Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TERAPI MODALITAS :

TERAPI KELUARGA

OLEH :

1. KOMANG AGUS WIRANATA (P07120216013)


2. MADE AYU RYAS PRIHATINI (P07120216014)
3. NI LUH ADE SERIASIH (P07120216015)

TINGKAT 3A/ SEMESTER V


D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunainya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Modalitas: Terapi
Keluarga”. Terimakasih terhadap semua pihak yang telah membimbing dan
memotivasi kelompok ini dalam menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
diharapkan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran Keperawatan


Jiwa. Kritik dan saran sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas makalah ini.
Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

30 Agustus 2018
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini berarti bahwa untuk


mempertahankan keberadaan harusdisokong oleh usaha manusia lain sekitarnya.
Hal ini juga berarti bahwa untuk mempertahankanr keberadaannya maka manusia
harus hidup dalam kelompok. Kelompok yang terkecil dalam masyarakat adalah
keluarga, keluarga merupakan faktor yang menentukan nasib dari pada
anggotanya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa juga ikut
ditentukan oleh keluarga.
Bila menghadapi masalah, maka lembaga - lembaga akan berusaha
meyelesaikan dengan upaya dan sarana yang teresedia di keluarga tersebut, tetapi
bila kemampuannya tidak memadai maka akan mencari bantuan dari seorang ahli.
Tetapi keluarga merupakan intervensi psiko terapeutik yang berfokus pada sistem
keluarga sebagai suatu unit. Tetapi keluarga cenderung untuk melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal.
Teori terapi keluarga berdasarkan kenyataan bahwa manusia bukan mahluk
yang terisolir, dia adalah anggota dari kelompok sosial yang terlibat aksi dan reaksi.
Masalah yang terjadi pada individu berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara
individu dan keluaraganya. Pada prinsipnya terapi keluarga akan mengekslpoitasi
interaksi pasien dalam konteks kehidupannya yang bermakna yaitu dengan
mengamati hubungan pasien dengan keluarganya.

B. Rumusa Masalah
1. Apakah Pengertian dari konsep keluarga?
2. Bagaimana batasan dalam konsep keluarga?
3. Bagaimana tahap perkembangan keluarga?
4. Apa saja jenis atau tipe keluarga?
5. Bagaimana fungsi, struktur dan tugas keluarga?
6. Apakah yang dimaksud dengan keluarga sebagai sistem?
7. Bagaimana studi kasus pada keluarga?
8. Bagaimana struktur keluarga?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui adakah konsep terapi keluarga dalam keperawatan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui

3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulis berharap penulisan ini dapat menambah wawasan dan pemahaman
tentang konsep terapi keluarga dalam keperawatan jiwa.
2. Bagi Institut Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi,
bacaan perpustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penulis
selanjutnya.
3. Bagi Profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan
4. Bagi pembaca
Dengan penulisan ini, penulis ingin memberi informasi kepada pembaca
tentang konsep terapi keluarga dalam keperawatan jiwa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KELUARGA

Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh keturunan


atau perkawinan. Sementara itu menurut PP No 12 Tahun 1994, keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami-istri, dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sementara menurut WHO Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. Berdasarkan tiga definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam
masyarkat yang terdiri atas orang tua dan anak baik yang terhubungan melalui
pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
Menurut ahli keluarga yaitu Fridman (1998) menjelaskan bahwa
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memliki fungsi-fungsi
dasar keluarga. Fungi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi yang salah
satunya adalah fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan
pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian orang dewasa,
serta pemenuhan kebuuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi afektif
ini tidak dapat berjalan semestinya, maka akan terjadi ganguan psikologi yang
berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut. Contohnya
adalah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural dan lain-lain,
kejadian tersebut tidak semata-mata muncul, tetapi selalu ada pemicunya,
dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai,
struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang
mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya
gangguan kejiwaan pada keluarga tersebut.
B. TERAPI KELUARGA
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa banyak kejadian yang dapat
menyebabkan kejadian gangguan kejiwaan pada keluarga baik pada
anggotanya saja atau pada keselurhan unit dari keluarga tersebut. Pada zaman
dahulu kejadin tersebut dianggap lumrah dan biasanya keluaga mencari
pertolongan hanya untuk mengatasi gangguan gangguan yang tampak saja,
contohnya jika ada seorang anggota keluarga yang dinyatakan sakit jiwa maka
anggota keluarga lain dan masyarakat sekitar keluarga pasti akan menyarankan
agar orang tersebut dibawa RS Jiwa atau ke psikolog bahkan yang lebih parah
orang asing tersebut diasingkan atau dipasung supaya tidak membuat aib bagi
keluarga. Akan tetapi , pada kenyataa dilapangan praktik, hal tersebut sangat
tidak manjur bahkan yang ada sekarang ini orang tersebut lebih sering kambuh
dan yang lebih membahayakan adalah orang tersebut dapat membahayakan
orang lain baik fisik maupun psikologis pada orang sekitarnya. Oleh karena
karena itu untuk menanggulangi hal tersebut para ahli psikologi membuat suatu
terapi yang fokus penangannya adalah keluarga sebagai unit yang penting
dalam mengatasi masalah bagi klien baik fisik maupun psikologis.
Terapi keluarga sendiri adalah suatu psikoterapi modalitas dengan
fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaanya
terapis membantu keluarga dalam mengidentifkasi dan memperbaiki keadaan
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota keluarga yang kurang, serta pola
hubungan yang berulang yang tidak konstruktif. Pada saat ini yang menjadi
terapis dalam terapi keluarga bukan hanya psikolog, tetapi terdapat tenaga
perawat yang tersertifikasi untuk melakukan tindakan tersebut. Adapun tjuadari
terapi tersebut lebih lebih ditekankan pada keluarga yang menjalankan terapi
yaitu mengembalikan fungsi dasar keluarga serta membantu proses
penyesuaian kembali setelah selesai dari program perawatan agar dapat
berfungsi kembali khususnya dalam keluarga dan umumya di masyarakat.
Model terapi keluarga banyak jenisnya, akan tetapi yang umum digunakan
dalam terapi keluarga adalah model terapi Bowenian model struktur
(Munuchin), Model stategis dan sekarang ini terdapat modl baru yaitu model
terapi transformational ( Virginia Satir).
Peran Perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan
keperawatan yang relevan di mana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikat
dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko-edukasi pada keluarga,
sedangkan bagi yang memiliki sertifikat adalah memberikan terapi sesuai
dengan kondisi pasien . Sementara itu menurut Newman, intervensi yang
dilakukan perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu sebagai
berikut:
1. Mendidik kembali dan megorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah.
3. Mengoordinasi dan mengintergrasikan sumber pelayanan
kesehatan.
4. Memberikan penyuluhan, perawatan di rumah, psiko-edukasi, dan
lain-lain.

Tidak kalah penting adalah jika kita bukan perawat bersertifikat, kita harus bias
melakukan hal paling mendasar untuk menentukan apakah seorang tersebut
memang membutuhkan terapi keluarga atau tidak yaitu dengan pengkajian.
Indikasi dilakukan terapi keluarga pada klien tersebut adalah sebagai berikut :

1. Segan terhadap psikoterapi individu karena takut, tidak percaya


pada terapi, menentang keras terapi, melawan figure orang tua.
2. Tidak atau kurang berpengalam dengan saudara-saudaranya
mempunyai pertentanagn dengan anggota keluarga lain, tidak atau
sukar menyesuaikan diri dalam keluarga.
3. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai intelegensi
rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.
Selain peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat
pembntu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien
kambuh.
Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah
sebgai berikut :
1. Keluarga merupakan temapat individu pertama memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungan.
2. Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan
sehingga jika ada salah satu yang terganggu yang lain ikut
terganggu.
3. Keluarga menurut Sullinger (1988) merupakan salah satu penyebab
klien gangguan jiwa menjadi kambuh lagi, oleh karena itu
diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien
kambuh setidaknya membantu klien untuk dpat memperahankan
derajat kesehatan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak
dapat di pisahan dengan mudah.

Berikut adalah peran keluarga dalam terapi sendiri :


1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat
bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
3. Membantu anggota keluarga bagaimana memandang orang lain
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah di pahami
klien
5. Membangun Self esteem
6. Menuruntakn ancaman dengan latar belakang aturan untuk
interaksi
7. Menurunkan ancaan dengan struktur pembahasan yag sistematis
8. Pendidikan ulang anggot keluarga untuk bertanggung jawab
C. KONSEP TERAPI KELUARGA
Ada dampak negative dari perawatan di rumah sakit, mendorong
dicanangkannya pelayanan kesehatan jiwa masyarakat yaitu mempertahankan
klien sedapat mungkin di masyarakat. Ha ini mungkn dilakukan melalui
integrasi kesehatan jiwa masyarakat di puskesmas. Dengan demikian rentang
asuhan keperawatan adalah dari pelayanan di masyarakat sampai di pelayanan
di rumah sakit dan sebaliknya. Dengan kata lain pelayanan secara terus
menerus pada setiap keadaan klien yang mungkin berfluktuasi di sepanjang
rentang sehat saki. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat-sakit klien.
Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jikamereka tidak
sanggup lagi merawatnya, oleh karena itu asuhan keperawatan berfokus pada
keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemapuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan keluarga tersebut. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan berikut ini yaitu :
1. Mengenal maslah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan
3. Memberi perawatan pada anggota yang sehat
4. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
5. Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat ( Bailon dan
Maglaya, 1978).

D. TUJUAN TERAPI KELUARGA


Pentingnya perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari
berbagai segi yaitu : keluarga merupaka suatu konteks dimana individu
memulai hubungan interpersonal. Keluarga dapat memengaruhi nilai,
kepercayaan, sikap, dan perilaku klien. Di samping itu, keluarga mempunyai
fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa dimiliki, dan
menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat. Jika keluarga di pandang
sebagai suatu sistem , maka gangguan jiwa pada satu anggota keluarga akan
mengganggu semua sistem atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan salah satu
factor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada anggota keluarga, Berdasarkan
kedua pernyataan di atas, adapat disimpulakan betapa pentingnya peran
keluarga pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian
kembali setelah selesai program perawatan. Oleh karena itu, keterlibatan
keluarga dalam perawatan sangat menguntungkan proses pemulihan klien.

E. TERAPI STUKTUR KELUARGA


1. Model terapi ini pada mulanya dikembangkan oleh Minuchin. Konsep
keluarga sebagai suatu sistem sosiokultur terbuka digambarkan
sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga
berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota keluarga lain
dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan, misalnya
penyesuaian pola makan dari latar belakang suami, istri, keponakan,
bibi atau anggota keluarga lain yang berbeda, penyesuaian komunkasi
dari pola asuh sebelumnya yang berdeba.
2. Fokus dari terapi stuktur ini adalah perubahan adaptasi dari
maladaptive menjadi aaptif atau perubahan pla untuk memudahkan
perkembangan, untuk usaha terapi meliputi hubungan keluarga,
evaluasi stuktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh
anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahmi karakter.

F. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KELUARGA


Dengan bantua perawat, keluarga diharapkan mempunyai kempuan
mengatasi masalah dan memelihara stabilitas dari status kesehatan
semkasimal mungkin. Newman menjelaskan strategi intervensi perawat
keluarga yang lebih berfokus pada prevensi primer dan tersier seperti
berikut ini :
1. Mendidik kembali dan mengorientasi kembali seluruh
anggota keluarga misalnya : perawat menjelaskan mengapa
komunikasi itu penting, apa visi seluruh keluarga, kesamaan
harapan apa yang di miliki seluruh anggota keluarga.
2. Memberikan dukunngan kepada klien serta sistem yang
mendukung klie untuk mencapai tujuan dan usaha ntuk
berubah.
3. Menggordinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan
kesehatan. Perawat menunjukan institusi kesehatan mana
yang harus bekerja sama dengan keluarga dan siapa yang
bisa diajak konsultasi.
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier
melalui penyuluhan perawat di rumah, pendidikan, dan
sebagainya. Bila ada anggota keluarga yang kurang
memahami prilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga
yang membutukan perawatan.

Proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga akan membantu proses
intervensi dan menjaga klie agar tidak kambuh kembali setelah pulang.Khusus
untuk keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa, sangat penting
merencanakan rencana pulang klien dengan keluarganya. Jipp dan Sine ( 1986)
mengemukakan tujuan rencana pulang klien, sebagai berikut :

1. Menyiapkan klien dengan keluarga secara fisik dan sosial serta


psikologi
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
3. Menyelenggarakan rentang peawatan antara rumah sakit dan
masyarakat
4. Melaksanakan proses pulang yang bertahap

G. INDIKASI TERAPI KELUARGA


Terapi keluagabrguna untuk klien yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Segan terhadap psikoterapi indivvidu karena takut, tdak percaya
pada terapi
,menentang keras terapi, melawan figure orang tua.
2. Tidak / kurang berpengalaman dengan saudara-saudaranya,
mempunyai pertentangan dengan anggota keluarga lain tidak/sukar
menyesuaikan diri dengan keluarga.
3. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai intelegensi
rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.

