Case
Case
Rezki Ramadhan
Abstrak
Rhinosinusitis merupakan penyakit yang banyak diacuhkan oleh masyarakat, Rinosinusitis
menurut EPOS dapat di definisikan sebagai inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai
dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satu awal muala dari rhinosinusitis adalah rhinitis
alergi. rinitis alergi adalah kelainan pada gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh Ig E. Dan dapat di tatalaksanakan
dengan menggunakan medikamentosa ataupunya non medika mentosa.
Abstract
Rhinosinusitis is a commonly known but are less treated as such by everone, rhinosinusitis
according to EPOS can be defined as inflammation of the nose and paranasal sinuses with one or
two symptoms, and some of the factors that can cause rhinosinusitis is allergyc rhinitis, allergyc
rhinitis is an allergyc reaction such as sneezing, rhinorrhea, itchy nose and blockage of the nose,
after the nose came in contact with something they are allergyc. And can be treated using drugs
and non drugs treatment.
media 2.
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and
cukit kulit. Angka kejadian rinitis alergika dalam rongga hidung. Ada delapan sinus
paranasal, empat buah pada masing-masing
pada anak juga meningkat. Penelitian
sisi hidung. Anatominya dapat dijelaskan
menunjukkan bahwa kejadian rinitis alergika
sebagai berikut: sinus frontal kanan dan kiri,
pada anak mencapai 42% pada anak usia 6
sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan
tahun. posterior), sinus maksila kanan dan kiri
Rinitis alergika yang muncul pada usia di (antrium highmore) dan sinus sphenoid
bawah 20 tahun ditemukan sebanyak 80% kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh
dari keseluruhan kasus. Gejala rinitis mukosa yang merupakan lanjutan mukosa
hidung, berisi udara dan semua bermuara di
alergika muncul 1 dari 5 anak pada usia 2
rongga hidung melalui ostium masing-
sampai 3 tahun dan sekitar 40% pada anak
masing3.
usia 6 tahun. Sebanyak 30% pasien akan
tahun dan cenderung menurun sesuai dengan Secara embriologis, sinus paranasal berasal
pertambahan usia. Rinitis alergika biasanya dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya pada fetus saat usia 3-4
didapat pada penderita atopi 3.
bulan, kecuali sinus frontalis dan
Anatomi dan Fisiologi sphenoidalis. Sinus maksilaris dan ethmoid
Sinus paranasal merupakan ruang udara yang
sudah ada saat anak lahir sedangkan sinus
berada di tengkorak. Bentuk sinus paranasal
frontalis mulai berkembang pada anak lebih
kurang berumur 8 tahun sebagai perluasan · Ostia di meatus medius
dari sinus etmoidalis anterior sedangkan · Pus dalam meatus medius
sinus sphenoidalis berkembang mulai pada mengalir kedalam faring
usia 8-10 tahun dan berasal dari postero- b. Grup Posterior :
superior rongga hidung. Sinus-sinus ini · Ethmoidalis posterior dan sinus
umumnya mencapai besar maksimum pada sphenoidalis
usia 15-18 tahun. Sinus frontalis kanan dan · Ostia di meatus superior
kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan Pus dalam meatus superior mengalir kedalam
oleh sekat di garis tengah4. faring
Sinus paranasal divaskularisasi oleh Sinus Maksilaris
arteri carotis interna dan eksterna serta vena a. Berhubungan dengan 3:
yang menyertainya seperti a. ethmoidalis 1) Cavum orbita, dibatasi oleh
anterior, a. ethmoidalis posterior dan a. dinding tipis (berisi n. infra
sfenopalatina. Pada meatus superior yang orbitalis) sehingga jika
merupakan ruang diantara konka superior dindingnya rusak maka dapat
dan konka media terdapat muara sinus menjalar ke mata.
ethmoid posterior dan sinus sphenoid 2) Gigi, dibatasi dinding tipis
atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.
3) Ductus nasolakrimalis,
terdapat di dinding cavum nasi.
b. Suplai darah terbanyak melalui
cabang dari arteri maksilaris. Inervasi
mukosa sinus melalui cabang dari
nervus maksilaris.
Sinus Frontalis
Gambar 2 a. Volume pada orang dewasa ± 7cc.
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi b. Bermuara ke infundibulum (meatus
6
: nasi media).
a. Grup Anterior : c. Berhubungan dengan3:
· Frontal, maksilaris dan 1) Fossa cranii anterior, dibatasi
ethmoidalis anterior oleh tulang compacta.
