PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun
ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru
TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan
setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai
penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini
& mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
TUBERCULOSIS
Per Februari 2013, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura mencatat sekitar
477 kasus TBC (Tuberculosis) yang terjadi. Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 15 orang
yang meninggal akibat penyakit TBC. Dijelaskan dari catatan kesehatan daerah Papua bahwa
sebanyak 477 kasus TBC, diantaranya 417 kasus sudah sembuh, 15 kasus meninggal, dan 45
kasus gagal atau Drop Out.
Menurut data dinas kesehatan, tingkat pengendalian penyakit TB baru 55,3 persen
dengan angka keberhasilan pengobatan hanya 75,5 persen. Dari 365 puskemas di seluruh
Papua, baru 202 yang menjalankan program pengendalian penyakit TB paru,dengan
pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung.
1.3 TUJUAN
TUBERCULOSIS
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
2.1DEFINISI
Menurut Para Ahli adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2005). TB Paru (tuberculosis) adalah penyakit menular
yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar
kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI,
2006). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru, dapat juga ditularkan kebagian tubuh yang lainnya (Brunner, 2002).
Post Kesehatan mengambil kesimpulan dari beberapa teori di atas bahwa TBC
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae, yang
menyerang bagian jaringan paru juga bisa menyerang bagian tubuh yang lain seperti tulang,
kelenjar limfe, selaput otak, sendi, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan
bagian tubuh lainnya akibat dari penyebaran bakteri dari paru-paru ke organ lain.
2.2ANATOMI FISIOLOGI
TUBERCULOSIS
Paru-paru adalah organ pernapasan pada manusia. Manusia memiliki sepasang paru-
paru. Fungsi utama paru-paru adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer dan
membawanya menuju aliran darah, dan melepaskan karbon dioksida dari aliran darah menuju
atmosfer.
1. Bronkus: batang bercabang yang menghubungkan trakea dengan paru-paru kiri dan
paru-paru kanan.
2. Bronkiolus: cabang bronkus yang terhubung dengan alveolus.
3. Alveolus: tempat pertukaran udara dari paru-paru ke pembuluh darah dan sebaliknya.
4. Pleura: selapus yang membatasi paru-paru dengan dunia luar paru-paru.
5. Diafragma: pembatas rongga dada dan rongga perut.
6. Trakea: penghubung laring dengan bronkus.
Paru-paru terletak di dalam dada di antara jantung dalam tulang rusuk. Bentuk paru-
paru menyerupai kerucut dengan bagian atas dan bawah yang sedikit membulat. Bentuk paru-
paru bagian bawah mengikuti bentuk diafragma. Bagian atas paru-paru terbentang hingga
bagian bawah leher tepatnya pada bagian tulang rusuk pertama. Paru-paru juga membentang
dari dekat tulang punggung, tulang rusuk, hingga bagian depan dada. Paru-paru membentang
menurun dari bagian terbawah trakea sampai diafragma. Paru-paru kiri berbagi ruangan
dengan jantung, dengan sedikit bentukan yang membentuk jantung. Bagian bawah paru-paru
bersifat lembut dan bersandar di diafragma, sehingga bentuk bagian bawah paru-paru
mengikuti bentuk diafragma.
Paru-paru dikelilingi oleh pleura pulmonari. Pleura adalah dua membran serosa:
pleura parietal luar melapisi hingga bagian dalam tulang rusuk dan pleura viscera dalam
melapisi bagian permukaan paru-paru. Di antara pleura terdapat ruang potensial yang disebut
pleural cavity yang berisi cairan pleural. Masing-masing paru-paru dibagi menjadi beberapa
lobus berdasarkan celah yang dibentuk pleura. Garis-garis celah tersebut membantu paru-
paru saat mengembang.
Lobus pada paru-paru dibagi menjadi beberapa lobulus berdasarkan letak bronkiolus.
Anatomi bersegmen-segmen ini berguna secara klinis untuk mengetahui letak gangguan pada 4
paru-paru.
TUBERCULOSIS
1 Anatomi Paru-Paru Kanan
Paru-paru kanan memiliki lebih banyak lobus dan segmen ketimbang paru-
paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus yaitu atas, tengah, dan bawah.
Tiga lobus tersebut dipisahkan oleh dua celah, satu miring dan satu horizontal. Lobus
atas dengan celah horizontal memisahkan lobus atas dari lobus tengah. Celah miring
membelah lobus bawah dan tengah dari dekat celah horizontal sampai mendekati
batas posterior paru-paru.
5
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobacteria. Mycobacterium
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di
TUBERCULOSIS
tanah, lingkungan akuatik air, binatang dan manusia. Mycobacterium sekeluarga dengan
Corynebacterium dan Actimomycetes (Nester, 2001). bentuk,penanaman dan sifat sifat dari
mycobacterium tuberculosis dapat di uraikan sebagai berikut
1. Bentuk mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batanglurus atau agak bengkokdengan
ukuran 0,2-0,4 X 1-4 cm. pewarnaan Ziehl – Neelsen depergunakan untuk
mengidentifikasi bakteri tahan asam.
2. Penamaan mycobacterium tuberculosis
a. Kuman ini tumbuh lambat
b. Koloni baru tampak setelah kurang lebih dua minggu, bahkan kadang-kadang
setelah 6-8 minggu.
c. Suhu optimum 37oc dan tidak tumbuh pada suhu 25oC atau lebih dari 40oC.
d. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-jensen.
e. Tingkat pHoptimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat mycobacterium tuberculosis
f. Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada suhu 6oC selama 15-20
menit.
g. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.
h. Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam.
i. Basil yang terdapat dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
j. Dalam suhu kamar, biakan basil ini dapat hidup selam 6-8 bulan dan dapat
disimpan dalam lemari dengan suhu 20oC selama 2 tahun.
k. Bakteri ini tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan, antara lain
phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3%, dan NaOH 4%.
l. Basil ini dapat dihancurkan oleh jodiumtinetur dalam waktu 5 menit,
sementara dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10 menit kemudian.
Tuberculosis dapat ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batu, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 μ) dan kecil (1 sampai 5 μ). Droplet yang besar menetap, sementara
yang kecil bertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi tertular tuberkulosisadalah : 6
TUBERCULOSIS
2. Individu immunosupersif ( termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
terinfeksi dengan HIV)
3. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat.
4. Setiapindividu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalya
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi)
5. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi ( asia tenggara, afrika, amerika
latin, karibia)
6. Setiap individu yang tinggal di institusi ( mis, fasilitas perawatan jangkapanjang,
institusi psikiatrik)
7. Individu yang tinggal di perumahan substandard kumuh
8. Petugas kesehatan
Kondisi social ekonomi ,status gizi,umur, dan jenis kelamin pada manusia,ternyata
menjadi factor penting dari penyebab penyakit tbc.
1. Factor social ekonomi
Factor social ekonomi sangat erat kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan,
hunian, lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja
yang buruk. semua factor tersebut ddapat memudahkan penularan tbc.
pendapatan keluarga juga sangat erat dengan penularan tbc, karena pendapatan
yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak,yang memenuhi syarat
syarat kesehatan
2. Status Gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain lain (malnutrisi) akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk tbc paru . keadaan ini merupakan factor penting ysng
berpengaruh di Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak anak.
3. Umur
Penyakit tbc paru paling sering di temukan pada usia muda atau usia
produktif, yaitu 15-50 tahun. dawasa ini, dengan terjdainya transisi
7
demografi,mmenyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi.
TUBERCULOSIS
4. Jenis kelamin
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat tuberculosis paru. Dari fakta ini, dapat
disimpulkan bahwa kaum perempuan lebihrentan terhdap kematian akiba
serangan tuberkolosis paru dibandingankan akibat proses kehamilan dan
persalinan.pada laki laki, penyakit ini lebih tinggi, karena rokok dan minuman
alcohol dapatmenurunkan system pertahanan tubuh.sehingga wajar jika
perokok dan minuman beralholsering disebut sebagai agen dari penyakit
tuberkolosis paru.
2.4PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-
sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh
lomosit dan limokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung
terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau
bagian lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni
akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggl atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit atau kembang biak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10
sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi
nekrosis ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi 8
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.
TUBERCULOSIS
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiologi rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa
peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus.
Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan aktif pada bronkhus.
Respon imun terhadap tuberculosis karena basil tuberkolosis sangat sulit di matikan
apa bila telah membuat kolonisasi di saluran nafas bawah, tujuan respons umum adalah untuk
mengepung dan mengisolsi basil bukan untuk mematikannya. respons seluler melibatkan sel
T dan makrofag. makrofag mengelilingi basil T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks
makrofag dan basil kompleks basil,selTdan jaringan parut ini di sebut TUBERKEL. Tuberkel
akhirnya mengalami klasifikasi dan di sebut kompleks ghon,yang dapat di lihat pada
pemeriksaan radigrafi dada,sebelum ingesti bakteri selesai,materi tersebut mengalami
perlunakan (perkijuan).pada saat ini,mikroorganisme hidup dapat memperoleh akses ke
sistim trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain.bahkan walaupun telah di
bungkus secara efektif ,basil dapat bertahan hidup di dalam di dalam tuberkel di perkirakan
bahwa karena viabilitas ini,sekitar 5 sampai 10% individu yang pada awalnya tidak
menderita tuberculosis mungkin pada suatu saat dalam hidupnya akan menderita penyakit
tersebut,pada saat sistim imunitasnya menurun katera usia,infeksi lain dan memerlikan
pengobatan antiinflamasi .pada kenyataannya ,banyak kasus meskipun bukan yang
9
terbanyak,kasus tuberculosis aktis f menjadi pada indiridu yang terinfeksi pada dekadelebih
awal sebelumnya.
TUBERCULOSIS
Di antara pengidap tuberculosis ,kerusakan paru karena infeksi di sebabkan oleh basil
serta reaksi imun dan inflamasi yang hebat,edema interstisial dan membentuk jaringan parut
permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbon dioksida sehingga
pertukaran gas menurun.pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas
permukaan yang tersedia untuk di fusi paru menuru.jika penyakit melus ,abnormalitas rasio
ventilasi ;perfusi terjadi yang dapat menyebabkan vasokonstikasi hipoksik arteriorl paru dan
hipertensi paru.jaringan paru dapat menyebabkan daya regang paru.
PATOGENESIS
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
sebagai berikut :
TUBERCULOSIS
sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang,
ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini
mungkin berakhir dengan :
TUBERCULOSIS
b memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
c bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
2.5KLASIFIKASI
2.5.1 TUBERKULOSIS PARU
a Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
12
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
TUBERCULOSIS
b Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
3 Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2
bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
4 Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
5 Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
TUBERCULOSIS
Komplokasi tuberculosis yang serius dan meluas saat ini adalah berkembangnya basil
tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi obat.resistensi terjadi jika individu
tidak menyelesaikan program penggobatannya hingga tuntas ,dan mutasi basil mengakibatkan
basil tidak lagi responsif terhadap antibiotic yang di bunakan dalam waktu jangka
pendek.basil tuberkulos bermutasi dengan cepat dan sering .tuberkulosis yang resisten
terhadap obat –obatan juga dapat terjadi jika individu tidak dapat menghasilkan respons imun
yang efektif ,sebagai contoh ,yang terlihat pada pasien AIDS atau dizi buruk .pada kasus ini
terapi antibiotic hanta efektif sebagian,tenaga kesehatan atau pekerja lain yang terpajan degan
galur basil ini,jugadapat menderita tuberculosis resisten muliti-obat ,yang dapat beberapa
tahun dapat mengakibatkan mobiditas dan sering bahkan kematian.mereka yang menghidap
tuberculosis resisten multi-obat memerlukan terapi yang lebih toksik dan mahal dengan
kecenderungan mengalami kegagalan.
2.6MANIFESTASI KLINIS
a. Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu
seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan
berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada brinnchus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari
yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini
yang lanjut adalah berupa batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak Nafas 14
TUBERCULOSIS
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana inflasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan,
anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam.
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
15
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
TUBERCULOSIS
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
Bakteri tuberkolosis paru ini mempunyai masa inkubasi, mulai dari terinfeksi sampai
pada lesi primer muncul,kurang lebih 4-12 minggu. sedangkan untuk pulmonair progresif
dan extrapulmonair, tuberkolosis biasanya memakan waktu yang lebih lama,ampai beberapa
tahun. Selama basill ada sputum (dahak), akan menjadi masa penularan yang paling
efektif.sejauh ini,tidak segera diobat,penyakit akan berpengaruh dan berkembang pesat
selama bertahun tahun walaupun di obati, namun tidak di rawat dengan baik, juga akan
berdampak tidak baik,karena tetap akan menjadi penyakit menahun.
Secra umum, tingkat atau derajat penularan penyakit ini tergantung pda banyak basil
tuberkolosis dalam sputum, verulensi atas, basil dan peluang adanya pencemaran udara dari
batuk, bersin, dan berbicara keras. penyakit in sangat pekak dan tidak pandang bulu.tidak add
perbedaan antra laki laki dan perempuan, tua muda, bayi, walaupun balita. akan tetapi,
menurut penelitian, tingkat kepekaan yang paling tinggi kepekaan yang paling rendah terjdai
pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada saat remaja dan awal masa
tua.