H. KETERLIBATAN LANGSUNG KELUARGA DALAM MENCEGAH


KLIEN AMBUH

Keluaga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan


merupakan “perawat utama’’bagi klien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.
Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jka tidak diteruskan
di rumah karena dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali (
kambuh ). Peran serta keluarga sejak awala asuhan di RS akan
meningkatkan kemapuan keluarga merawat klien di rumah sehingga
kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa
dapat di pandang dari berbagai segi yaitu :
1. Keluarga merupakan tempat di mana indiviu memulai
hubngan interpersonal dengan lingkungan.
2. Keluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi
individu untuk belajar dan mengembangakan nilai,
keyakinan, sikap dan prilaku.
Individu menguji coba prilakunya di dalam keluarga, dan umpa balik
keluarga memengaruhi individu dalam mengadopsi prilaku tertentu.
Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat.
Jika keluarga di pandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang
terjadi pada salah satu anggota merupakan salah satu anggota keluarga
tersebut dapat memengaruhi seluruh sistem , sebaliknya disfungsi
keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota.
Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan fasilitas yang membantu
klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan mencegah
terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah, dan
mempertahankan keadaan adaktif.

Salah satu factor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah :

1. Keluarga yang tidak tau cara menangani perilaku klien di rumah (


Sullinger, 1998) menurut (Sullinger 1998), klien dengan diagnosis
skizofrenis diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama,
70% pada tahun kedua, dan 100% pada tahun kelima setelah pulang
dari rumah sakit karena perlakuan yang salah selama di rumah atau
di masyarakat.

I. PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN KLIEN


Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit,
menurut Sullinger (1988) adalah sebagai berikut.
1. Klien ; sudah umum diketahui bahwa klien yang gagagl memakan obat
secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan 25-50% klien pulang dari rumah sakit tidak
memakan obat secara teratur.
2. Dokter (pemberi resep); makan obat secara teratur dapat mengurangi
kambuh, namun pemakaian obat neurolaptik yang lama dapat menimbulkan
efek samping Tardivediskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial
seperti gerakan yang tidak terkontrol. Dokter yang memberikan resep
diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat
mencegah kambuh dan efek samping.
3. Penanggung jawab klien ; setelah klien pulang kerumah, maka perawat
puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien dirumah.
4. Keluarga ; memperlihatkan bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang
tinggi (bermusuhan, mengkritik, banyak melibatkan diri dengan klien
diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan, hasilnya 57% kembali dirawat
dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat
dari keluarga dengan ekspresi emosi warga yang rendah. Selain itu klien
juga mudah dipengaruhi oleh stres yang menyenangkan ( naik pangkat,
menikah ) maupun yang menyedihkan (kematian/ kecelakaan). Dengan
terapi keluarga, klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stres.

Menurut Sullinger, (1988) mengkaji beberapa gejala kambuh yang


diidentifikasi oleh klien dan keluarganya, antara lain sebagai berikut.

1. Gugup
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri

Setelah klien pulang kerumah, sebaiknya klien melakukan perawatan


lanjutan pada puskesmas diwilayahnya yang mempunyai program kesehatan
jiwa. Perawat komunitas yang menangani klien dapat menganggap rumah
klien sebagai “ruangan perawatan”.Perawat, klien dan keluarga besar sama
untuk membantu proses adaptasi. Klien didalam keluarga dan masyarakat.
Perawat dapat membuat kontrak dengan warga tentang jadwal kunjungan
rumah dan akterker dipuskesmas.
Contoh Jadwal Kunjungn Rumah

Minggu pertama = 2x per hari

Minggu kedua = 1x per hari

Minggu ketiga = 3x per minggu

Minggu keempat = 2x per minggu

Bulan kedua-6 bulan selanjutnya =1x per minggu

Contoh Jadwal After Care

Bulan pertama = 2x per bulan, ditemani dengan keluarga

Bulan kedua = 2x per bulan, Diantar kendaraan

Bulan ketiga = 2x per bulan, sendirian

Selanjutnya = 1x per bulan, sendirian

Jadwal kunjungan rumah dan after care dapat dimodifikasi kebutuhan


klien. Perawat membantu klien dan keluarga menyesuaikan diri di lingkungan
keluarga, dalam hal sosialisasi, perwatan mandiridan kemampuan
memecahkan masalah. Perawat dapat memantaudan mengidentifikasi gejala
kambuh dan segera melakukan tindakan sehingga dapat dicegah perawatan
kembali dirumah sakit.

J. PERAN KELUARGA DALAM TERAPI


1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadapdiri klien dan aktifitasnya.
a. Megurangi rasa takut
b. Memberikan arahan
c. Menolong merka dapat merasa dengan proses terapinya
d. Menerima keahlian dan melakukan peranannya dengan baik.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersifat terbuka
a. Menyusun pertanyaan untuk mengurangi rasa takut
b. Menguatkan anggapan anggota dan menanyakan anggota individu.
c. Mendapatkan fakta tentang rencana proses, kelemahan dalam rencana,
persepsi pribadi dan orang lain, persepsi peran, komunikasi yang baik
dan tekniknya, perasaan seksual dan aktifitas.
d. Merespon dengan keyakinan hati anggota.
3. Membantu anggita bagaimana memandang orang lain.
a. Observasi sharing bagaimana anggota memanifestasikan dirinya.
b. Mengajarkan anggota bagaimana mengobservasikan sharing mereka
dengan orang lain
c. Menayangkan videotape dan audiovisual yang mendukung visi
keluarga.
4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit;meudahkan dalam
memberi dan menerima informasi yang memudahkan bagi anggota
keluarga untuk meakukannya
5. Membangun self esteem
a. Dengan menanyakan ‘ saya menghargai kamu”
b. Mencantumkan sesuatu yang berharga bagi seseorang
c. Ajukan pertanyaan yang dijawab oleh anggota keluarga
d. Menekan bahwa ahli terapi dan anggota keluarga sanggup belajar dari
terapi
e. Merespons sebagai seseorang atau sungguh – sungguh dapat
mengevaluasi
f. Tidak ada pencapaian yang lalu
g. Menanyakan anggota keluarga yang lain, apakah klien dapat
membawa, kebahagiaan bagi anggota keluarga
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
a. Melihat kembali aturan di rumah dimana semua anggota berpartisipasi.
b. Demokratis
c. Meyakinkan bahwa tidak ada orang yang membicarakan atau
menyinggung orang lain.
d. Menolong setiap orang berbicara dengan benar sehingga orang lain
dapat mendengar
e. Menggunakan pendekatan humor.
f. Menciptakan ketenangan untuk kontrol.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
a. Memberitahu tujuan dengan jelas sampai akhir terapi atau batas
waktuk untuk reevaluasi.
b. Memperlihatkan keluarga sebagai suatu kesatuan bukan bagian.
c. Melihat bagian atau subsistem dari keluarga untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
d. Menurunkan ancaman.
e. Diskusikan marah dan ketersinggungan dengan terbuka.
8. Pendidikan ulang anggota keluarga untuk bertanggung jawab.
a. Mengingatkan anggota keluarga bahwa mereka dapat mengubah diri
mereka sendiri.
b. Keterbukaan anntaranggota keluarga.

K. PELAKSANAAN TERAPI KELUARGA


Nama Jay Harley erat hubungannya dengan model ini. Dasar dari ajaran
teori komunikasi adalah sebagai berikut: semua tingkah laku adalah
komunikasi. Terapi ini dapat dilakukan oleh klien maupun anggota keluarga
lainnya. Gambaran terperinci dari problem dan penentuan tujuan keluarga
dalam pengobatan merupakan langkah pertama dalam terapi. Strategi terapi
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Reframing; dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi/orang
yang melakukan terapi sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh keluarga.
Contoh: problem yang mengandung arti positif merupakan suatu tipe
reframing yang spesifik, dikembangkan untuk mengartikan suatu masalah.
2. Pengendalian perubahan; contoh: keluarga memita untuk melaksanakan
beberapa tindakan dan target untuk mengatasi masalah dalam beberapa
minggu. Misalnya yang biasa tidak mencuci baju sendiri belajar untuk
mencuci baju.
3. Paradok (kontradiksi/pesan pertentangan); contoh: pertentangan keluarga
yang tinggi akan menyebabkan perubahan suatu respon. Anggota keluarga
yang biasanya dominan mencoba untuk tidak dominan, yang biasa
mengatur berupaya untuk belajar diatur, yang biasanya berusaha untuk
mendengar dan sebagainya.

