Makala
Makala
KOMUNISME
Paham komunis lahir sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis.
Dengan adanya paham kapitalis yang secara tidak langsung banyak menindas kaum proletar maka
lahirlah paham yang disebut dengan paham Komunis. Dalam paham ini hak milik pribadi tidak
ada karena akan menimbulkan kapitalisme, yang pada gilirannya akan melakukan penindasan pada
kaum proletar. Oleh karena itu, hak milik individual harus diganti dengan hak milik kolektif dan
individualisme diganti dengan sosialisme komunis.
Dalam hal beragama, komunisme yang dirumuskan Karl Marx menyatakan bahwa manusia
adalah suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan menghasilkan sarana-sarana
kehidupan sehingga sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan,
dan agama. Dalam hal ini, komunisme berpaham atheis (tidak bertuhan) karena manusia
ditentukan oleh dirinya sendiri dan bukan oleh hal-hal lain di luar dirinya. Komunisme
berpandangan bahwa Agama merupakan Chandu, dan tidak adanya kelas dalam tatanan
masyarakat (sama rata sama rasa) dan komunis juga menginginkan kemenangan diperoleh kaum
proletar.
http://rinaasihniasari.blogspot.com/2014/05/paham-paham-besar-dunia.html
Keadaan Politik,Sosial,Ekonomi,dan Budaya sebelum meletusnya pemberontakan G 30
S/PKI
Ø Keadaan politik Indonesia sebelum peristiwa G 30 S/PKI :· PKI melakukan berbagai
strategi/kelicikan untuk mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat bahkan melakukan
penyusupan ke organisasi organisasi masyarakat.· PKI mempengaruhi Presiden
Soekarno dan mengakibatkan Presiden menjadi condong ke blok komunis· Kondisi
politik memanas karena adanya persaingan politik antara PKI dan TNI
AD· PKI memasukkan unsur unsure komunis dalam bidang politik· Doktrin
nasakom yang dikembangkan oleh Presiden soekarno member keleluasaan PKI untuk
memperluas pengaruh· Dengan adanya nasakomunikasi , PKI menjadi salah satu
kekuatan yang penting pada masa demokrasi terpimpin bersama Presiden Soekarno dan
Angkatan DaratØ Keadaan sosial , ekonomi , budaya sebelum peristiwa G 30
S/PKI· Keadaan sosial dimasyarakat banyak dipengaruhi oleh unsur unsur
komunis· Kondisi ekonomi sangat parah· Ekonomi yang memprihatinkan
membuat PKI mudah mempengaruhi dengan memasukkan unsur unsur
komunis· Budaya masyarakat menjadi condong ke blok komunis karena adanya unsur
unsur yang dimasukkan oleh PKI· PKI berhasil membentuk organisasi organisasi
seperti Gerwani, Pemuda Rakyat, dan Lekra untuk menyusupkan berbagai kegiatan sosial
dan budaya yang berbau komunisJadi kesimpulannya adalah PKI melakukan beberapa
pengaruh sebelum meletusnya pemberontakan G 30 S/PKI . Antara lain dengan
membentuk beberapa ormas yng tugasnya untuk menyusupkan berbagai kegiatan politik,
sosial, ekonomi, budaya yang berbau komunis atau ada unsur unsur komunis
Pada saat menjelang G30 SPKI kondisi ekonomi maupun sosial buadaya pada saat itu
masih belum stabil karena indonesia masih proses awal kemerdekaan yang lebih
mendahulukan persiapan kemerdekaan serta membebaskan daerah-daerah yang masih
menjadi jajahan para negara lain seperti jepang dan belanda .
perekonomian masyarakat buruk karena di rampas dan di kuras habis oleh negara jajahan
sementara budaya masyarakat sedah tercambur dengan budaya baru yang datang
besamaan dengan datangnya para penjajah ke tanah air indonesia
di lainsisi
PKI melakukan beberapa pengaruh sebelum meletusnya pemberontakan G 30 S/PKI .
Antara lain dengan membentuk beberapa ormas yng tugasnya untuk menyusupkan
berbagai kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya yang berbau komunis atau ada unsur
unsur komunis
contoh:
1. PKI memasukkan unsur unsure komunis dalam bidang politik
2. Kondisi politik memanas karena adanya persaingan politik antara PKI dan TNI AD
3. Kondisi ekonomi sangat parah
4. Keadaan sosial dimasyarakat banyak dipengaruhi oleh unsur unsur komunis .
http://brainly.co.id/tugas/2190166
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila menghadapi berbagai tantangan
besar sejak tahun 1959, ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan. Pada waktu itu terjadi
ketegangan sosial politik yang menjadi-jadi. Kondisi politik menjadi panas karena antarpartai
politik saling mencurigai, antara partái politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan
Presiden. Mereka saling bersaing untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi.
Begitu pula pada masa Demokrasi Terpimpin kondisi ekonomi sangat memprihatinkan hingga
muncul krisis ekonomi nasional. Prinsip Nasakomyang diterapkan waktu itu memberi peluang
kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Dalam memanfaatkan
peluang tersebut PKI menyatakan sebagai partai pejuang bagi perbaikan nasib rakyat dengan janji-
janji seperti kenaikan gaji atau upah, pembagian tanah dan sebagainya. Oleh karena itu PKI banyak
mendapatkan pengaruh dan para petani, buruh kecil atau pegawai rendah sipil maupun militer,
seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.
Kondisi politik dan ekonomi yang semakin tegang berdampak pada sosial budaya masyarakat. PKI
dan para pendukungnya yang semakin mendapat pengaruh sering mengancam dan melakukan
tindak kekerasan lainnya. Hal mi seperti yang dialami oleh para pemuda yang tergabung dalam
organisasiPelajar Islam Indonesia (P11). Ketika sedang melakukan pelatihan di Kanigoro Kediri
Jawa Timur pada bulan Januari 1965, para pendukung PKI menyerbu peserta pelatihan. Tindakan
serupa juga dilakukan terhadap umat Hindu di Bali yang sedang melakukan kegiatan keagamaan.
Tindakan PKI ini akhirnya juga dibalas oleh para kelompok yang anti PKI sehingga masyarakat
menjadi semakin resah karena seringkali terjadi pertikaian fisik.
Pengaruh PKI yang sangat besar dalam bidang politik berdampak luas terhadap kebijakan
pemerintah di semua bidang. Dalam bidang sosial budaya semua organisasi yang anti PKI dituduh
sebagai anti pemerintah. Para seniman yang tergabung dalam kelompok Maniesto Kebudayaan
(Manikebu) dibubarkan oleh pemermntah pada bulan Mei 1964. Badan Pendukung Sukarno
(BPS) juga dibubarkan oleh pemerintah pada bulan Desember 1964 karena menentang PKI.
http://www.artikelsiana.com/2014/09/KeadaanPolitikEkonomiSosialBudaya-Sebelum-
Terjadinya-PeristiwaG30-SPKI.html#
Peristiwa G30SPKI
4. Faktor Malaysia
Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16 September 1963 adalah
salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan salah satu
penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang
menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya
menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak
lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang
terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia" kepada negara Federasi Malaysia yang telah sangat
menghina Indonesia dan presiden Indonesia. Perintah Soekarno kepada Angkatan Darat untuk
meng"ganyang Malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu.
Di satu pihak Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris
dengan anggapan bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan dengan
skala tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat A.H. Nasution setuju
dengan usulan Soekarno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia ini akan ditunggangi oleh PKI
untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia.
Angkatan Darat pada saat itu serba salah karena di satu pihak mereka tidak yakin mereka
dapat mengalahkan Inggris, dan di lain pihak mereka akan menghadapi Soekarno yang mengamuk
jika mereka tidak berperang. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat memilih untuk berperang
setengah hati di Kalimantan. Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di
Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya
disabotase dari belakang. Hal ini juga dapat dilihat dari kegagalan operasi gerilya di Malaysia,
padahal tentara Indonesia sebenarnya sangat mahir dalam peperangan gerilya.
Mengetahui bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno merasa kecewa dan
berbalik mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia. Soekarno,
seperti yang ditulis di otobiografinya, mengakui bahwa ia adalah seorang yang memiliki harga diri
yang sangat tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah keinginannya
meng"ganyang Malaysia".
Di pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang
mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim. PKI juga memanfaatkan kesempatan itu
untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak
sepenuhnya idealis.
Pada saat PKI memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang menghadapi
keadaan yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu ancaman,
ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia, khususnya dengan adanya
poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh. Soekarno juga mengetahui hal ini,
namun ia memutuskan untuk mendiamkannya karena ia masih ingin meminjam kekuatan PKI
untuk konfrontasi yang sedang berlangsung, karena posisi Indonesia yang melemah di lingkungan
internasional sejak keluarnya Indonesia dari PBB (20 Januari 1965).
Dari sebuah dokumen rahasia badan intelejen Amerika Serikat (CIA) yang baru dibuka
yang bertanggalkan 13 Januari 1965 menyebutkan sebuah percakapan santai Soekarno dengan para
pemimpin sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia
dan oleh karena itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun ia juga menegaskan bahwa suatu
waktu "giliran PKI akan tiba. "Soekarno berkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu
terserah kamu. ... Untukku, Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan
PKI, tetapi tidak sekarang."
Dari pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat ketika banyak
tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yang kesal serta kecewa kepada sikap petinggi
Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia, berperang hanya dengan setengah hati, dan
berkhianat terhadap misi yang diberikan Soekarno. Mereka memutuskan untuk berhubungan
dengan orang-orang dari PKI untuk membersihkan tubuh Angkatan Darat dari para jenderal ini.
6. Faktor Ekonomi
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan
dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui
kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin memperparah keadaan Indonesia.
Saat itu inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat
kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok
lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution
untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa
yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia
yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang
tidak layak dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung sebagai pakaian
mereka.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam
jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang
yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.
c. Penumpasan G 30 S/PKI
1) Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung
RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah
oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328
Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di
sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2) Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober 1965, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di
bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pukul 12.00
siang, seluruh tempat itu berhasil dikuasai oleh TNI-AD.
3) Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor
C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI-AD
dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI,
tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI-AD tersebut dibawa ke
Lubang Buaya. Karena daerah tersebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3
Oktober 1965 ditemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut. Mayat para
perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah 3/4 meter dengan
kedalaman kira-kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4) Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena
ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh
pasukan Para Amfibi KKO-AL dengan disaksikan pemimpin sementara TNI-AD Mayjen
Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya
kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia
betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
5) Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI-AD tersebut dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
6) Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang
Kabinet Dwikora, para perwira TNI-AD tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.
Pada bulan Agustus 1965 Soekarno menarik Indonesia dari hubungan-hubungan yang masih
tersisa dengan dunia kapitalis (Dana Moneter Internasional/IMF, Interpol, Bank Dunia). Kini
struktur sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia hampir runtuh. Inflasi sangat tinggi, dengan
harga-harga barang naik sekitar 500 persen selama setahun itu.Diduga harga beras pada akhir
tahun 1965 sedang naik sebesar 900 persen setiap tahun. Kurs pasar gelap untuk rupiah terhadap
dolar Amerika jatuh dari Rp 5.100,00 pada awal tahun 1965 menjadi Rp 17.500,00 pada kuartal
ketiga tahun itu dan Rp 50.000,00 pada kuartal keempat.
Rakyat kesulitan mendapat kebutuhan pokok. Defisit saldo neraca pembayaran dan defisit
keuangan pemerintah sangat besar (1965 : defisit 200% APBN). Jumlah pendapatan pemerintah
rata-rata Rp 151 juta (’55-65), sedangkan pengeluaran rata-rata 359 juta atau lebih dari 100%
pendapatan. Kegiatan sektor pertanian dan sektor industri manufaktur relatif terhenti karena
keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung. Tingkat inflasi sangat tinggi,
mencapai lebih dari 300 - 500% per tahun.
Gambar : Soekarno
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan dukungan
rakyat kepada Soekarno dan PKI meluntur. Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan
melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-
barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah
keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap
kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut,
banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek,
serta bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya; merekapun menggunakan kain dari
karung sebagai pakaian mereka.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam jenderal
tersebut, yang berakibat adanya gerakan anti terhadap PKI dan timbul pembantaian orang-orang
yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.
Pemerintah melakukan Devaluasi pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi
di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah
untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi. Kegagalan-kegagalan dalam
berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-
pengeluarannya. Pada masa orde lama banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan
pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat.
Sekali lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin
yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, ekonomi,
maupun bidang-bidang lain.
Di kota-kota besar, kota-kota kecil, dan desa-desa kaum komuis maupun yang anti komunis merasa
yakin akan cerita-cerita tentang sedang dipersiapkannya regu-regu pembunuh dan sedang
disusunnya daftar calon para korbannya. Ramalan-ramalan, pertanda-pertanda, dan tindak
kekerasan merajalela. Sejak akhir bulan September dengan berkumpulnya puluhan ribu tentara di
Jakarta dalam rangka mempersiapkan peringatan Hari Angkatan Bersenjata pada tanggal 05
Oktober, dugaan-dugaan tentang akan terjadinya kudeta menjadi semakin santer. Pada tanggal 20
September,Yakni akhirnya mengumumkan bahwa angkatan darat menetang pembentukan
“angkatan kelima”
Pada tanggal 30 September malam sampai 01 Oktober 1965 ketegangan-ketegangan meletus
karena terjadinya percobaan kudeta di Jakarta.Pada tanggal 30 September 1965 malam struktur
yang lemah tersebut hancur.Kejadian itu berlangsung berbulan-bulan sebelum akibat-akibatnya
menjadi jelas, tetapi perimbangan kekuatan-kekuatan yang bermusuhan yang mendukung
demokrasi terpimpin telah berakhir.
Memasuki tahun 1966 mengalami peralihan pemerintahan dari tangan Soekarno (Orde Lama) ke
tangan Soeharto(Orde Baru) banyak kalangan menilai ini juga peralihan paham dari sosialis ke
kapitalis. Kondisi saat itu benar-benar memperihatinkan bagi rakyat. Pemerintah melakukan
beberapa sasaran kebijakan terutama untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit
keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor yang
sempat mengalami stagnasi pada Orde Lama. Presiden Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia
pemerintahan Indonesia dengan mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang
ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya
adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September
1966 mengumumkan bahwa Indonesia bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan
melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB, dan menjadi anggota PBB kembali pada
tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Gambar : Soeharto
Beberapa langkah-langkah yang diambil Soeharto yang berkaitan dengan social ekonomi pada
awal pemerintahannya ialah meminjam dana moneter IMF untuk perbaikan ekonomi Indonesia,
kemudian ada sedikit langkah diskriminasi bagi orang tionghoa yang pada saat itu disingkirkan
dari dunia politik praktis dan pembatasan-pembatasan ruang gerak seperti pelarangan seni
barongsai, tidak adanya Hari raya Imlek, dan pelarangan penggunaan bahasa mandarin. Langkah-
langkah tersebut disinyalir diambil karena arah politik Soeharto lebih ke dunia barat (Amerika)
sedangkan tionghoa merupakan paham komunis sosialis. Akan tetapi kondisi ini terus
diperjuangkan oleh orang-orang Tionghoa sehingga orang tionghoa boleh tetap bergerak, dan
justru pergerakan mereka berkembang di perekonomian Indonesia.
Description: krisis ekonomi 1965-1966, kondisi sosial masyarakat indonesia 1965-1966, krisis
ekonomi indonesia
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/krisis-ekonomi-dan-kondisi-sosial.html