Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun
ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru
TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan
setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai
penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini
& mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

Tuberkulosis menyebar secara merata diseluruh wilayah Indonesia, tapi penyebaran


terbesar terjadi di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa Tenggara, dan
Maluku. Masalah kesehatan TBC (Tuberkulosis) di Papua sangat memprihatinkan, sekitar 60
persen pengindap HIV di Provinsi Papua diketahui menderita tuberkulosis, demikian pula
1
sebaliknya 40 persen pasien TB/TBC kemudian terdeteksi terserang virus penyakit
mematikan tersebut.

TUBERCULOSIS
Per Februari 2013, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura mencatat sekitar
477 kasus TBC (Tuberculosis) yang terjadi. Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 15 orang
yang meninggal akibat penyakit TBC. Dijelaskan dari catatan kesehatan daerah Papua bahwa
sebanyak 477 kasus TBC, diantaranya 417 kasus sudah sembuh, 15 kasus meninggal, dan 45
kasus gagal atau Drop Out.

Menurut data dinas kesehatan, tingkat pengendalian penyakit TB baru 55,3 persen
dengan angka keberhasilan pengobatan hanya 75,5 persen. Dari 365 puskemas di seluruh
Papua, baru 202 yang menjalankan program pengendalian penyakit TB paru,dengan
pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1 apa yang di maksud dengan tuberculosis?


2 Apa penyebab dari tuberculosis?
3 Bagaimana patofisiologi dari tuberculosis?
4 Bagaimana klasifikasi, manifestasi klinis tuberculosis?
5 Apa saja terapi dan pemeriksaan diagnostic tuberculosis?
6 Bagaimana konsep keperawatan tuberculosis?
7 Bagaimana manajemen kasus tuberculosis?

1.3 TUJUAN

1 Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan tuberculosis


2 Untuk mengetahui apa penyebab dari tuberculosis
3 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari tuberculosis
4 Utuk mengetahui bagaimana klasifikasi, manifestasi klinis tuberculosis
5 Untuk mengetahui apa saja terapi dan pemeriksaan diagnostic tuberculosis
6 Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan tuberculosis
7 Untuk mengetahui bagaimana manajemen kasus tuberculosis

TUBERCULOSIS
BAB II

TINJAUAN TEORISTIS

2.1DEFINISI

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,
ginjaltulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama mycobacterium tuberculosis adalah
batang aerobic tahan asa yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet.

Menurut Para Ahli adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2005). TB Paru (tuberculosis) adalah penyakit menular
yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar
kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI,
2006). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru, dapat juga ditularkan kebagian tubuh yang lainnya (Brunner, 2002).

Post Kesehatan mengambil kesimpulan dari beberapa teori di atas bahwa TBC
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae, yang
menyerang bagian jaringan paru juga bisa menyerang bagian tubuh yang lain seperti tulang,
kelenjar limfe, selaput otak, sendi, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan
bagian tubuh lainnya akibat dari penyebaran bakteri dari paru-paru ke organ lain.

2.2ANATOMI FISIOLOGI

TUBERCULOSIS
Paru-paru adalah organ pernapasan pada manusia. Manusia memiliki sepasang paru-
paru. Fungsi utama paru-paru adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer dan
membawanya menuju aliran darah, dan melepaskan karbon dioksida dari aliran darah menuju
atmosfer.

1. Bronkus: batang bercabang yang menghubungkan trakea dengan paru-paru kiri dan
paru-paru kanan.
2. Bronkiolus: cabang bronkus yang terhubung dengan alveolus.
3. Alveolus: tempat pertukaran udara dari paru-paru ke pembuluh darah dan sebaliknya.
4. Pleura: selapus yang membatasi paru-paru dengan dunia luar paru-paru.
5. Diafragma: pembatas rongga dada dan rongga perut.
6. Trakea: penghubung laring dengan bronkus.

Paru-paru terletak di dalam dada di antara jantung dalam tulang rusuk. Bentuk paru-
paru menyerupai kerucut dengan bagian atas dan bawah yang sedikit membulat. Bentuk paru-
paru bagian bawah mengikuti bentuk diafragma. Bagian atas paru-paru terbentang hingga
bagian bawah leher tepatnya pada bagian tulang rusuk pertama. Paru-paru juga membentang
dari dekat tulang punggung, tulang rusuk, hingga bagian depan dada. Paru-paru membentang
menurun dari bagian terbawah trakea sampai diafragma. Paru-paru kiri berbagi ruangan
dengan jantung, dengan sedikit bentukan yang membentuk jantung. Bagian bawah paru-paru
bersifat lembut dan bersandar di diafragma, sehingga bentuk bagian bawah paru-paru
mengikuti bentuk diafragma.

Paru-paru dikelilingi oleh pleura pulmonari. Pleura adalah dua membran serosa:
pleura parietal luar melapisi hingga bagian dalam tulang rusuk dan pleura viscera dalam
melapisi bagian permukaan paru-paru. Di antara pleura terdapat ruang potensial yang disebut
pleural cavity yang berisi cairan pleural. Masing-masing paru-paru dibagi menjadi beberapa
lobus berdasarkan celah yang dibentuk pleura. Garis-garis celah tersebut membantu paru-
paru saat mengembang.

Lobus pada paru-paru dibagi menjadi beberapa lobulus berdasarkan letak bronkiolus.
Anatomi bersegmen-segmen ini berguna secara klinis untuk mengetahui letak gangguan pada 4
paru-paru.

TUBERCULOSIS
1 Anatomi Paru-Paru Kanan
Paru-paru kanan memiliki lebih banyak lobus dan segmen ketimbang paru-
paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus yaitu atas, tengah, dan bawah.
Tiga lobus tersebut dipisahkan oleh dua celah, satu miring dan satu horizontal. Lobus
atas dengan celah horizontal memisahkan lobus atas dari lobus tengah. Celah miring
membelah lobus bawah dan tengah dari dekat celah horizontal sampai mendekati
batas posterior paru-paru.

Bagian mediastinum paru-paru kanan ditekuk oleh beberapa struktur di


dekatnya. Jantung sedikit menekan paru-paru kanan sehingga membentuk bentukan
jantung. Di atasnya terdapat vena azygos dan vena cava superior. Terdapat pula
esofagus di belakang hilum dan ligamen pulmonari.
2 Anatomi Paru-Paru Kiri
Paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus yaitu atas dan bawah dan dipisahkan
oleh celah miring. Tidak seperti paru-paru kanan, paru-paru kiri tidak memiliki lobus
tengah, meskipun memiliki proyeksi lobus atas yang disebut lingula. Jika di
harfiahkan, lingula berarti "lidah kecil". Fungsi dan komplikasi anatomi lingula pada
paru-paru kiri mirip dengan lobus tengah paru-paru kanan. Terdapat dua lobulus pada
lingula yaitu superior dan inferior.
2.3ETIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yaitu sebagian dari organisma kompleks termasuklah M. bovis dan M. africanum
(Innes JA, Reid PT, 2005).

5
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobacteria. Mycobacterium
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di

TUBERCULOSIS
tanah, lingkungan akuatik air, binatang dan manusia. Mycobacterium sekeluarga dengan
Corynebacterium dan Actimomycetes (Nester, 2001). bentuk,penanaman dan sifat sifat dari
mycobacterium tuberculosis dapat di uraikan sebagai berikut
1. Bentuk mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batanglurus atau agak bengkokdengan
ukuran 0,2-0,4 X 1-4 cm. pewarnaan Ziehl – Neelsen depergunakan untuk
mengidentifikasi bakteri tahan asam.
2. Penamaan mycobacterium tuberculosis
a. Kuman ini tumbuh lambat
b. Koloni baru tampak setelah kurang lebih dua minggu, bahkan kadang-kadang
setelah 6-8 minggu.
c. Suhu optimum 37oc dan tidak tumbuh pada suhu 25oC atau lebih dari 40oC.
d. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-jensen.
e. Tingkat pHoptimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat mycobacterium tuberculosis
f. Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada suhu 6oC selama 15-20
menit.
g. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.
h. Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam.
i. Basil yang terdapat dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
j. Dalam suhu kamar, biakan basil ini dapat hidup selam 6-8 bulan dan dapat
disimpan dalam lemari dengan suhu 20oC selama 2 tahun.
k. Bakteri ini tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan, antara lain
phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3%, dan NaOH 4%.
l. Basil ini dapat dihancurkan oleh jodiumtinetur dalam waktu 5 menit,
sementara dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10 menit kemudian.

Tuberculosis dapat ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batu, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 μ) dan kecil (1 sampai 5 μ). Droplet yang besar menetap, sementara
yang kecil bertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi tertular tuberkulosisadalah : 6

1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyaiTB aktif.

TUBERCULOSIS
2. Individu immunosupersif ( termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
terinfeksi dengan HIV)
3. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat.
4. Setiapindividu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalya
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi)
5. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi ( asia tenggara, afrika, amerika
latin, karibia)
6. Setiap individu yang tinggal di institusi ( mis, fasilitas perawatan jangkapanjang,
institusi psikiatrik)
7. Individu yang tinggal di perumahan substandard kumuh
8. Petugas kesehatan

Resiko untuk tertular tuberculosis juga tegantung pada banyaknyaorganisme yang


terdapat diudara.

Kondisi social ekonomi ,status gizi,umur, dan jenis kelamin pada manusia,ternyata
menjadi factor penting dari penyebab penyakit tbc.
1. Factor social ekonomi
Factor social ekonomi sangat erat kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan,
hunian, lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja
yang buruk. semua factor tersebut ddapat memudahkan penularan tbc.
pendapatan keluarga juga sangat erat dengan penularan tbc, karena pendapatan
yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak,yang memenuhi syarat
syarat kesehatan
2. Status Gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain lain (malnutrisi) akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk tbc paru . keadaan ini merupakan factor penting ysng
berpengaruh di Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak anak.
3. Umur
Penyakit tbc paru paling sering di temukan pada usia muda atau usia
produktif, yaitu 15-50 tahun. dawasa ini, dengan terjdainya transisi
7
demografi,mmenyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi.

TUBERCULOSIS
4. Jenis kelamin
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat tuberculosis paru. Dari fakta ini, dapat
disimpulkan bahwa kaum perempuan lebihrentan terhdap kematian akiba
serangan tuberkolosis paru dibandingankan akibat proses kehamilan dan
persalinan.pada laki laki, penyakit ini lebih tinggi, karena rokok dan minuman
alcohol dapatmenurunkan system pertahanan tubuh.sehingga wajar jika
perokok dan minuman beralholsering disebut sebagai agen dari penyakit
tuberkolosis paru.
2.4PATOFISIOLOGI

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-
sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh
lomosit dan limokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung
terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau
bagian lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni
akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggl atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit atau kembang biak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10
sampai 20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi
nekrosis ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi 8
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.

TUBERCULOSIS
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiologi rutin.

Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa
peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus.
Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan aktif pada bronkhus.

Penyakit menyebar secara limohematogen melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan


secara hemotogen ke seluruh organ tubuh.

Respon imun terhadap tuberculosis karena basil tuberkolosis sangat sulit di matikan
apa bila telah membuat kolonisasi di saluran nafas bawah, tujuan respons umum adalah untuk
mengepung dan mengisolsi basil bukan untuk mematikannya. respons seluler melibatkan sel
T dan makrofag. makrofag mengelilingi basil T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks
makrofag dan basil kompleks basil,selTdan jaringan parut ini di sebut TUBERKEL. Tuberkel
akhirnya mengalami klasifikasi dan di sebut kompleks ghon,yang dapat di lihat pada
pemeriksaan radigrafi dada,sebelum ingesti bakteri selesai,materi tersebut mengalami
perlunakan (perkijuan).pada saat ini,mikroorganisme hidup dapat memperoleh akses ke
sistim trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain.bahkan walaupun telah di
bungkus secara efektif ,basil dapat bertahan hidup di dalam di dalam tuberkel di perkirakan
bahwa karena viabilitas ini,sekitar 5 sampai 10% individu yang pada awalnya tidak
menderita tuberculosis mungkin pada suatu saat dalam hidupnya akan menderita penyakit
tersebut,pada saat sistim imunitasnya menurun katera usia,infeksi lain dan memerlikan
pengobatan antiinflamasi .pada kenyataannya ,banyak kasus meskipun bukan yang
9
terbanyak,kasus tuberculosis aktis f menjadi pada indiridu yang terinfeksi pada dekadelebih
awal sebelumnya.

