Anda di halaman 1dari 16

TUGAS EPIDEMIOLOGI KONTEMPORER

KESELAMATAN KENDARAAN BERMOTOR

OLEH:

A.TENRI APRYANINGSI
0100.10.06.2016

WIDYA WULANDARI
0097.10.06.2016

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI MAGISTER KESEHATAN


MASYARAKAT PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepadatan lalu lintas bisa terjadi karena mobilitas yang tinggi. Mobilitas
yang tinggi menuntut masyarakat agar tidak tertinggal oleh kemajuan jaman, salah
satunya yaitu dengan memiliki kendaraan. Tidak bisa kita pungkiri lagi, dampak
negatif kendaraan bermotor menjadi pembicaraan serius bagi masyarakat modern,
yaitu selain mengurangi keuangan, tidak sedikit orang terbunuh di jalanan akibat
kepadatan lalu lintas. Sejak ditemukannya kendaraan bermotor lebih dari seabad
lalu, diperkirakan sekitar 30 juta orang telah terbunuh akibat kecelakaan jalan. Dari
fenomena tersebut bisa dipastikan bahwa kendaraan bermotor menjadi penyebab
terbunuhnya banyak orang di dunia. Bahkan orang yang mati di jalan raya akibat
kecelakaan kendaraan bermotor lebih banyak dibandingkan dengan korban
kecelakaan angkutan udara, laut, danau, maupun kereta api.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa di tahun 2020
penyebab terbesar ketiga kematian adalah kecelakaan jalan raya, tepat dibawah
penyakit jantung dan depresi. WHO mencatat bahwa 1 juta orang di seluruh dunia
meninggal setiap tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan, dimana 40%
diantaranya berusia 25 tahun. Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka
parah dan cacat fisik akibat kecelakaan.
Angka kecelakaan di Indonesia menunjukkan tren peningkatan setiap
tahunnya. Data Departemen Perhubungan RI menunjukkan bahwa tahun 2003
terdapat 13.399 kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, kemudian tahun 2004
terdapat 17.734 kecelakaan dan pada tahun 2005 terdapat 33.827 kasus
kecelakaan dan 36% diantaranya (12.178 orang) meninggal dunia. Menurut data
Korps Lalu Lintas Mabes Polri, pada 2011 total korban kecelakaan jalan mencapai
sekitar 177 ribu orang. Sebanyak 31.185 korban atau 17,64% adalah korban tewas.
(Kompas Cyber Media, Jumat 4 Mei 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi kecelakaan lalu lintas?
2. Bagaimana cara inspeksi kendaraan?
3. Bagaimana aturan umum keselamatan berkendara?
4. Menjelaskan aturan batas kecepatan?
5. Menjelaskan APD bagi pengendara di lalu lintas?
6. Menjelaskan faktor resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas?
7. Bagaimana upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kecelakaan lalu lintas.
2. Untuk mengetahui cara inspeksi kendaraan.
3. Untuk mengetahui aturan umum keselamatan berkendara.
4. Untuk mengetahui aturan batas kecepatan.
5. Untuk mengetahui APD bagi pengendara di lalu lintas.
6. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
7. Untuk mengetahui upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas.
BAB II
PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal
1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi kapan saja. Namun terdapat saat-saat
dimana jumlah dapat meningkat seperti pada saat menjelang Idul fitri dimana terjadi
arus mudik besar-besaran. Sekitar 70 persen kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di
jalan raya di Indonesia disebabkan oleh para pengendara sepeda motor, menurut
pakar transportasi,
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan
lalu lintas sendiri menjadi 3, yaitu:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
kendaraan dan/atau barang.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.

