Naskah
Naskah
STAF AHLI
Pendahuluan
1. Kekuatan udara suatu negara memiliki peran penting dalam suatu pertahanan.
Penguasaan ruang udara dan pemanfaatannya yang bagi TNI AU sangat berguna dalam
mendukung baik operasi militer untuk perang (OMP) ataupun operasi militer selain perang
(OMSP). Keunggulan kekuatan udara yang merupakan ciri khas Angkatan Udara adalah
pergerakan yang cepat, daya capai di seluruh titik dan di seluruh wilayah negara dengan
fleksibilitas yang tinggi. Keunggulan tersebut sangat menunjang pelaksanaan tugas-tugas
operasi udara. Keunggulan di udara juga ditentukan oleh radar yang dilengkapi dengan
adanya sensor sebagai fungsi identifikasi dalam setiap kegiatan operasi udara, fungsi
identifikasi dini yang baik dijabarkan dalam fungsi pengamatan dan pengintaian dengan
melaksanakan identifikasi baik secara visual, elektronik ataupun penggunaan teknologi
yang lain. Pelaksanaan tugas tersebut diperlukan kemampuan pengamatan dan
pengawasan terhadap seluruh wilayah udara nasional dengan menempatkan peran
alutsista radar.
aplikasi solid state dan dikemas dalam sistem AESA1. Oleh karena itu pergantian radar
AWS II menjadi radar GCI harus mendapat prioritas utama dan segera diwujudkan.
Bahan Pembahasan
3. Satuan radar yang berfungsi sebagai salah satu unsur pendeteksi memegang
peranan sangat penting bagi keberadaan TNI AU. Tugas dan tanggung jawab tersebut
telah dilimpahkan kepada Kohanudnas untuk menjaga kedaulatan hukum di wilayah udara
nasional. Unsur-unsur radar Kohanudnas yang saat ini di gelar tersebar dipelosok wilayah
NKRI merupakan unsur yang berdiri sendiri di garis paling depan dalam pengamanan
wilayah dan penegakkan kedaulatan Republik Indonesia. Sampai saat ini pengamatan
udara di wilayah Jawa didukung dengan enam satuan radar yaitu tiga radar GCI (Tanjung
kait, Cibalimbing dan Congot) dan tiga radar early warning AWS II (Pemalang, Ploso, dan
Ngliyep). Untuk radar early warning AWS II yang di gelar di pantai utara Jawa mempunyai
jarak jangkau maksimal 180 Nm untuk Pemalang dan 110 Nm untuk Ploso. Sementara
kemampuan radar Weibel yang di gelar di Congot merupakan medium radar dengan
jangkauan kurang lebih 150 Nm2. Kondisi radar Congot dan Ploso ini tidak lagi memenuhi
kriteria baik secara teknik maupun operasional, dan jika dipaksakan tentu memberikan
dampak negatif yang cukup besar dalam proses identifikasi. Agar tidak terjadi
permasalahan dalam sistem pertahanan udara nasional yang sedang dibangun perlu
adanya peningkatan kemampuan operasi dengan mengganti radar AWS II menjadi radar
GCI.
Daftar Pengertian
3. Guna mewujudkan kesamaan persepsi dalam memahami naskah ini, dibuat daftar
pengertian sebagai berikut:
1 http:// AESA merupakan aplikasi solid state transmitter yang dipergunakan sebagai pengganti tabung
hampa pada radar tipe lama, dimana pada setiap elemen antenna phase array radar
2 https://www.google.com/searchq=RADAR+WEIBEL+CONGOT&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab.
modul solid state yang umum dikenal sebagai T/R Module yang didalamnya terdiri
atas transmitter, receiver, dan duplexer.
4. Acuan yang menjadi landasan dan dasar pemikiran yang digunakan dalam
penyusunan naskah ini adalah:
Kajian
5. Radar AWS II. Radar AWS II yang dioperasikan oleh TNI AU diinstalasi sekitar
tahun 1962 s.d. 1994. Pada saat ini alutsista Radar Hanud AWS II dan seluruh fasilitas
operasi banyak mengalami kerusakan dan penurunan kemampuan. Meskipun sudah
menjalani beberapa perbaikan dan rekondisi, hasil yang di capai belum dapat mendukung
operasi pertahanan udara secara optimal. Ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian khusus tentang radar AWS II baik dari sudut pandang bidang teknik maupun
bidang operasional TNI AU, antara lain:
1) 60° Sturn TCA. Metode intersep ini memerlukan area yang sangat
luas dan dilaksanakan pada waktu cukup lama. Mengingat tidak ada metode
yang baku maka penuntunan terhadap pesawat dilakukan dengan
mengandalkan perkiraan. Hal ini yang menyebabkan proses pengendalian
pesawat diudara sering mengalami kegagalan. Sebagai ilustrasi bisa
diperhatikan gambar 2.
8
H 040° H 340°
40 Nm
H 270 24 Nm H 090
32 Nm
24 Nm
Ilustrasi i. Pesawat yang melaksanakan hard turn dari heading 090° menuju heading 300°
akan nampak tetap pada heading 090°. Pesawat akan muncul dan nampak pada posisi yang
sebenarnya setelah tiga kali sapuan radar ,
GCI mengacu pada gaya atau metode yang diterapkan dalam pertempuran, namun
selanjutnya mengacu pada radar itu sendiri. Secara khusus, istilah itu digunakan untuk
menggambarkan generasi baru radar yang berputar pada sumbu vertikal mereka untuk
memberikan pandangan 360° lengkap tentang situasi udara didaerah coverage radar.
Radar GCI mulai menggantikan radar lama mulai tahun 1941, paduan beberapa stasiun
radar akan dapat memonitor seluruh kegiatan udara (air situation). Saat ini, radar GCI
masih penting bagi sebagian besar negara maju dan berkembang, karena disamping
sebagai sarana peringatan dini, radar GCI juga menawarkan jangkauan yang jauh lebih
besar seperti yang tertera dalam spesifikasi teknik radar GCI (periksa lampiran B). Secara
sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bidang Teknik. Secara teknis radar GCI mempunyai kriteria sebagai berikut:
40 Nm
8 NM
+ 40 Nm
3) All Aspect Intercept. Pada metode ini tidak ada ketentuan yang baku
pada posisi antara pencegat dan sasaran. Hal ini terjadi karena setelah
dilaksanakan penyerangan pertama masing-masing penerbang berupaya
untuk berada pada posisi menembak, sementara lawan juga berusaha untuk
menghindar dari ancaman penembakan lawan. Posisi saling serang atau
saling menghindar (survive) ini memungkinkan kedudukan kedua pesawat
tidak saling menguntungkan. Pada kondisi ini fighter berusaha keras untuk
merubah kecepatan, arah, dan ketinggian secara ekstrim dalam rangka
mendapatkan keunggulan. Perubahan ekstrim ini menyebabkan
penangkapan sasaran oleh radar terputus atau menghilang (lost contact).
Disinilah dibutuhkan alutsista radar GCI yang mampu mendeteksi perubahan-
perubahan seperti itu. Sebagai ilustrasi bisa diperhatikan gambar 8.
15
ROGER
TELLY HO
H 270°
Ftr TR 270° 8 nm
280° NOW 12 nm
H 090° 30°
280°
Ftr TL 240 calls
5 nm
8 nm
30°
1 BIDANG TEKNIK
A. KEMAMPUAN
Hasil Kajian
9. Dari uraian dan data di atas dapat diambil hasil kajian antara lain :
a. Bidang Teknik. Secara teknis radar GCI mempunyai kriteria yang layak
untuk diadakan mengingat:
1) Kemampuan radar GCI baik PSR maupun SSR sudah sesuai dengan
kebutuhan Kohanudnas.
2) Dimensi radar GCI adalah 3-D, dimana setiap target memberikan informasi
bearing, range dan altitude yang sesuai dengan kondisi pesawat yang sebenarnya.
Penutup
10. Kesimpulan. Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
a. Pergantian radar AWS II menjadi radar GCI merupakan suatu tuntutan yang
tidak bisa diabaikan sehingga perlu mendapat prioritas utama dalam renstra
mendatang. Pergantian ini merupakan suatu keniscayaan yang akan membawa
kemajuan dalam sistem pertahanan udara nasional.
18
b. Adanya penanganan yang serius agar radar GCI yang diadakan sesuai
dengan harapan Kohanudnas baik secara teknis maupun operasional.
12. Wusanakata. Demikian naskah penggantian radar AWS II menjadi radar GCI
dengan harapan semoga dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan
kebijakan mengenai penggelaran radar GCI di masa mendatang.
Mengetahui:
1. Pati Koord. Naskah 1. ........
2. PSB. Kersalem 2. ........
3. Kabagum 3. ........
DAFTAR 19
PUSTAKA
Anti-Aircraft Misilles and Radar Deployed Around Moscow as U.S. Troops Arrive in
Poland13Jan 14, 2017 Source: breitbart.com.
Eshel, David (2010-02-12). Israel upgrades its antimisille plans. Aviation Week &
Space Technology. Retrieved 2010-02-1
Gunston, Bill,Radar, Rockets & Misilles, Salamander Books, 1979.
Jack, Davin, Permanent strategic defence Deployment, South Korea. January 2017
Rose, Jean. Capital Defense Instruction LLC - northern Virginia’s Strategi Penggelaran
Radar Hanud
Steven, Zaloga, Red SAM: The SA-2 Guideline Anti-Aircraft Missil, Osprey Publishing,
2007.
Internet
https://www.google.com/searchq=RADAR+WEIBEL+CONGOT&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab