang
* Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain
- Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
h. Prognosis
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama/ kejang berulang baik
umum/ fokal
b. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
c. Kemungkinan berulangnya kejang demam
Factor resiko berulangnya kejang demam adalah
1. Riwayat kejang demam pada keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperature yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh factor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80% sedangkan bila tidak terdapat factor tersebut diatas
hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar
pada tahun pertama.
Factor risiko terjadinya epilepsy:
1. Kelainan neurologis/ perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama
2. Kejang demam komplek
3. Riwayat epilepsy pada orang tua/ saudara kandung
Masing-masing factor resiko meningkatkan kemungkinan terjadiya
epilepsy 4-6%, kombinasi factor resiko dapat meningkatkan kemungkinan
epilepsy menjadi 10-49%. Kemunginan menjadi epilepsy tidak dapat
dicegah dengan pemberian obat rumatan kejang demam.

DAFTAR PUSTAKA

Annegers JF, dkk. Factor prognotic of unprovoked seizures after febrile


convulsions. NEJM 1987; 316:493-8

Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in a population based cohort.

Anonim., http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559, Kejang


Demam, IDAI

Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai


Penerbit FK UI. 2002 : 1-45

Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the
circumstances surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992;
327:1122-7

Epilepsy Res 1990; 66:1009-14

Anda mungkin juga menyukai