Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anemia


Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
 Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya.
 Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit

2.2 Etiologi

Penyebab anemia antara lain :

1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4. Kelainan darah

5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

C. Patofiologi
Ada beberapa mekanisme yang mendasari terjadinya anemia pada usila, yaitu:
1) Penurunan kinerja sumsum tulang: sumsum tulang, meskipun sepanjang hidup selalu dinamis
dalam memproduksi sel darah merah dan mereplikasi diri (self-replication) untuk menunjang
fungsinya, sumsum tulang tetap saja melalui periode penurunan fungsi secara fisiologis ke tahap
yang drastis. Dimana periode ini disebut tahap inovulasi sumsum tulang. Pada tahap ini yang
mencolok ialah penurunan daya replikasi sumsum tulang sehingga baik stroma sumsum tulang
yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel induk (pluripoten) maupun
kecepatan diferensiasi sel-sel progenitor untuk mencapai maturitas, akan menurun. Dampak
globalnya ialah terjadi penurunan sintesis sel darah merah. Hal inilah yang mendasari betapa
mudahnya seorang usila terkena onset anemia.
2) Penyakit kronis yang mendasari: adanya penyakit kronis pada seorang usila, mempercepat
dimulainya anemia. Di samping itu, dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa faktor-faktor
pembekuan menurun seiring usia, juga sistem imunitas tubuh yang kian menurun, sehingga
mempersulit terjadinya suatu tahap penyembuhan. Penyakit kronis, yang notabenenya adalah onset
perdarahan, akan sulit disembuhkan pada kondisi usila dengan gangguan faktor pembekuan dan
imunitas. Perdarahan yang terjadi semakin lama, semakin kronis. Anemia yang terjadi biasanya
ialah anemia defisiensi besi akibat perdarahan kronis.
3) Penurunan sintesis eritropoietin: kemampuan ginjal dalam berbagai fungsinya akan terus
menurun seiring proses penuaan, termasuk kemampuannya dalam mensintesis eritropoietin.
Kompensasi tubuh hanya mampu menghasilkan 10 % eritropoietin apabila ginjal tidak
memproduksinya. Kekurangan eritropoietin yang merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah,
mengakibatkan progenitor eritroid tidak berdiferensiasi menjadi sel darah merah. Kekurangan sel
darah merah mengakibatkan kekurangan hemoglobin, sehingga terjadi anemia.
4) Proses autoimun: kadangkala ada proses autoimun yang mendasari terjadinya anemia. Sel-sel
parietal lambung yang akibat proses autoimun mengalami atrofi, mengakibatkan lambung menjadi
tipis dengan infiltrasi sel plasma dan limfosit, sehingga berdampak pada penurunan cadangan
faktor intrinsik di parietal lambung. Dimana faktor intrinsik yang menurun di parietal lambung ini
mengakibatkan ileum sedikit menyerap vitamin B 12. Dampaknya terjadi anemia megaloblastik
(anemia pernisiosa).
5) Kurang intake: pada usila, penurunan nafsu makan secara fisiologis akan terjadi. Apabila sampai
ke periode tersebut, meskipun sedikit berpengaruh terhadap kurangnya intake atau asupan, faktor
ini masih dipertimbangkan karena faktor diet yang buruk tidak jarang mengakibatkan anemia,
terutama anemia defisiensi besi. Anemia yang disebabkan akibat kurang nafsu makan sehingga
kurang asupan, akan memperburuk percepatan tingginya nafsu makan lagi karena anemia sendiri
tidak hanya sebagai akibat dari kurang nafsu makan, tetapi juga sebagai penyebab kurangnya nafsu
makan. Hasilnya, keadaan ini menjadi suatu lingkaran setan.

2.3 Gejala

2.3.1 Subyektif :

– Klien mengeluh sesak nafas bila berjalan

– Klien mengeluh sakit kepala

– Klien mengeluh pusing

– Klien mengeluh lemah

- Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.

2.3.1 Data Obyektif :

– Nampak klien lemah

– Nampak HB 6,7 gr%

– Wajah pucat

– HB 6, 7 gr %

– Tampak lemah

– Klien tampak murung

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.5 Therapi

1]. Terapi kausal

Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkan penyebab yang mendasari terjadinya anemia
defisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukan segera kalau tidak, anemia ini dengan mudah
akan kambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besi tidak akan memberikan hasil yang
diinginkan.

2]. Terapi dengan preparat besi

Terapi dengan preparat besi: pemberiannya dapat secara:

1. Oral : preparat besi yang diberikan peroral merupakan terapi yang banyak disukai oleh
kebanyakan pasien, hal ini karena lebih efektif, lebih aman, dan dari segi ekonomi preparat
ini lebih murah. Preparat yang ter sedia berupa: - Ferro Sulfat : merupakan preparat yang
terbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat perut kosong [sebelum makan]. Jika hal
ini memberikan efek samping misalkan terjadi mual, nyeri perut, konstipasi maupun diare
maka sebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaan dengan makan atau menggantikannya
dengan preparat besi lain. (Metha A, Hoffbrand AV, 2000)
o Ferro Glukonat: merupakan preparat dengan kandungan besi lebih rendah daripada
ferro sulfat. Harga lebih mahal tetapi efektifitasnya hampir sama.
o Ferro Fumarat, Ferro Laktat.

Waktu pemberian besi peroral ini harus cukup lama yaitu untuk memulihkan cadangan besi
tubuh kalau tidak, maka anemia sering kambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral ini
menyebabkan retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu dan perbaikan
kadar hemoglobin yang berarti dalam waktu 2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikan
anemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan. Hal ini bukan berarti terapi dihentikan
tetapi terapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untuk mengisi cadangan besi tubuh. Jika
pemberian terapi besi peroral ini responnya kurang baik, perlu dipikirkan kemungkinan -
kemungkinannya sebelum diganti dengan preparat besi parenteral. Beberapa hal yang
menyebabkan kegagalan respon terhadap pemberian preparat besi peroral antara lain
perdarahan yang masih berkelanjutan (kausanya belum teratasi), ketidak patuhan pasien
dalam minum obat (tidak teratur) dosis yang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atau
anemia multifaktorial. ( Bakta IM, 2007; Hoffbrand AV, et al, 2005)

2. Parenteral : Pemberian preparat besi secara parenteral yaitu pada pasien dengan
malabsorbsi berat, penderita Crohn aktif, penderita yang tidak member respon yang baik
dengan terapi besi peroral, penderita yang tidak patuh dalam minum preparat besi atau
memang dianggap untuk memulihkan besi tubuh secara cepat yaitu pada kehamilan tua,
pasien hemodialisis.(Bakta IM, 2007, hal 26-39; Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25- 34)
Ada beberapa contoh preparat besi parenteral: - Besi Sorbitol Sitrat (Jectofer) Pemberian
dilakukan secara intramuscular dalam dan dilakukan berulang. - Ferri hidroksida-sucrosa
(Venofer) Pemberian secara intravena lambat atau infus. (Hoffbrand AV, et Al, 2005, hal
25-34)
Harga preparat besi parenteral ini jelas lebih mahal dibandingkan dengan preparat besi
yang peroral. Selain itu efek samping preparat besi parental lebih berbahaya. Beberapa efek
samping yang dapat ditimbulkan dari pemberian besi parenteral meliputi nyeri setempat
dan warna coklat pada tempat suntikan, flebitis, sakit kepala, demam, artralgia, nausea,
vomitus, nyeri punggung, flushing, urtikaria, bronkospasme, dan jarang terjadi anafilaksis
dan kematian.

Mengingat banyaknya efek samping maka pemberian parenteral perlu dipertimbangkan


benar benar. Pemberian secara infus harus diberikan secara hati-hati. Terlebih dulu
dilakukan tes hipersensitivitas, dan pasien hendaknya diobservasi selama pemberian secara
infus agar kemungkinan terjadinya anafilaksis dapat lebih diantisipasi. (Bakta IM,2007, hal
26-39; Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25-34; Tierney LM, et al, 2001, hal 64-68) Dosis besi
parenteral harus diperhitungkan dengan tepat supaya tidak kurang atau berlebihan, karena
jika kelebihan dosis akan membahayakan si pasien. Menurut Bakta IM, perhitungannya
memakai rumus sebagai berikut: (2007, hal 26-39) Kebutuhan besi [ng]= (15-Hb sekarang)
x BB x 3

3] Terapi lainnya berupa (Bakta IM, 2007; Metha A, Hoffbrand AV, 2000)

1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi protein
dalam hal ini diutamakan protein hewani.
2. Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat vitamin C ini akan
membantu penyerapan besi. Diberikan dengan dosis 3 x 100mg.
3. Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang memerlukan transfusi kecuali
dengan indikasi tertentu.

2.6 Pencegahan

Untuk pencegahan penyakit anemia sebenarnya sangat mudah. seperti dengan mengkonsumsi
makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat, vitamin b12, vitamin c. berikut
ini penjelasan singkat tentang cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa
membantu mencegah anemia diantaranya :

1. konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi

Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-sayuran yang berwarna
hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil
dan anak-anak.
2. konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat

konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran hijau gelap, jenis
kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain

3. makanan yang mengandung Vitamin B 12.


Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu

4. Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C

Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat
besi. jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk,
dan buah beri. itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara alami.

Anda mungkin juga menyukai