Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN
KATABOLISME DAN ANABOLISME KARBOHIDRAT

2.1. Pengertian
A. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian senyawa kompleks
(organik) menjadi senyawa yang lebih sederhana (anorganik). Dalam reaksi penguraian
tersebut dapat dihasilkan energi yang berasal dari terlepasnya ikatan-ikatan senyawa kimia
yang mengalami penguraian. Tetapi energi yang dihasilkan itu tidak dapat langsung
digunakan oleh sel, melainkan harus diubah dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP)
yang mengandung energy tinggi. Tujuan utama reaksi katabolisme adalah untuk
membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa sumber, yaitu Adenosin Trifosfat
(ATP). Reaksi penguraian energi pada katabolisme, secara umum dikenal dengan proses
respirasi.

B. Anabolisme
Anabolisme merupakan reaksi proses penyusunan (sintesis) senyawa kompleks dari
senyawa sederhana yang berlangsung di dalam sel. Dalam proses penyusunan senyawa kimia
tersebut diperlukan energi. Jika energy berasal dari sinar matahari akan digunakan untuk
proses fotosintesis adapun jika energi berasal dari energi kimia digunakan untuk proses
kemosintesis.

2.1.1. Katabolisme Karbohidrat


Katabolisme disebut juga dissimilasi, karena dalam proses ini energi yang tersimpan
ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan.
Proses katabolisme yang akan dibahas adalah katabolisme karbohidrat di dalam sel hidup,
yaitu respirasi sel. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang
terkandung di dalam senyawa sumber.
Tahapan Respirasi Sel
Di dalam proses respirasi sel, yang menjadi bahan bakar adalah gula heksosa.
Pembakaran tersebut memerlukan oksigen bebas, sehingga reaksi keseluruhan dapat ditulis
sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 675 kkal
Pengubahan glukosa menjadi CO2dan H2O dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu
glikolisis, reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif/ oksidasi piruvat), siklus Krebs, dan
transpor elektron.

A. Glikolisis
Glikolisis yaitu proses degradasi 1 molekul glukosa (C6) menjadi 2 molekulpiruvat (C3) yang
terjadi dalam serangkaian reaksi enzimatisyang menghasilkan energi bebas dalam bentuk
ATP dan NADH.
Sifat-sifat glikolisis ialah:
1.Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob
2.Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis, ATP (Adenosin Trifosfat), dan ADP
(Adenosin Difosfat)
3. ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul yang lain.
Proses glikolisis terdiri dari 10 langkah reaksi yang terbagimenjadi 2 Fase, yaitu:
 5 langkah pertama yang disebut fase preparatory.
 5 langkah terakhir yang disebut fase payoff.
Fase I memerlukan 2 ATP dan Fase II menghasilkan 4 ATP dan 2 NADP, sehingga total
degradasi Glukosa menjadi 2 molekul piruvat menghasil 2 molekul ATP dan 2 molekul
NADP.

Prosesnya adalah seperti berikut ini.


1) Molekul D-Glukosa diaktifkan bagi reaksi berikutnya dengan fosforilasi pada posisi 6,
menghasilkan glukosa-6-fosfat dengan memanfaatkan ATP Reaksi ini bersifat tidak dapat
balik. Enzim heksokinasemerupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg2+
sebagai kofaktor.
2) Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat, yang
merupakan suatu aldosa, menjadi fruktosa-6-fosfat, yang merupakan suatu ketosa, dengan
enzim fosfoglukoisomerase dan dibantu oleh ion Mg2+.
3) Tahap selanjutnya adalah fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh
enzim fosoffruktokinasedibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini,gugus
fosfat dipindahkan dari ATP ke fruktosa-6-fosfat pda posisi 1.
4-5) Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul
fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat
dan D-gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim aldolase fruktosadifosfatatau enzim
aldolase. Hanya satu di antara dua triosa fosfat yang dibentuk oleh aldolase, yaitu
gliseraldehid-3-fosfat, yang dapat langsung diuraikan pada tahap reaksi glikolisis
berikutnya. Tetapi, dihidroksi aseton fosfat dapat dengan cepat dan dalam reaksi dapat balik,
berubah menjadi gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim isomerase triosa fosfat.
6) Tahap selanjutnya adalah reaksi oksidasi gliseraldehid-3fosfat menjadi asam 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat
diperoleh dari asam fosfat. Enzim yang mengkatalisis dalam tahap ini adalah dehidrogenase
gliseraldehida fosfat.
7) Pada tahap ini, enzim kinase fosfogliserat mengubah asam 1,3-difosfogliserat menjadi
asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan
memerlukan ion Mg2+ sebagai kofaktor.
8) Pada tahap ini, terjadi pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi asam 2-fosfogliserat.
Reaksi ini melibatkan pergeseran dapat balik gugus fosfat dari posisi 3 ke posisi 2. Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfogliseril mutase dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor.
9) Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2-
fosfogliserat dengan katalisis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.
10) Tahap terakhir pada glikolisis ialah reaksi pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari
fosfoenolpiruvat ke ADP yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul asam piruvat.