L. MODEL TERAPI KELUARGA


1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin , konsepnya adalah keluarga
merupakan suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila
kebutuhan individu dan anggota lainnya diumpai adanya maladaptif dan
tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi
dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan
keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar
keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling
menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang
terdiri atas berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak, dan
saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam
subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu subsistem,
maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa
sampai ke subprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri
memiliki delapan konsep dasar pelaksanaan terapinya yang berupa bentuk-
bentuk terapi keluarga antara lain sebagai berikut.
a. Pemisahan diri (differentiation of self)
 Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan
diri sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari
ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, terapi dengan
catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih
dalam menghadapi konflik, kritik, serta menolak peikiran yang tidak
jelas serta emosional.
 Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari
kekuatan ego keluarga yang telah banyak diterima pada anggota
keluarga yang berusia 2 sampai 5 tahun serta diulang pada usia
antara 13 dan 15 tahun.
 Stuck-togetherness (kebersamaan yang melekat/menancap)
menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat
sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh tentang
dirinya secara mandiri.
b. Triangles (segitiga)
 Konsep hubungan segitiga merujuk pada konfigurasi emosional dari
tiga anggota keluarga yang menghambat dari pembentukan sistem
keluarga.
 Triangles adalah penghalang dasar pembentukan sistem emosional.
 Jika ketegangan emosi pada sistem dua orang melampaui batas
segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan perpidahan
ketegangan ke orang ketiga tersebut.
 Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan
segitiga akan bertaut satu sama lain.
 Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih
oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu
yang berkembang daripada menyelesaikan konflik/ketegangan.
 Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak
terbatas dengan melibatkan orang diluar keluarga termasuk terapis
keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar.
c. Proses emosional sistem keluarga inti.
 Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi.
 Umumnya hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran,
kebanyakan individu memilih pasangan dengan tingakt perbedaan
yang sama.
 Jika tingkat perbedaan yang muncul rendah pada mas penjajakan
dalam hal ini adalah masa pacaran, maka kemungkinan besar akan
muncul masalah di masa mendatang.
d. Proses proyeksi keluarga
 Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat
sebagai orang tua, maka akan menciptakan kecemasan kepada anak-
anaknya.
 Peristiwa tersebut dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga
ayah-ibu-anak.
 Segitiga ini umumnya berada pada berbagai tingkatan intensitas
yang beragam pada hubungan antara orang tua dengan anak.
 Anak biasanya menjadi target sasaran yang dipilih dengan berbagai
alasan sebagai berikut.
1. Anak akan mengingat pada salah satu figur orang tua terhadap
isi pengalaman masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan.
2. Anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam
keluarga.
3. Anak yang lahir cacat
4. Orang tua yang memiliki pandangan negatif saat kehamilan.
 Perilaku menjadikan anak sebagai sasaran tersebut disebut
“pengkambinghitaman: (scapegoating) dan dalam hal tersebut
sangat membahayakan stabilitas emosiaonal serta kemampuan
anak.
e. Emotional Cutoff (pemutusan secara emosional).
 Persepsi amak untuk memisahkan diri secara emosional.
 Setiap anak dalam keluarga memiliki derajat keterikatan secara
emosi yang kuat dan abadi dengan orang tuanya.
 Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan
jika antara anak dengan orang tuanya tinggal dalam tempat yang
jaraknya berdekatan sementara dengan anak yang tinggalnya
berjauhan pemutusan emosional ini menjadi sangat sulit dilakukan.
 Pemutusan hubungan secara emosional merupakan disfungsional
yang terjadi antara keluarga asli akibat keterikatan yang terjadi
dengan pembentukan keluarga yang baru.
 Memelihara hubungan secara emosional dengan keluarga asal dapat
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga walaupun
adanya perbedaan.
f. Proses transmisi multigenerasional.
 Suatu cara pola interaksional yang ditransfer dari stu generasi ke
generasi lain.
 Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yang
natural/alami dari seluruh generasi.
 Sikap,nilai, kepercayaan (belief), perilaku dan pola interaksi
didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh kehidupan.
 Penting untuk dikaji pada keluarga, terutama perilaku keluarga
dalam suatu generasi yang turun-menurun (multipel)
g. Sibling Position.
 Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan memengaruhi
perkembangan keluarga yang dapat diprediksi dari karakteristik
profil.
 Anak ke berapa serta kepribadian anggota keluarga tersebut akan
menentukan posisi seseorang dalam keluarga.
 Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu menggambarkan
tingkat perbedaan kedudukan di antara keluarga, serta kemungkinan
terjadinya proses proyeksi keluarga secara langsung.
h. Societal regression.
 Teori Bowen meluaskan pandangan terhadap masyarakat (society)
sebagai sistem sosial seperti layaknya keluarga.
 Konsep societal regression membandingkan antara respons
masyarakat dengan respon individu dan keluarga terhadap hal-hal
berikut.
1. Tekanan akibat krisis emosional
2. Tekanan yang menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan.
3. Penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa, bertambahnya
masalah, serta siklus yang sama berulang secara terus-menerus.