2) Orbita, dibatasi oleh tulang b. Suplai darah berasal dari cabang nasal
compacta. dari a. sphenopalatina. Inervasi
3) Dibatasi oleh Periosteum, kulit, mukosa berasal dari divisi oftalmika
tulang diploic. dan maksilari nervus trigeminus
d. Suplai darah diperoleh dari arteri Sinus Sphenoidal
supraorbital dan arteri supratrochlear a. Terbentuk pada fetus usia bulan III
yang berasal dari arteri oftalmika b. Terletak pada corpus, alas dan
yang merupakan salah satu cabang Processus os sphenoidalis.
dari arteri carotis inernal. Inervasi c. Volume pada orang dewasa ± 7 cc.
mukosa disuplai oleh cabang d. Berhubungan dengan3:
supraorbital dan supratrochlear 1) Sinus cavernosus pada dasar
cabang dari nervus frontalis yang cavum cranii.
berasal dari nervus trigeminus 2) Glandula pituitari, chiasma
Sinus Ethmoid n.opticum.
a. Berhubungan dengan3: 3) Tranctus olfactorius.
1) Fossa cranii anterior yang dibatasi 4) Arteri basillaris brain stem
oleh dinding tipis yaitu lamina (batang otak)
cribrosa. Jika terjadi infeksi pada e. Suplai darah berasal dari arteri
daerah sinus mudah menjalar ke carotis internal dan eksternal.
daerah cranial (meningitis, Inervasi mukosa berasal dari nervus
encefalitis dsb). trigeminus.
2) Orbita, dilapisi dinding tipis yakni Pada meatus medius yang merupakan ruang
lamina papiracea. Jika melakukan diantara konka superior dan konka inferior
operasi pada sinus ini kemudian rongga hidung terdapat suatu celah sempit
dindingnya pecah maka darah yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari
masuk ke daerah orbita sehingga sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid
terjadi Brill Hematoma. anterior.
3) Nervus Optikus. Kompleks Ostio-Meatal
4) Nervus, arteri dan vena Di meatus medius, ada muara-muara saluran
ethmoidalis anterior dan dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus
pasterior. etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit
dan dinamakan kompleks ostio-meatal semuanya disokong oleh prosesus nasalis
(KOM), terdiri dari infundibulum etmoid tulang frontalis dan suatu bagian lamina
yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, perpendikularis tulang etmoidalis. Spina
resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel nasalis anterior merupakan bagian dari
etmoid anterior dengan ostiumnya dan prosesus maksilaris medial embrio yang
ostium sinus maksila rneliputi premaksila anterior, dapat pula
dianggap sebagai bagian dari hidung luar.
Bagian berikutnya, yaitu kubah kartilago
yang sedikit dapat digerakkan, dibentuk oleh
kartilago lateralis superior yang saling
berfusi di garis tengah serta berfusi pula
dengan tepi atas kartilago septum
kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar
atau lobulus hidung, dipertahankan
bentuknya oleh kartilago lateralis inferior.
Lobulus menufup vestibulum nasi dan
dibatasi di sebelah medial oleh kolurnela, di
Hidung Dalam Struktur ini membentang dari dinding hidung dalam dan ke atas hingga
os internun di sebelah anterior hingga koana kubah hidung. Deformitas struktur demikian
hidung dari nasofaring. Septum nasi berlebihan dapat mencegah aliran udara
merupakan struktur tulang di garis tengah, untuk mencapai daerah olfaktorius, dan,
secara anatomi membagi organ menjadi dua dengan demikian dapat sangat mengganggu
hidung. Selanjutnya, pada dinding lateral penghiduan. Bagian tulang dari septum
hidung terdapat pula konka dengan rongga terdiri dari kartilago septum (kuadrangularis)
superior, media dan inferior. Senientara tulang etrnoidalis di sebelah atas, vorner dan
kerangka tulang tan.rpaknya menentukan rostrum sfenoid di posterior dan suatu krista
diameter yang pasti dari rongga udara, di sebelah bawah, terdiri dari krista maksial
struktur jaringan lunak yang menutupi dan krista palatina. Krista dan tonjolan yang
terkadang perlu diangkat, tidak jarang Bagian dalam hidung memiliki tiga fungsi
ditemukan. Pembengkokan septum yang yaitu menghangatkan, melembabkan dan
dapat terjadi karena faktor-faktor memfiltrasi udara yang masuk ke saluran
pertumbuhan ataupun trauma dapat pernapasan, mendeteksi stimulus olfactorius
sedemikian hebatnya sehingga mengganggu Memodifikasi getaran suara.