2.7PENATALAKSANAAN
2.7.1 MEDIK
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
TUBERCULOSIS
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Kapreomisin
Sikloserino
PAS (dulu tersedia)
Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam
pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap
berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3.
TUBERCULOSIS
3 Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan
standar
4 Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kasus baru dengan dahak positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti
Meningitis , TB Milier, Perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral,
spondiolitis dengan gangguan neurologis, penderita dengan dahak negatif tetapi kelinan
parunya luas, TB usus, TB saluran kemih dsb.
Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan tiap hari selama 2 bulan bila
selama 2 bulan dahak menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan. Bila setelah 2 bulan
dahak masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 2 – 4 minggu lagi (dalam
program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat sisipan), kemudian
diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah dahak sudah negatif atau belum.
Fase lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3. Pada penderita meningitis, TB Milier,
Spondiolitis dengan kelainan neurologis, fase lanjutan diberikan lebih lama yaitu 6 – 7
bulan hingga total pengobatan 8 – 9 bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase
lanjutan ialah 6 HE.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Bila setelah fase intensif dahak menjadi
negatif maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan dahak masih tetap positif
maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE (juga dikenal sebagai obat
18
sisipan) bila setelah 4 bulan dahak nmasih tetap posistif maka pengobatan di hentikan 2
– 3 hari, lalu periksa biakan dan uji resistensi kemudian pengobatan diteruskan dengan
fase lanjutan. Bila penderita mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata kuman
TUBERCULOSIS
masih sensitive terhadap semua obat dan setelah fase intensif dahak menjadi negatif
maka fase lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat. Bila data
menunjukan resistensi terhadap H atau R maka fase lanjutan harus diawasi dengan
ketat. Tetapi jika data menunjukan resistensi terhadap H dan R maka kemungkinan
keberhasilan pengobatan kecil. Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 bila dapat dilakukan
pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan pengawasan.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
Kategori 4 : RHZES
2.7.2 DIET
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah
kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat
melakukan aktifitas normal.
Terapi Diet untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru adalah:
Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal.
Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum
yang rendah (75-100 gr).
Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.
Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.
19
TUBERCULOSIS
2.7.3 Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
TUBERCULOSIS
g). Bayangan milier
3). Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek untuk
dapat tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2 minggu
atau lebih pada suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan berwarna
krem dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/mililiter media
konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan
mikrobakteria yang diamati pada media biakan ini sebaiknya dihitung sesuai dengan
jumlah koloni yang timbul.
a). Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama atau
baru terhadap mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini pada
umumnya menunjukkan sensitivitas spesifik. Pada keadaan normal, tes dengan
hasil diatas tidak perlu diulang untuk mendapatkan kepastian, keculai bila ada
alasan untuk mempertanyakan validitas tes ini.
b). Indurasi kurang dari 10 mm (reaksi tidak bermakna)
Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai
menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang
kontak dekat dengan penderita yang sputumnya positif atau belum lama positif
21
terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orang-orang semacam ini tes tidak
perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan penderita
TUBERCULOSIS
tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut sesuai dengan
prosedur rutin untuk orang yang pernah kontak.
9). Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan berubah.
2.9KONSEP KEPERAWATAN
2.9.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan
22
TUBERCULOSIS
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi :
nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-
anak dan orang tua lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih
sering laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti
merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya
kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit
orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli
bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis
dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan
kumuh dan rumah ventilasi kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas
disertai batuk-batuk dan nyeri dadRiwayat Kesehatan Sekarang
TUBERCULOSIS
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru
seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana
kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya.
TUBERCULOSIS
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan
waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa,
bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada
hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.
TUBERCULOSIS
5). Data Psikososial
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan
saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang
disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk
berespon, komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang
menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku,
anggaran terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah
tindakan mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara
pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan
proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan
ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini
tentang kehidupan dan kematian.
TUBERCULOSIS
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita TB
8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien
27
TUBERCULOSIS
2.9.3 INTERVENSI
1 Ketidak efektifan bersihanjalan nafas b.d bronkospasme
TUBERCULOSIS
20 x/menit jumlah respirasi
Irama pernapasan dan kenyamanan
teratur saat respirasi
Kedalaman inspirasi seabagai
normal pertimbangan
Oksigenasi pasien dalam pemberian
adekuat alat bantu
pernapasan
4. Mengethui tingkat
suara nafas
dengkur
29
TUBERCULOSIS
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan nutrisi
Pasien mengalami
peningkatan berat badan
30
TUBERCULOSIS
2.9.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
2.9.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir (Hidayat, A Aziz, 2002 : 46)
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain
A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang
kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang
menimbulkan diagnosa keperawatan baru
P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas yang
berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan
membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.
31
TUBERCULOSIS
BAB III
MANAJEMEN KASUS
3.1PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Umur : 32 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNT
Agama : Islam
Umur : 31 th
Pendidikan : SMA
32
Agama : Islam
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak enak badan
,lemas disertai panas badan dan menggigil, serta keluar keringat banyak
setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien merasakan nafsu makan turun,
kadang-kadang klien batuk berdahak dengan lendir kekuningan. Satu
bulan sebelum klien masuk rumah sakit,klien merasakan badannya lemas
mual ,muntah sehinhgga klien dibawa oleh keluarga ke RSAS (UGD).
Selanjutnya diruangan mawar dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa
denoopati pada daerah leher pinggang dan lipatan paha.
TUBERCULOSIS
3.2 GENOGRAM
Ket. :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Sakit
34
TUBERCULOSIS
3.3 POLA AKTIVITAS
1 Nutrisi
Makan
Minum
3 botol aqua besar 3 – 6 gelas / hari
dan paling sedikit 6
- 8 gelas hari (1500
– 2000 cc)
a. BAB
3 x / hari
2 x/ hari, konsistensi
lembek
b BAK 5 x / hari 3x / hari
Kuning jernih kuning jernih
3
Pola Siang jam 14.00- klien mengatakan
17.00 WIB malam tidur tidak tentu 35
Istirahat
hari jam 22.00- selama 1-2 jam
05.00 WIB. perhari pada malam
TUBERCULOSIS
hari dan pada siang
hari sekitar 2 jam
tidak tentu.
4 Personal hygiene
5 Aktivitas
Klien mencuci Klien mengatakan
rambut 2x / minggu selama dirawat belum
pernah dicuci rambut.
Klien dapat
melakukan aktifitas Klien melakukan
sendiri tanpa aktifitas dibantu oleh
bantuan dari orang perawat dan keluarga
lain.klien juga termasuk ketika
seorang karyawan hendak BAB.
dari PT TNT
S : 37ْ0C R : 24 x / menit
f. System Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat secret, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, patensi
hidung kuat, tidak terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat
retraksi intercostalis, vertebrate lurus, tidak terdapat masa dan tidak terdapat nyeri
tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan kiri simetris, pengembangan paru saat 36
bernafas simetris, pada perkusi suara paru resonan, suara psru terdengar
vesikuler.respirasi 24 x/ menit.
TUBERCULOSIS
d. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan JVP ( Jugularis Vena Pressur ), CRT (
Cafilrary Refilling Time ) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat,
ictus kordis teraba pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler, pulsasi denyut nadi teraba lemah dengan
irama teratur, frekwensi nadi 100 x / menit. TD : 100 / 70 mmHg.
g. Sistem Pencernaan
Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada bentuk bibir, gigi jumlah 32
buah, pergerakan lidah bebas, tidak terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat
nyeri tekan, terdapat reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan
kwadran kanan bawah, dan tidak teraba pembesaran hepar dan limpa, BU 8x/menit,
BB 48 kg
h. Sistem Persyarafan
Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS = 15
Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien dapat
menyebutkan dimana klien sekarang berada serta keluarga yang menunggunya. Klien
dapat mengingat kejadian masa lampau dan kejadian yang baru saja terjadi.
Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan samping
mengedip spontan, pupil osokov simetris dan kontraksi saat diberi cahaya.
37
(4). Nervus Trigeminus
TUBERCULOSIS
Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat menggerakkan
rahangnya, klien mampu mengedip
Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin, manis, pada
lidahnya, tidak terdapat parese
Klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan kata “Ach “.
Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi tekanan pada
dagu disaat klien menoleh, klien dapat mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan
melawan tekanan yang diberikan.
kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan dapat menariknya
dengan baik dan pergerakan terkontrol.
i. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri terdapat bekas
opersi lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hormonal seperti
moonface ataupun exopthalmus, tidak terdapat tremori pada kedua belah tangan.
j. Sistem Genetourinaria
Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar KGB + 5 cm yang
masih basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi tidak terdapat pembesaran ginjal, blas
terasa kosong. 38
TUBERCULOSIS
k. Sistem Muskoloskeletal
i. Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat menahan pada saat
dagu diberi tahanan.
ii. Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral kidanka 45o, dan rotasi
360o.
iii. Extermitas Atas
Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC rotasi 360o,
pergelangan tangan dapat di extensikan , fleksi, rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari
tangan dapat di abduksikan, reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem
terpasang infus RL 20 tpm pada tangalo kanan.
5 5
l. Sistem Integumen
Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe, tugor kulit baik) S
. 376C., terdapat luka operasi pada daerah lipatan paha pinggang
1 Status Emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada rendah
2 Kecemasan
Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah
39
penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang
penyakitnya dan cara perawatannya.
TUBERCULOSIS
3 Pola koping
Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka bercerita padaGaya
Komunikasi
Klien berbicara cukup jelas, expressi muka sesuatu yang klien rasakan
Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan jika sakit akan sembuh
dengan pengobatan yang teratur disertai do’a kepada Tuhan YME. Selama di RS klien
tidak dapat menjalankan ibadahnya seperti biasa.
HAEMATOLOGI I
Tgl 23-11-2016BTA +
TUBERCULOSIS
Photo thorax : kesan thorax kusam TB paru duplex Aktif
3.9 Therapy
Anadex 3 x 1 tablet Broxed 1 x 2 gr
Santibi 2 H Rantin 2 x 1 amp
Rifamficin 1 x 1 Cedantron 3 x 1 amp
Inoxin 1 x 1 tablet
Dumin 3 x 1 tablet
Tusilan 3 x 1 tablet
Analisa Data
Alveolus mengalami
konsolidasi dan eksudasi
G3 pertukarang gas
41
TUBERCULOSIS
2. Ds : Masuknya Mikroorganisme Gangguan pemenuhan
TBC kebutuhan nutrisi
- Klien mengeluh
tidak ada nafsu
makan
Tahap lanjut
- Mual
Do :
Mual, muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
TUBERCULOSIS
DO : Secret keluar saat batuk
Resiko infeksi
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan
intake nutrisi
3. Resiko infeksi b.d organisme purulen
43
TUBERCULOSIS
B. PERENANCAAN KEPERAWATAN
Perencanan
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
TUBERCULOSIS
warna kuning
TUBERCULOSIS
mengeluh perawatan vitamin c energy
tidak ada selama lima hari 3 Monitor 3 Mengetahui
nafsu makan kebutuhan adanya perkembangan
- Mual nutrisi klien penurunan nutrisi
Do : terpenuhi berat badan 4 Mengetahui adanya
dengan kriteria : 4 Monitor tanda-tanda
- Porsi makan
- Mual turgor kulit dehidrasi
tidak habis,
berkurang 5 Kolaborasi 5 Agar kebutuhan
hanya ¼
- Porsi makan dengan ahli nutrisi pasien dapat
setiap kali
habis gizi untuk terpenuhi.
makan
- Nafsu makan menetukan
- BB: 48 KG
meningkat jumlah kalori
- Hb : 9,1
- BB naik 0.5 dan nutrisi
mg/dl
kg yang
- Klien tampak
dibutuhkan
lemas
oleh pasien.
- Konjungtiva
pucat
46
TUBERCULOSIS
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TUBERCULOSIS
mengerti dan mau melakukan 5 Kolaborasi dengan dokter
4. membatasi pengunjung d/h pemberian antibiotic
yang menjaga klien hanya satu
orang dan pengunjung dibatasi
08:25 5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotic d/h
injeksi rifamficin 1 x 1
TUBERCULOSIS
BAB IV
PENUTUP
4.1KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjaltulang,
dan nodus limfe. Agen infeksius utama mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic
tahan asa yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Tuberculosis dapat ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batu, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 μ) dan kecil (1 sampai 5 μ). Droplet yang besar menetap, sementara
yang kecil bertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi tertular tuberkulosisadalah :
4.2SARAN
Diharapkan dengan membaca makalah ini seluruh masayarakat, perawat, petugas
kesehatan dapat mengetahui bahayanya penyakit tuberculosis, penyebab, cara penularannya.
Serta perawat dapat memberika asuhan keperawatan yang optimal bagi penderita TB dan
49
mengutamakan perlindungan diri perawat sebelum dan sesudah memberikan tindakan
keperawatan
TUBERCULOSIS
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C. Diane. 2000. Keperawatan medical bedah : bukusaku untuk brunner and
suddarth. Jakarta EGC
Price Anderson Sylvia. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Corwin j. Elizabeth. 2009. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC
Kee, Joyce Lefever. 2010. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. Edisi ke-2, Jakarta : EGC,
50
TUBERCULOSIS