Tujuan dari Model Terapi Bowenian adalah menurunkan kecemasan


dan memperbaiki gejala-gejala yang timbul; meningkatkan setiap partisipasi
partisipasi disesuaikan dengan tingkat pemisahan dirinya dalam rangka
meningkatkan adaptasi keluarga sebagai sistem. Metode standarnya adalah
dua orang dewasa ditambah terapis.

Peran terapeutik adalah sebagai berikut.

a. Sebagai “pelatih” atau supervisor.


b. Meminimalkan keterlibatan secara emosional dengan keluarga.

Teknik terapis meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Mendefinisikan dan mengklarifikasi hubungan antaranggota keluarga.


b. Membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu dan
meminimalkan hubungan segitiga (triangles) dalam sistem.
c. Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi sistem emosional.
d. Meningkatkan perbedaan dengan medorong “kedudukan sebagai saya
(individu)” selama mengikuti terapi.

Proses terapinya adalah sebagai berikut.

a. Pression yaitu membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina


hubungan saling percaya serta kejujuran, merumuskan hipotesis
berdasarkan masalah yang didapatkan.
b. Session-testing dan memperbaiki hipotesis berdasarkan delapan konsep
Bowenian dengan memberikan beberapa intervensi terhadap keluarga.
c. Post-session analisis reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya atau
mengakhiri terapi.

3. Model strategis
Terapis yang mengembangkan adalah Jay Harley. Konsep dasar terapi ini
adalah semua tingkah laku dan komunikasi yang dilakukan keluarga. Strategi
terapi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Reframing; masalah yang diterapi pada keluarga adalah masalah yang
ditegaskan kembali oleh terapis atau siapapun yang melakukan terapi.
b. Pengendalian perubahan; dalam terapi, terapis hanya mengarahkan apa
yang perlu dilakukan eluarga untuk menyelesaikan masalahnya dan untuk
pelaksanaan penyelesaian masalah semuanya dilakukan oleh keluarga.
c. Paradok; terapis mengarahkan untuk perubahan peran pada anggota
keluarga yang menjadi penyebab masalah dalam keluarga si mana yang
sudah menjadi kebiasaan dibalik 180o sehingga di sini keluarga akan belajar
untuk mempelajari dan mendengarkan apa yang menjadi keinginan
keluarga.
4. Model terapi transformational.
Model ini dikembangkan oleh Virginia Satir, seorang terapis dari Amerika
Serikat/ konsep dasar dalam terapinya adalah dinamika hubungan antara
manusia dalam satu sitem keluarga, yang akan berpengaruh kepada hubungan
seseorang dengan sistem diluar keluarganya sehingga supaya tidak terjadi
masalah maka diupayakan untuk terjadinya transformasi dalam hidup
seseorang. Perubahan yang dimaksud semata-mata bukan untuk kepentingan
perubahan saja tetapi juga mengupayakan bagaimana seseorang dapat
memberdayakan kemampuan serta kekuatannya untuk menyelesaikan
masalahnya, karena masalah yang ditimbulkan pada setiap individu semuanya
bisa diselesaikan tergantung dari upaya seseorang tersebut untuk
memberdayakan kekuatannya untuk mengatasi masalahnya. Dalam model ini
jika terdapat anggota keluarga yang dianggap bermasalah maka terapisnya akan
mengondisikan keluarga tersebut untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung seseorang yang bermasalah tersebut untuk memberdayakan
kekuatannya untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, untuk individu
yang bermasalah akan dilakukan proses transformasi perasaan, persepsi,
pengharapan, dan tingkah lakunya terhadap masalah yang dihadapinya. Salah
satu bentuk terapinya adalah terapi musik yang dilakukan bersama-sama
dengan seluruh anggota keluarga meskipun yang bermasalah hanya satu
individu atau beberapa individu saja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai