Anda di halaman 1dari 4

Perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam

masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Perubahan sosial budaya itu biasanya terjadi
karena adanya dorongan dari beberapa faktor baik yang berasal dari dalam masyarakat (internal)
maupun yang berasal dari luar masyarakat (eksternal). Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor
perubahan yang berasal dari dalam masyarakat, misalnya

(1) perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk),

(2) konflik antar-kelompok dalam masyarakat,

(3) terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan (revolusi), dan

(4) penemuan-penemuan baru, yang meliputi

(a) discovery, atau penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya

(b) invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau


serangkaian individu, dan

(c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru menggantikan atau melengkapi
ide-ide atau alat-alat yang telah ada. Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang beasal
dari luar masyarakat, dapat berupa:

(1) pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi


(penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi
(perkawinan budaya),

(2) perang dengan negara atau masyarakat lain, dan

(3) perubahan lingkungan alam, misalnya disebabkan oleh bencana.

HAL-HAL PENYEBAB PERUBAHAN BUDAYA MELAYU

A. Kebudayaan Melayu Kini


Muncul, berkembang dan redupnya suatu kebudayaan sangat tergantung pada faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan sikap pendukung kebudayaan itu sendiri; sementara
faktor eksternal berhubungan dengan penetrasi kebudayaan luar. Penetrasi kebudayaan luar
merupakan konsekuensi logis dari pilihan untuk membuka relasi dengan kebudayaan lain. Namun,
pengaruh dari penetrasi tersebut akan sangat tergantung pada pola respons pendukung kebudayaan
yang bersangkutan. Dalam kerangka pemikiran di atas, maka, redup atau berkembangnya
kebudayaan Melayu akan sangat tergantung pada orang Melayu, dalam mengembangkan
kebudayaannya sendiri dan merespons penetrasi kebudayaan asing. Cabaran yang paling nyata
saat ini adalah minindak lanjuti negara-negara barat terhadap dunia Melayu, yang telah membawa
implikasi-implikasi tersendiri terhadap kehidupan orang-orang Melayu.

Saat ini, orang-orang Melayu menyadari bahwa mereka pernah berjaya di masa lalu. Berbagai
peninggalan sejarah sebagai bukti kejayaan masa lalu tersebut masih bisa disaksikan hingga saat
ini. Ketika berkaca ke masa lalu dan membandingkannya dengan keadaan masa kini, orang-orang
Melayu kemudian menyadari bahwa mereka sebenarnya, dalam tataran tertentu, telah cukup jauh
meninggalkan bahkan melupakan akar kebudayaannya; mereka telah menjadi kelompok marjinal,
bahkan di negeri sendiri. Dari situ, kemudian muncul keinginan dan kesadaran baru untuk
memperhatikan dan menghidupkan kembali kebudayaan Melayu tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Perhatian dan keinginan tersebut tidak hanya dilatari oleh nostalgia dan romantisme masa
lalu, tapi juga disebabkan oleh adanya kesadaran dan pengetahuan tentang keagungan dan
keluhuran budaya Melayu tersebut. Untuk itulah, aspek-aspek mengenai kebudayaan Melayu,
seperti pandangan hidup, tunjuk ajar, adat istiadat, bahasa dan sastra perlu diaktualisasikan
kembali dalam kehidupan sehari-hari.

B. Peradaban melayu era globalisasi


Kebudayaan modern dan post-modern menimbulkan perubahan di berbagai aspek kehidupan
dengan tingkat kecepatan yang mengejutkan. Perubahan itu dipicu oleh kecepatan pertukaran
informasi yang disajikan setiap detiknya oleh televisi, radio dan media-media lain (Adeney, 2004).
Media-media informasi itu mengaburkan batas-batas fisik dan budaya sehingga menciptakan dunia
baru dengan batas-batas wilayah dan nilai yang bersifat relative, Proses perubahan terpenting yang
melanda masyarakat Melayu adalah perubahan cara berpikir dan cara memandang dunia.

Dalam bukunya yang berjudul “Al Muqaddimah”, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa budaya yang
lebih kuat akan mempengaruhi budaya-budaya lain yang lebih lemah (Khaldun, 1989). Di
kalangan masyarakat Melayu yang sebagian besar hidup di negara-negara berkembang,
kecenderungan untuk ikut menikmati produk kebudayaan modern terlihat sangat kuat. Masyarakat
Melayu, dalam beberapa hal, mencontoh kebudayaan Barat, sehingga proses transformasi ideologi
dan cara berpikir dari Barat berjalan dengan mulus. Dari sini muncul problem keberpihakan, yaitu
keberpihakan terhadap produk-produk budaya Barat yang dapat dilihat melalui gaya hidup dan
pola berpikir, yang mengindikasikan adanya perubahan karakter orang Melayu. Secara fisik,
karakter orang Melayu tidak berubah, tetapi karakter kejiwaan telah mengalami perubahan.

Pola saling menghormati dan saling memberi yang dikenal dengan saling menanam budi masih
hidup dalam masyarakat Melayu hingga saat ini. Bahkan kebiasaan itu tidak hanya berlaku untuk
orang Melayu saja, tetapi juga untuk sukubangsa lain dan orang asing, terutama orang Cina yang
sudah lama menetap di daerah ini. Kebiasaan memberi dan saling menghormati telah mentradisi
yang terjalin dalam hubungan orang Melayu dan orang Cina hingga saat ini. Kebiasaan itu sudah
menjadi adat kebiasaan yang meresap dan merupakan salah satu ciri sifat kepribadian orang
Melayu, Namun, masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah,
sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan
dengan masyarakat yang lainnya. Tak terkecuali dengan masyarakat Melayu Riau. Terjadinya
perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal:

1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat.
Untuk itu supaya budaya melayu itu tidak mengalami pudar, orang melayu harus memahami
khomperenshif tentang melayu, Dengan demikian, mempelajari Melayu seharusnya tidak
memutus mata rantai perjalanan sejarahnya. Sejarah Melayu telah berlangsung selama berabad-
abad. Menelaah dunia Melayu secara komprehensif. Metode pengkajian yang demikian itu juga
berlaku dalam budaya. Dalam budaya Melayu terdapat unsur-unsur yang tampak seperti, kesenian,
upacara adat, peralatan, busana, kuliner, dan lain sebagainya, dan unsur-unsur yang tidak tampak,
seperti bahasa, keyakinan, dan pandangan hidup.

Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :

1.Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia
sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam
penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga
bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan
bahasa Inggris.

2.Sistem teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika. Dengan
perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun
kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau
sarana lain dalam bidang informatika.

3.Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam
situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru.
Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang
jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.

4.Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI,
MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.

5.Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.

6.Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum
bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang berkembang di
Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.

7.Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni
tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni
yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat
kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat
sudah tergeser dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis
perkembangannya.
8.Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \”Shirf\” budaya. Hal ini mungkin dapat
difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta
ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.

Anda mungkin juga menyukai