TUBERCULOSIS
Di antara pengidap tuberculosis ,kerusakan paru karena infeksi di sebabkan oleh basil
serta reaksi imun dan inflamasi yang hebat,edema interstisial dan membentuk jaringan parut
permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbon dioksida sehingga
pertukaran gas menurun.pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas
permukaan yang tersedia untuk di fusi paru menuru.jika penyakit melus ,abnormalitas rasio
ventilasi ;perfusi terjadi yang dapat menyebabkan vasokonstikasi hipoksik arteriorl paru dan
hipertensi paru.jaringan paru dapat menyebabkan daya regang paru.

PATOGENESIS

2.4.1 TUBERKULOSIS PRIMER

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
sebagai berikut :

1 Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)


2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3 Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus
yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
10
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat

TUBERCULOSIS
sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang,
ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini
mungkin berakhir dengan :

- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang


pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau

- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

2.4.2 TUBERKULOSIS POSTPRIMER

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis


primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama
yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

1 Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat


2 Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh
dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.
3 Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan
menjadi:
a meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini 11
akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas

TUBERCULOSIS
b memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
c bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
2.5KLASIFIKASI
2.5.1 TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak


termasuk pleura.

1 Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)

TB paru dibagi atas:

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:


 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis
2 Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa


tipe pasien yaitu :

a Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
12
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

TUBERCULOSIS
b Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
3 Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2
bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

4 Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

5 Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik

6 Kasus Bekas TB:


 Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
lebih mendukung
 Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
2.5.2 TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh


lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain.

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi


dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan
13
spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu
aktif.

TUBERCULOSIS
Komplokasi tuberculosis yang serius dan meluas saat ini adalah berkembangnya basil
tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi obat.resistensi terjadi jika individu
tidak menyelesaikan program penggobatannya hingga tuntas ,dan mutasi basil mengakibatkan
basil tidak lagi responsif terhadap antibiotic yang di bunakan dalam waktu jangka
pendek.basil tuberkulos bermutasi dengan cepat dan sering .tuberkulosis yang resisten
terhadap obat –obatan juga dapat terjadi jika individu tidak dapat menghasilkan respons imun
yang efektif ,sebagai contoh ,yang terlihat pada pasien AIDS atau dizi buruk .pada kasus ini
terapi antibiotic hanta efektif sebagian,tenaga kesehatan atau pekerja lain yang terpajan degan
galur basil ini,jugadapat menderita tuberculosis resisten muliti-obat ,yang dapat beberapa
tahun dapat mengakibatkan mobiditas dan sering bahkan kematian.mereka yang menghidap
tuberculosis resisten multi-obat memerlukan terapi yang lebih toksik dan mahal dengan
kecenderungan mengalami kegagalan.

2.6MANIFESTASI KLINIS

Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam


atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk
IPD jilid II, 1991) :

a. Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu
seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan
berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada brinnchus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari
yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini
yang lanjut adalah berupa batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-
pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak Nafas 14

TUBERCULOSIS
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana inflasinya sudah setengah
bagian paru-paru.

d. Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan,
anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam.

Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
ciri-ciri sebagai berikut :

1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
15
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar

TUBERCULOSIS
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
Bakteri tuberkolosis paru ini mempunyai masa inkubasi, mulai dari terinfeksi sampai
pada lesi primer muncul,kurang lebih 4-12 minggu. sedangkan untuk pulmonair progresif
dan extrapulmonair, tuberkolosis biasanya memakan waktu yang lebih lama,ampai beberapa
tahun. Selama basill ada sputum (dahak), akan menjadi masa penularan yang paling
efektif.sejauh ini,tidak segera diobat,penyakit akan berpengaruh dan berkembang pesat
selama bertahun tahun walaupun di obati, namun tidak di rawat dengan baik, juga akan
berdampak tidak baik,karena tetap akan menjadi penyakit menahun.

Secra umum, tingkat atau derajat penularan penyakit ini tergantung pda banyak basil
tuberkolosis dalam sputum, verulensi atas, basil dan peluang adanya pencemaran udara dari
batuk, bersin, dan berbicara keras. penyakit in sangat pekak dan tidak pandang bulu.tidak add
perbedaan antra laki laki dan perempuan, tua muda, bayi, walaupun balita. akan tetapi,
menurut penelitian, tingkat kepekaan yang paling tinggi kepekaan yang paling rendah terjdai
pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada saat remaja dan awal masa
tua.

2.7PENATALAKSANAAN
2.7.1 MEDIK

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:


 INH
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Streptomisin
16
 Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

TUBERCULOSIS
 Kanamisin
 Amikasin
 Kuinolon
 Kapreomisin
 Sikloserino
 PAS (dulu tersedia)
 Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

Obat Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMaks Dosis (mg) / berat


(mg) badan (kg)
(Mg/Kg
Harian Intermitten < 40 40- >60
(mg/ (mg/Kg/BB/kali) 60
BB/Hari)
kgBB /
hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
Sesuai
S 15-18 15 15 1000 750 1000
BB

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam
pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap
berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3.

Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

1 Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal 17


2 Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja

TUBERCULOSIS
3 Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan
standar
4 Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi

B. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS

Untuk program nasional penmberantasan TB Paru, WHO menganjurkan panduan obat


sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan urutan kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu penderita dibagi dalam 4 kategori sebagai berikut :

 Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kasus baru dengan dahak positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti
Meningitis , TB Milier, Perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral,
spondiolitis dengan gangguan neurologis, penderita dengan dahak negatif tetapi kelinan
parunya luas, TB usus, TB saluran kemih dsb.

Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan tiap hari selama 2 bulan bila
selama 2 bulan dahak menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan. Bila setelah 2 bulan
dahak masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 2 – 4 minggu lagi (dalam
program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat sisipan), kemudian
diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah dahak sudah negatif atau belum.
Fase lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3. Pada penderita meningitis, TB Milier,
Spondiolitis dengan kelainan neurologis, fase lanjutan diberikan lebih lama yaitu 6 – 7
bulan hingga total pengobatan 8 – 9 bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase
lanjutan ialah 6 HE.

 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Bila setelah fase intensif dahak menjadi
negatif maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan dahak masih tetap positif
maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE (juga dikenal sebagai obat
18
sisipan) bila setelah 4 bulan dahak nmasih tetap posistif maka pengobatan di hentikan 2
– 3 hari, lalu periksa biakan dan uji resistensi kemudian pengobatan diteruskan dengan
fase lanjutan. Bila penderita mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata kuman
TUBERCULOSIS
masih sensitive terhadap semua obat dan setelah fase intensif dahak menjadi negatif
maka fase lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat. Bila data
menunjukan resistensi terhadap H atau R maka fase lanjutan harus diawasi dengan
ketat. Tetapi jika data menunjukan resistensi terhadap H dan R maka kemungkinan
keberhasilan pengobatan kecil. Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 bila dapat dilakukan
pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan pengawasan.

 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
 Kategori 4 : RHZES

Diberikan kepada kasus Tb kronik Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan


keberhasilan pengobatan kecil sekali. Untuk negara kurang mampu dan dari segi
kesehatan masyarakat dapat diberikan H saja seumur hidup. Sedang untuk negara
maju atau pengobatan secara individu (penderita mampu) dapat dicoba pemberian
obat berdasarkan sesuai uji resisten atau obat lapis kedua seperti quinolon,
ethioamide, sikloserin, amikasin, kanamisin dsb.

2.7.2 DIET

Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah
kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat
melakukan aktifitas normal.
Terapi Diet untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru adalah:
 Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal.
 Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum
yang rendah (75-100 gr).
 Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.
 Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
 Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.

19

TUBERCULOSIS
2.7.3 Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.

 Indikasi mutlak pembedahan


 Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat sputum tetap (+)
 Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
 Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
 Indikasi relatif pembedahan
 Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
 Kerusakan 1 paru atau lubus dengan keluhan
 Sisa kavitas menetap
 Prinsip Perawatan TBC Secara Umum
 Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah kecuali jika sudah
terjadi komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, pleuritis,
dan sebagainya.
 Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan dalam pemberian
obat, perlu juga memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan makanan
yang cukup bergizi.
 Klien harus cukup istirahat / bedrest
 Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah harus cakup agar
pertukaran udara berjalan dengan baik. Lebih baik jika sinar matahari dapat masuk
ke dalam rumah, karena akan membantu membasmi kuman. Perlengkapan tempat
tidur sebaiknya seminggu sekali dijemur dan alat tenunnya dicuci.
2.8PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1). Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.
2). Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan :
a). Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus bawah
b). Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c). Adanya kavitas tunggal atau ganda
d). Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru 20

e). Adanya klasifikasi


f). Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

TUBERCULOSIS
g). Bayangan milier
3). Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.

Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek untuk
dapat tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2 minggu
atau lebih pada suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan berwarna
krem dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/mililiter media
konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan
mikrobakteria yang diamati pada media biakan ini sebaiknya dihitung sesuai dengan
jumlah koloni yang timbul.

4). Tes Pap (Peroksidase anti Peroksidase)


Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen, munaperoksidase
staining untuk menentukan adanya tg 6 spesifik terhadap hasil TB.

5). Tes Mantoux / Tuberkulin


Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberkulin
secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian dalam) lengan bawah
setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Jarum yang digunakan 26-27 G.
interpretasi reaksi tes tuberkulin adalah sebagai berikut :

a). Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama atau
baru terhadap mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini pada
umumnya menunjukkan sensitivitas spesifik. Pada keadaan normal, tes dengan
hasil diatas tidak perlu diulang untuk mendapatkan kepastian, keculai bila ada
alasan untuk mempertanyakan validitas tes ini.
b). Indurasi kurang dari 10 mm (reaksi tidak bermakna)
Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai
menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang
kontak dekat dengan penderita yang sputumnya positif atau belum lama positif
21
terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orang-orang semacam ini tes tidak
perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan penderita

TUBERCULOSIS
tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut sesuai dengan
prosedur rutin untuk orang yang pernah kontak.

6). Teknik Polymerase (Chain Reaction)


Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen.
Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

7). Baction Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)


Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam oleh
Mycobacterium tuberculosa.

8). Enzyme Linted Immunosorbent Assoy


Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Pelaksanaan
rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan
masalah.

9). Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan berubah.

10). Pewarnaan Zeihl-Neilsen


Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-Neilsen
dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif memberikan petunjuk
awal diagnosis, namun sediaan negatifpun tidak menolak kemungkinan infeksi.

2.9KONSEP KEPERAWATAN
2.9.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan
22

TUBERCULOSIS
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi :
nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-
anak dan orang tua lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih
sering laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti
merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya
kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit
orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli
bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis
dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan
kumuh dan rumah ventilasi kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas
disertai batuk-batuk dan nyeri dadRiwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala


yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan
pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai
pengebangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang
memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya
dan lamanya.

c) Riwayat kesehatan dahulu.

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya,


tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia,
bronkhi\ritis dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-
hari mencakup aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene 23

TUBERCULOSIS
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru
seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana
kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya.

3). Pola Aktivitas sehari-hari


Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah sakit
meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan gaya
hidup.

4). Pemeriksaan Fisik


Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem
tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a). Keadaan Umum


Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya
meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-
tanda vital perubahan berat badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas
emosional.

b). Sistem kardiovaskular


Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi, peningkatan JVP,
konjugtiva pucat, perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit,
bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup.

c). Sistem Pernafasan


Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas,
warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan
kesimterisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas.
Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas,
deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena,
perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu
berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering. 24

d). Sistem Gastrointestinal

TUBERCULOSIS
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan
waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa,
bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada
hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.

e). Sistem Genitourinari


Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola
eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya menurun, warna perasaan yeri
atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara
palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan
keluhan klien.

f). Sistem Muskuloskeletel


Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax
akibat TB ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan
intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.

g). Sistem Endokrin


Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien
dan keluarga.

h). Sistem Persyarafan


Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi syaraf kranial
dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris
maka akan terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran,
penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky serta
kaku kuduk yang positif.

i). Sistem Integumen


Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna dan fungsi
perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB paru ditemukan
fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas
pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka 25
perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai
antisipasi dari dekubitus.

TUBERCULOSIS
5). Data Psikososial
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan
saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang
disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk
berespon, komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang
menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku,
anggaran terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah
tindakan mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara
pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan
proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan
ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini
tentang kehidupan dan kematian.

7). Data Penunjang


Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD,
pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS.

Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :

a). Pemeriksaan darah


- Anemia terutama bila periode akut
- Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
b). Pemeriksaan radiologik 26
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :

- Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru

TUBERCULOSIS
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita TB

d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes)


Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan melalui
intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin
positif jika indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi
buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TB paru.

8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin

- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien

2.9.2 Diagnosa keperawatan


1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme
2. Gangguan pertukarangasb.d penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
dan penurunan curah jantung
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan nutrisi.
4. Resiko infeksi b.d organism purulen

27

TUBERCULOSIS
2.9.3 INTERVENSI
1 Ketidak efektifan bersihanjalan nafas b.d bronkospasme

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
AIRWAY MANAGEMENT AIRWAY MANAGEMENT
Setelah diberikan askep 1. Posisikan pasien untuk 1. Melancarakan pernafasan
selama 5x 24 jam, memaksimalkan ventilasi pasien
diharapkan bersihan jalan 2. Auskultasi suara nafas, catat
nafas klien kembali efektif adanya suara tambahan 2.didapatkan bunyi suara
dengan kriteria hasil: nafas tambahan
OXYGEN THERAPY
NOC Label >> 3. Observasi adanya tanda- 3 didapatkan tanda tanda
Respiratory status: airway tanda hipoventilasi adanya hipoventilasi
patency 4. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oxigenasi. 4.kecemasan dapat
 Frekuensi mempengaruhi kondisi
pernapasan dalam VITAL SIGN MONITORING pasien
batas normal (16- 5. Monitor TD, Nadi, suhu,
20x/mnt) dan RR 5.ttv dapat d ketahui
 Irama pernapasn 6. Monitor frekuensi dan irama
normal pernafasan 6.frekuensi dan irama
 Kedalaman pernaafasan dapat diketahui
pernapasan normal
 Klien mampu
mengeluarkan
sputum secara
efektif
 Tidak ada akumulasi
sputum

2 Gangguan pertukarangas b.d penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat


dan penurunan curah jantung

TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
Setelah diberikan asuhan AIRWAY MANAGEMENT
keperawatan 1×12 jam, 1. Lakukan fisiotherapi dadabila
diharapkan kerusakan perlu 1. Memperlancar
pertukaran gas teratasi, 2. Berikan bronkodilator bila pertukaran gas
dengan kriteria hasil: perlu 2. Memberikan
bronkodilator
NOC : Respiratory status: RESPIRATORY MONITORING dapat
Airway patency 3. Monitor rata-rata kedalaman melongaarkan
,irama dan usaha respirasi kembali bronkiolus 28
 Klien mampu 4. Monitor suara nafas, seperti yang terjadi
mengeluarkan secret dengkur penyempitan
 RR klien normal 16- 3. Untuk mengetahui

TUBERCULOSIS
20 x/menit jumlah respirasi
 Irama pernapasan dan kenyamanan
teratur saat respirasi
 Kedalaman inspirasi seabagai
normal pertimbangan
 Oksigenasi pasien dalam pemberian
adekuat alat bantu
pernapasan
4. Mengethui tingkat
suara nafas
dengkur

3 resiko infeksi b.d organsm purulen

TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan tehnik 1. Mencegah
keperawatan selama 3 x 2 isolasi terjadinya
jam diharapkan pasien dapat 2. Cuci tangan setiap penularan
terhindar dari risiko infeksi, sebelum dan sesudah 2. Mencuci tangan
dengan criteria hasil : tindakan dapat membunuh
3. Ajarkan pasien dan kuman merupakan
NOC label : Tissue keluarga tanda dan gejala tindakan sterilisasi
Integrity: Skin and Mucous infeksi 3. Memberikan
membranes 4. Batasi pengunjung bila pemahaman pada
perlu klien dan keluarga
1. Integritas kulit klien 5. Kolaborasi dengan dokter merupakan
normal pemberian antibiotic tindakan preventif
2. Temperatur kulit 4. Agar menjaga
klien normal tidak terjadinya
3. Tidak adanya lesi kontaminasi pada
pada kulit pengunjung
5. Pemberian obat
antibiotic untuk
mempercepat
proses
penyembuhan

29

TUBERCULOSIS
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan nutrisi

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan asuhan s 1 alergi makanan


keperawatan selama 5×24 jam i dapat membatasi
diharapkan pemenuhan asupan nutrisi
kebutuhan pasien tercukupi 2 Meningkatkan
dengan kriteria hasil : 1. Kaji adanya alergi makanan protein dan vit.C
2. Anjurkan pasien untuk mengembalikan
NOC Label >> Nutritionl energy
status meningkatkan protein dan vitamin
3 Mengetahui
c perkembangan
 Intake nutrisi tercukupi.
 Asupan makanan dan 3. Monitor adanya penurunan nutrisi
cairan tercukupi 4 Mengetahui adanya
berat badan
tanda-tanda
NOC Label >> Nausea dan 4. Monitor turgor kulit dehidrasi
vomiting severity 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 5 Agar kebutuhan
nutrisi pasien dapat
 Penurunan intensitas menetukan jumlah kalori dan terpenuhi
terjadinya mual muntah nutrisi yang dibutuhkan oleh
 Penurunan frekuensi
terjadinya mual muntah. pasien.

NOC Label >> Weight :


Body mass

 Pasien mengalami
peningkatan berat badan

30

TUBERCULOSIS
2.9.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.

2.9.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir (Hidayat, A Aziz, 2002 : 46)

S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan


dikemukakan klien

O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain

A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang
kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang
menimbulkan diagnosa keperawatan baru

P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas yang
berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan
membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

31

TUBERCULOSIS
BAB III

MANAJEMEN KASUS

3.1PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Nama : Tn. E

Umur : 32 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : TNT

Agama : Islam

Alamat : limboto gorontalo

Tgl. Masuk : 16.11.2016

Tgl. Pengkajian : 23.11.2016

No. Medrek : 158.02.2016

Diagnosa Medis : TBC (Paru)

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. E

Umur : 31 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA
32
Agama : Islam

Alamat : Limboto, gorontalo


TUBERCULOSIS
Hubungan dengan Klien : Istri

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak enak badan
,lemas disertai panas badan dan menggigil, serta keluar keringat banyak
setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien merasakan nafsu makan turun,
kadang-kadang klien batuk berdahak dengan lendir kekuningan. Satu
bulan sebelum klien masuk rumah sakit,klien merasakan badannya lemas
mual ,muntah sehinhgga klien dibawa oleh keluarga ke RSAS (UGD).
Selanjutnya diruangan mawar dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa
denoopati pada daerah leher pinggang dan lipatan paha.