B. Inspeksi Kendaraan
Kenapa pemeriksaan kendaraan harus di lakukan secara berkala :
Tentunya untuk keselamatan transportasi darat saat memulai aktifitas berkendara,
yang telah tercantum dalam peraturan pemrintah pusat maupun pemerintah daerah,
serta peraturan atau kewajiban yang harus di patuhi dan di miliki oleh setiap pelaku
usaha transportasi atau logistik.
Membentuk dan membina pengendara agar lebih professional sehingga
mengerti dan paham tindakan pengemudi akan mempengaruhi keselamatan orang
lain di jalan raya.
Hal yang harus di perhatikan penjadwalan pemeriksaan berkala :
1. Pemeriksaan harian
2. Pemeriksaan mingguan
3. Pemeriksaan bulanan
4. Pemeriksaan tahunan
Hal yang harus dilakukan dalam pemeriksaan sebelum beraktifitas di jalan raya:
1. Memeriksa secara visual bagian luar kendaraan amati dan cermati sedetail
mungkin.
2. Memeriksa secara cermat di bagian mesin.
3. Memeriksa dokumen / surat-surat kendaraan.
4. Memeriksa sistem operasional kendaraan dan memeriksa
peralatan/perlengkapan kendaraan untuk saat terjadi keadaan darurat.

Instrument kendaraan yang wajib di perhatikan dalam pengecekan :


1. Cek keadaan mesin, apakah ada bekas tetesan pelumas atau air.
2. Cek volume pelumas mesin dan air radiator dll.
3. Cek instrument elektrikal kendaraan.
Yang terakhir adalah memastikan kendaraan siap untuk beroperasi dengan
mengecek kembali tekanan angin ban dan memeriksa kembali seluruh kendaraan
secara visual dengan cermat dan teliti.

C. Aturan Umum Keselamatan Berkendara


1. Pastikan anda telah mengikuti pelatihan atau kursus mengemudi yang sesuai,
dan secara legal kemampuan ada diotorisasi dengan bukti Surat Izin Mengemudi
(SIM) diperlukan untuk mengoperasikan kendaraan.
2. Sebelum memasuki kendaraan, berjalanlah mengelilingi mesin, pastikan tidak
ada orang yang berada di daerah blind spot atau titik buta disekitar kendaraan
anda.
3. Jangan paksakan kendaraan untuk dikemudikan apabila ada masalah rem, ban,
steering (kemudi), klakson, kerusakan kaca spion, kurang bahan bakar dan
lampu kendaraan mati pada malam hari.
4. Datanglah ke bengkel mobil resmi untuk berkonsultasi menyakinkan seluruh
kendaraan dan perlengkapannya telah memenuhi standard keselamatan dan
persyaratan operasi.
5. Seluruh pengemudi di lalu lintas umum harus memperlihatkan kemampuan
mengemudi yang aman dan berkelakuan baik selama mengemudi (tidak mabuk
alkohol & obat-obatan terlarang, mematuhi seluruh rambu lalu lintas,
memprioritaskan pejalan kaki).
6. Seluruh pengemudi di lalu lintas umum harus patuh pada peraturan yang berlaku
dan peraturan pemerintah sebagai syarat minimum.
7. Sabuk Keselamatan (seat belt) harus digunakan ketika mengendarai kendaraan
bermotor. Jika anda pengemudi, dilarang menjalankan kendaraan sebelum
semua penumpang dalam keadaan aman.
8. Laporkan segera setiap kecelakaan atau tindakan/perilaku tidak aman selama
mengendarai kendaraan.

D. Aturan Batas Kecepatan


1. Batas kecepatan maksimum tersedia di ruas jalan, semua sopir atau pengemudi
wajib mengikutinya. Dilarang melampaui batas kecepatan harus mengemudi di
batas yang sudah ditentukan.
2. Bila jarak pandang tidak jelas atau kondisi jalan buruk dan licin, batas kecepatan
maksimum dikurangi sampai cukup aman untuk kondisi yang sedang dihadapi.
3. Kecepatan kendaraan yang melintasi jalan umum harus disesuaikan dengan
arus lalu lintas dan tidak boleh terlalu pelan hingga mengganggu perjalanan
kendaraan lainnya.

E. APD Bagi Pengendara Di Lalu Lintas


Pakaian dan peralatan pelindung untuk pengendara motor:
Studi menunjukkan bahwa kepala, lengan dan kaki yang paling sering terluka dalam
kecelakaan. Pakaian dan peralatan pelindung memberikan perlindungan tiga kali
lipat lebih baik bagi pengendara sepeda motor: Kenyamanan dan perlindungan dari
unsur-unsur berbahaya, beraneka ukuran untuk perlindungan cedera, dan melalui
penggunaan warna atau bahan reflektif, memberikan sinyal bagi pengendara motor
lain untuk melihat sepeda motor.
1. Helm
Ini adalah bagian paling penting dari peralatan. Helm pengaman menyelamatkan
nyawa dengan mengurangi tingkat cedera kepala dalam peristiwa kecelakaan.
Helm yang baik banyak tersedia. Pastikan cocok dengan nyaman dan pas, dan
diikat untuk naik. Dalam memilih helm, mencari label SNI di helm. Label SNI
pada helm merupakan sertifikasi produsen helm yang sesuai dengan standar
mutu. Di banyak negara, penggunaan helm bagi pengendara motor diwajibkan
oleh hukum. Penumpang juga harus memakai helm.
2. Perlindungan mata
Sejak sepeda motor banyak yang tidak memiliki kaca depan, pengendara motor
harus melindungi mata mereka terhadap serangga, kotoran, batu atau bahan
udara lainnya. Bahkan angin yang dapat menyebabkan mata mengeluarkan air
mata dan mengaburkan penglihatan, dan penglihatan yang baik adalah penting
ketika mengendarai motor. Pilih kacamata berkualitas baik, kacamata dengan
lensa plastik cukup aman, atau helm yang dilengkapi dengan pelindung wajah.
Pelindungan alat pengindraan (mata), mata kita sangat sensitif terhadap benda
dan zat yang ada disekitar kita. Maka kita harus mengunakan kaca pelindung
mata (safety glasses).
3. Jaket dan Celana
Pakaian yang dikenakan saat mengendarai sepeda motor harus menyediakan
beberapa ukuran perlindungan dari abrasi dalam hal tumpahan. Ini harus
menjadi bahan yang tahan lama (misalnya, bahan sintetis khusus atau kulit).
Jaket harus memiliki lengan panjang.

F. Faktor Resiko Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas


Dari seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian manusia
(human error) memiliki kontribusi paling tinggi. Yaitu mencapai antara 80-90 persen
dibandingkan faktor ketidaklaikan sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10
persen, maupun akibat kerusakan infrastruktur jalan (10-20 persen).(Departemen
Perhubungan, 2010)
Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu manusia, kendaraan,
dan lingkungan (lingkungan fisik dan ekonomi).
Tabel : Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan
Lingkungan
Tahap Manusia Kendaraan Fisik Sosial
(Prasarana) Ekonomi
Pra Apakah manusia lebih Apakah kendaraan Apakah Apakah sosial
Kecelakaan rentan atau tidak layak jalan (tidak lingkungan ekonomi
terhadap faktor resiko membahayakan) (prasaranan menambah
berbahaya) resiko
Saat Apakah manusia dapat Apakah kendaraan Apakah Apakah sosial
Kecelakaan menerima/mentoleransi bisa memberikan lingkungan ekonomi
benturan akibat perlindungan berperan berperan
kecelakaan terhadap kecelakaan terjadinya cedera terjadinya
cedera
Pasca Bagimana tingkat Apakah kondisi Apakah Apakah ekonomi
Kecelakaan keparahan cedera akibat kendaraan berperan lingkungan sosial
kecelakaan terhadap tingkat menambah mendukung
keparahan cedera keparahan cedera terhadap
akibat kecelakaan akibat kecelakaan pemulihan
cedera akibat
kecelakaan

Penjelasan matriks di atas dijabarkan dalam butir-butir di bawah ini:


Faktor-Faktor
Tahap Lingkungan
Manusia Kendaraan dan Peralatan
(Prasarana)
Pra Pencegahan Informasi  Kelayakan kendaraan  Desain jalan dan
kecelakaan kecelakaan Perilaku  Tersedianya alat tangkap permukaan jalan
ketidakmampuan darurat  Rambu lau lintas dan
 Pembinaan oleh  Cara dan kesesuaian marka jalan
polisi angkut  Fasilitas bagi pejalan
kaki
Saat Pencegahan Penggunaan alat  Alat pelindung diri Fasilitas
kecelakaan cedera saat pelindung diri (APD)  Alat kemudahan perlengkapan jalan
KKL penyelamatan tersedia dan
 Resiko kebakaran tangkap berfungsi
darurat berfungsi
 Desain perlindungan KKL
Pasca Kelanjutan  Kemampuan Aksesibilitas ke lokasi
Kecelakaan kehidupan pertolongan awal kecelakaan
 Akses ke pelayanan
kesehatan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan 4 elemen utama faktor resiko
1. Elemen yang mempengaruhi paparan faktor resiko
a) Faktor ekonomi berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas, di
mana terdapat penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat
kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara semakin tinggi tingkat
mobilitas orang dan kendaraan yang berakibat probabilitas kecelakaan
semakin tinggi pula.
b) Faktor kependudukan berpengaruh terhadap KLL, dimana di negara
berkembang mayoritas penduduk usia muda (15-44 tahun) lebih berisiko
mengalami kecelakaan disebabkan mobilitasnya yang tinggi sebagai
pekerja.
c) Penyimpangan pemanfaatan tata guna lahan dapat menyebabkan
kemacetan, perpanjangan waktu tempuh dan jenis kendaraan angkutan,
seperti :
1) Belum dilakukannya audit keselamatan jalan (rambu lalu lintas, marka
jalan dan geometrik jalan)
2) Penggunaan jalan seharusnya sesuai dengan fungsinya, sebagai
contoh jalan tol yang cukup panjang jarak tempuhnya, hanya cocok
untuk kendaraan roda 4 ke atas dengan kecepatan tertentu (60-80
km/jam)
3) Kurangnya keterpaduan penataan fungsi dengan batasan kecepatan
kendaraan. Pada jalan yang melalui daerah padat penduduk
seharusnya diberikan batas kecepatan tertentu.
2. Elemen mempengaruhinya terjadinya KLL (Pra Kecelakaan)
a) Pelanggar batas kecepatan yaitu kecepatan kendaraan yang tidak sesuai
dengan jenis jalan, misalnya kecepatan tinggi lebih berisiko terhadap KLL.
Berdasarkan penelitian WHO rata-rata kenaikan kecepatan 1 km/jam
berkorelasi terhadap 3% peningkatan resiko kejadian KLL yang
menyebabkan cedera.
b) Pemakaian obat dan penyalahgunaan alkohol, yang dapat mengurangi
kewaspadaan dalam mengemudi lebih berisiko tinggi terhadap KLL.
c) Kelelahan baik fisik dan psikis berpengaruh terhadap stamina sehingga
mengurangi kewaspadaan dalam mengemudi.
d) Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah faktor waktu, faktor
lingkungan dan faktor mengantuk.
e) Penyakit tertentu yang diidap pengemudi (epilepsi, penyakit jantung, DM
dengan neuropati).
f) Pemakai jalan berusia muda cenderung emosional sehingga lebih berisiko
tinggi mengalami KLL.
g) Kelompok masyarakat yang lebih berisiko KLL adalah dari daerah urban
dan area perumahan.
h) Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko. Kecelakaan KLL adalah dari
daerah urban dan area perumahan.
i) Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko. Kecelakaan di malam hari
mengakibatkan cedera yang lebih parah 1,53 kali dibandingkan siang hari.
j) Faktor kendaraan dan perawatan berkala mempengaruhi KLL.
k) Disain jalan, permukaan jalan dan perawatan jalan yang kurang, dapat
membahayakan penggunaan jalan
l) Keterbatasan jarak pandang akibat faktor lingkungan, menyebabkan
kesulitan untuk mendeteksi pemakai jalan lain.
m) Kurang tajamnya penglihatan pengemudi, berpengaruh pada keselamatan
contohnya pada pengemudi dengan katarak, rabun jauh-dekat tanpa alat
bantu dan penyakit kronis (jantung, epilepsi, diabetes).
3. Elemen mempengaruhi keparahan saat KLL
a) Kemampuan bertoleransi terhadap benturan akibat kecelakaan
b) Kecepatan kendaraan yang tidak sesuai, kecepatan berbanding lurus
dengan tingkat keparahan KLL. Berdasarkan data WHO rata-rata
kenaikan kecepatan 1 km/jam menyebabkan kenaikan risiko keparahan
sebesar 4%-5%.
c) Tidak menggunakan sabuk keselamatan
d) Tidak menggunakan helm saat mengendarai kendaraan bermotor roda,
atau penggunaan helm tidak benar berisiko 2,54 kali mengalami cedera
yang parah.
e) Badan jalan tidak dilengkapi dengan pengaman jalan.
f) Kurangnya alat proteksi bagi penumpang saat kecelakaan lalu lintas dari
himpitan kendaraan yang ditumpanginya.
g) Konsumsi alkohol dan obat lain yang mempunyai efek kantuk
4. Elemen yang mempengaruhi tingkat keparahan pasca kecelakaan lalu lintas:
a) Keterlambatan deteksi akibat kecelakaan lalu lintas, contoh: korban
kecelakaan tabrak lari di tempat yang sepi.
b) Kebakaran akibat kecelakaan lalu lintas
c) Kebocoran bahan-bahan berbahaya dan beracun
d) Konsumsi alkohol dan obat yang mempunyai efek ngantuk.
e) Kesulitan penyelamatan dan evekuasi korban KLL dari kendaraan
f) Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai, dari tempat kejadian
sampai pelayanan kesehatan.
g) Penanganan di Unit Gawat Darurat (UGD) yang kurang memadai,
keterampilan SDM pelayanan dan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan.
h) Kesulitan akses ke lokasi kecelakaan lalu lintas memperlambat
kecepatan penanganan awal korban kecelakaan lalu lintas.

G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas


Upaya-upaya pengendalian faktor resiko kecelakaan lalu lintas :
1. Faktor manusia
Peningatan perilaku positif dalam pemakaian jalan melalui edukasi, sosialisasi
dan kampanye :
1. Kampanye melalui media massa (elektronik dan cetak).
Kampanye dan sosialisasi keselamatan lalu lintas dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia dalam berlalu lintas. Tujuan
akhir yang dapat diperoleh dari kegiatan kampanye dan sosialisasi adalah
mengubah sifat pengguna jalan yang tidak disiplin. Sosialisasi merupakan
satu-satunya cara yang efektif untuk menyampaikan informasi pada orang
dewasa, melihat kenyataan selama ini dimana dalam bidang pendidikan
belum ada kurikulum keselamatan lalu lintas. Selain itu kampanye dan
sosialisasi juga mudah dan dapat direalisasikan segera.
Televisi dan radio merupakan media informasi yang paling efektif
untuk publikasi pada masyarakat. Seharusnya kampanye dan sosialisasi
lebih ditekankan melalui kedua media tersebut. Selain itu yang perlu
diperhatikan adalah subjek pemberi saran.
2. Memberikan sanksi bagi pengemudi yang di dalam darahnya mengandung
kadar alkohol di atas ambang batas.
3. Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar alkohol
dalam darah.
4. Memasang poster dan tanda-tanda Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
5. Larangan mengemudikan kendaraan saat dalam pengaruh obat tertentu
6. Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama untuk
pengemudi alat transportasi massal.
7. Pemasangan kamera pada lampu lalu lintas untuk memantau perilaku
pemakai jalan.
8. Melengkapi dan mengharuskan penggunaan sabuk keselamatan dan kursi
khusus untuk bayi dan anak-anak
9. Penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan jenis kendaraan.

2. Faktor kendaraan dan lingkungan fisik


Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses
yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal
dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur
lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, dalam proses interaksi
manusia dengan lingkungan ini tidak selalu mendapatkan keuntungan, kadang-
kadang manusia mengalami kerugian. Jadi di dalam lingkungan terdapat faktor-
faktor yang dapat menguntungkan manusia (eugenik), ada pula yang merugikan
manusia (disgenik). Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan ditunjukkan
untuk meningkatkan daya guna faktor eugenik dan mengurangi peran atau
mengendalikan faktor disgenik. Secara naluriah manusia memang tidak dapat
menerima kehadiran faktor disgenik di dalam lingkugan hidupnya, oleh
karenanya ia selalu berusaha untuk memperbaiki keadaan sekitarnya sesuai
dengan kemampuannya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan faktor resiko
kendaraan dan lingkungan, antara lain :
1. Desain sistem lalu lintas untuk keamanan dan pemakaian yang berkelanjutan
 Kerjasama lintas sektor dalam penyusunan rencana strategis sistem lalu
lintas dengan mempertimbang 3 elemen utama yaitu kendaraan, pemakai
jalan dan infrastruktur jalan.
 Upaya rekayasa kendaraan dan jalan harus mempertimbangkan
kebutuhan keamanan dan keterbatasan kondisi fisik pemakai jalan.
 Kendaraan dengan perlengkapan jalan harus selaras.
 Upaya dari aspek teknologi kendaraan harus didukung dengan perilaku
pemakai jalan yang sesuai seperti pemakaian sabuk keselamatan.
2. Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan infrastruktur
jalan.
 Membatasi akses antar jenis pemakai jalan dengan cara membedakan
zona pejalan kaki atau pengendara sepeda dengan pemakai kendaraan
bermotor.
 Memberikan prioritas pada alat transportasi massal.
 Membatasi kecepatan dan spesifikasi kendaraan roda dua.
 Meninggikan batasan usia untuk memperoleh SIM kendaraan roda dua.
 Memperketat persyaratan kelulusan untuk memperoleh SIM.
 Menyediakan sarana penghalang untuk mencegah kendaraan di belakang
mendahului.
3. Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemakaian jalan melalui edukasi,
advokasi, sosialisasi, dan kampanye meliputi :
a) Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak usia dini.
b) Pemahaman batasan usia pemakaian kendaraan bermotor
c) Perlindungan pemakai jalan yang termasuk dalam kelompok rentan.
d) Pemahaman terhadap pembatasan pemakaian jalan tertentu seperti
pelarangan pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaran roda dua di jalan
bebas hambatan.
e) Pentingnya pembatasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai jenis jalan.
f) Perilaku aman bagi pejalan kaki.
g) Tidak minum minuman beralkohol dan obat yang menyebabkan ngantuk
pada saat mengendarai kendaraan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh sebab itu,
kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas adalah masalah yang luas dan
kompleks dengan faktor penyebab utamanya adalah manusia, angka kematian yang
ditimbulkan cukup tinggi, dan kejadiannya dapat terjadi di semua tempat.
Sampai saat ini, kecelakaan masih menjadi permasalahan pemerintah di bidang
transportasi. Untuk mengatasinya perlu terlebih dahulu diketahui faktor-faktor penyebab
kecelakaan lalu lintas. Ada 3 faktor yang dianggap menjadi penyebab kecelakaan lalu
lintas yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan. Pemerintah juga menempatkan
tingginya jumlah kecelakaan sebagai permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan.
http://kesmas-ode.blogspot.co.id/2012/11/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-lalu.html

Anda mungkin juga menyukai