B. Reaksi Antara (Dekarboksilasi Oksidatif/ Oksidasi Piruvat)


Glikolisis menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat ini akan dioksidasi dan
menghilangkan 1 dari 3 karbon pada asam piruvat (karbon hilang dalam bentuk CO2). Reaksi
ini menghasilkan fragmen berkarbon 2 yang disebut kelompok asetil dan mengubah NAD+
menjadi NADH. Reaksinya kompleks, melibatka 3 tahap reaksi antara. Diakhir reaksi,
kelompok asetil (fragmen berkarbon 2) bergabung dengan kofaktor koenzim A (KoA)
sehingga membentuk senyawa asetil KoA.
C. Siklus Krebs
Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler.Siklus Krebs
berlangsung di matriks mitokondria.Siklus Krebsadalah reaksi antara asetil ko-A dengan
asam oksaloasetat, yang kemudian membentukasam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan
siklus asam sitrat, karenamenggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu
penyatuan asetil ko-Adengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.

Siklus Krebs terdiri dari 9 rangkaian reaksi sebagai berikut:


Reaksi 1 : Kondensasi
Asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan
bergabung dengan asam oksaloasetat membentukasam sitrat.
Reaksi 2 dan 3 : Isomerasi
Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, Ko-A memisahkan diridari asetil
dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan danpenambahan satu
molekul air sehingga terbentuk asam isositrat.
Reaksi 4 : Oksidasi pertama
Lalu, asam isositratmengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi
NAD+ menjadiNADH, dan melepaskan satu molekul (CO2) dan membentuk asam a-
ketoglutarat(baca: asam alpha ketoglutarat).
Reaksi 5 : Oksidasi kedua
Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskansatu molekul (CO2), dan teroksidasi
dengan melepaskan satu ion H+ yang kembalimereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu,
asam a-ketoglutarat mendapatkantambahan satu Ko-A dan membentuk suksinil Ko-A.

Reaksi 6 : Fosforilasi
Setelah terbentuk suksinil Ko-Adan molekul Ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga
terbentuk asam suksinat.Pelepasan Ko-A dan perubahan suksinil Ko-A menjadi asam
suksinat menghasilkancukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus
fosfat anorganikmenjadi satu molekulATP.
Reaksi 7 : Oksidasi ketiga
Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi danmelepaskan dua ion H+, yang kemudian
diterima oleh FAD dan membentuk FADH2,dan terbentuklah asam fumarat.
Reaksi 8 dan 9 : Pembentukan kembali oksaloasetat
Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asamfumarat dan menyebabkan perubahan
susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat,karena itu asam fumarat berubah menjadi asam
malat. Terakhir, asam malatmengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang
kemudian diterima olehNAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali
terbentuk. Asamoksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil Ko-A dan kembali
menjalanisiklus Krebs.

Produk siklus krebs


Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP,6 NADH, 2
FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani
rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
Keterangan gambar:
1) Asam piruvat hasil glikolisis memasuki mitokondria
2) Asam piruvat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2.r Asam piruvat juga
memberikan hidrogen dan elektron kepada NAD+ membentuk NADH. Selanjutnya koenzim
bergabung dengan sisa 2 atom karbon dari asam piruvat membentuk asetil-koA.
3) Asetil KoA mentranfer 2 atom karbonnya ke oksaloasetat membentuk sitrat. Koenzim
A dilepaskan dri asetil KoA. Penambahan dan pelepasan H2O mengubah sitrat menjadi asam
isositrat.
4) Asam isositrat melepas gugus karboksil dalam bentuk CO2 dan terbentuk asam α-
ketoglutarat. Hidrogen dan elektron ditransfer kepada NAD, membentuk NADH.
5) Asam α-ketoglutarat melepas gugus karboksil dalam bentuk CO2, dan NADH
terbentuk. Asam α-ketoglutarat berikatan dengan molekul koenzim A, membentuk suksinil-
KoA.
6) Koenzim A dilepaskan dan digantikan oleh fosfat (berasal dari GTP). Fosfat terikat
pada ADP membentuk ATP. Suksinil- KoA berubah menjadi asam suksinat.
7) Elektron dan hidrogen dari asam suksinat ditransfer ke FAD membentuk FADH2.
Asam suksinat berubah menjadi asam fumarat.
8) Asam fumarat menggunakan H2O membentuk asam malat. Asam malat mentransfer
hidrogen dari dan elektron ke NAD+ membentuk NADH. Asam malat berubah menjadi asam
oksaloasetat yang akan digunakan dalam siklus krebs selanjutnya.

Lebih detailnya seperti berikut :


1) Asam oksaloasetat + Asetil KoA —> Asam Sitrat + KoA
2) Asam sitrat + NAD —> Asam ketoglutarat + NADH2 + CO2
3) Asam ketoglutarat + NAD + H2O —> Asam suksinat + NADH2 + CO2
4) Asam suksinat + FAD + H2O —> Fumarat + FADH2
5) Fumarat + H2O —> Malat
6) Malat + NAD —> Asam oksaloasetat +NADH2
Asam oksaloasetat = senyawa siklus (senyawa yg mengawali reaksi dan terbentuk kembali di
akhir reaksi).

D. Transpor Elektron
Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan elektron dan ion
hidrogen (H+). Elektron tersebut dibawa oleh NADH dan FADH dari satu substrat ke substrat
lain secara berantai disertai dengan [pembentukan ATP melalui proses fosforilasi oksidatif.
Fosforilasi oksidatif merupakan proses penambahan gugus fosfat anorganik ke molekul ADP.
Pada proses transpor elektron, oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir yang
berasal dari 2 ion hidrogen (H+) sehingga membentuk molekul air (H2O). Air merupakan
salah satu produk akhir dari respirasi selular.
NADH dan FADH juga berfungsi sebagai senyawa pereduksi yang menghasilkan ion
hidrogen.Setiap molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan menghasilkan
3 molekul ATP dan setiap molekul FADH2akan menghasilkan 2 molekul ATP.

2.1.2. Anabolisme Karbohidrat


Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa
kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme
memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk
kemosintesis.
A. Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi
yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan
menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya
matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer
bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya)
disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah
melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Daun tempat berlangsungnya fotosintesis. Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung


pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak
mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada
percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju
fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan
oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang
menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang
berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya
tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.

Untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya matahari,


dapat dilakukan percobaan Ingenhousz.

Jan Ingenhousz (8 Desember1730 – 7 September1799) adalah ilmuwanBritania Raya


kelahiran Belanda yang membuktikan bahwa intensitascahaya memengaruhi laju fotosintesis
pada tumbuhan. Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukannya, diketahui bahwa
tumbuhan menyerap karbon dioksida hanya jika ada cahaya. Temuan ini menunjukkan bahwa
cahaya mempunyai peran kunci dalam fotosintesis. Dalam kegelapan, tumbuhan
mengeluarkan karbon dioksida dan mengambil oksigen ketika bernapas untuk memperoleh
energi.

Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan
pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.
Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam
menyerap energi matahari. Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen
klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti
cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.
Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran
yang disebut lokuli.
Strukrture kloroplas =
1. membran luar
2. ruang antar membrane
3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. Stroma
5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)
6. membran tilakoid
7. granum (kumpulan tilakoid)
8. tilakoid (lamella)
9. Pati 10. Ribosom 11. DNA plastid 12. Plastoglobula
Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk
grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan
tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran
tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein,
klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim,
DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan
(Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.
Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid
dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri
sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal
sebagai fotosistem.

B. Pigmen Fotosintesis
Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintetik. Di dalam
daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang, pada keduanya mengandung
kloroplast yang mengandung klorofil / pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen
fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari.
Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang melingkupi ruangan yang
berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut membentak suatu sistem membran
tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-
kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentuk apa yang disebut grana.
Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia
berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintetis
berlangsung di stroma.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain :


1. Gen: bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil.
2. Cahaya: beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya,
tanaman lain tidak memerlukan cahaya.
3. Unsur N, Mg dan Fe: merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis
klorofil.
4. Air: bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.

C. Proses Fotosintesis

Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu


pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada tumbuhan,
organ utama tempa berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel
yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat
berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut
fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).

a). Reaksi Terang


Tahap awal foto sintesis adalah reaksi terang atau reaksi yang bergantung pada
cahaya. Dalam reaksi terang terjadi tiga proses yang berlangsung di dalam kloroplas,
khususnya di membran tilakoid.
1. Pigmen fotosintesis menyerap energi cahaya dan melepaskan elektron yang akan masuk ke
sistem transpor elektron.
2. Molekul air pecah, ATP dan NADPH (Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phospate H)
terbentuk dan oksigen dilepaskan.
3. Pigmen fotosintesis yang melepas elektron menerima kembali elektron sebagai gantinya.
Reaksi terang terjadi jika ada cahaya, misalnya cahaya matahari.Selama tahap ini, klorofil di
dalam membran granum menyerap cahaya merah dan nila yang memiliki gelombang
panjang.Energi ditangkap oleh klorofil dan digunakan untuk memecah molekul
air.Pemecahan ini disebut fotolisis.Fotolisis mengakibatkan molekul air pecah menjadi
hidrogen dan oksigen.
Reaksi fotolisis dapat ditulis sebagai berikut:
2H2O → 2H2 + O2
Bahwa O2 hasil fotosintesis ini berasal dari peristiwa fotolisis, telah dibuktikan dengan isotop
18
O oleh S. Ruben dan M.D. Kamen serta Robert Hill (ahli kimia Inggris).Reaksi terang
disebut juga reaksi Hill.
Selama reaksi terang fotosintesis, terdapat dua kemungkinan rute untuk aliran elektron, yaitu
non siklik dan siklik.
 Aliran elektron non siklik
Melibatkan 2 fotosistem, yaitu Fotosistem I dan II
1. Fotosistem I (P700) fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700
nm
2. Fotosistem II (P680) fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang
680 n
 Aliran elektron siklik
Pada kondisi tertentu, elektron terfotoeksitasi mengambil jalur aliran elektron siklik.Aliran
elektron siklik merupakan hubungan yang singkat.Aliran elektron siklik menggunakan
fotosistem I, tetapi tidak menggunakan fotosistem II.

Fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu
sebagai berikut
Fotofosforilasi Siklik Fotofosforilasi Nonsiklik

Hanya melibatkan fotosistem I Melibatkan fotosistem I dan II

Menghasilkan ATP Menghasilkan ATP dan NADPH

Tidak terjadi fotolisis air Terjadi fotolisis air untuk


menutupikekurangan elektron pada
fotosistem II

b) Reaksi Gelap
Reaksi gelap berlangsung di stroma tanpa bantuan energi cahaya. Reaksi ini
menurunkan energi berupa ATP dan NADPH yang berasal dari reaksi terang untuk fiksasi
CO2. Pada saat ini terjadi pengikatan CO2 di udara oleh RuBP (ribulosa biphosphat) menjadi
PGA (asam 3-fosfogliserat) yang akan berikatan dengan ion H+ (dari reaksi terang) menjadi
PGAL (phosphor gliseral dehide). Melalui reaksi yang diselenggarakan oleh enzim, PGAL
dibentuk menjadi glukosa atau amilum.Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew
Benson, karena itu reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.
Salah satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom karbon lima
yang terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat. Jika diberikan gugus fosfat kedua dari ATP maka
dihasilkan ribulosa difosfat (RDP). Ribulosa difosfat ini yang nantinya akan mengikat
CO2dalam reaksi gelap. Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase),
yaitu fiksasi, reduksi, dan regenerasi.
a) Fiksasi karbon. Molekul CO2 diikat pada ribulosa bifosfat (RuBP) dengan bantuan RuBP
karboksilase atau Rubisco. Reaksi ini menghasilkan dua molekul 3-fosfogliserat.
b) Reduksi. Tiap molekul 3-fosfogliserat menerima gugus fosfat baru dari ATP
menghasilkan 1,3-difosfogliserat. Selanjutnya 1,3 difosfogliserat direduksi oleh sepasang
electron dari NADPH menjadi gliseraldehid 3-fosfat (G3P). G3P merupakan gula. Setiap 3
molekul CO2 terdapat 6 molekul G3P, tetapi hanya 1 molekul G3P yang dihitung sebagai
selisih perolehan karbohidrat. Satu molekul keluar siklus dan digunakan oleh tumbuhan,
sedangkan 5 molekul didaur ulang untuk menghasilkan 3 molekul RuBP.
c) Regenerasi akseptor CO2. Lima molekul G3P disusun ulang dalam langkah terakhir
siklus Calvin menjadi 3 molekul RuBP yang siap menerima CO2 kembali.

B. Kemosintesis
Kemosintesis adalah proses asimilasi karbon yang energinya berasal dari reaksi-
reaksi kimia, dan tidak diperlukan klorofil. Umumnya dilakukan oleh mikroorganisme,
misalnya bakteri. Organisme disebut kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof ini akan
mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi yang timbul digunakan untuk asimilasi
karbon.
contoh, bakteri nitrit : Nitrosomonas, Nitrosococcus

2NH3 + 3O2 2 HNO2 + 2H2 O +Energi

contoh, Bakteri nitrat : Nitrobacter

2 HNO2 + O2 2HNO3 + Energi

contoh, Bakteri belerang : Thiobacillus, Bagiatoa

Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai sumber
energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi
C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur,
bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh
energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu.
a. Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+
(ferri), misalnya ferrobacillus.
b. Bakteri nitrifikasimelakukan oksidasi NH3 yang dihasilkan dari protein oleh bakteri
heterotrof dari hasil perombakan menjadi nitrat. Nitrat yang dihasilkan menyediakan
keperluan nitrogen bagi tumbuhan, misalnya Nitrosomonas, Nitrosococcus , Nitrobacter.
c. Bakteri belerangyang kemoautotrop mengoksidasi H2S di tempat tinggalnya (mata air
belerang) sehingga menghasilkan energi, misalnya Thiobacillus, Beggiatoa.

Tabel 1.2 Perbandingan Fotosintesis dan Kemosintesis


Faktor pembanding Fotosintesis Kemosintesis
Bahan dasar CO2 dan H2O CO2 dan H2O
Sumber energy Sinar matahari Zat-zat kimia
Tumbuhan tak berklorofil, misalnya
Pelaku Tumbuhan berklorofil
bakteri
Hasil Karbohidrat/ glukosa Glukosa

Tanaman C3,C4, dan CAM


Tumbuhan dikelompokan berdasarkan tipe fotosintesisnya, yaitu tumbuhan C3, C4, dan
CAM (crassulacean acid metabolism).Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas
dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3.Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi
kandungan CO2 atmosfer tinggi.Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang,
kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
a. Tanaman C3
Dalam fotosintesis C3 berbeda dengan C4, pada C3 karbon dioksida masuk ke siklus
calvin secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen.Tanaman C3
mempunyai suatu peran penting dalam metabolisme, Tanaman C3 mempunyai
kemampuan fotorespirasi yang rendah karena mereka tidak memerlukan energi untuk fiksasi
sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan 20 % karbon dalam siklus calvin karena radiasi,
tanaman ini termasuk salah satu group phylogenik. Konsep dasar reaksi gelap fotosintesis
siklus Calvin (C3) adalah sebagai berikut:
CO2 diikat oleh RUDP untuk selanjutnya dirubah menjadi senyawa organik C6 yang tidak
stabil yang pada akhirnya dirubah menjadi glukosa dengan menggunakan 18 ATP dan 12
NADPH.Siklus ini terjadi dalam kloroplas pada bagian stroma.Untuk menghasilkan satu
molekul glukosa diperlukan 6 siklus C3.
b. Tanaman C4
Tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), dan tumbuhan tertentu lain
tidak mengikat karbon dioksida secara langsung. Pada tumbuhan ini senyawa pertama yang
terbentuk setelah jangka waktu pelaksanaan fotosintesis yang sangat pendek, bukanlah
senyawa 3-C asam fosfogliserat (PGA), melainkan senyawa 4-C asam oksaloasetat
(OAA).Metode alternatif fiksasi karbon dioksida untuk fotosintesis ini disebut jalur Hatch-
Slack. Tumbuhan yang menggunakan jalur ini disebut tumbuhan C4 atau tumbuhan 4
karbon.
c. Tanaman CAM
Berbeda dengan gerakan stomata yang lazim, stomata tumbuhan CAM membuka
pada malam hari, tetapi menutup pada siang hari.Pada malam hari jika kondisi udara kurang
menguntungkan untuk transpirasi, stomata tumbuhan CAM membuka, Karbon dioksida
berdifusi ke dalam daun dan diikat oleh sistem PEP karboksilase untuk membentuk OAA dan
malat. Malat lalu dipindahkan dari sitoplasma ke vakuola tengah sel-sel mesofil dan di sana
asam ini terkumpul dalam jumlah besar. Sepanjang siang hari stomata menutup, karena itu
berkuranglah kehilangan airnya, dan malat serta asam organik lain yang terkumpul
didekarboksilasi agar ada persediaan karon dioksida yang langsung akan diikat oleh sel
melalui daur Calvin.

Jalur C2 (Jalur Glikolat)


Jalur C2 adalah peristiwa pembebasan CO2 pada tumbuhan hijau yang terjadi di saat
intensitas cahaya matahari relatif tinggi.Jadi, jalur C2 bukan pengikatan CO2 seperti pada
jalur C3, C4, dan jalur CAM.Jalur C2 yang disebut fotorespirasi ditemukan oleh J.P Decker,
pakar fisiologi tumbuhan dari Amerika Serikat. Oleh Tolbert dari michigan state university,
jalur C2 (fotorespirasi) dinamakan jalur glikolat.

C. Keterkaitan Proses Katabolisme dan Anabolisme


Reaksi pada katabolisme adalah reaksi penguraian yang memecah molekul dan
cenderung melepaskan energi. Reaksi pada anabolisme cenderung memerlukan energi. Bisa
dikatakan bahwa katabolisme memicu anabolisme karena katabolisme menyebabkan sintesis
ATP yang digunakan untuk anabolisme.

Tabel 1.3Faktor –faktor yang mempengaruhi katabolisme dan anabolisme

Pengaruh pada laju


Faktor
Katabolisme Anabolisme
a. a. Luar Mempercepat (pada batas optimal). Mempercepat (pada batas
1. 1. optimal).
Cahaya
2. 2. Suhu Mempercepat (pada rentang 0o C – 45o C). Di atas suhu optimum
menurunkan, karena merusak
enzim.
3. 3. CO2 Menurunkan laju respirasi. Meningkatkan, pada kadar
optimum.
4. 4. O2 Mempercepat. Menghambat
5. 5. H2O Menurunkan. Berpengaruh tidak langsung,
contoh: membuka dan
menutupnya stomata.
6. 6. Dalam jumlah sedikit meningkatkan dan Kekurangan unsur N
Unsur/ dalam jumlah yang banyak menurunkan, menghambat sintesis klorofil,
7. senyawa karena menghambat reaksi enzim. Contoh: sehingga menurunkan laju
kimia aseton, eter, sianida, dsb. anabolisme.
8. 7. Luka Meningkatkan, hingga terjadinya kalus
dibagian luka.
9. 8. Rangsangan mekanis meningkatkan laju
Mekanis katabolisme, asal tidak berulang-ulang.

b. b. 1. Substrat respirasi mempercepat laju Laju anabolisme dipengaruhi


Dalam katabolisme. oleh:
1. 2. Laju katabolisme dipengaruhi juga 1. 1. Klorofil
oleh kuantitas dan kualitas protoplasma. 2. Membukamenutupnya
stomata.
3. Anatomi daun
4. Morfologi daun (kasar
halusnya, tebal tipisnya).
5. Hambatan pada transportasi
hasil fotosintesis, menghambat
laju anabolisme

Metabolisme dalam tubuh memerlukan makanan sebagai sumber energi dan materi.
Perkembangan teknologi telah mempengaruhi proses pengolahan makanan.
Teknologi Makanan Berkadar Gula Rendah
Makanan berisi materi dan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Orang yang kelebihan
makanan tetapi tidak diimbangi dengan gerak dan olahraga yang cukup seringkali
menunjukkan gejala kelebihan berat badan. akanKelebihan energi dan materi akan tersimpan
dalam jaringan lemak pada lapisan di bawah kulit, jaringan penghubung di antara alat
pencernaan, jantung dan paru-paru.
Di negara maju, kemakmuran menyebabkan meningkatnya orang yang memiliki obesitas dan
penyakit kelebihan gizi berupa penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke. Penyakit-
penyakit tersebut ditimbulkan oleh meningkatnya konsumsi makanan berenergi tinggi. Oleh
karena itu, cara efektif menjaga kesehatan adalah mengatur menu makanan yang sesuai
dengan kebutuhan. Makanan yang mengandung energi rendah dicari orang-orang gemuk atau
orang yang tidak ingin gemuk. Dengan demikian dapat dipahami bila dalam kegiatan
ekonomi orang mencari produk teknologi makanan berkadar gula rendah.
BAB III
PEMBAHASAN RESPIRASI

3.1. Pengertian
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup
melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan
dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga
tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme
hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya
diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu
melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit
penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam
lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses
ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau
NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik
(memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir
ini.
Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai
oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian,
banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob.
Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau
senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.
Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik terjadi di
dalam mitokondria.

3.1.1. Respirasi Aerob

Respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasana aerobik


sehingga dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan energi dalam jumlah besar. Energi
ini dihasilkan dan disimpan dalam bentuk energi kimia yang siap digunakan, yaitu ATP.
Pelepasan gugus posfat menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel untuk
melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak, reproduksi, dll. Reaksi
respirasi aerob secara sederhana adalah :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O

Respirasi bertujuan menghasilkan energi dari sumber nutrisi yang dimiliki.


Semua makhluk hidup melakukan respirasi dan tidak hanya berupa pengambilan udara secara
langsung. Respirasi dalam kaitannya dengan pembentukan energi dilakukan di dalam sel.
Oleh karena itu, prosesnya dinamakan respirasi sel. Organel sel yang berfungsi dalam
menjalankan tugas pembentukan energi ini adalah mitokondria. Respirasi termasuk ke dalam
kelompok katabolisme karena di dalamnya terjadi penguraian senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana, diikuti dengan pelepasan energi. Energi yang kita gunakan
dapat berasal dari hasil metabolisme tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan
organisme autotrof, yang berarti dapat memproduksi makanan sendiri. Adapun konsumen,
seperti hewan dan manusia, yang tidak dapat menyediakan makanan sendiri disebut
organisme heterotrof. Proses respirasi erat kaitannya dengan pembakaran bahan bakar
berupa makanan menjadi energi. Kondisi optimal akan tercapai dalam kondisi aerob (ada
oksigen). Secara singkat, proses yang terjadi sebagai berikut.
Pembentukan energi siap pakai akan melalui beberapa tahap reaksi dalam sistem respirasi sel
pada mitokondria. Menurut Campbell, et al, (2006: 93) reaksi-reaksi tersebut, yaitu:

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan glukosa menjadi asam piruvat;


2. Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, yakni perombakan asam piruvat menjadi
asetil Co-A;
3. Daur asam sitrat, yakni siklus perombakan asetil Ko-A menjadi akseptor elektron
dan terjadi pelepasan sumber energi;
4. Transfer elektron, yakni mekanisme pembentukan energi terbesar dalam proses
respirasi sel yang menghasilkan produk sampingan berupa air.
3.1.1.1. Glikolisis
Tahap ini merupakan awal terjadinya respirasi sel. Molekul glukosa akan masuk ke dalam sel
melalui proses difusi. Agar dapat bereaksi, glukosa diberi energi aktivasi berupa satu ATP.
Hal ini mengakibatkan glukosa dalam keadaan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat yang
dibantu oleh enzim heksokinase. Secara singkat, glukosa-6-fosfat dipecah menjadi 2
buah molekul gliseraldehid-3-fosfat (PGAL) dengan bantuan satu ATP dan
enzim fosfoheksokinase. Proses selanjutnya merupakan proses eksergonik. Hasilnya adalah 4
molekul ATP dan hasil akhir berupa 2 molekul asam piruvat (C3). Secara lengkap, proses
glikolisis yang terjadi sebagai berikut (Gambar 1).
Walaupun empat molekul ATP dibentuk pada tahap glikolisis, namun hasil reaksi
keseluruhan adalah dua molekul ATP. Ada dua molekul ATP yang harus diberikan pada fase
awal glikolisis. Tahap glikolisis tidak memerlukan oksigen.
3.1.1.2. Dekarboksilasi Oksidatif
Setiap asam piruvat yang dihasilkan kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA (koenzim-
A). Asam piruvat ini akan mengalami dekarboksilasi sehingga gugus karboksil akan hilang
sebagai CO2 dan akan berdifusi keluar sel. Dua gugus karbon yang tersisa kemudian akan
mengalami oksidasi sehingga gugus hidrogen dikeluarkan dan ditangkap oleh akseptor
elektron NAD+. Perhatikan Gambar 2.
Gugus yang terbentuk, kemudian ditambahkan koenzim-A sehingga menjadi asetil-KoA.
Hasil akhir dari proses dekarboksilasi oksidatif ini akan menghasilkan 2 asetil-KoA dan 2
molekul NADH. Pembentukan asetil-KoA memerlukan kehadiran vitamin B1. Berdasarkan
hal tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya vitamin B dalam tubuh hewan maupun
tumbuhan.
.
3.1.1.3. Siklus Krebs / Asam Sitrat
Proses selanjutnya adalah daur asetil-KoA menjadi beberapa bentuk sehingga dihasilkan
banyak akseptor elektron. Selain disebut sebagai daur asam sitrat, proses ini disebut juga daur
Krebs. Hans A. Krebs adalah orang yang pertama kali mengamati dan menjelaskan fenomena
ini pada tahun 1930. Setiap tahapan dalam daur asam sitrat dikatalis oleh enzim yang khusus.
Berikut adalah beberapa tahapan yang terjadi dalam daur asam sitrat.
Sekali lagi dalam siklus krebs Asetil-KoA akan menyumbangkan gugus asetil pada
kita bisa ketahui jalur-jalur oksaloasetat sehingga terbentuk asam sitrat. Koenzim A
metabolisme daur asam akan dikeluarkan dan digantikan dengan penambahan
trikarboksilat(asam sitrat) molekul air.
pertama diketemukan oleh
Krebs (1937)