2. Keluhan utama saat dikaji


Pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak nafas. Sesak
dirasakan ketika klien banyak beraktifitas dan berkurang ketika klien
beristirahat, sesak dirasakan pada daerah dada ( kedua lapang paru ) dan
tidak menyebar, sesak dirasakan oleh klien seperti diikat oleh tali yang
keras, klien merasakan nyeri sepanjang hari.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah dirawat di RS KM pada tahun 2005 dengan


gastritis selama 3 hari, klien juga mengatakan punya penyakit TBC ini sudah
sejak tahun 2003 sampai sekarang dan pernah berobat selama 6 bulan, setelah
itu tidak berobat lagi dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga / dialihkan
kepentingan keluarga.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien tinggal bersama dengan keluarga istrinya, Menurut klien
dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti jantung,
hypertensi, dan yang lain, namun dikeluarga pihak perempuan ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC sedangkan mertua laki-laki 33
mempunyai penyakit TBC.

TUBERCULOSIS
3.2 GENOGRAM

Ket. :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit

34

TUBERCULOSIS
3.3 POLA AKTIVITAS

No. Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit

1 Nutrisi

 Makan

i. jenis makanan Nasi, sayur lauk Nasi, sayur, buah-


pauk kadang-kadang buahan.
ii. Frekuensi buah –buahan.

2-3 x / hari, habis ¾


3x/hari, habis ½
iii. keluahan porsi.
porsi
Klien mengatakan
klien mengatakan
tidak ada keluhan
nafsu makan
apapun.
berkurang karena
sering mual.dan nyeri
pada daerah perut
kiri.

 Minum
3 botol aqua besar 3 – 6 gelas / hari
dan paling sedikit 6
- 8 gelas hari (1500
– 2000 cc)

Air putih dan air teh air putih


Jenis
Tidak ada keluhan klien mengatakan
keluhan
jarang minum
2
Pola Eliminasi

a. BAB
3 x / hari
2 x/ hari, konsistensi
lembek
b BAK 5 x / hari 3x / hari
Kuning jernih kuning jernih
3
Pola Siang jam 14.00- klien mengatakan
17.00 WIB malam tidur tidak tentu 35
Istirahat
hari jam 22.00- selama 1-2 jam
05.00 WIB. perhari pada malam

TUBERCULOSIS
hari dan pada siang
hari sekitar 2 jam
tidak tentu.
4 Personal hygiene

 Kebersihan kulit Klien mengatakan Klien mengatakan


 Kebersihan gigi mandi 2x/hari hanya dilap dengan
 Kebersihan rambut
Klien gosok gigi 2x air hangat 1x/hari.
/ hari Klien gosok gigi 2x /
hari

5 Aktivitas
Klien mencuci Klien mengatakan
rambut 2x / minggu selama dirawat belum
pernah dicuci rambut.

Klien dapat
melakukan aktifitas Klien melakukan
sendiri tanpa aktifitas dibantu oleh
bantuan dari orang perawat dan keluarga
lain.klien juga termasuk ketika
seorang karyawan hendak BAB.
dari PT TNT

3.4 Pemeriksaan Fisik


d. Keadaan umum : Compos mentis GCS 15
e. Tanda-Tanda Vital
TD : 100 / 70 mmhg N : 100 x / menit

S : 37ْ0C R : 24 x / menit

f. System Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat secret, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, patensi
hidung kuat, tidak terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat
retraksi intercostalis, vertebrate lurus, tidak terdapat masa dan tidak terdapat nyeri
tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan kiri simetris, pengembangan paru saat 36

bernafas simetris, pada perkusi suara paru resonan, suara psru terdengar
vesikuler.respirasi 24 x/ menit.

TUBERCULOSIS
d. Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan JVP ( Jugularis Vena Pressur ), CRT (
Cafilrary Refilling Time ) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat,
ictus kordis teraba pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler, pulsasi denyut nadi teraba lemah dengan
irama teratur, frekwensi nadi 100 x / menit. TD : 100 / 70 mmHg.

g. Sistem Pencernaan
Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada bentuk bibir, gigi jumlah 32
buah, pergerakan lidah bebas, tidak terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat
nyeri tekan, terdapat reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan
kwadran kanan bawah, dan tidak teraba pembesaran hepar dan limpa, BU 8x/menit,
BB 48 kg

h. Sistem Persyarafan
Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS = 15

Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien dapat
menyebutkan dimana klien sekarang berada serta keluarga yang menunggunya. Klien
dapat mengingat kejadian masa lampau dan kejadian yang baru saja terjadi.

Test Nervus Cranial

(1). Nervus Olfaktorius

Klien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih

(2). Nervus Optikus

Klien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm

(3). Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen

Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan samping
mengedip spontan, pupil osokov simetris dan kontraksi saat diberi cahaya.
37
(4). Nervus Trigeminus

TUBERCULOSIS
Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat menggerakkan
rahangnya, klien mampu mengedip

(5). Nervus Fasialis.

Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin, manis, pada
lidahnya, tidak terdapat parese

(6). Nervus Auditorius

Klien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab semua pertanyaan.

(7). Nervus Glosofaringeus dan Vagus

klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah.

Klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan kata “Ach “.

(8). Nervus Acessorius

Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi tekanan pada
dagu disaat klien menoleh, klien dapat mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan
melawan tekanan yang diberikan.

(9). Nervus Hipoglosus

kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan dapat menariknya
dengan baik dan pergerakan terkontrol.

i. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri terdapat bekas
opersi lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hormonal seperti
moonface ataupun exopthalmus, tidak terdapat tremori pada kedua belah tangan.

j. Sistem Genetourinaria
Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar KGB + 5 cm yang
masih basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi tidak terdapat pembesaran ginjal, blas
terasa kosong. 38

TUBERCULOSIS
k. Sistem Muskoloskeletal
i. Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat menahan pada saat
dagu diberi tahanan.
ii. Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral kidanka 45o, dan rotasi
360o.
iii. Extermitas Atas
Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC rotasi 360o,
pergelangan tangan dapat di extensikan , fleksi, rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari
tangan dapat di abduksikan, reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem
terpasang infus RL 20 tpm pada tangalo kanan.

iv. Extermitas bawah


Pada kaki kiri panggul extensi 90o, fleksi, abduks 20o abduksi 45o, extensi lutut
120o, pergelangan kaki dapat difleksikan, extensi dan jari-jari kaki dapat
diversikan, inversi, abduksi, abduksi, reflek fatella (++/++), kekuatan otot
5 5

5 5

l. Sistem Integumen
Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe, tugor kulit baik) S
. 376C., terdapat luka operasi pada daerah lipatan paha pinggang

m. Sistem penglihatan dan pendengaran dan wicara


Klien dapat membaca dengan baik, klien dapat menjawab pertanyaan bila diajukan
perawat dengan benar klien dapat bicara dengan arti kulasi yang jelas

3.5 Data Psikologis

1 Status Emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada rendah

2 Kecemasan
Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah
39
penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang
penyakitnya dan cara perawatannya.

TUBERCULOSIS
3 Pola koping
Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka bercerita padaGaya
Komunikasi

Klien berbicara cukup jelas, expressi muka sesuatu yang klien rasakan

3.6 Data Sosial


Klien dimasyarakat sebagai seorang pekerjaan buruh di PT. TNT, dan klien sehari-hari
berhubungan baik dengan tetangga-tetangganya. Di RS komunikasi dengan perawat baik,
hubungan dengan keluarga baik dan keluarga mau untuk di ajak kerja sama.

3.7 Data Spiritual


Falsafah Hidup

Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan jika sakit akan sembuh
dengan pengobatan yang teratur disertai do’a kepada Tuhan YME. Selama di RS klien
tidak dapat menjalankan ibadahnya seperti biasa.

3.8 Data Penunjang


(1). Laboratorium
Tanggal 16-11-2016

HAEMATOLOGI I

Haemoglobin : 9.1 G / DL 13-16 (lk), 12-14 (*)

Leukosit : 4300 / **3 5000 – 10000

Haematokrit : 29.8 % 40-48 (lk), 37-46 (*)

JUmlah Trombosit : 261.00 /**3 150.000 – 400.000

(2). Hasil pemeriksaan sputum


Tgl 17-11-2016 BTA +

Tgl 20-11-2016 BTA + 40

Tgl 23-11-2016BTA +

TUBERCULOSIS
Photo thorax : kesan thorax kusam TB paru duplex Aktif

3.9 Therapy
Anadex 3 x 1 tablet Broxed 1 x 2 gr
Santibi 2 H Rantin 2 x 1 amp
Rifamficin 1 x 1 Cedantron 3 x 1 amp
Inoxin 1 x 1 tablet
Dumin 3 x 1 tablet
Tusilan 3 x 1 tablet
Analisa Data

No Data Penyebab dan Dampak Masalah

1. Ds : Invasi mycobacterium G3 perukaran gas


tuberculosa
- Klien mengeluh sesak
nafas dan batuk 
Do :
terbentuk tuberkel pada paru
- Klien tampak sesak

- Klien batuk
- Ro : thorax kusam Tb keruakan membran alveoli
paru duplex aktif

- Terdengar suara ronchi
- Nadi 100 x / mnt Menurunnyapermukaan efek
- Respirasai 28x/mnt paru
- Sputum kental warna

kuning

Alveolus mengalami
konsolidasi dan eksudasi

G3 pertukarang gas
41

TUBERCULOSIS
2. Ds : Masuknya Mikroorganisme Gangguan pemenuhan
TBC kebutuhan nutrisi
- Klien mengeluh
tidak ada nafsu 
makan
Tahap lanjut
- Mual
Do : 

- Porsi makan tidak Batuk produktif


habis, hanya ¼

setiap kali makan
- BB: 48 KG batuk berat
- Hb : 9,1 mg/dl

- Klien tampak lemas
- Konjungtiva pucat Distensi abdomen

Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3. DS : Mycobacterium tuberculosis Resiko infeksi

Klien mangatakan ada 


luka bekas insisi pada
Radang tahunan di bronkus
daerah leher, lipatan
42
paha. 

TUBERCULOSIS
DO : Secret keluar saat batuk

Terdapat luka bekas 


insisi pada leher,
Batuk produktif
lipatan paha

- luka sepanjang 3 cm
Droplet infection

Terhirup orang sehat

Resiko infeksi

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan
intake nutrisi
3. Resiko infeksi b.d organisme purulen

43

TUBERCULOSIS
B. PERENANCAAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. E Diagnosa : TB Paru Aktif

Umur : 30 Tahun Ruang : Mawar

No. Medrec : 58-02-83 Tgl. Pengkajian : 23-11-2016

Perencanan
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan Tupan : 1 Lakukan 1. Memperlancar


pertukaran gas b.d fisiotherapi pertukaran gas
Tidak terjadi bila perlu 2. Memberikan
kongesti paru
gangguan 2 Berikan bronkodilator
Ditandai dengan : bronkodilator dapat
oksigenasi :
bila perlu melongaarkan
Ds : diffuse. 3 monitor rata- kembali bronkiolus
rata yang terjadi
- Klien mengeluh Tupen :
kedalaman penyempitan
sesak nafas ,irama dan 3. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan
dan batuk usaha jumlah respirasi
perawatan respirasi dan kenyamanan
Do :
selama 5 hari, 4 Monitor suara saat respirasi
- Klien tampak akumulasi secret nafas, seperti seabagai
dengkur pertimbangan
sesak berkurang dengan
dalam pemberian
- Klien batuk kriteria : alat bantu
- Ro : tharox pernapasan
- Ronchi 4. Mengethui tingkat
kusam Tb paru
berkurang suara nafas
duplex akitf dengkur
- Frekuensi
- Terdengar
nafas dalam
suara ronchi
batas-batas
- Nadi 100 x /
normal 18-24
mnt
x/mnt
- Respirasai
- Klien tidak
28x/mnt 44
terlihat sesak
Sekret kental

TUBERCULOSIS
warna kuning

2. Resiko infeksi Tupan : 1. Pertahankan 1. Mencegah


pada luka insisi Tidak terjadi tehnik isolasi terjadinya
b.d organism infeksi. 2. Cuci tangan penularan
purulen Tupaen : setiap sebelum 2. Mencuci tangan
Setelah dan sesudah dapat membunuh
Ditandai dengan :
dilakukan tindakan kuman merupakan
DS : tindakan 3. Ajarkan pasien tindakan sterilisasi
keperawatan dan keluarga 3. Memberikan
Klien
selama 3 hari tanda dan pemahaman pada
mangatakan ada
tanda-tanda gejala infeksi klien dan keluarga
luka bekas insisi
infeksi tidak 4. Batasi merupakan
pada daerah
terjadi. Dengan pengunjung tindakan preventif
leher, lipatan
kriteria : bila perlu 4. Agar menjaga
paha.
Tanda-tanda 5. Kolaborasi tidak terjadinya
DO : infeksi tidak dengan dokter kontaminasi pada
ada. pemberian pengunjung
Terdapat luka
Luka insisi tidak antibiotic 5. Pemberian obat
bekas insisi pada
menunjukan antibiotic untuk
leher, lipatan
adanya infeksi. mempercepat
paha
proses
- luka sepanjang penyembuhan
3 cm

3. Ketidakadekuatan Tujuan : 1 Kaji adanya 1 alergi makanan


kebutuhan nutrisi
Kebutuhan alergi
b.d dapat membatasi
ketidakadekuatan nutrisi terpenuhi makanan
intake nutrisi asupan nutrisi
ditandai dengan : 2 Anjurkan
Tupen :
pasien untuk 2 Meningkatkan 45
Ds :
Setelah meningkatkan protein dan vit.C
- Klien dilakukan protein dan mengembalikan

TUBERCULOSIS
mengeluh perawatan vitamin c energy
tidak ada selama lima hari 3 Monitor 3 Mengetahui
nafsu makan kebutuhan adanya perkembangan
- Mual nutrisi klien penurunan nutrisi
Do : terpenuhi berat badan 4 Mengetahui adanya
dengan kriteria : 4 Monitor tanda-tanda
- Porsi makan
- Mual turgor kulit dehidrasi
tidak habis,
berkurang 5 Kolaborasi 5 Agar kebutuhan
hanya ¼
- Porsi makan dengan ahli nutrisi pasien dapat
setiap kali
habis gizi untuk terpenuhi.
makan
- Nafsu makan menetukan
- BB: 48 KG
meningkat jumlah kalori
- Hb : 9,1
- BB naik 0.5 dan nutrisi
mg/dl
kg yang
- Klien tampak
dibutuhkan
lemas
oleh pasien.
- Konjungtiva
pucat

46

TUBERCULOSIS
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal
23-11- 07:30 1 melakukan fisiotherapi d/h S : klien mengeluh sessak nafas dan
2016 07:45 klien merasa lebih sehat batuk
08:05 2 memberikan bronkodilator O : - klien Nampak sesak nafas
3 memonitor rata-rata - klien Nampak batuk
kedalaman, irama dan usaha - respirasi 28x/menit
respirasi d/h klien kesulitan A : Masalah gangguan pertukaran
bernafas gas belum teratasi
08:20 4 memonitor suara nafas, P : pertahankan intervensi
seperti dengkur d/h tidak
1 Lakukan fisiotherapi bila perlu
terdapat suara nafas ‘dengkur’
2 Berikan bronkodilator bila perlu
3 monitor rata-rata kedalaman
,irama dan usaha respirasi
4 Monitor suara nafas, seperti
dengkur

23-11- 07:35 1. mempertahankan tehnik S : klien mengatakan ada luka bekas


2016 isolasi d/h klien diletakan di insisi
ruangan isolasi dan pemberian O : ada luka bekas insisi di daerah
tindakan pada klien leher dan lipatan paha
menggunakan alat pelindung A : masalah resiko infeksi belum
diri teratasi
07:50 2. menuci tangan setiap sebelum P : pertahankan intervensi
dan sesudah tindakan d/h
1 Pertahankan tehnik isolasi
mencuci tangan
2 Cuci tangan setiap sebelum dan
sebelum/sesudah memberikan
sesudah tindakan
tindakan
3 Ajarkan pasien dan keluarga
08:10 3. mengajarkan pasien dan 47
tanda dan gejala infeksi
keluarga tanda dan gejala
4 Batasi pengunjung bila perlu
infeksi d/h klien dan keluarga

TUBERCULOSIS
mengerti dan mau melakukan 5 Kolaborasi dengan dokter
4. membatasi pengunjung d/h pemberian antibiotic
yang menjaga klien hanya satu
orang dan pengunjung dibatasi
08:25 5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotic d/h
injeksi rifamficin 1 x 1

23-11- 1 mengkaji adanya alergi S : klien mengeluh tidak ada nafsu


2016 makanan d/h klien tidak makan dan mual
memiliki riwayat alergi O : - Porsi makan tidak habis, hanya
2 menganjurkan pasien untuk ¼ setiap kali makan
meningkatkan protein dan - BB: 48 KG
vitamin c d/h klien mau - Hb : 9,1 mg/dl
melakukan - Klien tampak lemas
3 memonitor adanya penurunan - Konjungtiva pucat
berat badan d/h BB 48 Kg A : masalah ketidakseimbangan
4 memonitor turgor kulit d/h nutrisi belum teratasi
turgor kulit klien baik P : pertahankan intervensi
5 mengkolaborasi dengan ahli 1 Kaji adanya alergi makanan
gizi untuk menetukan jumlah 2 Anjurkan pasien untuk
kalori dan nutrisi yang meningkatkan protein dan
dibutuhkan oleh pasien. vitamin c
3 Monitor adanya penurunan berat
badan
4 Monitor turgor kulit
5 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menetukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan oleh
pasien.
48

TUBERCULOSIS
BAB IV
PENUTUP
4.1KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjaltulang,
dan nodus limfe. Agen infeksius utama mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic
tahan asa yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.

Tuberculosis dapat ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batu, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 μ) dan kecil (1 sampai 5 μ). Droplet yang besar menetap, sementara
yang kecil bertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi tertular tuberkulosisadalah :

9. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyaiTB aktif.


10. Individu immunosupersif ( termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
terinfeksi dengan HIV)
11. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat.
12. Setiapindividu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalya
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi)
13. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi ( asia tenggara, afrika, amerika
latin, karibia)
14. Setiap individu yang tinggal di institusi ( mis, fasilitas perawatan jangkapanjang,
institusi psikiatrik)
15. Individu yang tinggal di perumahan substandard kumuh
16. Petugas kesehatan

4.2SARAN
Diharapkan dengan membaca makalah ini seluruh masayarakat, perawat, petugas
kesehatan dapat mengetahui bahayanya penyakit tuberculosis, penyebab, cara penularannya.
Serta perawat dapat memberika asuhan keperawatan yang optimal bagi penderita TB dan
49
mengutamakan perlindungan diri perawat sebelum dan sesudah memberikan tindakan
keperawatan

TUBERCULOSIS
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C. Diane. 2000. Keperawatan medical bedah : bukusaku untuk brunner and
suddarth. Jakarta EGC
Price Anderson Sylvia. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Corwin j. Elizabeth. 2009. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC
Kee, Joyce Lefever. 2010. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. Edisi ke-2, Jakarta : EGC,

Keliat, Budi anna, 2011, Proses Keperawatan, Jakarta : EGC.

50

TUBERCULOSIS

Anda mungkin juga menyukai