Anda di halaman 1dari 2

Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak

diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang. Millennials (juga dikenal
sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah
Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980
an sampai 2000 an sebagai generasi millennial.Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah
generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 15 – 34 tahun. Pada usia 15-34 Tahun
adalah masa produktif dari manusia baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, maupun
kesehatan. Dalam bidang kesehatan pada usia tersebut khususnya pada usia 15-20 tahun
merupakan periode emas dalam pertumbuhan sel reproduksi yang otomatis berpengaruh pada
keturunannya selanjutnya, hal ini tidak lepas dari 1000 hari pertama kehidupan yang
merupakan periode emas untuk semua manusia dalam menentukan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Pada periode ini banyak sekali faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan manusia faktor-faktor ekonomi adalah akar dari permasalahan dan aspek yang
membuat perubahan, seperti kata tetua “Money can change everything”. Faktanya uang
dalam hal ini perekonomian berevolusi berdasarkan pertumbuhan maupun perkembangan
manusia, bahkan hingga sekarang telah berevolusi hingga 4 kali yang lebih sering dikenal
dengan istilah Revolusi Industri.

Revolusi Industri adalah perubahan dalam segi ekonomi dari yang berorientasi kepada
ekonomi agraris ke ekonomi yang menggunakan mesin untuk mengolah barang bahan
mentah menjadi barang yang siap untuk dikonsumsi. Dengan kata lain revolusi industri
berniat untuk mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin.
pada abad pertengahan kehidupan di eropa menggunakan sistem feodalisme yang
mengandalkan pertanian. Inggris mendahului negara-negara lainnya dalam hal pembangunan
pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin berat. Banyak hal yang melatarbelakangi
revolusi industri, diantaranya adalah adanya lembaga riset seperti Royal Society of England,
tersedianya
sumber daya alam, Wilayah jajahan Inggris yang banyak dan kaya akan SDA.

Dampak revolusi industri, yaitu :

1. Munculnya industri secara besar-besaran.


2. Peningkatan mutu hidup, hidup menjadi lebih dinamis, manusia bisa
menciptakan berbagai produksi untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Harga barang menjadi murah.Karena segala produksi suadah menggunakan
mesin.
4. Meningkatnya urbanisasi ke kota-kota industri.
5. Berkembangnya kapitalisme modern.
6. Munculnya kecemburuan sosial

Dampak negatif revolusi industri khususnya di Inggris adalah upah buruh yang murah
menyebabkan timbulnya keresahan yang berakibat pada munculnya kriminalitas dan
kejahatan revolusi berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Revolusi industri
mengundang lahirnya globalisasi seperti yang terjadi saat ini. Dimana hal ini adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.

Negara-negara yang kuat akan mengambil alih atau menguasai perekonomian dunia
dan negara-negara kecil akan makin tidak berdaya karena kalah saing dengan negara yang
lebih kuat. Jika pada zaman sebelum revolusi industri negara barat melakukan penjajahan
dalam bidang militer untuk mengambil sumber daya alam dari daerah jajahan dan untuk
mendapatkan keuntungan, maka pada zaman ini negara barat masih menjajah tapi dalam
bidang ekonomi dengan cara menguasai perokonomian dunia.

Di Indonesia sendiri, kehadiran Revolusi Industri Keempat muncul kepermukaan dan


menyentak kesadaran publik saat terjadi pertarungan kepentingan antara taksi konvensional
versus taksi online pada tahun 2016. Dampak kehadiran revolusi ini dapat dilihat melaui Aksi
212 ketika jutaan umat islam melakukan demonstasi dipersatukan isu penistaan agama. Lebih
kurang selama satu bulan sebelum aksi puncak, terjadi perdebatan, sosialisasi, maupun
pengorganisasian lewat media sosial. Kita menyaksikan bagaimana teknologi menunjukkan
kuasanya. Dari kompilasi beragam data kita melihat bahwa pengguna internet sebanyak 84
juta (33 persen, 2014), sekitar 50 juta penduduk belum menikmati listrik (20 persen, 2014),
penduduk miskin masih mencapai 26,58 juta orang (2017), belum lagi angka rasio gini
(kesenjangan) semakin melebar dari tahun ke tahun. Hal itu diperparah bahwa 49,3
perekonomian dikuasai oleh 1 persen penduduk kaya saja. Tidak menakjubkan apalagi
Indonesia menduduki peringkat ke-4 negara paling senjang di dunia.

Dengan demografi Indonesia yang terdiri dari 66,5 persen berada di usia produktif
(15-64 tahun) dan tinggal di Pulau Jawa sebanyak 61 persen, maka kita rentan mengalami
akses negatif dari revolusi industri ini. Digitaliasi, otomatisasi, dan terjadinya perubahan
produksi, distribusi (perdagangan), membuat kesempatan kerja semakin menyempit. Bukan
saja kita berisiko mengalami peningkatan angka kriminalitas, tapi bahkan ke risiko yang lebih
besar seperti konflik horizontal yang mengarah pada pecahnya NKRI. Sekali lagi, menjadi
pertanyaan apakah bonus demografi itu benar-benar keuntungan? Seharusnya revolusi
industri harus juga diiringi dengan revolusi mental. Jangan lagi meminta tapi carilah carah
bagaimana bisa memberi, dengan demikian revolusi industri bisa dilihat dari segi positif
bukan negatif. Bukan sekedar ketimpangan-ketimpangan tapi lebih mengarah ke pemerataan.
Dengan demikian indonesia bisa maju.

Dari data kependidikan penduduk Indonesia, Berdasarkan hasil SP 2010, persentase


penduduk 5 tahun ke atas berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 40,93 persen.
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi masih 31,75 persen (Tahun 2017). Ini
menunjukkan kualitas SDM menurut tingkat pendidikan formalnya relatif masih rendah.
Padahal, tingkat pendidikan memberikan kontribusi penting agar mampu menjawab tuntutan
jaman yang multi dimensional. Tantangan Indonesia kedepan adalah bagaimana pengambil
kebijakan (khususnya pemerintah) mampu meramu kebijakan yang bisa mengangkat harkat
hidup mayoritas warganya di tengah perkembangan teknologi dengan mempertimbangkan
aspek demografi dan juga tingkat pendidikan yang mayoritas masih rendah. Rasa-rasanya,
pembangunan yang berlandaskan agregat ekonomi hanya membuat yang kaya semakin kaya.

Dalam bidang kesehatan, dengan adanya revolusi industri dan era globalisasi akses-
akses ke fasilitas kesehatan bisa makin terjangkau, bisa melakukan program promotif,
preventif dan kuratif dengan semakin lancar berkat kemajuan teknologi baik informasi
maupun teknologi transportasi serta teknologi-teknologi yang berhubungan dengan kesehatan
itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai