Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh

kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi dapat

menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang

memicu penyakit di tempat lain.

Karies gigi merupakan masalah utama dari penyakit gigi dan

mulut di beberapa daerah karena data menunjukkan prevalensi dan derajat karies

yang tinggi.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995,

penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit

yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang

menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif

(kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata

(DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti

telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health

Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40%

penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan

berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil

Penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1990, di Kalimantan Barat 99%,

Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%,Sulawesi Selatan 87%, Maluku

77%.(Anonim,2010)

1
Di Indonesia, laporan penelitian mengenai prevalensi kerusakan gigi masih

langka, walaupun observasi lapangan menunjukkan cukup banyak dijumpai karies

rampan (Armasastra dan Antoraharjo, 1986). Padahal penelitian demikian

sesungguhnya diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan

keberhasilan upaya kesehatan gigi.

Newbrun (1989) mengatakan bahwa penyakit karies gigi adalah penyakit

multifaktorial meliputi faktor utama yaitu gigi mikroorganisme, karbohidrat dan

sebagai faktor tambahan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan saling

mempengaruhi sehingga apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan

terjadi penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang

menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang mudah difermentasi oleh

mikroorganisme. (Nurlaila 2005)

Berdasarkan data program Kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Majalengka menunjukkan prevalensi karies gigi tahun 2016

sebanyak 17,5% sedangkan tahun 2017 meningkat menjadi 20,8%, sehingga penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah

mengenai gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di RSUD

Majalengka tahun 2018.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di

RSUD Majalengka tahun 2018 ?

2
C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi

karies gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur

dengan prevalensi karies gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis

kelamin dengan prevalensi karies gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat

pendidikan dengan prevalensi karies gigi di RSUD Majalengka tahun

2018.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu tentang pengetahuan yang

berhubungan dengan karakteristik pasien penderita karies gigi.

2. Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut

3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan

kesehatan untuk tujuan prepentif, kuratif atau rehabilitatif khususnya di

RSUD Majalengka tahun 2018.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Karies

1. Pengertian Karies

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari

email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email

dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dalam

karbohidrat yang diragikan.

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan

skor dari indeks karies. Prevelensi karies adalah angka yang mencerminkan

penderita karies gigi dalam periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks

karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau

sekelompok orang. Indeks karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed = gigi

karies yang tidak ditambal ; M, missing = gigi karies yang sudah atau

seharusya dicabut ; F, filled = gigi karies yang sudah ditambal), pertama kali

dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992)

Status karies gigi Dengan mengunakan indeks dari WHO yaitu DMF-

T (decay,filling,tooth) dengan kriteria 0,0-1,1 (sangat rendah), 1,2-2,6

(rendah),2,7-4,4 (sedang) 4,5-6,6 (sangat tinggi). (Fransario,2007)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Karies

Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya

interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan

4
proses terjadinya karies. Karies hanya biasa terjadi apabila ada 4 faktor yaitu :

mikroorganisme, subsrat,host dan waktu yang bekerja secara simultan.

(Rahina,2002-2003)

Keadaan gigi yang mempengaruhi terbentuknya karies antara lain

morfologi gigi karena morfologi gigi mempengaruhi resistensi gigi terhadap

karies. Selanjutnya adalah saliva yang mempengaruhi komposisi

mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi pHnya. Karena itu

jika aliran saliva berkurang atau hilang maka jaringan karies mungkin tidak

terkendali. (Surwelo,1992) (Kidd,1992)

Walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana dan

mikroorganisme mana sebagai penyebab karies, namun semua ahli sependapat

bahwa karies gigi tidak akan terjadi tanpa mikroorganisme.

Substrat adalah campuran makanan halus dan diminuman yang

dikomsumsi sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Subrat ini

berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Sedangkan waktu

adalah kecepatan terbentuknya karies dalam waktu yang lama, karies tidak

mengahancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam

bulan atau tahun. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu

akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi rentan dan proses karies

pun dimulai. (Suwelo,1992)

Adapun faktor lain yang erat hubungannya dengan terbentuknya karies

gigi, antara lain usia, jenis kelamin, keturunan, Ras, Makanan, unsure kimia

dan Plak.

5
3. Klasifikasi Karies Gigi

Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi)

1. Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja,

sedang dentin belum terbuka.

2. Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum

melebihi setengah dentin.

3. Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dai setengah

dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda

dengan nomor romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan

gigi yang terkena karies.

1. Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi

premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen

caecum.

2. Klas II

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau

Premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.

3. Klas III

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum

mencapai 1/3 incisal gigi.

4. Klas IV

6
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan

sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi.

5. Klas V

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun

gigi beakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari

gigi. (Taringan,1990)

4. Pencegahan Karies

Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu :

a. Hilangkan substrat karbohidrat

Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat

dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi

komsumsi gula dan membatasinya saat makan saja.

b. Tingkatkan ketahanan gigi

Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten

terhadap karies dengan memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit

dan fissure yang dalam dapat dikurangi kerentangannya dengan

mentupnya memakai resin.

c. Hilangkan plak bakteri

Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi

karies, tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan

mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan

gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan

mengurangi kuman yang kariogeniknya saja. (Kidd,1992)

7
B. Tinjauan Umum Tentang Prevalensi Karies

1. Arti Prevalensi

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan

skor dari indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan

jumlah penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian

(Ahmad Watik Praktiknnya, 1986).

Pada penelitian epedemiologi karies pada gigi geligi tetap sering

digunakan angka atau menurut Klien dan Palmer.

D : Decayed : terkena karies

M : Missing : hilangnya suatu elemen karena karies

F : Filling : tambalan baik

Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T (DMF-Tooth) untuk gigi tetap

atau def-t untuk gigi tetap sulung dan di permukaan gigi disebut DMF-S (DMF-

Surface) untuk permukaan gigi sulung. Batasan prevalanse dan indeks ini dapat

secara serangan digunakan unuk mengumpulkan data, sehingga diketahui keadaan

kesehatan gigi rata-rata tiap orang di suatu populasi tertentu.(Suweto, 1992).

2. Prevalensi Karies

Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan

proksimal gigi insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal

gigi (Davies : 1954). Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang

menyebar secara cepat dan menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya

tahan terhadap karies. Anak didiagnosa sebagai penderita karies rampan

berdasarkan riwayat kariesnya, dimana anak tersebut mempunyai banyak

8
karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun (McDonald, Levine dan

Hill, 1978).

Proses karies rampan sama dengan proses karies biasa namun

terjadinya lebih cepat. Banyak ahli yang meghubungkan karies rampan

dengan kondisi anak itu sendiri, dimana email gigi sulung lebih tipis

strukturnya kurang solid, morfologi gigi lebih tidak beraturan, dan kontak

antar gigi merupakan kontak bidang yang lebih luas. Keadaan saliva juga

dihubungkan dengan karies rampan. Selain itu anak lebih sering memakan

makanan atau minuman yang kariogenik yang mempermudah timbulnya

karies rampan. Bila karies rampan berlangsung lebih awal, terutama pada

anak yang minum susu botol dalam waktu lama akan timbul corak karies

(Ismu Sowelo, 1981).

C. Tinjauan Umum tentang Karakteristik Pasien

1. Usia

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan

bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama

berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya

karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang

kuranf kuat pengaruhnya. (Finn,1997)

2. Jenis Kelamin

Volker dan Russel (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi

tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya

9
anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi

disbanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak

perempuan lebih cepat disbanding anak laki-laki.

3. Keturunan

Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan

gigi yang baik, terlihat bawwa anak-anak dari 11 orang tua memilki keadaan

gigi yang cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua Dengan

prosentase karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak

dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang dengan prosentase karies sedang,

selebihnya 40 pasang lagi dengan prosentase karies yang tinggi. Tapi dengan

tehknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini,

sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah

dapat dikurangi. (Tarigan,1990)

4. Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan,

tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan

dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun, misalnya

pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-gigi pada rahang

sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini

akan mempersukar pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi persentase

karies pada ras tersebut.

10
5. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini

dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi.

Misalnya : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral.

2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.

Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan

gosok gigi yang alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi.

Makanan-makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air,

bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak

dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: bonbon, coklat,biskut

dan lain sebagainya.

3. Unsur Kimia

Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies

gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi

persentase karies gigi ialah flour. Dibawah ini dicantumkan beberapa

unsur kimia yang mempengaruhi atau memperlambat terjadinya karies

gigi.

6. Plak

Akhir-akhir ini Penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk

mencegah karies gigi. Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air

ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposet dengan

sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula berbentuk agar cair yang

11
lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya dimana bakteri tidak

dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus menidiakan plak sebanyak

mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi. (Taringan

1990)

D. Kerangka konsep

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Suku

Ras

Makanan

Unsur Kimia

Prevalensi Karies

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan deskriptif,

dengan maksud untuk melihat gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi

karies gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 2 s/d 4 Mei 2018

2. Tempat penelitian

Poli Gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung/

pasien yang datang di RSUD Majalengka tahun 2018.

2. Sampel

Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus

dimana keseluruhan populasi akan dicatat dan dilakukan pendataan dan

pemeriksaan mengenai prevalensi karies gigi.

13
D. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara pencatatan dan pemeriksaan dengan melihat

langsung keberadaan karies

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku register pasien poli gigi di RSUD Majalengka

tahun 2018.

E. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan :

a. Sonde

b. Excavator

c. Kaca mulut

d. Pinset

e. Gelas kumur

f. Neir beken untuk tempat alat

g. Blangko pendapatan dan alat tulis

2 . Bahan yang digunakan

a. Alkohol untuk desinfeksi alat

b. Kapas, betadine

c. Air dan sabun mandi untuk cuci tangan

d. Handuk kecil

14
F. Defenisi Operasional

1. Karies adalah kerusakan yang terjadi akibat bakteri pada permukaan gigi

2. Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu

3. Prevalensi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit

karies gigi

G. Kriteria Obyektif

Kriteria untuk karies gigi permanent (DMT-T)

D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal

Kriteria untuk karies gigi Sulung (dmf-t)

d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

e = extrakted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal

Kriteria penilaian DMF-T (WHO) tersebut adalah

0.0 – 2.6 ————–à Rendah

2.7 – 4.4 ————–à Sedang

4.6 – 6.6 ————–à Tinggi

H. Metode Pengolahan Data

1. Editing

Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali

kebenarannya.

15
2. Coding

Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan

pengisian atau entri data di komputer.

3. Tabulasi

Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel

untuk memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005).

I. Penyajian Data

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan

melihat gambaran hubungan frekuensi menyikat gigi dengan terjadi karies antara

varibel independent dengan dependent. Data tersebut dibuat dalam bentuk tabel

dan grafik distribusi dari kedua variable tersebut disertai penjelasan dari

pembahasan penelitian ini.

16
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 4 Mei 2018 di Poli Gigi

RSUD Majalengka tahun 2018. dengan Tehnik Accidental Sampling dan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel. 4.1
Distribusi Frekuensi Prevalensi karies gigi di RSUD Majalengka tahun 2018.

Prevalensi Frekuensi %

1 gigi karies 7 16,2

2 gigi karies 12 29.90

3 gigi karies 4 9,3

4 gigi karies 8 18,60

5 gigi karies 5 11,62

7 gigi karies 4 9.3

8 gigi karies 3 6,98

JUMLAH 43 100

Sumber data : Data Primer Mei 2018

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 43 pasien yang

berkunjung di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018. diperoleh gambaran

17
prevalensi karies gigi yang terbanyak pada 2 gigi karies yaitu 12 (27.9 %)

orang dan terendah pada prevalensi 8 gigi karies yaitu 3 (6,98 % ) orang

Tabel. 4.2
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

Umur Frekuensi %

6 – 12 Tahun 8 18,60

13 – 21 Tahun 10 23,25

22 – 49 Tahun 20 46,51

>50 Tahun 5 11,63

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Mei 2018

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang

berkunjung di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018. diperoleh gambaran

prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun

sebanyak 20 (46,51%) dan terendah pada umur > 50 Tahun yaitu 3 ( 11,63%)

pasien.

Tabel. 4.3
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki – Laki 11 25.6

Perempuan 32 74.4

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Mei 2018

18
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang

berkunjung di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018. diperoleh gambaran

prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik Jenis Kelamin Wanita

sebanyak 32 (74.4%) dan terendah pada karakteristik Jenis Kelamin laki-

laki yaitu 11 (25,6%) pasien.

Tabel. 4.4
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien
di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

Tingkat Pendidikan Frekuensi %

SD 8 18,6

SMP 10 23,3

SMA 10 23,3

Diploma 8 18,6

Sarjana (S1) 7 16,28

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Mei 2018

Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang

berkunjung di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.diperoleh gambaran

prevalensi karies gigi terbanyak pada Tingkat Pendidikan SMP &SMA

sebanyak 10 (23.3%) dan terendah pada Sarjana (S1) yaitu 7 (16,28 %)

pasien.

19
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien

dengan prevalensi karies gigi di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.maka

uraian pembahasan sebagai berikut :

1. Gambaran Prevalensi Karies Gigi

Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi

karies gigi terbanyak antara 2 elemen gigi/karies di poli gigi RSUD

Majalengka tahun 2018.Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi

karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan

langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut biasanya terjadi

karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah yang

diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif,

preventif maupun secara kuratif dan rehabilitative.

2. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur

pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel

distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies

gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi. RSUD

Majalengka tahun 2018.Hal ini sesuai dengan menurut Finn,1997, yaitu

sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan

bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih

lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko

20
terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding

yang kurang kuat pengaruhnya.

3. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Jenis

Kelamin pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel

distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies

gigi terbanyak pada karakteristik jenis kelamin perempuan di Poli Gigi

RSUD Majalengka tahun 2018. Hasil penelitian sependapat menurut Volker

Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih

tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak,

prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding

anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan

lebih cepat dibanding anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena

pada umunya wanita lebih banyak makanan sampingan (camilan) selain dari

factor-faktor lainnya (missal. Emesis, Hiper Emesis)

4. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Tingkat

Pendidikan pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel

distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies

gigi terbanyak pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama &

Sekolah Menengah Atas di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

Menurut kami bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi

21
tingkat pengetahuan. Demikian pula pada pengetahuan mengenai kesehatan

gigi dan mulut khususnya karies gigi.

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prevalensi karies gigi yang terbanyak di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun

2018 adalah rata-rata 2 gigi yang mengalami karies

2. Karakteristik umur 22 – 49 tahun merupakan terbanyak prevalensi karies gigi

di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

3. Karakteristik jenis kelamin wanita merupakan terbanyak prevalensi karies gigi

di Poli Gigi RSUD Majalengka tahun 2018.

4. Tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas

merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi RSUD Majalengka

tahun 2018

B. Saran-Saran

1. Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan

karies gigi pada usia dini dan control secara periodik

2. Perlunya Promotif dan preventif pada wanita yang berpotensi tinggi karies

3. Perlu ditingkatkan peran serta guru sekolah dengan pelaksanaan UKGS

(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di wilayah Kabupaten Majalengka.

4. Kami menyarankan kepada teman-teman agar tetap menjaga kebersihan mulut

agar terhindar dari berbagai macam infeksi dimulut. Karies adalah penyakit

yang dapat dicegah. Oleh sebab itu, dengan kesadaran yang tinggi akan

kebersihan mulut, maka setiap orang dapat mencegah terjadinya karies.

23
Sebaiknya konsultasikan masalah kesehatan mulut anda dengan berkunjung

ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adenan, Aprillia. (1990). Studi Karies Masing-masing Permukaan Gigi Pada Murid

Taman Kanak-kanak Yang Berusia 4-5 Tahun di p.t.p. Xii Pengalengan Kabupaten

Bandung. Jurnal kedokteran gigi PDGI p.37(2):19

Andlaw RJ. (1992). Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika P.35.

Anitasari S, Liliwati. (2005). Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat

Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Medan : Dentika Dental

Jurnal. 10. 1:22

Aryani S, Agustina. (1999). Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gigi. Surabaya : SLTP

Ciputri. P. 6

Asmawati, Fransario AP. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi dan Starus Gizi

Anak Usia 10-11 Tahun di SDN I Bawakaraeng dan SDN 3 Bangkala. Jurnal

Dentifasial. 6.2:80

Astuti S, Eko. (2007). Peran Siga Pada Karies Gigi Anak. Denpasar : Jurnal

Kedokteran Gigi. P5 (1):18

Budipramana Els S. (1999). Distribusi dan Keparahan Karies pada Penderita di

Klinik Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada

tahun 1990, 1994 dan 1998. Majalah Kedokteran Gigi. 32. (4):165

Chemiawan E, dkk. Prevelensi Nursing Mouth Caries pada Anak Usia 15-60 bulan

Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Forest. (1995). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. P:27

25
Green Rm, Eccles JD. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika;1994,p.20

Kidd EAM. (1992). Dasar-dasar Karies , Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta:

EGC.P.8,16-17

Natamiharja L. (1999). Pemilikan dan Pemakaian Sikat Gigi Masyarakat Kelurahan

Beringin Kecamatan Medan Baru. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra

Utara P.4(2):1-2

Nurlaila AM, Djohammas H, Darwita R. (2005). Hubungan Antara Status Gizi

dengan Karies Gigi pada Murid-Murid di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu.

Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P12(1):1

Rahina Y. (2003). Prevelensi Karies Anak-Anak Pra Sekolah di TK Saraswati

Denpasar, 2002. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasiswa. P 1(1):6

Sundoro E.H. (1998). Praktek Preventive Untuk Menanggulangi Karies. Jurnal

Kedokteran Gigi Univesitas Indonesia. P5(1):47

Soebroto, 1. (2009). Apa Yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi

Anda. Yogyakarta; Book Marks. P 22. 104-6

Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28

Taringan, R. (1990). Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates.p.17, 41-46

Yani E.W.R. (2005). Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi. Jurnal

Kedokteran Gigi Universitas. P 12(1):16

Yuyus R, Magdarina DA, Sintiawati F, Tonny M. (2001). Derajat Kesehatan Gigi

dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi, 1997/1998. Jurnal Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia. P8(3):1-5

26
Yohana, L (2003). Kerusakan Gigi Anak-Anak SLUB Saraswati Denpasar 2003.

Jurnal Kedokteran Gigi. P 15(4):266

27

Anda mungkin juga menyukai