Etiologi
Infeksi bakteri atau virus, alergi dan berbagai
bahan iritan hirupan dapat menyebabkan
inflama: mukosa hidung. Infeksi akut saluran
napas atas yang disebabkan virus (acute viral
Gambar 6 uppe respiratory tract infection) merupakan
Hidung terbagi kedalam 2 bagian, yaitu
faktor penyebab terbanyak dari rinosinusitis
bagian luar dan bagian dalam. Hidung bagian
(vin rhinosinusitis). Human Rhinovirus
luar terdiri dari atas tulang, kartilago hialin,
dapat masuk ke dalam sel oleh karena
otot, dan kulit yang dilapisi oleh membrane
berikata dengan intercellular adhesion
mukosa. Tulang yang memberi bentuk
molecule-1 (ICAM-1) di permukan sel yang
hidung adalah os nasal, os maksila dan os
berfungsi sebagc reseptor virus. Udem
frontal. Sedangkan kartilago yang
mikosa hidung dan sinus maksila yang
membentuk hidung adalah kartilago septum
berakibat penyempitan ostium sinus maksila
nasi yang terdiri atas lateral dan alar.
diketemukan pada 80% pasien Common
cold. Adanya cairan (efusi) di sinus dapat di
ikuti pertumbuhan bakteri sekunder sehingga rekuren. Faktor penting lainnya adalah
timbul gejala keradangan aki (rinosinusitis interaksi imun-mikroba (gambar4)
akut bakterial). Berbagai variasi atau Rinosinusitis kronik sebagian besar (84%)
kelainan anatomi seperti sel Haller (sel disebabkan alergi terutama rinitis alergi.
etmoidalis intraorbital sel agger nasi yang Penyebab non alergi yang mempunyai peran
menonjol kearah insersi antero-superior dari penting dalam kronisitas rinosinusitis antara
konka media, kurvatur, paradoksikal dari lain rinitis vasomotor, drug induced
konka media, bula etmoidalis yang rhinosinusitis, nonallelic rhinitis with
mengadakan kontak di bagian medial eosinophilia syndrome (NARES) structural
deformitas prosesus uncinatus, deformitas rhinitis, neutrophilic rhinosinusitis, dan
konka bulosa (pneumatisasi konka media), poliposis hidung. Terminologi rinosinusitis
dai septum deviasi, dapat menyebabkan vasomotor digunakan bilamana disebabkan
penyempitan ostiomeatal secara mekanik. iritasi seperti polusi udara, asap rokok dan bai
Gangguan klirens mukosiliersering yang menyengat. Rinosinusitis dapat
ditemukan pada fibrosis kistik dan sindrom disebabkan oleh karena penggunaan obat-
diskinesi; silier (immotile cilia syndrome). obatan (drug induced rhinosinusitis) seperti
Pasien imunosupresi atau defisiensi imun obat antihipertensi dan semprot hidung.
misalnya defisiens produksi antibodi Sebagai contoh rinitis medikamentosa,
terhadap patogen bakteria cenderung merupakan refleksi penggunaan nasal
mengalami infeksi sinus, telinga, dat saluran dekongestan yang berlangsung lama
pemapasan, termasuk sinusitis, otitis media, (misalnya oxymetazoline, xylometazoline
bronkitis, dan pneumonia. Dari sindrom; ini dan sebagainya). Pada NARES, ditemukan
yang tersering adalah defisiensi IgA selektif eosinofil pada sekresi hidung tetapi tidak
dan kelainan pada produksi IgG, termasul disebabkan faktor alergi. Rinosinusitis kronik
hypogammaglobulinemia yang bervariasi juga dapat disebabkan oleh kelainan struktur
dan defisiensi subklas IgG selektif. Pasien hidung (structural rhinitis) terutama septum
yanf terinfeksi HIV juga mengalami deviasi atau deformitas pasca trauma.
peningkatan insiden sinusitis akut. Beberapa Beberapa faktor lainnya yang mempunyai
faktor yang same diatas terutama alergi dan kontribusi pada patogenesis dan kronisitas
berbagai bahan iritan lingkungan sering sinusitis adalah gangguan klirens mukosilier,
menyebabkan penyaki menjadi kronik atau ostium asesoris, patogenitas kuman /
mikroba, dan faktor inflamasi. Penderita
yang sensitif terhadap aspirin (aspirin
sensitive syndrome) atau NSAID lainnya
dapat terkena rinosinusitis berat, dan
seringkali disertai pertumbuhan polip hidung.
Patofisiologi
Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan
tempat drainase bagi kelompok sinus anterior
(frontalis, ethmoid anterior dan maksilaris)
Hubungan antara rinitis dan sinusitis adalah
dan berperan penting bagi transport mukus
sinusitis lebih sering didahului oleh rinitis
dan debris serta mempertahankan tekanan
dan jarang terjadi tanpa adanya rinitis. Gejala
oksigen yang cukup untuk mencegah
yang dirasakan adalah hidung tersumbat dan
pertumbuhan bakteri. Obstruksi ostium sinus
nasal discharge dan berkurangnya daya
pada KOM merupakan faktor predisposisi
penghidu, dan berdasarkan hubungan
yang sangat berperan bagi terjadinya
tersebut American academy of
rinosinusitis kronik. Namun demikian, kedua
otolaryngology head and neck surgery
faktor yang lainnya juga sangat berperan bagi
menyebut bahwa sinusitis adalah
terjadinya rinosinusitis kronik. Interupsi pada
rhinosinusitis.
satu atau lebih faktor diatas akan
mempengaruhi faktor lainnya dan kemudian
Sinus paranasal yang tersumbat dan di ikuti
memicu terjadinya kaskade yang
oleh kolonisasi bakteri yang mengarah
berkembang menjadi rinosinusitis kronik
menjadi akut dan rekuren atau kejadian
dengan perubahan patologis pada mukosa
sinusitis kronik, namun sebalikan inflamasi
sinus dan juga mukosa nasal, seperti yang
yang kronik akibat faktor alergi dapat
tergambar pada gambar 7 dibawah ini.14
mengarah ke penyumbatann dari sinusitis.
Khusus untuk sinusitis dentogenik: a. Salah etmoid anterior. Pada sinusitis dentogenik,
satu rongga hidung berbau busuk b. Dari dapat pula tidak beringus. c. Kelainan
anatomis yang mempredisposisi, misalnya:
hidung dapat keluar ingus kental atau tidak
deviasi septum, polip nasal, atau hipertrofi
beringus c. Terdapat gigi di rahang atas yang
konka. 4. Rinoskopi posterior Bila
berlubang / rusak.
pemeriksaan ini dapat dilakukan, maka dapat
ditemukan sekret purulen pada nasofaring.
Kriteria diagnosis rinosinusitis menurut
Bila sekret terdapat di depan muara tuba
American Academy of Otolaryngology
Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus
Faktor mayor Faktor minor bagian anterior (maksila, frontal, etmoid
-Hidung - Sakit kepala anterior), sedangkan bila sekret mengalir di
tersumbat - Demam belakang muara tuba Eustachius, maka
-Keluar sekret - Halitosis berasal dari sinus-sinus bagian posterior
dari hidung - Rasa lemah (sfenoid, etmoid posterior). 5. Otoskopi
- Nyeri diwajah - Sakit gigi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
- Hiposmia / - Sakit atau rasa adanya komplikasi pada telinga, misalnya
Anosmia penuh di telinga tuba oklusi, efusi ruang telinga tengah, atau
- Batuk kelainan pada membran timpani (inflamasi,
ruptur). 6. Foto polos sinus paranasal dengan
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Water’s view (AP / lateral), bila fasilitas
Sederhana (Objective) 1. Suhu dapat
tersedia. Pada posisi ini, sinus yang dapat
dinilai adalah maksila, frontal, dan etmoid. Pemeriksaan Fisik 1. Perhatikan adanya
Temuan yang menunjang diagnosis allergic salute, yaitu gerakan pasien
rinosinusitis antara lain: penebalan mukosa menggosok hidung dengan tangannya karena
(perselubungan), air-fluid level, dan gatal. 2. Wajah: a. Allergic shiners yaitu dark
opasifikasi sinus yang terlibat. Foto polos circles di sekitar mata dan berhubungan
sinus tidak direkomendasikan untuk anak dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung. b.
berusia di bawah 6 tahun. Pada pasien Nasal crease yaitu lipatan horizontal
dewasa, pemeriksaan ini juga bukan suatu (horizontal crease) yang melalui setengah
keharusan, mengingat diagnosis biasanya bagian bawah hidung akibat kebiasaan
dapat ditegakkan secara klinis. 7. menggosok hidung keatas dengan tangan. c.
Laboratorium, yaitu darah perifer lengkap, Mulut sering terbuka dengan lengkung
bila diperlukan dan fasilitas tersedia. langit-langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-
Rinosinusitis Kronis (RSK) Dasar geligi (facies adenoid). 3. Faring: dinding
penegakkan diagnosis RSK dapat dilihat posterior faring tampak granuler dan edema
pada tabel 5.5 di lampiran (cobblestone appearance), serta dinding