1. Perubahan formasi asam sitrat menjadi asam isositrat akan disertai pelepasan air.

2. Asam isositrat akan melepaskan satu gugus atom C dengan bantuan enzim asam
isositrat dehidrogenase, membentuk asam α-ketoglutarat. NAD+ akan mendapatkan donor
elektron dari hidrogen untuk membentuk NADH. Asam α-ketoglutarat selanjutnya diubah
menjadi suksinil KoA.
3. Asam suksinat tiokinase membantu pelepasan gugus KoA dan ADP mendapatkan
donor fosfat menjadi ATP. Akhirnya, suksinil-KoA berubah menjadi asam suksinat.
4. Asam suksinat dengan bantuan suksinat dehidrogenase akan berubah menjadi asam
fumarat disertai pelepasan satu gugus elektron. Pada tahap ini, elektron akan ditangkap oleh
akseptor FAD menjadi FADH2.
5. Asam Fumarat akan diubah menjadi asam malat dengan bantuan enzim fumarase.
6. Asam malat akan membentuk asam oksaloasetat dengan bantuan enzim asam malat
dehidrogenase. NAD+ akan menerima sumbangan elektron dari tahap ini dan membentuk
NADH.
7. Dengan terbentuknya asam oksaloasetat, siklus akan dapat dimulai lagi dengan
sumbangan dua gugus karbon dari asetil KoA.
3.1.1.4. Transfer Elektron

Selama tiga proses sebelumnya, dihasilkan beberapa reseptor elektron yang bermuatan akibat
penambahan ion hidrogen. Reseptor-reseptor ini kemudian akan masuk ke transfer elektron
untuk membentuk suatu molekul berenergi tinggi, yakni ATP. Reaksi ini berlangsung di
dalam membran mitokondria. Reaksi ini berfungsi membentuk energi selama oksidasi yang
dibantu oleh enzim pereduksi. Transfer elektron merupakan proses kompleks yang
melibatkan NADH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide), FAD (Flavin Adenine
Dinucleotide), dan molekul-molekul lainnya. Dalam pembentukan ATP ini, ada
akseptor elektron yang akan memfasilitasi pertukaran elektron dari satu sistem ke sistem
lainnya.
1. Enzim dehidrogenase mengambil hidrogen dari zat yang akan diubah oleh enzim
(substrat). Hidrogen mengalami ionisasi sebagai berikut : 2H → 2H+ + 2e (Elektron).
2. NADH dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindahkan ion hidrogen kepada
flavoprotein (FP), flavin mononukleotida (FMN), atau FAD yang bertindak sebagai
3. pembawa ion hidrogen. Dari flavoprotein atau FAD, setiap proton atau hidrogen
dikeluarkan ke matriks sitoplasma untuk membentuk molekul H2O.
4. Elektron akan berpindah dari ubiquinon ke protein yang mengandung besi dan sulfur
(FeSa dan FeSb) → sitokrom b → koenzim quinon → sitokrom b2 sitokrom o → sitokrom
c → sitokrom a → sitokrom a3, dan terakhir diterima oleh molekul oksigen sehingga
terbentuk H2O perhatikan Gambar 5.
Di dalam rantai pernapasan, 3 molekul air (H2O) dihasilkan melalui NADH dan 1
molekul H2O dihasilkan melalui FAD. Satu mol H2O yang melalui NADH setara dengan 3
ATP dan 1 molekul air yang melalui FAD
setara dengan 2 ATP.
Tabel 1 Tahap Reaksi pada Respirasi
Walaupun ATP total yang tertera pada Tabel 1 adalah 38 ATP, jumlah total yang dihasilkan
pada proses respirasi adalah 36 ATP. Hal tersebut disebabkan 2 ATP digunakan oleh elektron
untuk masuk ke mitokondria.
No Proses Akseptor ATP
1. Glikolisis → 2 asam piruvat 2 NADH 2 ATP
2. Siklus Krebs
2 asam piruvat → 2 asetil KoA + 2CO2 2 NADH 2ATP
2 asetil KoA → 4CO2 6 NADH
3. Rantai transfer elektron 30 ATP 34 ATP
10NADH + 502 → 10NAD + 10H2O
+
4 ATP
2 FADH2 + O2 → 2 FAD + 2H2O

3.2. Repirasi Anaerob


Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan, respirasi yang berlangsung adalah respirasi aerob,
namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat karena sesuatu hal, maka hewan
dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi yaitu proses pembebasan energi
tanpa adanya oksigen, yang disebut respirasi anaerob.
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa
menggunakan oksigen. Perlu Anda ketahui sel jamur dan bakteri dapat melakukan respirasi
anorganik. Demikian juga apabila kita melakukan konstraksi otot terlalu kuat misalnya
berlari-lari, maka sel-sel
jaringan otot kita juga melakukan respirasi anaerob. Pada keadaan oksigen yang tidak
mencukupi untuk respirasi maka terjadi penimbunan asam laktat di dalam sel dan akan
menimbulkan kelelahan. Proses penguraian pada respirasi anaerob disebut fermentasi.

Dari hasil akhir fermentasi, jenis fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/asam
susu, fermentasi alkohol dan fermentasi asam cuka.

3.2.1. Fermentasi Asam Laktat


Jika dilihat dari namanya maka hasil akhir dari fermentasi adalah asam laktat atau asam
susu. Kelelahan yang terjadi pada manusia karena bergerak melebihi kemampuan, sehingga
terbentuk asam laktat sebagai akhir dari fermentasi pada tubuh.

Reaksinya : C6H12O6 → 2 C2H5OCOOH + Energi


(enzim)

Prosesnya :

a) Glukosa →asam piruvat (proses glikolisis).


(enzim)
C6H12O6 → 2 C2H3OCOOH + Energi

b) Dehidrogenasi asam piruvat akan terbentuk asam laktat.

2 C2H3OCOOH + 2 NADH2 → 2 C2H5OCOOH + 2 NAD


(piruvat dehidrogenasi)

Energi yang terbentuk dari glikolisis akan menghasilkan asam piruvat, selanjutnya asam
piruvat menjadi asam laktat:

8ATP - 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP.

3.2.2. Fermentasi Alkohol

Pernahkah Anda makan “peuyem”? Peuyem adalah makanan khas dari daerah Jawa Barat.
Makanan ini merupakan hasil fermentasi yaitu makanan dari singkong yang diberi ragi,
melalui fermentasi alkohol. Proses fermentasi ini dimulai dengan glikosis yang menghasilkan
asam piruvat. Reaksi ini tidak ada oksigen, sehingga asam piruvat diubah menjadi asam
laktat, yang mengakibatkan elektron tidak meneruskan perjalanannya sehingga tidak lagi
menerima eletron dari NADH dan FAD. Berarti NADH yang diperlukan dalam siklus Krebs
juga tidak terbentuk, akibatnya siklus krebs terhenti. Tetapi NADH di luar mitokondria dapat
dibentuk dari NADH melalui proses pembentukan asam laktat dari asam piruvat. Perlu Anda
ketahui asam laktat adalah zat kimia yang merugian karena bersifat racun.

Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat diubah
menjadi asam asetat + CO2 , selanjutnya asam asetat diubah menjadi alkohol.
Pada fermentasi alkohol, 1 molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP,
bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul
ATP.
Pada peristiwa ini terjadi pengubahan NADH menjadi NAD + sehingga proses glikolisis
dapat terjadi, dengan demikian asam piruvat yang tersedia untuk diubah menjadi energi.

Reaksinya :
a) Gula (C6H12O6) →asam piruvat (glikolisis)
b) Dekarboksilasi asam piruvat.
Asam piruvat →asetaldehid + CO2.
(piruvat dekarboksilase (CH3CHO))

c) Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase diubah menjadi alkohol


(etanol) dengan alkohol dehidrogenase dan enzim.
2 CH3CHO + 2 NADH2 →2 C2H5OH + 2 NAD.
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 →2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

3.2.3. Fermentasi Asam Cuka

Fermentasi asam cuka merupakan fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacteraceti) dengan substrat etanol.
Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol
secara anaerob.

Reaksi:
(aerob)
C6H12O6 → 2 C2H5OH → 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
(glukosa) (asam cuka)
BAB IV
PEMBAHASAN
HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT, LEMAK, DAN
PROTEIN

Anda sudah mengetahui bahwa di dalam sel reaksi metabolisme tidak terpisah satu sama lain
yaitu membentuk suatu jejaring yang saling berkaitan.
Di dalam tubuh manusia terjadi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Bagaimana keterkaitan ketiganya?
Perhatikan Gambar di samping Pada bagan terlihat karbohidrat, protein, dan lemak bertemu
pada jalur siklus
Krebs dengan masukan asetil koenzim A. Tahukah Anda bahwa Asetil Ko-A sebagai bahan
baku dalam siklus
Krebs untuk menghasilkan energi yang berasal dari katabolisme karbohidrat, protein, maupun
lemak. Titik temu dari berbagai jalur metabolisme ini berguna untuk saling menggantikan
“bahan bakar” di dalam sel, Hasil katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga
bermanfaat untuk menghasilkan senyawa- senyawa lain yaitu dapat membentuk ATP,
hormon, komponen hemoglobin ataupun komponen sel lainnya.
Lemak (asam heksanoat) lebih banyak mengandung hidrogen terikat dan merupakan senyawa
karbon yang paling banyak tereduksi, sedangkan karbohidrat (glukosa) dan protein (asam
glutamat) banyak mengandung oksigen dan lebih sedikit hidrogen terikat adalah senyawa
yang lebih teroksidasi. Senyawa karbon yang tereduksi lebih banyak menyimpan energi dan
apabila ada pembakaran sempurna akan membebaskan energi lebih banyak karena adanya
pembebasan elektron yang lebih banyak. Jumlah elektron yang dibebaskan menunjukkan
jumlah energi yang dihasilkan. Perlu Anda ketahui pada jalur katabolisme yang berbeda
glukosa dan asam glutamat dapat menghasilkan jumlah ATP yang sama yaitu 36 ATP.
Sedangkan katabolisme asam heksanoat dengan jumlah karbon yang sama engan glukosa (6
karbon) menghasilkan 44 ATP, sehingga jumlah energi yang dihasilkan pada lemak lebih
besar dibandingkan dengan yang dihasilkan pada karbohidrat dan protein. Sedangkan jumlah
energi yang dihasilkan protein setara dengan jumlah yang dihasilkan karbohidrat dalam berat
yang sama.
Dari penjelasan itu dapat disimpulkan jika kita makan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak akan lebih memberikan rasa kenyang jika dibandingkan dengan protein
dan karbohidrat. Karena rasa kenyang tersebut disebabkan oleh kemampuan metabolisme
lemak untuk menghasilkan energi yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai